• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi Penelitian

Penelitian tentang Peranan Sanrego dalam Memperpendek Siklus Ranggah dan Meningkatkan Libido Seksual Rusa Timor ini akan dilakukan di lokasi penangkaran rusa yang berada di BKPH Jonggol. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan yaitu dari bulan Agustus-September 2005.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas kamera, peneropong binokuler, stopwacht, jam dan kalkulator. Sedangkan bahan yang digunakan adalah rusa jantan dalam masa pertumbuhan ranggah, rusa betina induk, ember plastik, pakan rusa yang terdiri atas rumput, ubi dan dedak, pisang, bubuk kering daun Sanrego yang berasal dari Laboratorium Agro silvo Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, cat, kapas, air minum dan alat tulis.

Metode Penelitian Data Penelitian :

Jumlah perlakuan terdiri atas tiga perlakuan dan satu kontrol yakni : (a.) tanpa diberi perlakuan (sebagai kontrol), (b) Pemberian bubuk kering daun Sanrego 6000 mg/ekor/hari, (c) Pemberian bubuk kering daun Sanrego 8000 mg/ekor/hari dan (d) Pemberian bubuk kering daun Sanrego 10.000 mg/ekor/hari. Masing-masing perlakuan dengan tiga ulangan.

Dalam penelitian ini diambil dari 9 pejantan yang diberi perlakuan dan 3 pejantan sebagai kontrol Untuk mendapatkan contoh pejantan yang mendekati homogen, maka dalam pemilihan pejantan digunakan :

1. Ukuran tubuh dan besarnya hampir sama (± 80 kg). Sumber ini hasil wawancara dengan pengelola di lapangan, tetapi tidak dilakukan penimbangan.

2. Ranggah bercabang tiga dengan kondisi ranggah sedang masa pertumbuhan ranggah (panjang antara 50-60 cm). Sumber ini hasil wawancara dengan pengelola di lapangan, tetapi tidak dilakukan penimbangan.

3. Umur relatif sudah dewasa tubuh (percabangan ranggah sudah sempurna). Sebelum penelitian, dilakukan terlebih dahulu penelitian pendahuluan. Penelitian pendahuluan ini mempunyai tujuan untuk mengetahui berapa dosis yang akan digunakan dan berapa lama pemberian dilakukan.

Pada penelitian pendahuluan digunakan rusa jantan dengan beberapa perlakuan dengan dosis bubuk kering daun sanrego yang berbeda-beda sehingga diharapkan akan mengdapatkan dosis yang sesuai. Dosis pemberian diawali dari pemberian sebanyak 2000 mg, 4000 mg 6000 mg dan 8000 mg per hari. Dari hasil penelitian pendahuluan dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini .

Tabel 4 Hasil pengamatan penelitian pendahuluan tentang peranan sanrego dalam peningkatan libido seksual rusa timor jantan

____________________________________________________________________ No Dosis Lama Timbul Perilaku yang terlihat

Pemberian (mg) pengamatan (hari) perilaku libido

___________________________________________________________________ 1 2000 15 tidak ada - tidak ada

2 4000 15 tidak ada - tidak ada

3 6000 10 hari ke-10 - mendekati betina 4 8000 8 hari ke- 8 - mendekati betina,

mencium betina, nyengir,

berkubang ____________________________________________________________________

Hasil penelitian pendahuluan dapat diketahui bahwa dengan dosis 8000 mg sudah terlihat penampakan perilaku seksual yang lebih nyata dibandingkan dengan dosis yang lebih rendah. Oleh sebab itu dosis 8000 mg merupakan dosis patokan didalam menentukan dosis yang akan digunakan dalam penelitian atau diambil sebagai dosis sedang atau perlakuan tengah, sehingga untuk perlakuan tertinggi memakai dosis 10.000 mg dan perlakuan terendah me makai dosis 6000 mg.

Rancangan Percobaan

Perlakuan. Perlakuan menggunakan RAL dengan empat perlakuan yang masing-masing dengan ulangan tiga. Perlakuan tersebut adalah :

- Perlakuan I (Rusa A,B, C) sebagai kontrol tanpa diberi serbuk daun sanrego - Perlakuan II (Rusa D ,E, F) diberi serbuk daun Sanrego dengan dosis 6000 mg - Perlakuan III (Rusa G,H,I) diberi serbuk daun Sanrego pada dosis 8000 mg

- Perlakuan IV (Rusa J, K, L) diberi serbuk daun Sanrego pada dosis 10.000 mg. Cara penyajian. Daun Sanrego dikeringkan sampai kering, kemudian ditumbuk atau dibuat bubuk (serbuk). Setiap 200 mg bubuk kering daun Sanrego dikemas dalam kapsul. Kapsul yang berisi Sanrego tersebut dimasukkan dalam pisang yang sudah masak (masih utuh dalam kulitnya).

Lama perlakuan :

1. Perlakuan I (kontrol). Tidak diberi perlakuan.

2. Perlakuan II, perlakuan III dan perlakuan IV, Pemberian sanrego diberikan dari hari ke nol sampai keinginan menaiki punggung betina atau sampai batas waktu 21 hari apabila belum juga me nampakkan perilaku seksual.

Cara pemberian : Daun sanrego di keringkan (oven) kemudian dibuat bubuk. Setiap 200 mg bubuk daun sanrego dimasukkan ke dalam kapsul. Kapsul yang berisi sanrego dimasukkan dalam pisang (satu pisang diisi 5 kapsul), kemudian diberikan pada rusa perlakuan

Waktu pemberian. Pemberian perlakuan dilakukan disesuaikan dengan jadwal pemberian makanan yaitu jam 07.00 pagi, agar rusa-rusa yang digunakan dalam perlakuan ini tidak perlu menyesuaikan lagi dengan jadwal waktu makan jam 07.00 pagi. Perlakuan diberhentikan setelah perilaku seksual keinginan menaiki punggung betina terjadi, dengan alasan bahwa perilaku menaiki betina merupakan petunjuk yang lebih kuat bahwa jantan tersebut sedang dalam kondisi libido yang meningkat dibandingkan dengan perilaku seksual lainnya. Alasan lain peningkatan

libido pada rusa secara eksterior ditunjukkan dengan pengerasan ranggah atau peningkatan androgen sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ranggah.

Gambar 3 Tahapan penyajian sanrego dari daun (1dan2), tepung (3), ditimbang (4), dikemas dalam kapsul (5), dimasukkan dalam pisang (6) dan diberikan pada rusa (7).

Jenis dan jumlah pakan yang diberikan pada saat penelitian. Jenis pakan yang diberikan disesuaikan dengan pakan yang biasa sehari-hari disajikan, karena disamping tidak memerlukan pengkondisian perubahan jenis makanan yang diberikan lagi, juga baik kualitas maupun kuantitas sudah terpenuhi. Makanan yang diberikan adalah pisang dan ubi satu kg, dedak satu kg, rumput empat kg. Selain itu rusa juga dibiarkan untuk merumput pada rumput yang sudah tersedia dikandang. Pengamatan perilaku seksual.

Rusa-rusa yang telah diberi perlakuan tersebut kemudian diamati dan dicatat setiap perubahan tingkahlakunya. Pengamatan tersebut dilakukan pada hari ke pertama pemberian sanrego (perlakuan) sampai tanda-tanda perilaku seksualnya hilang.

6 7

1 2

Variabel yang diukur 1. Data primer :

a. Perilaku harian : perilaku makan, perilaku istirahat dan perilaku lokomosi b. Perilaku seksual: Terkelupasnya ranggah muda, perilaku mendekati betina,

perilaku menciumi alat kelamin bagian luar rusa betina, Perilaku nyengir, Perilaku menggosok-gosokkan velvet, Perilaku berkubang, Perilaku agonistik, Perilaku menaiki punggung betina dan Perilaku kopulasi.

2. Data sekunder, meliputi:

Iklim, curah hujan, ketinggian tempat, aspek pemeliharan di penangkaran.

Teknik Pengumpulan data

1. Data primer diperoleh dengan cara mengamati dan mencatat : a. Perilaku harian, meliputi :

- Perilaku makan. Batasan pengertian perilaku makan dalam penelitian ini adalah rangkaian kegiatan yang terdiri dari merenggut rumput, kemudian berpindah sambil mengunyah atau tidak, merump ut lagi atau memakan makanan tambahan baik dengan minum atau tidak. Data ini diperoleh dengan cara mengamati perilaku makan rusa perlakuan, yaitu mencatat frekuensi dan lama makan dalam sehari.

- Perilaku istirahat. Batasan pengertian perilaku istirahat dalam penelitian ini adalah kegiatan duduk atau berdiri sambil memamah biak atau tidur atau memejamkan mata. Data ini diperoleh dengan cara mengamati atau mencatat lama waktu yang digunakan istirahat dalam sehari.

- Perilaku lokomosi. Batasan pengertian perilaku lokomosi dalam penelitian ini adalah kegiatan berpindah atau bergerak tempat dari satu tempat lokomosi ke tempat lokomosi lain. Jarak tempat lokomosi ke tempat lokomosi lain adalah jarak dari satu kelompok ke kelompok lain, minimal jarak antar tempat lokomosi adalah 3 meter. Data ini diperoleh dengan cara mengamati dan mencatat frekuensi perilaku berpindah tempat.

b. Perilaku seksual, meliputi :

- Waktu pengelupasan velvet: Data diperoleh dengan mencatat waktu yang dibutuhkan mulai timbulnya pertama kali terjadi pengelupasan velvet sejak diberi perlakuan.

- Lama pengelupasan velvet. Data diperoleh dengan mencatat lama pengelupasan velvet.

- Waktu timbulnya perilaku seksual pertama kali: Data diperoleh dengan mencatat waktu yang dibutuhkan mulai timbulnya perilaku seksual sejak diberi perlakuan.

- Perilaku mendekati betina. Batasan pengertian mendekati betina dalam penelitian ini adalah kegiatan rusa jantan mendekati betina dalam jarak yang sangat dekat dan berusaha untuk mencium alat kelamin betina tersebut. Data yang diamati dan dicatat adalah frekuensi dan lama pejantan untuk mendekati betina selama perlakuan.

- Perilaku menciumi alat kelamin betina. Batasan pengertian mencium dalam penelitian ini adalah rusa jantan mencium bagian alat kelamin luar atau mencium atau menjilati air kencing betina tersebut. Data yang diamati dan dicatat adalah frekuensi dan lama pejantan untuk menciumi alat kelamin betina selama perlakuan.

- Perilaku Nyengir. Batasan pengertian nyengir dalam penelitian ini adalah mengangkat kepalanya tinggi-tinggi dengan bibir yang sedikit membuka atau berjalan tegak dengan bibir yang sedikit membuka atau bibir atas terlihat dikerutkan. Data yang diamati adalah frekuensi dan lama nyengir selama perlakuan.

- Perilaku gosokkan velvetnya. Batasan pengertian menggosok-osokkan velvetnya dalam penelitian ini adalah menggmenggosok-osokkan velvetnya baik di pohon, semak maupun di tanah. Data yang diamati adalah frekuensi dan lama menggosok-gosokkan velvet ke pohon/semak atau tanah selama perlakuan.

- Perilaku berkubang (Berendam di tempat kubangan atau lumpur atau air). Batasan pengertian berkubang adalah kegiatan rusa berendam atau mengguling-gulingkan badannya di tempat yang berlumpur atau berair. Data yang diamati adalah frekuensi dan lama berkubang selama perlakuan.

- Perilaku agonistik. Batasan pengertian agonistik dalam penelitian ini adalah kegiatan beradu kepala ataui tanduk antara rusa pejantan yang dianggap pesaingnya dalam mendapatkan betina. Data yang diamati adalah frekuensi dan lama pejantan untuk agonistik selama perlakuan.

- Perilaku menaiki betina. Batasan pengertian menaiki dalam penelitian ini adalah kegiatan rusa jantan untuk dapat menaiki di atas punggung betina. Data yang diamati dan dicatat adalah frekuensi dan lama pejantan menaiki punggung betina selama perlakuan.

- Perilaku Kopulasi. Batasan pengertian kopulasi dalam penelitian ini adalah kegiatan intromisi dan ejakulasi (memasukkan penisnya dan meletakkan sperma ke dalam alat kelamin betina). Data yang diamati dan dicatat :

o Waktu terjadinya kopulasi. Data ini diperoleh dengan cara mencatat waktu terjadinya kopulasi.

o Frekuensi menaiki betina sampai terjadi kopulasi. Data diperoleh dengan cara mencatat berapa kali rusa menaiki punggung betina sampai terjadi kopulasi. Per hari.

o Frekuensi kopulasi. Data diperoleh dengan cara mengamati dan mencatat berapa kali pejantan melakukan perkawinan selama menunjukkan perilaku seksual.

o Pola perkawinan. Data diperoleh dengan cara mengamati dan

mencatat semua proses kegiatan perilaku seksual dari awal sampai terjadi kopulasi.

Batasan pengertian memperpendek siklus ranggah dalam penelitian ini adalah memperpendek perubahan dari tahap perkembangan ranggah muda (velvet) ke proses kalsifikasi menjadi ranggah keras.

Batasan pengertian libido dalam penelitian ini adalah hasrat keinginan untuk kawin yang ditandai oleh berbagai perilaku seksual.

2. Data sekunder : Data ini diperoleh dari

a. Studi literatur. Studi literatur dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data-data pendukung yang sangat diperlukan dalam penelitian ini. Data-data tersebut akan dikumpulkan dari berbagai sumber seperti teks book, skripsi atau tesis, brosur, leaflet, booklet dan lain-lain.

b. Wawancara dengan petugas. Metode ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data-data yang relevan, yang belum terdapat ataupun tercantum di dalam literatur.

c. Pengamatan langsung. Digunakan untuk memperoleh data pemeliharaan rusa yang ada di penangkaran rusa timor di tempat penelitian.

Penentuan skor untuk penilaian berbagai perilaku seksual. Pembuatan skor setiap perilaku seksual perlu dilakukan untuk memudahkan dalam menilai dan membandingkan besarnya intensitas perilaku seksual setiap perlakuan, dengan cara mengalikan nilai skor dengan jumlah frekuensi berbagai perilaku seksual yang ditimbulkan. Penentuan nilai skor ini dilakukan berdasarkan tahapan pola perilaku seksual. Range skor antara sepuluh sampai nol. Penentuan skor untuk tiap-tiap perilaku seksual adalah sebagai berikut :

1. Skor 10 (sepuluh) untuk perilaku kopulasi. Adanya perilaku kopulasi suatu hewan berarti adanya hasrat dan kemampuan melakukan kawin. Tujuan utama dari peningkatan libido seksual ini adalah intensitas aktivitas kawin. 2. Skor 5 (lima) untuk perilaku menaiki punggung betina. Aktivitas menaiki

punggung betina merupakan gambaran bahwa pejantan sudah siap dan mampu melakukan kawin. Perilaku menaiki pada umumnya hanya terjadi pada jantan dan betina birahi.

3. Skor 3 (tiga) untuk perilaku seksual yang sifatnya masih dalam proses tahapan percumbuan, seperti perilaku mencium alat kelamin betina, nyengir dan agonistik.

4. Skor 2 (dua) untuk perilaku seksual pada tahapan awal mulai naiknya libido seksual atau pada tahap pra percumbuan seperti mendekati betina, berkubang dan menggosok-gosokkan velvet.

5. Skor 0 (nol) untuk rusa yang tidak menunjukkan perilaku seksual.

Analisa Data

Data diperoleh secara eksperimen. Data dianalisis dalam bentuk tabulasi. Untuk data-data kuantitatif, dianalisis dengan analisa sidik ragam yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian Sanrego terhadap perilaku kawinnya. Sedangkan data yang bersifat kualitatif, dianalisis dengan analisa deskriptif yang menggambarkan keseluruhan perilaku yang diamati, baik perilaku harian maupun perilaku kawin.

Hipotesa :

H1 : Pemberian daun Sanrego kepada rusa jantan akan menimbulkan pengaruh terhadap libido sekualnya

H2 : Semakin tinggi dosis daun Sanrego yang diberikan maka akan semakin tinggi dan atau semakin cepat timbul libido seksualnya

Uji Hipotesis

H0 : t1 = t2 = t3 = t 4

Hi : Minimal ada satu perlakuan yang berpengaruh nyata Tolak H0 jika F hitung > F ( a1 ; dbp ; dbg )

Data yang diperoleh pada setiap pengamatan dianalisis dengan Analisis of Varian (ANOVA) dengan uji F. Untuk mengetahui perlakuan mana yang berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji Least Significant Difference (LSD) pada taraf kepercayaan 95%. ( Johnson and Bhattacharyya 1992).

Dokumen terkait