• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENILAIAN ERGONOMI .1 Ergonomic Assesment Survey (EASY)

Dalam dokumen BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 27-35)

Ergonomic Assesment Survey (EASY) adalah suatu metode yang mengidentifikasi dan merangking kegiatan atau operasi dengan tingkatan (frekuensi dan prioritas) dari faktor-faktor ergonomi. Hal ini merupakan simpulan dari kesatuan alat penilaian risiko yaitu BRIEF Survey untuk pekerjaan dengan data cidera / gangguan kesehatan dan feedback pekerja dengan memproses strategi prioritas risiko. Metode EASY merupakan bagian pusat dari proses ergonomi. EASY menyediakan metode untuk mengidentifikasi masalah yang merupakan tujuan, sesuatu yang dapat dipercaya dan pendukung identifikasi prioritas. EASY mengembangkan suatu pernyataan untuk fasilitas pada suatu kegiatan dengan menentukan tingkat risiko tiap bagian tubuh. Rangking dari EASY akan mengidentifikasi nilai total yang berkisar antara 1-7. Berdasarkan persetujuan dengan sumber data sehingga pendekatan masalah lebih sistematis dan dengan cara pendekatan yang logis (Humantech, 1989, 1995).

2.5.2 Baseline Risk Identification of Ergonomics Factors (BRIEF)

Baseline Risk Identification of Ergonomics Factors (BRIEF) adalah alat penyaring awal menggunakan struktur dan bentuk sistem tingkatan untuk mengidentifikasi penerimaan tiap tugas dalam suatu pekerjaan. BRIEF digunakan untuk menentukan sembilan bagian tubuh yang dapat berisiko terhadap terjadinya gangguan muskuloskeletal. Bagian tubuh yang dianalisa meliputi: tangan dan pergelangan tangan kiri, siku kiri, bahu kiri, leher, punggung, tangan dan pergelangan tangan kanan, siku kanan, bahu kanan, dan kaki. Penilaian pekerjaan menggambarkan tinjauan ulang ergonomi secara mendalam dari ketiga penetapan data ( sederhana, mudah dipahami, dan dapat dipercaya) dan juga yang paling memberikan beban paling berat (Humantech, 1989, 1995)

Survei ini mengidentifikasi risiko-risiko yang berhubungan dengan postur, tenaga, durasi, dan frekuensi ketika mengamati kesembilan bagian tubuh tersebut. Penilaian risiko digunakan untuk menentukan tinggi, sedang, atau rendahnya risiko untuk setiap bagian tubuh. Kelebihan BRIEF Survey, antara lain :

1. Dapat mengkaji hampir seluruh bagian tubuh (9 bagian tubuh). 2. Dapat menentukan risiko terhadap terjadinya CTD (Cumulative

Trauma Disorders).

3. Dapat menentukan bagian tubuh mana yang memiliki beban paling berat.

4. Dapat mengidentifikasi awal peneyebab MSDs

5. Telah memenuhi persyaratan sebagai sebuah sistem analisa bahaya MSDs yang diakui OSHA

6. Tidak membutuhkan seorang ahli ergonomi untuk melakukan penilaian pekerjaan menggunakan BRIEF Survey

Kekurangan BRIEF Survey, antara lain :

1. Tidak dapat mengetahui total skor secara menyeluruh dari suatu pekerjaan, karena skor yang dihitung berdasarkan bagian tubuh yang dinilai

2. Banyak faktor yang harus dikaji

3. Membutuhkan waktu pengamatan yang lebih lama 4. tidak dapat digunakan untuk manual handling.

2.5.3 Quick Exposure Checklist (QEC)

Quick Exposure Checklist (QEC) secara cepat menilai pajanan risiko dari Work-related Musculoskeletal Disorders (WMSDs). Metode ini dikembangkan oleh Li dan Buckle (1999). QEC memiliki tingkat sensitivitas dan kegunaan yang tinggi serta dapat diterima secara luas realibilitasnya. QEC dapat diaplikasikan untuk jenis pekerjaan yang lebih luas. Dengan waktu pelatihan yang singkat, penilaian dapat dilengkapi secara cepat untuk setiap tugas atau pekerjaan. QEC memberikan evaluasi pada desain peralatan dan tempat kerja. QEC membantu untuk mencegah berbagai macam WMSDs. Tujuan dari penggunaan QEC adalah :

1. Mengukur perubahan postur terhadap faktor risiko muskuloskeletal sebelum dan sesudah intervensi ergonomi

2. Melibatkan kedua pihak yakni observer dan pekerja dalam melaksanakan penilaian risiko dan mengidentifikasi kemungkinan perubahan.

3. Mendorong peningkatan kualitas tempat kerja

4. Meningkatkan kepedulian dan kesadaran pada manjer, teknisi, designers, praktisi K3, dan pekerja mengenai faktor risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs) di tempat kerja.

5. Membandingkan pajanan antar karyawan dalam satu pekerjaan ataupun antar karyawan pekerjaan berbeda.

Dalam penggunaannya QEC memiliki empat tahapan kerja yang meliputi : 1. Pengukuran oleh peneliti (Observer’s assessment)

Peneliti (observer) memiliki form isian tersendiri yang dapat diisi melalui pengamatan kerja di lapangan. Sebagai alat bantu, dapat menggunakan stopwatch guna menghitung durasi dan frekuensi kerja. 2. Pengukuran oleh pekerja (Worker’s assessment)

Seperti halnya peneliti (observer), pekerja pun memiliki form isian sendiri, yang berisi pertanyaan seputar pekerjaan yang dilakukan. 3. Mengkalkulasi skor pajanan

Proses kalkulasi dapat dilakukan melalui dua cara, yakni manual (dengan menjumlahkan skor pada lembar isian), ataupun dengan program komputer

4. Consideration of action

QEC secara cepat dapat mengidentifikasikan tingkat pajanan dari punggung, bahu/lengan tangan, pergelangan tangan dan leher. Hasil dari metode ini juga merekomendasikan intervensi ergonomi yang efektif untuk mengurangi tingkat pajanan

Metode QEC ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari metode ini, antara lain adalah:

1. mencakup beberapa faktor risiko fisik terbesar terkait WMSDs

2. mempertimbangkan kebutuhan pengguna dan dapat digunakan oleh peneliti yang belum berpengalaman

3. mempertimbangkan kombinasi dan interaksi berbagai macam faktor risiko di tempat kerja

4. menyediakan tingkat sensitivitas dan kegunaan yang baik 5. realibilitas dapat diterima secara luas

6. mudah dipelajari dan cepat digunakan

Disamping berbagai keuntungan tersebut, metode ini juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain :

1. metode hanya berfokus pada faktor fisik di tempat kerja

2. hipotesis skor pajanan yang disarankan pada action level membutuhkan validasi

3. pelatihan dan praktek tambahan diperlukan oleh penggunan yang belum berpengalaman untuk pengembangan reliabilitas pengukuran (Stanton, dkk, 2005).

2.5.4 Rapid Upper Limb Assessment (RULA)

Rapid Upper Limb Assessment (RULA) adalah suatu metode penilaian postur utuk menentukan risiko gangguan kesehatan yang disebabkan oleh tubuh bagian atas. RULA merupakan metode analisis cepat dan sistematik dari risiko postur terhadap pekerja. Analisis dapat dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi untuk menggambarkan atau memperlihatkan efektivitas dari pengendalian yang telah dilaksanakan.

Tingkat risiko dihitung dalam skor 1 yang berarti memiliki tingkat risiko rendah hingga skor 7 yang berarti memiliki tingkat risiko tinggi. Skor tersebut disatukan ke dalam empat kategori action level yang mengindikasikan jangka waktu yang tepat untuk dilakukannya tindakan pengendalian yang disarankan. RULA biasanya digunakan pada pekerjaan di depan komputer, manufaktur atau retail dimana pekerja duduk atau berdiri tanpa adanya pergerakan. Tujuan dari RULA adalah sebagai berikut:

1. Mengukur risiko muskuloskeletal, biasanya sebagai bagian dari sebuah investigasi ergonomi

2. Membandingkan beban muskuloskeletal yang terjadi dan memodifikasi desain tempat kerja

3. Mengevaluasi hasil, seperti produktivitas atau kesesuaian peralatan

4. Mendidik pekerja terhadap risiko muskuloskeletal yang ada di berbagai postur kerja yang berbeda

Prosedur menggunakan RULA terbagi ke dalam tiga langkah, yaitu: 1. Memilih postur yang akan dinilai

2. Postur dinilai dengan menggunakan lembar penilaian, diagram bagian tubuh, dan tabel

3. Nilai diubah ke dalam kategori action level dari angka 1hingga 4 (Stanton, dkk, 2005).

Seperti metode penilaian ergonomi yang lain, RULA juga memiliki kelebihan. Kelebihan RULA adalah sebagai berikut:

1. Panduan cepat dan mudah untuk mendeterminasi keberadaan WMSDs 2. Efektif untuk menilai postur bagian atas

3. Sudah mencakup postur, tekanan, dan frekuensi

4. Dapat mengidentifikasi pada bagian tubuh mana yang berisiko paling besar pada suatu pekerjaan

5. Score pada RULA dilengkapi dengan action level yang menggambarkan prioritas tindakan.

Selain kelebihan yang telah disebutkan tersebut, RULA juga memiliki kekurangan, antara lain:

1. Tidak menilai postur secara keseluruhan 2. Hanya efektif pada sedentary task

3. Beban (force) dan waktu (frekuensi & durasi) tidak dijelaskan secara spesifik pada setiap bagian tubuh

4. Waktu untuk intervensi tidak dijelaskan secara jelas.

2.5.5 The Ovako Working Posture Analysis System (OWAS)

The Ovako Working Posture Analysis System (OWAS) merupakan suatu metode yang digunakan dalam mengevaluasi postur tubuh pekerja selama bekerja, dengan menganalisa berdasarkan klasifikasi sederhana dan sistematik dari postur saat bekerja yang dikombinasikan dengan observasi dari kegiatan pekerjaan. OWAS mengizinkan pengguna OWAS untuk mengestimasi berdasarkan beratnya objek yang diangkat ataupun kekuatan yang digunakan saat bekerja. Dalam perhitungannya, metode ini juga mengikutsertakan waktu observasi dan kaitannya dengan kegiatan pekerjaan yang memungkinkan menghubungkan setiap postur yang dilakukan dengan kegiatan pekerjaan yang mempengaruhinya (ILO, 1998).

Tabel 2.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode OWAS

Kelebihan Kekurangan • Mudah digunakan

• Hasil observasi bisa dibandingkan dengan benchmarks untuk menentukan prioritas intervensi • Angka pada tiap bagian tubuh bias

digunakan untuk perbandingan sebelum dan sesudah intervensi untuk mengevaluasi keefektifitasannya • Angka pada tiap bagian tubuh bias

digunakan untuk studi epidemiologi

• Tidak adanya informasi mengenai durasi waktu kerja dari postur kombinasi

• Tidak ada perbedaan klasifikasi antara lengan kiri dan kanan

• Tidak memperhitungkan mengenai posisi siku, pergelangan tangan atau tangan

2.5.6 Rapid Entire Body Assessment (REBA)

Rapid Entire Body Assessment (REBA) adalah cara penilaian tingkat risiko dari repetitive motion dengan melihat pergerakan/ postur yang dilakukan oleh pekerja. Pengukuran dilakukan menggunakan task analysis (tahapan kegiatan kerja dari awal hingga akhir).

Sistem penilaian REBA digunakan untuk menghitung tingkat risiko yang dapat terjadi sehubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan MSDs dengan menampilkan serangkaian tabel-tabel untuk melakukan penilaian berdasarkan postur-postur yang terjadi beberapa bagian tubuh dan melihat beban atau tenaga yang dikeluarkan serta aktivitasnya. Perubahan nilai-nilai disediakan untuk setiap bagian tubuh untuk memodifikasi nilai dasar jika terjadi perubahan atau penambahan faktor risiko dari setiap pergerakan postur yang dilakukan.

Cara perhitungan adalah dengan memberi nilai pada setiap postur yang terjadi, yang terdiri dari tiga group, yakni : pertama pada bagian leher, punggung, dan kaki ; kedua pada bagian lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan ; ketiga merupakan penggabungan antara bagian pertama dan bagian kedua. Bagian pertama dijumlahkan dengan berat sedangkan bagian kedua dijumlahkan dengan coupling, dan ketiga dijumlahkan dengan aktivitas yang dilakukan. Setelah didapatkan hasilnya maka dapat ditentukan rekomendasi untuk tindakan pengendalian, berdasarkan atas tingkat risiko yang terjadi (Stanton, dkk, 2005).

Tabel 2.4 REBA Action Levels

Skor REBA Tingkat Risiko Action Level Tindakan

1 2-3 4-7 8-10 11-15 Diabaikan Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi 0 1 2 3 4 Tidak perlu Mungkin perlu Perlu Perlu segera Sekarang juga Sumber: Stanton, dkk, 2005

Alasan penulis menggunakan metode REBA di dalam penelitian ini dikarenakan metode ini menilai risiko pada seluruh bagian tubuh dan juga menilai

diuji, sehingga penelitian dapat diterima secara ilmiah. Selain itu, metode ini juga tidak membutuhkan waktu yang lama dalam penelitiannya dan mudah untuk digunakan. Metode ini tentu saja bukanlah metode yang paling baik digunakan, namun mungkin lebih sesuai untuk penelitian ini. Berikut merupakan kelebihan dan kekurangan dari metode ini.

Tabel 2.5 Kelebihan dan Kekurangan Metode REBA

Kelebihan Kekurangan • Menilai risiko pada hampir semua bagian

tubuh seperti dada, leher, kaki, pergelangan tangan, anggota gerak atas dan bawah

• Memisahkan penilaian untuk pergelangan tangan, anggota gerak atas dan bawah menjadi sisi kanan dan kiri

• Menilai faktor risiko ergonomi lain, seperti postur janggal, durasi, frekuensi,

coupling, dan force.

• Dapat digunakan untuk menilai postur statis, postur dinamis, postur tidak stabil yang selalu cepat.

• Dapat menilai hampir semua aktivitas tubuh.

• Dapat digunakan untuk menilai lebih dari satu spesifik task.

• Sensitif terhadap risiko MSDs pada berbagai task.

• Skor final REBA menunjukkan action

level dengan indikasi dari urgensi postur

yang dinilai.

• Kerangka waktu untuk intervensi tidak diberitahukan dengan jelas.

• Belum menilai faktor risiko ergonomi dari lingkungan.

• Hanya menganalisis faktor risiko postur, dan tidak ada analisis terhadap faktor risiko ergonomi secara lengkap.

• Tidak ada analisis terhadap faktor risiko individu dan organisasi.

• Faktor risiko fisik lainnya tidak di ukur. • Tidak ada pengukuran durasi dan

frekuensi tiap bagian tubuh secara lebih spesifik.

OPERASIONAL

Dalam dokumen BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 27-35)

Dokumen terkait