• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORI DAN PENGUJAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretis

B. Metode Role Playing dan Picture and Picture

1. Pengertian metode Role Playing dan Picture and Picture

Seperti yang sudah di jelaskan di atas menurut Komalasari role playing adalah suatu metode penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Sedangkan Menurut Suprijono Picture and Picture merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Strategi ini mirip dengan Example Non- Example, di mana gambar yang diberikan pada siswa harus dipasangkan atau diurutkan secara logis. Sehingga metode role playing dan picture and picture dapat digabungkan dalam sebuah pembelajaran perpaduan antara penghayatan serta imajinasi siswa dibantu oleh gambar (picture), dengan begitu siswa diharapkan dapat menulis skenario yang akan diperankan dengan benar, menuangkan imajinasinya dengan baik, dan keterampilan menulis siswa meningkat.

2. Cara menerapkan metode Role Playing dan Picture and Picture

1) Guru membentuk kelompok siswa yang beranggotakan 5 orang.

2) Guru mengajak siswa semua siswa menyusun/menyiapkan gambar dan skenario yang akan ditampilkan

3) Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari kembali skenario dan gambar yang sudah disiapkan.

4) Guru menjelaskan kembali skenario bermain peran.

20

5) Guru membagikan foto/gambar yang akan digunakan

6) Setelah itu peserta didik bermain peran dan menyajikan gambar 7) Ketika peserta didik yang ditunjuk bermain peran, masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati gambar dan skenario yang sedang diperagakan. Sambil menunggu giliran kelompoknya maju dengan cara diundi.

8) Setelah selesai ditampilkan masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk melakukan penilaian.

9) Guru meminta siswa untuk menyusun gambar atas yang sudah disampakan para tokoh

10) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya dan guru memberikan kesimpulan secara umum.

3. Keterampilan Menulis

a. Pengertian Keterampilan Menulis

Menurut Mc Crimmon keterampilan menulis adalah kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas. Jadi menulis bukan hanya menuangkan pikiran dan perasaan saja, tetapi didalamnya proses pengungkapan ide, ilmu, pengetahuan serta pengalaman yang dialami seseorang yang kemudian dituangkan dalam bahasa tulisan.27

Menurut Doyin dan Wagiran menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dipergunakan dalam komunikasi secara tidak langsung. Keterampilan menulis tidak didapatkan secara alamiah, tetapi harus melalui proses belajar dan berlatih. Berdasarkan sifatnya, menulis juga merupakan keterampilan berbahasa yang produktif dan reseptif.28

27Kundharu Sadhono dan Y. Slamet. Meningkatakan Keterampilan Berbahasa Indonesia.

(Bandung: Karya Putra Darwanti, 2012) h. 140

28Doyin dan Wagiran. Bahasa Indonesia Pengantar Penulisan Karya Ilmiah (Semarang:

UNNES Press, 2009) h. 12

21

Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca.29

Lebih lanjut Suparno mendefinisikan menulis sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.30 Senada dengan pendapat tersebut, menulis menurut Nurudin adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami.31 Sementara itu Semi mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan.32

Sedangkan menurut Byrne keterampilan menulis merupakan bagaiaman cara menuangkan ide ke dalam bentuk bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara lengkap dan jelas sehingga buah pikiran tersebut berhasil dikomunikasikan kepada pembaca.

Role playing merupakan suatu model pembelajaran yang mengajak siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran, penguasaan bahan pelajaran berdasarkan pada kreatifitas serta ekspresi siswa dalam meluapkan imajinasinya terkait dengan bahan pelajaran yang ia dalami tanpa adanya keterbatasan kata dan gerak, namun tidak keluar dari bahan ajar.33

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis adalah kemampuan melakukan komunikasi tidak langsung berupa pemindahan pikiran atau perasaan dengan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, kosakata dan symbol sehingga tercipta sebuah produk bahasa

29Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. Strategi Pembelajaran Bahasa (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011) h. 248

30Suparno dan Mohamad Yunus. Keterampilan Dasar Menulis (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009) h.13

31Nurudin. Dasar-dasar Penulisan (Malang: UMM Press, 2010) h. 4

32Semi, M. Atar. Dasar-dasar Keterampilan Menulis (Bandung: Angkasa, 2007) h.14

33Ismawati Alidha Nurhasanah, Atep Sujana, and Ali Sudin, Penerapan Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Hubungan Mahluk Hidup Dengan Lingkungannya, vol. 1, no. 1 (2016), p. 613.

22

(artikel, esai, laporan, resensi, karya sastra, buku, komik, dan cerita) yang dapat dikomunikasikan pada orang lain dengan cepat dan benar. 34

b. Tujuan Menulis

Tulisan pada dasarnya adalah sarana untuk menyampaikan pendapat atau gagasan agar dapat dipahami dan diterima orang lain, dengan demikian tulisan menjadi salah satu sarana berkomunikasi yang cukup efektif dan efesien untuk menjangkau masa yang luas. Adapun tujuan menulis adalah : a. Menginformasikan segala sesuatu, seperti halnya tulisan yang ada dalam media cetak, penulis dapat menginformasikan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sebuah daerah kepada pembacanya yang berada di daerah lain.

b. Membujuk, melalui tulisan seorang penulis juga memiliki harapan kepada pembacanya agar dapat menentukan sikap, apakah setuju atau tidak terhadapa apa yang dikemukakannya. Untuk mendapatkan dukungan akan opini yang ditulisnya, penulis harus mampu membujuk dan meyakinkan pembaca dengan menggunakan gaya bahasa yang persuasif.

c. Mendidik, semakin banyak seseorang membaca maka wawasan dan pengetahuannya semakin bertambah sehingga kecerdasanya pun meningkat, yang pada akhirnya akan menentukan perilakunya.

d. Menghibur, melalui membaca cerpen ataupun novel seseorang dapat terhibur dengan isi cetita yang terkandung didalamnya.35

Setiap jenis tulisan mengandung beberapa tujuan. Maksud atau tujuan penulis adalah responsi atau jawaban yang diharapkan penulis akan diperolehnya dari pembaca. Charlie mengemukakan bahwa penulis memiliki tujuan tertentu dalam penulisannya, yaitu: memberi informasi, mencerahkan jiwa, mengabadikan sejarah, ekspresi diri, mengedepankan

34Kundharu Sadhono dan Y. Slamet. Meningkatakan Keterampilan Berbahasa Indonesia.

(Bandung: Karya Putra Darwanti, 2012) h. 142

35Erlina Syarif, dkk. Pembelajaran Menulis (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2009) h. 6

23

idealisme, mengemukakan opini dan teori, serta menghibur. Senada dengan pendapat Charlie, Semi merangkumkan tujuan menulis antara lain sebagai berikut :

1. Untuk menceritakan sesuatu. Menceritakan sesuatu kepada orang lain mempunyai maksud agar orang lain atau pembaca tahu tentang apa yang dialami oleh yang bersangkutan.

2. Untuk memberikan petunjuk atau pengarahan. Memberi petunjuk atau pengarahan adalah apabila seseorang mengajari orang lain bagaimana mengerjakan sesuatu dengan tahapan yang benar.

3. Untuk menjelaskan sesuatu. Apabila siswa membaca berbagai buku pelajaran sehari-hari, tentu buku tersebut berisi berbagai penjelasan.

Maka tulisan itu dapat digolongkan ke dalam tulisan yang bertujuan menjelaskan sesuatu.

4. Untuk meyakinkan. Ada kalanya orang menulis untuk meyakinkan orang lain tentang pandangannya mengenai sesuatu karena seringkali seseorang merasa bahwa pandangan dan pendapatnya merupakan hal yang paling benar.

5. Untuk merangkum. Tujuan menulis semacam ini, umumnya dijumpai pada kalangan murid sekolah, baik yang berada di tingkat dasar, menengah, maupun di perguruan tinggi. Dengan menuliskan rangkuman, mereka akan sangat tertolong dan mudah dalam mempelajari isi buku yang panjang dan tebal.36

Berdasarkan tujuan-tujuan menulis di atas, menulis yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk menceritakan sesuatu yang dipikirkan penulis agar dapat memberi informasi kepada pembaca. Informasi yang dimaksud terangkum dalam bentuk sebuah karangan narasi.

36Semi, M. Atar. Dasar-dasar Keterampilan Menulis (Bandung: Angkasa, 2007) h.14

24

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Menulis

Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi ketidakmampuan orang-orang yang memiliki intelegensi dan sistem sensor rata-rata serta kesempatan belajar yang cukup lama. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi harga diri, pendidikan dan aktivitas sehari-hari sepanjang hidup. Menurut Syaifudin Bahri Djamarah kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, hal tersebut disebabkan oleh adanya ancaman hambatan ataupun gangguan dalam belajar.37 Sementara itu, menurut Abdurahman kesulitan belajar adalah ganguan proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ucapan ataupun tulisan.38

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1. Faktor internal, yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa, faktor internal yang mempengaruhi belajar siswa adalah inteligensi, bakat yang kurang, emosional yang kurang stabil, aktivitas yang kurang, kebiasaan yang kurang baik, kesehatan yang kurang baik dan tidak adanya motivasi.

2. Faktor eksternal, yaitu kondisi lingkungan disekitar siswa, dalam konteks ini lingkungan yang paling dekat dengan keadaan siswa adalah lingkungan sekolah. Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar siswa adalah pribadi guru yang kurang baik, guru tidak berkualitas, hubungan guru dengan anak didik kurang harmonis, guru menuntut standar pelajaran diatas kemampuan anak, tidak mampu mendiagnosis kesulitan belajar, cara mengajar guru kurang baik, alat/media kurang memadai.

3. Faktor pendekatan belajar, yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi, metode yang digunakan untuk memudahkan siswa memahami

37Syaifudin Bahri Djamarah. Psikologi Belajar. (Banjarmasin: Rineka Cipta, 2000) h. 235

38St Y Slamet. Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar (Surakarta: UNS Press, 2007) h.91. lihat juga Syaifudin Bahri Djamarah. Psikologi Belajar (Banjarmasin: Rineka Cipta, 2000) h. 237

25

konsep pembelajaran. Faktor pendekatan belajar, biasanya disebabkan guru kurang dapat memilih pendekatan ataupun metode yang tepat dalam pebelajaran, hal tersebut mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak tercapai.

d. Tahap-tahap Penulisan

Sebagai sebuah proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa fase yaitu fase prapenulisan (persiapan), penulisan (pengembangan isi karangan), dan pasca penulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan). 39

Masing-masing fase dari ketiga tahap penulisan di atas tidaklah dipandang secara kaku, selalu berurut, dan terpisah-pisah. Ketiganya harus dipahami sebagai komponen yang memang ada dan dilalui oleh seorang penulis dalam proses tulis-menulis. Urutan dan batas antar fase itu sangatlah luwes, bahkan dapat tumpang tindih. Dengan demikian, tergambar secara menyeluruh proses menulis dari awal sampai akhir yakni sebagai berikut:

1. Tahap prapenulisan. Tahap ini merupakan fase persiapan dalam menulis. Pada fase prapenulisan ini terdapat aktivitas memilih topik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan atau informasi yang diperlukan, serta mengorganisasikan ide atau gagasan dalam bentuk kerangka karangan. Pemicu ide untuk menulis ada dimana-mana.

Ide tidak mungkin datang begitu saja tanpa ada usaha-usaha untuk menjemput ide tersebut. Ada beberapa tips menjemput ide seperti yang dikemukakan Yuliarti, yaitu: (1) banyak membaca, (2) menjawab pertanyaan dari orang lain, (3) berdiskusi dengan orang lain, dan (4) peka terhadap lingkungan sekitar.

2. Tahap penulisan. Tahap ini merupakan fase untuk mulai mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat dalam kerangka

39Suparno dan Mohamad Yunus. Keterampilan Dasar Menulis (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009) h.14

26

karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah dipilih dan dikumpulkan. Kerangka karangan yang telah dibuat dikembangkan menjadi awal karangan, isi karangan dan akhir karangan.

3. Tahap pascapenulisan. Tahap ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan draft karangan yang telah dihasilkan. Kegiatan penyuntingan dan perbaikan karangan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membaca keseluruhan karangan

b. Menandai hal-hal yang perlu diperbaiki, atau memberikan catatan bila ada hal-hal yang harus diganti, ditambahkan, disempurnakan c. Melakukan perbaikan sesuai dengan temuan saat penyuntingan.40

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa proses menulis terdiri atas tiga tahapan, yakni tahap prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Dari keseluruhan tahapan sudah tergambar kegiatan yang dilakukan dalam rangka membuat sebuah tulisan, yakni menentukan topik, tujuan, mengumpulkan bahan, menyusun dan mengembangkan kerangka karangan menjadi sebuah karangan utuh mulai awal sampai akhir, mengoreksi dan merevisi karangan apabila terdapat kesalahan.

Dokumen terkait