• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

D. Metode Penyusunan Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah berbagai rancangan pembelajaran yang berupa silabus, rencana pembelajaran, bahan ajar dan tes hasil belajar. Sebelum mengadakan pembelajaran maka harus dipersiapkan rancangan pembelajaran yang dituangkan dalam silabus, rencana pembelajaran dan dijabarkan dalam bahan ajar. Berbagai rancangan pembelajaran yang disusun peneliti disesuaikan dengan kurikulum 2004 dan dengan menggunakan beberapa metode pembelajaran. Bahan ajar pembelajaran yang peneliti gunakan adalah bahan ajar pembelajaran bervisi SETS yang dilengkapi dengan pengetahuan lainnya yang bersumber dari buku-buku, surat kabar, media masa maupun media elektronik.

Prosedur validasi silabus, rencana pembelajaran dan bahan ajar adalah dengan mengkonsultasikannya dengan ahli/pakar di bidangnya (expert validity). Salah satu pakar tersebut adalah dosen pembimbing. Apabila sudah disetujui oleh dosen pembimbing maka instrumen tersebut dapat digunakan.

Materi tes yang digunakan dalam penelitian berupa soal-soal obyektif yang berbentuk pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban dan hanya satu jawaban yang benar. Sebelum seperangkat tes dipakai dalam pengambilan data, maka diujicobakan dulu kepada siswa di luar sampel. Maksud uji coba tes adalah mengetahui kualitas tiap item soal. Hasil uji coba dianalisis untuk mengetahui

instrumen itu memenuhi syarat atau tidak untuk digunakan sebagai alat ukur hasil belajar.

Urutan langkah yang dilakukan dalam penyusunan instrumen tes adalah: 1. Penyusunan tabel spesifikasi/ kisi-kisi soal

2. Penulisan butir-butir soal atau penyusunan perangkat tes

3. Penyuntingan instrumen disertai pedoman mengerjakan dan kunci jawaban 4. Uji coba instrumen

5. Analisis item yang meliputi validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal.

6. Merevisi atau memilih item yang akan digunakan

Perangkat tes perlu diujicobakan terlebih dahulu kepada siswa di luar sampel untuk mengetahui mutu perangkat tes yang telah dibuat. Tes uji coba dilakukan pada siswa di luar sampel penelitian untuk menghindari biasnya hasil penelitian. Hasil dari uji coba kemudian dianalisis dan siap digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dari kelompok perlakuan.

Suatu tes dapat dikatakan baik sebagai alat ukur hasil belajar apabila memenuhi kualitas persyaratan tes, yaitu validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya beda. Berdasarkan data hasil tes uji coba perangkat tes kemudian dihitung validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya beda sebagai berikut:

1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dianggap valid apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2002b: 145).

Validitas dalam penelitian ini ada dua macam yaitu validitas isi soal dan validitas butir.

a. Validitas isi soal

Untuk memenuhi validitas isi soal sebelum instrumen disusun, peneliti menyusun kisi-kisi soal terlebih dahulu berdasarkan kurikulum yang berlaku.

b. Validitas butir soal

Untuk mengukur validitas butir digunakan rumus korelasi biserial yaitu: rpbis = St Mt -Mp q p Keterangan:

rpbis = koefisien korelasi biserial

Mp = rata-rata skor total yang menjawab benar Mt = rata-rata skor total

St = Standar deviasi skor total

p = proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir q = proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir (Arikunto, 2000a: 79).

Harga rpbis yang diperoleh pada tiap-tiap butir soal dikonsultasikan dengan tabel nilai r point biserial dengan taraf signifikan 5 % dan jumlah sampel N. Kriteria pengujian dikatakan valid jika rhitung > rtabel.

2. Reliabilitas

Suatu tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang relatif tetap apabila tes tersebut digunakan pada kesempatan lain. Sebagaiman diungkapkan oleh Arikunto (2002a: 96) bahwa instrumen yang sudah dapat dipercaya atau yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataan maka berapa kali pun diambil, hasilnya akan tetap sama. Untuk menentukan reliabilitas tes dalam penelitian ini digunakan rumus Kuder and Richardson (K-R 21) seperti yang tercantum dalam Arikunto (2002a: 103) sebagai berikut:

r11 =

( )

⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − kVt M k M k k 1 1 Keterangan: r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir soal atau butir pertanyaan M = skor rata-rata

Vt = varians total

Nilai r11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan rtabel dengan taraf signifikan 5 %. Jika nilai r11> rtabel maka instrumen tersebut reliabel.

Harga r11 yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan aturan penetapan reliabel sebagai berikut:

0,00< r11<0,20 = reliabel sangat rendah 0,20< r11<0,40 = reliabel rendah 0,40< r11<0,60 = reliabel sedang

0,60< r11<0,80 = reliabel tinggi 0,80< r11<1,00 = reliabel sangat tinggi 3. Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran soal adalah derajat atau tingkat kesukaran yang dimiliki soal. Soal yang baik adalah soal yang memiliki tingkat kesukaran seimbang, artinya soal tersebut tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan mudah dan sukarnya soal disebut indeks kesukaran dengan diberi simbul IK. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

IK = B A B A JS JS JB JB + + (Suherman, 1990: 213). Keterangan: IK = Indeks kesukaran

JBA = Jumlah yang benar pada butir soal kelompok atas JBB = Jumlah yang benar pada butir soal kelompok bawah JSA = banyaknya siswa pada kelompok atas

JSB = banyaknya siswa pada kelompok bawah

Adapun indeks kesukaran soal dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Soal dengan IK = 0,00 termasuk soal terlalu sukar

Soal dengan 0,00 < IK < 0,30 termasuk soal sukar Soal dengan 0,30 < IK < 0,70 termasuk soal sedang Soal dengan 0,70 < IK < 1,00 termasuk soal mudah Soal dengan IK = 1,00 termasuk soal terlalu mudah

4. Daya Beda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Besarnya daya pembeda ditunjukkan dengan indeks diskriminasi yang disingkat D.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung daya pembeda soal antara lain:

a. seluruh kelompok tes dibagi dua yaitu kelompok atas dan kelompok bawah b. seluruh siswa diurutkan mulai dari skor teratas sampai tebawah

c. menghitung indeks diskriminasi soal dengan rumus: DP = A B A JS JB JB − Keterangan:

DP = daya pembeda soal

JBA = banyaknya peserta tes kelompok atas menjawab benar JBB = banyaknya peserta tes kelompok bawah menjawab benar JSA = jumlah siswa kelompok atas

Klasifikasi daya pembeda soal adalah: DP < 0,00 : sangat jelek 0,00< DP <0,20 : jelek 0,20< DP <0,40 : cukup 0,40< DP <0,70 : baik 0,70< DP < 1,00 : sangat baik

(Suherman, 1990: 201 )

Dokumen terkait