• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Metodologi Penelitian

3. Metode Pengumpulan data

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research). Maksudnya adalah pengumpulan data dilakukan dengan menelaah buku-buku atau literatur-literatur yang terkait dengan pembahasan yang akan diteliti, baik yang berbahasa asing maupun yang berbahasa Indonesia.

Penelitian ini menyangkut ayat al-Qur’an, maka kepustakaan primer ialah kitab suci al-Qur’an dan kitab-kitab tafsir baik keterangan ulama klasik maupun kontemporer. Sedangkan kepustakaan yang bersifat sekunder ialah buku-buku yang membahas atau yang berkaitan tentang Insya Allah.

Dalam proses pengumpulan data, digunakan prosedur. Prosedur yang dimaksud adalah :

a. Menetapkan masalah yang akan dibahas (topik)

26M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an/ Tafsir, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1954), h. 185

27Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), h. 14

14

b. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut.29 4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Peneliti menggunakan metode pengolahan dan analisis data yang bersifat kualitatif, agar data yang diperoleh dapat dijadikan sebagai bahasan yang akurat. Metode yang digunakan pada kajian ini berupa analisis isi30 dengan menggunakan pola berpikir induktif sebagai pisau analisis kerjanya.

Dalam proses pengelohan data, digunakan prosedur sebagai berikut:

a. Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya, disertai pengetahuan tentang asba>b al-nuzu>lnya

b. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna.

Adapun prosedur yang digunakan dalam proses analisis data yaitu: a. Memahami korelasi ayat-ayat tersebut salam surahnya masing-masing

b. Melengkapi membahasan dengan hadis-hadis yang relevan dengan pokok pembahasan

c. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai pengertian yang sama, atau mengompromikan antara yang ‘am (umum) dan yang kha>s} (khusus, mutlaq dan muqayyad, terikat),

29Abdul Hayy al-Farmawi, al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maud}u>’i : Dirasah Manhajiyyah

Mauduiyyah, terj. Rosihan Anwar, Metode Tafsir Maudu’i dan Cara Penerapannya (Cet. I; Bandung : Pustaka Setia, 2002), h. 51-52.

30Metode analisis isi pada dasarnya merupakan suatu teknik sistematik untuk menganalisis

isi pesan dan mengolah pesan, atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih. Tim Penyusun, Metode Penelitian Sosial : Berbagai alternatif Pendekatan, ed. Bagong Suyanto dan Sutinah (Cet. V; Jakarta : Kencana, 2010), h. 126.

atau yang pada lahirnya bertentangan, sehingga semuanya bertemu dalam satu muara tanpa perbedaan atau pemaksaan.31

F. Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan

Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam dan komprehensif tentang konsep Insya Allah dalam al-Qur’an. Adapun rinciannya, untuk:

a. Mengetahui hakikat Insya Allah dalam al-Qur’an. b. Mengetahui wujud Insya Allah dalam al-Qur’an. c. Mengetahui urgensi Insya Allah dalam al-Qur’an.

2. Kegunaan

Kegunaan dalam penelitian ini mencakup kegunaan akademik dan kegunaan praktis. Pertama, kegunaan ilmiah dimana penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu sumber khazanah keilmuan dalam studi keislaman khususnya terkait tema konsep InsyaAllah dalam al-Qur’an; kedua, secara praktis penelitian ini dapat menggerakkan hati, menumbuhkan semangat untuk bersegera meninggalkan hal-hal yang keliru yang selama ini dikerjakan. dan kembali kepada jalan yang baik dan benar, ke jalan yang diridai oleh Allah swt. dan untuk mendapatkan gelar S.Ag.

31Abdul Hayy al-Farmawi, al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maud}u>’i : Dirasah Manhajiyyah

Mauduiyyah, terj. Rosihan Anwar, Metode Tafsir Maudu’i dan Cara Penerapannya (Cet. I; Bandung : Pustaka Setia, 2002), h. 51-52.

16 BAB II

HAKIKAT INSYA ALLAH DALAM AL-QUR’AN A. Pengertian Insya Allah dalam Al-Qur’an

Insya Allah dalam bahasa Arab kata ditulis dengan

هَّللا َءاَش ْنِإ

yang artinya ‚apabila Allah menghendaki‛.1 Ucapan Insya Allah dalam kamus bahasa Indonesia adalah ungkapan yang digunakan untuk menyatakan harapan atau janji yang belum tentu dipenuhi.2 Kata Insya Allah hampir sama maknanya dengan kata Masya Allah artinya ‘apa yang’ Allah swt., kehendaki. Insya Allah jika diuraikan terdiri atas in

(نإ)

, sya>’a

(ءاش)

, dan Allah

(للها)

. In

(نإ)

artinya jika, sya>’a artinya menghendaki, dan Allah adalah Tuhan yang wajib disembah. 3

Kata Insya Allah menurut istilah adalah suatu ungkapan yang diucapkan oleh seorang muslim untuk menyatakan kesanggupan dalam suatu pekerjaan atau memenuhi janji dengan menyandarkan kepada kehendak Allah swt. artinya, menurut perhitungannya, jika di kehendaki oleh Allah swt. dia akan mampu melakukan suatu pekerjaan yang dibebankan kapadanya, atau memenuhi janjinya dengan cara lain dan bukan sebaliknya digunakan untuk menyatakan ketidaksanggupannya melakukan suatu pekerjaan.4

Kalimat Insya Allah dalam Tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab mengatakan bahwa kalimat Insya Allah merupakan isyarat bahwa tidak ada sesuatu

1Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab Indonesia, (Surabaya: Pustaka

Progresif, 2002), h. 754

2Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke III, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005),

h. 437

3Abu Nabila, Dahsyatnya 10 Kalimat Suci; Kalimat-Kalimat Yang Harus Hadir Dalam

Setiap Diri, (Solo: Tinta Medina, 2016), h.167

yang dapat membebani Allah swt. dengan suatu kewajiban. Semua terlaksana atas kehendak-Nya yang mutlak yaitu jika Dia berkehendak.5

Kalimat Insya Allah megisyaratkan tentang kebesaran Allah swt. di balik lafal tersebut menyiratkan bahwa sebagai seorang manusia tidak bisa melawan kehendak-Nya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa manusia hanya bisa merencanakan sesuatu, sementara Allah yang menentukan.6

Kalimat Insya Allah jika direnungkan lebih dalam, juga bermakna ketauhidan. Karena, dengan mengucapkan Insya Allah berarti kita telah bertekad bahwa Allah swt. yang menentukan segala sesuatunya, hal itu juga berarti bahwa hanya (mengindikasikan tauhid) Allah swt. yang mempunyai ketentuan-ketentuan yang disebut sebagai qad{a>’ dan qadar. Sementara itu, beriman kepada qad{a> dan qadar merupakan salah satu dari enam rukun iman, yakni rukun yang ke enam.7

Berdasarkan perintah dalam al-Qur’an ataupun hadis nabi, ucapan Insya Allah tersebut diucapkan untuk menguatkan janji dengan dorongan kuat di dalam hati untuk melaksanakan suatu janji yang telah dibuat.8 Ucapan Insya Allah disamping merupakan adab yang di ajarkan agama dalam menghadapi sesuatu di masa depan, ia juga mengandung makna permohonan kiranya memperoleh bantuan Allah swt. dalam menghadapi sesuatu.9 Dengan demikian Insya Allah merupakan suatu kata yang diucapkan untuk menyatakan kesanggupan dalam suatu perbuatan

5M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Vol XIII,

(Jakarta, Lentera Hati, 2002), h. 213

6Ali Abdullah, Pintu-Pintu Hikmah, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2017), h. 122

7Ali Abdullah, Pintu-Pintu Hikmah, h. 122

8Abu Nabila, Dahsyatnya 10 Kalimat Suci; Kalimat-Kalimat Yang Harus Hadir Dalam

Setiap Diri, h.167

9M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Vol. VI, h.

18

yang akan dilakukan di masa akan datang, dengan meyandarkan kepada kehendak Allah swt. karena tidak seorangpun memiliki jaminan untuk bisa melakukan sesuatu pada masa yang akan datang, kecuali dengan kehendak Allah swt. Insya Allah juga menunjukkan suatu kepatuhan terhadap Allah swt. di mana seseorang yang mengucapkan hal tersebut menyerahkan segala keputusan di tangan Allah swt. dan menerima takdir bahwa kadang Allah swt. bertindak tidak sesuai dengan dugaan manusia.

Dokumen terkait