• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.4 Metode Penulisan

Dalam penyusunan kertas karya ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) yakni dengan cara memanfaatkan sumber-sumber bacaan yang ada yakni berupa buku sebagai referensi yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang dibahas kemudian dirangkum dan di analisa serta di deskripsikan ke dalam kertas karya ini. Selain itu penulis juga

memanfaatkan informasi teknologi internet sebagai referensi tambahan agar data yang didapatkan menjadi lebih jelas dan akurat.

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG LINGKUNGAN HIDUP, GEOGRAFI JEPANG, DAN MASYARAKAT JEPANG

2.1 Definisi Masyarakat Secara Umum

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) tertulis bahwa masyarakat adalah sejumlah manusia yang terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama, dan pergaulan hidup manusia dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang sudah ditentukan. Selain itu masyarakat juga mempunyai kepentingan yang sama yaitu terbentuknya masyarakat karena manusia menggunakan perasaan, pikiran dan keinginannya memberikan reaksi dalam lingkungannya.

Masyarakat harus menjalin interaksi sosial yang baik dan komunikasi yang harus saling melengkapi agar mencapai kepada kepentingan dan tujuan yang sama.

2.2 Definisi Lingkungan Hidup Secara Umum

Lingkungan hidup adalah sebuah kesatuan ruang dengan segala benda dan makhluk hidup di dalamnya termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi keberlangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan hidup juga merupakan bagian dari kehidupan manusia, bahkan manusia menjadi salah satu komponen lingkungan hidup itu sendiri. Kehidupan manusia sangat bergantung pada kondisi lingkungan hidup ditempat ia tinggal dan lingkungan hidup juga menentukan apa yang harus di kerjakan oleh manusia, dengan demikian lingkungan hidup sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia.(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005).

2.3 Geografi Jepang

Jepang adalah sebuah bangsa dimana geografinya terletak di daerah subtropis bagian utara belahan bumi, oleh karena itu mengenal 4 musim yaitu musim panas (natsu) dan musim dingin (fuyu) yang diantara musim gugur (aki) dan musim semi (haru). Berdasarkan data Badan Meteorologi Jepang suhu musim panas rata-rata di Jepang adalah 27,6 Celsius (81,68 Fahrenheit), tapi rasanya jauh lebih tinggi karena kelembaban yang tinggi. Pada bulan Desember, suhu turun dan berubah menjadi dingin dengan cepat, pada akhir Desember menjadi sangat dingin dan tidak jarang suhunya bisa jatuh di bawah titik beku dari Januari sampai awal Maret. Musim semi dan musim gugur adalah dua musim yang paling nyaman di Jepang, ini adalah waktu ketika seseorang dapat merasakan simbol awal musim semi, dan bunga sakura. Untuk melihat bunga sakura biasanya dari akhir Maret hingga awal April, dan November adalah waktu ketika daun pohon gugur berubah menjadi merah dan kuning.

Selain itu geografi juga sangat mempengaruhi kehidupan masyarakatnya, karena geografi menentukan apa pekerjaan masyarakatnya, apa makanan, pakaian dan seperti apa rumah atau tempat tinggal masyarakatnya.

Jepang juga adalah negara kepulauan yang terdiri dari 4 pulau besar dan beribu pulau-pulau kecil, pulau-pulau besar tersebut adalah Hokkaido, Honshu, Shikoku dan Kyushu. Pulau-pulau tersebut terdiri dari daerah pegunungan yang langsung mengahadap ke lautan Pasifik sebelah timur, dan laut Jepang di sebelah barat. Iklim daerah Jepang sebelah timur sangat berbeda dengan iklim Jepang sebelah barat. Sebelah timur menghadap lautan Pasifik oleh karena itu mempunyai krakteristik pantai yang curam dan berkelok-kelok. Dan Jepang

sebelah timur ini mendapatkan angin laut yang hangat dari lautan Pasifik sehingga apabila salju turun maka segera akan mencair, oleh karena itu hampir tidak di dapati lapangan ski. Berbeda dengan Jepang bagian barat yang mempunyai pantai yang landai atau di dapati pantai pasir. Kemudian karena angin darat yang dingin dari daratan Asia (Tairiku) berhembus, sehingga cuaca dingin yang berkelanjutan mengakibatkan salju tidak segera mencair sehingga tumpukan salju dapat bertahan lama, dan mengakibatkan banyak di temui lapangan ski. Daerah Jepang yang dapat di tempati sebagai tempat tinggal dan dapat di fungsikan dalam kegiatan ekonomi hanya 1/5 dari wilayah daratan. Untuk itu rakyat Jepang tradisional sebagian besar hidup sebagai masyarakat pelaut (Gyosonshakai) dan masyarakat gunung (Sanson shakai). Hal ini terjadi karena gugusan penggunungan yang berjejer di kepulauan Jepang membentuk daerah yang terjal langsung menghadap ke laut. Oleh karena itu sangat sedikit daerah yang datar untuk kegiatan pertanian atau tempat tinggal.

2.4 Masyarakat Jepang Secara Umum

Budaya populer Jepang merupakan sebuah budaya yang di akui, di nikmati, disebarluaskan dan merupkan jalan hidup mayoritas masyarakat Jepang secara umum. Budaya populer Jepang seperti fashion dan drama TV kini telah memasuki kawasan Asia secara mendalam. Dimulai dari animasi hingga menjadi idola, budaya muda Jepang telah menciptakan sekelompok orang yang lebih sering di sebut sebagai penggemar di dalam kawasan Asia. Manga yang juga merupakan bagian dari budaya populer Jepang seperti animasi, karakter, permainan komputer, fashion, musik pop, dan drama TV merupakan berbagai variasi dari budaya

populer Jepang yang telah di terima dengan baik di bagian timur dan tenggara Asia. Namun semua itu tidak seperti apa yang telah diulas dalam media. Hal ini bukan untuk mengatakan bakwa ekspor dari budaya populer Jepang merupakan suatu fenomena yang baru. Budaya itu sendiri telah lama berkembang di luar Jepang dan terutama di bagian Timur dan Tenggara Asia setidaknya sejak akhir tahun 1970-an. Animasi dan komik Jepang seperti Doraemon, sebuah cerita fantasi yang memperkenalkan robot berbentuk seperti kucing yang dapat membuat keinginan dari anak-anak menjadi kenyataan.

Industri media Jepang dan industri media Asia lainnya secara sistematis dan kolaboratif mempromosikan budaya populer Jepang sebagai sebuah konsumsi yang rutin bagi kalangan muda secara luas di berbagai macam pasar di bagian Timur dan Tenggara Asia. Banyak kalangan muda yang merasa simpati yang lebih intensif terhadap roman yang di ceritakan dalam drama TV Jepang, atau dengan fashion terbaru, gaya musik populer yang trendi, atau dengan gosip mengenai bintang idola Jepang dari pada yang mereka rasakan terhadap bagian dari budaya populer Amerika yang telah lama mendominasi dunia budaya kalangan muda.

Di Jepang ada juga perayaan Hinamatsuri sepanjang tahun, misalnya Hinamatsuri atau festival boneka yang juga merupakan hari anak perempuan, ini

dilaksanakan setiap tanggal 3 Maret. Festival ini diadakan guna mendoakan pertumbuhan dan kebahagian anak-anak perempuan, banyak keluarga yang mempunyai gadis cilik memajang rak boneka yang menampilkan seperangkat boneka yang berkostum ala bangsawan kuno. Bersama dengan bunga persik, tanggal 5 Mei adalah Kodomo no hi yang disebut sebagai festival anak laki-laki,

nama tradisional untuk hari ini adalah Tanggo no Sekku dan di masa lampau. Pada perayaan ini orang-oarang melakukan acara pengusiran roh-roh jahat dengan bunga iris, hari ini menjadi hari untuk mendoakan pertumbuhan anak laki-laki yang kemudian menjadi hari raya bagi semua anak. Tetapi bagi rumah yang memiliki anak laki-laki mereka akan memajang boneka samurai atau replika baju perang dengan topi kabuto dan memasang umbul-umbul ikan koi. Ikan koi adalah ikan yang dapat berenang melawan arus deras, karena itu diharapkan anak laki-laki tersebut menjadi anak yang kuat, percaya diri dan sukses.

Boneka-boneka tersebut biasanya diatur berjajar sebanyak lima atau tujuh tingkatan berjenjang dan dengan alas sebuah kain karpet berwarna merah. Di barisan paling atas adalah Kaisar dan Permaisuri, dibawahnya merupakan tiga wanita istana (sannin-kanjo), diikuti oleh lima musisi kerajaan (gonin-bayashi), dua menteri (udaijin dan sadaijin), dan tiga pelayan di baris terbawah dari tampilan Hinaningyo berjenjang lima. Dalam barisan boneka-boneka itu juga biasanya terdapat beberapa benda lain seperti perabot kecil, makanan dan alat-alat makan kecil dan lainnya. Kostum untuk kaisar disebut juuni-hitoe (jubah upacara 12 lapis), hingga saat ini juuni-hitoe masih dikenakan dalam upacara pernikahan keluarga kerajaan yang paling baru. Putri Masako mengenakan pada pernikahan Putra Mahkota pada tahun 1993 silam, saat mengenakan juuni-hitoe, tatanan rambut yang harus digunakan adalah tatanan rambut yang dikumpulkan dileher untuk menggerai ke daerah punggung (subekarashi), dan sebuah kipas yang terbuat dari kayu cemara Jepang digenggam oleh tangan. Dan terdapat beberapa hidangan khusus untuk perayaan ini, Hishimochi adalah kue beras berbentuk persegi empat, dengan warna merah atau pink, putih, dan hijau. Warna merah

berguna untuk menghalau roh jahat, putih adalah untuk kemurnian, dan hijau adalah untuk kesehatan. Chirasi-zushi, sakura-mochi (kue beras berisi pasta kacang merah dengan daun ceri), hina-arare (permen keras dari kue beras) dan shirozake (sake putih) juga sering disajikan.

Bulan juni minggu ketiga adalah hari ayah, hari menyatakan terima kasih kepada ayah. Rice planting festival, Hirosha, minggu pertama juni di Jepang adalah musim menanam padi. Festival ini ditunjukan agar mendapat panen yang berlimpah di musim gugur nanti. Sanno festival, Chiyoda Tokyo, 10 juni festival ini diselenggarakan oleh kuil Hie yang telah berdiri dari tahun 1478. Pada festival ini menampilkan 500 orang yang berparade dengan memakai kostum pengadilan kaisar. Festival ini mulai diselenggarakan pada tahun 1681.

Bulan juli perayaan Tanabata (Festival Bintang) festival ini mencampur sebuah legenda Cina dengan kepercayaan kuno Jepang mengenai dua buah bintang yang terletak di kedua ujung Bimasakti, yaitu Bintang Altair (si pengembala) dan Bintang Vega (si penenun). Mereka di hukum oleh Raja Dewa karena terlalu banyak bermain sehingga hanya dapat bertemu satu tahun sekali, yaitu pada 7 juli. Orang-orang menuliskan keinginan pada sebuah kertas warna (tanzaku) dan menggantungkannya di pohon bambu. Harapan mereka dipercaya akan terkabul apabila pada hari itu hujan tidak turun. Hari senin ke-3 bulan juli adalah hari laut, hari untuk mengungkapkan rasa terima kasih atas anugerah laut serta harapan akan kemakmuran Jepang yang merupakan sebuah negeri laut.

Kyoto, Gion Festifal, 17 juli festifal ini merupakan salah satu dari tiga festival terbesar di Jepang. Festival ini telah diadakan selama 1100 tahun, tujuan festival ini intinya adalah untuk mengusir roh jahat dan penyakit. Festival Soma Namaoi,

Haramachi Fukushima 22-25 juli merupakan festival yang menampilkan peperangan 1000 tahun yang lalu. Festival ini biasanya diadakan setiap tahun selama 4 hari tanggal 22 sampai 25 juli di kota Haramachi. Tenji matsuri, Osaka, 24-25 juli festival ini ditunjukan untuk menghormati Michizane Sugawara yang dipercaya sebagai Tuhan pengetahuan. Dan festival ini merupakan sebuah even yang kuno pada tahun 951 yang ditujukan untuk memerangi penyakit. Pesta kembang api, Sungai Sumida Tokyo, akhir juli pesta kembang api ini diselenggarakan di akhir juli di sepanjang tepi sungai sumida.pesta kembang api ini juga menampilkan kompetisi dari beberapa pasar kembang api dari luar negeri dan ada juga kontes foto kembang api yang diselenggarakan pada waktu even tersebut. Obon pertengahan agustus festival Bon diadakan pada tanggal 13-15 juli atau dalam bulan agustus (tergantung daerah). Festival ini dipersembahkan bagi arwah para leluhur, dipercaya bahwa pada hari-hari ini arwah mereka akan pulang ke rumah. Untuk itu mereka akan memasang penerangan dan api selamat datang di pintu depan rumah untuk mengarahkan arwah-arwah tersebut ke rumah, memasang lentera di dalam, membersihkan altar rumah, menyediakan sajian dan berdoa bagi ketenangan arwah para leluhur. Pada akhir festival, orang-orang akan memasang lagi penerangan di pintu terdepan rumah sebagai pengantar arwah leluhur keluar dari rumah dan mengapung sesajen di sungai atau laut untuk menemani mereka pulang ke alam sana. Ada juga Aomori, Nebuta yang diadakan pada tanggal 3-5 agustus, Nebuta merupakan festival musim panas yang diselenggarakan untuk mengusir rasa ngantuk selama musim panas. Kanto Festival, Akita pada tanggal 5-7 agustus, festival Kanto merupakan salah satu dari tiga festival terbesar di daerah utara Jepang. Festival ini ditunjukan untuk

meminta panen yang berlimpah dan festival ini menjadi simbol dari Akita yaitu daerah yang terkenal dengan daerah padi.

Masyarakat Jepang selain itu sangat mencintai bahasa mereka sendiri, kebudayaan tradisional maupun kebudayaan modren. Masyarakat Jepang sangat menjunjung tinggi sopan santun terhadap masyarakat lainya, mereka juga mempunyai adap tersendiri dalam cara makan, upacara minum teh, dan masyarakat Jepang juga mempunyai rasa ingin tahu yang besar terhadap negara lain termasuk Indonesia.

BAB III

PENGARUH LINGKUNGAN HIDUP DALAM MASYARAKAT JEPANG

3.1 Masyarakat Petani

Masyarakat petani yang hidup di pegunungan adalah masyarakat yang hidupnya terutama bersumber dari hasil pertanian di gunung, yaitu memungut hasil hutan dan berburu binatang di gunung. Pertanian di gunung adalah pertanian darat yaitu menanam sayuran, umbi-umbian, padi dan jenis-jenis biji-bijian.

Masyarakat petani yang hidup di pegunungan biasanya membuat daerah untuk pertanian kira-kira sejauh radius 12 km dari kampung, mereka melakukan ini untuk memudahkan pekerjaan pertaniannya, mereka membuat rumah di ladang.

Rumah tersebut untuk tempat tinggal mereka pada saat musim bekerja. Juga sebagai tempat menyimpan dan mengeringkan hasil pertanian serta tempat menyimpan alat-alat pertanian. Kadang-kadang dalam satu tahun petani lebih lama tinggal di rumah ladang dari pada rumah di desa. Karena mereka kembali ke desa setelah pekerjaan di ladang sudah selesai yaitu pada awal musim dingin, bulan Desember.

Tenaga kerja pertanian yang hidup di pegunungan di Jepang, sebagian besar di lakukan oleh orang tua atau dengan cucu-cucu mereka yang di sebut dengan sancan Nogyou (ojichan, obachan, akachan). Karena pada umumnya orang muda pergi mencari perkerjaan di kota dengan pendapatan yang lebih pasti dari pada mengolah tanah. Pada masa sekarang petani Jepang banyak menggunakan peralatan modren seperti tenaga mesin, dan daerah pertanian juga banyak di lindungi hukum agar jangan di gunakan menjadi daerah perumahan

atau yang lainnya. Para petani juga membuat rumah-rumah pertanian dari rumah plastik atau finil house agar mengurai pemakain pestisida yang dapat membunuh serangga. Karena masyarakat jepang di kenal juga ada tradisi melihat kunang-kunang atau taradisi mendengar bunyi jangkrik di malam hari.

Kegiatan bertani di Jepang dianggap paling cepat sekitar tahun 300 SM, saat itu umumnya permukiman terbentuk disepanjang sisi sungai yang dapat mudah menarik air. Padi yang menjadi makanan pokok orang Jepang umumnya di tanam pada bulan Mei dan dipanen pada bulan September, untuk melihat bibit padi yang di tanam di sawah yang telah dialiri air saat masa penanaman, keadaan daun padi berwarna hijau yang berkembang pada bulan Juli, dan bulir-bulir padi yang berwarna keemasan yang berubah setelah bulan September.(https://livejapan.com/id/article/a0000425/2017/06/09)

Makanan utama masyarakat petani yang hidup di pegunungan di Jepang, lebih banyak makan sayuran dan nasi dari pada makan ikan. Petani di Jepang menghasilkan biji-bijian seperti: Kome, awa, hie, tomorokoshi, moro koshi. Ada juga umbi-umbian seperti: Sato imo, satsuma imo. Dan sayuran seperti: wortel, bawang, lobak, kol dan sebagainya.

Peralatan pertanian di Jepang mengalami perbedaan sesuai dengan perkembangan zaman, peralatan tradisional seperti: Kuwa (cangkul), Enguwa (cangkul panjang) dan sebagainya. Peralatan pertanian yang dibuat dari besi sudah dikenal dari zaman Yayoi yaitu sejak abab 4 masehi yang dipengaruhi oleh China dan dibawa oleh para pendatang dari Tairiku/China. Dan sekarang peralatan tradisional yang di buat pada zaman Yayoi ini seperti arit, cangkul, sabit dan sebagainya banyak disimpan di berbagai museum. Saat ini penduduk yang bekerja

dibidang pertanian semakin mengalami penuaan dan daerah desa pegunungan semakin di tinggal oleh penduduknya.

Pada masyarakat Feodal di Jepang, golongan petani adalah golongan yang paling rendah dalam masyarakat. Karena disebabkan oleh objek kehidupan Feodalisme itu sendiri adalah didasarkan pada daerah pertanian, oleh karena itu banyak petani hanya bekerja sebagai pengolah, namum tidak memiliki lahan pertanian sendiri. Sehingga para tuan tanah membuat peraturan sewa tanah yang tinggi sehingga petani sangat susah kehidupanya. Contohnya pada zaman Edo, petani hanya mendapat 40% dari hasil sawah mereka sementara pemilik tanah mendapat 60%.

Sebelum Perang Dunia II sebagai petani sejak zaman kuno, masyarakat Jepang selalu memanfaatkan tiap jengkal tanah yang dapat di kerjakanya.ciri hidup petani Jepang zaman sebelum perang dapat di gambarkan sebagai petani yang bekerja sepanjang hari, tetapi hasil pertanianya hanya cukup sekedar menunjang hidupnya yang sangat sederhana.

Selain itu, petani sebelum perang juga diindentifikasikan dengan masyarakat yang miskin, memiliki keterbelakangan budaya, serta terikat oleh idoelogi-ideologi yang di kembangkan kaum feodal (Nohonshugi).

Nohonshugi menanamkam pada diri petani yaitu suatu pandangan bahwa

walaupun hidup sebagai petani itu berat dan penuh kesengsaraan tetapi pengorbanan petani tidaklah sia-sia karena pertanian merupakan ujung tombak dari negara dan masyarakat Jepang. Sebenarnya para petani sadar dan mengerti betapa tidak menguntungkanya pekerjan sebagai petani, tetapi ideologi ini membantunya untuk bertahan. Ideologi ini di gunakan oleh kaum feodal Jepang

dengan tujuan membius para petani agar tidak menuntut atas perbaikan hidup mereka.

Sehingga pada akhir masa sebelum perang lebih dari setengh keluarga petani mempunyai pekerjaan lain disamping usaha pertaniannya, ciri perorangan petani Jepang dibentuk dalam dunia kecil bersama adatistiadat serta nilai-nilai untuk melayani mereka yang mengatur dunia desa, yaitu tuan tanah dan penyewa (buruh tani ) merupakan unsur yang sangat penting dalam struktur pertanian di Jepang sebelum perang. Pengaruh utama dari hubungan tuan tanah-buruh tani adalah karena tanpa haknya buruh tani atas tanah yang di kerjakanya dan hak pemilik tanah yang tidak dapat diganggu gugat. Dengan kata lain petani tidak memiliki hak tetap terus menjadi penyewa tanah sehingga mau tidak mau harus tunduk kepada tuan-tuan tanah mereka. Dilanjutkan dengan pemerintahan kekaisaran Meiji tidak ikut serta menggarap tanah, tetapi menjadi parasit melalui kekuasaanya dan mendapatkan keuntungan dari kerja keras para petani. Dengan peraturan pemerintahan Meiji, akhirnya Jepang membuka diri bagi luar negeri sehingga teknik pertanian dari luar negeri masuk ke Jepang. Dan demikian juga penggolongan masyarakat di Jepang dihapuskan sehingga banyak petani yang pindah kerja ke bidang industri. Oleh karena itu, pada masa restorasi Meiji ini di tandai dengan menjelmanya Negara Jepang sebagai negara yang kuat dan modren.

Selain itu,atas dasar pemikiran Shimin byoudaou (kesetaraan masyarakat), pemerintahan Meiji pun mulai menghapus golongan/sistem kelas yang ada pada masyarakat feodal.

Pada masa Jepang modren sekarang ini kehidupan petani mendapat perlindungan dari pemerintahan. Perlindungan tersebut dapat di lihat dari

pembatasan masuk beras dari luar negeri,atau perlindungan produk pertanian atau perternakan sehingga petani dapat terlindungi dari persaingan harga dari produk luar negeri.

3.2 Masyarakat Nelayan

Masyarakat kampung nelayan sebagian besar mata pencahariannya adalah menangkap ikan dan hasil lautlainnya. Seperti pemeliharaan jenis-jenis rumput laut, jenis-jenis kerang dan mutiara. Jepang memiliki sumber laut yang sangat melimpah, sehingga konsumsi ikan masyarakat pun tinggi. Selain itu Jepang termasuk salah satu negara yang memiliki armada perikanan terbesar di dunia, walaupun demikian, Jepang adalah negara pengimpor hasil laut terbesar di dunia (senilai AS $14 miliar). Sejak tahun 1996 Jepang berada di peringkat ke-6 dalam totol tangkapan ikan di bawah China, Peru, Amerika, Indonesia dan Chili.

Jepang juga menebarkan kontroversi dengan mendukung pemburuan ikan paus.

Di perairan Jepang tidak banyak ikan yang tersedia, sehingga nelayan harus melaut dalam waktu yang lama, hal ini menjadi masalah karena ikan yang sampai kepada konsumen tidak segar sedangkan orang Jepang menyukai ikan segar untuk mengatasi masalah tersebut, nelayan memasukkan seekor ikan hiu kecil ke dalam masing-masing tangki, agar menjaga kesegaran rasa ikan tersebut. Memang ikan hiu memakan sedikit ikan, tetapi kebanyakan ikan sampai dalam kondisi yang sangat hidup, sehingga ikan masih tetap segar ketika sampai ke konsumen.

Rumah nelayan biasanya dibuat di pinggir laut. Rumah perkampungan nelayan sebagian dibuat menghadap ke laut tetapi sebagian lainnya adalah rumah yang membelakangi gunung atau menghadap ke jalan raya. Rumah yang

menghadap ke laut biasanya tidak mempunyai lantai, dengan maksud supaya kapal dapat masuk ke lantai 1 rumah tersebut. Karena aktivitas lebih banyak di lakukan di kapal maka rumah sebagai tempat tinggal cukup sederhana. Ada juga rumah nelayan modern yang memiliki 2 lantai, dimana fungsinya sebagai tempat parkir perahu dan ruang keluarga di lantai dua. Dan masyarakat nelayan tempat tinggalnya sering berpindah-pindah, oleh karena itu peralatan rumah tangga nelayan sangat sederhana dan tidak lengkap.

Aktivitas kerja nelayan Jepang tradisional terkenal dengan alat ipponzuri (pancingan) bukan jala. Artinya mereka hanya mengakap jenis ikan tertentu pada

Aktivitas kerja nelayan Jepang tradisional terkenal dengan alat ipponzuri (pancingan) bukan jala. Artinya mereka hanya mengakap jenis ikan tertentu pada

Dokumen terkait