i
METODE LOAD BALANCING ( StudiKasus : PT. Usaha GemilangUtama )
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA KOMPUTER
Program Studi TEKNIK INFORMATIKA
Oleh :
Nama : Muhammad Faiz Habibi NIM : 011401503125025
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA JAKARTA
2018
OPTIMALISASI JARINGAN FIBER OPTIK MENGGUNAKAN METODE LOAD BALANCING
( Studi Kasus : PT. Usaha GemilangUtama )
SKRIPSI
Program Studi TEKNIK INFORMATIKA
Oleh :
Nama : Muhammad Faiz Habibi NIM : 011401503125025
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA JAKARTA
2018
BALANCING METHOD
( Case Study : PT. Usaha GemilangUtama )
UNDERGRADUATE THESIS
Asked As One Of Terms To Obtain DegreeBACHELOR OF ENGINEERING Program of Study Engineering Informatics
By :
Name : Muhammad Faiz Habibi NIM : 011401503125025
FACULTY OF ENGINEERING
SATYA NEGARA UNIVERSITY OF INDONESIA JAKARTA
2018
ii
iii
iv
v
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat, hidayah, anugrah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Optimalisasi Jaringan Fiber Optik Menggunakan Metode Load Balancing” ini dengan baik.
Dalam penulisan skripsi ini, tentunya masih jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu dalam rangka melengkapi kesempurnaan dari penulisan ini diharapkan adanya saran dan kritik yang diberikan bersifat membangun.
Pada kesempatan ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, nasihat dan pemikiran dalam menyelesaikan Skripsi ini, terutama kepada :
1. Ibu Dra. Merry L. Panjaitan, MBA selaku Rektor USNI 2. Ibu Ir. Nunung, Msi selaku Dekan Fakultas Teknik USNI
3. Bapak Zulkifli, S.Kom., M.Kom selaku Ketua Prodi Teknik Informatika 4. Bapak Zulkifli, S.Kom., M.Kom. selaku dosen pembimbing pertama yang
telah meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan arahannya yang terbaik sehingga skripsi ini dapat selesai
5. T. Adi Kurniawan, S.Kom., M.Kom selaku dosen pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan arahannya yang terbaik seh ingga skripsi ini dapat selesai
vi
vii
Load Balancing dan failover yang bertujuan untuk menerapkan atau memanfaatkan salah satu teknik Load Balancing menggunakan Winbox, Agar lalu lintas jaringan Internet tetap berjalan dibutuhkan sekenario redundancy dan dengan menggunakan akses internet untuk menunjang sejumlah kegiatan bisnisnya sehingga digunakan 2 ISP, yaitu Centra Sarana Data (CSD) sebagai line utama dan Biznet sebagai line back up. Proses perpindahan masih dilakukan secara manual. Setelah menganalisa permasalahan yang ada di PT. Usaha Gemilang Utama, solusi yang dipilih adalah melakukan perancangan dan implementasi metode Failover untuk mengalihkan fixed line apabila mengalami gangguan ke jaringan 3G secara otomatis, serta implementasi metode Load Balancing untuk mengoptimalkan 2 jalur fixed line yang ada. Kemudian diambil data untuk menguji Failover menggunakan ping test dengan mensimulasikan beberapa kondisi dan mengukur waktu responnya. Ketika perpindahan ke 3G waktu respon yang semula 14 ms bertambah menjadi lebih dari 100 ms, Dari data yang di uji diperoleh jika terjadi suatu bencana, server perusahaan akan otomatis memindahkan semua data yang ada di production site akan di backup / di pindahkan. Dari hasil tersebut sehingga disimpulkan bahwa teknik load balancing dan failover yang diterapkan berjalan dengan baik.
Kata kunci :Load Balancing, Failover, Winbox
viii ABSTRACT
Load Balancing and failover which aims to implement or utilize one of the Load Balancing techniques using a winbox, so that Internet network traffic continues to run, it requires a redundancy scenario and by using internet access to support a number of business activities, 2 ISPs, namely Centra Sarana Data ( CSD) as the main line and Biznet as a back up line. The transfer process is still done manually.
After analyzing the problems at PT. Usaha Gemilang Utama, the chosen solution is to design and implement the Failover method to automatically switch the fixed line if it experiences interference to the 3G network, as well as the implementation of the Load Balancing method to optimize the existing 2 fixed line lines. Then the data is taken to test Failover using ping test by simulating several conditions and measuring the response time. When moving to 3G the initial response time of 14 ms increased to more than 100 ms. From the data tested it was obtained if a disaster occurred, the company server would automatically move all the data on the production site to be backed up or moved. From these results, it was concluded that the load balancing and failover techniques applied went well.
Keywords: Load Balancing, Failover, Winbox
ix
OPTIMALISASI JARINGAN FIBER OPTIK MENGGUNAKAN METODE
LOAD BALANCING ... i
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
BAB IPENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Batasan Masalah ... 2
D. Tujuan ... 3
E. Manfaat ... 3
BAB IILANDASAN TEORI ... 6
A. Tinjauan Pustaka ... 6
B. Teori Dasar Khusus ... 7
1.Jaringan Komputer ... 7
2. Load Balancing... 9
3. Fiber Optik ... 14
4. Failover ... 17
5. Network Development Life Cycle ( NDLC) ... 18
BAB IIIMETODE PENELITIAN ... 25
A. Tempat Penelitian... 25
B. Analisa Kebutuhan ... 25
C. Metode Pengumpulan Data... 26
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ... 31
A. Rancangan Topologi ... 31
B. Pembobotan Atribut Bencana ... 34
C. Teknik Failover ... 37
x
D. Teknik Load Balancing ... 38
E. Hasil Uji Coba Failover ... 40
F. Hasil Uji Coba Load Balancing ... 42
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 43
5.1 Kesimpulan... 43
5.2 Saran ... 43
DAFTAR PUSTAKA ... 45
xi
Gambar 2. 1. Jaringan Komputer ... 7
Gambar 2. 2 Load Balancing ... 9
Gambar 2. 3 Round Robin... 12
Gambar 2. 4 Ratio ... 12
Gambar 2. 5 Least Connection ... 13
Gambar 2. 6 Fiber Optik ... 14
Gambar 2. 7 Failover ... 17
Gambar 2. 8 NDLC ... 19
Gambar 2. 9 Winbox ... 23
Gambar 2. 10 Kerangka Berfikir ... 30
Gambar 2. 11 Load Balancing 2 ISP ... 31
Gambar 2. 12 Konfigurasi Mangle Firewall ... 32
Gambar 2. 13 Konfigurasi Nat Firewall... 32
Gambar 2. 14 IP Route Rule ... 33
Gambar 2. 15 IP Route melalui Winbox ... 34
Gambar 2.16 Contoh Tampilan Netwatch ( UP Condition ) ... 37
Gambar 2.17 Contoh Tampilan Script Back2 Main ... 37
Gambar 2.18 Mangle Input ... 38
Gambar 2.19 Mangle Output ... 38
Gambar 2.20 Mangle Prerouting ... 39
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Atribut Ancaman Bencana ... 34
Tabel 4. 2 Rincian Keterangan Penilaian Resiko ... 35
Tabel 4. 3 Bencana terurut tingkat ancaman ... 36
Tabel 4. 4 IP Route Load Balancing ... 40
Tabel 4. 5 Response Time Failover ... 40
Tabel 4. 6 Uji Coba Load Balancing ... 42
1
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangPT. Usaha Gemilang Utama merupakan perusahaan yang aktif bergerak dalam bidang perdagangan dan jasa untuk komoditas pertambangan, perkebunan, transportasi, minyak dan gas serta lubricant yang berada dikawasan Jakarta Selatan.
kemajuan dan perkembangan teknologi di bidang komputer saat ini begitu cepat, baik perangkat keras ( Hardware ) maupun peramgkat lunak ( Software ) hal ini terlihat pada era teknologi informasi seperti sekarang ini. Komputer juga digunakan dalam proses pertukaran data antar pemakai, penyimpanan, dan pengolahan data di berbagai bidang. Selain itu, computer telah menjadi gaya hidup sehari-hari.
Jaringan komputer dan internet telah mengalami perkembangan yang sangat pesat,hal ini terjadi dengan semakin majunya kehidupan manusia. Teknologi ini mampu menyumbang hampir semua computer yang ada di dunia sehingga bisa berkomunikasi dan bertukar informasi. Dari hari ke hari informasi yang terkandung dalam jaringan internet tersebut dibutuhkan.
PT. Usaha Gemilang Utama menggunakan 2 Internet Service Provider (ISP), yaitu Centra Sarana Data (CSD – 8 Mbps) dan Biznet (2 Mbps). Masalah awal yang dihadapi adalah pemanfaatan kedua ISP yang dinilai tidak efisien dan metode pengalihan jalur ISP yang masih dilakukan secara manual apabila jalur yang digunakan terputus, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk proses pengalihan jalur tersebut. Setelah menganalisa permasalahan yang ada, maka solusi yang ditawarkan adalah perancangan sistem failover yang dapat mengalihkan jalur
2
ISP secara otomatis, apabila mendeteksi jalur ISP yang digunakan putus dan load balancing yang dapat membagi traffic terhadap kedua ISP, sehingga pemanfaatan kedua ISP menjadi lebih efisien dan efektif
Penerapan load balancing berarti untuk membackup data pada saat melakukan transaksi tetapi dengan pengelolan manajemen tetap menjadi satu. Dengan langkah inimaka datayang masuk ke PT. Usaha Gemilang Utama berasal dari dua ISP yang berbeda tetapi dikelola dengan satu manajemen. ketergantungan terhadap layanan Internet dengan satu perusahaan ISP berpotensi mengalami gangguan dimana jika suatu saat layanan perusahaan ISP tersebut sedang down maka otomatis jaringan yang menjadi pelanggannya juga menjadi down untuk itu kebutuhan backup datamenjadi hal yang perlu untuk menjaga kelancaran ketersediaan layanan Internet. Dimungkinkan pengoptimalan penggunaan pengiriman suatu datadalam dalam penggunaan Internet. Pengoptimalan dapat dilakukan dengan pemanfaatan jalur setingan load balancing untuk melakukan keseimbangan pada saat trafik penuh dimana jalur utama akan di backup dengan jalur yang lain yang berasal dari ISP backup. Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul
“ Optimalisasi Jaringan Fiber Optik Menggunakan Metode Load Balancing“
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu :“ Bagaimana Optimalisasi Jaringan Fiber Optik Menggunakan Metode load balancing di PT.Usaha Gemilang Utama ? “.
C. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Data jaringan yang digunakan hanya pada bulan Maret 2018
2. Menganalisis jaringan fiber optik pada PT. Usaha Gemilang Utama 3. Alat yang digunakan bukan dari tempat riset dan milik
pribadidikarenakanPerusahaan tidak mengizinkan merubah settingan pada Router
4. Dengan menggunakan teknik Load Balancing D. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Menerapkan teknik load balancing pada jaringan di PT.Usaha Gemilang Utama.
2. Mengoptimalkan kinerja jika jaringan mengalami down saat terjadinya disaster.
3. Mengantisipasi untuk menghindari Disaster terhadap jaringan di PT.
Usaha Gemilang Utama E. Manfaat
Adapun manfaat penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1.. Tidak ada lagi masalah penggunaan/pengiriman data karena akanada backup dari sistem yang bisa mengatasi masalah.
2. Tidak ada lagi gangguan / tersendatnya layanan jaringan Internet yang akan mengganggu proses pengiriman data kenyamanan kinerja pada perusahaan.
4
F. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan penelitian ini di bagi menjadi beberapa bab sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuandan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Berisi uraian tentang teori-teori dan konsep-konsep yang relevan dengan masalah yangditeliti serta dapat digunakan sebagai acuan dalam menganalisis masalah.Sumber literature yang digunakan harus muttakhir untuk menghindari penggunaan teori dankonsep lama yang mungkin sudah tidak berlaku lagiPenulisan landasan teori dapat dimulai dengan menjelaskan pengertian atau definisi.
BAB III METODE PENELITIAN
Berisi waktu dan tempat penelitian, desain penelitian, hipotesis, variable dan sekala pengukuran, jenis data, metode pengumpulan data, populasi dan sempel penelitian, metode analisis data.
BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN
Analisis hasil merupakan analisis pada data yang telah dikumpulkan dengan menggunakan teknik analisis data yang telah dikemukakan dalam metode penelitian.Pemahasan merupakan kajian atas hasil penelitian yang diperoleh pada analisis data. Kajian atas hasil penelitian yang diperoleh pada analisis data. Kajian atas hasil analisis
berupa :Kesesuaian / ketidaksesuaian dengan teori yang dikemukakan di bab II dari skripsi.Argmentasi peneliti yang berhubungan dengan hasil penelitian.Perbandingan hasil penelitian dengan penelitian sebelumnya.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan merupakan jawaban dari rumusan masalah dan hipotesis (jika ada), yang disusun berdasarkan data analisis dan pembahasan.Kesimpulan harus diringkas, jelas dan relevan dengan perumusan masalah dan hipotesis. Dalam kesimpulan tidak boleh berisi ringkasan konsep atau teori dan tidak boleh mengandung pertanyaan dan rekomendasi.Dalam kesimpulan tidak boleh ditampilkan angka-angka (jika ada) hasil penelitian.Saran harus mengacu pada kesimpulan penelitian. Saran dapat ditunjukan untuk penelitian lanjutan dan/atau aplikasi praktis dari penemuan yang telah diperoleh
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Pada penelitian yang dilakukan oleh Hauril Mauida Nisfarimenyimpulkan bahwa Throughtput pada jaringan dengan Load Balancing relatif lebih seimbang dengan tanpa Load Balancing dibuktikan dengan fainess index berkisar 0,7 - 0,8, sedangkan jaringan tanpa Load Balancing hanya berkisar 0,4-0,7. Pada ketiga skenario, kinerja Load Balancing lebih optimal pada sekenario 3, dibuktikan dengan nilai delay dan response time yang lebih kecil dibandingkan dengan jaringan tanpa Load Balancing.Penggunaan Load Balancing akan lebih terlihat kinerjanya pada jaringan dengan trafik yang padat. (Hauril Maulida Nisfarih, Sukiswo, Ajub Ajulian Zahra, 2015)
Load Balancing adalah Proses pendristibusian beban terhadap sebuah servis yang ada pada sekumpulan perangkat jaringan ketika ada permintaan dari pemakai. Ketika banyak permintaan dari pemakai maka server tersebut akan terbebani karena harus melakukan proses pelayanan terhadap permintaan pemakai. Solusi yang cukup bermanfaat adalah dengan membagi bagi beban yang dating ke beberapa server, Jadi tidak berpusat kesalah satu perangkat jaringan saja. Teknologi itulah yang disebut Teknologi Load Balancing. Dengan teknologi Load Balancing maka dapat diperoleh keuntungan seperti menjamin realibilitas servis, avealibilitas dan skalabilitas atau jaringan (rijayana, 2005)
Pada penelitian yang dilakukan oleh Mohd. Siddik menyimpulkan bahwa penggunaan teknologi jaringan komputer adalah sebuah akses dalamBerinternet Kehandalan sebuah jaringan komputer menjadi faktor utama dalam kecepatan akses internet. Dalam menciptakan jaringan komputer yang handal pemanfaatan hardware Mikrotik Routerboar Rb750 adalah solusi dalam membangun jaringan komputer. (Mohd.Siddik, Yopi Hendro, Zulfian Azmi, 2015)
B. Teori Dasar Khusus 1. Jaringan Komputer
Gambar 2. 1. Jaringan Komputer
Jaringan komputer bukanlah hal yang asing bagi kita semua, hal ini dikarenakan sebagian pekerjaan kita tidak dapat dilepas dari bantuan berbagai teknologi jaringan komputer.
Perkembangan teknologi yang amat pesat pun membuat jaringan komputer semakin banyak dan tersebar dimana-mana.Jaringan komputer ialah suatu sistem yang terdiri atas dua atau lebih komputer yang saling berhubungan diantara satu dengan yang lainnya, dan saling berbagi sumber daya misalnya Printer, Pertukaran File, atau memungkinkan untuk saling berkomunikasi secara elektronik. Komputer
8
yang terhubung tersebut dimungkinkan berhubungan dengan media kabel, saluran telepon, gelombang radio, satelit atau infrared.
LAN seringkali menggunakan teknologi transmisi kabel tunggal. LAN tradisional beroperasi pada kecepatan mulai 10 sampai 100 Mbps (Mega Bits per detik) dengan delay rendah (puluhan micro second) dan mempunyai faktor kesalahan yang kecil, LAN-LAN modem dapat beroperasi pada kecepatan yang lebih tinggi, sampai ratusan megabit per detik.
Sistem LAN yang sering digunakan adalah system Ethernet yang dikembangkan oleh perusahaan Xerox. Penggunaan titik koneksi Intermediate (seperti Repeater, Bridge, dan Switch) memungkinkan LAN terkoneksi membentuk jaringan yang lebih luas. LAN juga dapat terkoneksi ke WAN (Wide Area Network), atau MAN (Metropolitan Area Network) lain dengan menggunakan Router.
Jaringan area luas ( dalam bahasa Inggris: Wide Area Network; WAN ) merupakan jaringan komputer yang mencakup area yang besar sebagai contoh yaitu jaringan komputer antar wilayah, kota atau bahkan negara, atau dapat didefinisikan juga sebagai jaringan komputer yang membutuhkan router dan saluran komunikasi publik. WAN digunakan untuk menghubungkan jaringan area lokal yang satu dengan jaringan lokal yang lain, sehingga pengguna atau komputer di lokasi yang satu dapat berkomunikasi dengan pengguna dan komputer di lokasi yang lain.
Metropolitan Area Network atau disingkat dengan MAN adalah jaringan komputer yang mencakup area kampus, perkantoran, pemerintahan ataupun kota,
biasanya menghubungkan jaringan area lokal dengan menggunakan teknologi backbone yang berkecepatan tinggi. Jaringan MAN adalah gabungan dari beberapa LAN.
Jangkauannya antara 10 hingga 50 km. MAN adalah jaringan yang menghubungkan pengguna dengan sumber daya komputer dalam suatu wilayah geografis atau wilayah yang lebih besar dari yang tercakup dalam jaringan LAN tetapi lebih kecil dari daerah yang dicakup oleh WAN.
2. Load Balancing
Gambar 2. 2 Load Balancing
Teknik untuk mendistribusikan beban trafik pada dua atau lebih jalur koneksi secara seimbang, agar trafik dapat berjalan optimal, memaksimalkan throughput, memperkecil waktu tanggapan dan menghindari overload pada salah satu jalur koneksi. Load balancing digunakan pada saat sebuah server telah memiliki jumlah user yang melebihi maksimal kapasitasnya. Load balancing juga mendistribusikan beban kerja secara merata di dua atau lebih komputer, link jaringan, CPU, harddrive, atau sumber daya lainnya, untuk mendapatkan pemanfaatan sumber daya yang optimal.
10
Proses load balancing sebenarnya merupakan proses fleksibel yang dapat diciptakan dengan berbagai cara dan metode. Proses ini tidak dapat dilakukan oleh sebuah perangkat tertentu atau sebuah software khusus saja. Cukup banyak cara dan pilihan untuk mendapatkan jaringan yang dilengkapi dengan sistem load balancing. Cara kerja dan prosesnya pun berbeda-beda satu dengan yang lainnya.
Namun, cara yang paling umum dan banyak digunakan adalah dengan mengandalkan konsep Virtual server atau Virtual IP. Istilah Virtual server atau Virtual IP sebenarnya merupakan istilah bebas, karena mungkin saja sistem lain menggunakan konsep yang sama namun dengan istilah yang berbeda.
Sistem load balancing yang sederhana memang hanya mampu membuat sebuah perwakilan nama atau alamat IP untuk mewakili beberapa IP dari server server dibelakangnya, namun perangkat yang memang dikhususkan menangani sistem load balancing kompleks dapat melakukan perwakilan hanya terhadap servis-servis yang dibuka oleh server dibelakangnya. Dalam sistem load balancing, proses pembagian bebannya memiliki teknik dan algoritma tersendiri. Pada perangkat load balancing yang kompleks biasanya disediakan bermacam-macam algoritma pembagian beban ini. Tujuannya adalah untuk menyesuaikan pembagian beban dengan karakteristik dari server-server yang ada di belakangnya.Solusi Load balancing di jaringan komputer digunakan untuk membagi antara bandwidth yang ada dibackbone utama (primary) dengan bandwidth backup.
Jadi disini dibutuhkan backbone backup yang berbeda dengan primary baik dari sisi routing, lastmile bahkan penyedia jasanya. Load balancing Network, suatu
teknik yang digunakan untuk memisahkan antara dua atau banyak network link.
Dengan mempunyai banyak link maka optimalisasi utilisasi sumber daya, throughput, atau respon time akan semakin baik karena mempunyai lebih dari satu link yang bisa saling membackup pada saat network down dan menjadi cepat pada saat network normal jika memerlukan realibilitas tinggi yang memerlukan 100 % koneksi uptime dan yang menginginkan koneksi upstream yang berbeda dan dibuat saling membackup.
Untuk dapat mengimplementasikan system ini diperlukan suatu perangkat tambahan baik berupa router Cisco atau menggunakan solusi router dari Mikrotik yang lebih ekonomis namun powerfull.
a.Algoritma Load Balancing
Round Robin. Algoritma Round Robin merupakan algoritma yang paling sederhana dan banyak digunakan oleh perangkat load balancing. Algoritma ini membagi beban secara bergiliran dan berurutan dari satu server ke server lain sehingga membentuk putaran.
12
Gambar 2. 3 Round Robin
Ratio. Ratio (rasio) sebenarnya merupakan sebuah parameter yang diberikan untuk masing-masing server yang akan dimasukkan kedalam sistem load balancing. Dari parameter Ratio ini, akan dilakukan pembagian beban terhadap server-server yang diberi rasio. Server dengan rasio
terbesar diberi beban besar, begitu juga dengan server dengan rasio kecil akan lebih sedikit diberi beban.
Gambar 2. 4 Ratio
Fastest. Algoritma yang satu ini melakukan pembagian beban dengan mengutamakan server-server yang memiliki respon yang paling cepat.
Server di dalam jaringan yang memiliki respon paling cepat merupakan server yang akan mengambil beban pada saat permintaan masuk.
Least Connection. Algoritma Least connection akan melakukan pembagian beban berdasarkan banyaknya koneksi yang sedang dilayani oleh sebuah server. Server dengan pelayanan koneksi yang paling sedikit akan diberikan beban yang berikutnya akan masuk.
Gambar 2. 5 Least Connection
14
3. Fiber Optik
Gambar 2. 6 Fiber Optik a) Pengertian Fiber Optik
Fiber optik diartikan secara umum merupakan sebuah jaringan kabel yang terbuat dari bahan serat kaca. Jika dihubungkan dengan tekonologi jaringan, fiber optik digunakan sebagai media untuk mentransmisi arus data secara terarah (wireline).
Karakterisitik utama dari fiber optik, yakni memiliki inti yang terbuat dari serat kaca dan memiliki beberapa lapisan yang tentunya tiap lapisan memiliki fungsi masing-masing.
Berikut ini merupakan komponen yang membentuk karakteristik dari fiber optik:
1). Inti, Pada bagian inti jenis serat kaca berpernaruh pada kualitas dari kabel fiber optik itu sendiri. Diameter inti serat optik memiliki ukuran yang berbeda-beda, antara 2 μm hingga 50 μm. Lebih besar diameter inti serat kaca maka akan semaik baik pula kualitas dan kemampuan si fiber optik ini.
2). Cladding, untuk bagian ini adalah komponen yang terbuat dari kaca dan memiliki fungsi sebagai pelindung inti fiber optik. Bagian ini sering disebut jugasebagai jaket Cladding dan untuk diameternya antara5 μm – 250 μm. Selain sebagai pelindung inti, cladding juga berfungsi memancarkan cahaya dari luar kepada inti.
3). Coating, lapisan ini juga sering disebut sebagai mantel, berbedadengan inti dan cladding yang terbuat dari kaca, untuk lapisan ini terbuat dari bahan plastik.
Fungsi dari mantel ini adalah untuk melindungi gangguan dari luar sepertilengkungan kabel dan kelembaban udara yang dapat mengakibatkan kerusakan pada lapisan dalam. Setiap mantel memiliki warna yang berbeda-beda, tujuannya agar dapat mempermudah penyusunan urutan core.
4). Streight Member & Outer Jacket, Perlindungan utama berawal dari lapisan ini. lapisan strength member dan outer jacket merupakan lapisan terluar dari kabel fiber optik, fungsinya jelas untuk melindungi inti kabel fiber optikdari gangguan secara langsung.
b) Jenis Kabel Fiber Optik
kabel fiber optik sendiri memiliki dua jenis, yaitu : 1. Single Mode, yaitu kabel fiber optik
yang memiliki intilebih kecil dengan ukuran 9 micron. Memiliki fungsi untuk mengirimkan sinar laser inframerah (panjang gelombang 1300-1550 nm) yang hanya bisa menyebarkan cahaya melalui satu inti pada suatu waktu.
16
2. Multimode, sedangkan multimode digunakan untuk tujuan komersial.
Memiliki inti yang lebih besar dan memungkinkan ratusan modus cahaya tersebar melalui serat dalam waktu yang bersamaan. Untuk diameternya, multimode memiliki diameter 62.5 micron dan memiliki fungsi mengantarkah sinar inframerah dengan panjang gelombang 85Multimode.
Karakteristik dan ciri-ciri media tipe ini adalah : 1. Maks. Bandwith 100 Mbps ~ 1 Gbps
2. Maks. kabel 2000 meter3.Soket ST (Spring Loaded Twist) 3. Topologi fisik Bus & Star
4. Instalasi paling rumit
c) Fungsi Fiber Optik
Fungsi kabel Fiber optik adalah mengarahkan gelombang cahaya dalam satu arah lewat proses terjadinya pembiasan cahaya. Kabel Fiber Optik banyak digunakan pada jaringan WAN untuk komunikasi suara dan data.Kabel jenis ini tidak terpengaruh dengan gangguan elektromagnet dan sangat sesuai digunakan di kawasan yang banyak gangguan elektromagnet dan jarak yang jauh.Kabel fiber optik mendukung transmisi data berkecepatan tinggi tidak sama halnya dengan kabel tembaga sepertikabel UTP.
4. Failover
Gambar 2. 7 Failover
Suatu teknik jaringan dengan memberikan dua jalur koneksi atau lebih dimana ketika salah satu jalur mati, maka koneksi masih tetap berjalan dengan disokong oleh jalur lainnya. Teknik failover ini cukup penting ketika kita menginginkan adanya koneksi jaringan internet yang handal.
Tutorial Failover 2 Koneksi Internet di Mikrotik yang akan saya bahas kali ini sedikit spesial, karena bukan seperti failover yang biasanya. Jadi disini saya akan membuat jaringan internet dengan menggunakan 2 koneksi, yaitu koneksi utama menggunakan Fiber Optic dan koneksi cadangan dengan Modem USB.
Teknik Failover yang diterapkan pada penelitian ini memanfaatkan fitur Netwatch yang ada pada Router Mikrotik. Netwatch berfungsi untuk me-monitoring IP host yang digunakan dan mengkondisikan jika koneksi sedang DOWN atau UP. Dengan beberapa script yangdi-input, maka Netwatch dapat
18
mendeteksi status jalur koneksi dan kemudian menjalankan script sesuai dengan setting yang sudah dilakukan.
Netwatch akan mendeteksi status jalur koneksi dengan mengirimkan ping ke IP public yang sudah ditentukan. Apabila dalam interval waktu tertentu hasil dari ping tersebut menyatakan Request Time Out (RTO), maka Netwatch akan langsung menjalankan script yang di-input ke dalam kolom “DOWN”. Isi dari script itu sendiri adalah suatu coding. Contohnya script Back2main pada gambar 4 yang menyatakan bahwa apabila jalur pada Gateway Default 1 dapat di-ping, maka jalur yang sedang digunakan akan di-disable, kemudian akan dialihkan ke jalur yang memiliki distance lebih rendah. Distance adalah prioritas dari pemakaian jalur.
5. Network Development Life Cycle ( NDLC)
Network Development Life Cycle Network Development Life Cycle (NDLC) merupakan sebuah metode yang bergantung pada proses pembangunan sebelumnya seperti perencanaan strategi bisnis, daur hidup pengembangan aplikasi, dan analisis pendistribusian data.
Gambar 2. 8 NDLC Berikut penjelasan mengenai gambar siklus NDLC :
a. Analisis
Tahap awal ini dilakukan analisa kebutuhan, analisa permasalahan yangmuncul,analisa keinginan pengguna, dan analisa topologi jaringan yang sudah ada saat ini. Metode yang biasa digunakan pada tahap ini diantaranya:
1) Wawancara, dilakukan dengan pihak terkait melibatkan dari str uktur manajemen atas sampai ke level bawah/operator agar mendapatkan data yang konkrit dan lengkap. Pada kasus di Computer Engineering biasanya juga melakukan brainstorming juga dari pihak vendor untuk solusi yang ditawarkan dari vendor tersebut karena setiap mempunyai karakteristik yang berbeda.
2) Survey langsung kelapangan, pada tahap analisis juga biasanya dilakuk an survey langsung kelapangan untuk mendapatkan hasil sesungguhnya dan gambaran seutuhnya sebelum masuk ke tahap desain. Survey biasa dilengkapi
20
dengan alat ukur seperti GPS dan alat lain sesuai kebutuhan untuk mengetahui detail yang dilakukan.
3) Membaca manual atau blueprint dokumentasi, pada analysis awal ini juga dilakukan dengan mencari informasi dari manual-manual atau blueprint dokumentasi yang mungkin pernah dibuat sebelumnya. Sudah menjadi keharusan dalam setiap pengembangan suatu sistem dokumentasi menjadi pendukung akhir dari pengembangan tersebut. Begitu juga pada proyek jaringan, dokumentasi menjadi syarat mutlak setelah sistem selesai dibangun.
4) Menelaah setiap data yang didapat dari data-data sebelumnya, maka perlu dilakukan analisa data tersebut untuk masuk ke tahap berikutnya. Adapun yang bisa menjadi pedoman dalam mencari data pada tahap analysis ini adalah:
a) User/people: jumlah user, kegiatan yang sering dilakukan, peta politik yang ada, level teknis user.
b) Media Hardware dan Software: peralatan yang ada, status jaringan, ketersedian data yang dapat diakses dari peralatan, aplikasi Software yang digunakan.
c) Data: jumlah pelanggan, jumlah inventaris sistem, sistem keamanan yang sudah ada dalam mengamankan data.
d) Network: konfigurasi jaringan, volume trafik jaringan, protokol, network monitoring yang ada saat ini, harapan dan rencana pengembangan ke depan.
e) Perencanaan fisik: masalah listrik, tata letak, ruang khusus, sistem keamanan yang ada, dan kemungkinan akan pengembangan kedepan.
b. Design
Dari data-data yang didapatkan sebelumnya, tahap design ini akanmembuat gambar desain topologi jaringan interkoneksi yang akan dibangun. Diharapkan dengan gambar ini akan memberikan gambaran seutuhnya dari kebutuhan yang ada. Desain bisa berupa desain struktur topologi, desain akses data, desain layout perkabelan, dan sebagainya yang akan memberikan gambaran jelas tentang proyek yang akan dibangun.
Biasanya hasil dari design berupa:
1) Gambar-gambar topologi (server farm, firewall, datacenter, storages lasmiles perkabelan, titik akses dan sebagainya).
2) Gambar-gambar detail estimasi kebutuhan yang ada.
c. Simulation Prototype
Beberapa pekerja jaringan akan membuat dalam bentuk simulasi dengan bantuan tools khusus di bidang network seperti Boson, Packet Tracert, Netsim, dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan untuk melihat kinerja awal dari jaringan yang akan dibangun dan sebagai bahan presentasi dan sharing dengan team worklainnya. Namun karena keterbatasan perangkat lunak simulasi ini, banyak para pekerja jaringan yang hanya menggunakan alat bantu tools Visio untuk membangun topologi yang akan di-design.
d. Implementation
Pada tahapan ini akan memakan waktu lebih lama dari tahapan sebelumnya. Dalam implementasi pekerja jaringan akan menerapkan semua yang telah direncanakan dan didesain sebelumnya. Implementasi merupakan
22
tahapan yang sangat menentukan dari berhasil/gagalnya proyek yang akan dibangun dan ditahap inilah team work akan diuji dilapangan untuk menyelesaikan masalah teknis dan non teknis. Ada beberapa Masalah-masalah yang sering muncul pada tahapan ini, diantaranya:
a. Jadwal yang tidak tepat karena faktor-faktor penghambat.
b. Masalah dana/anggaran dan perubahan kebijakan.
c. team work yang tidak solid.
d. Peralatan pendukung dari vendor makanya dibutuhkan manajemen proyek dan Manajemen resiko untuk meminimalkan sekecil apapun hambatan- hambatan yang ada.
e. Monitoring
Setelah implementasi tahapan monitoring merupakan tahapan yang penting, agar jaringan komputer dan komunikasi dapat berjalan sesuai dengan keinginan dan tujuan awal dari user pada tahap awal analisis, maka perlu dilakukan kegiatan monitoring. Monitoring bisa berupa melakukan pengamatan pada:
a. Infrasturktur hardware dengan mengamati kondisi reliability/kehandalan system yang telah dibangun (reliability = performance+availability+security).
b. Memperhatikan jalanya paket data di jaringan (pewaktuan, latency, peektime, troughput).
c. Metode yang digunakan untuk mengamati kondisi jaringan dan komunikasi secara umum secara terpusat atau tersebar.
d. Pendekatan yang paling sering dilakukan adalah pendekatan Network Management. Dengan pendekatan ini banyak perangkat baik yang lokal dan tersebar dapat dimonitor secara utuh.
f. Management
Pada level manajemen atau pengaturan, salah satu yang menjadi perhatian khusus adalah masalah kebijakan (policy). Kebijakan perlu dibuat untuk membuat/mengatur agar sistem yang telah dibangun dan berjalan dengan baik dapat berlangsung lama dan unsur reliability terjaga. Policy akan sangat tergantung dengan kebijakan level management dan strategi bisnis perusahaan.
6. Winbox
Gambar 2. 9 Winbox
24
Winbox adalah utility yang digunakan untuk konektivitas dan konfigurasi Mikrotik menggunakan MAC Address atau Protokol IP. Dengan winbox kita dapat melakukan konfigurasi Mikrotik RouterOS menggunakan modus GUI dengan cepat dan sederhana. Winbox dibuat menggunakan win32 binary tapi dapat dijalankan pada Linux, Mac OSX dengan menggunakan Wine. Semua fungsi winbox di desain dan dibuat semirip dan sedekat mungkin dengan fungsi console, sehingga anda akan menemukan istilah-istilah yang sama pada fungsi console.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat PenelitianTempat Penlitian ini mengambil studi kasus di PT. Usaha Gemilang Utama yang beralamat JL.H.R.H Rasuna Said Blok X-1. Kav. 8-9 Kuningan, Gedung Granadi Lantai 9, Jakarta 12950 - Indonesia.
B. Analisa Kebutuhan
Adapun peralatan yang digunakan pada penilitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perangkat Keras
a. Komputer (PC) / Laptop
Laptop Lenovo G40, 64-bit
4 GB RAM
Sistem Operasi Windows 8.1
2. Perangkat Lunak
Winbox
Melakukan replikasi data pada satu sistem atau lebih ke lokasi tertentu dengan tujuan layanan yang diberikan oleh sistem tersebut akan tetap besrjalan pada Data Center Backup ( Secondary Site ) walaupun sedang terjadi bencana alam atau masalah kelistrikan.
26
Windows 8
Sistem operasi penerus Windows 7 yang dirilis ke publik pada tanggal 26 Oktober 2012. Berbeda dengan sistem operasi pendahulunya, Windows 8 didesain untuk memenuhi kebutuhan komputer desktop, laptop, dan tablet PC sekaligus.
Salah satu perubahan yang terlihat adalah pada tampilan kotak-kotak atau "metro style" yang belakangan istilah tersebut diganti dengan istilah "Modern UI" atau "Windows 8 style UI" yang dirancang untuk layar sentuh.
C. Metode Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan sebagai berikut:
1. Wawancara, dengan cara mengajukan pertanyaan langsung kepada pengurus PT. Usaha Gemilang Utama untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat.
2. Studi Pustaka, dengan cara mempelajari dan membaca literatur - literatur, catatan - catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian.
3. Observasi, pada tahap ini penulis memperoleh berbagai data secara pengamatan dan peninjauan langsung terhadap objek penelitian untuk mengetahui gambaran yang terjadi pada PT. Usaha Gemilang Utama.
D. Metode Analisa Load Balancing
Load balancing menurut adalah penyeimbangan beban dalam jaringan sangat penting bila skala dalam jaringan komputer makin besar demikian juga traffic data yang ada dalam jari (Rijayana, 2005)ngan komputer makin lama makin tinggi. Layanan Load Balancing dimungkinkan pengaksesan sumber daya dalam jaringan didistribusikan ke beberapa host lainnya agar tidak terpusat sehingga unjuk kerja jaringan komputer secara keseluruhan bisa stabil.
Ketika sebuah sebuah server sedang diakses oleh para pengguna, maka sebenarnya server tersebut sebenarnya sedang terbebani karena harus melakukan proses permintaan kepada para penggunanya. Jika penggunanya banyak maka prosesnya pun banyak. Session-session komunikasi dibuka oleh server tersebut untuk memungkinkan para pengguna menerima servis dari server tersebut. Jika satu server saja terbebani, tentu server tersebut tidak bias banyak melayani para penggunanya karena kemampuan melakukan processing ada batasnya. Solusi yang paling ideal adalah dengan membagi-bagi beban yang datang ke beberapa server. Jadi yang melayani pengguna tidak hanya terpusat pada satu perangkat saja. Teknik ini disebut Teknik Load balancing.(Rijayana ,2005)
Adapun manfaat dari Load Balancing :
1. Menjamin Reliabilitias layanan berarti kepercayaan terhadap sebuah sistem untuk dapat terus melayani pengguna dengan sebaik -baiknya. Jaminan
28
realibilitas memungkinkan pengguna dapat melakukan pekerjaan sebaik-baiknya dengan lancar melalui layanan tersebut.
2. Skalabilitas dan ketersediaan Jika dalam sebuah jaringan komputer jika hanya terdapat satu buah server mempunyai pengertian terdapat satu titik masalah. Seandainya tiba-tiba server itu mati maka layanan terhadap pengguna akan terganggu. Dengan melakukan penambahan server dan membentuk server farm maka skalabilitas akan meningkat dan selain itu faktor ketersediaan juga akan meningkat
E. Metode Pengembangan
Metode pengembangan Metode pengembangan dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sistem Network Development Life Cycle (NDLC).
Dalam hal ini model pengembangan sistem Network Development Life Cycle (NDLC) sebagai acuan pada proses mengoptimalkan kinerja jaringan dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Sesuai dengan proses pengembangan system yang penulis butuhkan 2. Sifat NDLC yang fleksibel, dapat diterapkan pada ruang lingkup yang
besar maupun kecil.
Tahap Simulation dimana akan mensimulasikan sistem yang akan dibuat : a. Analisis Pada tahap ini penulis melakukan proses perumusan masalah,
mengidentifikasi konsep mengoptimalkan kinerja jaringan fiber optik, mengumpulkan dan mendifinisikan kebutuhan seluruh komponen sistem sehingga spesifikasi kebutuhan sistem dapat diperjelas dan diperinci. Tahap ini meliputi:
1. Identify Melakukan identifikasi masalah yang dihadapi.
2. Understand Aktifitas memahami mekanisme kerja sistem yang akan dibangunatau dikembangkan.
3. Analyze Melakukan perbandingan pada sistem berjalan serta penelitian sejenis dengan penelitian yang dilakukan.
b. Design
Melihat rancangan dari sistem yang akan dibangun dengan menggunakan data-data dari fase sebelumnya.
c. Simulation
Tahap selanjutnya penulis melakukan simulasi sesuai dengan rancangan dari fase sebelumnya.
d. Implementasi Pada tahap ini penulis malakukan setting Serverdari skema kecil yang sebelumnya di persiapkan.
e. Monitoring
Pada monitoring proses pengujian dilakukan dengan menggunakan pendekatan black-box dengan melakukan pengujian pada sistem failover dan mirroring database.
f. Management
Proses kebijakan apakah rancangan ini akan dibangun, penepatan lokasi, kebijakan lainnya dibuat pada tahap ini.
30
D. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan suatu model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah riset.
Kerangka penelitian akan memberikan manfaat
Gambar 2. 10 Kerangka Berfikir Faktor
Backup data
Proposal
Optimalisasi Jaringan Fiber Optik
Proses
Metode Load Balancing
Result
Optimalisasi Jaringan Fiber Optik Menggunakan Metode Load Balancing Objek
Perusahaan
31
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Rancangan Topologi
Gambar 2. 11 Load Balancing 2 ISP
Rancangan topologi network dapat dilihat pada gambar diatas, secara lengkapnya akan dibahas satu-persatu bagaimana mengkonfigurasikan mikrotik load balancing 2 isp sesuai dengan keadaan seperti gambar tersebut.
Disini akses internet akan dipecah menjadi dua jalur, WORKST-1 dan 2 melalui ISP1, sedangkan WORKST-3 dan 4 melalui ISP2, namun jika salah satu ISP putus atau down, semua akses dari semua WORKST akan dialihkan ke jalur yang hidup, hal ini dapat diatur menggunakan mikrotik load balancing.
32
Berikut langkah yang dilakukan untuk mengkonfigurasi keperluan diatas:
Gambar 2. 12 Konfigurasi Mangle Firewall
Gambar 2. 13 Konfigurasi Nat Firewall
Gambar 2. 14 IP Route Rule
Konfigurasi IP route rule diatas juga berguna untuk melakukan remote login dari internet, dengan syntax diatas router menjadi visible dari dua arah ISP yang berbeda, hasil akhir konfigurasi pada IP Route jika dilihat melalui winbox akan terlihat seperti gambar dibawah :
34
Gambar 2. 15 IP Route melalui Winbox
B. Pembobotan Atribut Bencana
Pembobotan atribut bencana berdasakan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi yang sudah dilakukan dapat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4. 1 Atribut Ancaman Bencana
NO Ancaman Likelihood
(0-10)
Restoration Time (0-10)
Predictability (0-3)
Score
1 Kerusakan alat 3 4 2 24
2 Ketiadaan daya 5 4 2 40
3 Kerusakan Perangkat Lunak/ Data
6 5 1 30
4 Kesalahan Manusia 5 3 3 45
5 Serangan Jaringan/Data 1 2 2 4
6 Pencurian/Perusakan alat
3 5 3 45
7 Kerusakan Gedung 4 5 2 40
8 Banjir 1 6 2 12
9 Gempa (ringan) 5 3 1 15
10 Gempa (besar) 1 6 1 6
11 Gunung Meletus 1 6 2 12
12 Kebakaran 1 4 2 8
13 Bencana Sosial 1 4 1 4
Tabel 4. 2 Rincian Keterangan Penilaian Resiko
Nilai Kolom
Likelihood Restoration Time Predictability
Pasti bahkan sebelum bencana terjadi
1 Terjadi > 5 Tahun sekali 1-5 menit Prediksi dapat
dilakukan sebelum bencana terjadi, namun dengan tingkat kepercayaan yang lemah
2 Terjadi 2 - 5 tahun sekali 10 menit - 1 jam Prediksi hanya dapat dilakukan setelah terjadi tanda-tanda awal bencana
3 Terjadi 1-2 tahun sekali 3-6 jam Tidak dapat diprediksi 4 Terjadi 6 - 12 tahun sekali 5 - 12 jam
5 Terjadi 2 - 6 bulan 10 - 24 jam
Nilai Kolom
Likelhood Restiration Time Predictability
0 Tidak mungkin terjadi Tidak ada Dapat diprediksi dengan
36
6 Terjadi 1 - 2 bulan 1 - 5 hari
7 Terjadi 2 -4 minggu sekali 5 - 10 hari
8 Terjadi 1 - 2 minggu 10 - 17 hari
9 Terjadi 1 - 7 hari sekali 10 - 30 hari 10 Terjadi beberapa kali dalam 24 jam Membutuhkan
waktu > 1 bulan
Dengan kita melihat hasil penilaian pada tebel diatas, dapat disimpulkan bencana mana yang memiliki tingkat ancaman tinggi sehingga patut diwaspadai, dan mana yang dapat diletakkan diprioritas yang lebih rendah.
Untuk mempermudah, di bawah ini adalah salah satu daftar bencana terurut sesuai dengan tingkat ancaman yang dimilikinya
Tabel 4. 3 Bencana terurut tingkat ancaman
No Bencana Likelhoo
d ( 0-10)
Restoration Time (0-10)
Predictabilit y ( 0-3 )
Score
1 Ketiadaan daya 3 4 2 24
2 Kerusakan alat 3 4 2 24
3 Pencurian/Perusakan alat 3 5 3 45
4 Kesalahan Manusia 5 3 3 45
5 Kerusakan Gedung 4 5 2 40
6 Kerusakan perangkat lunak/ data
5 4 1 20
7 Kebakaran 1 4 2 8
8 Banjir 1 6 2 12
9 Gunung meletus 1 6 2 12
10 Bencana social 1 4 1 4
11 Serangan keamanan 1 3 3 9
12 Gempa (besar) 1 6 1 6
13 Gempa (ringan) 5 3 1 15
C. Teknik Failover
Netwatch akan mendeteksi status jalur koneksi dengan mengirimkan ping ke IP public yang sudah ditentukan. Apabila dalam interval waktu tertentu hasil dari ping tersebut menyatakan Request Time Out (RTO)
Gambar 2.16 Contoh Tampilan Netwatch ( UP Condition )
Gambar 2.17 Contoh Tampilan Script Back2 Main
38
D. Teknik Load Balancing
Proses pertama membuat 5 jalur dari ISP CSD dan Biznet, yaitu 1 jalur untuk ke ISP Biznet dan 4 jalur ke ISP CSD. Setelah itu perlu dilakukan konfigurasi mangle. Mangle menandakan paket untuk dilakukan proses selanjutnya. Terdapat 3 bagian mangle yang dibuat pada konfigurasi Load Balancing :
• Mangle Input Digunakan untuk memberi tanda pada paket yang masuk ke interface dan akan ditandai dengan connection-mark.
Gambar 2.18 Mangle Input
Mangle Output
Digunakan untuk memberi tanda pada paket yang sudah ditandai dengan connection-mark yang dibuat sebelumnya, kemudian mengarahkan ke routing-mark yang baru.
Gambar 2.19 Mangle Output
Chain In Interface Out Interface Action New Connection Mark
Input 1-Biznet - Mark Connection Con_Biznet
Input 3- CSD - Mark Connection Con_CSD
Chain In Interface Out Interface Action New Connection Mark
• Mangle Prerouting
Digunakan untuk memberi tanda pada paket yang masuk dari interface LAN, kemudiandikelompokkan ke beberapa kelompok PCC dan masing-masing kelompok tersebut dimasukkan ke dalam connection-mark yang sudah dibuat sebelumnya.
• Mangle Prerouting Digunakan untuk memberi tanda pada paket yang masuk dari
interface LAN, kemudiandikelompokkan ke beberapa kelompok PCC dan masing-masing kelompok tersebut dimasukkan ke dalam connection-mark yang sudah dibuat sebelumnya.
Gambar 2.20 Mangle Prerouting
Chain Interface Per Connction Classifer Action New Connection Mark
Prerouting 2-LAN 5/0 Mark Connection Con_Biznet
Prerouting 2-LAN 5/1 Mark Connection Con_CSD
Prerouting 2-LAN 5/2 Mark Connection Con_CSD
Prerouting 2-LAN 5/3 Mark Connection Con_CSD
Prerouting 2-LAN 5/4 Mark Connection Con_CSD
Output Con_Biznet 2-LAN Mark Routing Jalur_Biznet
Output Con_CSD 2-LAN Mark Routing Jalur_CSD
40
Setelah pengaturan mangle, dilakukan konfigurasi IP Route yaitu cara mengakses internet dengan melalui jalur Gateway yang ditentukan. Untuk Load Balancing ada 4 jalur yang dikonfigurasi, yaitu jalur ke gateway CSD dan Biznet, serta jalur untuk Load Balancing yang ditandai dengan routing-mark untuk jalur_biznet dan jalur_CSD.
Tabel 4. 4 IP Route Load Balancing
Destination Adress Gateway Distance Routing Mark
0.0.0.0/0 122.129.105.221 2 -
0.0.0.0/0 111.111.111.111 1 Jalur_Biznet
0.0.0.0/0 222.222.222.222 1 Jalur_CSD
0.0.0.0/0 192.168.1.1 1
E. Hasil Uji Coba Failover
Pada saat perpindahan jalur koneksi, sistem membutuhkan waktu untuk meng-enable gateway backup line agar koneksi dapat “UP” kembali. Waktu inilah yang disebut Response Time. Semakin kecil durasi dari response time, maka semakin baik sistem tersebut. Berikut adalah tabel data perbandingan response time failover pada PT. Usaha Gemilang Utama :
Tabel 4. 5 Response Time Failover
Percobaan Sebelum Sesudah
1 3 Menit 30s
2 3 Menit 33s
3 3 Menit 27s
4 3 Menit 33s
5 3 Menit 30s
6 3 Menit 35s
7 3 Menit 29s
8 3 Menit 30s
9 3 Menit 31s
10 3 Menit 29s
Rata-Rata 3 Menit 30.7s
Kolom “Sebelum” adalah dengan menggunakan manual failover yang
dilakukan oleh network administrator perusahaan. Kolom “Sesudah” adalah dengan menggunakan automatic failover. Data response time pada manual failover didapatkan dari hasil wawancara dengan pihak IT perusahaan, sedangkan data untuk automatic failover didapatkan dari pengukuran menggunakan stopwatch.
Response time pada manual failover membutuhkan waktu kurang lebih 3 menit sesuai dengan pengamatan pihak IT perusahaan. Dari data yang didapat, time response setelah penerapan teknik automatic failover menjadi jauh lebih kecil yaitu memiliki rata-rata 30,7 detik. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa teknil failover yang diterapkan pada PT. Usaha Gemilang Utama sudah berjalan dengan baik.
42
F. Hasil Uji Coba Load Balancing
Tabel 4. 6 Uji Coba Load Balancing
Percobaan CSD (Rx) Biznet (Rx) LAN (Tx)
1 8.2 mbps 2.4 mbps 10.6 mbps
2 7.6 mbps 2.1 mbps 9.9 mbps
3 7.5 mbps 1.9 mbps 9.5 mbps
4 8.1 mbps 2.1 mbps 10 mbps
5 8 mbps 1.9 mbps 10.1 mbps
6 7.9 mbs 2.4 mbps 10.5 mbps
7 8.1 mbps 1.7 mbps 9.8 mbps
8 81 mbps 2.3 mbps 10.5 mbps
9 79 mbps 2 mbps 10 mbps
10 8 mbps 1.9 mbps 9.9 mbps
Rata-Rata 7.94 mbps 2.07 mbps 10.08 mbps
Data di atas adalah data hasil Load Balancing, dimana rata-rata yang didapatkan dari Receiver (Rx) CSD adalah 7.94 Mbps, Rx Biznet adalah 2.07 Mbps, dan Transmitter (Tx) LAN adalah 10.08.
43
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini atribut yang digunakan adalah load balancer dan failover, yang bertujuan untuk menerapkan / memanfaatkan salah satu teknik Load Balancing menggunakan Winbox Kemudian hasil dari didapatkan pada ISP CSD sebesar 8 mbps dan Biznet 2 mbps . Dari data yang di uji diperoleh jika terjadi suatu bencana, server perusahaan akan otomatis memindahkan semua data yang ada di production site akan di backup / di pindahkan. Dari hasil tersebut sehingga disimpulkan bahwa metode load balancing dan failover yang diterapkan berjalan dengan baik
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis dapat memberikan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut :
1. Data yang digunakan untuk penelitian berikutnya sebaiknya menggunakan data terbaru agar informasi yg dihasilkan informasi terbaru.
2. Diharapkan pada penelitian selanjutnya bisa dikembangkan dengan menambahkan metode lain sebagai perbandingan dengan teknik load balancing atau menggunakan metode lainnya.
44
Dari hasil proses Load Balancing ini diharapkan dapat digunakan pihak perusahaan dalam kenyamanan dalam bekerja jika pada saat ada hal yang tidak diinginkan seperti Disaster/Bencana yang dapat merugikan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Hauril Maulida Nisfarih, Sukiswo, Ajub Ajulian Zahra. (2015). Analisis Kinerja Jaringan Wireless LAN Berdasarkan Mekanisme Load Balancing Dengan
Algoritma Least Connection Menggunakan Simulator Opnet 14.5. Transmisi,17 (1), e-ISSN 2407-6422 , 43-46.
Mohd.Siddik, Yopi Hendro, Zulfian Azmi. (2015). Load Balance Dan Pembagian Bandwith Pada Jaringan LAN Menggunakan Mikrotik Router Board RB 750.
SAINTIKOM Vol.14, No.1 , 43-52.
Munawar. (2005). Pemodelan Visual dengan UML. Yogyakarta: Graha ilmu.
Nisfari, H. M. (2015). Analisis Kinerja Jaringan Wireless LAN Berdasarkan Mekanisme Load Balancing Dengan Algoritma Least Connection Menggunakan Simulator Opnet 14.5. Transmisi,17 .
Nugroho Bunafit. (2013). Dasar Pemrograman Web PHP - MySQL dengan Dreamwever. Yogyakarta: Gava Media.
Radha, D. R. (2015). Load Balancing with Disaster Recovery using multi cloud.
International Journal of Science and Research ( IJSR ) , Volume 4 Issue 9.
Rijayana, I. (2005). Teknologi Load Balancing Untuk Mengatasi Beban Server.
Bandung.
Sahar Idwan, J. A. (2016). Load Balancing For Disaster Recovery and Management.
Springer , Volume 88.