• Tidak ada hasil yang ditemukan

Didalam menyusun tulisan sejarah, seorang sejarawan membutuhkan beberapa aturan, filsafat dan etika, bukan saja untuk menulis sejarah yang akan bersifat lebih dari pada hanya pendaftaran fakta-fakta, melainkan juga untuk

mempertimbangkan secara cerdas penulisan sejarah oleh orang lain. Hal ini tidak terlepas dari permasalahan subyektivitas seorang sejarawan di dalam menyusun sebuah karya sejarah. Oleh sebab itu didalam menysun sebuah penelitian yang berkaitan dengan sejarah harus tetap memperhatikan kaidah-kaidah penelitian melalui suatu metode yang terstruktur dan sistematik sehingga dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya (Gottschalk, 1975:18).

Metode diartikan sebagai prosedur atau proses untuk mendapatkan sesuatu. Metode juga dapat diartikan suatu prosedur, tehnik, atau cara melakukan penyelidikan yang sistematis yang dipakai oleh atau yang sessuai untuk suatu ilmu (sains), seni, atau disiplin tertentu. Dengan demikian metode sejarah yaitu suatu tehnik sesuai prosedur untuk menganalisis peristiwa sejarah dengan melakukan penelitian dari masa lampau yang kemudian direkonstruksi kembali berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh beberapa tahapan (Helius Sjamsudin, 2012: 11).

Dari uraian diatas, skripsi yang berjudul Dinamika Hubungan Indonesia-Australia Pasca Integrasi Timor Timur ke Wilayah Indonesia Tahun 1974-2002, menggunakan metode literatur dengan alasan, sumber-sumber sejarah yang digunakan sebagai pedoman penulisan adalah menggunakan sumber-sumber dari literatur yang sesuai dengan judul skripsi. Adapun cara kerjanya menurut Kuntowijoyo (1995:34) adalah sebagai berikut.

1. Heuristik

Heuristik adalah proses pencarian atau pengumpulan sumber-sumber yang bertujuan untuk menyediakan bahan-bahan berupa informasi masa lampau

untuk diproses menjadi fakta-fakta sebagai bahan penulisan. Sumber sejarah disebut juga sebagai data sejarah, dalam bahasa latin disebut datum (tunggal) dan data (jamak). Sumber-sumber yang beraneka ragam menurut sifatnya, dapat dibedakan menjadi:

a) Sumber Primer

Sumber primer sebagai kesaksian dari saksi mata kepala sendiri atau saksi dengan panca indera yang lain, atau dengan alat mekanis. Sumber primer merupakan saksi pandangan mata atas peristiwa yang terjadi. Sebagai laporan pandangan mata maka sumber primer harus dihasilkan oleh pelaku atau orang sezaman dengan peristiwa yang dikisahkan. Sumber-sumber primer tersebut dapat berwujud kronik, autobiografi, memoir, surat kabar, publikasi umum, surat-surat pribadi, catatan harian, notulen rapat dan sastra (Helius Sjamsuddin, 2007:111). Sumber-sumber ini tidak perlu asli, bisa berupa hasil copy, asal tidak berubah isi kesaksiannya (Gottschalk, 1976:35).

Sumber primer dalam penelitian ini menggunakan sumber dokumen sebagai sumber primer untuk mencari kebenaran fakta dari peristiwa tersebut, sehingga data yang dihasilkan tidak bersifat subjektif. Adapun data-data yang digunakan antara lain, penulis mengumpulkan surat kabar sejaman diantaranya yaitu, Kompas, Republika, Suara Rakyat, Rakyat Merdeka, Bernas, dan Jurnal. Surat kabar ini dipilih sesuai dengan tahun terjadinya peristiwa integrasi Timor Timur. Penulis mendapatkan surat kabar tersebut di Library Center Yogyakarta. b) Sumber Sekunder

Menurut Helius Sjamsudin (2012: 83) mengartikan bahwa sumber sekunder adalah sumber sejarah yang telah ditulis oleh sejarawan sekarang atau sebelumnya berdasarkan pada sumber primer atau sumber pertama.

Menurut bahannya, sumber sekunder dibagi menjadi dua kategori, yaitu sumber tertulis (dokumen) dan sumber tidak tertulis (artifact). Dalam skripsi ini penulis melakukan penelusuran pustaka, baik menggunakan buku-buku- atau jurnal diberbagai perpustakaan antara lain di Laboratorium Sejarah UMP, UPT Perpustakaan UMP, Perpustakaan UGM, Perpustakaan UNY, Perpustakaan UNSOED, Perpustakaan Ignatius Yogyakarta, Perpustakaan Siliwangi, dan di berbagai tempat lainnya yang menyediakan data-data yang penulis butuhkan. 2. Verifikasi/ Kritik Sumber

Setelah sumber-sumber didapatkan, langkah selanjutnya yang ditempuh sejarawan adalah mengkritik sumber. Kritik sumber ini ditempuh sebab tak semua sumber yang didapatkan tersebut dapat dipakai. Ada beberapa alasan sumber tak dapat dipakai yakni masalah otensitas, integritas, dan kreadibilitas sumber tersebut. Untuk itulah sumber-sumber tersebut harus dikritik baik secara ekstren maupun intern.

a) Kritik Ekstern

Kritik Eksternal adalah cara melakukan verivikasi atau pengujian terterhadap spek-aspek luar dari sumber sejarah. Kritik ekstern berguna untuk mencari otensititas dan integritas terhadap sumber sejarah. Hal itu mengantisipasi akan kepalsuan sember yang digunakan. Dalam meneliti skripsi ini, penulis menggunakan sumber primer berupa kesaksian langsung dari pelaku sejarah yang

kemudian dibukukan dalam suatu buku. Selain itu juga dengan menggunakan sumber dari surat kabar.

Adapun kritik yang dilakukan penulis terhadap sumber tersebut dengan melihat surat kabar yang sesuai dengan tema pembahasan, yaitu dengan penulis melihat dari bahan yang dipakai, misalnya kertas, jenis tinta, gaya huruf sejaman dengan peristiwanya atau tidak. Dengan memperhatikan hal demikian maka data-data dan fakta-fakta yang diperoleh dapat diuji kebenarannya dan tidak bersifat ambigu.

b) Kritik Intern

Apabila sumber terbukti terpercaya secara eksternnya, maka langkah selanjutnya adalah melakukan kritik intern yaitu pengujian atas isi sumber. Dalam penelitian ini penulis melakukan kritik terhadap kebenaran cerita yang termuat dalam sebuah dokumen.

Selain itu, penulis juga melakukan kritik terhadap dokumen, dan buku-buku yang digunakan sebagai penunjang dalam mengumpulkan fakta-fakta. Kritik intern dilakukan oleh penulis dengan melihat tingkat kebenaran fakta-fakta yang dijelaskan dalam masing-masing buku, apakah data atau informasi yang dicetak itu memiliki kredibilitas (kebiasaan untuk dipercaya) atau tidak. Penulis membanding-bandingkan dari satu buku dengan buku yang lainnya sehingga tidak hanya terfokus dari satu sumber saja.

3. Interpretasi

Merupakan kegiatan mengumpulkan fakta yang menghubung-hubungkan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain sehingga diperoleh rangkaian

sejarah yang bermakna. Dengan demikian akan terlihat gerak sejarah. Dari tahap ini dihasilkan dua jenis fakta, yaitu fakta yang masih harus dijelaskan (explanandum) dan fakta yang dapat berfungsi sebagai alat penjelas (explanans). 4. Penulisan Sejarah

Penulisan sejarah atau historiografi, merupakan proses menggarap fakta-fakta tunggal yang masih terisolasi yang belum memiliki makna (explanandum). Fakta-fakta semacam itu dihubungkan dengan makna-makna lain sebagai penjelas (explanans), sehingga menghasilkan rangkaian fakta yang lengkap dan membentuk penjelasan yang lebih bermakna. Tahap ini merupakan proses penyusunan kisah (naratif) untuk menggambarkan (deskripsi) dari peristiwa yang direkonstruksi.

Dokumen terkait