• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab I PENDAHULUAN

B. Metode Drill

1. Metode Pembelajaran

Kajian tentang metode pembelajaran secara akademis telah dikembangkan sejak 2500 tahunan yang lalu. Seorang filosof ternama Plato yang hidup sekitar 427-347 sebelum Nabi Isa lahir dengan metode pembelajarannya ”dialougue” atau sekarang dikenal dengan metode diskusi. Perkataan metode pembelajaran atau inlructional m ethod berasal dari bahasa Yunani yaitu metha dan hodos. Metha berarti dibalik atau di belakang hodos berarti melalui Mau jalan (Rasyad; 2003:100) Plato sendiri memberikan definisi pembelajaran adalah mengasuh jasmani dan rohani supaya sampai kepada keindahan dan kesempurnaan yang telah dicapai (Yunus; 1999: 5).

Di masa lalu pengajaran dipandang sebagai proses mengisi otak dengan pengetahuan. Sejalan dengan pandangan tersebut, metode yang digunakan guru hanya berpusat pada metode ceramah. Lahirnya teori-teori bani yang menjelaskan karakteristik belajar membawa pembahan pada watak pengajaran dan memunculkan berbagai metode mangajar (Suparta,

1998: 159).

Mengajar bukan semata persoalan menceritakan dan belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri, penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang optimal, karenanya diperlukan suatu strategi yang dapat mendukung

Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud, cara menyelidiki (Poerwadarminta; 1986: 649). Sedangkan metode pendidikan adalah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik. Kata metode di sini diartikan secara luas. Karena mengajar adalah salah satu bentuk upaya mendidik, maka metode yang dimaksud di sini mencakup juga metode mengajar. Ada banyak metode mengajar dalam literatur pendidikan baik secara umum maupun khusus pendidikan Islam. Disebut metode umum karena metode tersebut digunakan untuk mengajar pada umumnya. Metode-metode pangajaran umum tersebut bisa saja digunakan untuk mengajarkan ilmu pendidikan Islam untuk memperkaya metode pendidikan Islam (Tafsir, 1998: 131).

Kemudian dari dalam Ensiklopedi Pendidikan, metode diartikan sebagai jalan, cara yang tepat untuk melakukan sesuatu. Jadi dari bebrapa pengertian tersebut, dapat di simpulkan bahwa metode adalah cara yang tepat dan terencana untuk melakukan segala aktifitas guna mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien.

Seorang guru dalam proses pembelajaran tentu tidak dapat lepas dari penggunaan metode-metode pembelajaran. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara yang digunakan guru untuk menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok agar pelajaran yang disampaikan dapat terserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan. Jadi seorang guru harus pandai memilih metode pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Penggunan metode pembelajaran yang kurang tepat dapat menghambat pencapaian tujuan dalam proses pembelajaran. Sedangkan apabila metode yang digunakan guru tepat, maka tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif.

Pada kenyataannya, cara atau metode mengajar yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi kepada siswa berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan serta sikap. Begitu juga dengan metode yang digunakan, untuk memotivasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi atau untuk menjawab suatu pertanyaan tertentu, akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk tujuan agar siswa mampu berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri dalam menghadapi berbagai persoalan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih metode pembelajaran. Hal-hal tersebut adalah (1) metode mengajar harus dapat membangkitkan motivasi, minat, atau gairah belajar siswa, (2) mampu memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya, (3) dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi (pembaharuan), (4) harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi, (5) mampu menyajikan materi yang bersifat pengalaman atau situasi nyata dan bertujuan, (6) dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekeija yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan memperhatikan hal»hal tersebut, guru dapat menggunakan metode yang tepat untuk membelajarkan suatu materi kepada siswanya dan dengan metode tersebut tujuan pembelajaran dapat tercapai. Ketika sebuah pembelajaran mengalami hambatan untuk mencapai tujuannya dengan efektif maka sebuah metode memegang peranan yang penting. Sebuah metode pembelajaran mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:

a. Sebagai alat motivasi ekstrinsik

Metode berfungsi sebagai alat ekstrinsik karena dapat mendorong teijadinya proses pembelajaran yang lebih hidup di dalam kelas. Motifasi ini terlepas dari unsur utama pembelajaran yaitu guru, peserta didik dan bahan ajar

b. Sebagai strategi pembelajaran

Ini terlepas dari unsur utama pembelajaran yaitu guru, peserta didik dan bahan ajar

c. Sebagai alat mencapai tujuan

Pembelajaran selalu mempunyai tujuan yang berbeda. Tentu saja perberbedaan tujuan pembelajaran yang ditentukan membuat seorang guru harus menggunakan metode yang berbada untuk mencapainya. Sehingga penggunaan metode yang tepat akan mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran yang ditentukan.

Seorang guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi, maka diperlukan adanya variasi metode yang dipakai. Perlu diketahui bahwa tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik

diantara metode-metode yang lain. Tiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain.

Adakalanya seorang guru perlu menggunakan beberapa metode dalam menyampaikan suatu pokok babasan tertentu. Dengan variasi beberapa metode, penyajian pengajaran menjadi lebih hidup. Misalnya pada awal pengajaran, guru memberikan suatu uraian dengan metode ceramah, kemudian menggunakan contoh-contoh melalui peragaan dan diakhiri dengan diskusi atau tanya-jawab. Di sini bukan hanya guru yang aktif berbicara, melainkan siswa pun terdorong untuk berpartisipasi. Seorang guru yang pandai berpidato dengan segala humor dan variasinya, mungkin tidak mengalami kesulitan dalam berbicara, ia dapat memukau siswa dan awal sampai akhir pengajaran. Akan tetapi bagi seorang guru bicara, uraiannya akan terasa kering, untuk itu ia dapat mengatasi dengan uraian sedikit saja, diselingi tanya jawab, pemberian tugas, keija kelompok atau diskusi sehingga kelemahan dalam berbicara dapat ditutup dengan metoda lain. Ketrampilan mengadakan variasi ini bertujuan untuk:

a. Menimbulkan dan membangkitkan perhatian siswa kepada aspek belajar mengajar yang relevan.

b. Membarikan kesempatan bagi perkembangan bakat ingin mengetahui dan menyelidiki pada siswa.

c. Memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.

d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenanginya (Usman, 2003: 84).

Selanjutnya pengertian tentang pembelajaran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia telah dijelaskan bahwa kata pembelajaran itu sendiribermakna proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Jadi dari kedua pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa arti dari metode pembelajaran adalah suatu taktik atau trik yang harus dikuasai dan diterapkan pendidik dalam berlangsungnya proses belajar mengajar. Agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Pada dasarnya proses belajar mengajar mempunyai suatu paradigma. Paradigma lama mengatakan bahwa proses belajar mengajar cenderung di istilahkan sebagai suatu pengajaran, yang mana term ini lebih dikonsentrasikan pada kegiatan pendidik dan tidak pada peserta didik, proses belajar mengajar dapat dikatakan tercapai maksud dan tujuannya bila pendidik telah mnyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Jadi term ini sama sekali tidak dikaitkan dengan proses belajar. Berbeda dengan paradigma baru yang mengatakan bahwa proses belajar cenderung di istilahkan sebagai suatu pembelajaran tidak lagi sebagai pengajaran. Artinya term pembelajaran ini sudah mulai dikaitkan dengan proses belajar peserta didik, sehingga proses belajar mengajar lebih dikhususkan oleh aktifitas siswa, dengan tidak melepas peranan pendidik.

Seorang guru dituntut untuk memiliki keterampilan dalam menentukan atau memilih kegiatan yang tepat dan efektif. Untuk mencapai tujuan dari pengajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain guru dituntut untuk dapat menentukan metode pembeljaran yang tepat dan efektif. Namun tidak ada strategi pembelajaran yang baik untuk semua situasi dan kondisi. Setiap situasi dan kondisi tertentu memiliki metode mengajar yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi tersebut. Oleh karena itu guru harus mengetahui dasar-dasar pemilihan metode pengajaran agar tujuan yang telah ditentukan dapat tercapai.

Proses pembelajaran menuntut guru dalam merancang berbagai macam metode pembelajaran yang memungkinkan teijadinya proses pembelajaran dari diri siswa. Rancangan ini merupakan acuan dan panduan, baik bagi guru sendiri maupun pagi siswa. Keaktifan dalam pembelajaran tercermin dari kegiatan baik yang dilakukan guru maupun siswa dengan menggunakan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun perencanaan, proses pembelajaran dan evaluasi.

b. Adanya keterlibatan intelectual-emosional siswa baik melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat dan pembentukan sikap.

c. Adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi yang cocok untuk berlangsungnya proses pembelajaran

d. Guru bertindak sebagai fasilitator (pemberi kemudahan) dan koordinator kegiatan relajar siswa bukan sebagai pengajar (instruktur) yang mendominasi kegiatan di kelas.

e. Biasakan menggunakan berbagai metode, media dan alat secara bervariasi (Asrori, 2008: 91).

Langkah selanjutnya dalam proses pemilihan strategi pembelajaran adalah penentuan lingkungan belajar. Dalam hal ini ada tiga setting belajar dan studi independen atau keija praktek. Masing- masing dari ketiga tersebut mempunyai strategi pembelajaran sendiri- sendiri. Untuk ketiga kelas besar lebih cocok di gunakan metode ceramah atau diskusi kelompok, untuk kegiatan laboratorium lebih tepat di gunakan alat- alat, dan kegiatan studi praktek karena dengan praktek akan memungkinkan siswa mendapat pengalaman langsung mengenai tanggungjawab yang akan diembannya kelak.

Dalam memilih suatu strategi, hendaknya dapat mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik pasif atau hanya menerima pelajaran dari guru, ada kecenderungan untuk cepat melupakan pelajaran yang telah diberikan. Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedang pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

Jika ditelusuri lebih jauh tentang kompetensi profesional, kemudian dibandingkan dengan apa yang harus dilakukan dalam metode pembelajaran, dapat diperoleh kesan bahwa:

a. Dalam metode pembelajaran diperlukan landasan, baik filosofis, psikologis maupun teori-teri dalam belajar.

b. Dalam pengembangan isi atau materi diperlukan kemampuan mengorganisasi materi dalam pembelajaran dan urutan yang rasional. c. Dalam melaksanakan prses pembelajaran sebagai implementasi metode

pembelajaran diperlukan kemampuan mengangani pelajaran, menggunakan alat, metode dan fasilitas belajar.

d. Untuk menilai hasil pencapaian pembelajaran diperlukan kemampuan mengevaluasi.

e. Pada tingkat yang lebih tinggi metode pembelajaran diarahkan untuk menumbuhkan kepribadian siswa sesuai dengan tujuan akhir pendidikan yang hendak di capai (Asrori, 2008: 97).

Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan teijadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidupnya.

Ada banyak sekali metode pengajaran yang digunakan oleh para pendidik, salah satu metode pengajaran yang digunakan adalah metode drill/ latihan. Seberapa efektifkah metode ini dan bagaimanakah metode ini dipergunakan dalam proses pembelajaran ?

2. Metode Drill

Drill merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan- latihan terhadap apa yang telah dipelajari siswa sehingga memperoleh suatu

keterampilan tertentu. Winamo Surachmad (1979) menyatakan metode drill atau disebut metode latihan dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau ketrampilan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukan secara praktik suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan disiap-siagakan (Basyirudin, 2002: 55). Sedangkan Menurut Zuhairini (2002) metode drill adalah suatu metode dalam pembelajaran dengan cara melatih anak didik terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan. Sedangkan Roestiyah NK (2002) menyatakan matode drill adalah suatu teknik yang dapat diartikan dengan suatu cara mengajar dimana siswa melakukan latihan-latihan agar memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari. Sedangkan Zakiyah Darojat dkk mengatakan bahwa, penggunaan istilah ’’latihan” sering disamakan dengan istilah ’’ulangan” padahal yang dimaksud berbeda. Latihan dimaksudkan agar penetahuan dan kecakapan tertentu dapat dimiliki anak didik dan dikuasai sepenuhnya. Sedangkan ulangan adalah hanya sekedar untuk mengukur sejauhmana ia menyerap pelajaran tersebut (Armai, 2002:175).

Metode drill atau disebut latihan adalah suatu metode mengajar dimana siswa iangsung diajak menuju ketempat latihan keterampilan/ eksperimental, seperti untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya, dsb. Metode ini

Kata iatihan mengandung arti bahwa sesuatu itu selalu diuiang- uiang, akan tetapi bagaimanapun juga antara situasi belajar yang pertama dengan situasi beiajar yang realistis, ia akan berusaha melatih keterampilannya. Bila situasi beiajar itu diubah-ubah kondisinya sehingga

menuntut respons yang berubah, maka keterampilan akan lebih disempurnakan.

Metode drill/latihan dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukan secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan. Ada keterampilan yang dapat disempurnakan dalam jangka waktu yang pendek dan ada yang membutuhkan waktu cukup lama.

Perlu diperhatikan latihan itu tidak diberikan begitu saja kepada siswa tanpa pengertian, jadi latihan itu didahului dengan pengertian dasar. Hakekat metode drill adalah pembiasaan. Pembiasaan merupakan proses pendidikan. Pendidikan yang instan biasanya melupakan aspek pembiasaan ketika suatu praktek sudah terbiasa dilakukan maka akan menjadi suatu tradisi yang sulit dilupakan (Azizy, 2004:147).

Metode drill tidaklah dapat digunakan kepada semua materi pelajaran. Metode ini wajar digunakan untuk :

a. Kecakapan motoris, misalnya: menggunakan alat-alat (musik, olahraga, menari, pertukangan dan sebagainya).

b. Kecakapan mental, misalnya: Menghafal, menjumlah, menggalikan, membagi dan sebagainya.

Adapun dalam menggunakan metode drill ini hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Tujuan harus dijelaskan kepada siswa sehingga selesai latihan mereka diharapkan dapat mengeijakan dengan tepat sesuai apa yang diharapkan.

b. Tentukan dengan jelas kebiasaan yang dilatihkan sehingga siswa mengetahui apa yang harus dikeijakan.

c. Lama latihan harus disesuaikan dengan kemampuan siswa. d. Selingilah latihan agar tidak membosankan.

e. Perhatikan kesalahan-kesalahan umum yang dilakukan siswa untuk perbaikan secara kiasikal sedangkan kesalahan perorangan dibetulkan secara perorangan pula.

Agar penggunaan metode drill dapat efektif, maka harus memenuhi syarat sebagai berikut

a. Sebelum dimulai pelajaran, hendaknya diawali dahulu dengan pemberian materi.

b. Metode yang dipakai hanya untuk bahan pelajaran kecekatan-kecekatan yang bersifat rutin dan otomatis.

c. Diusahakan hendaknya masa latihan dilakukan secara singkat, hal itu dimungkinkan agar tidak membosankan siswa.

d. Maksud diadakannya latihan ulangan harus memiliki tujuan yang lebih luas. e. Latihan diatus sedemikian rupa sehingga bersifat menarik dan dapat

menimbulkan motivasi belajar siswa (Armai, 2002: 175-176)

Metodologi mengajar banyak ragamnya, kita sebagai pendidik tentu harus memiliki metode mengajar yang beraneka ragam, agar dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan hanya satu metode saja, tetapi harus divariasikan, yaitu disesuaikan dengan tipe belajar siswa dan kondisi serta situasi yang ada pada saat itu, sehingga tujuan pengajaran yang telah dirumuskan oleh pendidik dapat terwujud / tercapai. Karena tidak ada satupun metode didunia ini yang sempurna. Namun demikian metode mengajar yang

digunakan oleh guru tidak ada yang dia-sia, karena metode tersebut mendatangkan hasil dalam waktu dekat dan dalam waktu yang relatif lama. Hasil yang dirasakan dalam waktu dekat disebut dampak langsung (intructional effects), sedangkan hasil yang dirasakan dalam waktu yang lama dinamakan dampak pengiring (nurturant effects) (Djamarah, 2000: 193). Karena itu setiap metode selalu memiliki kelebihan dan kelemahan.

Adapan kelebihan metode drill antara lain:

a. Peserta didik memperoleh kecakapan motoris, contohnya menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.

b. Peserta didik memperoleh kecakapan mental, contohnya dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.

c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.

d. Peserta didik memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan yang dipelajarinya.

e. Dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa peserta didik yang berhasil dalam belajar telah memiliki suatu keterampilan khusus yang berguna kelak dikemudian hari.

f. Guru lebih mudah mengontrol dan membedakan mana peserta didik yang disiplin dalam belajarnya dan mana yang kurang dengan memperhatikan tindakan dan perbuatan peserta didik saat berlangsungnya pengajaran.

Sedangkan kelemahan metode drill

a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.

b. Dapat menimbulkan verbalisme, terutama pengajaran yang bersifat menghapal. Dimana peserta didik dilatih untuk dapat menguasai bahan pelajaran secara hapalan dan secara otomatis mengingatkannya bila ada pertanyaan yang berkenaan dengan hapalan tersebut tanpa suatu proses berfikir secara logis.

c. Membentuk kebiasaan yang kaku, artinya seolah-olah peserta didik melakukan sesuatu secara mekanis, dalam dalam memberikan stimulus peserta didik bertindak secara otomatis.

d. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan, dimana peserta didik menyelesaikan tugas secara statis sesuai dengan apa yang diinginkan oleh guru.

Adapaun usaha yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi kelemahan metode drill ini antara lain:

a. Metode ini hendaknya digunakan untuk melatih hal-hal yang bersifat motorik, seperti menulis, permainan, pembuatan grafik, kesenian dsb. b. Sebelum latihan dimulai, pelajar hendaknya diberi pengertian yang

mendalam tentang apa yang akan dilatih dan kompetensi apa saja yang harus dikuasai.

c. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis. Kalau pada latihan pertama, pelajar tidak berhasil, maka guru harus mengadakan perbaikan, lalu penyempurnaan.

d. Latihan harus menarik minat dan menyenangkan serta menjauhkan dari hal-hal yang bersifat keterpaksaan.

e. Sifat latihan, yang pertama bersifat ketepatan kemudian kecepatan, yang keduanya harus dimiliki oleh peserta didik (Saputra dan Aly, 2003:189-

190).

Adapun pelaksanaan metode drill sendiri menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Dril hanya untuk bahan atau tindakan yang bersifat otomatis. b. Latihan harus memiliki arti dalam rangka yang lebih luas.

1) Sebelum dilakukan anak didik perlu mengetahui terlebih dahulu arti latihan itu sendiri.

2) Siswa perlu menyadari bahwa latihan-latihan itu berguna untuk kehidupan mereka selanjutnya

3) Siswa harus mempunyai sikap bahwa latihan itu diperlukan untuk melengkapi belajar

c. Latihan itu pertama-tama harus ditekankan pada diagnosa: 1) Pada taraf permulaan jangan diharapkan hasil yang sempurna. 2) Dalam percobaan kembali harus diteliti kesulitan yang timbul

3) Respon yang benar harus dikenal siswa, respon yang salah harus diperbaiki

4) Siswa memerlukan waktu untuk mewarisi latihan, perkembangan arti dan kontrol

5) Di dalam latihan, pertama-tama ketetapan, kemudian kecepatan dan pada akhirnya kedua-duanya harus tercapat.

d. Masa latihan harus relatif singkat, tetapi sering dilakukan pada waktu lain. e. Masa latihan harus menarik, gembira dan menyenangkan.

2) Setiap kemajuan siswa harus jelas

3) Hasil latihan terbaik harus sedikit menggunakan emosi. f. Pada wal latihan harus mendahulukan proses yang esensial.

g. Proses latihan dan kebutuhan harus disesuaikan dengan perbedaan individu. 1) Tingkat kecakapan yang diterima pada suatu saat tidak harus sama 2) Latihan secara perseorangan sangat perlu untuk menambah latihan

kelompok (Armai, 2002: 176-178)

Untuk mendapatkan kecakapan dengan metode drill ini ada dua fase. Pertama fase integratif dimana persepsi dari arti dan proses dikembangkan. Pada fase ini belajar kecakapan dikembangkan menurut praktek yang berti sering melakukan hubungan fimgsional dan aktifitas penyelidikan. Kedua, fase penyempurnaan atau fase penelitian di mana ketelitian dikembangkan. Dalam fase ini diperlukan ketelitian yang menuntut praktek yang berulang kali. Jadi tujuannya bukan lagi untuk ketangkasan tapi utnuk mendalami arti (Basyiruddin, 2002: 57).

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian ini penulis lakukan pada awal Mei sampai pertengahan Juni tanun 2010. Penelitian ini dilakukan pada akhir semester genap tahun ajaran 2009/2010. penelitian dilakukan selama kurang lebih 6 minggu dengan 3 siklus dengan masing- masing siklus selama 2 minggu atau 2 kali pertemuan.

Siklus 1 Pertemuan pertama: hari Sabtu, 24 april 2010. Pertemuan kedua: hari Sabtu, 1 mei 2010.

Siklus II Pertemuan pertama: hari Sabtu, 8 mei 2010. Pertemuan kedua: hari Sabtu, 15 mei 2010.

Siklus 111 Pertemuan pertama: hari Sabtu, 22 mei 2010. Pertemuan kedua: hari Sabtu, 22 mei 2010.

Sebagai catatan bahwa di daerah Kec. Susukan untuk Sekolah Dasar pada

Dokumen terkait