• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : LANDASAN TEORI

A. Membaca Al- Qur‟an secara Tartil

2. Metode Qiro‟ati

a. Sejarah Metode Qiro’ati

Berawal dari ketidakpuasan dan prihatin melihat proses belajar mengajar Al-Qur‟an di madrasah, mushala, masjid dan lembaga masyarakat muslim yang pada umumnya belum dapat membaca AI Qur‟an dengan baik dan benar, Almarhun KH. Dachlan Salim Zarkasyi, tergugah untuk melakukan pengamatan dan mengkaji secara seksama lembaga-lembaga di atas dimana ternyata metode yang dipergunakan oleh para guru dan pembimbing Al-Qur‟an dinilai lamban, ditambah sebagian guru ngaji (ustadz) yang masih asal-asalan mengajarkan Al-Qur‟an sehingga yang diperoleh kurang sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

Hal itulah yang mendorong Almarhum K.H. Dachlan Salim Zarkasyi pada tahun 1963 memulai menyusun metode baca tulis Al-Qur‟an yang sangat praktis. Berkat Inayah Allah beliau telah menyusun 10 jilid yang dikemas sangat sederhana. Almarhum KH. Dachlan Salim Zarkasyi dalam perjalanan menyusun metode baca tulis Al-Qur‟an sering melakukan studi banding ke berbagai pesantren dan madrasah Al-Qur‟an hingga beliau sampai ke Pesantren Sedayu Gresik Jawa Timur (tepatnya pada bulan Mei 1986) yang pada saat itu dipimpin oleh Almukarram K.H. Muhammad. Almarhum K.H. Dachlan Salim Zarkasyi tertarik untuk melakukan studi banding sekaligus bersilaturahmi ke Pesantren Sedayu Gresik, karena TK Al-Qur‟an balitanya (4-6 tahun), yang dirintis

oleh K.H. Muhammad sejak tahun 1965 dengan jumlah muridnya 1300 siswa yang datang dari berbagai kepulauan yang ada di Indonesia. Maka dapat disimpulkan TK Al-Qur‟an Sedayu adalah TK Al-Qur‟an pertama di Indonesia bahkan di dunia.

Sebulan setelah silaturahmi ke Pesantren Sedayu Gresik tepatnya pada tanggal 1 Juli 1986, KH. Dachlan Salim Zarkasyi mencoba membuka TK Al-Qur‟an yang sekaligus mempraktekan dan mengujikan metode yang disusunnya sendiri dengan target rancana 4 tahun seluruh muridnya akan khatam Al-Qur‟an. Berkat Inayah Allah SWT, diluar dugaan dalam perjalanan 7 bulan ada beberapa siswa yang telah mampu membaca beberapa ayat Al-Qur‟an, serta dalam jangka waktu 2 tahun telah menghatamkan Al-Qur‟an dan mampu membaca dengan baik dan benar (bertajwid).

TK Al-Qur‟an yang dipimpinnya makin dikenal ke berbagai pelosok karena keberhasilan mendidik siswa-siswinya. Dari keberhasilan inilah banyak yang melakukan studi banding dan meminta petunjuk cara mengajarkan metode yang diciptakannya. KH. Dachlan Salim Zarkasyi secara terus-menerus melakukan evaluasi dan meminta penilaian dah para Kyai Al-Qur‟an atas motode yang diciptakannya. Atas usul dari Ustadz A. Djoned dan Ustadz Syukri Taufiq, metode ini diberi istilah dengan nama "QIRO‟ATI" dibaca "QIRO‟ATI" yang artinya BACAANKU (pada saat itu ada 10 jilid).

Memperhatikan perjalanan sejarah penyusunan metode Qiro‟ati, tampaknya KH. Dachlan Salim Zarkasyi sangat didukung oleh para Kyai umul Qur‟an, walaupun menurut penuturannya beliau ini bukanlah santri namun kehidupannya selalu dekat dengan para Kyai sehingga tampak tawadu' dan berwibawa. Atas restu para Kyai metode Qiro‟ati selanjutnya menyebar luas dan digunakan sebagai materi dasar dalam pengajaran baca tulis Al-Qur‟an di masjid, madrasah, TKA, TPA, TPQ, Pesantren dan Sekolah Umum. Sehingga dengan demikian penyusunan metode Qira‟ati ini bukan berupa satu paket sekali jadi dari hasil otak-atik akal melainkan dari hasil pengamatan, penelitian dan percobaan. Sehingga metode Qira‟ati ini mempunyai gerak yang dinamis sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan (KH. Dachlan Salim Zarkasyi, 1990). Qiro‟ati diminati oteh mayoritas para pendidik Al-Qur‟an dikarenakan memiliki beberapa perbedaan dengan metode lain diantaranya :

1) Berkesinambungan antara halaman ke halaman berikutnya. 2) Berkesinambungan antara jilid satu dan seterusnya.

3) Disesuaikan dengan usia para pelajar Al-Qur‟an.

4) Kata dan kalimatnya tidak keluar kaidah ayat-ayat Al-Qur‟an tidak kedaerahan.

5) Setiap Pokok Bahasan sudah diterapkan ilmu Tajwid 6) Dilengkapi Petunjuk mengajar setiap Pokok Bahasan. 7) Dilengkapi Buku Gharib, Musykilat dan Tajwid Praktis. 8) Sangat mudah untuk diucapkan

Dari tahun ke tahun perkembangan Qiro‟ati makin meluas ke seluruh pelosok negeri bahkan di beberapa negara asing tercatat sampai tahun 2000 telah masuk ke negara Australia, Malaysia, Brunei Darusalam, Singapura. Dari perkembangan tersebut Almarhum K.H. Dachian Salim Zarkasyi tidak terlalu gembira bahkan merasa khawatir karyanya ini disalah gunakan yang berbau bisnis belaka, untuk itu pada tahun 1990 beliau mengundang seluruh kepala TKA/TPA dan Lembaga yang mempergunakan Qiro‟ati pada suatu acara Silatnas Nasional untuk mentashhih ulang para kepala TKA/TPA dan pengelola Qiro‟ati sekaligus menunjuk Koordinator tingkat Propinsi dan Kota Besar yang ada di Indonesia, Dari hasil Silatnas Qiro‟ati tersebut ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi, yang merupakan amanat untuk seluruh pengguna Qiro‟ati, diantaranya :

1) Saya tidak ingin menyebar luaskan Qiro‟ati tetapi ingin menyebarkan ilmu

2) Qiro‟ati yang saya ijazahkan.

3) Qiro‟ati tidak untuk diperjualbelikan secara bebas.

4) Siapa saja boleh belajar dan mengajarkan Qiro‟ati dengan syarat mau ditashhih (Yayasan Pendidikan Al-Qur‟an Raudlotul Mujawwidin, 2007).

b. Ciri Khas Qiro’ati

Metode qiro‟ati dalam pengembangannya dan penyebarannya tidak seperti metode lain, sebab metode ini melalui buku atau modul qiro‟ati tidak boleh dijual bebas oleh sembarang orang, akan tetapi harus melalui koordinator yang bersedia berpegang teguh pada misi dan amanah tersebut.

Misi qiro‟ati adalah membudayakan membaca Al-Qur‟an yang benar dan membrantas bacaan Al-Qur‟an yang salah kaprah. Sedangkan amanah qiro‟ati adalah jangan mewariskan kepada anak-anak bacaan Al-Qur‟an yang salah, jangan asal jual buku, berikan kepada guru yang lulus taskhih saja, guru yang belum lulus taskhih hendaknya dibina sampai lulus dan guru yang sudah lulus hendaknya diberikan petunjuk mengajar/ ditatar (Bunyamin Dachlan, 2004 : 29).

Qiro‟ati adalah suatu metode dalam mengajarkan membaca Al-Qur‟an yang berorientasi kepada hasil bacaan murid secara mujawwad murattal dengan mempertahankan mutu pengajaran dan mutu pengajar melalui mekanisme sertifikasi/syahadah hanya seorang pengajar yang telah mendapatkan sertifikasi/syahadah yang diijinkan untuk mengajarkan Qiro‟ati dan juga lembaga pendidikan (Pondok Pesantren/Madin/TPQ dan sebagainya) yang memiliki sertifikasi/ syahadah yang diijinkan untuk mengembangkan Qiro‟ati (Yayasan Pendidikan Al-Qur‟an Raudlotul Mujawwidin, 2007).

c. Teknik Pembelajaran Qiro’ati

Yang dimaksud teknik pembelajaran di sini adalah cara mengajarkan Al-Qur‟an dengan menggunakan metode qiro‟ati. Adapun cara-cara yang dipakai dalam membaca Al-Qur‟an dengan metode qiro‟ati dalam pelaksanaan menggunakan beberapa langkah yaitu :

1) Sejak awal langsung membaca huruf-huruf hijaiyah yang berharakat tanpa mengeja.

2) Langsung praktek secara mudah dan praktis bacaan yang bertajwid, siswa tidak harus belajar ilmu tajwid untuk dapat membaca dengan baik dan benar.

3) Materi pelajaran diberikan secara bertahap dari yang mudah menuju yang sulit, dari yang umum menuju yang khusus sesuai dengan kaidah.

4) Materi pelajaran diberikan sesuai dengan sistem modul, tidak diperbolehkan belajar modul di atasnya kalau belum menguasai modul yang di bawahnya.

5) Pelajaran yang diberikan selalu diulang-ulang dengan memperbanyak latihan (drill) menjadikan siswa selalu ingat dan menguasai pelajaran yang diberikan dengan pola sederhana.

6) Belajar sesuai dengan kemampuan dan kecerdasan siswa. 7) Evalausi dilakukan setiap kali pertemuan.

8) Pemakai metode qiro‟ati harus melalu taskhih bacaan Al-Qur‟an oleh ahli AlQur‟an (Yayasan Pendidikan Al-Qur‟an Raudlotul Mujawwidin, 2007).

Adapun hal-hal penting yang menjadi komponen penting dari metode qiro‟ati ini adalah :

1) Ditinjau dari materi

a) Materi qiro‟ati disusun berdasarkan tingkat usia mental dan kematangan peserta didik. Oleh karena itu buku qiro‟ati disusun dalam berbagai tingkatan yaitu untuk usia TK, SD/MI, SMP, SMA, Mahasiswa dan dewasa.

b) Materi qiro‟ati disusun berdasarkan tingkat kesulitan dari yang rendah menuju kepada yang tinggi. Sedangkan ruang lingkup materi pengajaran meliputi :

- Jilid 1 untuk makhorijul khuruf, sifatul huruf dan harokat. - Jilid 2 untuk ketrampilan mad dan harokat lengkap.

- Jilid 3 untuk ketrampilan Mad Tobi‟i, Tanda Sukun, Lam Qomariyah.

- Jilid 4, 5 untuk ketrampilan Qolqolah, Idzhar Halqi, Idghom, Iqlab, Waqof.

- Jilid 6 untuk ketrampilan idzhar Halqi, Wasol, Lat. Al – Qur‟an Juz I.

2) Ditinjau dari metode

a) Proses pengajarannya menekankan pada mengulang-ulang bacaan sampai benar (drill).

b) Sistem yang dipakai adalah sistem modul yang artinya siswa tidak boleh melanjutkan ke pokok bahasan yang baru sebelum paham betul pokok bahasan yang lama.

3) Ditinjau dari pengajarnya

a) Guru qiro‟ati sebelum mengajar metode ini diharuskan tashih dahulu kepada guru ahli yang disebut koordinator metode qiro‟ati. Biasanya seorang koordinator membawahi satu wilayah kabupaten.

b) Guru dianjurkan mengikuti penataran atau pembinaan memahami metode qiro‟ati ini meskipun telah lulus tashih.

d. Contoh Materi Pembelajaran Qiro’ati

1) Jilid 1 untuk makhorijul khuruf, sifatul khuruf dan harokat, contoh :

2) Jilid 2 untuk ketrampilan mad dan kharokat lengkap, contoh :

3) Jilid 3 untuk ketrampilan ikhfa‟, contoh :

B. Penggunaan Metode Qiro’ati dalam Membaca Al-Qur’an secara Tartil Hasil belajar merupakan suatu bidang yang sangat menarik untuk dikaji namun cukup rumit sehingga menimbulkan berbagai perbedaan pandangan. Hasil belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai setelah mengalami proses belajar mengajar atau setelah mengalami interaksi dengan lingkungannya guna memperoleh ilmu pengetahuan dan akan menimbulkan perubahan tingkah laku yang relatif menetap dan tahan lama.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dikemukakan bahwa peningkatan penguasaan materi pelajaran pada anak, adalah sangat penting. Namun usaha ke arah itu haruslah lewat jalan atau suatu model pembelajaran agar dapat merangsang kemampuan anak dan dapat membuat kombinasi baru, sebagai kemampuan untuk respons anak agar belajar, serta merangsang agar anak memiliki ketrampilan.

Pengetahuan (knowledge) pada prinsipnya mudah untuk ditransfer (can be

transfered). Proses pembelajaran konvensional secara tutorial adalah proses

pembelajaran (transfer of knowledge). Alasannya adalah pengetahuan merupakan sesuatu yang mahal dan sulit diperoleh di luar kelas (Jogiyanto, 2006 : 74), maka di sekolah perlu disusun suatu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar. Metode tersebut di antaranya meliputi pemilihan pendekatan, metode atau model pembelajaran. Dalam metode pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yaitu strategi pembelajaran dan media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa kedudukan media pendidikan, strategi pembelajaran sebagai alat bantu mengajar ada dalam

satu lingkungan yang diatur oleh guru. Dengan istilah mediator, media atau model pembelajaran yang mempunyai fungsi dan peran untuk mengatur hubungan yang efektif antara dua belah pihak dalam proses belajar mengajar yaitu siswa dan isi pelajaran.

Dengan kata lain guru sebagai mediator untuk memberikan isi pelajaran kepada siswa, sama halnya dengan metode qiro‟ati yaitu matode yang digunakan untuk materi yang membutuhkan waktu banyak yang tidak mungkin dijelaskan semua dalam kelas dan untuk mengefektifkan waktu, maka siswa diberi contoh membaca teks yang telah ditentukan oleh guru dan siswa harus menirukan dengan benar.

Oleh karena itu, guru tidak hanya dituntut untuk membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan, baik dalam menyampaikan materi maupun metode dan alat bantunya, tetapi juga dituntut untuk memiliki sejumlah pengetahuan tentang dasar pengetahuan, cara mengajar, metode kreatif dan variatif dalam penyampaian pelajaran serta pengetahuan dan pengalaman yang luas.

Pembelajaran yang baik mempunyai sasaran-sasaran yang seharusnya berfokus pada hal – hal sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas berpikir (qualiteis of mind), mampu melakukan judmen (judgment) dan kearifan (wisdom).

2. Meningkatkan attitude of mind, yaitu menekankan pada keingintahuan

merupakan suatu kegiatan “seni” untuk mendorong siswa menemukan sesuatu (discovery process).

3. Meningkatkan kualitas personal (quality of person) yaitu karakter (character), sensitivitas (sensitivity)¸ integritas (integrity), tanggung jawab (responsibility).

4. Meningkatkan kemampuan untuk menerapkan konsep – konsep dan pengetahuan – pengetahuan di situasi spesifik. (Jogiyanto, 2006 : 20)

Jika meninjau tujuan program atau sasaran pembelajaran diatas, hasil belajar siswa biasanya disebut sebagai prioritas. Hal ini dapat dipahami jika kita melihat pertumbuhan (rasional) metode-metode pembelajaran yang dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal ini tidak berarti bahwa penguasaan materi pelajaran harus dilihat terpisah dari mata pelajaran (materi) yang lainnya, hasil belajar hendaknya meresap dalam seluruh kurikulum dan iklim kelas melalui faktor-faktor seperti : sikap menerima keunikan individu, pertanyaan yang berakhir terbuka, penjajakan (eksplorasi) dan kemungkinan membuat pilihan. Perhatian perlu diberikan bagaimana prestasi belajar dapat dikaitkan dengan semua kegiatan di dalam kelas dan setiap saat siswa perlu belajar bagaimana menggunakan sumber-sumber yang ada dengan optimal menemukan jawaban inovatif atas suatu masalah. Termasuk di dalamnya masalah yang dihadapi dalam penyampaian materi membaca Al-Qur‟an.

Mengingat membaca Al-Qur‟an adalah suatu ketrampilan yang akan dipakai secara rutin, maka metode qiro‟ati yang menekankan kepada pengulangan

pengulangan akan menimbulkan suatu pembiasaan, dan pembiasaan membaca Al-Qur‟an merupakan salah satu tujuan utama pembelajaran membaca Al-Qur‟an. Sehingga metode qiro‟ati akan mampu meningkatkan kualitas membaca Al-Qur‟an anak didik.

Dokumen terkait