• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Permainan atau Ice Breaking Dalam Proses

Dalam dokumen Anum Juni Diah Faradita C9609003 (Halaman 29-35)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Metode Permainan atau Ice Breaking Dalam Proses

Ada kalanya siswa merasa jenuh dengan aktifitas kelas yang monoton.

Sering kali jika suasana kelas sudah menjadi “kaku”, siswa akan menjadi sulit

berkonsentrasi pada materi yang diberikan karena merasa jenuh dengan suasana kelasnya. Jika diperhatikan, pada awal kegiatan belajar, daya konsentrasi dan daya serap siswa terhadap materi pembelajaran akan sangat tinggi. Namun seiring berjalannya waktu, beberapa menit kemudian terutama di saat-saat terakhir jam pelajaran akan berakhir, daya konsentrasi dan daya serap siswa terhadap materi pembelajaran akan berkurang. Hal ini biasanya dikarenakan kegiatan mengajar yang monoton.

Umumnya siswa akan merasa bosan dengan pelajaran yang dianggapnya susah ditambah dengan cara penyampaian pelajaran yang monoton dan tidak bervariasi. Hal ini menyebabkan dapat menyebabkan siswa menjadi malas untuk mengikuti pelajaran yang dianggapnya susah dan membosankan. Misal, seorang siswa tidak menyukai pelajaran matematika yang dianggap sebagai pelajaran paling susah dan menguras otak. Apabila guru mata pelajaran yang bersangkutan tidak menggunakan cara atau metode pembelajaran dalam penyampain materinya, secara lambat laun siswa akan merasa bosan karena kondisi pelajaran yang begitu monoton. Sehingga siswa akan merasa pelajaran matematika semakin susah untuk diikuti. Hal ini akan menyebabkan siswa malas untuk mengikuti dan mempelajari pelajaran matematika. Sama halnya dengan mempelajari bahasa Mandarin. Di mana siswa harus mampu melafalkan setiap kosakata yang mempunyai 4 nada yang berbeda dengan benar. Lalu siswa juga harus bisa mengingat setiap hanzi

atau huruf Mandarin yang berbeda-beda dan memiliki tingkat kesulitan penulisan yang beragam.

Kendala-kendala seperti ini apabila tidak diatasi akan berdampak buruk bagi siswa itu sendiri dan juga guru pamong mata pelajaran tersebut. Sebagai seorang guru kita harus mempunyai metode pembelajaran yang menarik dan bervariasi dalam menyampaikan suatu pelajaran. Tujuannya adalah untuk merangsang minat belajar siswa. Di samping metode pembelajaran, guru juga harus memberikan dorongan atau motivasi kepada siswa untuk menambah minat belajar siswa. Bentuk motivasinya bisa berupa memberitahu manfaat positif dari mempelajari ilmu tersebut. Sebut saja, mempelajari bahasa Mandarin. Guru bisa memberitahukan kepada siswa apa saja manfaat positif dari mempelajari bahasa Mandarin.

Lalu untuk mengatasi kendala-kendala ini, tidak ada salahnya bila kita memberikan selingan ditengah-tengah proses berjalannya proses belajar-mengajar ataupun di akhir kegiatan mengajar. Selingan ini kita sebut dengan metode permainan atau lebih sering disebut dengan ice breaking.

Metode Ice breaking adalah suatu kegiatan peralihan situasi dari kondisi yang membosankan, mengantuk, menjenuhkan, dan tegang menjadi suasana yang rileks, bersemangat, tidak membuat mengantuk, serta dapat mengembalikan konsentrasi dan perhatian siswa yang tadinya sudah mulai menurun atau hampir hilang.

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan konsep memori yakni, pertama, teori interfersi yang menyatakan bahwa manusia lupa bukan karena kehilangan memori tetapi karena informasi lainnya menghalangi hal yang ingin diingat. Kedua, teori kemerosotan, yang menjelaskan sebab-sebab mengapa manusia dapat melupakan sesuatu. Menurut teori ini sebab-sebab itu terdriri adas dua penggangu

(interference) yaitu, pengganggu proaktif dan penggangggu retroaktif.

Pengganggu proaktif terjadi ketika informasi yang dipelajari sebelumnya mengganggu pengingatan kembali suatu hal yang dipelajari kemudian. Ini dapat menjadi bermasalah ketika informasi yang baru tidak dapat digunakan dengan benar akibat diganggu informasi lain. Pengganggu retroaktif adalah kebalikan dari penggangu proaktif, di mana informasi baru mengganggu informasi lama.

Biasanya untuk menggali ulang isi memori otak untuk mengingat kembali sesuatu yang kita lupakan, perlu ada kesan dalam yang tertinggal. Sehingga hal yang tidak boleh dilupakan bisa tertanam lama di otak dan mudah bagi kita untuk mengingatnya. Melalui pendekatan metode pembelajaran Metode Permainan atau

Ice breaking ini akan membuat siswa mudah menghafal atau mengingat apa yang

sudah dipelajarinya.

2. Fungsi Metode Permainan atau Ice Breaking

Metode Permainan atau Ice Breaking dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai. Permainan digunakan untuk menciptakan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar). commit to user

Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat. Permainan digunakan sebagai begian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu ksong atau sekedar permainan.

3. Macam Permainan dalam Metode Permainan atau Ice Breaking

Menurut The Encyclopedia of Ice Breaker terbitan University Associates Inc (1976) bentuk ice breaker ada bermacam-macam, mulai dari sekedar teka-teki, cerita-cerita lucu atau humor ringan yang memancing senyum, lagu-lagu atau nyanyian yang disertai gerakan lucu, sampai permainan-permainan berkelompok yang cukup menguras tenaga atau bahkan pikiran.

Metode Permainan atau Ice Breaking yang mempunyai beberapa jenis atau macam permainan seperti kata berantai, flash card, tebak-tebakan, atau jenis permainan lainnya akan dapat merangsang siswa dalam mengingat materi pelajaran yang disampaikan. Dengan permainan, biasanya akan meninggalkan kesan mendalam bagi siswa dan membantu siswa cepat menyerap dan hafal secara otomatis. Metode seperti ini tentunya akan sangat menarik dan membantu bila diterapkan kepada siswa playgroup, TK, dan SD. Di mana siswa masih memiliki otak yang bisa dikatakan masih kosong dan akan sangat mudah untuk memasukan kosakata-kosakata baru kepada siswa. Kosakata-kosakata tersebut tentunya akan lebih cepat diserap dan menempel di otak siswa karena kondisi otak yang masih kosong tadi.

Penulis menyebut metode belajar seperti ini dengan sebutan bermain sambil belajar. Karena sambil bermain kita juga belajar. Anak-anak akan lebih menyukai medote belajar seperti ini. Seperti kata orang, anak kecil dengan bermain akan secara otomatis belajar dan lebih cepat menyerap apa yang dipelajarinya. Suasana belajar akan lebih berwarna, kedekatan siswa dan guru juga akan terjalin lebih akrab, kondisi belajar akan lebih menyenangkan, dan siswa akan senang mempelajari apa yang akan guru sampaikan. Dengan begitu siswa akan menyukai pelajaran yang disampaikan.

BAB III

Dalam dokumen Anum Juni Diah Faradita C9609003 (Halaman 29-35)

Dokumen terkait