• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU PERSYARATAN INDIKASI GEOGRAFIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BUKU PERSYARATAN INDIKASI GEOGRAFIS"

Copied!
216
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU PERSYARATAN INDIKASI GEOGRAFIS

MASYARAKAT PERLINDUNGAN INDIKASI GEOGRAFIS TEH JAVA PREANGER (MPIG -TJP)

Buku persyaratan ini merupakan bagian yang tidak terpisah dengan Sertifikat IG No. ID G 000 000 037

(2)

BUKU PERSYARATAN PENDAFTARAN INDIKASI GEOGRAFIS

TEH JAVA PREANGER

MASYARAKAT PERLINDUNGAN INDIKASI GEOGRAFIS TEH JAVA PREANGER (MPIG-TJP)

BANDUNG, DESEMBER 2014

(3)

i

KATA PENGANTAR KETUA UMUM MPIG TEH JAVA PREANGER

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh,

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Teh Java Preanger dan Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) dapat menyelesaikan penyusunan Buku Persyaratan Pendaftaran Indikasi Geografis Teh Java Preanger sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2007 tentang Indikasi Geografis dengan bantuan teknis dari Ditjen Perkebunan dan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat.

Penyusunan Buku Persyaratan Indikasi Geografis Teh Java Preanger baru dibatasi terlebih dahulu pada wilayah geografis Kabupaten Bandung saja; khususnya yang bersangkutan dengan wilayah geografis Pegunungan Gunung Tilu Perkebunan PPTK Gamboeng, Perkebunan Teh Rakyat di wilayah geografis Pegunungan Gunung Tilu, dan Perkebunan Teh Kanaan di wilayah geografis Pegunungan Gunung Gedogan. Sedangkan Pendaftaran Indikasi Geografis Teh Java Preanger yang dihasilkan dari selain perkebunan-perkebunan tersebut di wilayah geografis Jawa Barat akan disampaikan kemudian.

MPIG Teh Java Preanger bertekad bersama-sama dengan seluruh pemangku kepentingan teh untuk memberikan perlindungan dalam rangka melestarikan teh java preanger tersebut.

Sesuai dengan perkembangan tuntutan pelanggan dan dalam rangka melestarikan teh java preanger, maka MPIG Teh Java Preanger juga akan menerapkan standar kualitas keamanan produk sesuai standar HACCP, ISO 22000, dan FSSC (ISO 22000 dan PAS).

Selain itu teh java preanger juga akan diproduksi dengan memperhatikan kesejahteraan karyawan/petani serta kelestarian lingkungan hidup sesuai standar Sustainable Agriculture Network (SAN) dan standar UTZ. Karenanya MPIG Teh Java Preanger selain akan ikut serta membantu pelaksanaan program intensifikasi dan rehabilitasi tanaman teh – juga akan ikut serta dalam pelaksanaan pembangunan pabrik pengolahan berstandar internasional (State of the Art) yang lebih efisien, lebih efektif, dan lebih dapat menjamin perolehan kualitas dan keamanan produk di setiap Klaster BUMP (Badan Usaha Milik Petani)/ Koperasi/ Gapoktan dalam rangka mendukung GPATN (Gerakan Penyelamatan Agribisnis Teh Nasional).

Disamping itu, MPIG Teh Java Preanger juga akan melakukan perlindungan terhadap teh java preanger dengan cara meningkatkan image dan harga jual teh tersebut melalui upaya peningkatan intensitas promosi, edukasi, dan pemasaran secara terus menerus dan berkesinambungan. Itu sebabnya MPIG Teh Java Preanger bersama seluruh pemangku kepentingan teh akan membangun museum, pusat promosi, pusat edukasi, dan pusat pemasaran teh java preanger. Selain itu MPIG Teh Java Preanger juga akan memberikan

(4)

ii perlindungan hukum terhadap teh java preanger dengan cara mengajukan sertifikasi Indikasi Geografis Teh Java Preanger dari Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia RI.

Buku Persyaratan Pendaftaran Indikasi Geografis Teh Java Preanger ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan perolehan sertifikat Indikasi Geografis (IG) Teh Java Preanger dari Direktorat Jenderal HKI Kementerian Hukum dan HAM.

Kami menyadari bahwa Buku Persyaratan ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya kerjasama teknis dengan Pusat Penelitian Teh dan Kina maupun bimbingan teknis dari Ditjen Perkebunan dan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat. Untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih.

Selanjutnya MPIG Teh Java Preanger memerlukan dukungan sepenuhnya dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Organisasi Masyarakat Pertehan, Manajemen Perkebunan Teh BUMN, Manajemen Perkebunan Besar Swasta, dan Koperasi/ BUMP/ Gapoktan - Perkebunan Teh Rakyat.

Semoga Allah SWT, Tuhan yang Maha Kaya, yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang senantiasa memberikan kemudahan, kelancaran, dan keberhasilan bagi kita semua. Amin ya rabbal’alamin.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Bandung, Desember 2014

Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Teh Java Preanger

Nugroho B. Koesnohadi Ketua Umum

(5)

iii

KATA PENGANTAR DIREKTUR PUSAT PENELITIAN TEH DAN KINA

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh,

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) bersama Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Teh Java Preanger dapat menyelesaikan penyusunan Buku Persyaratan Pendaftaran Indikasi Geografis Teh Java Preanger sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2007 tentang Indikasi Geografis dengan bimbingan teknis dari Ditjen Perkebunan dan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat.

Penyusunan Buku Persyaratan Indikasi Geografis Teh Java Preanger baru dibatasi terlebih dahulu pada wilayah geografis Kabupaten Bandung saja;

khususnya yang bersangkutan dengan wilayah geografis Pegunungan Gunung Tilu dan wilyah geografis Pegunungan Gunung Gedogan. Sedangkan Pendaftaran Indikasi Geografis Teh Java Preanger yang dihasilkan dari selain wilayah geografis tersebut di Jawa Barat akan disampaikan kemudian.

Dalam Buku Persyaratan tersebut disajikan pengupasan tentang :

 Nama Indikasi Geografis yang dimohonkan pendaftarannya.

 Nama barang yang dilindungi oleh Indikasi Geografis.

 Uraian mengenai karakteristik dan kualitas yang membedakan Teh Java Preanger dengan Teh lainnya yang memiliki kategori sama, dan menjelaskan tentang hubungannya dengan daerah tempat barang tersebut dihasilkan.

 Uraian mengenai lingkungan geografis serta faktor alam dan faktor manusia yang merupakan satu kesatuan dalam memberikan pengaruh terhadap kualitas atau karakteristik Teh Java Preanger.

 Uraian tentang batas-batas daerah dan/atau peta wilayah yang dicakup oleh Indikasi Geografis.

 Uraian mengenai sejarah dan tradisi yang berhubungan dengan pemakaian Indikasi Geografis untuk menandai Teh Java Preanger yang dihasilkan di daerah tersebut, termasuk pengakuan dari masyarakat mengenai Indikasi Geografis tersebut.

 Uraian yang menjelaskan tentang proses produksi, proses pengolahan, dan proses pembuatan yang digunakan sehingga memungkinkan setiap produsen di daerah tersebut untuk memproduksi, mengolah, atau membuat Teh Java Preanger.

 Uraian mengenai metode yang digunakan untuk menguji kualitas barang yang dihasilkan; dan

 Label yang digunakan pada barang dan memuat Indikasi Geografis.

Teh Java Preanger adalah teh premium; yang berasal dari pucuk berkualitas baik yang ditanam di pegunungan wilayah geografis Provinsi Jawa Barat; yang masing-masing lokasi

(6)

iv kebun/tanaman tehnya mempunyai kekhasan taste/aroma tersendiri; yang pada akhir abad ke XIX menempati posisi kualitas terbaik dan mendapatkan harga terbaik di dunia; yang dikenal sebagai Teh Java Preanger dan juga disebut sebagai “komoditas emas” yang mampu merubah wilayah geografis Priangan (Preanger) menjadi wilayah “emas hijau”;

yang mampu memberikan keuntungan berlimpah ruah bagi pelaku usahanya, sehingga para pengusahanya mampu membangun Kota Bandung sampai mendapat julukan “Parijs van Java” dan bisa mendermakan sebagian hartanya untuk kepentingan orang banyak;

yang sampai saat ini tanaman tersebut dipelihara dan dikembangkan dengan standar Good Agriculture Practices (GAP) dan pucuknya diolah dengan standar Good Manufacturing Practices (GMP).

Karakteristik Teh Java Preanger berdasarkan hasil uji organoleptik lebih terletak pada kekhasan rasa/ taste/ aroma air seduhan produk teh yang berasal dari lokasi kebun/

tanaman teh yang bersangkutan di Gunung/Pegunungan Jawa Barat. Hasil uji air seduhannya harus dapat mencapai syarat mutu baik sampai dengan sangat baik. Uji organoleptik hanya dapat dilakukan oleh Tea Taster yang sudah ahli dan profesional.

Selain itu Teh Java Preanger juga harus dapat memenuhi standar uji organoleptik lainnya, standar uji kimia, standar uji logam berat, dan standar uji mikrobiologi. Uji kimia, uji logam berat, dan uji mikrobiologi hanya dapat dilakukan di Laboratorium terakreditasi.

Sumber daya manusia Jawa Barat yang telah mendapatkan alih ilmu pengetahuan dan tehnologi pembudidayaan tanaman teh dan cara pengolahannya dari Pengusaha Perkebunan Teh Belanda, PPTK, dan Pemerintah Indonesia (Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat/Dinas Perkebunan Kabupaten Teh Jawa Barat) sehingga dapat menjadi faktor manusia yang mampu memproduksi the best quality and the cleanest tea in the world atau yang disebut dengan Teh Java Preanger sebagai Teh Premium.

Selanjutnya untuk mengembangkan dan melestarikannya diperlukan dukungan dari semua pihak yang bersangkutan.

Terimakasih atas perhatian dan dukungannya.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Bandung, Desember 2014

(7)

v

DUKUNGAN GUBERNUR JAWA BARAT

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh,

Puji dan syukur dipanjatkan ke khadirat Allah Subhanahuwata’ala, yang telah memberikan berbagai kenikmatan kepada ummat-Nya;

termasuk kepada kita sekalian warga masyarakat Jawa Barat.

Salah satu kenikmatan dari sejumlah kenikmatan adalah dikaruniakannya tanaman teh yang terhampar di bumi Parahyangan Jawa Barat yang telah terkenal diseluruh belahan dunia sejak akhir Abad XIX.

Allah berfirman bahwa ”Apabila kita bersyukur terhadap nikmat yang diberikan Allah kepada kita, maka Allah akan menambah kenikmatan itu, sementara kalau kita kufur terhadap kenikmatan yang diberikan Allah kepada kita, sesungguhnya azab dari Allah sangatlah pedih”. Oleh karenanya kenikmatan tersebut wajib kita syukuri.

Sebagai salah satu bentuk rasa syukur, Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Teh Java Preanger bermaksud ikut serta membangkitkan kembali Industri pertehan di Jawa Barat yang pada saat ini sedang mengalami keterpurukan melalui upaya peningkatan kualitas keamanan produk, peningkatan intensitas promosi, peningkatan intensitas edukasi, dan peningkatan penetrasi pemasarannya. Dengan harapan Teh Java Preanger akan dapat meningkatkan image-nya dan memperoleh harga jual yang lebih tinggi, baik di pasaran domestik maupun internasional. Pada gilirannya diharapkan akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat.

Teh Java Preanger sebagai kekayaan intelektual dan perekonomian yang dimiliki oleh pelaku usaha pertehan di Jawa Barat harus diberikan perlindungan melalui dimohonkannya Sertifikat Indikasi Geografis Teh Java Preanger dari Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia RI merupakan langkah yang tepat. Oleh karenanya saya selaku Gubernur Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat mendukung penuh upaya tersebut. Diharapkan semua pihak yang terkait dapat membantunya.

Atas perhatian dan dukungan berbagai pihak terhadap langkah MPIG Teh Java Preanger tersebut di atas, saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

(8)

vi ABSTRAK

BUKU PERSYARATAN INDIKASI GEOGRAFIS TEH JAVA PREANGER

Buku Persyaratan Indikasi Geografis (IG) Teh Java Preanger ini disusun oleh Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Teh Java Preanger dibantu oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) dengan mendapatkan bimbingan teknis dari Ditjen Perkebunan dan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat.

Teh Java Preanger adalah teh premium; yang berasal dari pucuk berkualitas baik yang ditanam di pegunungan wilayah geografis Provinsi Jawa Barat; yang masing-masing lokasi kebun/tanaman tehnya mempunyai kekhasan taste/aroma tersendiri; yang pada akhir abad ke XIX menempati posisi kualitas terbaik dan mendapatkan harga terbaik di dunia; yang dikenal sebagai Teh Java Preanger dan juga disebut sebagai “komoditas emas” yang mampu merubah wilayah geografis Priangan (Preanger) menjadi wilayah “emas hijau”;

yang mampu memberikan keuntungan berlimpah ruah bagi pelaku usahanya, sehingga para pengusahanya mampu membangun Kota Bandung sampai mendapat julukan “Parijs van Java” dan bisa mendermakan sebagian hartanya untuk kepentingan orang banyak;

yang sampai saat ini tanaman tersebut dipelihara dan dikembangkan dengan standar Good Agriculture Practices (GAP) dan pucuknya diolah dengan standar Good Manufacturing Practices (GMP).

Nama Indikasi Geografis adalah Teh Java Preanger (Java Preanger Tea). Nama Barang yang dihasilkan adalah Teh Hijau, Teh Hitam, dan Teh Putih, dengan Jenis Barang Teh Hijau Steaming Java Preanger Gambung, Teh Hijau Pan Firing Java Preanger Kanaan, dan Teh Putih Java Preanger Gamboeng.

Ciri Khas Teh Hijau Steaming Java Preanger Gambung berdasarkan uji organoleptik mempunyai karakteristik taste/aroma : Thick Astringent, Brish after tasted, dan Steamed Peanut Aroma. Teh ini berasal dari Perkebunan Teh Kelompok Tani Neglasari yang berlokasi di lereng Pegunungan Gunung Tilu dengan koordinat 107O31’57.032” BT dan 07O10’55.623” LS, berketinggian 1.498 – 1.520 m dpl. Ordo tanah Andisol, dengan kandungan C-Org tinggi, N Total sangat tinggi, P2O5 tersedia sangat rendah, Mg-dd sangat rendah, dan K-dd sangat rendah. Hasil analisa tanaman : N sedang, P sedang, K sangat rendah, Mg sangat tinggi, dan Zn Rendah. Produk teh ini berasal dari pucuk daun tanaman yang bervarietas Camellia sinensis var. Assamica klon TRI 2025; yang dipetik dan diolah oleh masyarakat Sunda yang sudah terlatih.

Ciri Khas Teh Hijau Pan Firing Java Preanger Kanaan berdasarkan uji organoleptik mempunyai karakteristik taste/aroma : Nice Astringent, dan Citrus Flower Aroma. Teh ini berasal dari Perkebunan Teh Negara Kanaan yang berlokasi di lereng Pegunungan Gunung Gedogan dengan koordinat 07O08’35,280” LS dan 107O19’20,300” BT, berketinggian 1.350 – 1.500 m dpl. Ordo tanah Andisol, dengan kandungan C-Org tinggi, N Total sangat tinggi, P2O5 tersedia sangat rendah, Mg-dd sedang, dan K-dd sangat tinggi. Hasil analisa tanaman : N rendah, P rendah, K sangat rendah, Mg sangat tinggi, dan Zn Rendah. Produk teh ini berasal dari pucuk daun tanaman yang bervarietas Camellia sinensis var. Assamica klon TRI 2025 dan klon-klon seri Gambung; yang dipetik dan diolah oleh masyarakat Sunda yang sudah terlatih.

Teh Putih Java Preanger Gamboeng berdasarkan uji organoleptik Teh Putih Java Preanger

(9)

vii Gamboeng mempunyai karakteristik taste/ aroma : Mild Taste dan Rose Flower Aroma.

Teh ini berasal dari Perkebunan Teh PPTK Gamboeng yang berlokasi di area kaki Pegunungan Gunung Tilu dengan koordinat 107º29’32” - 107º31’11” BT dan 07º07’18” - 07º09’11” LS, berketinggian kurang lebih 1.350 m dpl. Ordo tanah Andisol, Inceptisol dan Entisol, dengan kandungan C-Org tinggi, N Total tinggi, P2O5 tersedia sangat rendah, Mg- dd rendah, dan K-dd sangat tinggi. Hasil analisa tanaman : N sangat rendah, P sangat rendah, K sangat rendah, Mg sangat tinggi, dan Zn Rendah. Produk teh ini berasal dari pucuk daun tanaman yang bervarietas Camellia sinensis var. Assamica klon-klon seri Gambung; yang dipetik dan diolah oleh masyarakat Sunda yang sudah terlatih.

Standar kualitas hasil uji organoleptik, standar kualitas hasil uji kimia, standar kualitas hasil uji logam berat, dan standar kualitas hasil uji mikrobiologi Teh Java Preanger harus dapat memenuhi standar kualitas tersebut dengan metode pengujian yang dilakukan oleh Eurofins Dr. Specht Laboratorien – Jerman, Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) – Gambung, Indonesia, dan SGS – Jakarta, Indonesia.

Permohonan untuk memperoleh Indikasi Geografis ini dilakukan oleh Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Teh Java Preanger yang merupakan organisasi masyarakat yang didirikan pada tanggal 10 Juli 2014 oleh Organisasi Masyarakat Pertehan, Perkebunan BUMN Teh, Perkebunan Besar Swasta (PBS) Teh, Perkebunan dan Pabrikan Teh Rakyat dengan mendapatkan dukungan dari Pemerintah Pusat cq.

Ditjen Perkebunan dan Pemerintah Daerah cq. Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat.

Visi, misi, dan tujuan MPIG Teh Java Preanger diantaranya adalah untuk membantu pelaku usaha teh yang berstandar Indikasi Geografis (IG) Teh Java Preanger untuk memperoleh perlindungan hukum atas hak kekayaan intelektualnya. Oleh karena itu MPIG Teh Java Preanger dengan bantuan PPTK Gambung dan bimbingan teknis dari Ditjen Perkebunan dan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat melaksanakan penyusunan Buku Persyaratan Pendaftaran Indikasi Geografis Teh Java Preanger guna mendapatkan sertifikat IG Teh Java Preanger dari Direktorat Jenderal HKI Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia.

(10)

viii

DAFTAR ISI

halaman

PENGANTAR KETUA UMUM MPIG TEH JAVA PREANGER……… i

PENGANTAR DIREKTUR PUSAT PENELITIAN TEH DAN KINA……….... iii

DUKUNGAN GUBERNUR JAWA BARAT……….. v

ABSTRAK BUKU PERSYARATAN INDIKASI GEOGRAFIS TEH JAVA PREANGER……… vi

DAFTAR ISI ………... viii

DAFTAR TABEL ……….. x

DAFTAR GAMBAR ……….. xi

DAFTAR LAMPIRAN ………... xii

PENDAHULUAN ……….. 1

I PEMOHON DAN KELEMBAGAANNYA ……….. 5

II NAMA INDIKASI GEOGRAFIS DAN NAMA BARANG ………...…. 13

2.1. Nama Indikasi Geogafis ……… 13

2.2. Nama Barang ……… 13

III KARAKTERISTIK DAN KUALITAS PRODUK…….……….……….. 15

3.1. Standar Kualitas dan Metode Pengujian ...…………... 16

3.2. Hasil Uji Standar Kualitas Teh Java Preanger……….. 17

3.3. Kelas Mutu ... 20

3.4. Deskripsi Geografis Produk……… 22

IV SEJARAH WILAYAH DAN TEH DI JAWA BARAT………... 32

4.1. Sejarah Wilayah... 32

4.2. Sejarah Pertanaman Teh Java Preanger... 33

V FAKTOR TANAMAN, GEOGRAFIS DAN MANUSIA ……….... 51

5.1. Faktor Tanaman ………. 51

5.2. Faktor Geografis ………. 52

5.2.1. Keadaan Geologi……… 53

5.2.2. Karakteristik Tanah ………..……… 56

5.2.3. Iklim ……… 56

5.2.4. Peta dan Batas Wilayah Jawa Barat ……….... 57

5.3. Faktor Manusia ... 60

VI PROSES PRODUKSI DAN PEMASARAN ……….. 61

6.1. Proses Produksi ……….………..….... 61

6.2. Proses Pengemasan……… ……….….. 100

6.3. Proses Penyimpanan…...………. 101

6.4. Proses Pemasaran……….... 102

(11)

ix

VII KETERUNUTAN PRODUKSI……….. 103

VIII LOGO DAN MAKNA ………... 109

IX TANDA IG DAN PENGGUNAANNYA ……….. 111

9.1. Tanda IG Teh Java Preanger ... 111

9.2. Penggunaan Tanda IG Teh Java Preanger ... 111

9.3. Tata Cara Memperoleh Tanda IG Teh Java Preanger ……… 112

X PENGAWASAN DAN PEMBINAAN ……….. 113

10.1. Pengawasan Eksternal ……….……….. 113

10.2. Pengawasan Internal ……….. 113

PENUTUP ……… 117

DAFTAR PUSTAKA ………. 120

LAMPIRAN – LAMPIRAN ……… 122

(12)

x

DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Halaman

1 Standar Kualitas dan Metode Pengujian……… 16

2 Hasil Uji Standar Kualitas Teh Hijau Steaming Java Preanger Gambung... 17

3 Hasil Uji Standar Kualitas Teh Hijau Pan Firing Java Preanger Kanaan… 18 4 Hasil Uji Standar Kualitas Teh Putih Java Preanger Gamboeng……… 19

5 Perbandingan Hasil Uji Standar Kualitas Teh Hijau Steaming Java Preanger Gambung dengan Standar Kualitas Teh Java Preanger ………. 20 6 Perbandingan Hasil Uji Standar Kualitas Teh Hijau Pan Firing Java Preanger Kanaan dengan Standar Kualitas Teh Java Preanger …………. 21

7 Perbandingan Hasil Uji Standar Kualitas Teh Putih Java Preanger Gamboeng dengan Standar Kualitas Teh Java Preanger………... 22 8 Klasifikasi Tanah KP. Gambung………... 23

9 Deskripsi Profil Tanah Neglasari………... 26

10 Karakter Tanaman Teh Jenis Asamica dan Sinensis ………. 51

11 Klon-Klon Tanaman Teh Anjuran PPTK……….……… 52

12 Data Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Barat ……….. 58 13 Kebun-kebun Sumber Penghasil Biji ……….. 66

14 Paket Media Tanah dan Bahan Campuran untuk Polibag ………. 70

15 Jumlah Tanaman Per Hektar Berdasarkan Kemiringan Lahan ………. 72

16 Dosis pemupukan (kg/ha/th) untuk tanaman belum menghasilkan (TBM)*.. 74 17 Dosis pemupukan (kg/ha/th) untuk tanaman menghasilkan (TM) dengan

target produksi minimal 2.000 kg teh kering/ha/th. ………..

74

(13)

xi

DAFTAR GAMBAR

No Judul Gambar Halaman

1 Struktur Organisasi Masyarakat Indikasi Geografis (MPIG) Teh Java Preanger ………

6

2 Kartu Anggota MPIG –TJP ……….. 10

3 Struktur Organisasi MPIG Teh Kabupaten Bandung ……….. 10

4 Kartu Anggota MPIG – TJP Kabupaten Bandung………. 11

5 Presentase Hasil Analisis Tanah Gamboeng………. 24

6 Presentase Hasil Analisis Tanaman Gamboeng………... 24

7 Hasil Analisa Tanah Neglasari………. 27

8 Hasil Analisa Tanaman Neglasari……… 27

9 Presentase Hasil Analisa Tanah Kanaan………... 29

10 Presentase Hasil Analisa Tanaman Kanaan……….. 30

11 Joannes Camphuys, Gubernur Hindia Belanda ke-15..………. 34

12 Graaf Johannes van den Bosch ……….. 34

13 R.E. Kerkhoven (1873) ………. 35

14 G.L.J. Van der Hucht (1844) ……… 36

15 Seorang petani mengangkut hasil teh untuk dibawa ke pabrik Parakansalak - diambil pada Agustus 1935.………. 36 16 Merek teh Parakansalak pada masa Hindia Belanda.……….. 37

17 Proses pengeringan teh di Parakansalak pada masa Hindia Belanda…….. 37

18 K.F. Holle (1857) ……… 38

19 Raden Moehammad Moesa, Kepala Pengulu Garut; Tokoh Pribumi Sahabat Karib K.F. Holle………... 38 20 Patung Sedada Karel Frederik (K.F.) Holle……….. 39

21 Proses Penjemuran Daun Teh di Perkebunan Waspada Garut 1860 – 1890 ………... 39 22 Keluarga A.W. Holle ……….. 40

23 Parakan Salak met de woning van A.W. Holle rond 1870 ... 40

24 Adrian Walraven Holle, Administratur Perkebunan Parakan Salak- Sukabumi, sedang memainkan rebab mengiringi gamelan Sunda Sarioneng (1860) ………... 41 25 R.E. Kerkhoven (1873) ………. 42

(14)

xii

26 Novel Herren van de Thee (Hella S Hasse, 1922) ……….. 42

27 Buitenzorg, 1896 V.l.n.r. Marie Kerkhoven – Hardes. Toosje en August Kerkhoven ……….. 42 28 Gamboeng 1889. V.l.n.r. RU, Rudolp, Emile, Jenny met Bertha op schoot, en Edu Kerkhoven ……….. 43 29 Gamboeng, - 1909. Bertha en Rudolph Kerkhoven, en bezoek per rijtuig.. 43

30 Kegiatan Pengarahan di Kebun Gamboeng Tempo Dulu ……….. 44

31 Kegiatan Penjemuran Daun Teh di Perkebunan Gamboeng ……... 44

32 Negla (1920) Pembukaan lahan untuk penanaman teh di wilayah Negla… 45 33 K.A.R. Bosscha (1896) ………. 45

34 J.G.E.G. Voute (Direktur Pertama Observatorium Bosscha), K.A.R. Bosscha (Penyandang Dana), Ina Voute (Istri J. Voute) ……… 46 35 Peneropong Bintang di Lembang ………... 46

36 Makam K.A.R. Bosscha di Malabar………. 47

37 Verzending van thee vóór de invoering der vrachtauto’s, thee- onderneming Malabar……… 47 38 Kurnadi Syarif Iskandar………. 48

39 Hygienic Tea Sorting Penerapan sistem HACCP………. 50

40 Peta Geologi Regional Jawa Barat (Sampurno. 1976) ………... 55

41 Peta Jenis Tanah Provinsi Jawa Barat (Sumber : Nurina) ………. 56

42 Pola Hujan Umum di Jawa Barat ……… 57

43 Peta Provinsi Jawa Barat Sumber : jabarprov.go.id………... 59

44 Skema kebun biji 2 klon (A), 4 klon (B) dan ganda segitiga 7 klon (C) dengan jarak tanam 3 x 3 m,4 x 4 m dan 5 x 5 m ……… 66 45 Jenis petikan : (1) petikan halus, (2) petikan medium, (3) petikan kasar.…. 90 46 Bagan Pengolahan Teh Hijau Pan Firing ……….. 95

47 Bagan Pengolahan Teh Hijau Steaming………. 98

48 Bagan Pengolahan Teh Putih ……….. 100

49 Alur Proses Traceability Teh Hijau Pan Firing………... 104

50 Alur Proses Traceability Teh Hijau Steaming………. 105

51 Alur Proses Traceability Teh Putih……….. 107

52 Logo MPIG Teh Java Preanger ……….. 109

53 Label Teh Java Preanger ………. 111

(15)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Lampiran Halaman

1 Akta Notaris Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Pendirian Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Teh Java Preanger…. 123 2 Daftar Anggota Kelompok Tani Neglasari dan Daftar Kelompok Tani

GAPOKTAN Karya Mandiri Sejahtera penghasil pucuk teh segar anggota MPIG-TJP Kabupaten Bandung……….

147

3 Daftar Pengepul Pucuk Teh, Pengolah Pucuk Teh, Pemasar, dan Rantai Tata Niaga Teh Java Preanger yang tergabung dalam MPIG Teh Java Preanger Kabupaten Bandung……….

150

4 Hasil Uji Teh Hijau Steaming Teh Java Preanger – Gambung……….. 153 5 Hasil Uji Teh Hijau Pan Firing Java Preanger– Kanaan……….. 158 6 Hasil Uji Teh Putih Java Preanger – Gamboeng………. 165 7 Peta Potensi Wilayah Indikasi Geografis Teh Java Preanger di Jawa Barat

dan Kabupaten Bandung……….. 170 8 Surat Rekomendasi Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat Tentang

Potensi Wilayah Geografis Penghasil Teh Java Preanger………. 176 9 Sertifikat HACCP, FSSC (ISO 22000 + PAS), ETP, Rainforest Alliance dan

UTZ Kanaan……….. 178

10 Surat Pernyataan Tidak Keberatan Dengan Logo Indikasi Geografis Teh Java Preanger dari MPIG Kopi Arabika Java Preanger……… 185 11 Dosis Pupuk Kebun Teh Java Preanger……….. 189 12 Surat Keputusan Tentang Pembentukan Seksi Pengawas Internal

Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Teh Java Preanger…. 195 13 Daftar Nama Barang yang Diusulkan Menggunakan Identitas Geografis…… 198

(16)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman teh (Camellia sinensis) pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh (diduga teh sinensis) dari Jepang yang dibawa oleh seorang berkebangsaan Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di daerah Tijgersgracht (elite) Batavia atau Jakarta sekarang.

Pada tahun 1826 tanaman teh melengkapi koleksi Kebun Raya Bogor, diikuti dengan pelaksanaan percobaan penanamannya pada tahun 1827 di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa Barat. Selanjutnya dicoba penanaman teh dalam skala luas di Wanayasa (Purwakarta) dan lereng Gunung Raung (Banyuwangi).

Karena percobaan ini dianggap berhasil, maka pada tahun 1828 mulailah dibangun perkebunan skala besar di Jawa yang dipelopori oleh seorang ahli teh yang bernama Jacobus Isidorus Loudewijk Levian Jacobson. Ini terjadi pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal van den Bosch. Teh pun menjadi salah satu tanaman yang dimasukkan dalam Sistem Cultuurstelsel.

Teh kering olahan dari Jawa tercatat pertama kali diterima di Amsterdam tahun 1835.

Setahun berikutnya, dilakukan swastanisasi perkebunan teh. Karenanya pada tahun 1844 G. L. J. van der Hucht membuka perkebunan teh di kaki Gunung Salak yang disebut Parakansalak, Soekabomen (Sukabumi). Sepuluh tahun kemudian Karel Frederik Holle yang masih satu keluarga dengan Hucht mengundurkan diri dari pegawai Kantor Pemerintah agar dapat mengurus perkebunan teh “Waspada”di Dayeuh Manggung, kaki gunung Cikuray, Garut. Selanjutnya pada tahun 1865 – 1868 K.F. Holle dapat menguasai 2 (dua) lahan perkebunan di Limbangan yang bernama Waspada I dan Waspada 2.

Adriaan Walraven Holle, saudara dari K.F. Holle, diangkat menjadi Manajer Perkebunan di Parakansalak Soekaboemen (Sukabumi) milik G. L. J. van der Hucht.

Pada tahun 1870 terdapat perubahan kebijakan pemerintah Belanda yang membawa konsekuensi bahwa pemerintahan harus meninggalkan prinsip Sistem Tanam Paksa atau Cultuurstelsel atau Sistem Monopoli ke prinsip perdagangan bebas (liberalisasi).

Berdasarkan hal tersebut, dikeluarkan Undang-Undang Agraria tahun 1870 (Kartodirdjo dan Djoko Suryo, 1991 : 80). Dengan diberlakukannya Undang-Undang Agraria tersebut, tanah telah diliberalisasikan. Sebagai akibatnya, banyak berdatangan para pemilik modal asing bangsa Belanda maupun Eropa lainnya, yang mendapatkan kesempatan luas untuk berusaha di bidang perkebunan di Hindia Belanda. Pada era ini teh jenis assamica mulai masuk ke Indonesia (Jawa) didatangkan dari Sri Lanka (Ceylon) pada tahun 1877, dan ditanam oleh Rudolf Eduard Kerkhoven di Pegunungan Gunung Tilu Gamboeng, Jawa Barat (sekarang menjadi lokasi Pusat Penelitian Teh dan Kina Gamboeng). Karena sangat cocok dan produksinya lebih tinggi, secara berangsur pertanaman teh sinensis diganti dengan teh assamica. Varian Assamica ini yang menjadikan teh sebagai komoditas emas dan sejak itu pula perkebunan teh di Indonesia berkembang semakin luas. Selanjutnya, Rudolf Eduard Kerkhoven pun mengembangkan usahanya

(17)

2 dengan membuka kebun lain di Pegunungan Malabar.

R.E. Kerkhoven (tokoh utama dalam buku roman karya Hella S. Haasse “Heren van de Thee”) yang sudah menjadi pengelola perkebunan teh Gamboeng, tertarik perhatiannya pada beberapa persil di Pangalengan, yang berada di ketinggian 1400-1700 m, dan bermaksud mendirikan perkebunan teh baru untuk putra-putranya. Ketika tahun 1896 penggarapan dapat dimulai, putra sulungnya masih terlalu muda. Karena itu Kerkhoven mengangkat saudara sepupunya; Karel Albert Rudolf Bosscha; untuk menjadi pengelola sementara ketika memulai penggarapan Kebun Teh di Malabar. Kepercayaannya kepada Karel Albert Rudolf Bosscha dan hasil karyanya di Malabar menghasilkan NV Assam Thee Onderneming Malabar yang berkembang dengan pesat; yang mampu menghasilkan teh java preanger yang kualiatasnya pada saat itu dapat mencapai yang terbaik diseluruh dunia apple to apple. Teh java preanger yang disebut sebagai komoditas emas tersebut telah mampu merubah Priangan menjadi wilayah “emas hijau” yang mendatangkan keuntungan berlimpah ruah. Sehingga para pengusahanya mampu membangun kota Bandung sampai mendapat julukan “Parijs van Java” dan mendermakan sebagian hartanya bagi kepentingan rakyat banyak.

Pada tahun 1957 Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan peraturan tentang nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing sebagai salah satu imbas dari hasil perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB). Setelah Nasionalisasi perkebunan-perkebunan teh di Jawa Barat, sampai dengan tahun 1990 teh java preanger masih menduduki posisi teh yang berharga paling mahal di dunia; termasuk lebih mahal harga jualnya dibanding dengan teh Sri Lanka (Ceylon) apple to apple. Kebun-kebun teh java preanger tersebut sampai saat ini masih dipelihara dan dikembangkan dengan standar Good Agriculture Practices (GAP) dan pucuknya diolah dengan standar Good Manufacturing Practices (GMP).

Dengan demikian Teh Java Preanger dapat didefinisikan sebagai teh premium; yang berasal dari pucuk berkualitas baik yang ditanam di pegunungan wilayah geografis Priangan Provinsi Jawa Barat; yang masing-masing lokasi kebun/tanaman tehnya mempunyai kekhasan taste/aroma tersendiri; yang pada akhir abad ke XIX menempati posisi kualitas terbaik dan mendapatkan harga terbaik di dunia apple to apple; yang dikenal sebagai Teh Java Preanger dan juga disebut sebagai “komoditas emas” yang mampu merubah wilayah geografis Priangan (Preanger) menjadi wilayah “emas hijau”; yang mampu memberikan keuntungan berlimpah ruah bagi pelaku usahanya, sehingga para pengusahanya mampu membangun Kota Bandung sampai mendapat julukan “Parijs van Java” dan bisa mendermakan sebagian hartanya untuk kepentingan orang banyak; yang sampai saat ini tanaman tersebut dipelihara dan dikembangkan dengan standar Good Agriculture Practices (GAP) dan pucuknya diolah dengan standar Good Manufacturing Practices (GMP).

Teh Java Preanger berasal dari berbagai pegunungan di wilayah geografis Priangan (Preanger) yang masing-masing mempunyai ke-khas-an sendiri-sendiri. Sebagai contoh

(18)

3

sama-sama teh hitam dari Pegunungan Gunung Malabar akan berbeda taste-nya dibanding dengan teh hitam dari Pegunungan Gunung Tilu Rancabolang. Perbedaan taste produk teh itulah yang disebut dengan ke-khas-an Indikasi Geografis (IG). Oleh karena itu guna melindungi keberlangsungan teh java preanger tersebut, maka MPIG Teh Java Preanger akan menetapkan standar mutu dan keamanan produk IG Teh Java Preanger guna menghindari kemungkinan penduplikasiannya oleh pihak lain yang tidak bertanggung jawab.

Tujuan

Teh Java Preanger yang bernilai sejarah, bernilai ekonomi, bernilai sosial budaya, dan bernilai pelestarian lingkungan yang tinggi, merupakan kekayaan Intelektual yang harus dilindungi keberlangsungan (sustainability)-nya dengan strategi, taktik, dan teknik operasional yang cepat dan tepat yang dilakukan secara sistematis, programatis, dan berkelanjutan.

Secara Strategis

 Secara ekonomi pengusahaan perkebunan teh harus dijaga agar terus menguntungkan (Economically Viable/Profit).

 Secara sosial pengusahaan perkebunan teh harus dapat mensejahterakan pelaku usaha, pekerjanya, dan masyarakat disekitarnya (Socially Acceptable/People).

 Secara lingkungan pengusahaan perkebunan teh harus dapat menjamin kelestarian lingkungannya (Environmently Sustainable/ Planet).

Secara Taktik dan Teknik Operasional

 Harus sesegera mungkin diberikan perlindungan hukum bagi perkebunan teh yang sudah dapat mencapai standar Indikasi Geografis (IG) Teh Java Preanger dengan melaksanakan sertifikasi IG ke Ditjen HKI Kementerian Hukum dan HAM.

 Paralel dengan itu harus sesegera mungkin melaksanakan peningkatan intensitas promosi, edukasi, dan pemasaran guna meningkatkan image dan harga jual Teh Java Preanger agar secara ekonomi dapat senantiasa memperoleh keuntungan. Untuk itu perlu segera dibangun Museum, Pusat Promosi, Pusat Edukasi, dan Pusat Pemasaran Online yang mampu menjangkau pelanggan/konsumen dan calon pelanggan di dalam maupun di luar negeri. Pembangunannya secara Online ini pada saatnya harus dilanjutkan dengan pembangunannya secara fisik berupa Tea House yang didalamnya terdapat museum, pusat promosi, pusat edukasi, dan pusat pemasaran Teh Java Preanger.

 Harus sesegera mungkin dilakukan peningkatan intensitas kegiatan intensifikasi dan rehabilitasi tanaman teh agar dapat dicapai tanaman yang produktivitasnya tinggi yang mampu menghasilkan pucuk yang berkualitas baik serta mampu menjaga kelestraian lingkungan. Hal ini telah mulai dilaksanakan dengan bantuan dana GPATN sebesar Rp. 48 milyar untuk tanaman seluas 3.200 hektar pada tahun 2014/2015. Program ini

(19)

4

akan terus dilanjutkan pada tahun 2015/2016 seluas 5.000 hektar, 2016/2017 seluas 5.000 hektar, dan seterusnya.

 Sesegera mungkin melaksanakan pembangunan pabrik yang lebih efisien, lebih efektif, dan yang lebih dapat menjamin perolehan mutu dan keamanan produk teh yang dihasilkannya; yakni produk teh yang dapat dikatagorikan sebagai salah satu the best quality and the cleanest tea in the world. Pabrik ini akan berstandar Internasional (State of the Art) yang pada saat ini diperkirakan bernilai Rp. 8,5 milyar per unit pabrik. Pada tahap pertama akan dilaksananakan pembangunan pabrik state of the art sebanyak 2 (dua) unit sebagai pabrik state of the art percontohan yang akan dimiliki oleh BUMP (Badan Usaha Milik Petani)/Koperasi/Gapoktan di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur guna mengolah pucuk yang dihasilkan dari tanaman teh-nya seluas 1.100 hektar yang telah mendapat bantuan dana GPATN sebesar Rp. 17 milyar untuk program Intensifikasi dan Rehabilitasi tanamannya tersebut dari total tanaman teh seluas 3.200 hektar yang mendapat dana bantuan GPATN sebesar Rp. 48 milyar di Provinsi Jawa Barat. Pada tahap selanjutnya akan dibangun Pabrik State of the art sebanyak 10 (sepuluh) unit pada tahun 2016/2017, dan seterusnya.

 Harus sesegera mungkin dilaksanakan peningkatan intensitas riset yang berkenaan dengan perbaikan standar kualitas IG Teh Java Preanger dan peningkatan intensitas pelatihan tentang tanaman dan pabrik pengolahan guna percepatan pencapaian perkebunan teh rakyat yang berstandar IG Teh Java Preanger

Sesuai dengan perkembangan tuntutan pelanggan dan dalam rangka melestarikan teh java preanger, maka MPIG Teh Java Preanger selain akan menetapkan standar mutu dan keamanan produk IG Teh Java Preanger juga pada saatnya akan menerapkan standar kualitas keamanan produk sesuai standar HACCP, ISO 22000, dan FSSC (ISO 22000 dan PAS) sebagai satu kesatuan dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari standar mutu dan keamanan produk IG Teh Java Preanger. Selain itu teh java preanger juga akan diproduksi dengan memperhatikan kesejahteraan karyawan/petani serta kelestarian lingkungan hidup sesuai standar Sustainable Agriculture Network (SAN) dan standar UTZ.

Untuk itu MPIG Teh Java Preanger memerlukan dukungan sepenuhnya dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Organisasi Masyarakat Pertehan, Manajemen Perkebunan BUMN Teh, Manajemen Perkebunan Besar Swasta (PBS) Teh, dan Koperasi/BUMP/Gapoktan – Perkebunan Teh Rakyat. Teh Java Preanger adalah produk teh yang berasal dari tanaman teh yang dihasilkan dari wilayah geografis Provinsi Jawa Barat. Namun dalam penyusunan Buku Persyaratan Indikasi Geografis Teh Java Preanger ini akan dibatasi terlebih dahulu pada wilayah geografis Kabupaten Bandung saja; khususnya yang bersangkutan dengan wilayah geografis Perkebunan Teh PPTK Gamboeng, Perkebunan Teh Rakyat disekitar Gambung, dan Perkebunan Teh Kanaan.

Sedangkan Pendaftaran Indikasi Geografis Teh Java Preanger yang dihasilkan selain dari perkebunan-perkebunan tersebut diatas yang berlokasi di wilayah geografis Jawa Barat akan disampaikan kemudian

(20)

5

I. PEMOHON DAN KELEMBAGAAN

Pemohon Indikasi Geografis Teh Java Preanger adalah :

Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Teh Java Preanger yang selanjutnya disebut sebagai MPIG-TJP.

MPIG-TJP didirikan atas kesepakatan pelaku usaha dan organisasi masyarakat pertehan dengan didukung Pemerintah Provinsi Jawa Barat Cq. Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat serta dukungan dari Pemerintah Pusat Cq. Direktorat Jenderal Perkebunan – Kementerian Pertanian pada tanggal 10 bulan Juli tahun 2014, namun baru mencakupi wilayah geografis Kabupaten Bandung saja. Kemudian pada tanggal 17 Juli 2014 – MPIG Teh Java Preanger dikembangkan cakupannya menjadi meliputi wilayah geografis Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya pada tanggal 24 Juli 2014 dilakukan pengesahan pendirian MPIG Teh Java Preanger Provinsi Jawa Barat.

MPIG-TJP diperkuat dengan Akte Notaris (Lampiran 1) dan pencatatannya pada Lembar Negara diharapkan akan dapat memperkuat dan meningkatkan kemampuan organisasi dalam melaksanakan kegiatannya.

MPIG-TJP memiliki struktur organisasi dan pengurus sebagaimana terdapat pada bagan berikut :

(21)

6 STRUKTUR ORGANISASI

MASYARAKAT PERLINDUNGAN INDIKASI GEOGRAFIS (MPIG) TEH JAVA PREANGER

Gambar 1. Struktur Organisasi Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Teh Java Preanger

1. MPIG KABUPATEN BANDUNG 2. MPIG KABUPATEN BANDUNG BARAT

4. MPIG KABUPATEN SUMEDANG 3. MPIG KABUPATEN GARUT

6. MPIG KABUPATEN MAJALENGKA

5. MPIG KABUPATEN CIAMIS

8. MPIG KABUPATEN SUBANG

10. MPIG KABUPATEN CIANJUR 7. MPIG KABUPATEN

TASIKMALAYA

9. MPIG KABUPATEN PURWAKARTA

11. MPIG KABUPATEN SUKABUMI 12. MPIG KABUPATEN BOGOR

(22)

7 SUSUNAN KEPENGURUSAN LENGKAP

MASYARAKAT PERLINDUNGAN INDIKASI GEOGRAFIS (MPIG) TEH JAVA PREANGER

Dewan Pelindung : Gubernur Provinsi Jawa Barat.

Wakil Gubernur Provinsi Jawa Barat.

Para Bupati 12 Kabupaten Teh Jawa Barat.

Dewan Pembina : Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat.

Kepala Biro Bina Produksi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.

Kepala Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa Barat.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat

Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Propinsi Jawa Barat.

Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.

Kepala Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Propinsi Jabar.

Para Kepala Dinas Pemerintahan Daerah TehnisTerkait di 12 Kabupaten Teh Jawa Barat.

Dewan Penasehat

Dewan Pakar Ketua Sekertaris Anggota

:

:

Ketua Umum Dewan Teh Indonesia.

Ketua Asosiasi Teh Indonesia.

Ketua Umum Aptehindo.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Perkebunan Jawa Barat dan Banten.

Direktur Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK).

Dr. Ir. H. Burhanuddin Abdullah, MA.

Prof. dr. Dede Rusmana.

Ir. Kurnadi Syarif Iskandar.

Ir. RGS. Soerya Danuningrat.

RHS. Slamet Bangsadikusumah Dr. Sultoni Arifin.

Dr. Atik Dharmadi.

Dr. Ir. Joko Santoso, MS.

Dr. Rohayati Suprihatini, APU.

Ir. Yati Rahmiyati, MS.

Dr. Ir. Reginawanti Hindersah

(23)

8 Ir. Kustamiyati, MS.

Ir. Wahyu Widayat, MS.

Ir. Dini Jamia Rayati, MS.

Eko Pranoto, SP Dewan Pengurus

Ketua Umum Ketua I

Ketua II Ketua III

: Ir. H. Nugroho B. Koesnohadi Dr. Ir. H. Bambang Sriyadi, MS.

H. Gunawan SH. MM.

Drs. H. Sunarya Sekretaris Umum

Sektretaris I Sekretaris II

: Dadan Rohdiana, ST, MP H. Supian Munawar Ahmad Sodikin, SP

Bendahara Umum Bendahara I Bendahara II

: Maad Riyanto Radidja.

Mustopa Syarifudin Fattah, SE.

Ruspandi

Hukum dan Regulasi : Dasep Kurnia, SH.

Endang SH, MH.

Standarisasi dan Sertifikasi

: Shabri, SSi.

Yana Rudiana, SP.

Pengembangan Teknologi Budidaya, Teknologi Pengolahan dan Teknologi

Informasi

: Ir. Salwa Lubnan Dalimonte, MS.

PTPN VIII

Agus Yuliansyah.

Asep Subagja.

Venta Adrian Ahnaf, S.Kom.

Furqon Hidayatulloh, ST.

Bidang Hubungan

Masyarakat

: Drs. H. Yusuf Iskandar (Jawa Barat).

Eko Waska dan Endang (Kabupaten Majalengka).

Andi S. (Kabupaten Sukabumi).

H. Sopian Munawar (Kabupaten Garut).

H. Ena (Kabupaten Tasikmalaya).

Apud Suwardie (Kabupaten Purwakarta).

Dede Rusnadi (Kabupaten Bandung Barat)

Endang, SH, MH dan H. Yayat Sudiyat Wirasasmita (Kabupaten Bandung)

R. Hidayat (Kabupaten Subang)

Edod dan Jejen/Abah Ucin (Kabupaten Sumedang) Otong (Kabupaten Ciamis)

(24)

9 Bidang

Pengembangan Usaha dan Permodalan

: PTPN VIII

Chepi Irfan Hielmy

Bidang Pengawasan dan Pengendalian

: PPTK Gambung

Bidang Sosial Budaya : H. Kuswandi Md, SH.

Abah Bedog/Basudewa Bidang Hubungan

Antar Lembaga

: Ir. Rika Listikawati.

Ketua MPIG Teh Java Preanger Kabupaten :

a. Kabupaten Bandung: Endang, SH, MH. dan Wakil Ketua : H. Yayat Sudiyat Wirasasmita

b. Kabupaten Bandung Barat : Endang Sopari c. Kabupaten Garut : H. Supian Munawar d. Kabupaten Ciamis: Otong

e. Kabupaten Sumedang : Edod dan Wakil Ketua : Jejen/Abah Ucin.

f. Kabupaten Sukabumi: Andi Suherlan, SH.

g. Kabupaten Cianjur : Endin Mahpudin h. Kabupaten Tasikmalaya: H. Ena i. Kabupaten Subang : R. Hidayat

j. Kabupaten Purwakarta : Apud Suwardie

k. Kabupaten Majalengka : Eko Waska dan Wakil Ketua : Endang

(25)

10 MPIG-TJP memiliki Seketariat yang saat ini beralamat di :

Jalan Surapati No.67 Bandung

MPIG-TJP memiliki Kartu Anggota seperti pada Gambar 1 berikut :

Gambar 2. Kartu anggota MPIG-TJP

Sedangkan Struktur Organisasi dan Pengurus MPIG-TJP Kabupaten Bandung terdapat pada bagan sebagai berikut :

STRUKTUR ORGANISASI MPIG TEH JAVA PREANGER KABUPATEN BANDUNG

Gambar 3. Struktur Organisasi MPIG Teh Java Preanger Kabupaten Bandung

KETUA UMUM ENDANG, SH, M.H

WAKIL KETUA I H. YAYAT S. W.

WAKIL KETUA II RUKMANA KS

BENDAHARA I H. WILDAN

BENDAHARA II TIEN SUPARTIKA SEKRETARIS I

ROHMAT SUHANI

SEKRETARIS II DODI SURYANA

ANGGOTA PETANI TEH RAKYAT KABUPATEN BANDUNG

MASYARAKAT PERLINDUNGAN INDIKASI GEOGRAFIS (MPIG) TEH JAVA PREANGER

Nama : Tgl.lahir : Alamat : RT/RW : Desa : Kecamatan : Kabupaten : Jabatan :

NIA: 00001

NUGROHO B. KOESNOHADI 23 JUNI 1959

KP. GIRIWANGI RT 001/RW 009.

MEKARSARI.

PASIRJAMBU.

BANDUNG KETUA UMUM

Bandung, ……….2014 Pemegang

(……….) Ketua Umum

(………)

(26)

11 SUSUNAN PENGURUS MASYARAKAT PERLINDUNGAN INDIKASI GEOGRAFIS (MPIG) TEH

JAVA PREANGER KABUPATEN BANDUNG

Ketua Umum : Endang SH, M.H Wakil Ketua I : H. Yayat Sudiyat W.

Wakil Ketua II : Rukmana KS.

Sekretaris I : Rohmat Suhani Sekretaris II : Dodi Surana Bendahara I : H. Wildan Bendahara II : Tien Supartika

Anggota : Petani Teh Rakyat Kabupaten Bandung

MPIG- TJP Kabupaten Bandung memiliki Sekretariat yang beralamat di :

Kantor KUD Pasirjambu, Jalan Stasion Cisondari, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung.

MPIG-TJP Kabupaten Bandung memiliki Kartu Anggota seperti pada Gambar 4 berikut :

Gambar 4. Kartu anggota MPIG-TJP Kabupaten Bandung MPIG-TJP Kabupaten Bandung pada saat ini memiliki anggota yang terdiri dari :

a. Petani penghasil pucuk teh segar sebanyak 50 orang dengan areal produksi seluas 52 hektar yang tergabung dalam kelompok tani Neglasari dan tergabung dalam GAPOKTAN Karya Mandiri Sejahtera dengan total luas areal produksi sekitar 1.262 ha. Kelompok tani Neglasari dapat memproduksi pucuk daun teh segar sekitar 1 ton pucuk teh per hari, sedangkan GAPOKTAN Karya Mandiri Sejahtera dapat memproduksi pucuk daun teh segar sekitar 15 ton pucuk teh per hari. Daftar Anggota Kelompok Tani Neglasari dan Daftar Kelompok Tani GAPOKTAN Karya Mandiri Sejahtera penghasil pucuk teh segar anggota MPIG-TJP Kabupaten

MASYARAKAT PERLINDUNGAN INDIKASI GEOGRAFIS (MPIG) TEH JAVA PREANGER

KABUPATEN BANDUNG

Nama : Tgl.lahir : Alamat : RT/RW : Desa : Kecamatan : Kabupaten : Jabatan :

NIA: 00001 ENDANG, S.H, MH.

16 JULI 1966 KP. TONJONG RT 03/RW 30.

CIWIDEY.

CIWIDEY.

BANDUNG KETUA UMUM

Bandung, ……….2014 Pemegang

(……….) Ketua Umum

(………)

(27)

12

Bandung terdapat pada Lampiran 2. Namun yang menjadi pemasok Pabrik Teh Hijau Steaming Gambung Agro Lestari hanya 1 Kelompok Tani saja; yaitu Kelompok Tani Neglasari yang menghasilkan sekitar 1 ton pucuk per hari atau 60 ton teh jadi per tahun. Kelompok-kelompok tani selebihnya menjadi pemasok Pabrik Teh Hijau Pan Firing Gambung Agro Lestari dan Pabrik Teh Hijau Pan Firing KUD Pasir Jambu.

b. Penghasil pucuk teh segar lainnya adalah PPTK Gamboeng. Pucuk teh segar yang dipanen untuk bahan baku Teh Putih hanya kuncup-kuncupnya saja sebanyak kurang lebih 50 kg kuncup teh segar per hari atau 3 ton Teh Putih per tahun.

c. Kanaan adalah Perkebunan Besar Swasta yang menghasilkan pucuk segar rata- rata sekitar 15 ton pucuk per hari yang diolah menjadi Teh Hijau Pan Firing sebanyak 1.100 ton teh jadi per tahun.

d. Pengepul pucuk teh yang akan dibuat menjadi Teh Hijau Steaming Java Preanger Gambung adalah Kelompok Tani Neglasari.

e. Pengepul pucuk teh yang akan dibuat menjadi Teh Hijau Pan Firing Java Preanger Kanaan adalah Perkebunan Teh Kanaan.

f. Pengepul pucuk/kuncup teh yang akan dibuat menjadi Teh Putih Java Preanger Gamboeng adalah Perkebunan Teh PPTK Gamboeng.

g. Pemasar Teh Hijau Steaming Java Preanger Gambung terdiri dari pengurus kelompok tani yang mengumpulkan pucuk teh segar, mengangkut, dan menjualnya ke Pabrik Pengolahan (GAL). Manajemen Pabrik Pengolahan GAL setelah mengolahnya menjadi teh jadi kemudian menjualnya melalui PT. Kabepe Chakra kepada PT. Unilever Indonesia.

h. Pemasar Teh Java Preanger Teh Hijau Pan Firing Negara Kanaan, pucuknya berasal dari Perkebunan Teh Negara Kanaan dan diolah di Pabrik Teh Hijau Pan Firing Negara Kanaan. Manajemen Pabrik Pengolahan Teh Negara Kanaan setelah mengolahnya menjadi teh jadi kemudian menjualnya melalui PT. Kabepe Chakra kepada PT. Unilever Indonesia.

i. Sedangkan pemasar Teh Putih Java Preanger Gamboeng, kuncupnya berasal dari Perkebunan Teh PPTK Gamboeng dan diolah di Pabrik Teh Putih PPTK Gamboeng yang kemudian produk Teh Putih tersebut dijual oleh Manajemen PPTK Gamboeng kepada Importir Dubai, Importir Jepang, dan Agen Pasar Domestik seperti : Kemchicks – Jakarta, Anna shop – Surakarta dan Kafe–Kafe di Jakarta, Bogor dan Bandung.

j. Daftar Pengepul Pucuk Teh, Pengolah Pucuk Teh, Pemasar, dan Rantai Tata Niaga Teh Java Preanger yang tergabung dalam MPIG Teh Java Preanger Kabupaten Bandung terdapat pada Lampiran 3. Sedangkan Pabrik Teh Dewata, Rancabolang, Patuhawati, Cibuni, Rancabali, Sinumbra, Pasir Malang, Kertamanah, Malabar, Citambur, Purbasari, Sedep, Talun Santosa dan beberapa Pabrik Pengolahan teh lainnya di Kabupaten Bandung berpotensi untuk dilakukan sertifikasi IG Teh Java Preanger tahap berikutnya.

(28)

13

II. NAMA INDIKASI GEOGRAFIS DAN NAMA BARANG

2.1. Nama Indikasi Geografis

Nama Indikasi Geografis yang diusulkan adalah : TEH JAVA PREANGER

atau dalam bahasa Inggris JAVA PREANGER TEA 2.2. Nama Barang

Nama Barang Teh Java Preanger, adalah : (1) Teh Hitam, (2) Teh Hijau, dan (3) Teh Putih.

2.2.1. Teh Hitam

Teh hitam adalah teh yang diolah dari pucuk dan daun teh (Camellia sinensis (Linnaeus) O. Kuntze) melalui proses pelayuan, penggulungan-penggilingan, oksidasi enzimatis, pengeringan, sortasi dan grading sehingga layak untuk dikonsumsi sebagai bahan minuman.

Berdasarkan cara pengolahannya, teh hitam dibedakan menjadi dua jenis yaitu : teh hitam orthodox dan teh hitam CTC (Crushing Tearing Curling).

2.2.2. Teh Hijau

Teh Hijau Pan Firing adalah Teh kering hasil pengolahan pucuk dan daun muda tanaman teh (Camellia sinensis (Linnaeus) O. Kuntze) tanpa melalui proses oksidasi enzimatis dengan menghentikan proses oksidasi enzimatis melalui proses penyangraian (pan firing), penggulungan, pengeringan awal, pengeringan akhir, sortasi, dan grading sehingga layak untuk dikonsumsi sebagai bahan minuman.

Teh Hijau Steaming adalah Teh kering hasil pengolahan pucuk dan daun muda tanaman teh (Camellia sinensis (Linnaeus) O. Kuntze) tanpa melalui proses oksidasi enzimatis dengan menghentikan proses oksidasi enzimatis melalui proses steaming, pendinginan, Primary Drying Tea Roller (PDTR), Tea Roller, Secondary Drying Tea Roller (SDTR), Finally Dring Tea Roller (FDTR),Pengeringan Akhir, sortasi, dan grading sehingga layak untuk dikonsumsi sebagai bahan minuman.

2.2.3. Teh Putih

Teh putih adalah teh yang diolah hanya dari pucuk pecco daun teh (Camellia sinensis (Linnaeus) O. Kuntze) melalui proses pelayuan, pengeringan, sortasi, grading dan sterilisasi sehingga layak untuk dikonsumsi sebagai bahan minuman.

Nama jenis barang yang dimohonkan Sertifikat Indikasi Geografis dari Kementerian Hukum

(29)

14 dan HAM RI terdiri atas :

 Teh Putih Java Preanger Gamboeng.

 Teh Hijau Steaming Java Preanger Gambung.

 Teh Hijau Pan Firing Java Preanger Kanaan.

(30)

15

III. KARAKTERISTIK DAN KUALITAS PRODUK

Teh Java Preanger secara umum berasal dari pucuk berkualitas baik tanaman Camellia sinensis var. assamica yang ditanam di Gunung/Pegunungan Jawa Barat yang memiliki jenis tanah dan agroklimat sesuai untuk budidaya tanaman teh varietas assamica.

Gunung/Pegunungan yang terletak di wilayah geografis Jawa Barat tersebut mempunyai ketinggian mulai dari 600 m dpl keatas, dengan suhu berkisar antara 13 – 25 oC dan curah hujan tahunan lebih dari 2.000 mm dengan bulan basah minimal 9 (sembilan) bulan setiap tahunnya, serta kelembaban relatif (RH) lebih dari 70 %.

Pembudidayaan Teh Java Preanger dilakukan dengan prinsip-prinsip keberlanjutan (sustainability); yaitu secara bisnis finansial menguntungkan (Profit), secara sosial dapat diterima (People), dan secara lingkungan lestari (Planet).

Karakteristik Teh Java Preanger berdasarkan hasil uji organoleptik lebih terletak pada kekhasan rasa/taste/aroma air seduhan produk teh yang berasal dari lokasi kebun/tanaman teh yang bersangkutan di Gunung/Pegunungan Jawa Barat. Hasil uji air seduhannya harus dapat mencapai syarat mutu baik sampai dengan sangat baik. Uji organoleptik hanya dapat dilakukan oleh Tea Taster yang sudah ahli dan profesional.

Contoh :

Karakteristik/kekhasan rasa/taste/aroma Teh Putih Java Preanger Gamboeng akan berbeda dengan Teh Putih Java Preanger Dewata walaupun sama-sama berasal dari Pegunungan Gunung Tilu.

Selain itu Teh Java Preanger juga harus dapat memenuhi standar uji organoleptik lainnya, standar uji kimia, standar uji logam berat, dan standar uji mikrobiologi. uji kimia, uji logam berat, dan uji mikrobiologi hanya dapat dilakukan di Laboratorium terakreditasi.

Sumber daya manusia Jawa Barat yang telah mendapatkan alih ilmu pengetahuan dan tehnologi pembudidayaan tanaman teh dan cara pengolahannya dari Pengusaha Perkebunan Teh Belanda, PPTK, dan Pemerintah Indonesia (Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat/Dinas Perkebunan Kabupaten Teh Jawa Barat) sehingga dapat menjadi faktor manusia yang mampu memproduksi the best quality and the cleanest tea in the world atau yang disebut dengan Teh Java Preanger sebagai Teh Premium.

(31)

16

3.1. Standar Kualitas dan Metode Pengujian

Tabel 1. Standar Kualitas dan Metode Pengujian

No Parameter Satuan Syarat Mutu Cara pengujian

I Standar Uji Organoleptik

1 Kenampakan Teh Kering Baik - Sangat Baik Organoleptik 2 Warna Air Seduhan Baik - Sangat Baik Organoleptik 3 Rasa Air Seduhan * Baik – Sangat Baik Organoleptik

4 Ampas Seduhan Baik – Sangat Baik Organoleptik

II Standar Uji Kimia

1 Water Ekstract (b/b) % Min 32,00 SNI 01-3836-2000 point 5.4 dan atau ISO 9768

2 Ash Content (b/b) % 4,00 -8,00 SNI 01-2891-1992 point 6.1

Cara Uji Makanan &

Minuman dan atau ISO 1575

3 Water Soluble Ash (b/b) % Min 45 SNI 01-3836-2000 dan atau

ISO 1576

4 Alkalinity (b/b) % 1,00 – 3,00 SNI 01-3836-2000 dan atau

ISO 1578

5 Ash insoluble in acid % Maks 1,00 SNI 01-2891 : 1992 point 6.3 dan atau ISO 1577

6 Anthraquinone mg/kg 0.02 ASU L00.00-34, DFG-S19, GC-

MSD

III Standar Uji Logam Berat

1 Arsenic (As) mg/kg Maks 1,00 AOAC 993. 14 AOAC 999.10;

LBFD-07445 dan atau HK.00.06.1.52.4011

2 Mercury (Hg) mg/kg Maks 0,03 AOAC 999.10 AOAC 999.10 ;

LBFD-07445 dan atau HK.00.06.1.52.4011

3 Copper (Cu) mg/kg Maks 150,00 AOAC 993.14 & AOAC 999.10

AOAC 999.10 ; LBFD-07445 dan atau HK.00.06.1.52.4011

4 Tin (Sn) mg/kg Maks 40,00 AOAC 993.14 AOAC 999.10 ;

LBFD-07445 dan atau HK.00.06.1.52.4011

5 Lead (Pb) mg/kg Maks 2,00 AOAC 993.14 AOAC 999.10 ;

LBFD-07445 dan atau HK.00.06.1.52.4011

IV Standar Uji Mikrobiologi

1 Coliform MPN/gram < 3 USFDA/CFSAN/BAM online,

chapter 4, September 2002 dan atau HK.00.06.1.52.4011 Keterangan : * Khas taste/aroma kebun yang bersangkutan (Astringent, Fruity, Bitter, dll).

(32)

17 3.2. Hasil Uji Standar Kualitas Teh Java Preanger

3.2.1. Hasil Uji Standar Kualitas Teh Hijau Steaming Java Preanger Gambung

Tabel 2. Hasil Uji Standar Kualitas Teh Hijau Steaming Java Preanger Gambung

No Parameter Satuan Hasil Uji Cara pengujian

I Standar Uji Organoleptik

1 Kenampakan Teh Kering Baik Organoleptik

2 Warna Air Seduhan Baik Organoleptik

3 Rasa Air Seduhan * Baik Organoleptik

4 Ampas Seduhan Baik Organoleptik

II Standar Uji Kimia

1 Water Ekstract (b/b) % 49,4 SNI 01-3836-2000 point 5.4 dan atau ISO 9768

2 Ash Content (b/b) % 5,64 SNI 01-2891-1992 point 6.1 Cara Uji Makanan & Minuman dan atau ISO 1575

3 Water Soluble Ash (b/b) % 50,4 SNI 01-3836-2000 dan atau ISO 1576

4 Alkalinity (b/b) % 1,64 SNI 01-3836-2000 dan atau ISO 1578

5 Ash insoluble in acid % 0,0626 SNI 01-2891 : 1992 point 6.3 dan atau ISO 1577

6 Anthraquinone mg/kg < 0,01 ASU L00.00-34, DFG-S19, GC-MSD III Standar Uji Logam Berat

1 Arsenic (As) mg/kg < LOD AOAC 993. 14 AOAC 999.10; LBFD- 07445 dan atau HK.00.06.1.52.4011 2 Mercury (Hg) mg/kg < LOD AOAC 999.10 AOAC 999.10 ; LBFD-

07445 dan atau HK.00.06.1.52.4011

3 Copper (Cu) mg/kg 17,4 AOAC 993.14 & AOAC 999.10 AOAC

999.10 ; LBFD-07445 dan atau HK.00.06.1.52.4011

4 Tin (Sn) mg/kg < LOD AOAC 993.14 AOAC 999.10 ; LBFD-

07445 dan atau HK.00.06.1.52.4011

5 Lead (Pb) mg/kg 0,01 AOAC 993.14 AOAC 999.10 ; LBFD-

07445 dan atau HK.00.06.1.52.4011 IV Standar Uji Mikrobiologi

1 Coliform MPN/gram < 3 USFDA/CFSAN/BAM online, chapter 4,

September 2002 dan atau HK.00.06.1.52.4011

Keterangan : * Khas taste/aroma Teh Hijau Steaming Java Preanger Gambung adalah : - Thick Astringent

- Brish after tasted

- Steamed Peanut Aroma

Hasil Uji Standar Kualitas Teh Hijau Steaming Java Preanger Gambung terlampir (Lampiran 4)

Gambar

Gambar  1.  Struktur  Organisasi  Masyarakat  Perlindungan  Indikasi  Geografis  (MPIG)  Teh  Java Preanger
Gambar 4. Kartu anggota MPIG-TJP Kabupaten Bandung  MPIG-TJP Kabupaten Bandung pada saat ini memiliki anggota yang terdiri dari :
Tabel 2. Hasil Uji Standar Kualitas Teh Hijau Steaming Java Preanger Gambung
Tabel 3. Hasil Uji Standar Kualitas Teh Hijau Pan Firing Java Preanger Kanaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif insiden,

Responden adalah penerima pelayanan publik yang pada saat pencacahan sedang berada di lokasi unit pelayanan dan telah menerima pelayanan dari aparatur penyelenggara

Bangunan utama dapat didefinisikan sebagai “semua bangunan yang direncanakan di sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke dalam jaringan irigasi, biasanya dilengkapi

Target khusus dalam program IbM ini adalah mengaplikasikan teknologi pemanfaatan mesin paving block untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi paving local masyarakat

Definisi-definisi tersebut menunjukkan suatu kesamaan yang bisa diambil benang merahnya yaitu bahwa kebijakan luar negeri merupakan sebuah bentuk kebijakan yang dibuat suatu

Berdasarkan evaluasi kehadiran jemaat pada Ibadah Keluarga Sektoral (IKS) masih jauh dari yang diharapkan, maka mulai hari Rabu, 21 April 2021 Ibadah Keluarga

Disarankan kepada pihak RSUD Kota Langsa untuk meningkatkan pendidikan dan  pelatihan bagi perawat pelaksana di ruang rawat bedah, melakukan upaya promosi kesehatan

Depresi merupakan suatu gangguan mental umum yang ditandai dengan mood tertekan, kehilangan kesenangan atau minat, perasaan bersalah atau harga diri rendah,