• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Produksi Pala Di Siau

Dalam dokumen BUKU PERSYARATAN INDIKASI GEOGRAFIS (Halaman 35-39)

F. SEJARAH DAN ADAT ISTIADAT 1. Sejarah Pulau Siau Dan Masyarakatnya

1. Metode Produksi Pala Di Siau

Tanaman pala di pulau Siau dapat dipanen setiap bulan. Meskipun demikian, waktu panen utama adalah pada bulan Oktober – Desember dan Maret – Mei. Petani memanen buah pala yang sudah masak fisiologis di kebun dan langsung dibelah. Daging pala ditinggalkan di kebun dan biji yang masih terbungkus fuli dibawa ke rumah untuk dipisahkan antara biji dengan fulinya.

Pemanenan buah pala di lahan yang miring dilakukan dengan menggunakan alat panen yang disebut “sasendeng”, sedangkan di lahan yang rata panen dilakukan dengan menggunakan pengait atau disebut juga gate-gate atau kakoi.

Gambar 14. Alat Panen Pala Sasendeng Gambar 15. Alat Panen Pala Pengait Budidaya yang baik bagi tanaman pala harus memperhatikan berbagai aspek yakni menyangkut :

- Tanah dan Iklim

Tanaman pala memerlukan tanah yang subur dan gembur, terutama tanah-tanah vulkanis miring atau memiliki pembuangan air atau drainase yang baik. Tanaman pala akan tumbuh baik pada tanah berstruktur pasir bercampur lempung (loam). Semakin rendah kandungan liat semakin baik untuk pertumbuhan tanaman pala, pH tanah dengan kemasaman sedang sampai netral (pH 5,5 - 7,0) sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman pala, karena kimia maupun biologi tanah berada pada titik optimum.

Tanaman pala memerlukan iklim tropis yang panas dengan curah hujan yang tinggi tanpa adanya periode kering yang nyata. Rata-rata curah hujan di daerah asalnya (Banda) sekitar 2.656 mm/tahun, dengan jumlah hari hujan 167 hari merata sepanjang tahun. Meskipun terdapat bulan-bulan kering, tetapi selama bulan kering tersebut masih terdapat 10 hari hujan dengan sekurang-kurangnya ± 100 mm/tahun, ketinggian 0 - 300 m di atas permukaan laut. Suhu berkisar antara 18°C - 34°C, suhu yang terbaik untuk pertumbuhan tanaman pala antara 25°C - 30°C. Tanaman pala sangat peka terhadap angin kencang, oleh karena itu penanaman pala membutuhkan tanaman pelindung atau penahan angin.

27

Angin yang bertiup terlalu kencang, bukan saja menyebabkan penyerbukan bunga terganggu, tetapi juga menyebabkan buah, bunga dan pucuk tanaman akan luruh berguguran. Tanaman pelindung yang terlalu rapat dapat menghambat pertumbuhan pala, dan menjadi saingan dalam mendapatkan unsur hara. Tanaman pala menghendaki naungan yang rendah sekitar 25 - 30%. Pohon pelindung yang banyak ditanam di pulau Siau adalah cengkeh, kelapa dan tanaman buah-buahan, di Maluku dan Maluku Utara adalah cengkeh, kenari dan kelapa sedangkan di Papua umumnya bercampur dengan berbagai tanaman hutan. Kondisi tersebut sebagian besarnya dapat dipenuhi di pulau Siau, sehingga menyebabkan tanaman pala dapat tumbuh subur dan menghasilkan kualitas yang sangat baik.

Kesesuaian lahan untuk tanaman pala dapat dilihat pada tabel 13 berikut.

Variabel Kriteria lokasi

Amat sesuai Sesuai Hampir sesuai

Ketinggian (m dpl) 0-700 700-900 900

Curah hujan (mm/th) 2000-3500 1500-2000 1500-4500 Hari hujan (hari/th) 100-160 80-100 atau 160-180 80 atau 180

Temperatur (°C) 25-28 20-25 25 atau 31

Kelembaban nisbi (%) 60-80 55-60 55 atau 85

Drainase Baik Agak baik s/d baik Agak baik

Tekstur tanah Berpasir Liat (lempung) berpasir Liat

Kemasaman (pH) Netral Agak masam/ netral

Tabel 13. Kesesuaian Lahan Dan Iklim Untuk Tanaman Pala - Persiapan Bahan Tanam

Pemilihan Pohon Induk

Sekitar 60-65% produktivitas usaha tani ditentukan oleh penggunaan benih. Berbagai jenis tanaman pala yang sudah terkenal antara lain adalah jenis pala Banda, Tidore, Siau, Ternate, Patani, dan Ambon. Selain jenis pala, keberhasilan pengembangan pala juga ditentukan oleh kemampuan menentukan pohon pala jantan dan pala betina, karena tanaman pala jantan menghasilkan buah yang sangat sedikit dibandingkan tanaman pala betina. Ketelitian pemilihan jenis pala jantan dan pala betina menjadi sangat penting, mengingat pengembangan tanaman pala sampai saat ini masih menggunakan benih berupa biji yang sulit untuk diketahui apakah akan menjadi pala jantan atau pala betina.

Saat ini benih tanaman pala dipenuhi dari pohon-pohon induk yang telah ditetapkan. Syarat bagi pohon induk pala adalah sebagai berikut :

a. Jenis dan varietas pohon induk diketahui dengan jelas asal usulnya seperti pala Banda, Tidore, Ternate, Siau, Patani atau Ambon.

b. Umur pohon diatas 15 tahun, dengan produksi di atas 5000 buah/ pohon/tahun (berproduksi tinggi).

28

c. Pohon betina mutlak.

d. Bentuk pohon piramidal atau silindris.

e. Berbuah teratur setiap tahun dengan musim panen besar 2x setahun. f. Buah/biji besar berkualitas tinggi.

g. Fuli tebal dan berkualitas tinggi.

h. Bebas hama penyakit dan terpelihara dengan baik.

Penyiapan Benih Tanaman

Benih yang berkualitas adalah benih yang memenuhi mutu genetis, fisiologis dan fisik. Untuk mencapai tingkat kualitas tersebut maka pengelolaan benih harus ditangani dengan tepat sejak panen buah, penyimpanan, pengecambahan sampai penanaman di lapangan.

Persyaratan benih pala antara lain:

a. Buah berasal dari petik matang. Tanda buah petik matang antara lain kulit buah berwarna kusam, kuning kecoklatan. Masa pembuahan mulai dari pensarian sampai matang petik + 10 bulan.

b. Biji segar berwarna coklat kehitaman mengkilap c. Bobot biji pala minimal 50 gram/biji,

d. Bebas hama dan penyakit.

Setelah pemetikan, biji pala segera disemaikan selambat-lambatnya ± 24 jam setelah pemetikan. Untuk mendapatkan benih dengan daya kecambah yang tinggi sebaiknya biji diambil dari pohon induk yang letaknya berdekatan dengan pohon jantan. Biasanya benih pala berkecambah 1-3 bulan setelah pengecambahan.

Untuk menjaga agar daya kecambah biji tetap tinggi, biji harus segera disemai atau dikecambahkan atau dibawa dalam keadaan kelembaban yang tinggi. Untuk meningkatkan daya kecambah dan keseragaman berkecambah, sering dilakukan pemecahan kulit/tempurung pala disekitar titik tumbuh dengan tidak merusak mata tunas.

Perbanyakan Melalui Biji

Sebelum dibibitkan, benih pala dikecambahkan terlebih dahulu.  Pengecambahan biji

Tahapan kegiatan pengecambahan biji pala adalah sebagai berikut:

a. Seleksi buah: dipilih buah yang matang petik, masa pembuahan sekitar 10 bulan dan bebas hama penyakit.

b. Seleksi selaput fuli: dipilih yang tebal, berwarna merah tua, mengkilap dan bebas hama penyakit.

c. Seleksi biji: berwarna coklat kehitaman, mengkilap, bulat dan besar, bebas hama dan penyakit.

29

e. Persiapkan kotak atau tempat pengecambahan dengan media kecambah dari serbuk gergaji yang sudah lapuk atau kokopit (serbuk sabut kelapa) yang steril, dalam kotak atau bedengan pengecambahan dengan lebar 0,5 - 1 m dan panjang sesuai kebutuhan. Siram dengan air bersih seperlunya, jangan sampai basah atau tergenang, cukup lembab saja.

f. Pengecambahan benih dilakukan dengan meletakan benih pala dalam bentuk barisan yang teratur (0,50 x 1 cm atau 1 x 1 cm) mata tunas menghadap ke atas. Bagian biji yang melengkung diletakkan bersentuhan dengan tanah. Selanjutnya ditutup dengan karung goni untuk menjaga kelembaban.

g. Untuk mempercepat pengecambahan, tempurung pala diretakan secara hati-hati pada bagian mata tunas sehingga retak atau belah dengan tidak merusak daging bijinya.

h. Selanjutnya pemeliharaan dilakukan dengan cara menjaga kelembaban.

i. Setelah berumur 4-8 minggu, bakal akar sudah keluar dengan diikuti keluarnya kecambah yang menandakan benih bisa dipindahkan ke polibag.

j. Kecambah dipindahkan kedalam polibag yang telah dipersiapkan terlebih dahulu (diisi dengan media campuran kompos/pupuk kandang dan tanah 1:1).

 Pesemaian

a. Siapkan pesemaian ukuran 1,5 m x panjang bedengan. Kemudian dibuat atap pesemaian dari daun alang-alang/daun kelapa/jaring dengan tingkat naungan 30% b. Siapkan polibag ukuran 20 cm x 15 cm kemudian diisi dengan media tumbuh

berupa campuran tanah dan pupuk kandang yang sudah matang dan steril dengan perbandingan 2 : 1. Polibag yang telah diisi media tumbuh diletakan berbaris ditempat pesemaian.

c. Kecambah kemudian dibibitkan di polibag. d. Pemeliharaan bibit, sebagai berikut :

o Penyiraman dilakukan seperlunya

o Penyiangan gulma dilakukan dipesemaian dan di polibag,

o Pengendalian serangan hama dilakukan secara mekanis atau dengan menggunakan insektisida nabati.

o Pembibitan dilakukan selama 1,5 - 2,0 tahun. Ada kalanya dalam tahapan pemeliharaan bibit ini membutuhkan penggantian polibag yang lebih besar. Perbanyakan tanaman pala dapat pula dilakukan dengan cara vegetatif seperti cangkok, okulasi, susuan dan sambung pucuk. Perbanyakan secara vegetatif jarang dilakukan, walaupun dapat berhasil dengan baik, namun tidak ekonomis karena keberhasilannya sangat rendah sekitar 10 %, dan hanya digunakan dalam tingkat penelitian.

30

4 sudah memiliki Tanda Registrasi Usaha Perbenihan/TRUP dan 1 penangkar sedang dalam tahap penyelesaian TRUP. Daftar penangkar terdapat pada Tabel 14. Copy TRUP penangkar benih pala di pulau Siau terdapat pada Lampiran 11.

Nama Lokasi TRUP

Joseph Kawoka Kampung Binalu, kecamatan Siau Timur Selatan

525/08/2687/V/2012 (terlampir) John Jacobus Kampung Binalu, kecamatan Siau

Timur Selatan

525/08/2688/V/2012 (terlampir) Iven S. Kabuhung Kampung Talawid, kecamatan

Siau Barat Selatan

525/08/2689/V/2012 (terlampir) Zeth Katuhu Kampung Lia, kecamatan Siau

Timur

525/08/2690/V/2012 (terlampir) Silver J. Bawole Kampung Kisihang, kecamatan

Tagulandang Selatan

525/08/2689/V/2012 (terlampir)

Tabel 14. Daftar Penangkar Benih Pala Di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

2. Metode Panen Dan Pasca Panen Pala Siau

Dalam dokumen BUKU PERSYARATAN INDIKASI GEOGRAFIS (Halaman 35-39)

Dokumen terkait