• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU PERSYARATAN INDIKASI GEOGRAFIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUKU PERSYARATAN INDIKASI GEOGRAFIS"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU PERSYARATAN

INDIKASI GEOGRAFIS

LEMBAGA PERLINDUNGAN INDIKASI GEOGRAFIS

PALA SIAU (LPIG-PALA SIAU)

Buku persyaratan ini merupakan bagian yang tidak terpisah dengan Sertifikat IG No. ID G 000 000 036

(2)

BUKU PERSYARATAN

INDIKASI GEOGRAFIS

PALA SIAU

LEMBAGA PERLINDUNGAN INDIKASI GEOGRAFIS

PALA SIAU (LPIG-PALA SIAU)

(3)
(4)

ii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas hikmat dan tuntunanNya sehingga buku persyaratan Indikasi Geografis Pala Siau ini dapat diselesaikan. Pala Siau yang sudah dikenal luas oleh pasar/konsumen luar negeri sesungguhnhya dapat memberikan nilai tambah bagi perekonomian masyarakat yang ada di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Pada kondisi sekarang ini komoditi Pala Siau berpotensi tinggi terjadi pemalsuan ( pala dari daerah lain menggunakan label Pala Siau untuk memenuhi permintaan konsumen) sementara masyarakat petani Pala Siau tidak memiliki perlindungan hukum untuk mengkomplain hal tersebut.

Menjadi suatu keniscayaan apabila penggunaan label/logo Pala Siau hanya boleh digunakan oleh masyarakat Siau yang ada di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dengan adanya Sertifikasi Indikasi Geografis Pala Siau nantinya oleh Direktorat Jenderal HAKI Kementerian Hukum dan HAM. Perlindungan hukum terhadap produk khas daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro(Pala Siau) menjadi suatu kekayaan yang tak ternilai harganya utamanya bagi peningkatan nilai tambah yang akan berdampak pada peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakata yang ada di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dan secara umum akan memberikan jaminan kualitas dan asal produk komoditi kepada konsumen Pala Siau

Berangkat dari visi ini maka Lembaga Perlindungan Indikasi Geografis Pala Siau (LPIG Pala Siau) hendak mendaftarkan Pala Siau untuk mendapatkan sertifikat Indikasi Geografis dari Pemerintah Republik Indonesia..

Selanjutnya, kami menyampaikan terima kasih secara khusus kepada :

1. Kementerian Pertanian Republik Indonesia, cq. Direktorat Jenderal Perkebunan dan Drektorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil..

2. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, cq. Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.

3. Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara, cq. Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara.

4. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, cq. Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi.

5. Trade and Cooperation Facility (TCF) dari Uni Eropa

6. Dr. Ir. H. Riyaldi, MM. Staf Khusus Indikasi Geografis Ditjen. Perkebunan, Kementerian Pertanian, dan Tim Ahli Indikasi Geografis Ditjen. KI, Kementerian Pertanian.

Tak lupa juga kami sampaikan terima kasih kepada pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang memberikan bantuan berupa masukan pemikiran, tenaga, maupun materi lainnya sehingga buku persyaratan ini dapat diselesaikan

Siau, Juni 2015 LPIG Pala Siau

(5)

iii ABSTRAK

Pala Siau adalah komoditi unggulan daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro karena diusahakan oleh hampir 80% masyarakat yang ada didaerah ini. Tanaman pala diusahakan oleh rakyat dalam bentuk perkebunan rakyat yang tersebar dipulau Siau, Pulau Tagulandang dan Pulau Biaro. Pala yang ada dipulau Siau memiliki karakteristik yang unggul/spesifik dibandingkan dengan pala di kedua pulau lainnya. Ciri khas Pala Siau sudah dikenal sampai ke pasar internasional. Ciri khas yang dimiliki oleh pala Siau memberikan nilai tambah dalam aspek pasar komoditi pala ditingkat lokal, nasional maupun internasional, tetapi petani Pala Siau belum mendapatkan efek nyata dari kondisi ini yang mana hanya dinikmati oleh pihak-pihak yang terlibat dalam distribusi pasar komoditi ini termasuk yang menggunakan nama Pala Siau untuk memasarkan pala yang bukan berasal dari pulau Siau.

Untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi para petani, dan pengusaha, Lembaga Perlindungan Indikasi Geografis (LPIG) Pala Siau dengan dukungan penuh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro mengajukan permohonan sertifikat Indikasi Geografis. Pala yang ada di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro adalah jenis pala banda (Myristica fragrans Hout) yang dalam bahasa setempat dikenal dengan Pala Siau. Buah pala terdiri atas daging buah, fuli dan biji. Biji pala dapat dimanfaatkan sebagai rempah-rempah, berkhasiat untuk pengobatan, aromateraphy dan minyaknya dapat dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik. Tampilan buah pala yang matang sebagai acuan panen antara lain saat matang panen kulit buah pala berwarna kuning kecoklatan. Dari penanaman sampai panen memerlukan sekitar 7 sampai 10 tahun Panen raya biasanya terjadi pada bulan Maret - April dan Oktober - Desember.

Produk yang dihasilkan berupa Biji Pala Kering dengan batok kualitas A dan AT, Biji Pala Kering tanpa batok dengan kualitas ABCD dan Shrivel, serta Fuli Pala Kering. Biji Pala Kering dengan batok kelas mutu A berasal dari buah yang matang di pohon, memiliki batok berwarna coklat gelap mengkilap, padat berisi, berat, kering dan pada umumnya berbunyi apabila diguncang, tidak ada kerusakan akibat serangga, tidak berjamur, batok biji tidak pecah. Biji Pala Kering dengan batok kelas mutu AT berasal dari buah setengah matang, memiliki batok berwarna coklat muda, memiliki berat yang lebih ringan, sedikit lebih kecil dan sedikit kurang berisi dibanding dengan kelas A, kering dan berbunyi bila diguncang. Kernel sangat longgar dalam batok dibandingkan dengan kelas A, tidak berlubang, tidak ada kerusakan akibat serangga, tidak berjamur dan batok biji tidak pecah. Biji Pala Kering tanpa batok dengan kelas mutu ABCD memiliki ciri kernel utuh dan berisi, berbunyi keras saat dua kernel diketukkan satu sama lain, permukaan cukup halus dengan sedikit keriput, tidak ada lubang akibat serangga, tidak retak, tidak berjamur. Kelas mutu Shrivel tanpa batok memiliki ciri permukaan keriput, kurang berisi dibandingkan kelas ABCD, berbunyi kurang keras saat dua kernel diketukkan satu sama lain dibandingkan kelas mutu ABCD, tidak ada lubang akibat serangga, tidak retak, tidak berjamur. Fuli Pala Siau berwarna merah sampai kuning, relatif utuh, tidak patah dan tidak hancur.

(6)

iv DAFTAR ISI

halaman

SAMBUTAN SEKDA KAB. SIAU TAGULANDANG BIARO i

KATA PENGANTAR ii

ABSTRAK iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

I PENDAHULUAN 1

II PEMOHON DAN KELEMBAGAAN 4

III BUKU PERSYARATAN 6

A. NAMA INDIKASI GEOGRAFIS 6

B. NAMA BARANG 6 C. SIFAT-SIFAT KHAS 8 1. Sifat Fisik 8 2. Sifat Kimiawi 8 3. Kelas Mutu 9 4. Analisis Kualitas 10

D. DESKRIPSI LINGKUNGAN GEOGRAFIS 13

1. Faktor Alam 13

2. Faktor Manusia 17

E. BATASAN KAWASAN 18

1. Batas Wilayah Pulau Siau 18

2. Kawasan Produksi Pala Di Pulau Siau 18

3. Kawasan Pengolahan Dan Pengemasan Pala Siau 22

F. SEJARAH DAN ADAT ISTIADAT 23

1. Sejarah Pulau Siau Dan Masyarakatnya 23

2. Sejarah Pala Di Dunia 23

3. Sejarah Pala Di Pulau Siau 24

4. Dampak Adanya Pala Di Pulau Siau 25

5. Peran Sosial Budaya Dan Ekonomi Pala Bagi Masyarakat Siau

25

G. METODE PRODUKSI, PENGOLAHAN DAN PEMASARAN 26

1. Metode Produksi Pala Di Siau 26

2. Metode Panen Dan Pasca Panen Pala Siau 30

3. Metode Penyimpanan Pala Siau 33

4. Metode Pemasaran Pala Siau 33

H. PENGAWASAN DAN PEMBINAAN 34

1. Pengawasan Dan Pembinaan Internal 34

2. Pengawasan Dan Pembinaan Eksternal 35

I. KODE KETERUNUTAN 36

J. TANDA INDIKASI GEOGRAFIS 39

1. Label 39

2. Logo 39

3. Kode Keterunutan 40

4. Segel 40

K. PENGGUNAAN TANDA IG PALA SIAU 40

IV PENUTUP 41

DAFTAR PUSTAKA 42

(7)

v DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1 Ringkasan Hasil Penelitian Biji dan Fuli Pala Siau Kering Dari Laboratorium Balittro Bogor Tahun 2014 dan 2015

9

Tabel 2 Perbandingan Kualitas Pala Siau Dengan SNI dan Pala Banda 9 Tabel 3 Syarat Umum Biji Pala Tanpa Batok Berdasar SNI 01 0006 1987 11 Tabel 4 Syarat Umum Fuli/Bunga Pala Berdasarkan SNI 01 0007 1987 12

Tabel 5 Kelas Mutu Biji Pala Kering Dengan Batok 12

Tabel 6 Kelas Mutu Biji Pala Kering Tanpa Batok 12

Tabel 7 Ringkasan Hasil Analisis Unsur Mikro Tanah Pulau Siau Oleh Balittro Bogor Tahun 2014

15

Tabel 8 Ringkasan Hasil Analisis Tanah Pulau Siau Oleh Balittro Bogor Tahun 2014

15

Tabel 9 Data Curah Hujan (mm) Dan Hari Hujan (hh) Dari Stasiun Siau Barat Selatan Tahun 2012-2014

16

Tabel 10 Data Curah Hujan (mm) Dan Hari Hujan (hh) Dari Stasiun Siau Barat Utara Tahun 2012-2014

16

Tabel 11 Data Curah Hujan (mm) Dan Hari Hujan (hh) Dari Stasiun Siau Tengah Tahun 2012-2014

17

Tabel 12 Luas Areal Dan Produksi Tanaman Pala Di Pulau Siau Dan Di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro

21

Tabel 13 Kesesuaian Lahan Dan Iklim Untuk Tanaman Pala 27 Tabel 14 Daftar Penangkar Benih Pala Di Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro

(8)

vi DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Kartu Anggota LPIG Pala Siau Bagi Pengurus dan Bagi

Anggota

5

Gambar 2 Biji Pala Kering Dengan Batok 6

Gambar 3 Biji Pala Kering Tanpa Batok 7

Gambar 4 Fuli Pala Kering 7

Gambar 5 Kualitas A Biji Pala Kering Dengan Batok Dan ABCD Tanpa Batok

10

Gambar 6 Kualitas AT Biji Pala Kering Dengan Batok Dan Shrivel Tanpa Batok

10

Gambar 7 Fuli Pala Kering Kualitas Pala Siau 10

Gambar 8 Foto Satelit Pulau Siau Dan Lokasinya Pada Peta Indonesia 13

Gambar 9 Peta Kabupaten Siau Tagulandang Biaro 14

Gambar 10 Gunung Karangetang Ciri Khas Pulau Siau 15

Gambar 11 Areal Pertanaman Pala Di Pulau Siau 18

Gambar 12 Peta Wilayah Penanaman Dan Pengembangan Pala Di Pulau Siau

20

Gambar 13 Peta Administrasi Kecamatan Di Pulau Siau 21

Gambar 14 Alat Panen Pala Sasendeng 26

Gambar 15 Alat Panen Pala Pengait 26

Gambar 16 Buah Pala Yang Sudah Matang Dan Terbelah Karena Matang Fisiologis

30

(9)

vii DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Surat Keputusan Bupati Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

No. 221 tanggal 30 Desember 2013 Tentang Pembentukan Lembaga Perlindungan Indikasi Geografis Pala Siau Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

43

Lampiran 2 Surat Rekomendasi Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

50

Lampiran 3 Daftar Petani Anggota LPIG Pala Siau 52

Lampiran 4 Daftar Pedagang Pala Siau anggota LPIG Pala Siau 55 Lampiran 5 Hasil Analisis Kandungan Biji Pala Kering Oleh Balittro

Bogor Tahun 2014

57

Lampiran 6 Hasil Analisis Kandungan Fuli Pala Kering Oleh Balittro Bogor Tahun 2014

60

Lampiran 7 Hasil Analisis Kandungan Biji Pala Siau Barat Serta Biji Pala Dan Fuli Pala Pulau Tagulandang Oleh Balittro Bogor Tahun 2015

64

Lampiran 8 Hasil Analisis Unsur Mikro Tanah Pulau Siau Oleh Balittro Bogor Tahun 2014

66

Lampiran 9 Hasil Analisa Lengkap Tanah Pulau Siau Oleh Balittro Bogor Tahun 2014

68

Lampiran 10 Data Curah Hujan Dan Hari Hujan Dari Stasiun Meteorologi Siau Barat Selatan, Siau Barat Utara Dan Siau Tengah

70

(10)

1 I. PENDAHULUAN

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro terbentuk pada tanggal 23 Mei tahun 2007, sebagai pemekaran dari Kabupaten Kepulauan Sangihe, berdasarkan UU No.15 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro di Propinsi Sulawesi Utara.

Tanaman Pala (Myristica sp) yang berkembang di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro adalah jenis Myristica fragrans HOUTT yang memiliki kualitas dan produktifitas yang tinggi. Asal usul keberadaannya di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro khususnya di pulau Siau sampai sekarang belum jelas kepastiannya. Ada 2 versi pernyataan yang menduga asal usul tersebut yakni :

Versi pertama bahwa tanaman/pohon Pala yang sudah ada bertumbuh dan berkembang di Pulau Siau adalah bagian dari tanaman endemik pada sebagian wilayah yang cocok sebagai habitatnya dimana jika di lihat dari aspek letak geografis, pulau Siau masih dapat digolongkan dalam satu cakupan bagian wilayah Kepulauan Maluku Utara yang merupakan daerah asal tanaman pala.

Versi kedua bahwa tanaman/pohon pala merupakan hasil proses introduksi dari luar yaitu kepulauan Maluku khususnya dari Kepulauan Banda - Maluku yang masuk ke daerah ini melalui hubungan Ternate.

Leluhur masyarakat di pulau Siau sering berlayar ke Ternate untuk berdagang dan ketika pulang kembali mereka membawa bibit tanaman/pohon pala. Salah satu alasan yang mendukung dugaan ini dari pihak yang meyakini versi ini adalah didasarkan dari aspek historis, bahwa pulau Siau pada saat kekuasaan pemerintahannya masih dalam bentuk kerajaaan pernah menjadi bagian dari wilayah kekuasaan pemerintahan kesultanan Ternate. Hal tersebut diyakini sangat berpengaruh pada aspek intensitas dan frekwensi mobilitas penduduk dari pulau Siau ke Maluku, demikian pula sebaliknya, dan hal tersebut berpengaruh terhadap terjadinya introduksi tanaman pala ke pulau Siau. Bibit tanaman/pohon pala menjadi bagian dari barang yang dibawa ketika pulang dari Ternate dan tempat lainnya di wilayah kepulauan Maluku, ditanam, bertumbuh dan berkembang di pulau Siau sampai saat seperti sekarang ini.

Dari dua versi dugaan tersebut, sebagian besar masyarakat meyakini dugaan versi yang kedua bahwa tanaman pala yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro khususnya di pulau Siau bukanlah tanaman endemik tetapi tanaman introduksi dari Pulau Banda Kepulauan Maluku melalui hubungan Ternate kepulauan Maluku Utara. Saat ini tanaman pala telah menjadi komoditi andalan Kabupaten Siau Tagulandang Biaro yang terdiri dari 47 pulau ini.

Tanaman pala sebagai komoditi unggulan daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro khususnya yang ada di pulau Siau, tersebar di 6 Kecamatan di pulau Siau, yaitu di kecamatan Siau Timur, kecamatan Siau Timur Selatan, kecamatan Siau Barat, kecamatan Siau Barat Selatan, kecamatan Siau Barat Utara dan kecamatan Siau Tengah. Kecamatan Siau

(11)

2

Timur memiliki 11 kampung dan 5 kelurahan, kecamatan Siau Timur Selatan memiliki 14 kampung, kecamatan Siau Barat memiliki 9 kampung dan 3 kelurahan, kecamatan Siau Barat Selatan memiliki 6 kampung, kecamatan Siau Barat Utara memiliki 8 kampung dan kecamatan Siau Tengah memiliki 4 Kampung.

Sebagai produk yang memiliki kekhasan tersendiri dan sudah dikenal luas di pasar internasional, Pala Siau menjadi komoditi yang sangat dicari. Indikasinya adalah banyak konsumen dari luar negeri yang datang ke pulau Siau untuk melihat dari dekat bagaimana sesungguhnya keberadaan tanaman pala di pulau Siau. Perwakilan Masyarakat Uni Eropa datang untuk turut membantu mengupayakan perbaikan penanganan produk Pala Siau dari aspek budidaya, pengolahan sampai ke pemasaran. Kegiatan tersebut diwujudkan dalam bentuk kerjasama pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian Republik Indonesia dengan Tim TSP (Trade Support Program) dari Uni Eropa untuk melakukan penelitian dan pelatihan cara penanganan yang baik terhadap biji dan fuli pala khususnya dalam proses pengeringan sehingga menghasilkan produk yang bermutu, aman dan sehat.

Keistimewaan Pala Siau sekaligus sebagai ciri dan kualitas yang spesifik adalah memiliki kadar miristisin pada biji pala 11%-13% dan pada fuli 20%-30%. Keistimewaan tersebut menjadikan produk ini sangat rentan terhadap pemalsuan oleh pihak-pihak tertentu guna mendapat keuntungan yang besar dengan menyebut produk pala mereka sebagai Pala Siau, meskipun produk mereka bukan dari pulau Siau. Untuk itu diperlukan adanya perlindungan hukum terhadap penggunaan nama Pala Siau.

Saat ini di pulau Siau terdapat 3.437 ha pertanaman pala dengan 2.084 ha areal pertanaman yang telah menghasilkan yang diusahakan oleh sekitar 2.070 Kepala Keluarga (KK) dengan tingkat produktifitas rata-rata sekitar 2.500 kg biji pala kering dengan batok/ha/tahun, sehingga total produksi per tahun adalah sekitar 5.210 ton biji pala kering dengan batok. Total areal pertanaman pala di kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro pada tahun 2014 adalah 4.493 ha dengan 2.661 ha areal pertanaman yang telah menghasilkan yang diusahakan oleh sekitar 3.062 KK dengan tingkat produktifitas rata-rata sekitar 2.500 kg biji pala kering dengan batok/ha/tahun, sehingga total produksi per tahun adalah sekitar 6.652,5 ton biji pala kering dengan batok.

Dengan diberlakukannya PP. 51 Tahun 2007 pada tanggal 4 September 2007 sebagai aturan pelaksanaan dari Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, yang mengatur tentang perlindungan Indikasi-Geografis, maka hal tersebut telah membuka jalan bagi Pala Siau untuk dapat terhindar dari penggunaan nama Pala Siau secara tidak benar oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka masyarakat petani dan pelaku usaha Pala Siau memandang perlu Pala Siau mendapatkan perlindungan Indikasi Geografis. Untuk itu masyarakat petani dan pelaku usaha Pala Siau telah bergabung dalam sebuah organisasi yang bernama Lembaga Perlindungan Indikasi Geografis (LPIG) Pala Siau untuk mengajukan permohonan perlindungan Indikasi Geografis bagi Pala Siau kepada pemerintah Republik Indonesia.

(12)

3

Sebagai lampiran permohonan untuk memperoleh sertifikat Indikasi Geografis Pala Siau, maka disusun buku persyaratan yang memuat informasi tentang nama Indikasi Geografis, nama barang yang dilindungi, uraian mengenai karakteristik dan kualitas yang membedakan Pala Siau dengan pala lain yang memiliki kategori sama, dan menjelaskan tentang hubungannya dengan daerah dimana Pala Siau dihasilkan. Uraian mengenai lingkungan geografis serta faktor alam dan faktor manusia yang merupakan suatu kesatuan yang memberikan pengaruh terhadap kualitas atau karakteristik khas dari Pala Siau. Uraian tentang batas-batas daerah dan/atau peta wilayah yang dicakup oleh Indikasi Geografis yang direkomendasikan oleh instansi yang berwenang, uraian mengenai sejarah dan tradisi yang berhubungan dengan Pala Siau, termasuk pengakuan dari masyarakat mengenai Pala Siau. Uraian yang menjelaskan tentang proses produksi, proses pengolahan, dan metode yang digunakan untuk menguji kualitas Pala Siau yang dihasilkan serta logo dan label yang digunakan pada Pala Siau.

(13)

4

II. PEMOHON DAN KELEMBAGAAN

Pemohon Indikasi Geografis Pala Siau adalah :

Lembaga Perlindungan Indikasi Gegrafis Pala Siau yang selanjutnya disebut sebagai : LPIG-Pala Siau.

LPIG-Pala Siau didirikan atas kesepakatan pelaku usaha dan pembina Pala Siau pada tanggal 18 juni tahun 2013, yang disahkan dengan Surat Keputusan Bupati Kepulauan Siau Tagulandang Biaro No. 221 tanggal 30 Desember tahun 2013 tentang Pembentukan Lembaga Perlindungan Indikasi Geografis Pala Siau Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Lampiran 1). Selanjutnya LPIG-Pala Siau akan diperkuat dengan Akte Notaris untuk memperkuat dan meningkatkan kemampuan organisasi melaksanakan kegiatannya.

LPIG-Pala Siau memiliki struktur organisasi dan pengurus sebagaimana terdapat pada bagan berikut :

SUSUNAN PENGURUS LEMBAGA PERLINDUNGAN INDIKASI GEOGRAFIS (LPIG) PALA SIAU KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO

PENASEHAT : 1. Bupati Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 2. Wakil Bupati Kepulauan Siau Tagulandang Biaro PEMBINA : 1. Sekretaris Daerah Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro

2. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat 3. Asisten Ekonomi dan Pembangunan

4. Asisten Administrasi Umum 5. Tokoh Agama

6. Tokoh Masyarakat KETUA : J.R. Kiwol, S.Pd WAKIL KETUA : E.M. Manoppo, SH SEKRETARIS : Van Sem Kangihade WAKIL SEKRETARIS : Irma Jakobus BENDAHARA : Ronald Marthin

Bidang Budidaya: 1. Djoni Jakobus SP 2. Michael Manopo 3. Piet H. Sasombo 4. Amir Sandy 5. Mathis J. Kasyadi 6. Albert V. Manoi 7. Iswardi Kabuhung 8. Jekris Lahopang Bidang Pengolahan : 1. Hanris Barik, BSc 2. Eikman Karoles 3. David Laheba 4. Yohanes S. Mamuko 5. Adry N. Diamana 6. Riskel Emping 7. Naftali Daleda 8. Jekris Lahopang Bidang Pemasaran : 1. Victor Nam Djayanegara 2. Julin Mose 3. Welly Langitan 4. Elisabeth Kakalang 5. Reinhard Pusung 6. Adrianus Manumpahi 7. Pitron Jacobus 8. Andrias Dame 9. Josep Kawoka 10. Carlalisa Manalip 11. Jelli Lano Bidang Pengawasan Mutu dan Keterunutan : 1. Meisye Kanine, SH 2. Novke Pongajow, STP 3. Luisye Pusung 4. Mario Suma 5. Hervie Mandak 6. Yohanis Dawid 7. Adjida Kasengkang 8. Zeth Katuhu 9. Aswin Misa 10 Dancosmas Sasia

Bidang Hukum dan Informasi : 1. Herry Makahinda, SH 2. Sri Pusung, SH 3. James Marthin, SPd 4. Max Anise 5. Zaschar Sikome 6. Jotman Kalombang 7. Brando Pesik 8. J. Kansil

(14)

5

Permohonan pendaftaran Indikasi Geografis Pala Siau oleh LPIG Pala Siau didukung oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro No, 27/REKOM/VI/2015 tanggal Juni 2015 (Lampiran 2)

LPIG-Pala Siau saat ini memiliki anggota yang terdiri dari :

a. Petani pala anggota LPIG Pala Siau yang mempunyai areal pertanaman pala di pulau Siau berjumlah 4.590 orang yang tergabung dalam 51 kampung dari 6 kecamatan di pulau Siau, dengan total areal produksi sekitar 1.520,1 ha dan produksi Biji Pala Kering dengan batok sekitar 3.087,72 ton/tahun. Daftar Kelompok Tani Anggota LPIG-Pala Siau terdapat pada Lampiran 3.

b. Pedagang Pala Siau terdiri dari pedagang pengumpul dan eksportir yang tinggal dan berusaha di dalam atau diluar pulau Siau yang menjadi anggota LPIG Pala Siau. Pedagang anggota LPIG Pala Siau saat ini berjumlah 16 orang/perusahaan. Daftar Pedagang Pala Siau anggota LPIG-Pala Siau terdapat pada Lampiran 4

Perubahan berupa penambahan atau pengurangan jumlah petani dan perubahan daftar pedagang Pala Siau dimungkinkan untuk terjadi dimasa depan. Perubahan tersebut akan disampaikan oleh LPIG Pala Siau kepada Kementerian Hukum dan HAM dalam Buku Persyaratan Perubahan.

LPIG-Pala Siau memiliki Sekretariat yang saat ini beralamat di : Kampung Dame I Kecamatan Siau Timur

Nomor HP : 08298265101

Alamat email : manopowelly@ymail.com

Anggota dan pengurus LPIG - Pala Siau dilengkapi dengan Kartu Anggota sebagaimana terdapat pada gambar berikut

Gambar 1. Kartu Anggota LPIG Pala Siau Bagi Pengurus dan Bagi Anggota KARTU ANGGOTA

PENGURUS LPIG PALA SIAU

Kabupaten Kepulauan SITARO

NAMA : ALAMAT : JABATAN : Ketua

LPIG Pala Siau

Pas foto 2x3

KARTU ANGGOTA Inidkasi Geografis Pala Siau

NAMA : ALAMAT : LOKASI KEBUN : Pas foto Ketua

(15)

6

III. BUKU PERSYARATAN

A. NAMA INDIKASI GEOGRAFIS

Nama Indikasi Geografis yang diusulkan adalah Pala Siau

Sedangkan dalam bahasa Inggris adalah

Siaw Nutmeg

B. NAMA BARANG

Nama barang atau nama produk dari Pala Siau, adalah 1. Biji Pala Kering dengan batok (Nutmeg with shell) 2. Biji Pala Kering tanpa batok (Nutmeg without shell) 3. Fuli Pala Kering (Dried Mace)

Biji Pala Kering dengan batok adalah biji pala yang dikeringkan dengan batok yang masih utuh, berwarna coklat gelap mengkilap, berat dan pada umumnya berbunyi apabila diguncang. Tidak ada kerusakan akibat serangga, tidak berjamur dan batok biji tidak pecah. Dalam kondisi penyimpanan yang baik, Biji Pala Kering dengan batok ini dapat disimpan bertahun-tahun tanpa penurunan kualitas yang berarti.

Gambar 2. Biji Pala Kering Dengan Batok

Biji Pala Kering tanpa batok adalah isi biji pala/kernel utuh, berbunyi keras saat dua kernel diketukkan satu sama lain. Permukaan cukup halus dan sedikit keriput, tidak ada lubang akibat serangga, tidak retak, tidak berjamur dan berwarna coklat muda. Dalam penyimpanan yang baik, Biji Pala Kering tanpa batok ini dapat disimpan selama sekitar 6 bulan.

(16)

7

Gambar Biji Pala Kering tanpa batok terdapat pada Gambar 3 berikut :

Gambar 3. Biji Pala Kering Tanpa Batok

Fuli Pala Kering adalah lapisan berwarna merah tua pada biji pala yang dikeringkan terpisah dari biji pala. Fuli Pala Kering akan berubah warnanya dalam penyimpanan dari merah tua menjadi kuning kemerahan setelah sekitar 3 bulan penyimpanan dan menjadi kuning setelah lebih dari 6 bulan penyimpanan. Konsumen di Eropa dan India lebih menyukai Fuli Pala Kering berwarna kuning, sementara konsumen Jepang lebih menyukai yang berwarna merah.

Gambar Fuli Pala Kering terdapat pada Gambar 4 berikut :

Gambar 4. Fuli Pala Kering

Jenis produk pala LPIG Pala Siau diperkirakan akan bertambah seiring dengan semakin berkembangnya LPIG Pala Siau. Penambahan jenis produk ini akan disampaikan oleh LPIG Pala Siau kepada Kementerian Hukum dan HAM dalam Buku Persyaratan Perubahan.

(17)

8 C. SIFAT-SIFAT KHAS

1. Sifat Fisik

Biji Pala kering dengan batok, berasal dari biji buah pala yang matang fisiologis di pohon. Biji dipisahkan dari daging buah dan dikeringkan sampai kadar air sekitar 12 %. Biji Pala Kering dengan batok berwarna coklat kehitaman berkilap, ukuran biji panjang 4 - 4,5 cm dengan, diameter 3,5 - 4 cm, dengan bentuk biji bulat sampai agak lonjong. Berat dan berbunyi apabila diguncang. Tidak ada kerusakan akibat serangga, tidak berjamur dan batok biji tidak pecah

Biji Pala kering tanpa batok, berasal dari Biji Pala kering dengan batok yang dipisahkan dari batoknya. Pemisahan dilakukan secara manual dan hati-hati agar tidak merusak isi biji. Biji Pala Kering tanpa batok memiliki kadar air sekitar 12 %, berwarna coklat muda, berukuran sekitar 4 cm panjang dengan diameter 3,5 cm, dengan bentuk bulat sampai agak lonjong. Berbunyi keras saat dua kernel diketukkan satu sama lain. Permukaan cukup halus dengan sedikit keriput, tidak ada lubang akibat serangga, tidak retak dan tidak berjamur.

Fuli Pala Kering, berasal dari lapisan/jaringan berwarna merah yang melekat pada biji pala segar. Lapisan ini dikeringkan sampai memiliki kadar air sekitar 12 %, berwarna merah dengan ukuran panjang bervariasi. Pengeringan dilakukan dengan hati-hati untuk menjaga keutuhan Fuli Pala Kering Dalam penyimpanan warna merah berubah secara bertahap menjadi kuning.

2. Sifat Kimiawi

Untuk mengetahui sifat kimiawi Pala Siau, dilakukan pengujian di Balittro Bogor pada bulan November 2014 terhadap contoh Biji Pala Kering dan Fuli Pala Kering dari beberapa lokasi penghasil pala di pulau Siau. Hasil analisis Biji Pala Kering terdapat pada Lampiran 5, Lampiran 6 dan Lampiran 7. Ringkasannya tedapat pada Tabel 1.

Mutu minyak pala salah satunya ditentukan oleh kandungan miristisin karena miristisin yang memberikan aroma khas pada minyak pala (Ivan,et al, 2001). Miristisin merupakan turunan dari senyawa fenilpropanoid. Miristisin adalah zat cair yang bening, tak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Baunya khas seperti rempah – rempah dan aromanya tajam serta mudah menguap. Berat molekulnya 192 gr/mol. Nama lain dari miristisin adalah 5 alil – 1 metoksi – 2,3 metilen dioksibenzena atau 5 metoksi safrol. Berikut ini adalah ciri-ciri fisik dan kimia dari miristisin. Titik didih pada 760 mm/hg adalah 173 ºC, berat jenis gr/mol 1,1437 indeks bias 1,540 panjang gelombang / λ maks 278 nm. CH2 – CH=CH2-OCH3-O-O

(18)

9

No Jenis

Produk Jenis Pengujian/Pemeriksaan

Hasil Pengujian/Pemeriksaan Metode Pengujian 1 Biji Pala (dari Siau Timur, Siau Barat Utara dan Siau Barat)

Kadar Air (%) 9,99 – 12,52 Aufhauser

Kadar Minyak Atsiri (%) 2,04 – 3,83 Destilasi

Warna Kuning Pucat Visual

Berat Jenis (25°C) +/- 0,91 Gravimetri

Miristisin 11,18 – 14,84 GC

Kelarutan dalam Alkohol 90 % 1:1 – 1:2 (Larut) Volumetri

2

Biji Pala Tagulan-dang

Kadar Air (%) 10,33 Aufhauser

Kadar Minyak Atsiri (%) 3,31 Destilasi

Warna Visual

Berat Jenis (25°C) 0,91 Gravimetri

Miristisin 11,96 GC

Kelarutan dalam Alkohol 90 % 1:2 larut Volumetri

3 Fuli Pala (dari Siau Timur, Siau Barat Utara, Siau Barat)

Kadar Air (%) 9,75 - 11,80 Aufhauser

Kadar Minyak Atsiri (%) 8,60 – 17,27 Destilasi

Warna Kuning Visual

Berat Jenis (25°C) 0,95 - 0,98 Gravimetri

Miristisin 20,59 - 30,39 GC

Kelarutan dalam Alkohol 90 % 1:1 (Larut) Volumetri

4

Fuli Pala Tagulan-dang

Kadar Air (%) 4,98 Aufhauser

Kadar Minyak Atsiri (%) 8,39 Destilasi

Warna Visual

Berat Jenis (25°C) 0,92 Gravimetri

Miristisin 13.41 GC

Kelarutan dalam Alkohol 90 % 1:1 larut Volumetri

Tabel 1. Ringkasan Hasil Penelitian Biji dan Fuli Pala Siau Kering Dari Laboratorium Balittro Bogor Tahun 2014 dan 2015

Perbandingan kualitas Pala Siau dengan SNI dan kualitas Pala Banda terdapat pada Tabel 2.

No Ketentuan/ Asal

Biji Pala Fuli Pala

Kadar Minyak Atsiri (%) Berat Jenis (25° C) Miristisin (%) Kadar Minyak Atsiri (%) Berat Jenis (25° C) Miristisin (%) 1. SNI - 0,885 - 0,907 - - 0,880 – 0,940 - 2. Siau 2,04 – 3,83 +/- 0,9192 11,18 – 14,8 8,6 – 17,27 0,95 - 0,98 20,59 - 30,39 3. Banda 2,83 – 6,14 - 4,33 – 6,92 9,02 – 11,43 - 8,56 – 10,60

Tabel 2. Perbandingan Kualitas Pala Siau Dengan SNI dan Pala Banda

Miristisin digunakan sebagai obat oles untuk penyakit rematik dan perangsang kulit serta bahan psikoaktif (meningkatkan aktifitas mental). Miristisin juga dapat digunakan sebagai zat pemusnah serangga yang disebut synergistiche serta digunakan sebagai pembanding zat untuk tes minyak yang mudah menguap. Di Eropa, miristisin pada mulanya dimanfaatkan sebagai penghilang rasa sakit (analgesic)

3. Kelas Mutu Biji Pala Kering :

Hanya Biji Pala Kering dengan kualitas terbaik, yaitu kualitas A dan kualitas AT yang boleh menggunakan tanda IG Pala-Siau. Gambar Biji Pala Kering dengan dan tanpa batok

(19)

10

pada kualitas A dan kualitas ABCD, serta kualitas AT dan kualitas Shrivel terdapat pada Gambar 5 dan 6

Gambar 5. Kualitas A Biji Pala Kering Dengan Batok Dan ABCDTanpa Batok

Gambar 6. Kualitas AT Biji Pala Kering Dengan Batok Dan ShrivelTanpa Batok Fuli Pala Kering :

Hanya Fuli Pala Kering kualitas terbaik yang boleh menggunakan tanda IG Pala Siau, berwarna merah sampai kuning, utuh dengan ukuran panjang bervariasi. Gambar Fuli Pala Kering kualitas Pala Siau terdapat pada Gambar 7.

Gambar 7. Fuli Pala Kering Kualitas Pala Siau 4. Analisis Kualitas

a. Biji Pala Kering Kualitas A dan ABCD :

- Jumlah Biji Pala Kering dengan batok per Kg sebanyak 90-120 biji

- Tampilan fisik Biji Pala Kering dengan batok kualitas A, adalah bulat dan ada pula yang agak lonjong, berwarna coklat kehitaman dengan ciri khas mengkilap, berat,

(20)

11

memiliki bentuk yang bulat sampai agak lonjong dengan permukaan licin. Berbunyi apabila diguncang, tidak ada kerusakan akibat serangga, tidak berjamur dan batok biji tidak pecah

- Biji Pala Kering Kualitas A yang sudah dipisahkan dari cangkang/batoknya menghasilkan Biji Pala Kering tanpa batok kualitas ABCD dengan rendemen sekitar 68% (1 kg Biji Pala Kering dengan batok kualitas A, akan menghasilkan Biji Pala Kering tanpa batok kualitas ABCD dengan berat sekitar 0,68 Kg)

- Tampilan fisik Biji Pala Kering tanpa batok kualitas ABCD, adalah berbentuk bulat dan ada pula yang agak lonjong, mengeluarkan bunyi keras saat dua kernel diketukkan satu sama lain. Permukaan cukup halus dengan sedikit keriput, tidak ada lubang akibat serangga, tidak retak dan tidak berjamur

b. Biji Pala Kering Kualitas AT dan Shrivel :

- Jumlah Biji Pala Kering tanpa batok per Kg sebanyak 150-175 biji

- Tampilan fisik Biji Pala Kering dengan batok kualitas AT, memiliki bentuk bulat dan ada pula yang agak lonjong, berwarna kecoklatan dengan ciri khas kurang mengkilap, memiliki bentuk yang bulat sampai agak lonjong dengan permukaan licin. Lebih ringan dibanding kualitas A. Berbunyi apabila diguncang, tidak ada kerusakan akibat serangga, tidak berjamur dan batok biji tidak pecah

- Biji Pala Kering kualitas AT yang sudah dipisahkan dari cangkang/batoknya menghasilkan Biji Pala Kering tanpa batok kualitas Shrivel dengan rendemen sekitar 63% (1 kg Biji Pala Kering dengan batok kualitas AT, akan menghasilkan Biji Pala Kering tanpa batok kualitas Shrivel berat sekitar 0,63 Kg)

- Tampilan fisik Biji Pala Kering tanpa batok kualitas Shrivel, memiliki bentuk bulat sampai agak lonjong, berwarna coklat muda dengan permukaan keriput dan utuh. Mengeluarkan bunyi keras saat dua kernel diketukkan satu sama lain. Tidak ada lubang akibat serangga, tidak retak dan tidak berjamur

c. Fuli Pala Kering:

- Tampilan warna merah segar sampai kuning dan agak mengkilap - Menghasilkan aroma khas pala yang tajam

- Sebagian besar utuh dan tidak banyak patahan-patahan kecil

Kualitas biji pala kering dengan dan tanpa batok akan terus diperbaiki, termasuk kadar airnya, sehingga dapat memenuhi persyaratan umum SNI biji pala kering tanpa batok sebagaimana terdapat pada Tabel 3 .

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan

1. 2. 3. 4. 5. 6. Kadar air (b/b) Biji berkapang (b/b) Serangga utuh mati Kotoran mamalia Kotoran binatang lain Benda asing (b/b) % % ekor Mg/lbs Mg/lbs % Maks. 10 Maks. 8 Maks. 4 Maks. 0 Maks. 0,0 Maks. 0,00

(21)

12

Kualitas fuli pala kering akan terus dperbaiki, termasuk kadar airnya, sehingga memenuhi persyaratan umum SNI fuli pala kering sebagamana terdapat pada Tabel 4 .

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kadar air (b/b) Kotoran mamalia Kotoran binatang lain Benda asing (b/b) Serangga utuh mati Fuli berkapang (b/b) Cemaran serangga (b/b) % mg/lbs mg/lbs % ekor % % maks. 10 maks. 3 maks. 1,0 maks. 0,50 maks. 4 maks. 2,00 maks. 1,0

Tabel 4. Syarat Umum Fuli/Bunga Pala Berdasarkan SNI 01 0007 1987

Kelas mutu yang umum berlaku bagi biji pala kering dengan batok terdapat pada Tabel 5.

Mutu Deskripsi

A Berwarna coklat gelap mengkilap. Dipanen pada saat buah matang. Padat berisi, berat, kering dan pada umumnya berbunyi bila diguncang. Tidak ada kerusakan akibat serangga, tidak berjamur, batok tidak pecah.

AT Berwarna coklat muda, dipanen dari saat buah setengah matang. Lebih ringan, lebih kecil, kurang berisi dan kernel lebih longgar dalam batok dibanding mutu A, kering, berbunyi bila diguncang. Tidak berlubang, tidak ada kerusakan akibat serangga, tidak berjamur, batok tidak pecah

B Berwarna coklat pucat, produk dipanen atau jatuh awal. Biji memiliki resiko sedang terhadap kontaminasi aflatoksin, harus disimpan terpisah dari kelas A dan AT. Lebih ringan dari kelas AT. Kernel biasanya menempel pada batok dan bijinya tidak berbunyi bila diguncang. Sebagian besar berlubang, rusak akibat serangga, berjamur, dan pecah batoknya.

C Berwarna sangat coklat pucat, retak, dikerubungi serangga, berjamur. Beresiko tinggi terhadap kontaminasi aflatoksin dan hanya digunakan untuk diekstraksi minyaknya. Dipanen sebelum matang atau berasal dari buah yang terjatuh dari pohon

Tabel 5. Kelas Mutu Biji Pala Kering Dengan Batok

Kelas mutu yang umum berlaku bagi biji pala kering tanpa batok, terdapat pada Tabel 6.

Mutu Deskripsi

ABCD Kernel utuh dan berisi, berbunyi keras saat dua kernel diketukkan satu sama lain. Permukaan cukup halus dengan sedikit keriput, tidak ada lubang akibat serangga, tidak retak dan tidak berjamur.

SS (Shrivel) Permukaan keriput, kurang berisi dibandingkan kelas ABCD. Berbunyi kurang keras saat dua kernel diketukkan satu sama lain dibandingkan kelas mutu ABCD. Tidak ada lubang akibat serangga, tidak retak, tidak berjamur. Pemetikan lebih awal, pengeringan belum sempurna

BWP Ekspor Kernel pecah tapi tidak berjamur BWP Kernel pecah, berlubang dan berjamur BWP Kernal pecah dan hancur serta berjamur

(22)

13 D. DESKRIPSI LINGKUNGAN GEOGRAFIS

1. Faktor Alam

Pala Siau tumbuh dan berbuah dengan baik di pulau Siau yang berada pada posisi geografis 2030’ – 20 52’ LU dan 1250 – 1250 40’ BT dengan luas mencapai sekitar 160,02 km2. Pada ketinggian sampai 300 m diatas permukaan laut. Pulau Siau merupakan klaster utama dari Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yang merupakan bagian dari propinsi Sulawesi Utara. Peta wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro terdapat pada Gambar 8 dan Gambar 9.

(23)

14

Gambar 9. Peta Kabupaten Siau Tagulandang Biaro

Pada klaster Siau terdapat kegiatan pemerintahan kabupaten dan kegiatan lainnya seperti perdagangan, transportasi laut serta pendidikan. Pusat kegiatan terbagi antara pusat kegiatan pemerintahan yang terletak di Ondong dan pusat kegiatan perdagangan dan transportasi laut di Ulu. Pembagian wilayah administrasi sebanyak enam kecamatan. Keterhubungan dengan pusat klaster dilayani oleh jasa angkutan darat dengan dukungan prasarana jalan yang sudah memadai.

Hubungan antara klaster Siau dengan klaster lainnya yang berada di wilayah kepulauan Siau Tagulandang Biaro dilayani oleh pelayaran lokal antar pulau. Keterhubungan dengan ibukota provinsi dilayani pelayaran rutin yang dilakukan setiap hari melalui pelabuhan Poso yang ada di Kota Ulu kecamatan Siau Timur, pelabuhan Pehe di Kampung Pehe Kecamatan Siau Barat dan Pelabuhan Penyeberangan di Kampung Sawang Kecamatan Siau Timur Selatan.

(24)

15

Klaster Siau memiliki kondisi topografis yang bervariasi yaitu dari dataran landai, kelerengan curam sampai dataran tinggi dan puncak gunung dengan ketinggian mencapai + 1.827 m dpl. Klaster ini memiliki gunung berapi aktif (G. Karangetang) yang berada di bagian utara pulau Siau. Keaktifan gunung berapi ini memberi pengaruh bagi kesuburan lahan-lahan pertanian dan perkebunan yang ada di sekitarnya. Siau terkenal akan kualitas biji pala yang merupakan salah satu yang terbaik di dunia sejak dulu.

Gambar 10. Gunung Karangetang Ciri Khas Pulau Siau

Dari hasil analisis tanah pulau Siau di lokasi pertanaman Pala yang dilakukan oleh Balittro Bogor pada bulan November 2014, diperoleh hasil analisis unsur mikro sebagaimana terdapat pada Lampiran 8. Ringkasan hasil analisis tanah terdapat pada Tabel 7.

b e l 5 .

Tabel 7. Ringkasan Hasil Analisis Unsur Mikro Tanah Pulau Siau Oleh Balittro Bogor, Tahun 2014

Hasil analisis tanah lengkap terdapat pada Lampiran 9. Ringkasan hasil analisis tanah terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8. Ringkasan Hasil Analisis Tanah Pulau Siau Oleh Balittro Bogor Tahun 2014

Jenis

Pengujian/Pemeriksaan Hasil Pengujian/Pemeriksaan Metode Pengujian

Fe (ppm) 2,47 AAS Mn (ppm) 313,71 AAS Cu (ppm) 83,85 AAS Zn (ppm) 40,48 AAS Hasil Pengujian/Pemeriksaan pH C-Org (%) N-Total (%) C/N rati o P2O5 Tersedia (ppm)

Basa Dapat Ditukat (cmol(+)/kg)

Al dd (cmol(+) /kg) KTK(cmo l (+)/kg) KB (%) Tekstur (%) H2O KCL

1 M Ca Mg K Na Total Pasir Debu Liat

pH-metri Walkey & Black

Kjedah

l Bray I

Perkolasi dengan ammonium asetat 1 M (pH 7) Volu- Metri Destilasi langsung Hidrometer 5,99 5,22 0,77 0,10 7,70 49,15 2,46 0,5 2 0,4 4 0,40 3,82 Ttd 6,90 55, 36 60,3 3 26,83 12,84

(25)

16

Pulau Siau memiliki pola hujan yang sangat bervariasi. Bulan-bulan dengan hujan yang tinggi umumnya adalah bulan November sampai Februari. Bulan-bulan lainnya memiliki curah hujan yang tidak menentu.

Bulan 2012 2013 2014 Jumlah Rata-Rata CH (mm) HH (hh) CH (mm) HH (hh) CH (mm) HH (hh) CH (mm) HH (hh) CH (mm) HH (hh) Jan 555 24 276 12 340 5 1171 41 390 14 Feb 151 9 188 12 56 5 395 26 132 9 Maret 346 16 433 12 180 9 959 37 320 12 April 215 12 436 10 28 6 679 28 226 9 Mei 242 13 134 10 86 9 462 32 154 11 Juni 75 2 188 8 338 8 601 18 200 6 Juli 291 20 357 10 3 1 651 31 217 10 Agust 2 1 286 11 76 4 364 16 121 5 Sept 8 5 189 12 13 4 210 21 70 7 Oktob 63 8 256 8 55 2 374 18 125 6 Nov 232 11 184 10 123 11 539 32 185 11 Des 872 20 247 12 125 10 1244 42 416 14 Jml 3052 141 3214 127 1423 74 7689 342 2556 114 Rata2 254 12 267 11 118 6 640 29 213 10

Tabel 9. Data Curah Hujan (mm) Dan Hari Hujan (hh) Dari Stasiun Siau Barat Selatan Tahun 2012-2014 Bulan 2012 2013 2014 Jumlah Rata-Rata CH (mm) HH (hh) CH (mm) HH (hh) CH (mm) HH (hh) CH (mm) HH (hh) CH (mm) HH (hh) Jan 729 24 877 30 408 21 2014 75 671 25 Feb 228 15 437 22 490 19 1155 56 385 19 Maret 243 19 226 14 10 3 479 36 160 12 April 320 19 741 24 131 10 1192 53 397 18 Mei 238 14 796 23 261 18 1295 55 432 18 Juni 20 5 95 11 269 12 384 28 128 9 Juli 359 18 772 24 108 11 1239 53 413 18 Agust 89 7 410 17 137 8 636 32 212 11 Sept 41 15 64 9 183 10 288 34 96 11 Oktob 386 14 82 14 Ta Ta 468 28 156 14 Nov 763 22 Ta Ta 549 27 1312 49 613 25 Des 435 24 Ta Ta 791 26 1226 50 600 25 Jml 3851 196 4500 188 3337 165 11688 549 4263 183 Rata2 320 16 450 19 303 15 974 46 355 15

Tabel 10. Data Curah Hujan (mm) Dan Hari Hujan (hh) Dari Stasiun Siau Barat Utara Tahun 2012-2014

(26)

17 Bulan 2012 2013 2014 Jumah Rata-Rata CH (mm) HH (hh) CH (mm) HH (hh) CH (mm) HH (hh) CH (mm) HH (hh) CH (mm) HH (hh) Jan 484 25 506 31 252 16 1242 72 445 24 Feb 144 10 290 25 141 10 575 45 266 15 Maret 195 14 314 22 119 11 628 47 406 16 April 124 13 520 26 46 6 690 45 253 15 Mei 186 12 424 25 404 18 1014 55 254 18 Juni 14 3 99 15 474 14 587 32 196 11 Juli 274 19 416 26 84 7 774 52 194 17 Agust 18 3 328 22 285 18 631 43 158 14 Sept 24 10 204 12 104 3 332 25 148 8 Oktob 100 9 304 21 20 4 424 34 130 11 Nov 359 13 246 21 376 21 981 55 331 18 Des 350 18 556 17 258 24 1164 59 417 20 Jml 2272 149 4207 263 2563 152 9042 564 3198 188 Rata2 189 12 350 22 213 13 753 188 266 16

Tabel 11. Data Curah Hujan (mm) Dan Hari Hujan (hh) Dari Stasiun Siau Tengah Tahun 2012-2014

Pulau Siau memiliki tiga stasiun cuaca, yaitu di Siau Barat Selatan, Siau Barat Utara dan di Siau Tengah. Data dari Stasiun Meteorologi Sulawesi Utara di Manado, dari tahun 2012-2014 dari Stasiun Siau Barat Selatan terdapat pada Tabel 9, dari Stasiun Siau Barat Utara pada Tabel 10, dan dari Stasiun Siau Tengah pada Tabel 11. Data lengkap pada Lampiran 10.

2. Faktor Manusia

Tanaman pala sudah ditanam sejak ratusan tahun yang lalu dan terus dibudidayakan oleh masyarakat di pulau Siau secara turun temurun. Pala di pulau Siau dibudidayaka tanpa menggunakan pupuk dan pestisida buatan. Lahan di pulau Siau masih sangat subur, pemupukan terjadi secara alami memanfaatkan bahan organik yang ada di alam, termasuk abu gunung api yang antara lain mengandung sulfur dan secara rutin dikeluarkan oleh gunung Karangetang.

Hal yang secara rutin dilakukan oleh petani pala di pulau Siau adalah menanam bibit tanaman pala, melakukan pemeliharaan secara minimal dan melakukan pemanenan pada saat buah pala telah mencapai tahap masak fisiologis yang ditandai dengan perubahan warna buah pala dari kuning kehijauan menjadi kuning kecoklatan sampai daging buah pecah dan memperiihatkan biji pala yang coklat hitam berkilat dengan fuli yang berwarna merah.

Pada areal pertanaman pala, petani juga menanam berbagai tanaman lain, seperti cengkeh, kelapa atau tanaman buah-buahan. Penanaman, pemeliharaan, panen dan pengolahan pala dilakukan oleh petani pala bersama keluarganya. Apabila memerlukan tenaga tambahan, petani pala akan mencari tenaga kerja yang dapat membantu dengan pembayaran secara harian.

(27)

18

Gambar 11. Areal Pertanaman Pala Di Pulau Siau

Petani pala di pulau Siau memiliki pengetahuan budidaya dan pengolahan pala yang cukup baik, yang mereka peroleh dari berbagai pelatihan, baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Siau Tagulandang Biaro, Pemerintah Propinsi Sulawesi Utara, berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat termasuk proyek Trade Support Program (TSP) dari Uni Eropa.

E. BATASAN KAWASAN 1. Batas Wilayah Pulau Siau

Pulau Siau memiliki batas wilayah, sebelah :

- Utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Kepulauan Sangihe - Timur berbatasan dengan pulau Buhias, Pahepa

- Selatan berbatasan dengan Pulau Tagulandang - Barat berbatasan dengan pulau Makelehi 2. Kawasan Produksi Pala Di Pulau Siau

Kawasan produksi Pala di pulau Siau tersebar di 6 kecamatan dengan jumlah populasi dan produksi terbanyak di :

- Kecamatan Siau Timur terletak di 20°44’0”-20°47’46” Lintang Utara 125° 23’58”-125°36’30” Bujur Timur, berbatasan dengan wilayah kecamatan Siau Barat Utara di sebelah utara, dengan Laut Maluku di sebelah Timur, dengan kecamatan Siau Timur Selatan di sebelah Selatan, dengan Kecamatan Siau Tengah di sebelah Barat. Luas areal pertanaman pala 932 ha dengan produksi sekitar 1.420 ton biji pala kering dengan batok per tahun dari 568 ha tanaman menghasilkan.

- Kecamatan Siau Barat Utara terletak di 2° 45’ 44” – 2° 48’ 48” Lintang Utara 125° 22’ 2” – 125° 24’ 22” Bujur Timur. Batas wilayah Kecamatan Siau Barat Utara sebelah Utara berbatasan dengan kabupaten Sangihe. sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Siau Timur, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Siau Barat, dan sebelah Barat berbatasan dengan Laut Sulawesi. Luas areal pertanaman

(28)

19

pala 692 ha dengan produksi sekitar 1.166 ton biji pala kering dengan batok per tahun dari 467 ha tanaman menghasilkan.

- Kecamatan Siau Timur Selatan terletak di 20°38’38” - 2°42’20” Lintang Utara 125° 23’3”-125°27’45”Bujur Timur. Wilayah Kecamatan Siau Timur Selatan sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Siau Timur, sebelah Timur berbatasan dengan Laut Maluku sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Kecamatan Siau Barat Selatan. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Siau Barat Selatan dan Siau Barat. Luas areal pertanaman pala 518 ha dengan produksi sekitar 784 ton biji pala kering dengan batok per tahun dari 313 ha tanaman menghasilkan.

- Kecamatan Siau Barat terletak di 2°41’ 44” – 2°45’ 8” Lintang Utara dan 125°19’ 45” – 125° 22’ 7” Bujur Timur. Wilayah Kecamatan Siau Barat sebelah tara berbatasan dengan Kecamatan Siau Barat Utara, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Siau Tengah, Siau Timur dan Siau Timur. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Siau Barat Selatan dan sebelah barat berbatasan dengan laut Sulawesi. Luas areal pertanaman pala 515 ha dengan produksi sekitar 752 ton biji pala kering dengan batok per tahun dari 302 ha tanaman menghasilkan.

- Kecamatan Siau Barat Selatan terletak di 20°38’8” – 20°40’53” Lintang Utara 125°22’26” – 125°25’10” Bujur Timur. Wilayah Kecamatan Siau Barat Selatan sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Siau Barat. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Siau Timur Selatan. Sebelah Selatan berbatasan dengan pulau Tagulandang. Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Sulawesi. Luas areal pertanaman pala 440 ha dengan produksi sekitar 586 ton biji pala kering dengan batok per tahun dari 234 ha tanaman menghasilkan.

- Kecamatan Siau Tengah terletak di 2°44’ 10” – 2°44’ 45” Lintang Utara 125° 22’ 43” – 125° 23’ 29” Bujur Timur. Wilayah Kecamatan Siau Tengah Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Siau Barat, sebelah Timur berbatasan dengan Siau Timur, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Siau Timur Selatan dan Kecamatan Siau Barat. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Siau Barat. Luas areal pertanaman pala 341 ha dengan produksi sekitar 502 ton biji pala kering dengan batok per tahun dari 201 ha tanaman menghasilkan.

Total areal pertanaman pala di pulau Siau mencapai 3.437 ha dengan produksi sekitar 5.210 ton biji pala kering dengan batok per tahun dari sekitar 2.084 ha tanaman menghasilkan dengan produktifitas sekitar 2.500 kg biji pala kering dengan batok per ha per tahun.

Daerah pertanaman pala saat ini dan pengembangannya ke depan di pulau Siau, adalah pada wilayah pengembangan tanaman perkebunan seperti terdapat peta wilayah pengembangan komoditi perkebunan di pulau Siau pada Gambar 12.

(29)

20

Gambar 12. Peta Wilayah Penanaman Dan Pengembangan Pala Di Pulau Siau

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, sebelum tahun 2007 adalah merupakan bagian dari Kabupaten Kepulauan Sangihe propinsi Sulawesi Utara. Sejak tahun 2007 dengan terbitnya UU No. 15 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Siau Tagulandang Biaro di Propinsi Sulaweasi Utara, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro terbentuk.

Pulau Siau adalah klaster utama dari wilayah kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Peta wilayah administrasi di pulau Siau terdapat pada Gambar 13.

(30)

21

Gambar 13. Peta Administrasi Kecamatan Di Pulau Siau

Luas areal dan produksi tanaman pala di pulau Siau dan di kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang dan Biaro terdapat pada Tabel 12 berikut.

Kecamatan

Luas Areal (ha) Produksi

per thn (ton/ha) Bentuk Produksi Jumlah Pekebun (KK) TBM TM TR Jumlah

Siau Timur 282,61 568,23 81,05 931,89 1.420 Biji Pala Kering dgn batok

467 Siau Timur

Selatan

181,11 313,09 23,70 517,90 783 Biji Pala Kering dgn batok

289 Siau Barat 193,22 301,22 20,40 514,84 753 Biji Pala Kering

dgn batok

315 Siau Tengah 126,72 201,16 13,11 340,99 503 Biji Pala Kering

dgn batok

(31)

22 Siau Barat

Selatan

174,17 233,60 32,15 439,32 584 Biji Pala Kering dgn batok

365 Siau Barat

Utara

199,65 466,82 25,75 692.22 1.167 Biji Pala Kering dgn batok

433 Jumlah Siau 1.157,5 2.084,1 196,2 3.437.2 5.210 Biji Pala Kering

dgn batok

2.070 Tagulandang 169,31 224,80 5,30 399,41 562 Biji Pala Kering

dgn batok

358 Tagulandang

Utara

102,67 143,25 3,40 249,32 358 Biji Pala Kering dgn batok

216 Tagulandang

Selatan

163,07 202,15 - 365,22 758 Biji Pala Kering dgn batok

335 Biaro 34,53 6,70 0,20 41,43 17 Biji Pala Kering

dgn batok

83 Jumlah Non

Siau

469,57 576,90 8,9 1.055,4 170 Biji Pala Kering dgn batok

992 Jumlah Kab.

Sitaro

1.627 2.661 205 4.493 5.380 Biji Pala Kering dgn batok

3.062 Keterangan : TBM = Tanaman Belum Menghasilkan

TM = Tanaman Menghasilkan TR = Tanaman Rusak

Produktifitas : 2.500 kg biji pala kering dengan batok/ha/tahun

Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Tahun 2014

Tabel 12. Luas Areal Dan Produksi Tanaman Pala Di Pulau Siau Dan Di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro

3. Kawasan Pengolahan Dan Pengemasan Pala Siau

Pengolahan Biji Pala Kering dengan batok dan pengolahan Fuli Pala Kering dilakukan oleh petani pala atau oleh pedagang pengumpul. Pengolahan ini dilakukan diseluruh wilayah pertanaman pala di pulau Siau. Pengolahan Biji Pala Kering dengan batok dan Fuli Pala Kering dilakukan oleh pedagang yang membeli biji pala dan fuli segar dari petani pala. Pengolahan Biji Pala Kering tanpa batok saat ini dilakukan oleh pedagang pengumpul atau eksportir di wilayah kecamatan Siau Timur dan kecamatan Siau Barat. Pengolahan di luar pulau Siau tidak diperbolehkan.

Pengemasan Biji Pala Kering dengan batok, Biji Pala Kering tanpa batok dan Fuli Pala Kering saat ini dilakukan oleh pedagang pengumpul atau eksportir di wilayah kecamatan Siau Timur dan kecamatan Siau Barat dengan pengawasan dari Tim Penguji Mutu dan Keterunutan LPIG Pala Siau yang dibentuk oleh LPIG Pala Siau, dan bekerja atas perintah Ketua LPIG Pala Siau. Tim Penguji Mutu dan Keterunutan LPIG Pala Siau melapor kepada Ketua LPIG Pala Siau. Pengemasan diluar pulau Siau tidak diperbolehkan.

Kemasan produk yang menggunakan tanda IG Pala Siau disiapkan dan di distribusikan kepada anggota yang memerlukan oleh LPIG Pala Siau sesuai dengan hasil pengawasan dari Tim Penguji Mutu dan Keterunutan LPIG Pala Siau. Kemasan saat ini dibuat dalam ukuran 100 kg dan 50 kg. Apabila diperlukan ukuran lain sesuai dengan permintaan konsumen, diperbolehkan.

Perubahan lokasi pengolahan dan pengemasan, selama masih di pulau Siau dan dalam pengawasan LPIG Pala Siau, diperbolehkan. Perubahan tersebut apabila terjadi akan

(32)

23

dilaporkan oleh LPIG Pala Siau kepada Kementerian Hukum dan HAM dalam Buku Persyaratan Perubahan.

F. SEJARAH DAN ADAT ISTIADAT 1. Sejarah Pulau Siau Dan Masyarakatnya

Menurut penuturan H.B. Elias dalam catatan tertulisnya tentang Siau menyatakan bahwa asal usul/sejarah pulau Siau berawal dari kedatangan bangsa Spanyol pada abad ke-16 yang berlabuh dipantai sekitar Paseng yang merupakan ibukota kerajaan waktu itu yang dibuktikan dengan adanya makam Raja Lokongbanua. Kehadiran kapal asing tersebut mengundang rasa penasaran warga setempat maka mereka berdatangan ke pantai dan berdiri berjejer sembilan orang.

Nakhoda kapal Spanyol turun dari kapalnya dengan perahu sekoci kecil mengingat waktu itu belum ada pelabuhan seperti sekarang ini. Begitu turun dari perahu sekocinya, nahkoda yang didampingi awak kapalnya mendekati kesembilan orang itu dan bertanya ”adakah dari kalian bisa memberitahukan nama pulau ini”. Ia bertanya demikian seraya menunjuk ke kesembilan orang itu satu per satu. Merasa sedang dihitung, kesembilan orang itu menimpali, “Sio”. yang berarti “ sembilan”. Nakhoda pun manggut-manggut dan berkata pada anak buahnya, ”ini pulau Siouw”. Demikian juga saat ia kembali kekapal, nakhodapun memberitahukan kepada awaknya yang tidak sempat turun ke darat bahwa pulau itu bernama Pulau Siouw.

Sesudah kedatangan pelaut Spanyol tersebut, journal-journal pelaut Eropa mulai mencatat perairan diseputar Siouw. Nama yang dikatakannya kemudian diubah oleh orang Belanda menjadi Siauw dan lama kelamaan dalam tradisi tertulis nama ini menjadi singkat yakni “Siau” yang tetap dipakai hingga kini (disarikan dari sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia di Pulau Siau (1973) karya H.B. Elias dan berbagai sumber lisan lainnya (asal usul SIAU, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kepulauan SITARO).

2. Sejarah Pala Di Dunia

Pala [Myristica fragrans Houtt] adalah salah satu tanaman penghasil rempah yang banyak dicari orang, karena memiliki banyak sekali khasiat. Pala yang berasal dari keluarga Myristicaceae merupakan tanaman asli Indonesia dari Kepulauan Banda [Maluku]. Pohon berkayu ini bisa mencapai tinggi 10 – 30 m. Jika sedang musim berbuah, akan muncul bunga di setiap ujung ranting dan menjadi bunga bergerombol berwarna hijau kekuningan. Daging buahnya tebal berwarna keputihan, berasa getir dan asam dan banyak mengandung getah. Setelah daging buah terdapat fuli, berupa selaput tipis merah yang menyelimuti biji pala.

Buah dan biji pala merupakan bahan rempah-rempah yang sangat terkenal di dunia sejak awal abad ke-16. Pelaut serta pedagang Portugis dan Spanyol adalah bangsa asing yang paling awal menemukan kepulauan Maluku. Kemudian disusul pelaut Inggris dan Belanda. Pada awalnya, pohon pala sangat terbatas penyebarannya di Maluku sehingga menjadi komoditas yang mudah dimonopoli oleh Vereenigde Oost-Indische Compagnie

(33)

24

[VOC]. Tetapi pada tahun 1772, Pierre Poivre seorang botanis asal Prancis, berhasil menyelundupkan 3.000 batang pala yang kemudian ditanam di Mauritius. Tanaman ini kemudian menyebar ke Penang [Malaysia], India dan Sri Lanka, sampai ke Grenada [Amerika Tengah]. Grenada kini menjadi negara penghasil pala terbesar ke-2 di dunia setelah Indonesia.

Buah pala mengandung senyawa-senyawa kimia yang bermanfaat untuk kesehatan kulit. Pada daging buah pala terkandung minyak atsiri dan zat samak. Fulinya mengandung minyak atsiri, zat samak, dan zat pati. Sedangkan bijinya mengandung minyak atsiri, saponin, miristisin, elemisi, enzim lipase, pektin, lemonena, dan asam oleanolat.

Hampir semua bagian buah pala mengandung senyawa kimia yang bermanfaat bagi kesehatan, di antaranya dapat membantu mengobati masuk angin dan mengurangi flatulensi [kembung perut], insomnia [gangguan susah tidur], bersifat stomakik [memperlancar pencernaan dan meningkatkan selera makan], karminatif [memperlancar buang angin], antiemetik [mengatasi rasa mual mau muntah], nyeri haid, rematik, dan sebagainya.

Daging buah pala bisa dibuat berbagai panganan ringan, seperti manisan, jeli, dodol, selai, sari buah, serta sirop. Sedangkan bijinya digunakan pada makanan manis yang kaya rempah seperti produk roti atau bumbu dalam masakan daging. Sementara fuli digunakan sebagai bahan penambah rasa pada produk roti, seperti cake, cookies, pie, topping, juga dipakai sebagai bumbu pada masakan laut dan minuman.

3. Sejarah Pala Di Pulau Siau

Tanaman Pala yang berkembang di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro adalah jenis Myristica fragrans HOUTT yang memiliki kualitas dan produktifitas tinggi. Asal usul keberadaannya di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro khususnya di pulau Siau sampai sekarang belum jelas kepastiannya. Ada 2 versi pernyataan yang meduga asal usul tersebut yakni :

Versi pertama bahwa tanaman/ pohon Pala sudah ada bertumbuh dan berkembang di Pulau Siau adalah bagian dari tanaman endemik pada sebagian wilayah yang cocok sebagai habitatnya dimana jika di lihat dari aspek letak geografis masih dapat digolongkan dalam satu cakupan bagian wilayah Kepulauan Maluku Utara;

Versi kedua bahwa tanaman pala berasal dari proses introduksi dari luar yaitu dari kepulauan Maluku, khususnya dari Kepulauan Banda - Maluku yang masuk ke daerah ini melalui hubungan Ternate. Para leluhur masyarakat di daerah ini (Pulau Siau) sering berlayar ke Ternate untuk tujuan berdagang dan ketika pulang kembali mereka membawa bibit tanaman pala.

Salah satu alasan yang mendukung versi kedua adalah didasarkan dari aspek historis bahwa daerah ini pada saat kekuasaan pemerintahannya masih dalam bentuk kerajaaan, pernah di sebagian kurun waktu yang lalu sempat tunduk dan menjadi bagian wilayah kekuasaan pemerintahan kesultanan Ternate. Keadaan tersebut berpengaruh pada aspek intensitas dan frekwensi mobilitas penduduk dari Pulau Siau ke daerah Maluku, begitu

(34)

25

pula sebaliknya yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap terjadinya introduksi tanaman ini ke Pulau Siau. Bibit tanaman pala menjadi bagian dari barang yang dibawa ketika pulang dari Ternate dan tempat lainnya di wilayah kepulauan Maluku, ditanam, bertumbuh dan berkembang sampai seperti sekarang ini.

Dari 2 (dua) versi dugaan tersebut, sebagian besar meyakini akan dugaan versi yang kedua bahwa tanaman pala yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro khususnya di Pulau Siau bukan tanaman endemik, tetapi tanaman introduksi dari Pulau Banda Kepulauan Maluku melalui hubungan Ternate di propinsi Maluku Utara saat ini.

Saat ini tanaman pala telah menjadi Komoditi Andalan Kabupaten yang terdiri dari 47 pulau ini dengan jumlah penduduk 68.109 jiwa bahkan dijadikan leading komoditi dari

Visi periode Pemerintah kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro tahun 2008-2013,

yakni Terwujudnya Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro sebagai penghasil

Pala nomor 1 (satu) dunia yang sejahtera, maju dan berkepribadian.

4. Dampak Adanya Pala Di Pulau Siau

Tanaman perkebunan merupakan komoditi utama yang diusahakan oleh masyarakat Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, antara lain pala, cengkeh dan kelapa. Tanaman yang dominan diusahakan oleh masyarakat adalah tanaman pala dan kelapa. Data statistik menunjukkan bahwa kontribusi sektor perkebunan terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro sangat besar dan dominan. Hal tersebut disebabkan karena sekitar 80 % penduduk menggantungkan hidupnya pada kedua komoditi ini, terutama pada tanaman pala.

Kondisi tersebut memperlihatkan dengan sangat jelas bahwa perekonomian masyarakat sangat bergantung pada produksi tanaman perkebunan, khususnya pada tanaman pala. Hal tersebut juga didorong oleh kenyataan bahwa produk pala yang dihasilkan di pulau Siau memiliki kualitas yang sangat baik, sehingga sangat diminati pasar, baik pasar lokal maupun dunia dan memiliki harga yang sangat baik.

5. Peran Sosial Budaya Dan Ekonomi Pala Bagi Masyarakat Siau

Kontribusi tanaman pala bagi perekonomian dan sosial budaya masyarakat di pulau Siau sangat besar, karena mampu memberikan pendapatan yang cukup baik sehingga membuka kesempatan bagi anak-anak usia sekolah untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, serta mendukung peningkatan dan pengembangan infrastruktur pemukiman yang memadai dari perkotaan sampai pedesaan/pedalaman. Tanaman pala memberikan kontribusi yang terbesar pada pembentukan angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dibandingkan dengan sektor lainnya.

Saat ini harga di tingkat petani untuk Biji Pala Kering dengan batok kualitas A adalah sekitar Rp 50.000,-/kg, Biji Pala Kering tanpa batok kualitas ABCD adalah Rp 90.000,-/kg dan Harga Fuli Pala Kering sekitar Rp .115.000,-90.000,-/kg.

(35)

26 G. METODE PRODUKSI, PENGOLAHAN DAN PEMASARAN

1. Metode Produksi Pala Di Siau

Tanaman pala di pulau Siau dapat dipanen setiap bulan. Meskipun demikian, waktu panen utama adalah pada bulan Oktober – Desember dan Maret – Mei. Petani memanen buah pala yang sudah masak fisiologis di kebun dan langsung dibelah. Daging pala ditinggalkan di kebun dan biji yang masih terbungkus fuli dibawa ke rumah untuk dipisahkan antara biji dengan fulinya.

Pemanenan buah pala di lahan yang miring dilakukan dengan menggunakan alat panen yang disebut “sasendeng”, sedangkan di lahan yang rata panen dilakukan dengan menggunakan pengait atau disebut juga gate-gate atau kakoi.

Gambar 14. Alat Panen Pala Sasendeng Gambar 15. Alat Panen Pala Pengait Budidaya yang baik bagi tanaman pala harus memperhatikan berbagai aspek yakni menyangkut :

- Tanah dan Iklim

Tanaman pala memerlukan tanah yang subur dan gembur, terutama tanah-tanah vulkanis miring atau memiliki pembuangan air atau drainase yang baik. Tanaman pala akan tumbuh baik pada tanah berstruktur pasir bercampur lempung (loam). Semakin rendah kandungan liat semakin baik untuk pertumbuhan tanaman pala, pH tanah dengan kemasaman sedang sampai netral (pH 5,5 - 7,0) sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman pala, karena kimia maupun biologi tanah berada pada titik optimum.

Tanaman pala memerlukan iklim tropis yang panas dengan curah hujan yang tinggi tanpa adanya periode kering yang nyata. Rata-rata curah hujan di daerah asalnya (Banda) sekitar 2.656 mm/tahun, dengan jumlah hari hujan 167 hari merata sepanjang tahun. Meskipun terdapat bulan-bulan kering, tetapi selama bulan kering tersebut masih terdapat 10 hari hujan dengan sekurang-kurangnya ± 100 mm/tahun, ketinggian 0 - 300 m di atas permukaan laut. Suhu berkisar antara 18°C - 34°C, suhu yang terbaik untuk pertumbuhan tanaman pala antara 25°C - 30°C. Tanaman pala sangat peka terhadap angin kencang, oleh karena itu penanaman pala membutuhkan tanaman pelindung atau penahan angin.

(36)

27

Angin yang bertiup terlalu kencang, bukan saja menyebabkan penyerbukan bunga terganggu, tetapi juga menyebabkan buah, bunga dan pucuk tanaman akan luruh berguguran. Tanaman pelindung yang terlalu rapat dapat menghambat pertumbuhan pala, dan menjadi saingan dalam mendapatkan unsur hara. Tanaman pala menghendaki naungan yang rendah sekitar 25 - 30%. Pohon pelindung yang banyak ditanam di pulau Siau adalah cengkeh, kelapa dan tanaman buah-buahan, di Maluku dan Maluku Utara adalah cengkeh, kenari dan kelapa sedangkan di Papua umumnya bercampur dengan berbagai tanaman hutan. Kondisi tersebut sebagian besarnya dapat dipenuhi di pulau Siau, sehingga menyebabkan tanaman pala dapat tumbuh subur dan menghasilkan kualitas yang sangat baik.

Kesesuaian lahan untuk tanaman pala dapat dilihat pada tabel 13 berikut.

Variabel Kriteria lokasi

Amat sesuai Sesuai Hampir sesuai

Ketinggian (m dpl) 0-700 700-900 900

Curah hujan (mm/th) 2000-3500 1500-2000 1500-4500 Hari hujan (hari/th) 100-160 80-100 atau 160-180 80 atau 180

Temperatur (°C) 25-28 20-25 25 atau 31

Kelembaban nisbi (%) 60-80 55-60 55 atau 85

Drainase Baik Agak baik s/d baik Agak baik

Tekstur tanah Berpasir Liat (lempung) berpasir Liat

Kemasaman (pH) Netral Agak masam/ netral

Tabel 13. Kesesuaian Lahan Dan Iklim Untuk Tanaman Pala - Persiapan Bahan Tanam

Pemilihan Pohon Induk

Sekitar 60-65% produktivitas usaha tani ditentukan oleh penggunaan benih. Berbagai jenis tanaman pala yang sudah terkenal antara lain adalah jenis pala Banda, Tidore, Siau, Ternate, Patani, dan Ambon. Selain jenis pala, keberhasilan pengembangan pala juga ditentukan oleh kemampuan menentukan pohon pala jantan dan pala betina, karena tanaman pala jantan menghasilkan buah yang sangat sedikit dibandingkan tanaman pala betina. Ketelitian pemilihan jenis pala jantan dan pala betina menjadi sangat penting, mengingat pengembangan tanaman pala sampai saat ini masih menggunakan benih berupa biji yang sulit untuk diketahui apakah akan menjadi pala jantan atau pala betina.

Saat ini benih tanaman pala dipenuhi dari pohon-pohon induk yang telah ditetapkan. Syarat bagi pohon induk pala adalah sebagai berikut :

a. Jenis dan varietas pohon induk diketahui dengan jelas asal usulnya seperti pala Banda, Tidore, Ternate, Siau, Patani atau Ambon.

b. Umur pohon diatas 15 tahun, dengan produksi di atas 5000 buah/ pohon/tahun (berproduksi tinggi).

Gambar

Gambar 2. Biji Pala Kering Dengan Batok
Gambar 3. Biji Pala Kering Tanpa Batok
Tabel 2. Perbandingan Kualitas Pala Siau Dengan SNI dan Pala Banda
Gambar 5.  Kualitas A Biji Pala Kering Dengan Batok Dan ABCD Tanpa Batok
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemetaan kinerja keuangan kabupaten/kota di Propinsi Jambi yaitu PAD dalam membiayai belanja operasional,belanja modal dan belanja tak terduga ada tujuh (7)

Dari hasil yang diperoleh pada penelitian ini dapat ditarik kesimpulan proporsi KEK pada remaja putri pelajar SMU/SMK di Kabupaten Karangasem masih tinggi (35,2%).Dari 15

Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif untuk menggambarkan penggunaan tenaga kerja pada Usahatani Tomat Di Desa Parsanga Kecamatan Kota

Kurikulum yang digunakan dalam Pondok Pesantren Pendidikan Islam (PPPI) Miftahussalam adalah perpaduan antara kurikulum dari Kementrian Agama (Pemerintah) dan

Pada saat bersamaan Korporat (Nasabah) dapat mengajukan permohonan talangan (qardh) ke BNI Syariah sebesar nilai piutangnya apabila diperlukan. 3) BNI Syariah yang ditunjuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektivan penggunan metode everyone is a teacher here dengan media audio visual terhadap hasil belajar peserta didik

Menariknya di Indonesia, secara historis hampir diketahui banyaknya komunitas, partai, golongan, kelas, paham keislaman yang terklasifikasikan itu merupakan

Peran Serta Masyarakat Secara Mandiri dalam Melestarikan Bacillus thuringiensis H-14 Galur Lokal dalam Buah Kelapa untuk Mengendalikan Jentik Anopheles sp di Kampung