• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU PERSYARATAN INDIKASI GEOGRAFIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUKU PERSYARATAN INDIKASI GEOGRAFIS"

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU PERSYARATAN

INDIKASI GEOGRAFIS

MASYARAKAT PEDULI INDIKASI GEOGRAFIS (MPIG)

APIT JURAI

Buku persyaratan ini merupakan bagian yang tidak terpisah dengan Sertifikat IG No. ID G 000 000 035

(2)
(3)

ii

ABSTRAK

Komoditi kopi dikawasan Semende dikembangkan di Daerah Dataran Tinggi Bukit Barisan yakni Kecamatan Semende Darat Ulu, Semende Darat Tengah, Semende Darat Laut dan Kecamatan Tanjung Agung. Kawasan ini berada pada ketinggian 600 – 1800 m dpl dan telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sebagai Kawasan Agropolitan dengan Komoditi Perkebunan yang diunggulkan yaitu untuk komoditi kopi. Penetapan kawasan ini didukung dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Pertanian RI., Nomor 46/KPTS/PD.300/1/2015 tentang Kawasan Perkebunan Nasional, Kabupaten Muara Enim ditetapkan sebagai Kawasan Perkebunan Nasional Komoditi Kopi.

Secara umum Kabupaten Muara Enim memiliki Iklim yang cukup basah yakni Tipe B menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson Curah Hujan rata – rata tahunan berdasarkan Data Tahun 2012 adalah sebesar 2.627 mm dengan rata – rata hari hujan 139 hari. Adapun rata-rata bulan kering di 3 Kecamatan yaitu Semende Darat Laut, Semende Darat Tengah, Semende Darat Ulu berkisar 1,7 bulan pertahun dan bulan basah berkisar 8,5 bulan pertahun. Bulan kering umumnya terjadi pada bulan Juli hingga September sementara bulan basah terjadi pada bulan Oktober hingga Mei.

Berdasarkan hasil Kajian Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (PUSLITKOKA) Indonesia pada tahun 2013, kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman kopi di Kabupaten Muara Enim di kelompokkan berdasarkan kelerengan lahan dimana kelerengan mencapai 45%. Disamping itu kesesuaian lahan ini juga dikelompokkan berdasarkan ketinggian tempat yaitu untuk kawasan yang berada pada topografi dibawah 1.000 m.dpl diperuntukkan sebagai kawasan pengembangan Kopi Robusta sedangkan untuk kawasan dengan topografi diatas 1.000 s.d. 2.000 m.dpl sebagai kawasan pengembangan Kopi Arabika.

Berdasarkan hasil analisa kesuburan tanah dari sampel yang diambil di beberapa Sentra Produksi Kopi di 3 kecamatan wilayah geografis yang dimintakan perlindungan Indikasi Geografis, hasil analisis menunjukan kandungan bahan organik ditunjukkan dengan unsur Karbon (C) dan Nitrogen (N) bervariasi dari rendah hingga tinggi. Tanah dengan kandungan Bahan Organik dan Nitrogen cukup/sedang hingga tinggi umumnya terdapat pada areal dengan jenis tanah Andosol yang sebagian besar terletak di Kecamatan Semende Darat Laut, Semende Darat Tengah Dan Semende Darat Ulu. Kandungan unsur hara Fosfor (P), Kalsium (Ca), Kalium (K) dan Magnesium (MG) serta Keasaman Tanah (pH) umumnya rendah.

Masyarakat di Wilayah Semende sudah mulai memperhatikan pengolahan biji kopi yang baik dari hulu sampai hilir. Berdasarkan hasil uji cita rasa dari beberapa sampel dengan teknik pengolahan kering yang dilakukan pada tahun 2014 menunjukkan bahwa Kopi Robusta Semendo menghasilkan skor cita rasa yang

(4)

iii sangat baik berkisar antara 78,75 – 81,36 sehingga memenuhi nilai skor kriteria minimum Specialty Grade.

Berdasarkan kondisi geografis tersebut serta kepedulian masyarakat untuk meningkatkan mutu kopi yang dihasilkan, maka masyarakat perkopian di wilayah Semende secara demokratis telah membentuk lembaga swadaya masyarakat pada tanggal 02 Juni 2014 bertempat di Desa Sri Tanjung Kecamatan Semende Darat Tengah dengan nama perkumpulan Masyarakat Peduli Indikasi Geografis (MPIG) Apit Jurai Kopi Robusta Semendo. Selanjutnya MPIG Apit Jurai Kopi Robusta Semendo mengusulkan pendaftaran perlindungan Indikasi Geografis Kopi Robusta dari wilayah Semende ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI), Kementerian Hukum dan HAM dengan Nama Indikasi Geografis “Kopi Robusta

Semendo”.

Adapun produk – produk yang dimintakan perlindungan Indikasi Geografis adalah : Kopi Biji, Kopi Sangrai dan Kopi Bubuk. Dalam rangka menjaga reputasi Kopi Robusta Semendo baik di pasar domestik maupun pasar Internasional, maka MPIG Apit Jurai bertekad untuk menjaga mutu Kopi Robusta Semendo tetap prima sesuai yang disyaratkan dalam Buku Persyaratan Indikasi Geografis.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang mana atas rahmat dan karunia Nya kami dapat menyelesaikan Buku Persyaratan Sertifikasi Indikasi Geografis (IG) Kopi Semende. Penyusunan Buku Persyaratan ini merupakan wujud dan tekad kemauan yang kuat dari masyarakat di Kawasan Semende yang terhimpun dalam kelembagaan Masyarakat Peduli Indikasi Geografis (MPIG) Apit Jurai untuk mempertahankan kekhasan cita rasa kopi yang dibudidayakan di Kawasan Semende yang sudah sejak lama ada dan membudaya di dalam masyarakat.

Disadari sepenuhnya oleh MPIG Apit Jurai bahwa mutu kopi dan cita rasa yang khas akan muncul dengan menerapkan teknik budidaya, pascapanen dan pengolahan kopi dengan benar. Oleh karenanya diharapkan Buku Persyaratan ini dapat dipedomani oleh anggota MPIG dan masyarakat di Kawasan Semende dalam setiap tahapan proses produksi sehingga nantinya MPIG dapat meraih Sertifikat Indikasi Geografis Kopi Semende dari Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia.

Kami dari MPIG Apit Jurai sangat menyadari bahwa dalam penulisan maupun kutipan masih terdapat kekurangan. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif sangat dibutuhkan demi kesempurnaan Buku Persyaratan ini. Dalam penulisan Buku Persyaratan ini tentunya banyak pihak yang ikut terlibat, sehingga tidak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Gubernur Provinsi Sumatera Selatan yang setiap tahunnya telah memberikan dukungan berupa bantuan alat pengolahan kopi melalui fasilitasi dana APBD Provinsi.

2. Bapak Bupati Muara Enim yang telah memberikan pelatihan dan bimbingan teknis budidaya dan pengolahan kopi serta telah menyusun perencanaan teknis pengembangan kopi di Kawasan Semende melalui fasilitasi APBD Kabupaten tahun 2013 dan 2014.

(6)

v 3. Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian yang telah memberikan

fasilitasi dana APBN kegiatan Sertifikasi Indikasi Geografis Kopi Semende.

4. Masyarakat Kawasan Semende dan semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan buku persyaratan ini.

Akhirnya kami berharap semoga upaya untuk meraih sertifikat Indikasi Geografis ini dapat berhasil dan ditindaklanjuiti dengan penilaian substantif oleh Direktorat Jenderal Hak dan Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia sehingga nantinya dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat di Kawasan Semende.

Assalamu’alaikum. Wr. Wb

Pulau Panggung, November 2014 Masyarakat Peduli Indikasi Geografis (MPIG) Apit Jurai

Ketua

(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ……… KATA PENGANTAR ………. DAFTAR ISI. ……… DAFTAR TABEL ……… DAFTAR GAMBAR……… DAFTAR LAMPIRAN………. I. PENDAHULUAN………. 1.1. Latar Belakang……… 1.2. Tujuan………. 1.3. Landasan Hukum………

II. PEMOHON DAN KELEMBAGAAN……….

2.1. Nama Kelembagaan……… 2.2. Keanggotaan……… 2.3. Dukungan………

III. BUKU INDIKASI GEOGRAFIS………

3.1. Nama Indikasi Geografis Dan Jenis Produksi………... 3.2. Standard Kualitas dan Teknik Pengujian……… 3.3. Mutu Fisik Kopi Robusta Semendo………..….. 3.4. Cita Rasa Kopi Robusta……….. 3.5. Deskripsi Lingkungan Geografis……….

3.5.1. Faktor Alam……… 3.5.2. Faktor Manusia……….. 3.6. Peta Batasan Kawasan………. 3.7. Sejarah Kopi Semendo……… 3.8. Adat Istiadat dan Budaya Menanam Kopi Masyarakat Semende ………. 3.9. Dampak Produk Kopi IG………. 3.10. Metode Produksi Dan Pengolahan……….

ii iv vi viii ix x 1 1 2 3 5 5 7 8 9 9 9 10 11 13 16 18 20 22 24 28 29

(8)

vii 3.10.1. Budidaya Kopi……… 3.10.2. Metode Panen Dan Pasca Panen………. 3.10.3. Tahapan Proses Pengolahan Kering Giling Kering (Dry Process, Dry Hulling) untuk Jenis Produksi Kopi Robusta Semendo ……… 3.10.4. Pengolahan Kopi Bubuk Robusta ………. 3.11. Pemasaran Produk………. 3.12. Pengawasan dan Pembinaan……….. 3.13. Kode Keterunutan……….. 3.14. Tanda Indikasi Geografis……….. 3.15. Penggunaan Tanda Indikasi Geografis……….. 3.16. Dukungan dan Rekomendasi Pemerintah Daerah………..

IV. PENUTUP………. LAMPIRAN ………. 29 31 35 37 38 39 43 43 44 45 46 52

(9)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Standard Umum Kualitas Biji Kopi ……… 9 2. Syarat Mutu Khusus Berdasarkan Ukuran Biji Kopi Robusta Pengolahan Kering … 9 3. Syarat Mutu Khusus Berdasarkan Ukuran Biji Kopi Robusta Pengolahan Basah …. 9 4. Syarat Mutu Kopi Robusta Berdasarkan Jumlah Nilai Cacat ………. 10 5. Hasil Pengujian Mutu Biji Kopi Robusta Sambung Desa Rekimai Jaya Kecamatan

Semende Darat Tengah dan Desa Karya Nyata Kecamatan Semende Darat Laut ....

10 6. Hasil Pengujian Mutu Biji Kopi Robusta Lokal Desa Segamit Kecamatan Semende

Darat Tengah dan Desa Perapau Kecamatan Semende Darat Laut ………

11 7. Jumlah Curah Hujan Dan Hari Hujan Perbulan di Kawasan Semende Tahun 2011 –

2014 ………

15 8. Luas Lahan Bukan Sawah Dirinci Menurut Penggunaannya di Kawasan Semende

Tahun 2012 (Ha)………..

16 9. Hasil Analisa Tanah, Interpretasi dan Rekomendasi Pupuk di Kecamatan Semende

Darat Laut ………...

17 10.Hasil Analisa Tanah, Interpretasi dan Rekomendasi Pupuk di Kecamatan Semende

Darat Ulu ………...…….

17 11.Hasil Analisa Tanah, Interpretasi dan Rekomendasi Pupuk di Kecamatan Semende

Darat Tengah ………..……

18 12.Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kawasan Semende

Tahun 2012 ……….

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kartu Anggota MPIG Apit Jurai ……… 7 2. Cita Rasa Kopi Robusta Lokal Desa Rekimai Jaya, Robusta Asalan di Pengepul,

Robusta Petik Merah Desa Perapau dan Robusta Asalan Sambung Desa Segamet ...

13 3. Peta Sumatera Selatan Yang Menggambarkan Letak Kabupaten Muara Enim…... 14 4. Peta Kesesuaian Lahan Kopi Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan ………..… 21 5. Tahapan Pengolahan Kopi Robusta Secara Kering (Dry Process) ………... 35 6. Diagram Alir Pengolahan Kopi Bubuk Robusta ……… 37 7. Logo Indikasi Geografis Kopi Robusta Semendo ………... 44

(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Keputusan Bupati Muara Enim Nomor 1493/SKPT/BUN-4/2014 Tanggal 6 November 2014 tentang Kelembagaan Indikasi Geografis (IG) Kopi Semende Apit Jurai Kabupaten Muara Enim ………..

48

Lampiran 2 Data Kelompok Tani dan UPH Anggota Masyarakat Peduli Indikasi Geografis Apit Jurai ………...

55 Lampiran 3 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga MPIG Apit Jurai 60 Lampiran 4 Akta Notaris Masyarakat Peduli Indikasi Geografis (MPIG)

Apit Jurai ………..

71 Lampiran 5 Surat Keputusan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia

Nomor : AHU-00787.60.10.2014 Tentang Pengesahan Pendirian Badan Hukum Perkumpulan Masyarakat Peduli Indikasi Geografis Kopi Semende Apit Jurai ………..

112

Lampiran 6 Surat Rekomendasi Bupati Muara Enim Nomor : 525/326/Bun-4/2015 ………...

114 Lampiran 7 Standard Nasional Indonesia 01-2907-2008 SNI Biji Kopi ……. 115 Lampiran 8 Standar Nasional Indonesia 2907 Tahun 2008 tentang SNI Kopi

Bubuk ………...

130 Lampiran 9 Hasil Uji Mutu Robusta Sambung Desa Rekimai Jaya ………… 143 Lampiran 10 Hasil Uji Cita Rasa Robusta Lokal Desa Rekimai Jaya ………... 145 Lampiran 11 Hasil Uji Cita Rasa Kopi Robusta asalan di Pengepul Kawasan

Semende ………...

147 Lampiran 12 Hasil Uji Cita Rasa Robusta Petik Merah Desa Perapau ………. 149 Lampiran 13 Hasil Uji Cita Rasa Kopi Robusta Sambung Asalan dari

Kawasan Semende ………

151 Lampiran 14 Hasil Analisa Tanah dari Beberapa Lokasi Kawasan Semende .. 153 Lampiran 15 Dokumen Sistim Mutu MPIG Apit Jurai ……… 155 Lampiran 16 Peta Geografis Kopi Robusta Semendo……… 168 Lampiran 17 Bagan Alur Proses Produksi Kopi Robusta Semendo ………. 170 Lampiran 18 Data Curah Hujan Kabupaten Muara Enim (2011 – 2014) ……. 171

(12)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu jenis tanaman penyegar yang dibudidayakan di Provinsi Sumatera Selatan dengan total luas areal 252.142 hektar. Sentra produksi kopi Sumatera Selatan adalah Kabupaten OKU Selatan, Empat Lawang, Lahat, Muara Enim dan Kota Pagar Alam dimana perkebunan kopi ini merupakan perkebunan kopi rakyat. Produksi kopi di Sumatera Selatan umumnya di perdagangkan dalam bentuk kopi biji dengan pangsa pasar ekspor dengan total nilai ekspor pada tahun 2013 adalah 8.492.000 US Dollar atau turun sebesar 46.5% dari nilai ekspor pada tahun 2012 yakni 15.846.000 US Dollar. Penurunan nilai ekspor ini dapat disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan industri pengolahan kopi di dalam negeri dan meningkatnya konsumsi kopi olahan di pasar domestik.

Salah satu kopi yang cukup dikenal di Provinsi Sumatera Selatan adalah kopi Semendo Muara Enim dan merupakan kawasan yang cukup baik bagi pertumbuhan tanaman kopi. Luas areal komoditi kopi di Kabupaten Muara Enim adalah 23.495 hektar yang tersebar di 4 kecamatan penghasil kopi utama yakni Kecamatan Semende Darat Laut, Semende Darat Tengah, Semende Darat Ulu dan Kecamatan Tanjung Agung.

Minat petani di Kabupaten Muara Enim terhadap komoditas kopi cukup tinggi. Hal ini disebabkan tanaman kopi merupakan salah satu investasi usahatani yang menguntungkan, dan merupakan komoditas yang sudah cukup lama di budidayakan di daerah Semende sebagai sentra produksi sehingga budidaya kopi sudah merupakan budaya masyarakat yang telah diwariskan secara turun temurun. Sebagai bukti tanaman kopi telah dibudidayakan sejak lama masih terdapat tanaman kopi tua yang berumur ratusan tahun di perkebunan masyarakat, dan mempunyai hubungan sejarah dengan masa penjajahan Hindia Belanda. Sebagian besar petani kopi di kawasan Semende membudiidayakan kopi Robusta, sedangan kopi Arabika sedang dalam tahap pengembangan pada lahan dengan ketinggian di atas 1.000 m d.p.l.

Kawasan geografis Semende sering diucapkan dengan Semendo, hal ini diduga karena pengaruh pengucapan dalam Bahasa Pelembang. Pengucapan nama Sumendo ini berdampak pada reputasi kopi Robusta di pasar, yaitu dikenal dengan nama Kopi Robusta Sumendo.

(13)

2 Kopi Robusta Semendo merupakan jenis komoditi perkebunan yang memiliki citarasa yang khas, dan secara fisiologis dapat memberikan kesegaran setelah diminum sehingga menyebabkan Kopi Robusta Semendo banyak diminati oleh konsumen.

Terdapatnya kekhasan cita rasa dan karakteristik kopi dari masing-masing daerah geografis lebih disebabkan oleh agroklimat yang mendukung bagi pertumbuhan tanaman kopi seperti ketinggian tempat dari permukaan laut, curah hujan, kelembaban dan kandungan hara dalam tanah. Kondisi ini dimiliki oleh di daerah sentra produksi kopi Kabupaten Muara Enim yang meliputi 4 kecamatan yang banyak diusahakan tanaman kopi Robusta dengan ketinggian tempat antara 600 – 1.800 meter d.p.l yang sangat memungkinkan bahwa kopi di kawasan tersebut memiliki keunggulan cita rasa yang secara alami berkembang di masyarakat dengan sebutan Kopi Robusta Semendo.

Kopi Robusta Semendo cukup dikenal di beberapa wilayah Indonesia dan dikalangan eksportir dimana kopi ini menggambarkan asal dari komoditi kopi pada suatu lingkungan geografis Semende. Semakin terkenalnya kopi Robusta Semendo ini menimbulkan keinginan dari masyarakat untuk melakukan perlindungan Indikasi Geografis yang diusulkan oleh kelembagaan yang mewakili masyarakat dengan nama Masyarakat Peduli Indikasi Geografis (MPIG) Apit Jurai. MPIG Apit Jurai ini bermaksud akan mengusulkan sertifikasi Indikasi Geografis (IG) Kopi Robusta Semendo ke Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari kegiatan sertifikasi Indikasi Geografis ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk memperoleh sertifikat Indikasi Geografis Kopi Robusta Semendo yang merupakan pengakuan terhadap daerah asal pembudidayaan dan pengolahan di lingkungan geografis dan faktor alam Semende serta telah membudaya di masyarakat.

2. Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang praktek budidaya dan pengolahan terbaik sesuai buku panduan Indikasi Geografis yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas mutu kopi dan kesejahteraan petani.

(14)

3

1.3 Landasan Hukum

Peraturan dan ketentuan hukum yang dijadikan rujukan dalam penyusunan buku persyaratan Indikasi Geografis ini adalah :

1. Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001 tentang Merek.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2007 tentang Indikasi Geografis. 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sisitim Budidaya Tanaman. 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Pedoman Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian asal Tumbuhan yang Baik (Good Handling Practices).

6. Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional Indonesia.

7. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan.

8. Keputusan Presiden Nomor 147 tahun 1996 tentang Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian.

9. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 58/Permentan/OT.140/8/2007 tentang Pelaksanaan Sistim Standardisasi Nasional Bidang Pertanian.

10.Peraturan Menteri Pertanian Nomor 35/Permentan/OT.140/7/2008 tentang Persyaratan dan Penerapan Cara Pengolahan Hasil Pertanian Asal Tumbuhan Yang Baik (Good Manufacturing Practices).

11.Peraturan Menteri Pertanian Nomor 44/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Pedoman Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian Asal Tanaman Yang Baik (Good Handling Practices).

12.Peraturan Menteri Pertanian Nomor 20/ Permentan/OT.140/02/2010 tentang Sistim Jaminan Mutu Pangan Hasil Pertanian.

13.Peraturan Menteri Pertanian Nomor 52/Permentan/OT.140/9/2012 tentang Pedoman Penanganan Pascapanen Kopi.

14.Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 50/Permentan/OT.140/8/2012 Tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian.

15.Peraturan Daerah Kabupaten Muara Enim Nomor 25 tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Muara Enim Tahun 2005 - 2013.

(15)

4 16.Keputusan Bupati Muara Enim Nomor : 18/KPTS/Bappeda-Eko/2012 tentang Penunjukan Kawasan Agropolitan Dalan Kabupaten Muara Enim dan Pembentukan Kelompok Kerja Pelaksana Agropolitan Kabupaten Muara Enim Tahun 2012.

Proses untuk mendapatkan Indikasi Geografis bagi Kopi Semendo oleh MPIG Apit Jurai berdasarkan Buku Persyaratan yang disusun bersama oleh MPIG Apit Jurai yang akan dimohonkan melalui Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM RI, didukung sepenuhnya oleh Bupati Muara Enim melalui Surat Keputusan Bupati Muara Enim Nomor 1493/SKPT/BUN-4/2014 Tanggal 6 November 2014 tentang kepengurusan MPIG sebagaimana terdapat pada Lampiran 1.

(16)

5

II. PEMOHON DAN KELEMBAGAAN

2.1. Nama Kelembagaan

Berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2007 tentang Indikasi Geografis dijelaskan bahwa Indikasi Geografis merupakan suatu tanda yang tanpa disadari sudah lama ada dan secara tidak langsung dapat menunjukkan kekhususan pada suatu komoditi yang dihasilkan dari daerah tertentu karena pengaruh dari faktor geografis termasuk faktor alam, faktor manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut.

Perlindungan hukum atas Indikasi Geografis dapat diberikan apabila telah diterbitkannya sertifikat Indikasi Geografis dari Kementerian Hukum dan HAM atas dasar pendaftaran yang dilakukan oleh kelembagaan pemohon. Adapun ciri dan kualitas yang menjadi dasar diberikannya perlindungan tertuang dalam Buku Persyaratan yang juga memuat informasi tentang pengaruh faktor geografis, faktor alam serta faktor manusia yang mempengaruhi karakteristik komoditi.

Berpijak dari pemikiran tersebut serta adanya keinginan yang kuat dari masyarakat untuk lebih memperkenalkan Kopi Robusta Semendo dan untuk memperoleh perlindungan Indikasi Geografis, maka masyarakat Semende yang terdiri dari Kecamatan Semende Darat Laut, Semende Darat Tengah dan Semende Darat Ulu telah bersepakat untuk membentuk kelembagaan yang diberi nama :

Masyarakat Peduli Indikasi Georafis (MPIG) Apit Jurai

Kelembagaan MPIG yang telah dibentuk ini menyusun buku persyaratan Indikasi Geografis Kopi Robusta Semendo dan mengusulkan pendaftaran Indikasi Geografis ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM R.I. Pembentukan kelembagaan MPIG Apit Jurai dilaksanakan di Desa Sri Tanjung Kecamatan Semende Darat Tengah pada tanggal 02 Juni 2014 dengan susunan kepengurusan sebagai berikut :

Panasehat : Gubernur Sumatera Selatan : Bupati Muara Enim

(17)

6 : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Sumatera Selatan

: Dinas Koperasi dan UKMProvinsi Sumatera Selatan : Dinas Perkebunan Kabupaten Muara Enim

: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Muara Enim : Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Muara Enim

: Camat Semende Darat Laut : Camat Semende Darat Tengah : Camat Semende Darat Ulu

Ketua : Mulustan Wakil Ketua I : Agus Riyanto Wakil Ketua II : Ramadan Fadeli Sekretaris : M. Junarson Wakil Sekretaris : Muhammad Sirat Bendahara : Muhammad Hamid Wakil Bendahara : Basrun

Bidang- Bidang :

1. Bidang Budidaya Tanaman dan Pemeliharaan Ketua : Haripal

Anggota : Syailendra : Ajeran 2. Bidang Produksi dan Pengolahan

Ketua : Hapsin Anggota : Mustaepiri

: Suratin 3. Bidang Pengawasan Mutu

Ketua : H. Alamseh Anggota : Fatihillah Tan’im Nurmaini Miftah 4. Bidang Pemasaran

Ketua : Hadi Wajedi Anggota : Azhari

(18)

7 Kamserun

Saproni Mirwan 5. Bidang Hukum dan Humas

Ketua : M. Fathudin Anggota : Rulyansah

Khairul Imiari Hasan Kasdi

MPIG Apit Jurai memiliki Sekretariat yang beralamat di :

Komplek Mesin Batu Balai Pertemuan Tani Desa Pulau Panggung Kecamatan Semende Darat Laut Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan Telp. 081368076862-082327944473

Email : mpig_apitjurai@ gmail.com

MPIG Apit Jurai memiliki Kartu Anggota, dengan bentuk seperti pada gambar berikut :

Gambar 1. Kartu Anggota MPIG Apit Jurai

2.2. Keanggotaan

Sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Muara Enim tentang Kelembagaan Indikasi Geografis (IG) Kopi Semendo Apit Jurai pada Lampiran 1. Keanggotaan Masyarakat Peduli Indikasi Georafis (MPIG) Apit Jurai adalah para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani dan pengolah kopi yang terhimpun dalam Unit Pengolahan Hasil (UPH) yang bersedia dan berkomitmen melaksanakan segala ketentuan yang telah di atur dalam

(19)

8 Buku Persyaratan Indikasi Georafis dan bersedia dicabut keanggotaannya bila melanggar ketentuan yang diatur dalam buku persyaratan yang diberikan kartu anggota sebagaimana contoh di atas. Kelompok Tani yang menjadi anggota MPIG Apit Jurai berjumlah 9 Kelompok sedangkan UPH yang menjadi anggota MPIG Apit Jurai adalah 2 UPH.

Data Kelompok Tani, dan UPH anggota MPIG Apit Jurai selengkapnya seperti pada Lampiran 2. Keanggotaan MPIG ini dapat direvisi sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan kelembagaan dan perkembangan dari masyarakat setempat. Ketentuan selengkapnya tentang keanggotaan di atur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga MPIG Apit Jurai seperti Lampiran 3, dan telah memperoleh Akta Notaris sehingga MPIG Apit Jurai telah menjadi Badan Hukum. Akta Notaris MPIG Apit Jurai seperti pada Lampiran 4 dan Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang pengesahan pendirian Badan Hukum MPIG Kopi Semende Apit Jurai pada

Lampiran 5.

2.3. Dukungan

Pembentukan organisasi MPIG Apit Jurai merupakan upaya jangka panjang dan berkelanjutan untuk tetap dapat melindungi Indikasi Geografis Kopi Robusta Semendo yang sudah sejak lama ada dan memiliki kekhasan tersendiri. Diharapkan dengan adanya upaya perlindungan melalui sertifikasi IG masyarakat tetap dapat mempertahankan kekhasan cita rasa yang unggul dan dapat berproduksi sesuai prinsip Good Agricultural Practices (GAP) dan Good Manufacturing Practices (GMP) serta berkelanjutan. Oleh karenanya diperlukan berbagai dukungan dari stake holder komoditi kopi baik itu dari pemerintah, swasta ataupun asosiasi. Diantara para pihak yang telah banyak membantu dan mendukung proses sertifikasi ini adalah sebagai berikut :

1. Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian telah membantu fasilitasi terlaksananya kegiatan sertifikasi IG melalui dana Tugas Pembantuan Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan.

2. Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan dan Dinas Perkebunan Kabupaten Muara Enim telah memberikan bantuan alat pasca panen kopi dan alat pengolahan kopi.

3. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao telah memberikan pendampingan kepada petani melalui dana APBD Kabupaten Muara Enim.

4. PT. Indocafco dan Mondelez yang telah membantu pendampingan petani serta menampung produksi petani serta menyampaikan informasi harga kopi kepada petani.

(20)

9

III. BUKU INDIKASI GEOGRAFIS

3.1 Nama Indikasi Geografis dan Jenis Produksi

Jenis kopi yang dikembangkan di wilayah Semende umumnya adalah Robusta yakni di Kecamatan Semende Darat Laut dan Semende Darat Tengah, sementara di Kecamatan Semende Darat Ulu. Di Semende Darat Ulu baru mulai dikembangkan jenis kopi arabika. Oleh karena itu, nama Indikasi Geografis yang diusulkan adalah :

KOPI ROBUSTA SEMENDO

dengan jenis produk berupa :

1. Kopi Biji, yang diolah dengan teknik olah kering

2. Kopi Sangrai.

3. Kopi Bubuk.

3.2 Standard Kualitas dan Teknik Pengujian

Standar kualitas dan teknik pengujian untuk masing-masing jenis produk yang dihasilkan mengacu kepada ketentuan yang diatur dalam Standard Nasional Indonesia (SNI) kopi biji dan SNI kopi bubuk. Untuk jenis kopi biji standard kualitas seperti pada Tabel 1 – Tabel 4:

Tabel 1. Standar Umum Kualitas Biji Kopi

No Kriteria Satuan Persyaratan

1 Serangga Hidup Tidak ada

2 Biji Berbau Busuk dan atau kapang Tidak ada 3 Kadar Air % fraksi massa 12,5% 4 Kadar Kotoran % fraksi massa 0,5 %

Tabel 2. Syarat Mutu Khusus Berdasarkan Ukuran Biji Kopi Robusta Pengolahan Kering

Ukuran Kriteria Satuan Persyaratan

Besar Tidak lolos ayakan diameter 6,5 mm % Fraksi massa Maksimum lolos 5 Kecil Lolos ayakan diameter 6,5 mm dan

tidak lolos ayakan diameter 3,5 mm

% Fraksi massa Maksimum lolos 5

Tabel 3. Syarat Mutu Khusus Berdasarkan Ukuran Biji Kopi Robusta Pengolahan Basah

Ukuran Kriteria Satuan Persyaratan

Besar Tidak lolos ayakan diameter 7,5 mm % Fraksi massa Maksimum lolos 5 Sedang Lolos ayakan diameter 7,5 mm dan

tidak lolos ayakan diameter 6,5 mm

(21)

10 Kecil Lolos ayakan diameter 6,5 mm dan

tidak lolos ayakan diameter 5,5 mm

% Fraksi massa Maksimum lolos 5

Tabel 4. Syarat Mutu Kopi Robusta Berdasarkan Jumlah Nilai Cacat

Mutu Persyaratan

Mutu 1 Jumlah Nilai Cacat Maksimum 11 Mutu 2 Jumlah Nilai Cacat 12 sampai dengan 25 Mutu 3 Jumlah Nilai Cacat 26 sampai dengan 44 Mutu 4a Jumlah Nilai Cacat 45 sampai dengan 60 Mutu 4b Jumlah Nilai Cacat 61 sampai dengan 80 Mutu 5 Jumlah Nilai Cacat 81 sampai dengan 150 Mutu 6 Jumlah Nilai Cacat 151 sampai dengan 225

Penentuan nilai cacat dan teknik pengujian sesuai dengan ketentuan dalam Standard Nasional Indonesia (SNI) 01-2907-2008 tentang SNI Biji Kopi sebagaimana terdapat pada Lampiran 7. Standard kualitas untuk kopi bubuk mengacu ke SNI Kopi Bubuk dengan syarat mutu dan pengujian sebagaimana terdapat pada Lampiran 8.

3.3 Mutu Fisik Kopi Robusta Semendo

Karakteristik mutu fisik biji kopi kering yang dihasilkan Kelembagaan MPIG Apit Jurai mengacu kepada kriteria mutu yang tedapat didalam SNI seperti tercantum di atas. Berdasarkan hasil uji mutu fisik kopi di Kawasan Semende yang dilakukan pada tahun 2014 oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia diketahui mutu fisik biji kopi beberapa lokasi pengambilan sampel memenuhi kriteria mutu di dalam SNI.

Untuk jenis kopi Robusta, hasil uji mutu menunjukan hasil kelas mutu grade 5 dengan sampel kopi Robusta sambung dari lokasi Desa Rekimai Jaya Tenam Bungkuk Semende Darat Tengah dan grade mutu 4b untuk kopi Robusta dengan sampel dari Desa Karya Nyata Kecamatan Semende Darat Laut. Hasil uji mutu biji kopi seperti pada Tabel 5 dengan hasil pengujian lengkap dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia terdapat pada Lampiran 9 dan Lampiran 10.

Tabel 5. Hasil Pengujian Mutu Biji Kopi Robusta Sambung Desa Rekimai Jaya Kecamatan Semende Darat Tengah dan Desa Karya Nyata Kecamatan Semende Darat Laut.

Karakteristik Hasil Analisis Metode Analisis

Rekimai Jaya Karya Nyata

Serangga Hidup Tidak Ada Tidak Ada SNI 01 -2907-2008;7.1

Biji Berbau Busuk dan Kapang Tidak Ada Tidak Ada SNI 01 -2907-2008;7.2

Kadar Air 7,6 % 7,3 % SNI 01 -2907-2008;7.2

(22)

11

Robusta DP Biji Besar- Tidak Lolos Ayakan 6,5 mm

0 % 0 %

SNI 01 -2907-2008;7.4.1 Robusta DP Biji Kecil Lolos Ayakan

6,5 – tdk lolos ayakan 3,5 mm N.A N.A

Nilai Cacat 84,6 74,6 SNI 01 -2907-2008;7.4.2

Kadar Kafein N.A N.A AOAC 16 th Ed.

Kadar OTA N.A N.A Pittet et.al 1996 modified

Kesimpulan Mutu Menurut SNI Mutu 5, ukuran

biji besar (Large)

Mutu 4b, ukuran biji besar (Large

Disamping pengujian mutu kopi biji Robusta Sambung, pengujian mutu juga dilakukan untuk kopi Robusta Lokal Desa Segamit Kecamatan Semende Darat Ulu dan Desa Perapau Kecamatan Semende Darat Laut dimana hasil uji mutu menunjukkan hasil kelas mutu pada grade 4b. Hasil uji selengkapnya seperti pada Tabel 6 dengan hasil pengujian lengkap dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia terdapat pada Lampiran 11 dan 12.

Tabel 6. Hasil Pengujian Mutu Biji Kopi Robusta Lokal Desa Segamit Kecamatan Semende Darat Tengah dan Desa Perapau Kecamatan Semende Darat Laut.

Karakteristik Hasil Analisis Metode Analisis

Segamit Perapau

Serangga Hidup Tidak Ada Tidak Ada SNI 01 -2907-2008;7.1

Biji Berbau Busuk dan Kapang Tidak Ada Tidak Ada SNI 01 -2907-2008;7.2

Kadar Air 8,8 % 8,1 % SNI 01 -2907-2008;7.2

Kadar Kotoran 0 % 0 % SNI 01 -2907-2008;7.4.2

Robusta DP Biji Besar- Tidak Lolos Ayakan 6,5 mm

0 % 0 %

SNI 01 -2907-2008;7.4.1 Robusta DP Biji Kecil Lolos Ayakan

6,5 – tdk lolos ayakan 3,5 mm N.A N.A

Nilai Cacat 61,7 64,9 SNI 01 -2907-2008;7.4.2

Kadar Kafein N.A N.A AOAC 16 th Ed.

Kadar OTA N.A N.A Pittet et.al 1996 modified

Kesimpulan Mutu Menurut SNI Mutu 4b, ukuran

biji besar (Large)

Mutu 4b, ukuran biji besar (Large

Dari hasil pengujian dua sampel kopi tersebut, diketahui kriteria mutu kopi termasuk mutu grade 4b dimana pada saat pengambilan sampel produksi kopi di kawasan Semende berada pada kondisi tren menurun atau sampel biji kopi merupakan biji kopi yang merupakan buah di akhir musim sehingga banyak biji kopi bermutu rendah. Oleh karenanya diyakini oleh MPIG Apit Jurai mutu kopi Robusta produksi petani anggota sangat mungkin untuk ditingkatkan menjadi mutu 3 ataupun mutu 4a dengan menerapkan petunjuk teknis budidaya dan pasca panen serta pendampingan secara berkelanjutan dan pengawasan MPIG.

3.4. Cita Rasa Kopi Robusta

Hasil penilaian citarasa seduhan kopi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di daerah sentra produksi kopi Kabupaten Muara Enim pada tahun

(23)

12 2014 menunjukkan bahwa pada umumnya kopi yang dihasilkan petani dengan teknik pengolahan secara olah kering memiliki kualitas cita rasa yang cukup baik dengan nilai mencapai 81,36.

Ciri khas kopi Robusta adalah memiliki body atau kekentalan yang tinggi. Hasil uji kekentalan citarasa kopi menunjukkan bahwa biji kopi yang berasal dari Kecamatan Semende Darat Laut dan Semende Darat Tengah memiliki nilai 7-8, sedangkan untuk Kecamatan Semende Darat Ulu adalah 6-7. Secara keseluruhan, citarasa seduhan kopi terbaik berasal dari Desa Swarnadwipa Kecamatan Semende Darat Tengah dengan nilai overall 7,75. Disamping penilaian terhadap citarasa seduhan, terdapat beberapa kharakteristik spesifik kopi semendo diantaranya adalah profil citarasa coklat (chocolaty) dengan penilaian score akhir adalah 80,25 di Desa Rekimai Jaya dan aksen cita rasa sedikit mentah (greeny), dan lemony dengan penilaian score akhir adalah 83,5 di Desa Datar Lebar Kecamatan Semende Darat Ulu. Tabel rekap hasiluji cita rasa pada tahun 2013 dari Puslit Kopi dan Kakao Indonesia di Jember terdapat pada Lampiran 13.

Hasil uji citarasa yang dilakukan pada tahun 2014 menunjukkan bahwa cita rasa kopi Robusta dari lokasi Desa Segamet, Desa Prapau, Desa Rekimai Jaya dan dari pengepul jenis asalan dengan teknik pengolahan secara kering menghasilkan skor cita rasa yang sangat baik. Rentang nilai skor uji adalah 7,17– 7,84 dengan nilai overall 6,17 - 7,67 dan beberapa diantaranya ada yang memenuhi nilai skor kriteria nilai minimum sebagai fine grade yakni dari Desa Prapau dan Desa Segamet.

Disamping penilaian citarasa seduhan, terdapat karakter spesifik yang memberikan penilaian positif kopi Robusta yang diuji diantaranya adalah rasa gula gosong (caramelly) dan brown sugar. Kopi Robusta Semendo umumnya terhindar dari cacat cita rasa utama sementara karakter citarasa lainnya yang dapat menurunkan kualitas muncul karena terjadinya penyimpangan pada tahapan pasca panen yang harus diperbaiki oleh petani dengan pembinaan oleh MPIG dan instansi terkait. Hasil uji lengkap oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia terdapat pada Lampiran 13 sampai dengan 16. Secara grafis hasil uji cita rasa kopi Robusta seperti pada Gambar 2.

(24)

13 Gambar 2. Cita Rasa Kopi Robusta Lokal Desa Rekimai Jaya, Robusta Asalan di Pengepul, Robusta Petik Merah Desa Perapau dan Robusta Asalan Sambung Desa Segamet.

3.5 Deskripsi Lingkungan Geografis

Kabupaten Muara Enim adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan. Jarak Kabupaten Muara Enim dari ibu kota Palembang adalah 183 kilometer. Berdasarkan Sensus penduduk Tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Muara Enim adalah 717.717 orang yang bermukim di 25 kecamatan. Dengan luas wilayah 9.140,50 km2 maka kepadatan penduduk Kabupaten Muara Enim adalah 79 orang per km2. Setelah di setujuinya Undang-undang Nomor 7 Tahun 2013 tentang penetapan daerah otonom baru yakni Panukal Abab Lematang Ilir (PALI), jumlah kecamatan di Kabupaten Muara Enim menjadi 20 kecamatan.

Kabupaten Muara Enim sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Banyuasin dan PALI, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten OKU Selatan dan Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Lahat dan Kota Pagar Alam, dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Ogan Ilir dan Kota Prabumulih. Peta wilayah dan lokasi Kabupaten Muara Enim di propinsi Sumatera Selatan terdapat pada Gambar 3 peta berikut :

(25)

14 Gambar 3. Peta Sumatera Selatan Yang Menggambarkan Letak Kabupaten

Muara Enim.

Kondisi topografi daerah cukup beragam, daerah dataran tinggi di bagian barat daya merupakan bagian dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan yang meliputi Kecamatan Semende Darat Laut, Semende Darat Ulu, Semende darat Tengah dan Kecamatan Tanjung Agung. Daerah dataran rendah, berada di bagian tengah (Muara Enim, Ujan Mas, Benakat, Gunung Megang, Rambang Dangku, Rambang, Lubai) terus ke utara–timur laut, terdapat daerah rawa yang berhadapan langsung dengan daerah aliran Sungai Musi, meliputi Kecamatan Gelumbang, Sungai Rotan, dan Muara Belida.

Kabupaten Muara Enim mengandalkan sektor pertanian, terutama perkebunan dalam mendorong perekonomiannya. Hal ini terlihat dari besarnya luas lahan yang digunakan untuk perkebunan. Lahan yang ada di Kabupaten Muara Enim umumnya merupakan lahan bukan sawah yaitu sekitar 96,19 persen dan sisanya merupakan lahan sawah. Komoditas utama yang dikembangkan di Kabupaten Muara Enim adalah kelapa sawit, karet dan kopi. Kelapa sawit dan karet umumnya dikembangkan di daerah dataran rendah, sementara komoditi kopi dikembangkan di dataran tinggi di daerah bukit barisan yakni Kecamatan Semende Darat Ulu, Semende Darat Tengah, Semende Darat Laut dan Kecamatan Tanjung Agung. Kawasan Semende yang merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian 600 – 1800 meter dari permukaan laut ditetapkan pemerintah

(26)

15 daerah sebagai kawasan agropolitan dengan komoditi yang diunggulkan adalah kopi, kentang, cabai, tomat dan kubis.

3.5.1 Faktor Alam

Secara geografis posisi Kabupaten Muara Enim terletak pada 4o sampai 6o Lintang Selatan dan 104o sampai 106o Bujur Timur dengan luas daerah 7.300,50 km2. Wilayah ini memiliki kondisi topografi yang bervariasi mulai dari dataran tinggi, dataran rendah dan rawa-rawa. Daerah dengan dataran tinggi merupakan rangkaian dari pengunungan Bukit Barisan yang meliputi Kecamatan Semende Darat Laut, Semende Darat Ulu, Semende Darat Tengah dan Kecamatan Tanjung Agung. Daerah dataran rendah, berada dibagian tengah. Sedangkan, daerah rawa yang berhadapan langsung dengan daerah aliran Sungai Musi. Sebagian besar wilayah Kabupaten Muara Enim terletak pada kemiringan lereng 3º - 12º dan 34,4 % dengan kemiringan 0º - 3º. Sedangkan lainnya memiliki kemiringan lebih dari 12º.

Secara umum Kabupaten Muara Enim memiliki iklim yang cukup basah yakni tipe B menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson. Curah hujan rata-rata tahunan berdasarkan data tahun 2012 adalah sebesar 2.627 milimeter dengan rata-rata 139 hari hujan. Rata-rata bulan kering di 3 kecamatan Semende Darat Laut, Tengah dan Ulu berkisar 1,7 bulan per tahun dan bulan basah sebesar 8,5 bulan/tahun. Bulan kering umumnya terjadi pada bulan Juli - September sementara bulan basah terjadi pada bulan oktober - Mei. Rata-rata sebaran Hari Hujan dan Curah Hujan dari tahun 2011 - tahun 2014 di Kawasan Semende terdapat pada tabel 7, untuk Hari Hujan dan Curah Hujan perbulan perkecamatan terdapat pada

Lampiran 21 :

Tabel 7. Jumlah Curah Hujan Dan Hari Hujan Perbulan di Kawasan Semende Tahun 2011 – 2014. Tahun Kecamatan Curah Hujan (mm) Hari Hujan (Hari) Rata-Rata Curah Hujan (mm) Rata-Rata Hari Hujan (Hr) 2011 SDU 2.122 152 176,83 12,7 SDT 1.820 145 160,00 12,1 SDL 2.014 144 167,83 12,01 2012 SDU 1.915 183 159,58 15,3 SDT 1.805 158 150,40 13,2 SDL 1.954 164 162,83 13,5 2013 SDU 2.331 215 194,25 17,9 SDT 2.384 196 198,67 16,3 SDL 2.309 201 192,42 16,7 2014* SDU 1.295 154 107,92 12,6 SDT 1.291 145 107,58 12,0 SDL 969 124 80,75 10,3

Sumber : Diolah dari Muara Enim Dalam Angka 2013 dan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura *Data sampai dengan bulan Oktober 2014.

(27)

16 Kabupaten Muara Enim mempunyai areal konservasi air berupa areal hutan yang berada di deretan pegunungan Bukit Barisan yang berfungsi sebagai penyangga sumberdaya alam dan sumberdaya air bagi wilayah pemukiman dan pertanian sehingga tercipta suatu keseimbangan hidrologis. Adanya keseimbangan hidrologis ini sangat mendukung terciptanya agroklimat bagi pengembangan komoditi perkebunan. Luas areal kawasan yang merupakan areal konservasi dapat dilihat dari data tataguna lahan bukan sawah yang dirinci menurut penggunaannya seperti tabel 8 berikut.

Tabel 8. Luas Lahan Bukan Sawah Dirinci Menurut Penggunaannya di Kawasan Semende Tahun 2012 (Ha). Kecamatan Bangunan (ha) Tegal/Huma/Kebun Ladang Hutan Negara SDL 1.050 400 15.791 SDU 1.010 1.200 26.775 SDT 1.587 460 23.837

Sumber : Diolah dari Muara Enim Dalam Angka 2013

Berdasarkan hasil kajian Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia pada tahun 2013, kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman kopi di Kabupaten Muara Enim dikelompokkan berdasarkan kelerengan lahan dimana kelerengan sampai 45% adalah sesuai dan besar dari 45% adalah tidak sesuai. Disamping itu kesesuaian lahan ini juga dikelompokkan berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut yakni kecil dari 1000 m dpl sesuai untuk kopi Robusta .

Berdasarkan klasifikasi di atas maka potensi lahan sesuai untuk tanaman kopi di 3 kecamatan Sertifikasi Indikasi Georafis adalah sebagai berikut :

1. Kecamatan Semende Darat Laut dengan lahan sesuai adalah 23.751 hektar dan existing 10.359 hektar dengan luas cadangan 13.392 hektar

2. Kecamatan Semende Darat Tengah dengan lahan sesuai adalah 16.885 hektar dan existing 2.543 hektar dengan luas cadangan 14.342 hektar

3. Kecamatan Semende Darat Ulu dengan lahan sesuai adalah 30.788 hektar dan existing adalah 2.589 hektar dengan luas cadangan 28.199 hektar

Hasil analisis kesuburan tanah dari sampel tanah yang diambil di beberapa sentra produksi kopi 3 kecamatan lokasi sertifikasi Indikasi Geografis (IG). Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan bahan organik (ditunjukkan dengan unsur karbon/C) dan Nitrogen (N) bervariasi dari rendah hingga tinggi. Tanah dengan kandungan bahan organik dan nitrogen cukup/sedang hingga tinggi umumnya terdapat pada areal dengan jenis tanah andosol yang sebagian besar terletak di Kecamatan Semende Darat Laut, Semende Darat

(28)

17 Tengah dan Semende Darat Ulu. Kandungan hara fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) serta kemasaman tanah (pH) umumnya rendah. Namun demikian pada lokasi binaan yang diperlakukan dengan pemupukan standar, kandungan hara di dalam tanah cederung dan sesuai untuk budidaya tanaman kopi yang disertai dengan perlakuan budidaya. Analisis tanah untuk masing-masing kecamatan seperti pada tabel 9 – tabel 11.

Tabel 9. Hasil Analisis Tanah, Interpretasi dan Rekomendasi Pupuk di Kecamatan Semende Darat Laut.

Lokasi C N P2O5 Bray I ppm Ekstrak NH4-OAC.1 M pH 7 pH H2O Walkley & Blac Kjeldahl K Ca Mg % C mol + / Kg A. Hasil Analisis Pulau Panggung Babatan Penyandingan Tanah Abang Perapau Muara Danau

Pulau Panggung (Kodim) Karya Nyata* 2,92 2,73 3,02 2,85 4,36 2,16 6,29 4,81 0,24 0,33 0,23 0,24 0,37 0,22 0,51 0,35 3 2 3 3 6 20 9 - 0,28 0,32 0,21 0,26 0,45 0,64 0,52 0,70 2,25 0,66 2,08 0,44 0,77 0,65 0,62 2,30 0,64 0,18 0,76 0,16 0,25 0,34 0,23 0,55 4,4 4,4 4,5 4,6 4,2 4,0 4,1 4,2 B. Interpretasi Pulau Panggung Babatan Penyandingan Tanah Abang Perapau Muara Danau

Pulau Panggung (Kodim) Karya Nyata* S S T S T S T T R S R R S R T S R R R R R R R - R R R R R S S S R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R C. Rekomendasi Pemupukan Tunggal Pupuk Organik (Kg/Ph/Th) Urea SP36 KCl Dolomit (gram/Pohon/tahun)

Kec. Semende Darat Laut 0 410 280 300 1000

D. Rekomendasi Pemupukan

Perpaduan Tunggal & Majemuk

Pupuk Organik

(Kg/Ph/Th)

Urea NPK 15-15-15 KCl Dolomit

(gram/Pohon/tahun)

Kec. Semende Darat Laut 0 190 680 130 1000

Keterangan : T = Tinggi ; S = Sedang; R = Rendah * = Analisis Tahun 2014

Tabel 10. Hasil Analisis Tanah, Interpretasi dan Rekomendasi Pupuk di Kecamatan Semende Darat Ulu.

Lokasi C N P2O5 Bray I ppm Ekstrak NH4-OAC.1 M pH 7 pH H2O Walkley & Blac Kjeldahl K Ca Mg % C mol + / Kg A. Hasil Analisis Cahaya Alam Datar Lebar Tanjung Agung Segamit * 6,82 3,92 3,19 3,02 0,56 0,31 0,20 0,40 3 6 2 - 0,32 0,22 0,21 0,83 0,52 1,01 0,85 2,93 0,20 0,15 0,14 0,46 4,6 4,8 4,5 4,7 B. Interpretasi Cahaya Alam Datar Lebar Tanjung Agung Segamit T T T T T S R T R R R - R R R T R R R S R R R R R R R R

(29)

18 C. Rekomendasi Pemupukan Tunggal Pupuk Organik (Kg/Ph/Th) Urea SP36 KCl Dolomit (gram/Pohon/tahun)

Kec. Semende Darat Ulu 0 300 300 400 1000

D. Rekomendasi Pemupukan

Perpaduan Tunggal & Majemuk

Pupuk Organik

(Kg/Ph/Th)

Urea NPK 15-15-15 KCl Dolomit

(gram/Pohon/tahun)

Kec. Semende Darat Ulu 0 60 720 220 1000

Tabel 11. Hasil Analisis Tanah, Interpretasi dan Rekomendasi Pupuk di Kecamatan Semende Darat Tengah.

Lokasi C N P2O5 Bray I ppm Ekstrak NH4-OAC.1 M pH 7 pH H2O Walkley & Blac Kjeldahl K Ca Mg % C mol + / Kg A. Hasil Analisis Gunung Agung Rekimai Jaya Kota Padang Swarnadwipa Tenan Bungkuk* 7,36 5,29 9,18 5,93 4,12 0,54 0,56 0,61 0,57 0,43 4 7 23 9 - 0,40 0,67 0,45 0,53 0,39 0,64 4,44 3,86 3,83 2,68 0,12 1,00 0,30 0,93 0,57 4,7 5,0 4,8 4,4 4,5 B. Interpretasi Gunung Agung Rekimai Jaya Kota Padang Swarnadwipa Tenan Bungkuk* T T T T T T T T T T R R R R - R S R S R R R R R R R R R R R R R R R R C. Rekomendasi Pemupukan Tunggal Pupuk Organik (Kg/Ph/Th) Urea SP36 KCl Dolomit (gram/Pohon/tahun) Kec. Semende Darat

Tengah

0 150 240 200 1000

D. Rekomendasi Pemupukan

Perpaduan Tunggal & Majemuk

Pupuk Organik

(Kg/Ph/Th)

Urea NPK 15-15-15 KCl Dolomit

(gram/Pohon/tahun)

Kec. Semende Darat Tengah 0 0 580 60 1000

Keterangan : T = Tinggi ; S = Sedang; R = Rendah

Selain kesuburan pengamatan juga dilakukan untuk kedalaman efektif tanah (solum). Secara umum tanah di sentra kopi di 3 kecamatan sertifikasi IG cukup dalam yakni 100 cm. Hal ini menunjukkan bahwa lahan yang ada cocok untuk menopang pertumbuhan perkembangan perakaran kopi sehingga tanaman kopi dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Hasil analisis tanah yang dilakukan pada tahun 2014 oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao sepeti pada Lampiran 17.

3.5.2 Faktor Manusia

Faktor manusia memiliki pengaruh yang cukup penting dalam menentukan kerberhasilan pengembangan perkebunan kopi rakyat di kawasan Semende. Karakteristik dan perilaku petani mempengaruhi pola pikir petani dalam pengambilan keputusan terkait dengan kegiatan usahatani. Diantara karakteristik yang melekat dalam diri petani meliputi umur, tingkat pendidikan, pengetahuan berusahatani kopi dan lamanya berusahatani kopi.

(30)

19 Karakteristik tersebut mempengaruhi petani dalam penyerapan inovasi maupun teknologi dalam pengembangan usahatani.

Pada awalnya sistim pengembangan perkebunan kopi di kawasan Semende mengikuti pola perladangan berpindah (shifting cultivation) dan merupakan suatu sistem yang dibangun berdasarkan pengalaman masyarakat dalam mengolah lahan dan tanah yang dipraktekan secara turun menurun. Pemeliharaan kebun cenderung dilakukan hanya sampai pada produksi puncak atau yang dikenal dengan “mukul agung” dan setelah melewati

masa ini petani akan membuka lahan baru untuk berusahatani kopi.

Pola budidaya secara berpindah semakin berkurang dilakukan petani dan petani berupaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang sudah ada. Hal ini disebabkan oleh semakin terbatasnya akses masyarakat terhadap pembukaan lahan baru dan adanya kawasan hutan lindung serta pertumbuhan jumlah penduduk. Kondisi jumlah penduduk di kawasan semende seperti pada tabel 12.

Tabel 12. Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kawasan Semende Tahun 2012

Kecamatan

Luas Daerah (Km2)

Jumlah Penduduk Kepadatan

SDL 274,75 13.079 48

SDU 466,6 16.088 34

SDT 419,93 9.868 23

Sumber : Diolah dari Muara Enim Dalam Angka 2013

Curahan tenaga kerja keluarga petani di kawasan Semende umumnya adalah untuk usaha budidaya padi maupun kopi. Penggunaan tenaga kerja diluar keluarga atau sewa hanya dilakukan pada saat panen agung. Secara umum penduduk di Kabupaten Muara Enim berada pada usia produktif bekerja umur 15 – 64 tahun yakni kurang lebih 64% dari jumlah penduduk Muara Enim. Tingginya proporsi penduduk usia produktif ini menggambarkan besarnya potensi tenaga kerja.

Semakin terbukanya Kawasan Semende dan seiring dengan perkembangan teknologi dan akses informasi, maka proses adopsi terhadap adanya inovasi baru semakin mudah diterima. Hal ini seiring dengan meningkatnya pendidikan masyarakat dan mudahnya akses masyarakat terhadap pendidikan. Proses transfer teknologi dan inovasi dalam budidaya dan pascapanen kopi dilakukan secara berkelompok. Petani kopi umunya telah bergabung dalam kelompok tani yang beranggotakan 20 – 30 orang. Di dalam kelompok tani umunya diberikan kegiatan pembinaan oleh para penyuluh pertanian, perkebunan dan kehutanan. Disamping pembinaan dari aparat pemerintah, pembinaan

(31)

20 kelompok tani juga dilakukan oleh pihak swasta yakni eksportir kopi PT. Indo Cafco dan Mondelez yang turut membantu petani dalam teknis budidaya dan pembinaan mutu kopi.

Perkembangan kelompok tani ini juga tidak terlepas dari adanya upaya Dinas Perkebunan Provinsi dan Kabupaten untuk meningkatkan produktivitas dan mutu hasil kopi dengan memberikan berbagai bantuan alat pengolahan dan kebun entres. Bantuan ini akan tetap terus diupayakan pemerintah dalam upaya percepatan pelaksanaan program.

Keberhasilan dan perkembangan sertifikasi Indikasi Georafis Kopi Semendo tidak terlepas dari faktor sumberdaya manusia yang ada di Masyarakat Peduli Indikasi Geografis (MPIG) Apit Jurai, kelompok tani dan anggota dalam proses adopsi informasi baru baik itu terkait aspek budidaya, aspek pascapanen, aspek sistim manajemen mutu dan pemasaran. Oleh karenanya disadari oleh MPIG bahwa dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan ke tingkat kelompok dan anggota serta membangun komitmen para anggota kelompok dalam melaksanakan ketentuan yang diatur dalam Buku Persyaratan IG menjadi salah satu variable kunci yang menentukan keberlangsungan sertifikasi IG Kopi Robusta Semendo.

3.6. Peta Batasan Kawasan

Batasan kawasan produksi Kopi Robusta Semendo yang telah disahkan oleh Buapati Muara Enim sebagai tesebuat pada Gambar 5. Kawasan produksi tersebut dibatasi oleh ketinggian temapat, yaitu paling rendah 600 m d.p.l. dan yang tertinggi 1.800 m d.p.l. Secara administratif kawasan tersebut meliputi tiga kecamatan yaitu Kecamatan Semende Darat Laut, Semende Darat Ulu dan Semende Darat Tengah. Berdasarkan jenis produk yang dihasilkan dan tahapan produksi maka dapat dibedakan beberapa kawasan sebagai berikut:

1. Kawasan Produksi Gelondong Merah (red cherry)

Kawasan produksi gelondong merah kopi Robusta terdapat di Kecamatan Semende Darat Laut, Semende Darat Tengah dan Semende Darat Ulu dengan ketinggian tempat pada kisaran 600 – 1800 meter dari permukaan laut.

2. Kawasan Produksi Kopi Biji (green bean)

Produksi kopi biji Robusta dilaksanakan di dalam kawasan IG ditingkat kelompok tani atau UPH yang tersedia alat pengolahan secara kering. Sebelum dilakukan pengolahan kopi biji dilakukan sortasi gelondong merah untuk tetap dapat mempertahankan mutu biji.

(32)

21 3. Kawasan Produksi Kopi Bubuk (ground coffee)

Produksi kopi bubuk dilaksanakan di dalam dan di luar kawasan Indikasi Geografis dengan bahan baku sepenuhnya adalah kopi biji Robusta Semendo. Proses produksi kopi bubuk yang dilaksanakan di luar kawasan harus atas izin dari MPIG Apit Jurai. 4. Kawasan Pemasaran

Pemasaran kopi biji maupun kopi bubuk jenis Robusta dilaksanakan di dalam dan di luar kawasan IG yang di koordinasikan oleh kelembagaan MPIG Apit Jurai dimana setiap produksi Kopi Robusta Semendo yang telah diproduksi disertai dengan kode keterunutan yang jelas sehingga dapat teridentifikasi sumbernya.

Gambar 4. Peta Batas Wilayah Produksi Kopi Robusta Semendo Di Kabupaten Muara Enim.

(33)

22

3.7 Sejarah Kopi Semendo

Mencoba melihat asal usul kopi dari sudut pandang sejarah bukanlah perkara mudah. Asal usul kopi masih bertaut dengan cerita rakyat yang tentu saja belum terbukti kebenarannya. Walaupun demikian, kisah terdahulu tentang kopi setidaknya bisa ditelusuri dari cerita rakyat tersebut sehingga bisa diduga kemunculannya. Dugaan tersebut menyebutkan jenis kopi yang pertama kali dikenal adalah kopi Arabika berasal dari Ethiopia sekitar tahun 800 Sebelum Masehi.

Indonesia adalah tempat pertama kali kopi dibudidayakan secara luas di luar jazirah Arabia dan Ethiopia hingga akhirnya VOC mampu memonopoli perdagangan kopi dari tahun 1725 sampai 1780 yang pada waktu itu dikenal dengan Java Koffie. Ketika pemerintah Hindia Belanda memegang kekuasaan pada awal abad ke 19 kopi tetap menjadi komoditi penting yang terus dikembangkan.

Setelah masa penurunan produktivitas kopi di Jawa akibat eksplosi penyakit karat daun, secara drastis produksi kopi Arabika mengalami penurunan. Walaupun demikian, penanaman kopi sudah menyebar ke luar pulau Jawa. Di Manado kopi sudah dikembangkan sejak jaman VOC, sementara di pulau Sumatera terutama Sumatera Selatan dan Tengah kopi Arabika diperkenalkan melalui perkebunan rakyat melalui sistim tanam paksa namun mengalami kegagalan. Dari titik inilah kopi di wilayah Sumatera salah satunya Sumatera Selatan masuk dan dibudidayakan ke wilayah Ogan Komering Ulu, Pagar Alam dan Semende.

Kopi masuk wilayah Semende sebelum Indonesia merdeka melalui wilayah Pagar Alam. Daerah yang berbatasan langsung adalah Marcawang Pagar Alam dan daerah Rantau Dadap Semende. Kopi dibawa dan dikembangkan oleh penduduk lokal dengan cara tradisional yaitu mengambil bibit kopi dari dalam hutan yang tumbuh dari sisa kotoran pemakan biji kopi seperti kelelawar dan luwak. Disamping itu banyak penduduk Semende yang tinggal dan memiliki kebun di daerah Pagar Alam sehingga kopi kemudian juga dikembangkan di daerah Semende. Jenis kopi yang ditanam oleh petani Semende adalah kopi padang yang merupakan jenis kopi Arabika. Pengalaman petani yang menanam kopi Arabika dengan buah yang tidak begitu lebat sehingga petani menanam kopi jenis gerudak yang dikenal dengan kopi Robusta yang hasilnya lebih baik.

Pada awalnya budidaya kopi di Semende masih sangat terbatas oleh karena budidaya kopi hanya merupakan tanaman sampingan selain dari tanaman padi yang merupakan tanaman pokok warga Semende. Pada awalnya pengolahan hasil sangat

(34)

23 sederhana yakni dengan cara buah dipetik merah, dijemur dan ditumbuk dengan menggunakan alu dan lesung sampai terpisah antara kulit manisnya dengan kulit tanduk dan kemudian dicuci dan jemur dengan menggunakan alas yang dikenal dengan nama

andas yang terbuat dari anyaman daun bengkuang. Keadaan curah hujan pada saat itu

masih sangat tinggi dan intensitas cahaya matahari masih sangat sedikit, namun demikian kualitas cita rasa kopi di kawasan Semende masih sangat baik dan untuk kebutuhan konsumsi sendiri atau sebagai alat tukar dengan bahan kebutuhan pokok lainnya.

Pada tahun 1960 petani di kawasan Semende sudah mulai membudidayakan kopi secara luas dan menjadi komoditas utama sebagai sumber pendapatan petani seiring dengan semakin terbukanya kawasan Semende. Pada tahun 1980/1981 pemerintah memulai Proyek Peremajaan, Rehabilitasi dan Perluasan Tanaman Ekspor (PRPTE) dan pada saat itu dikembangkan jenis Arabika (benihnya dari Timur Timur) seluas 63 hektar dan pada tahun berikutnya mulai dikembangkan jenis kopi Robusta. Pada tahun 1986 Gubernur Sumatera Selatan memberikan bantuan bibit kopi yang dikenal dengan jenis Cik Ari dan kopi Arabika jenis Kartika 1 dengan asal pembibitan dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakoa Indonesia di Jember.

Fluktuasi harga kopi di pasar dunia turut mempengaruhi harga kopi di tingkat petani, namun demikian petani umumnya masih tetap mempertahankan komoditi kopi sebagai mata pencarian. Seiring dengan meningkatnya permintaan ekspor kopi dari pasar dunia, kawasan Semende merupakan salah satu target untuk memperoleh biji kopi kualitas ekspor. Petani umumnya memperdagangkan kopi melalui pedagang pengumpul tingkat desa, tingkat kecamatan dan dijual ke eksportir melalui Provinsi Lampung. Adapun jenis kopi yang banyak ditanam oleh petani saat ini adalah jenia Robusta.

Kualitas biji kopi yang diperdagangkan oleh petani berbeda dengan kualitas biji kopi yang dipergunakan untuk pengolahan bubuk Kopi Semendo yang umumnya adalah dari petik merah. Kondisi ini menyebabkan tidak selamanya mutu kopi yang diperdagangkan sesuai dengan kriteria mutu biji kopi untuk diekspor.

Dari potensi pengembangan komoditi kopi di kawasan Semende dan terdapatnya kekhasan citarasa kopi dari kawasan ini telah menarik minat investor untuk menjadi mitra petani dalam budidaya kopi. PT Indo Cafco merupakan perusahan eksportir kopi yang menjalin hubungan kemitraan dengan masyarakat Semende dengan melakukan pendampingan kepada petani terkait aspek budidaya dan pemenuhan standar mutu biji

(35)

24 kopi. Disamping itu PT Indo Cafco menghargai kopi petani sesuai dengan kualitas berdasarkan pengujian mutu yang telah di tetapkan. Dengan demikian dapat memacu semangat petani untuk tetap dapat meningkatkan mutu kopi.

3.8 Adat Istiadat dan Budaya Menanam Kopi Masyarakat Semende

Dari hasil Peneliti Adat Istiadat Masyarakat Semende yang ditulis dalam penelitian Hutapea dan Thamrin (2008) dijelaskan bahwa, Kata Semende mempunyai beberapa pengertian diantaranya :

1. Berasal dari kata ‘same’ dan ‘nde’ dimana same berarti sama dan nde berarti milik, sehingga bermakna sama memiliki/ sama kedudukan antara laki-laki dan perempuan baik dalam individu maupun dalam arti jurai.

2. Berasal dari ‘se’-‘man’-‘nde’ artinya rumah kesatuan milik bersama (rumah yang ditunggu oleh anak tunggu tubang) dimana rumah ini adalah tempat berkumpulnya sanak keluarga sewaktu berziarah ke puyang, hari-hari besar serta acara keluarga.

Dalam masyarakat Semende masih terdapatnya kearifan lokal yang melekat pada masyarakat yakni adat “Tunggu Tubang”. Menurut Hutapea dan Thamrin (2008) Tunggu Tubang merupakan suatu bentuk kearifan lokal dimana anak perempuan tertua merupakan pewaris dari harta turun temurun berupa lahan, rumah dan diberikan wewenang untuk dapat berperan dalam usahatani dalam menghidupi orang tua dan keluarga inti. Namun harta tersebut tidak boleh diperjualbelikan dan diwariskan ke generasi berikutnya. Kearifan lokal

Tunggu Tubang merupakan suatu contoh tatanan yang dapat mempertahankan eksistensi

dalam mengelola sumberdaya lahan dan mencegah terjadinya fragmentasi tanah sehingga dapat menopang ketahanan pangan di daerah dan produksi pertanian lainnya.

Selain tunggu tubang terdapat kearifan lokal terhadap budidaya Kopi Semendo, aturan adat yang dititipkan leluhur/ nenek moyang (larangan/pantangan) masyarakat Semende seperti :

- Tidak membuka lahan untuk tanam kopi di atas mata air (di hulu mata air).

- Tidak membuka lahan/ kebun di antara dua mata air atau ujung tanjung (atau tanah santak baungan).

- Tanah rawah yang terdapat dipinggir kebun harus ditanam tanaman anyaman seperti pugrhon dan rumbai. Sebagai bahan pembuat tikar/adas untuk penjemuran kopi.

(36)

25 - Untuk tanaman naungan kebun kopi biasanya masyarakat Semende menanam

pembayang seperti : cengkering/dadap, nangka, jengkol, dan durian.

Kehidupan masyarakat Semende kesehariannya juga tidak terlepas dari adat istiadat seperti tergambar dalam lambang adat yang terdiri dari 5 (lima) simbol yakni;

1. Kujur/ tombak (kejujuran dalam bahasa Semende disebut kujur) yang bermakna bahwa masyarakat Semende dalam kesehariannya harus cepat tanggap pada setiap permasalahan yang diperintahkan oleh maraje (pelidung tunggu tubang) dan tidak membantah dan segera dilaksanakan.

2. Kampak yang terdiri dari dua sisi melambangkan bahwa masyarakat Semende melihat perlakuan yang sama antara pihak keluarga laki-laki dan keluarga perempuan dalam membina jurai, mampu menyelesaikan masalah dalam keluarga dengan seadil-adilnya.

3. Jala/ jale penangkap ikan secara filosofis melambangkan persatuan dan kesatuan masyarakat / keluarga yang dinamakan jurai yang dikomandoi oleh meraje.

4. Tebat/ kolam melambangkan kepribadian tunggu tubang yang tetap sabar dan tetap konsisten menghadapi persoalan di dalam jurai.

5. Guci sebagai tempat menyimpan makanan untuk persiapan dan diperlukan ketika ada tamu. Hal ini melambangkan bahwa tunggu tubang bersifat hemat dan bila ada jurai yang bertandang dapatlah di jamu dan merupakan aib kalau tidak dapat dijamu.

Masyarakat Semende pada umumnya adalah petani padi dan kopi. Dalam bertanam kopi, masyarakat Semende telah diwariskan secara turun temurun dan masih menjadi cerminan perilaku masyarakat setempat. Di antara budaya tersebut adalah sebagai berikut :

1. Cakae Lahan ( Mencari Lahan)

Dalam budaya Semende menentukan lokasi dan keadaan lahan dalam berkebun kopi adalah hal pertama yang sangat penting. Ada beberapa prinsip yang dipegang masyarakat Semende dalam membuat kebun kopi antara lain :

- Hu Libae (membuat kebun yang lebar) - Hu Siang (membuat kebun yang bersih) - Hu Lebah (tanah yang subur)

- Hu Jambangan (bibit pilihan yang bagus)

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih lahan yang akan dijadikan lokasi kebun, diantaranya :

(37)

26 - Tanah berhembang yaitu kondisi tanah yang subur terletak pada daerah cekungan yang banyak mengandung lapisan humus serta dekat dengan sumber air.

- Menghadap matahari hidup yaitu kondisi lahan yang menghadap ke arah matahari terbit sehingga lahan tersebut banyak mendapatkan sinar matahari pagi yang sangat bermanfaat untuk tanaman kopi.

- Terletak di tumutan tujuh yaitu lahan terletak di antara tujuh bidang kebun yang lainnya. Dengan pemilihan lahan yang baik diharapkan akan memperoleh hasil yang baik.

2. Nebas Nebang (Membuka Lahan)

Setelah memperoleh lahan yang dirasa cocok maka hal selanjutnya akan dilakukan adalah membuka lahan atau yang dalam bahasa Semende disebut Nebas Nebang. Sebelum melakukan kegiatan ini diawali dengan ritual berdoa kepada Allah SWT dengan mengambil segenggam tanah kemudian didoakan dimulai dengan membaca surat Al-Fatihah yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabat, kepada sembilan wali dan leluhur serta meminta izin kepada penunggu daerah setempat. Dalam ritual ini disertai dengan menyajikan bubou (bubur) 9 yang terbuat dari tepung beras yang diletakkan dalam 9 tempilungan (wadah) dari daun pisang kemudian diletakkan di atas kighang (anyaman bilah-bilah). Kemudian dilanjutkan dengan menghidupkan api kecil dengan bahan bakar kayu-kayuan kecil dan ranting serta dedaunan kering. Di atas bagian tengah api diletakkan dua bilah akar dengan posisi bersilangan yang menunjukan 4 penjuru mata angin dengan tujuan agar semua binatang buas dan makhluk yang tidak kasad mata pergi ke empat penjuru mata angin dan tidak mengganggu proses pembukaan lahan dan pembuatan kebun. Setelah semua ritual dilakukan barulah dimulai penebasan yang biasanya dilakukan pada hitungan awal bulan. Penebasan pertama diawali dengan membali yaitu menebas lahan awal dengan lebar 2 x 2 meter persegi dan seterusnya dilanjutkan dengan penebasan seluruh lahan. Setelah selesai penebasan, lahan dibiarkan beberapa waktu atau biasa disebut dengan ampae ghebe yaitu mengeringkan pohon dan semak-semak yang telah di tebas sambil menunggu waktu pembakaran yang biasa dilakukan setelah hitungan bulan ke empat dalam mata tahun. Selanjutnya dilanjutkan dengan pembersihan lahan dari sisa pembakaran dan akar-akar pohon yang menutupi permukaan tanah (ngekas).

(38)

27 3. Penanaman

Selanjutnya setelah lahan siap dan telah dilakukan pembersihan dilakukan persiapan penanaman sebagai berikut :

- Menyiapkan benih untuk membuat bibit yang akan ditanam. Biasanya diambil dari pohon kopi yang sudah panen raya dan memiliki buah paling lebat dan bijinya paling menonjol dari dahan dan paling banyak gugusan buahnya. Gugus yang diambil adalah gugus tengah yang berbuah lebat. Buah yang di pilih adalah yang berbiji dua sedangkan yang berbiji satu diyakini masyarakat tidak dapat berbuah. Biji tersebut dipisahkan dari kulit manisnya lalu dicuci dan direndam dan dilanjutkan dengan penyemaian. Penyemaian dilakukan langsung di tanah bedengan yang gambur dan diberikan pupuk kandang dengan diberi atap dari daun pisang atau daun ilalang maupun daun aren dengan ketinggian 50 cm.

- Menyiapkan lobang tanam dengan cara ditugal. Tugal yang digunakan khusus menggunakan kayu selului yaitu pohon kayu yang memiliki buah yang sangat lebat sampai ke pangkal batang pohon dengan harapan nantinya kopi dapat berbuah lebat.

- Setelah semuanya siap baru dilakukan penanaman. Pada saat penanaman ada beberapa ritual yang dilakukan yaitu penanaman pertama dilakukan dengan menanam 7 batang bibit yang dilapisi (lapek) dengan uang yang diperoleh dari uang syukuran pergi haji, syukuran melumpatkah mubungan ghumah, atau prosesi mandikan kupik (memandikan bayi yang baru lepas tali pusarnya). Penanaman sambil berdoa “ ya Allah lebatkanlah buah kawe ku ini, luk lebat buah kayu selului ini”. Kemudian penanaman dilanjutkan sampai selesai dan tidak boleh ada jeda hari sampai penanaman selesai.

4. Panen

Waktu yang paling ditunggu petani kopi adalah saatnya panen, pada tahap pertama panen kopi tidak langsung banyak biasanya hanya beberapa pohon. Hasil panen kopi pertama hanya dioalah menjadi biji kopi dan tidak boleh diolah menjadi kopi bubuk. Hasil penjualan biji kopi yang pertama kali ini harus dibelikan jarum atau peniti dengan makna hasil kopi nantinya dapat melekat (dapat bermanfaat menjadi sesuatu yang berwujud, misalnya membuat rumah atau pergi haji).

(39)

28 5. Budaya masyarakat Semende minum kopi, suku Semende dalam penyajian kopi untuk dikaitkan lantar belakang adat yang berdasarkan keagamaan (islam) kesehajaan dan perilaku sopan santun serta gontong royong (bebiye) dalam pengolahan kopi bubuk contohnya :

a. Bila salah satu keluarga yang akan mengadakan persedekaan, pernikaan, hajatan, biasanya kopi kiroh/sangrai ditumbuk oleh muda mudi dilesung panjang mate due (berlobang dua) secara berpasang pasangan antara muda mudi teman calon pengantin pria dan wanita secara bergantian yang bertujuan menghibur kedua mempelai dan mengeratkan siraturahmi.

b. Tradisi dalam menerima tamu/bertamu sajian utama masyarakat Semende adalah menyuguhkan minuman kopi hangat. Pada zaman dahulu sebelum ada peralatan rumah tangga seperti cangkir dan gelas kopi disajikan memakai potongan bambu muda dengan maksud mendapatkan aroma yang lebih nikmat dan tentunya lebih praktis.

3.9. Dampak Produk Kopi IG

Upaya Masyarakat Peduli Indikasi Geografis (MPIG) Apit Jurai untuk memperoleh perlindungan Indikasi Geografis Kopi Semendo memberikan pengaruh yang cukup signifikan pada pola dan perilaku budidaya dan pengolahan kopi di kawasan Semende. Hal ini dapat dilihat dari upaya masyarakat untuk tetap selalu meningkatkan produktivitas kebun kopi melalui praktek budidaya sesuai anjuran dan upaya masyarakat untuk tetap selalu memilihara mutu biji kopi olahan melalui metode pengolahan yang di anjurkan.

Dampak dari diterbitkannya sertifikat Indikasi Geografis ini nantinya tentu diharapkan akan lebih menyadarkan masyarakat tentang pentingnya mempertahankan mutu biji kopi agar memperoleh kepercayaan dari konsumen serta dapat diperolehnya harga yang layak. Dengan demikian akan timbul upaya dari masyarakat di kawasan Semende untuk menerapkan langkah-langkah peningkatan mutu yang meliputi aspek berikut :

- Mengevaluasi setiap tahapan proses baik budidaya maupun pengolahan dan membandingkan kinerja aktual dengan standar dalam buku persyaratan melalui pengawasan;

- Mengambil tindakan koreksi terhadap adanya penyimpangan proses budidaya dan pengolahan;

Gambar

Gambar 1.  Kartu Anggota MPIG Apit Jurai  2.2.  Keanggotaan
Tabel 1.  Standar Umum Kualitas Biji Kopi
Tabel 4. Syarat Mutu Kopi Robusta Berdasarkan Jumlah Nilai Cacat
Tabel  6.  Hasil  Pengujian  Mutu  Biji  Kopi  Robusta  Lokal  Desa  Segamit  Kecamatan  Semende Darat Tengah dan Desa Perapau Kecamatan Semende Darat Laut
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sementara itu, terkait dengan uraian yang harus diisi dalam Buku Persyaratan, Pasal 6 Ayat (3) Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2007 tentang Indikasi Geografis

Wilayah Indikasi Geografis (IG) kopi Gayo yang sesuai dengan kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan budidaya di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Menindaklanjuti permohonan Indikasi Geografis (IG) Pala Tomandin Fakfak yang diajukan oleh Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Pala Tomandin Fakfak (MPIG-PTF),

Wilayah Indikasi Geografis (IG) kopi Gayo yang sesuai dengan kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan budidaya di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Wilayah Indikasi Geografis (IG) kopi Gayo yang sesuai dengan kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan budidaya di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

sudah terpenuhi, maka bersama ini Tim Ahli Indikasi Geografis mengusulkan agar permohonan Indikasi Geografis Kopi Arabika Sumatera Koerintji dapat diumumkan pada

Analisis mutu fisik dan citarasa yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember tahun 2015, diperoleh hasil uji fisik Kopi Robusta Pinogu

Mengingat Kopi Liberika Rangsang Meranti telah memiliki reputasi baik di pasar domestik maupun Internasional, maka MPKLRM bertekad untuk menjaga mutu prima Kopi