• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU PERSYARATAN INDIKASI GEOGRAFIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BUKU PERSYARATAN INDIKASI GEOGRAFIS"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU PERSYARATAN INDIKASI GEOGRAFIS

MASYARAKAT PERLIDUNGAN KOPI GAYO (MPKG) Jl. Sentosa No. 29 Takengon, Aceh Tengah,

Propinsi Aceh

Buku persyaratan ini merupakan bagian yang tidak terpisah dengan Sertifikat IG No. ID G 000 000 005

(2)
(3)

I

KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kepada ALLAH SWT karena dengan rahmat dan hidayahNYA maka penyusunan Buku Persyaratan Indikasi Geografis Kopi Arabika Gayo dapat diselesaikan.

Penyusunan buku ini didorong oleh keinginan luhur masyarakat perkopian dataran Tinggi Gayo, agar masyarakat perkopian mendapat cara yang tepat, praktis, mudah dan benar dalam melaksanakan kegiatannya sehari – hari. Buku persyaratan Indikasi Geografis ini adalah sebagai salah satu syarat utama permohonan pendaftaran perlindungan Indikasi Geografis.

Selanjutnya kami menyampaikan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada Gubernur Propinsi Aceh, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Aceh, Bupati Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues, dan terima kasih sedalam – dalamnya kepada UNDP, BAPPEDA Aceh, APED atas dukungannya sampai tersusunnya buku ini.

Tak lupa dihaturkan banyak terimakasih kepada :

1. Ir. Indra Perwiryanto/ staf APED yang meluangkan banyak pikiran dan tenaga mulai sejak perintisan hingga pendaftaran Indikasi Geografis Kopi Gayo

2. Aditiawarman H OLII, SP. M.Sc./ Penyusun Buku Persyaratan IG kopi Gayo 3. M.Madya Akbar/ APED Project manager dan T. Fadhla (APED) dan seluruh staf

APED Project.

4. Simon Field, Hugh Evan dan T. Budi Hermawan (UNDP).

5. DR. Abubakar Karim untuk data - data tanah dan DR Yusya Abubakar Dewan Pakar.

6. Dr. Ir. Surip Mawardi dan Tim Ahli IG Nasional 7. Saky Septiono, SH., MH selaku kasie IG Dirjen HKI 8. Ir. Juandi untuk informasi pengolahan

9. Abdul Kholiq, SST dalam pembuatan peta

10. Ir. Sadarsyah untuk infomasi mengenai keterunutan

11. Isnawi Gayo, S.S, Hadi Hidayat, SE, Munawarah staf Forum Kopi Aceh dan MPKG

12. Ir. Khalid dan Ir.Amir Hamzah, Kebun Percobaan Gayo ( KPG ) untuk informasi budidaya tanaman

13. Rizwan Husin, SE dan Ir.Rusman 14. Bang Saiful untuk disain sampul buku

Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, yang telah memberi support, saran dan masukan kepada kami sehingga buku ini tampil sempurna. Mudah – mudahan amal sholeh saudara – saudara mendapat balasan dan ridho dari Allah SWT Amin.

Semoga buku ini dapat menjadi pedoman yang bermanfaat bagi para pemangku kepentingan/

masyarakat perkopian di Dataran Tinggi Gayo maupun para pembeli dalam negeri dan luar negeri.

Penyusun menyadari bahwa buku persyaratan Indikasi Geografis adalah dinamis sehingga masih dapat diperbaiki sesuai perkembangan Industri Perkopian di Dataran Tinggi Gayo.

Takengon, 15 Desember 2009

Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (MPKG)

(4)

II

ABSTRACT

Dataran tinggi Gayo memiliki karakteristik alam yang sangat cocok untuk tanaman kopi Arabika. Ketinggiannya lebih dari 900 m dpl dan kebanyakan perkebunan kopi Arabika Gayo berada di ketinggian antara 900 dan 1.700 m dpl, yang merupakan ketinggian yang dianggap ideal untuk pohon-pohon kopi Arabika oleh para ahli kopi.

Di dataran tinggi Gayo terdapat curah hujan 1.834 mm per tahun dengan 149 hari hujan.

Kopi Gayo, telah dikenal di pasar dunia dengan citarasa dan ciri khas aroma, perisa (flavor) kompleks dan kekentalannya (body) yang kuat. Dari praktek perdagangan Internasional beberapa penyangrai tingkat internasional memakai kata Gayo dalam merk dagang, sebagai contoh adalah Pendaftaran “Gayo Mountain Coffee” CTM No.001242965 sebagai merek dagang di Eropa yang berdampak pada adanya pelarangan penggunaan kata Gayo pada perdagangan kopi di Eropa, yang sangat merugikan Indonesia.

Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (MPKG) bermaksud mewujudkan usaha perlindungan Indikasi Geografis (IG) Kopi Arabika Gayo, untuk : (1) mendapatkan perlindungan hukum atas nama produknya, (2) pengakuan atas mutu dan kekhasan produk ini, dan (3) melestarikan tradisi tata cara produksi kopi (adat istiadat) yang telah ada di Dataran Tinggi Gayo. Untuk itu MPKG mengajukan permohonan pendaftaran perlindungan Indikasi Geografis Kopi Arabika Gayo.

Pemberian perlindungan Indikasi Goegrafis kepada Kopi Arabika Gayo bisa dipertimbangkan dengan alasan-alasan sebagai berikut : (1) kopi Arabika Gayo berasal dari kawasan spesifik dengan kisaran ketinggian tempat berkisar antara 900 – 1.700 m dpl (sebagian besar kopi Arabika ditanam pada ketinggian 1.000 – 1.400 m dpl). Ekosistem pertanian di Dataran Tinggi ini sangat cocok untuk kopi Arabika dan sistem pertaniannya homogen yang tersebar di tiga kabupaten.

(5)

III

DAFTAR ISI

Kata Pengantar I

Abstrack II

Daftar Isi III

Daftar Tabel dan Gambar IV

I. PENDAHULUAN 1

II. PEMOHON 5

III. BUKU PERSYARATAN 7

3.1. Nama Indikasi geografis yang dimohonkan 7

3.2. Nama barang yang dilindungi oleh Indikasi geografis 7 3.3. Uraian mengenai karakteristik dan kualitas 7

3.3.1. Sifat fisik biji 8

3.3.2 Kualitas kopi Gayo 8

3.3.3 Profil cita rasa 8

3.4. Uraian mengenai Lingkungan Geografis 9

3.4.1. FaktorAlam 9

1. Topografi 11

2. Curah Hujan 11

3. Suhu dan Kelembaban 12

4. Tanah 12

5. Ringkasan 16

3.4.2. Faktor Manusia 17

3.5. Batasan Kawasan 18

3.5.1. Kawasan produksi gelondong merah dan kopi gabah basah 18 3.5.2. Kawasan penjemuran kopi berkulit tanduk/ gabah basah,

produksi biji kopi/ kopi beras, penyangraian dan produksi

kopi bubuk 20

3.6. Sejarah Adat Istiadat 20

3.6.1. Sejarah 20

3.6.2. Adat-Istiadat 24

1. Produksi oleh organisasi/ lembaga tradisional 24 2. Produksi dan kaitannya dengan budaya setempat 24 3.7. Uraian tentang metode produksi dan pengolahan 25

3.7.1. Metode Produksi 25

1. Lahan dan Persiapan Lahan 25

2. Bahan tanam dan Pembibitan 26

3.7.2. Metode Pengolahan 28

1. Panen 28

2. Pengolahan kopi menjadi kopi gabah dan kopi beras 29

3. Persiapan lot sebelum ekspor 33

3.7.3. Metode Penyangraian dan penjualan eceran 34

(6)

IV

3.8. Uraian metode pengujian kualitas barang dan pengawasan serta

Keterunutan 34

3.8.1. Pengawasan Pertanaman (Budidaya) 34

3.8.2. Pengawasan Pengolahan 35

3.8.3. Keterunutan 36

1. Pendaftaran Anggota 36

2. Panen dan pengolahan 38

3. Merunut urutan lot kopi 39

4. Penjualan dan pembelian kopi IG 39

3.8.4. Pengawasan Mutu dan Kekhasan Kopi Gayo dan Pemberian

sertifikat kepada unit pengolahan 39

1. Pembentukan lot 39

2. Pengawasan keterunutan 40

3. Uji cita rasa 40

4. Hasil Pelatihan 40

3.9. Pelabelan (Labeling) 41

3.9.1. Bungkus dan paket kopi 41

3.9.2. Pemakaian nama Kopi Gayo 42

IV. PENUTUP 44

V. DAFTAR PUSTAKA 45

VI. LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Daftar Beberapa Kelompok Petani (Penghasil Gelondong

Merah/ Gabah ) 48

LAMPIRAN 2 Daftar beberapa Kolektor (Penghasil Gelondong merah

dan Gabah) 55

LAMPIRAN 3 Beberapa Pengolah Kopi Beras 62

LAMPIRAN 4 Hasil analisis ukuran biji kopi 68

LAMPIRAN 5 Diagram cita rasa profil varietas yang direkomendasikan 69

LAMPIRAN 6 Curah hujan 70

LAMPIRAN 7 Sifat-sifat kation tanah dan rata-rata kandungan beberapa unsur mikro di dalam tanah di Dataran Tinggi Gayo

(Karim, 2004) 74

LAMPIRAN 8 Skema Industri Kopi Gayo 80

(7)

V

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Unsur Lingkungan Fisik Dataran Tinggi Gayo ……… 10

Tabel 2. Rata-rata Bulan Basah, Lembab dan Kering di Kawasan Dataran Tinggi Gayo ……… 12 Tabel 3. Rata-rata hasil analisis tekstur, pH, dan beberapa unsur makro tanah di kawasan Dataran Tinggi Gayo ……… 13

Tabel 4 Etape produksi dan proses kopi ………. 18

Tabel 5 Persentase ukuran biji kopi Arabika Gayo mengacu klasifikasi PPKK ………. 68

Tabel 6 Sifat-sifat kation tanah ………... 74

Tabel 7 Rata-rata kandungan beberapa unsur mikro di dalam tanah di Dataran Tinggi Gayo ………. 77

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Peta Propinsi Aceh ……… 1

Gambar 2. Susunan Pengurus Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (MPKG) ……… 6

Gambar 3 Hutan Pinus ……….. 7

Gambar 4 Curah hujan di Dataran Tinggi Gayo pada tahun 2008 (3 kabupaten) ……… 11

Gambar 5: Peta kawasan produksi kopi IG dataran tinggi Gayo …………... 19

Gambar 6. Foto paket kopi Arabika Gayo ………. 23

Gambar 7. Panen ……… 29

Gambar 8. Cara pengolahan gerbus kering di Dataran Tinggi Gayo ……… 31

Gambar 9. Cara pengolahan kopi gerbus basah di Dataran Tinggi Gayo …. 32 Gambar 10. Sistem Keterunutan Gelondong Merah kopi Arabika IG ……… 37

Gambar 11. Logo Kopi Gayo ……….. 42

Gambar 12. Diagram cita rasa profil varietas yang direkomendasikan ……... 69

Gambar 13. Curah hujan dan hari hujan selama periode 1993-2007 di Aceh Tengah ……… 70

Gambar 14. Curah hujan di Aceh Tengah pada tahun 2008 ……….. 71

Gambar 15. Curah hujan di Bener Meriah pada tahun 2008 ………. 72

Gambar 16. Curah hujan di Gayo Lues pada tahun 2008 ……….. 73

Gambar 17. Skema Industri kopi Gayo ……… 80

(8)

1

I. PENDAHULUAN

Dataran Tinggi Gayo adalah daerah yang berada di salah satu bagian punggung pegunungan Bukit Barisan yang membentang sepanjang Pulau Sumatera. Letak Dataran tinggi Gayo adalah di ujung utara pulau Sumatera dan di bagian tengah Provinsi Aceh. Secara administratif Dataran Tinggi Gayo meliputi wilayah Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Gayo Lues.

Tiga kota utamanya sebagari ibukota ketiga kabupaten tersebut adalah Takengon, Simpang Tige Redelong, dan Blangkejeren. Gambar 1 menunjukkan peta daerah administrasi dan wilayah geografis Provinsi Aceh.

Kopi Arabika Gayo (Arabika Gayo Coffee) adalah salah satu komoditi ekspor yang juga diunggulkan oleh Indonesia. Perkebunan Kopi yang telah dikembangkan sejak tahun 1926 ini tumbuh subur hingga saat ini Dataran tinggi Gayo ini memiliki kebun kopi rakyat terluas di Indonesia, yaitu sekitar 90.000 hektar lebih.

Kopi Gayo telah dikenal pasar domestik maupun Internasional. Reputasi sebagai kopi specialty dengan citarasa dan ciri khas aroma dan perisa (flavor) kompleks, light acidity dan kekentalannya (heavy body) yang kuat yakni sensasi rasa kental saat kopi diteguk dan aroma yang menggugah semangat. Namun reputasi sebagai kopi spesial tidak dapat dipasarkan dengan nama asalnya, tetapi dipasarkan dengan nama-nama lain misalnya Sumatra mandailing, sumatra lintong, dan sebagainya.

Praktek perdagangan Internasional beberapa pedagang dan penyangrai tingkat internasional yang memakai kata Gayo dalam merk dagang nya, sebagai contoh adalah Pendaftaran “Gayo Mountain Coffee” CTM No.001242965 sebagai merek dagang di Eropa yang berdampak pada adanya pelarangan penggunaan kata Gayo pada perdagangan kopi di Eropa yang sangat merugikan Indonesia. Dalam hal ini Tampak pada gambar berikut ini, letak Dataran tinggi Gayo, yaitu sebagian dari daerah dengan warna oranye (lebih tinggi dari sekitarnya).

Dataran tinggi Gayo berada di ketinggian 100 m hingga 3.200 m dpl.

Kopi Arabika ditanam hanya pada ketinggian 900 hingga 1.700 m dpl.

Mata pencarian masyarakat Gayo masih pada umumnya adalah bertani yang antara lain adalah kopi, padi, sayur-sayuran, dan tembakau. Kopi Arabika adalah sumber mata pencarian utamanya.

Gambar 1. Peta Propinsi Aceh

(9)

2

hanyalah perusahaan yang memiliki nama dagang Gayo, yang berhak melakukan perdagangan dengan merek dagang Gayo.

Oleh sebab itu pada era pasar global sekarang ini peran perlindungan Indikasi Geografis (IG) dirasa begitu penting, dimana masyarakat produser lokal membutuhkan perlindungan hukum terhadap nama asal produk agar tidak dipergunakan oleh pihak lain untuk melakukan persaingan curang, selain itu Indikasi Geografis memegang peranan penting dalam memberikan daya tarik kepada para konsumen nasional maupun Internasional. Terbukti akhir-akhir ini tuntutan pilihan para konsumen terhadap produk kopi yang akan mereka beli juga makin berkembang. Para konsumen tidak hanya sekedar ingin memenuhi kebutuhan dan keinginan akan produk kopi yang citarasa baik saja, akan tetapi juga mengharapkan adanya jaminan bahwa kopi tersebut diproduksi melalui proses dan cara-cara yang dapat dipertanggungjawabkan serta sistem keterunutan yang dapat dilacak.

Pada era pasar global yang semakin ketat persaingannya pada beberapa dekade belakangan ini, maka peran Indikasi Geografis (IG) diperkirakan dapat melindungi suatu ciri khas produk. Khusus Kopi Arabika Gayo (IG Kopi Arabika Gayo), memegang peranan penting dalam memberikan daya tarik kepada para konsumen lokal, nasional maupun Internasional. Terbukti akhir-akhir ini tuntutan pilihan para konsumen terhadap produk kopi yang akan mereka beli juga makin berkembang.

Para konsumen tidak hanya sekedar ingin memenuhi kebutuhan dan keinginan akan produk kopi yang citarasa baik saja, akan tetapi juga mengharapkan adanya jaminan bahwa kopi tersebut diproduksi melalui proses yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan.

Menilik dari pertimbangan-pertimbangan tersebut, Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (MPKG) bermaksud mewujudkan usaha perlindungan Indikasi Geografis (IG) Kopi Arabika Gayo, untuk : (1) mendapatkan perlindungan hukum atas nama produknya, (2) pengakuan atas mutu dan kekhasan produk ini, dan (3) melestarikan tradisi tata cara produksi kopi (adat istiadat) yang telah ada di Dataran Tinggi Gayo.

Untuk itu MPKG mengajukan permohonan pendaftaran perlindungan Indikasi Geografis Kopi Arabika Gayo.

Pemberian perlindungan Indikasi Goegrafis kepada Kopi Arabika Gayo bisa dipertimbangkan dengan alasan-alasan sebagai berikut : (1) kopi Arabika Gayo berasal dari kawasan spesifik dengan kisaran ketinggian tempat berkisar antara 900 – 1.700 m dpl (sebagian besar kopi Arabika ditanam pada ketinggian 1.000 – 1.400 m dpl). Ekosistem pertanian di Dataran Tinggi ini sangat cocok untuk kopi Arabika dan sistem pertaniannya homogen yang tersebar di tiga kabupaten.

Kawasan ini memiliki udara yang dingin dan kering, rata-rata curah hujan berkisar sekitar 1834 mm per tahun, selama 149 hari dengan rata-rata bulanan 60 - 347 mm.

Curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei dan tertinggi pada bulan Desember.

Bila dihitung nilai Q (tipe iklim) maka daerah ini mempunyai tipe iklim B.

Suhu udara berkisar antara 16 °C sampai 24 °C sepanjang tahun, dan kelembaban nisbi melebihi 80%. Ada perbedaan suhu yang tinggi sekitar 5 °C antara siang dan malam. Selain sebagai areal budidaya kopi Arabika, Dataran Tinggi Gayo juga berfungsi sebagai zona penyangga Ekosistem Leuser. Selain itu hutan pinus yang

(10)

3

tumbuh di dataran ini turut menjaga ekosistem dataran tinggi ini. Dengan adanya tanah vulkanik (Andisol) yang dianggap sangat membantu banyak jenis budidaya tanaman. Daerah ini pada dasarnya merupakan kawasan pertanian dengan budidaya pertanian yang intensif dan ramah lingkungan dengan pola tanam diversifikasi.

Di samping faktor-faktor alam di atas, kopi Arabika Gayo memiliki keunggulan faktor manusia. Kopi Arabika Gayo adalah produk yang memiliki mutu dan reputasi tinggi karena ditanam oleh masyarakat yang memiliki kepedulian atas mutu.

Masyarakat ini tergabung dalam kelembagaan petani tradisional dan profesional (kelembagaan petani di bawah pengolah swasta) yang seluruhnya di naungi oleh lembaga Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (MPKG).

Kopi Arabika Gayo telah meliliki sejarah yang panjang. Sejak dari zaman Belanda dari sebuah Kebun Percobaan di Berendal, nama sebuah desa di Kabupaten Aceh Tengah, yang berkembang hingga ke seluruh pelosok dataran Tinggi Gayo. Dan oleh karena tradisi budidaya lokal tersebut menghasilkan mutu yang tinggi, maka kopi Arabika Gayo mendapatkan reputasi yang tinggi, dan dikenal sebagai salah satu dari origin coffee (kopi asli asal) dan speciality coffee (kopi spesial) di Indonesia.

Petani kopi Gayo secara kontinyu mendapatkan transfer ilmu pengetahuan melalui pelatihan-pelatihan yang bersifat membangun, baik melalui Dinas-dinas terkait maupun dari berbagai lembaga lainnya. Topik-topik yang disuluhkan kepada petani adalah teknik budidaya kopi (pengelolaan secara organik), pengolahan hasil, dan pemasaran, sehingga petani dapat membudidayakan kopi secara mandiri. Sejak tahun 1989, sebuah stasiun penelitian kopi ketika itu dikelola oleh LTA-77, lalu beralih di bawah pengelolaan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember, dan terakhir berada di bawah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh, telah banyak melakukan aktifitas transfer ilmu pengetahuan kepada petani. Saat ini stasiun penelitian tersebut menjadi sebuah Kebun Percobaan (KP) Gayo di bawah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh. Para penyuluh dan berbagai institusi yang menyampaikan topik-topik tersebut disampaikan dengan berbagai cara, termasuk juga melalui kesenian daerah. Sehingga sangat wajar, kehidupan masyarakat petani kopi Gayo sangat bergantung dari hasil produksi kopi, yaitu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, melanjutkan pendidikan (menyekolahkan anggota keluarga), penyelenggaraan berabagai urusan seperti pernikahan anggota keluarga, pagelaran seni (didong) pasca panen kopi, perayaan hari-hari besar islam dan nasional, dan berbagai aspek kehidupan ekonomi lainnya.

Sangat disayangkan bahwa kopi Arabika dataran tinggi Gayo tidak dapat dijual di Belanda dengan menggunakan merk dagang Gayo, karena Perusahaan Holland Coffee telah mendaftarkan nama Gayo Mountain Coffee sebagai merk dagang mereka di kantor hak kekayaan intelektual Belanda. Oleh karena itu, hanya Holland Coffee yang dapat menggunakan label nama Gayo di pasaran Eropa.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka masyarakat petani kopi Arabika Gayo memandang perlu bahwa kopi Arabika Gayo mendapatkan perlindungan Indikasi Geografis. Dalam upaya mendapatkan perlindungan Indikasi Geografis, masyarakat petani kopi Gayo telah bergabung dalam sebuah organisasi yang bernama Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (MPKG). Kelompok ini

(11)

4

mengajukan permohonan perlindungan Indikasi Geografis kepada pemerintah Republik Indonesia.

(12)

5

II. PEMOHON

Pada tahun 2005 dibentuk Forum Kopi Aceh sebagai suatu wadah masyarakat perkopian di Aceh. Sejak tahun 2006, UNDP dan BAPPEDA Propinsi Aceh melalui Aceh Partnership for Economic Development(APED) memfasilitasi berbagai kegiatan Forum Kopi Aceh dalam mensosialisaskan Perlindungan Indikasi Geografis kepada masyarakat perkopian Dataran Tinggi Gayo. Pada tahun 2009, mulai terbentuknya Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (MPKG), MPKG sebagai suatu lembaga untuk mendukung terciptanya perlindungan hukum terhadap Kopi Gayo dan menjaga kualitas mutu serta citarasa Kopi Gayo. Pembentukan MPKG didukung sepenuhnya oleh berbagai pihak, terutama Pemerintah Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues.

MPKG adalah masyarakat perkopian yang tergabung dalam suatu organisasi dengan visi dan misi yang sama, untuk mengusulkan perlindungan indikasi geografis kopi Arabika Gayo dan mendapatkan manfaat dari perlindungan indikasi gografis sebesar- besarnya untuk masyarakat dataran tinggi Gayo, khususnya yang bergerak di bidang perkopian, misalnya dalam menjaga mutu dan kekhasan kopi Arabika dataran tinggi Gayo. Adapun susunan pengurus MPKG disajikan pada Gambar 2.

Keanggotaan MPKG terdiri dari individu, kelompok tani, koperasi, dan perusahaan swasta. Petani yang tidak masuk sebagai anggota kelompok tani bisa masuk kedalam keanggotaan MPKG. MPKG tetap bersifat inklusif, di mana siapapun bisa bergabung dengan organisasi ini selama telah memenuhi semua aturan-aturan Buku Persyaratan.

Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo disusun sebagai berikut :

1. Komponen dari produsen gelondong merah, yang beranggotakan petani dan kelompok- kelompok tani.

2. Komponen dari pengolah kopi, yang beranggotakan koperasi, pengolah dan penyangrai.

3. Komponen dewan penasehat yang beranggotakan perwakilan pemerintah daerah, organisasi pendukung dan para pembeli kopi Gayo.

Beberapa koperasi merupakan gabungan kelompok-kelompok tani produsen gelondong merah yang telah merubah status badan hukumnya menjadi koperasi.

Beberapa koperasi telah memiliki fasilitas pengolahan gelondong merah. Koperasi- koperasi yang merupakan pengolah kopi bisa duduk sebagai anggota sebagai bagian (“produsen gelondong merah” dan “pengolah kopi”) Hak pilih terbagi secara rata (50% : 50%) antara dua bagian di atas (badan penasehat tidak memiliki hak pilih). Di dalam bagian “produsen gelondong merah” dan “pengolah kopi”, pemangku kepentingan yang lebih besar memiliki dua suara, sedangkan yang lebih kecil hanya memiliki satu suara.

Keanggotaan MPKG saat ini sebagai berikut :

- 9.590 keluarga petani yang mengelola sekitar 11.083 hektar (data pada lampiran 1)

(13)

6

Gambar 2. Susunan Pengurus Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo ( MPKG ) - 4 Koperasi yaitu Tunas Indah (4895 petani), Arinagata (1470 petani),

Baburrayan (6182 petani), dan HPKI (1434 petani)

- Pengolah swasta yaitu PT. Indocafco (1077 petani), CV. Arvis Sanada, CV.

Tri Maju, dan PT. Genap Mupakat Gayo Specialty Coffee

- 4 Penyangrai kopi yaitu Kopi Lepo Gayo (domisili di Aceh Tengah), Kopi Bergendal (domisili di Bener Meriah), Kopi Arigayo dan Kopi Rizki.

Keanggotaan MPKG akan terus meningkat seiring dengan perkembangannya atau dinamika organisasi. Saat ini keanggotaan MPKG terdiri atas 9.590 keluarga petani, 4 koperasi, 151 kelompok tani, dan 4 penyangrai, yang bisa dikatakan sebagai para pemegang kepentingan rantai pasokan kopi Arabika Gayo. Total anggota MPKG saat ini adalah 9.749anggota.

SUSUNAN PENGURUS

MASYARAKAT PERLIDUNGAN KOPI GAYO (MPKG) PERIODE 2009 - 2012

PEMBINA : Gubernur Aceh

PENASEHAT : Bupati Aceh Tengah

: Bupati Bener Meriah : Bupati Gayo Lues

DEWAN PAKAR : Dr. Ir. Abubakar Karim, MS.

: Dr. Ir. Yusya Abubakar, M.Sc.

KETUA UMUM : Drs. H. Mustafa Ali

WAKIL KETUA I : Ir. Nugersyah

WAKIL KETUA II : Ir. Darussalam

WAKIL KETUA III : Ir. Amarullah Leman M.Si

SEKRETARIS : Ir. Rusman

WAKIL SEKRETARIS : Hadi Hidayat, SE

BENDAHARA : Munawarah

WAKIL BENDAHARA : Heri Gunawan

Gambar 2. Susunan Pengurus Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (MPKG)

BENER MERIAH

KETUA : Ir. Darussalam

WAKIL KETUA : Sudarman. SP SEKRETARIS : Said Yahya. SP WAKIL SEKRETARIS : Tridawati. SP

SEKSI - SEKSI

HUKUM : 1. Alwin Putra. SH 2. Edy W. Putra, SH

PENGOLAH MUTU : 1. Juandi 2. Edy Suharman

PROMOSI, PEMASARAN : 1. Sadarsah DAN KOMUNIKAS 2. M. Amin

KETERUNUTAN DAN : 1. Ir. Khalid ADMINISTRASI 2. Sahirman, SP

BUDIDAYA : 1. Ir. Amir Hamzah 2. H. M. Saleh. R

ADAT DAN SOSIAL : 1. Jafaruddin BUDAYA 2. M. Hatta

ACEH TENGAH

KETUA : Ir. Nugersyah

WAKIL KETUA : Banta Mude, SP SEKRETARIS : Ruhdi.SP WAKIL SEKRETARIS : Hadi Hidayat, SE

SEKSI - SEKSI

HUKUM : 1. Duski, SH 2. Indra Kurniawan, SH

PENGOLAH MUTU : 1. Armiyadi, S.Hut 2. Julfahri, S.Hut

PROMOSI, PEMASARAN 1. Rizwan Husin DAN KOMUNIKASI 2. Drs. Rasyid

KETERUNUTAN DAN : 1. Hermanto, SP ADMINISTRASI 2. Ruhdi, SP

BUDI DAYA : 1. Zaini 2. M. Karim A. Mar

ADAT DAN SOSIAL : 1. Mustafa AK

BUDAYA 2. Basaruddin

GAYO LUES

KETUA : Ir. Amarullah Leman, M.Si.

WAKIL KETUA : Gaga Saputra SEKRETARIS : Drs. Abunipah WAKIL SEKRETARIS : Ir. Ibrahim

SEKSI - SEKSI

HUKUM : 1. Samsuddin, SH

2. Ir. Irwansyah. S.Sos

PENGOLAH MUTU : 1. Edwar Canto, M.P 2. Epan Ependi

PROMOSI, PEMASARAN : 1. Adam, SE, MAP.

DAN KOMUNIKASI 2. Azhari Lubis

KETERUNUTAN DAN : 1. Yudarman. S.Sos ADMINISTRASI 2. Aprilia Miza Putri, S.P

BUDIDAYA : 1. Abdussalam 2. Abu Seman, SP

ADAT DAN SOSIAL : 1. H. Rajab Abdullah

BUDAYA 2. Drs. H. Salim Wahab

(14)

7

III. BUKU PERSYARATAN

3.1. Nama Indikasi geografis yang dimohonkan

Nama indikasi geografis yang dimohonkan adalah : Gayo

3.2. Nama barang yang dilindungi oleh Indikasi geografis

Nama barang yang dilindungi oleh indikasi geografis adalah Kopi Arabika.

Kopi Arabika adalah kopi dari jenis Arabika yang pengolahannya secara gerbus basah (local wash processing) dan gerbus kering (fully wash processing). Perlindungan Indikasi Geografis merujuk pada biji kopi (green coffee). Kopi hasil penyangraian atau kopi bubuk yang dihasilkan dari buah kopi Arabika dengan pengolahan tersebut.

3.3. Uraian mengenai karakteristik dan kualitas

Kopi Gayo dihasilkan dari tanaman kopi Arabika yang ditanam di dataran tinggi Gayo dengan ketinggian antara 900 – 1.700 m dpl. Kawasan dataran tinggi Gayo berada di lereng gunung berapi Burne Telong dan Gunung Bendahara di kawasan sistem Leuser. Jenis tanah umumnya adalah Andisol, Inseptisol, Ultisol, dan Oxisol. Tetapi di Aceh Tenga dan Bener Meriah, kawasan yang ditanami kopi Arabika didominasi tanah orde Andisol, yaitu Typic Hapudand dan Typic Durudand (Karim, et al, 1998). Kawasan ini memiliki udara yang dingin dan kering. Karakteristik kawasan Gayo yang dijelaskan lebih rinci dibagian D (deskripsi lingkungan geografis) sangat mendukung budidaya tanaman kopi Arabika.

Gambar 3. Hutan Pinus

Tanaman-tanaman kopi Arabika di dataran tinggi Gayo ada yang berasal dari varietas-varietas yang memang sudah terjadi mutasi silang dengan varietas lain yang juga terdapat di dataran tinggi Gayo. Pohon kopi ditanam di bawah pohon penaung, dan dikombinasikan dengan tanaman lain, dan dikelola bahkan ada yang sudah bersertifikat organik. Hutan Primer dan suaka marga satwa hampir mencakup seluruh kawasan, saat ini diperkirakan sekitar 62% dari total kawasan. Sekitar 25% area dikembangkan sebagai perkebunan campuran dan 13% sebagai penggunaan lainnya. Sebagian besar perkebunan campuran Kawasan yang ditanami dengan tanaman kopi, tembakau dengan barisan pohon pinus menutupi bukit dan lereng. Dengan kekhasan agroklimat dan cara pengolahan buah kopi, menghasilkan citarasa kopi Gayo secara keseluruhan tidak sama dengan kopi Arabika yang diproduksi di kawasan lain di berbagai belahan bumi penghasil kopi Arabika.

(15)

8

ditanami oleh jenis tanaman kopi dan jenis tanaman lain, seperti Kakao dan tanaman hortikultura lainnya, terutama di Kabupaten Gayo Lues. Hutan sekunder mencakup 6% dari total kawasan, 6% semak belukar yang muncul adalah akibat perkebunan dari lahan tanaman kopi yang ditinggalkan pada saat konflik

3.3.1. Sifat Fisik Biji

Biji Kopi Gayo yang diperdagangkan di tingkat pasar internasional adalah mutu I dengan nilai cacat fisik kurang dari 8 per 100 g. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) dan standar Specialty Coffee Association of America (SCAA), dengan kadar air biji maksimum 12%, serta warnanya hijau keabu-abuan. Sortasi akhir setelah penggerbusan menghasilkan biji kopi dengan diameter lebih besar atau sama dengan ukuran 6,5 mm atau 16 menurut standar dari SCAA. Hasil dari analisis pengukuran ini tersedia di Lampiran 3.

3.3.2 Kualitas kopi Gayo

Kualitas kopi Gayo dapat digolongkan dalam beberapa golongan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah:

- Faktor lingkungan dimana kopi tersebut ditanam dengan suhu udara yang berbeda dan jenis tanah yang berbeda pula

- Faktor genetic yaitu varietas yang ditanam oleh masing – masing petani - Faktor pengolahan yaitu tingkat kedisiplinan menjaga mutu di dalam

melakukan pengolahan ditambah faktor cuaca dimana musim panen disertai hujan

Dengan demikian kualitas kopi Gayo dapat digolongkan dalam 2 kategori yaitu:

1. Gayo Special.

Kopi Gayo spesial adalah kopi yang ditangani secara khusus antara lain:

a. Kopi yang bersertifikat b. Kopi dari daerah khusus

c. Kopi dari varietas yang khusus d. Kopi pengolahan secara khusus e. Kopi permintaan khusus dari pembeli 2. Gayo Konvensional

Gayo Konvensional adalah kopi yang umum dan tidak diperlukan secara khusus

3.3.3. Profil Citarasa

Pengujian citarasa dengan tujuan untuk mengkaji citarasa beberapa varietas kopi Arabika yang ditanam petani dalam rangka mendukung industri kopi spesialti dari dataran tinggi Gayo. Cara pengolan gerbus basah, budidaya pada dataran tinggi Gayo dengan zona agroklimat tertentu, serta tanah didominasi abu vulkanik, menghasilkan mutu citarasa prima yang khas dan unik secara konsisten dan berkelanjutan. Uji cita rasa ini telah dilakukan pada tahun 2008 lalu, dan telah menghasilkan 3 varietas kopi Arabika sebagai

(16)

9

pemenang dalam hal cita rasa (taste) (Mawardi, et al., 2008), dapat dilihat pada Lampiran 4.

Hasil analisis sensorial menunjukkan bahwa citarasa kopi Gayo memiliki tingkat intensitas aroma dan kekentalan yang kuat. Ini berarti kopi Arabika Gayo memiliki potensi citarasa yang tinggi. Kopi Arabika Gayo biasanya dirasakan tidak terlalu pahit (bitter) dan tidak sepat (astringent). Ini bisa disebabkan oleh karena para petani Gayo memiliki kepedulian yang tinggi tentang tata cara petik pilih (gelondong merah saja) selama panen yang sudah sangat baik.

Pada umumnya, tidak terdapat cacat rasa yang signifikan pada kopi Arabika Gayo. Salah satu alasannya adalah bahwa para petani kopi Gayo telah mempraktekkan prinsip-prinsip Praktek Pengolahan yang Baik (Good Manufacturing Practices, GMP), dengan menindak-lanjuti nasehat-nasehat para ahli teknis perkopian, terutama dari pusat penelitian maupun dari pemerintah, termasuk universitas.

Pada akhirnya, profil citarasa kopi Gayo adalah : - bebas dari cacat citarasa utama,

- rasa asam bersih dari tingkat sedang sampai tinggi, - rasa pahit yang kurang atau sama sekali tidak terdeteksi - mutu dan intensitas aroma yang kuat

Profil cita rasa kopi Gayo juga sangat berbeda dengan kopi Mandailing (Sumatra), dimana kopi Mandailing memiliki aroma yang lebih kompleks, kekentalan tinggi, dan rasa asam sangat rendah sampai rendah. Gerbus basah (wet hulling) dan gerbus kering (dry hulling) pada pengolahan basah kopi Arabica Gayo menunjukkan profil citarasa yang serupa pada sebagian besar varietas yang diuji dari ketinggian tempat yang berbeda. Gerbus basah menghasilkan warna yang biji yang lebih gelap dan kekentalan yang lebih tinggi. Berdasarkan profil cita rasa verietas-varietas harapan untuk dataran tinggi Gayo adalah P 88, Borbor and Timtim.

3.4. Uraian mengenai Lingkungan Geografis

3.4.1. Faktor Alam

Kawasan dataran tinggi Gayo terletak di Timur Laut Provinsi Aceh, di daerah tropis, di garis lintang antara 96 0BT and 98 0BT, garis busur antara 4 0LU and 5 0LU. Kawasan ini memiliki alam pegunungan Vulkanik yang sejuk;

lereng datar, berbukit, bergelombang, curam dan sangat curam. Vegetasinya termasuk tanaman pinus dan hortikultura.

Dataran Tinggi Gayo terbentuk dari hamparan sisi pengunungan yaitu G.

Geureudong (2.855 m dpl), G. Tangga (2.500 m dpl), G. Geumpang (1.002 m m dpl), Bukit Singah Mata, G. Mueajan (3.079 m), Leuser (3.140 m), G.

Kapal (2.763 m), G. Pepanji (2.275 m dpl), G. Krueng Pase (1.462 m dpl), G.

Batok (1.500 m dpl), dan Gunung Burni Telong (2.812 m). Empat di

(17)

10

antaranya adalah gunung berapi. Aktivitas Gunung berapi Burni Telong yang terakhir terjadi saat bencana alam Tsunami tanggal 26 Desember 2004.

Di tengah dataran tinggi ini juga terdapat danau tektonik Lut Tawar yang tepatnya terletak pada 96° 55’ 25” BT dan 4° 36’ 43” LU, dekat dengan kota Takengon Ibukota Kabupaten Aceh Tengah. Dataran ini adalah zona penyangga ekosistem Leuser yang telah memiliki status dilindungi oleh pemerintah. Dengan adanya tanah berbahan vulkanik (Andisol) yang dianggap sangat membantu banyak tanaman. Daerah ini pada dasarnya merupakan kawasan pertanian dengan budidaya pertanian yang intensif dan ramah lingkungan dengan pola tanam diversifikasi yang baik. Unsur lingkungan geografis dataran tinggi Gayo disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Unsur Lingkungan Fisik Dataran Tinggi Gayo

Relief Ketinggian 900 -1.700 m di atas permukaan

laut

Lereng 0 - 40%

Cuaca Curah Hujan 1834 mm per tahun

Temperatur 16 – 24o C

Kelembaban relative 80 %

Tanah Bentukan Geologis Andesit dan pyroclastik

Jenis tanah Typic Hapludand, Typic

Durudand, Typic Dystropept, dan Typic Hapludult.

Tekstur Lempung berdebu, lempung

berpasir, lempung, lempung berliat

Solum 75 - > 100 cm

C-organik Sedang hingga tinggi

Kapasitas pertukaran kation

Rendah hingga sedang

Masa tanah kekurangan air

Februari – Mei

Sumber : Karim (1993, 1999)

(18)

11 1. Topografi

Kawasan budidaya kopi Arabika di Gayo merupakan daerah ketinggian dengan kondisi topografi yang bervariasi mulai datar, berombak hingga bergunung-gunung. Variasi ketinggian antar lokasi/desa sangat beragam, bahkan di dalam lokasi-lokasi/ desa-desa tertentu perbedaan ketinggian antar kebun petani cukup mencolok. Ketinggian desa-desa di mana produksi kopi Gayo bisa dilakukan terdapat di Lampiran 1. Kebun kopi Arabika petani sebagian besar terletak pada kisaran antara 900 - 1.700 m dpl.

2. Curah Hujan

Diantara unsur-unsur iklim, curah hujan merupakan unsur iklim paling dominan. Curah hujan digunakan sebagai kriteria untuk menetapkan keadaan iklim suatu daerah dalam hubungannya dengan kesesuaian dan persyaratan tumbuh tanaman.

Gambar 4 : Curah hujan di Dataran Tinggi Gayo pada tahun 2008 (3 kabupaten)

Selama 15 tahun terakhir ini, terjadi penambahan curah hujan di kawasan dataran tinggi Gayo. Namun, rata-rata berkisar sekitar 1.834 mm hujan per tahun, selama 149 hari dengan rata-rata bulanan 60 - 347 mm . Curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei dan tertinggi pada bulan September.

Gambar evolusi curah hujan dan jumlah hari hujan selama periode 2000- 2008 terdapat di Lampiran 5. Bila dihitung nilai Q (tipe iklim) maka daerah studi mempunyai tipe curah hujan B dan C. Tabel 2 menunjukan bahwa rata-rata selama 8 tahun (2000 - 2008) pembagian bulan-bulan hujan (curah hujan sampai 100 mm per tahun), bulan-bulan lembab (antara 60 dan 100 mm per

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

Jan uari

Feb rua

ri Maret

April

Mei Jun

i Juli

Agustus Septemb

er Oktob

er

Nov ember

Des ember

mm

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Hari hujan

Curah Hujan Hari Hujan

(19)

12

tahun) dan bulan kering (kurang dari 60 mm per tahun). Menurut Schmidt dan Ferguson (1951) daerah penelitian mempunyai tipe hujan tergolong B karena mempunyai bulan basah (> 100 mm per bulan) selama 10 bulan dan bulan kering (< 60 mm per bulan) selama 2 bulan. Tipe hujan B menunjukkan bahwa daerah penelitian tergolong cukup basah.

Jumlah

Bulan basah 10

Bulan lembab 0

Bulan kering 2

Karakteristik iklim daerah dataran tinggi Gayo menunjukkan, terdapat 1 – 2 bulan kering (Gambar 1). Periode ini biasanya berlangsung dari bulan Februari dan Mei. Defisit air untuk keperluan tanaman kopi mungkin terjadi pada akhir bulan Mei. Lengas tanah yang ada selama bulan kering tidak cukup untuk mendukung kebutuhan air bagi kopi, namun karena tidak dalam bulan berturut-turut sehingga kebutuhan air terpenuhi kembali pada awal bulan berikutnya. Di lain pihak, para petani Gayo telah mempelajari cara-cara untuk mengatasi fenomena ini. Praktek pengelolaan tanah oleh petani dengan menambahkan bahan organik merupakan salah satu metode yang efektif untuk menyimpan lengas tanah.

Di samping itu naungan dari jenis pohon-pohon Lamtorogung, Alpukat, dan Jeruk Keprok Gayo cukup efektif mengendalikan suhu udara dan air di sekitar tajuk tanaman kopi selama musim kemarau sehingga proses pengurasan lengas tanah dapat dikurangi.

Bagaimanapun juga, masa kering ini juga mempunyai dampak positif bagi produksi kopi dataran tinggi Gayo, karena bisa mendorong gelondong kopi yang bagus untuk cepat matang, dan setelah pengolahan, penjemuran di bawah matahari yang cepat.

3. Suhu dan Kelembaban

Berdasarkan pengamatan di Bandara Redelong, Kabupaten Bener Meriah saat ini, kelembaban udara relatif tinggi (> 80%), suhu udara harian berkisar dari 16 °C selama malam hari menjadi 18 °C pada pukul 10 WIB, 21 - 24°C pada tengah hari.

4. Tanah

Formasi geologi wilayah Gayo sebagian besar termasuk dalam formasi Andesit dan pyroclastik dengan jenis tanah yang terdapat di kawasan ini adalah Typic Hapludand, Typic Durudand, Typic Dystropept, dan Typic Hapludult. Kesuburan fisika tanah-tanah ini umumnya cukup baik. Di daerah penelitian, Hapludands berkembang dari berbagai bahan induk, antara lain tufa volkan, basaltik dasit, lahar piroklastik dan batuan basaltik.

Dengan bervariasinya bahan pembentuk tanah, maka tanah yang dihasilkan juga mempunyai sifat yang bervariasi pula. Secara umum tekstur tanah sedang dan drainase baik, tingkat kesuburan tanah tergolong Tabel 2. Rata-rata Bulan Basah,

Lembab dan Kering di Kawasan Dataran Tinggi Gayo

(20)

13

rendah hingga sedang, ditunjukkan oleh reaksi tanah masam sampai agak masam (pH 5,0 - 6,3), C organik sedang hingga tinggi dan N total rendah.

Cadangan hara (P dan K potensial) tinggi sampai sangat tinggi, dan ketersediaan K sedang, tetapi ketersedian P sangat rendah, sehingga kesuburan tanah secara umum rendah (Yusuf, et al, 1998; Karim, et al., 1996; Karim, et al., 1999). Kemampuan tanah mempertukarkan kation dan kejenuhan basa tinggi sampai sangat tinggi. Pada tingkat subgrup tanah dangkal (< 50 cm) diklasifikasikan sebagai Lithic Hapludands dan tanah agak dalam sampai dalam (>75 cm) diklasifikasikan sebagai Typic Hapludands, Eutric Hapludands dan Alfic Hapludands (Karim, et al., 1998). Tanah ini potensial untuk pertanian, terutama tanaman tahunan seperti kopi.

Bagaimanapun juga, kesuburan ini harus didorong dengan menggunakan pupuk organik yang tercukupi. Tanpa penambahan pupuk ini, kadar C- organik dan nilai kapasitas tukar kation (KTK) akan tetap rendah (Mawardi, Wibawa, dan Sulistyowati, 2004).

a. Tataguna Tanah

Berdasarkan dokumen Rencana Tataruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) masing-masing kabupaten, penggunaan lahan di Dataran Tinggi Gayo dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai areal penggunaan lain (jalan, pemukiman, pertanian dan lain-lain), hutan produksi, dan suaka marga satwa. Areal pertanian digunakan untuk lahan kering dan sawah.

Lahan kering berupa tegalan didominasi oleh budidaya kopi Arabika, adapun sawah terdapat di lembah-lembah sepanjang sungai yang airnya cukup tersedia. Berdasarkan pengamatan lapangan atas kepemilikan tanah di dataran tinggi Gayo, menunjukkan bahwa rata-rata luas tanah yang dikelola oleh setiap petani adalah 2 ha, hanya sekitar kurang dari 5% petani memiliki kebun kopi lebih luas dari 2 ha.

b. Sifat-sifat Tanah

Analisis tanah dari sampel-sampel yang diambil di beberapa lokasi/desa yang terwakili di daerah Dataran Tinggi Gayo telah dilakukan oleh peneliti KPKG sejak tahun 1990, dan Karim sejak tahun 1992. Hasil analisis tanah yang mencirikan kesuburan tanah disajikan pada Tabel 3, sedang hasil analisis tanah lengkap untuk beberapa titik/lokasi pengamatan disajikan pada Lampiran 6.

Tabel 3. Rata-rata hasil analisis tekstur, pH, dan beberapa unsur makro tanah di kawasan Dataran Tinggi Gayo

No Desa Lapisan

(cm)

Tekstur Tanah

pH (H2O)

C-org.

(gram)

N-total (gram)

C/N Rasio

P2O5 (ppm) Aceh Tengah

1 Jaluk I 0-22 Lp 6,2 3,92 0,35 10,89 2,92

22-40 Pl 5,8 0,71 0,09 7,89 1,84

2 Kuyun 0-20 lip 5,8 4,55 0,40 11,38 18,75

(21)

14

20-42 li 6,1 1,15 0,08 14,38 12,98

3 Bumi Bius 0-24 pl 6,7 3,90 0,34 11,47 16,00

24-45 pl 8,3 0,20 0,02 10,00 14,00

4 Tebes Lues 0-21 l 5,6 9,16 0,81 11,31 0,90

21-38 l 6,0 4,98 0,46 10,83 5,86

5 Pucuk Deku 0-18 ld 5,6 6,50 0,45 14,44 9,80

18-45 lli 6,1 2,10 0,18 11,67 4,50

6 Bies Penantanan 0-20 ld 5,8 5,80 0,45 12,89 8,80

20-42 lp 6,0 1,45 0,09 16,11 5,75

7 Uning 0-20 lp 6,0 3,00 0,28 10,71 6,10

20-45 lid 6,5 1,80 0,17 10,59 5,89

8 Blang Gele 0-20 ld 6,2 9,60 0,78 12,31 7,80

20-40 lp 6,3 7,90 0,60 13,17 7,10

9 Tansaran 0-20 ld 5,8 7,80 0,58 13,45 14,60

20-40 lli 6,0 4,10 0,32 12,81 8,90

10 Simp. Keleping 0-10 lp 5,4 9,20 0,56 16,43 6,60

10-40 pl 6,4 5,80 0,32 18,13 5,85

11 Kute Panang 0-18 lp 5,4 4,92 0,52 9,46 4,57

18-40 lp 5,9 1,72 0,19 8,95 1,89

12 Lukup Sabun 0-10 l 5,4 4,60 0,35 13,14 10,55

10-45 lp 6,2 2,00 0,18 11,11 6,45

13 Ratawali 0-15 ld 5,4 10,30 0,86 11,98 10,22

15-30 ld 5,5 6,70 0,54 12,41 8,56

14 Raya Tupi 0-20 ld 6,4 8,20 0,68 12,06 12,50

20-45 lli 6,6 4,20 0,29 14,48 8,90

15 Dedemar 0-20 lip 5,4 2,10 0,18 11,67 25,60

20-35 li 5,6 0,75 0,05 15,00 18,20

16 Wih Llang 0-21 ld 5,4 5,70 0,52 10,96 11,20

21-44 lli 5,8 3,20 0,30 10,67 6,70

17 Tanoh Abu 0-20 ld 6,8 8,25 0,68 12,13 8,22

20-42 lli 7,0 6,50 O,55 11,81 6,50

18 Atu Lintang 0-18 lid 4,6 9,30 0,89 10,45 6,55

18-43 lid 4,8 6,69 0,63 10,62 5,96

19 Gegarang 0-22 l 5,7 7,40 0,58 12,76 2,43

22-41 l 5,9 5,79 0,43 13,47 2,92

20 Jagong Jeget 0-23 lli 6,6 2,66 0,29 9,17 4,46

23-46 lli 6,6 1,62 0,19 8,53 12,62

21 Arul Item 0-20 ld 5,0 7,80 6,50 1,20 12,50

20-40 lli 5,0 4,50 2,30 1,96 9,80

BENER MERIAH

22 Uwer Lah 0-20 lli 6,0 8,75 0,65 13,46 18,20

20-40 lp 6,2 1,80 0,15 12,00 12,76

23 Alur Gading 0-17 lp 7,4 4,20 0,42 10,00 23,00

17-31 pl 7,5 3,90 0,37 10,54 27,00

24 Rimba Raya 0-20 lp 6,0 5,20 0,44 11,82 15,22

20-38 lp 6,6 0,56 0,04 14,00 9,80

25 Lampahan 0-20 ld 6,4 4,20 0,36 11,67 12,56

20-44 lp 6,6 1,80 0,13 13,85 6,12

26 Simp. Baliq 0-25 ld 5,0 7,50 0,65 11,54 12,06

25-45 ld 5,6 5,20 0,36 14,44 4,88

27 Jamur Ujung 0-18 pl 5,0 2,88 0,25 11,52 9,24

18-38 lp 5,6 0,96 0,07 13,71 4,58

28 Blang Panas 0-20 lp 5,7 2,50 0,32 7,81 5,39

20-39 l 5,7 0,50 0,06 8,33 8,99

29 Delung Tea 0-20 l 6,0 3,75 0,28 13,39 8,50

20-50 ld 6,2 2,98 0,24 12,42 7,60

30 Hakim Wih Ilang 0-27 l 5,6 2,17 0,53 4,09 7,22

27-45 l 5,7 1,78 0,22 8,09 2,41

(22)

15

31 Petukel 0-10 lli 4,2 7,40 0,60 12,33 8,86

10-28 lli 4,4 3,70 0,28 13,21 7,92

32 Pondok Gajah 0-20 ld 5,7 3,00 0,24 12,50 17,20

20-45 lp 6,1 1,18 0,08 14,75 14,80

33 Batin Batu 0-22 l 5,7 3,38 0,39 8,67 5,83

22-41 l 5,9 6,16 0,22 28,00 2,87

34 Lot Kucak 0-15 ld 4.6 7,20 0,52 13,85 12,20

15-35 l 4.0 3,80 0,28 13,57 6,80

35 Pondok Baru-1 0-20 l 5,0 5,10 0,40 12,75 8,70

20-30 l 5,6 1,40 0,09 15,56 2,60

36 Keramat Jaya 0-20 ld 5,6 3,19 0,30 10,63 8,90

20-42 llid 6,0 1,65 0,14 11,79 7,95

37 Pondok Baru-2 0-19 lp 6,3 4,80 0,47 10,21 9,00

19-33 pl 6,3 4,20 0,45 9,33 17,00

38 Bintang Permata 0-28 l 6,5 7,47 0,55 13,58 4,03

28-47 l 6,0 1,80 0,19 9,47 1,39

39 Wih Tenang Uken 0-20 ld 5,4 6,20 0,48 12,92 8,60

20-45 ld 5,4 4.20 0,24 17,50 4,50

40 Jamur Atu 0-20 lp 5,1 6,40 0,43 14,88 18,00

20-44 lid 5,9 1,20 0,11 10,91 18,00

GAYO LUES

41 Aih Selah 0-20 llid 5,8 6,30 0,41 15,37 0,97

20-45 llip 6,1 1,23 0,06 20,50 0,61

42 Cane Baru-1 0-20 llid 6,7 3.15 0,18 17,50 0,55

20-40 llid 6,8 1,28 0,07 18,29 0,16

43 Cane Baru-2 0-21 llid 5,9 3.55 0,26 13,65 1,74

21-45 llip 5,9 2,11 0,12 17,58 0,56

44 Suri Musara 0-22 llip 6,2 4,24 0,31 13,68 1,51

22-45 llip 6,3 1,18 0,08 14,75 0,86

45 Kenyaran 0-20 llid 6,7 5,14 0,26 19,77 0,54

20-38 lli 6,8 2,31 0,11 21,00 0,24

46 Kala Kenyaan 0-12 llid 5,9 5,24 0,28 18,71 0,90

12-34 lli 5,8 2.30 0,12 19,17 0,51

47 Pantan Cuaca-1 0-18 llid 6,3 5,76 0,30 19,20 0,86

18-41 lip 6,4 2,48 0,13 19,08 0,46

48 Pantan Cuaca-2 0-21 llip 6,2 5,44 0,31 17,55 0,98

21-28 lli 6,4 2,31 0,12 19,25 0,47

49 Reko 0-20 llip 5,8 3,65 0,28 13,04 0,98

20-42 lli 5,8 1,28 0,08 16,00 0,34

50 Pisang Abu/Sangir 0-20 llid 5.7 4,40 0,30 14,67 0,78

20-45 lli 5,9 1,22 0,08 15,25 0,22

Tekstur tanah di kawasan Dataran Tinggi Gayo sebagian besar berupa lempung berdebu, lempung berpasir, lempung, dan lempung berliat.

Keterangan :

● 1 - 21 : Kabupaten Aceh Tengah 22 - 40 : Kabupaten Bener Meriah 41 - 50 : Kabupaten Gayo Lues

● Loamy sand (pasir bergeluh), Sandy loam (geluh berpasir), Sand (pasiran), Loam (geluh),

● Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R).

● Tekstur : li = liat, lip = liat berpasir, lid = liat berdebu, lli = lempung berliat, l = lempung, ld = lempung berdebu, lp = lempung berpasir, pl = pasir berlempung, llid = lempung liat berdebu, llip = lempung liat berpasir

● Untuk Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah :

▪ Ada unsur mikro data tahun 1998

▪ Tidak ada unsur mikro data tahun 1992

▪ Kabupaten Gayo Lues data tahun 2004

▪ Ada unsur mikro data tahun 1998

▪ Kabupaten Gayo Lues data tahun 2004

(23)

16

Namun demikian, bisa terlihat beberapa perbedaan. Desa-desa penghasil kopi utama umumnya memiliki tekstur pasir bergeluh, kawasan ini membentang dari tengah ke arah timur dan tenggara. Desa-desa di kawasan selatan umumnya memiliki tekstur geluh berpasir sampai dengan pasiran. Desa-desa di kawasan utara tengah ke arah barat memiliki tekstur geluh berpasir sampai dengan geluh. Tanah-tanah di desa-desa kawasan Dataran Tinggi Gayo pada umumnya memiliki keasaman tanah (pH) yang sesuai untuk tanaman kopi.

Kandungan unsur C organik di kebun-kebun petani pada tingkat sedang sampai tinggi. Hal ini sesuai dengan kebiasaan para petani memupuk kopi hanya dengan pupuk organik, khususnya pupuk dari bahan baku kulit kopi yang dicampur dengan berbagai bahan bakui sumber lokal seperti pangkasan lamtorogung dan pupuk kandang (Karim, at al., 2000).

Kebanyakan petani perlu memberi pupuk organik yang lebih banyak, karena banyak lahan kopi yang memiliki status hara P-tersedia sangat rendah. Masih sedikit petani yang telah menggunakan pupuk kandang dengan tingkat pengomposan yang baik, dan nisbah C/N umumnya rendah di kawasan Dataran Tinggi Gayo. Kandungan P total di desa-desa di kawasan Dataran Tinggi Gayo pada umumnya tinggi (kecuali di satu desa di ketinggian yang berdekatan dengan hutan).

Karakteristik-karakteristik kation tanah di kawasan dataran tinggi Gayo dijelaskan di Lampiran 6. Hasil-hasil utamanya adalah sebagai berikut : - Tanah di desa-desa kawasan di dataran tinggi Gayo pada umumnya

memiliki kandungan K, Mg, Ca rendah, dan kapasitas tukar kation (KTK) tanah berada dalam harkat rendah.

- Kejenuhan basa (KB) tanah umumnya tinggi.

- Rata-rata kandungan beberapa unsur mikro tanah, seperti harkat hara mikro Cu sebagian besar rendah, dan hanya beberapa desa yang menunjukkan kadar sedang, tetapi hara Fe dan Zn berada pada harkat sedang.

Faktor-faktor tanah yang lain yang berpengaruh terhadap kualitas aroma dan keasaman adalah jumlah total kation dan kejenuhan basa (Mawardi, Wibawa & Sulistyowati, 2004). Analisis menunjukkan nilai-nilai yang menarik untuk faktor-faktor ini, dan tanah Dataran Tinggi Gayo tampaknya cocok bagi budidaya kopi Arabika. Karakteristik alami ini bisa menjelaskan kekhasan cita rasa kopi Dataran Tinggi Gayo.

5. Ringkasan

Dataran tinggi Gayo memiliki karakteristik alam yang sangat cocok untuk tanaman kopi Arabika. Ketinggiannya lebih dari 900 m dpl dan kebanyakan perkebunan kopi Arabika Gayo berada di ketinggian antara 900 dan 1.700 m dpl, yang merupakan ketinggian yang dianggap ideal untuk pohon-pohon kopi Arabika oleh para ahli kopi. Di dataran tinggi Gayo terdapat curah hujan 1.834 mm per tahun dengan 149 hari hujan.

(24)

17

Kondisi iklim relatif homogen dan sesuai untuk tanaman kopi Arabika, karena terdapat selama 10 bulan musim hujan dengan 2 bulan musim kemarau. Para petani Gayo telah beradaptasi dengan iklim udara yang khas ini. Suhu pada umumnya sejuk antara 16 °C dan 24 °C. Perbedaan suhu udara antara siang dan malam biasanya 5 °C. Suhu udara berkisar antara 16 °C dan 24 °C sepanjang tahun, dan kelembaban nisbi melebihi 80%.

3.4.2. Faktor Manusia

Masyarakat di dataran tinggi Gayo terdiri dari berbagai suku. Suku dengan jumlah penduduk terbesar adalah suku Gayo, dan sisanya adalah suku Jawa, Aceh, Minang Kabau, Tapanuli, Sunda, Batak, Cina dan lain-lain. Oleh karena itu, Gayo disebut sebagai suku pribumi/suku asli di dataran tinggi gayo. Masyarakat di dataran tinggi Gayo, umumnya menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Gayo sebagai bahasa pengantar sehari-hari.

Sebagaimana masyarakat Aceh Pesisir, di dataran tinggi Gayo juga berlaku otonomi khusus dari pemerintah Indonesia dengan menerapkan hukum syariah Islam/hukum islam sejak tahun 2003.

Dataran tinggi Gayo merupakan hulu beberapa daerah aliran sungai (DAS) di pesisir Timur dan pesisir Barat Provinsi Aceh. DAS Tripe dan DAS Tamiang, yang hulunya di Kabupaten Gayo Lues, bermuara ke Kabupaten Aceh Barat Daya di pantai Barat dan Kabupaten Aceh Tamiang di pantai Timur Provinsi Aceh. Sedangkan DAS Jambo Aye dan DAS Peusangan, yang hulunya di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, bermuara ke Bireuen dan Aceh Utara di pantai Utara dan Timur Provinsi Aceh. Oleh karena itu, dataran tinggi Gayo merupakan daerah tangkapan air bagi kabupaten yang terdapat disekelilingnya. Danau Laut Tawar berada di Kabupaten Aceh Tengah, tepatnya di Kota Takengon, merupakan hulu sungai Krueng Peusangan. Danau ini merupakan sumber pengairan sawah untuk daerah sekitarnya. Dataran tinggi Gayo, juga terdiri dari pemukiman penduduk, hutan lindung, kebun tanaman campuran, sawah, hutan produksi, pinus, Taman Buru, dan Taman Nasional Gunung Leuser. Terbukanya hutan produksi oleh proyek-proyek Pemerintah membawa adanya perpindahan/transmigrasi secara spontan. Sayangnya kesuburan tanah, indahnya pemandangan dan kekayaan alam di dataran tinggi Gayo tidak membuat mayoritas penduduk menjadi makmur.

Konflik politik berkepanjangan terjadi di Provinsi Aceh sejak pada 1976, juga berakibat buruk pada pengembangan daerah dataran tinggi Gayo. Selain penanam modal dalam negeri dan asing tak berani berinvestasi di dataran tinggi Gayo, banyak juga lahan yang subur menjadi lahan terlantar dan semak belukar karena diterlantarkan oleh petani, akibatnya banyak penduduk yang hidup dalam kemiskinan. Dengan adanya perjanjian damai antara GAM dan RI di Helsinki pada tahun 2005, areal penanaman kopi Arabika pada saat ini kembali berproduksi jauh lebih baik.

Gambar

Gambar 1.  Peta Propinsi Aceh
Gambar  2. Susunan Pengurus Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo ( MPKG )  -  4  Koperasi  yaitu  Tunas  Indah  (4895  petani),  Arinagata  (1470  petani),
Gambar 3.  Hutan Pinus
Tabel 1.  Unsur Lingkungan Fisik Dataran Tinggi Gayo
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif insiden,

Responden adalah penerima pelayanan publik yang pada saat pencacahan sedang berada di lokasi unit pelayanan dan telah menerima pelayanan dari aparatur penyelenggara

 Prinsip kerja mesin gerinda  Macam-macam mesin gerinda silinder  Fungsi Bagian utama dan perlengkapan mesin gerinda silinder  Prosedur keselamatan kerja 2  Mengamati

1) Pengakuan de jure dianggap sebagai pengakuan tingkat tertinggi karena, pengakuan de jure adalah pengakuan yang diberikan menurut negara yang mengakui, terhadap negara atau

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

dipenuhi, tetapi karena adanya kendala/ keterbatasan sarana produksi (pupuk dan benih yang mahal) maka implikasinya produksi juga rendah, sehingga perlu

Dirilis secara resmi pada Mei 2007, dengan penambahan fitur baru berupa installer Windows yang baru, block Repeat Until (), bentuk Cap Block diperkenalkan, satu sprite

Target khusus dalam program IbM ini adalah mengaplikasikan teknologi pemanfaatan mesin paving block untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi paving local masyarakat