• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Penyimpulan Capaian Kinerja Sasaran

Dalam dokumen LAKIP 2012. (Halaman 42-56)

AKUNTABILITAS KINERJA

A. PENGUKURAN KINERJA

2. Metode Penyimpulan Capaian Kinerja Sasaran

Hasil pengukuran capaian kinerja disimpulkan baik untuk masing-masing indikator kinerjanya maupun untuk capaian pada tingkat sasaran. Penyimpulan dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran ordinal sebagai berikut :

Tabel 11. Skala Pengukuran Ordinal

Urutan Rencana capaian Kategori Capaian

I >85 Sangat Berhasil

II 70 < X ≤ 85 Berhasil

III 55 < X ≤ 70 Cukup Berhasil

IV ≤ 55 Tidak Berhasil

Untuk capaian masing-masing indikator kinerja sasaran disimpulkan

berdasarkan “Metode Rata-Rata Data Kelompok”. Penyimpulan capaian

sasaran tersebut dijelaskan berikut ini.

Penyimpulan pada tingkat sasaran dilakukan dengan mengalikan jumlah indikator untuk setiap kategori (sangat berhasil, berhasil, cukup berhasil dan tidak berhasil) yang ada disetiap kelompok sasaran dengan nilai mean (rata-rata) skala ordinal dari setiap kategori, dibagi dengan jumlah indikator yang ada di kelompok sasaran tersebut.

Jumlah indikator untuk setiap kategori X Nilai mean setiap kategori

Capaian Sasaran =

Jumlah indikator kinerja sasaran

Nilai mean setiap kategori ditetapkan sebagai berikut:

Sangat Berhasil : 92,5

Berhasil : 77,5

Cukup Berhasil : 62,5

Hasil perkalian tersebut disimpulkan kembali berdasarkan skala pengukuran ordinal dengan katagori sangat berhasil, berhasil, cukup berhasil, dan tidak berhasil.

B. CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

Tujuan pembangunan Kelautan dan Perikanan telah ditetapkan dan dituangkan dalam pernyataan visi dan misi. Hal ini memberikan kejelasan bahwa arah pembangunan telah disusun dalam suatu kebijakan yang bertahap, terstruktur dan berkesinambungan. Oleh karenanya, kebijakan yang telah ditetapkan dalam kerangka kinerja pembangunan harus dapat menginformasikan sejauh mana kebijakan tersebut dalam mendukung tujuan pembangunan itu sendiri. Adapun representasi ketercapaian tujuan pembangunan tersebut dituangkan dalam indikator kinerja utama.

Pada dasarnya, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul dalam merencanakan program, kegiatan, dan indikator kinerja mengacu pada Indikator Kinerja Utama RPJMD Kabupaten Bantul Tahun 2011-2015. IKU merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah kabupaten Bantul yang berisi indikator kinerja tahunan untuk kurun waktu 2011-2015 yang merupakan penjabaran dari target kinerja RPJMD Kabupaten Bantul Tahun 2011-2015. Karena visi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul adalah Terpenuhinya Produksi Perikanan Tahun 2015, maka indikator yang dipakai dalam Kinerja Utama adalah

produksi perikanan dan ketersediaan ikan.

Tabel 12. Daftar IKU Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul

No. Indikator Satuan TARGET IKU

2011 2012 2013 2014 2015

1 Ketersediaan ikan kg/kapita/th 21.36 22.43 23.55 24.73 25.96

per kapita

2 Jumlah produksi ton

12,414 43,491 51,282 55,630 57,630 perikanan budidaya

3 Jumlah produksi ton

1,377 1,614 1,643 1,742 1,792 perikanan tangkap

Tabel 13. Perbandingan Target dan Realisasi IKU Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul Tahun 2012

No. IKU Target

2012

Realisasi 2012

Tingkat capaian (%)

1 Ketersediaan ikan (kg/kap/th) 22,4 17,55 78,2

2 Jumlah produksi perikanan budidaya (ton)

43,491 10.980,7 25,2

3 Jumlah produksi perikanan tangkap (ton)

1.614 1.150,4 71,3

Tabel 14.Perbandingan Realisasi IKU Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul Tahun 2011 sd. 2012

No. IKU Realisasi

2011 Realisasi 2012 %ase tingkat pertumbuhan 1 Ketersediaan ikan (kg/kap/th) 17,38 17,55 0,99 % 2 Jumlah produksi

perikanan budidaya (ton)

10.450 10.980,7 5,08 %

3 Jumlah produksi

perikanan tangkap (ton)

Tabel 15.Perbandingan Realisasi IKU Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul tahun 2012 dengan Target Akhir Periode IKU (Tahun 2015) Tahun 2012

No. IKU Realisasi

2012 Target IKU 2015 Realisasi 2012 terhadap target akhir 2015 1 Ketersediaan ikan (kg/kap/th) 17,55 25,96 67,60%

2 Jumlah produksi perikanan budidaya (ton)

10.980,7 57.630 19,05%

3 Jumlah produksi perikanan tangkap (ton)

1.150,4 1.792 64,19%

Dari 3 (tiga ) tabel diatas, dapat dilihat bahwa tingkat capaian dari IKU belum ada yang 100%. Hal ini disebabkan karena target baik itu target ketersediaan ikan maupun produksi perikanan budidaya dan tangkap yang terlalu tinggi. Target tersebut ditetapkan oleh pusat karena kebijakan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan yang memiliki visi menjadi Produsen Perikanan Terbesar di Dunia Tahun 2015. Target tersebut itu telah tercantum dalam RPJMD Kabupaten Bantul 2011-2015. Sebagai solusi, karena pada tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Bantul akan mengadakan Review RPJMD 2011-2015, maka merupakan kesempatan untuk mereview kembali target tersebut dan disesuaikan dengan kondisi daerah, meskipun nantinya target yang tercantum dalam RPJMD akan berbeda dengan target dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Meskipun target tidak tercapai, namun pada tabel diatas terlihat bahwa realisasi tahun 2012 mengalami kenaikan dari tahun 2011, dimana ketersediaan ikan meningkat sebesar 0,99%, produksi perikanan budidaya mengalami kenaikan sebanyak 5,08% dan produksi perikanan tangkap naik sebesar 86,23%.

Perkembangan Produksi Perikanan Tangkap.

Perikanan tangkap terdiri dari perikanan tangkap laut dan perikanan tangkap perairan umum. Secara umum terjadi peningkatan produksi perikanan tangkap dari tahun 2007 sampai tahun 2012 khususnya untuk produksi tangkap laut. Hal ini

sejalan dengan program/kegiatan yang ditujukan untuk nelayan di Kabupaten Bantul seperti peningkatan SDM, dan sarana prasarananya. Hal yang agak berbeda terjadi dalam produksi di perairan umum, terjadi kecenderungan penurunan produksi. Hal ini sebagai akibat menurunnya kualitas Sumber Daya Perairan di sungai dan genangan di wilayah Kabupaten Bantul. Penurunan kualitas lingkungan di perairan umum tersebut diakibatkan berbagai faktor, salah satunya perkembangan perkotaan di wilayah utara Kabupaten Bantul yang menghasilkan efek negatif tercemarnya air sungai.

Tabel 16. Produksi Perikanan Tangkap

No Jenis 2008 2009 2010 2011 2012 Target Realisasi % 1 Laut 213.083 459.800 518.119 592.524 1.001.196 541.314 54,07 2 Perairan Umum 525.250 292.400 378.454 399.888 524.104 609.097 116,22 Total 738.333 752.200 896.573 992.412 1.525.300 1.150.411 75,42

Realisasi produksi perikanan tangkap pada tahun 2012 tidak dapat mencapai target seperti yang tercantum dalam tabel 2 diatas. Pencapaian sampai dengan akhir tahun 2012 hanya sebesar 72,07%. Namun apabila dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya, produksi total perikanan tangkap tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 10,68% dengan rincian kenaikan 14,36% untuk tangkap laut dan 5,66% untuk tangkap perairan umum.

Perkembangan Produksi Perikanan Budidaya.

Bantul dengan topografi sebagian besar masuk sebagai dataran rendah mempunyai potensi yang sangat besar dalam pengembangan perikanan khususnya perikanan budidaya. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul terus berusaha meningkatkan produksi perikanan budidaya dengan menerapkan berbagai strategi pengembangan seperti peningkatan SDM, aplikasi teknologi, bantuan akses permodalan dan peningkatan kapasitas kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan). Hasil dari pengembangan tersebut dapat dilihat dari produksi yang terus meningkat dari tahun-ke tahun seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 17. Produksi Perikanan Budidaya

No Produksi Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 1 Kolam 1.206.200 2.015.700 9.708.041 9.945.954 10.428.823 2 Sawah - 314.160 427.554 1.555 14.030 3 Karamba 25.640 21.690 36.243 39.518 33.220 4 Tambak - 228.120 185.000 461.954 504.598 5 Jaring Apung - - 17.550 858 - Total 1.001.000 1.231.840 2.579.670 10.374.388 10.449.839

Produksi perikanan budidaya tahun 2012 mengalami peningkatan dibanding produksi tahun 2011 sebesar 5,08%. Hal tersebut sejalan dengan visi Kementerian Kelautan dan Perikanan RI sebagai Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar 2015. Dukungan program/kegiatan yang bersumber dari dana APBN dan APBD I menjadi motor penggerak peningkatan produksi selama tahun 2012.

Grafik 6. Perkembangan Produksi Perikanan Budidaya

Produksi per jenis ikan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 18. Produksi Perikanan Budidaya Per Jenis Ikan Perkembangan Produksi Perikanan Budidaya

No. Jenis Ikan Produksi (kg)

2010 2011 2012 1. Gurami 1.520.836 1.581.221 1.594.478 2. Nila 2.143.206 1.587.779 1.710.900 3. Lele 5.521.621 6.066.367 6.554.066 4. Bawal 692.178 423.848 337.798 5. Ikan lain-lain 496.547 790.624 783.429 Jumlah 10.374.388 10.449.839 10.980.671

Komposisi produksi perikanan budidaya per jenis ikan dapat dilihat pada grafik berikut:

Dari tabel diatas, Jenis ikan yang dominan diusahakan adalah lele, nila, gurami dan nila. Lele paling banyak dibudidayakan karena lele lebih cepat dibudidayakan (2-3 kali panen dalam satu tahun), padat tebarnya lebih banyak, dan lebih tahan terhadap hama penyakit.

Ketersediaan Ikan

Ketersediaan Ikan merupakan salah satu komponen pembentuk konsumsi ikan yang merupakan indikator kualitas hidup manusia. Semakin tinggi konsumsi protein suatu negara mengindikasikan tingginya PDB dan usia harapan hidup warga negaranya. Ketersediaan Ikan Untuk Dikonsumsi di Kabupaten Bantul menunjukkan peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal ini didukung adanya peningkatan daya beli masyarakat yang ditunjang oleh meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya ikan bagi kesehatan. Berkembangnya pariwisata khususnya wisata kuliner dan meningkatnya produksi ikan baik dari perikanan tangkap maupun perikanan budidaya juga mendorong meningkatnya angka Ketersediaan Ikan Untuk Dikonsumsi di Kabupaten Bantul.

Tabel 19.Ketersediaan Ikan Untuk Dikonsumsi)

2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 Keters ediaan Ikan

Untuk dikons um s i 8,16 9,19 9,38 16,74 17,38 17,55 No Parameter Tahun 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Grafik 8. Perkembangan Ketersediaaan Ikan Untuk Dikonsumsi Ketersediaan Ikan Untuk Dikonsumsi)

Sarana Prasarana dan Kelembagaan Kelautan dan Perikanan.

Perkembangan sektor kelautan dan perikanan di Kabupaten Bantul tidak bisa terlepas dari ketersediaan sarana dan prasarana serta kelembagaan yang ada di masyarakat. Keterpaduan beberapa hal tersebut menjadi motor penggerak peningkatan produksi.

Tabel 20. Sarana, Prasarana dan Kelembagaan Kelautan Perikanan.

No Sarana Prasarana dan Kelembagaan 2010 2011 2012

1 TPI 4 6 6

2 Pasar Ikan 5 7

3 Kapal 4 5

4 Perahu Motor Tempel (PMT) 77 77 116

5 UPR (Unit Pembibitan Rakyat) 752 974

6 Pokdakan (Kelompok Pembudidaya

Iikan) 480 577

7 Poklahsar (Kelompok Pengolah

Pemasar) 14 29

8 Pokmaswas (Kelompok Masyarakat

Pengawas) 22 26

Untuk mendukung peningkatan produksi perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul juga telah memiliki Balai Benih Ikan (BBI) sebagai unit pelaksana teknis pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul sebanyak 4 unit Balai Benih Ikan yaitu:

1. BBI Barongan

Beralamat di Dusun Ngentak, Sumberagung, Jetis, Bantul. Luas lahan 1,2 Ha dengan luas kolam 0,83 Ha, benih yang dominan yaitu nila hitam, nila merah, tawes dan karper.

2. BBI Sanden

Beralamat di Desa Murtigading, Sanden, Bantul. Luas lahan 1,2 Ha dengan luas kolam 0,74 Ha, benih yang dominan yaitu karper, gurami, nila merah dan nila hitam.

3. BBI Gesikan

Beralamat di Gesikan, Wijirejo, Pandak, Bantul. Status saat ini adalah pinjam pakai. Luas lahan 1,5 Ha dengan luas kolam 0,85 Ha, benih yang

4. BBI Krapyak

Beralamat di Tegal Krapyak, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Status saat ini adalah pinjam pakai. Luas lahan 1 Ha dengan luas kolam 0.68 Ha, benih yang dominan yaitu Nila Hitam.

Sarana pendukung kegiatan BBI dapat dilihar dalam tabel berikut: Tabel 21. Sarana dan Prasarana BBI

No Sarana Prasarana Jumlah (unit)

1. Rumah Jaga 5

2. Kolam 67

3. Bak Penampung Benih 11

4. Gudang Pakan 2

5. Bangsal 3

Tabel 22. Jumlah induk ikan di BBI

Barongan Sanden Gesikan Krapyak

1 Karper 35 15 - - 50 2 Nila Hitam 1.100 700 1.200 1.500 4.500 3 Nila Merah 1.200 1.600 400 - 3.200 4 Tawes 60 40 - - 100 5 Gurami - 150 - - 150 6 Patin 40 - - - 40 7 Lele 95 71 34 36 236 2.530 2.576 1.634 1.536 8.276 BBI Jenis Ikan No Jumlah Jumlah Karper 1% Nila Hitam 54% Nila Merah 39% Tawes 1%

Gurami 2% Patin 0% Lele 3%

Grafik 9. Komposisi Induk di BBI

Produksi benih di Unit Pelaksana Teknis Balai Benih Ikan (BBI) tahun 2006- 2012 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 23. Perkembangan Produksi BBI Tahun 2005-2012

No Tahun Produksi (Ekor) Nilai (Rp)

1 2006 2.750.000 25.000.000 2 2007 1.580.110 15.000.000 3 2008 2.638.160 20.005.000 4 2009 2.818.405 32.396.000 5 2010 3.471.000 35.014.400 6 2011 2.436.916 37.051.000 7 2012 1.710.622 40.864.000 17.405.213 205.330.400 Jumlah 0 500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000 3.000.000 3.500.000 4.000.000 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Grafik 10. Perkembangan Produksi BBI Tahun 2005-2012

Produksi pada tahun 2009 mencapai 3.471.000 ekor dan mengalami penurunan sampai tahun 2011. Hal ini disebabkan karena produksi benih yang dijual merupakan benih dengan ukuran lebih besar dari pada benih yang dijual tahun 2009 dan sebelumnya. Peningkatan ukuran benih membawa konsekuensi menurunnya jumlah dalam ekor, namun nilai produksinya tidak mengalami penurunan.

0 5.000.000 10.000.000 15.000.000 20.000.000 25.000.000 30.000.000 35.000.000 40.000.000 45.000.000 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Grafik 11. Perkembangan Nilai Produksi BBI Tahun 2005-2012

Produksi benih pada tahun 2012 sebanyak 1.710.622 ekor atau senilai Rp 40.864.000,00 dengan rincian seperti tabel berikut:

Tabel 24. Produksi Benih BBI Tahun 2012

No BBI Produksi (Ekor) Nilai (Rp)

1 Barongan 794.462 16.575.000 2 Sanden 420.060 12.031.000 3 Krapyak 259.470 6.233.000 4 Gesikan 236.630 6.025.000 1.710.622 40.864.000 Jumlah

BBI Barongan menyumbang produksi sebesar 46%, diikuti BBI Sanden 25%, BBI Krapyak 15%, dan BBI Gesikan 14%.

Barongan 46% Sanden 25% Krapyak 15% Gesikan 14%

Permasalahan yang ada di BBI serta pemecahannya :

1. Belum tersedianya anggaran pengelolaan BBI yang memadai.

Pemecahannya: melakukan efisiensi pengelolaan dana dan mengajukan tambahan pada Tahun Anggaran berikutnya.

2. Belum tersedianya petugas BBI yang memiliki kompetensi tinggi.

Pemecahannya: mengakses kegiatan yang berhubungan dengan

peningkatan SDM yang dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan DIY maupun dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.

3. Belum tersedianya sarana pembenihan yang memadai. Pemecahannya: meningkatkan alokasi pengadaan sarana dan prasarana pembenihan yang bersumber dari Dana Lokasi Khusus Kelautan dan Perikanan.

Peningkatan produksi akan diikuti dengan peningkatan jumlah pendapatan bagi pembudidaya/nelayan/pengolah/pemasar produk perikanan. Berikut data pendapatan tersebut:

Tabel 25. Pendapatan Per Bulan Pelaku Usaha Perikanan Tahun 2011 dan 2012 No. Pendapatan Rata-rata

/bulan 2011 (Rp) 2012 (Rp) %ase kenaikan th. 2012 thd 2011 1 Nelayan 796.456,- 1.200.000,- 50,67% 2 Pembudidaya 1.253.700,- 1.750.000,- 39,58% 3 Pengolah/pemasar produk ikan 1.500.000,- 1.645.450,- 9,70%

beberapa pencapaian keberhasilan pada tahun 2012 urusan kelautan dan perikanan adalah sebagai berikut :

1. Mengantarkan lima kelompok pembdidaya ikan memperoleh sertifikat CBIB (Cara Budidaya Ikan yang Baik).

2. Mampu memacu semangat para pembudidaya ikan sehingga tetap konsisten dan terus mengembangkan usahannya melalui bantuan-bantuan baik sarana prasarana maupun permodaan.

3. Meningkatkan kemampuan kelompok pembudidaya ikan baik teknis dan manajemen melalui pelatihan teknis dan manajemen budidaya ikan

5. Terbentuknya KUB Inka Bantul II dan KUB Inka Bantul IV yang menerima bantuan kapal 30 GT sebagai bentuk alih teknologi penangkapan ikan dari nelayan PMT ke nelayan kapal.

6. Beroperasinya kapal 30 GT (Inka Mina 165) yang dikelola KUB Bantul Purse Seine I dan memperoleh hasil tangkapan yang cukup memuaskan.

7. Diluncurkannya Kartu Nelayan dari Kementrian Kelautan dan Perikanan sebagai identitas nelayan dan mempunyai banyak manfaat untuk kehidupan masyarakat nelayan.

8. Semakin banyaknya nelayan Kabupaten Bantul yang memiliki sertifikat ANKAPIN III sebagai syarat untuk menjalankan kapal dengan bobot > 5 GT 9. Jumlah KUB penerima BLM PUMP Perikanan Tangkap Tahun 2012 lebih

banyak dibandingkan dengan Tahun 2011.

10. Pemetaan daerah penangkapan ikan (fishing ground) Jalur 1 Kabupaten Bantul untuk kali kedua.

11. Berkembangnya Pantai Pandansimo Baru sebagai pantai yang memiliki pembangkit listrik tenaga angin dan menjadi salah satu objek wisata pantai di Kab. Bantul.

12. Berkembangnya Pantai Patihan sebagai salah satu objek wisata pantai di Kab. Bantul.

13. Peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui bentuk – bentuk pemberdayaan masyarakat pesisir.

14. Meningkatnya keterampilan Poklahsar dalam mengemas produk sehingga menarik dan memenuhi standar pengemasan yang benar serta produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasaran

15. Meningkatnya keterampilan Poklahsar dalam memanfaatkan teknologi pengolahan ikan sehingga mampu menghasilkan produk dengan kuantitas dan kualitas yang baik.

16. Meningkatnya pengelolaan dan manajemen kelembagaan Poklahsar, sehingga mampu menjadi kelompok yang bankable dan feasible.

17. Meningkatnya keterampilan Poklahsar dalam promosi produk sehingga permintaan akan produk perikanan dari pasar meningkat baik jumlah maupun harga jual dan meningkatkan pendapatannya.

19. Semakin bertambahnya jumlah Poklahsar di Kabupaten Bantul dari 35 kelompok pada tahun 2011 Menjadi 50 kelompok pada tahun 2012.

20. Meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga kelestarian sumber daya ikan dan lingkungan di perairan umum.

21. Meningkatnya populasi ikan di perairan umum sehingga dapat meningkatkan perbaikan kondisi lingkungan.

22. Menurunnya tingkat pelanggaran yang dilakukan masyarakat dalam menangkap ikan dengan alat/bahan terlarang.

23. Meningkatnya manajemen kelembagaan Pokmaswas di Kabupaten Bantul. 24. Semakin bertambahnya jumlah Pokmaswas di Kabupaten Bantul dari 24

kelompok pada tahun 2011 Menjadi 26 kelompok pada tahun 2012

Berbagai penjelasan program/kegiatan terhadap peningkatan realisasi indiakor kinerja akan dipaparkan lebih lengkap pada poin C. Evaluasi dan Analisis Kinerja

Dalam dokumen LAKIP 2012. (Halaman 42-56)

Dokumen terkait