• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING DAN PICTURE AND PICTURE TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS SISWA MI/SD KELAS IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING DAN PICTURE AND PICTURE TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS SISWA MI/SD KELAS IV"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING DAN PICTURE AND PICTURE

TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS SISWA MI/SD KELAS IV

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh

Shandra Puspasari (11150183000011)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2021

(2)
(3)
(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Skiripsi berjudul Pengaruh Metode Role Playing dan Picture and Picture Terhadap Keterampilan Menulis Siswa Kelas IV SDN Pesanggrahan 02. Disusun oleh

Shandra Puspasari NIM 11150183000011. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah Pada Tanggal 30 Desember 2021 di hadapan Dosen Penguji. Karena itu, Penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang Pendidikan” Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).

Ciputat, 30Desember2021 Panitia UjianMunaqasah

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dr. Susurin, M.Ag NIP. 197103191998032001

Nama Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi) Asep Ediana Latif, M.Pd

NIP 198106232009121003

30/12/2021 Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)

Rohmat Widiyanto, M.Pd NIP 198909132018011002

30/12/2021 Penguji I

Nafia Wafiqni, M.Pd

NIP 198110032009122004 30/12/2021 Penguji II

Drs. Ja’far Sanusi, M.A NIP 195804171992031001

30/12/2021

(5)
(6)

i

ABSTRAK

SHANDRA PUSPASARI (11150183000011), “Pengaruh Motode Pembelajaran Role Playing dan Picture and Picture Terhadap Keterampilan Menulis Siswa MI/SD Kelas IV” Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Metode Pembelajaran Role Playing dan Picture and Picture terhadap Keterampilan Menulis Siswa MI/SD Kelas IV SDN Pesanggrahan 02 materi Mahluk Hidup dan Lingkungannya, Tahun Ajaran 2019/2020. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen dengan desain penelitian Two Group Pretest Postest Design. Subjek penelitian ini adalah 48 orang siswa yang terdiri dari 24 orang siswa untuk kelas eksperimen dan 24 siswa untuk kelas kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan tes, tes yang digunakan adalah lembar pengayaan berupa soal essai.Hasil penelitian menunjukkan, nilai rata-rata post test keterampilan menuliskelas eksperimen yaitu 85,58 dan rata-rata post test kelas kontrol 75,21. Hasil penelitian berdasarkan post test keterampilan menulis siswa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan Metode Pembelajaran Role Playing dan Picture and Picture terdapat pengaruh pada Keterampilan Menulis Siswa MI/SD Kelas IV SDN Pesanggrahan 02.

Kata kunci : Role Playing, Picture and Picture, Keterampilan Menulis, Peduli Terhadap Makhluk Hidup

(7)

ii ABSTRACT

SHANDRA PUSPASARI (11150183000011), “The Influence of Role Playing and Picture and Picture Learning Methods on Writing Skills for MI/SD Students in Grade IV” Thesis for Teacher Education Study Program at Madrasah Ibtidaiyah, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta

The purpose of this study was to determine the effect of the Role Playing and Picture and Picture Learning Method on the Writing Skills of Class IV MI/SD Students at SDN Pesanggrahan 02 on Living Creatures and Their Environment, Academic Year 2019/2020. The method used in this research is a quasi- experimental method with a research design of Two Group Pretest Posttest Design. The subjects of this study were 48 students consisting of 24 students for the experimental class and 24 students for the control class. The data collection technique used a test, the test used was in the form of an enrichment sheet in the form of an essay question. The results showed that the average value of the post- test writing skills of the experimental class was 85.58 and the average post-test of the control class was 75.21. The results of the study based on the results of the post-test of students' writing skills, there was a significant difference between the experimental class and the control class, so it can be concluded that by using the Role Playing and Picture and Picture Learning Methods there is an influence on the Writing Skills of MI/SD Students Class IV SDN Pesanggrahan 02.

Keywords: Role Playing, Picture and Picture, Writing Skills, Caring for Living Creatures

(8)

LLL

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadhirat Allah S.W.T yang telah memberikan keluasan waktu dan kesehatan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh gelar atau kelulusan, Penulis selaku mahasiswa berharap dapat menyusun skripsi dengan baik dan benar. Selain itu dapat bermanfaat bagi pembaca.

Semoga skripsi penelitian ini dapat membantu penulis dan pembaca pada saat penelitian di lapangan. Kritik dan saran perbaikan sangat penulis harapkan demi kelengkapan dan penyempurnaan tugas akhir ini. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, arahan, dan bimbingan serta motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Ucapan terimakasi khususnya penulis sampaikan kepada :

1. Dr. Khalimi, M.Ag., selaku wakil Dekan 3 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Asep Ediana Latip, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan GuruMadrasah Ibtidaiyah (PGMI) Universitas Islam Negeri Syarif HidayatullahJakarta.

3. Dr. Khalimi, M.Ag., selaku Dosen Penasehat Akademik JurusanPendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah danKeguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dindin Ridwanudin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, arahan serta motivator yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan maksimal.

5. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya dosen-dosen jurusan

(9)

LY

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu yang bermanfaat.

6. Kepala Sekolah SDN Pesanggrahan 02, yang telah memberi izin untuk dilaksanakannya observasi awal penelitian serta wali kelas IV yang telah memberikan dukungan dan waktu untuk melaksanakanobservasi.

7. Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan staff Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Ayah dan Ibu tercinta, Aaz Juansari (Alm) dan Susi Hayati yang telah memberikan kasih sayang, doa restu, motivasi, dukungan moril danmateril serta didikan yang keras hingga menjadikan penulis seperti hari ini.

9. Ahmad Royani, M.Si yang selama ini selalu memotivasi dan mendukung, sehingga saya menjadi perempuan yang kuat seperti sekarang.

10. Seluruh keluarga besar Ibu Erah, Ibu Eloh serta Mamah Nani dan Papah yang memberikan dukungan moril danmateril tanpa pamrih.

11. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) angkatan 2015 yang banyak memberikan warna selama kuliah.

12. Teman-teman perempuan seperjuangan Vina, Naya, Eka dan Fanny yang selalu memberikan canda tawa sehingga membuat saya senang bersama mereka

13. Teman-teman PLP Syahla, Maya dan Indah yang setia mengerjakan tugas bersama-sama.

14. Sahabat-sahabat dunia Akhirat insya Allah Irma, Aput, Nila, Sadiyah, Desi, Sintia dan Sri yang selalalu ada dan menemani, Ucapan terimakasih juga penulis tujukan kepada semua pihak yang namanyatidak bisa saya sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis memintakritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulis di masayang akan datang.

15. Last but not least, I wanna thank me. I wanna thank me for believing in me, I wanna thank me for doing all this hard work, I wanna thank me for having no days off, I wanna thank me for never quitting.

(10)

Y

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

ABSTARAK ……… I KATA PENGANTAR ……….. III DAFTAR ISI ……….. V BAB 1 PENDHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Peneitian... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGUJAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretik ...7

1. Metode Pembelajaran Role Playing (Bermain Peran) ...7

a. Pengertian Metode Pembelajaran Role Playing ...7

b. Kelebihan Metode Pembelajaran Role Playing...8

c. Kekurangan Metode Pembelajaran Role Playing ...9

d. Tujuan Role Playing ...10

e. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Role Playing ...11

2. Metode Picture and Picture ...12

a. Pengertian Metode Pembelajaran Picture and Picture ...12

b. Kelebihan Metode Pembelajaran Picture and Picture ...14

c. Kekurangan Metode Pembelajaran Picture and Picture ...15

d. Tujuan Picture and Picture ...17

e. Langkah-langkah Picture and Picture ...17

B. Metode Role Playing dan Picture and Picture ...19

1. Pengertian metode Role Playing dan Picture and Picture ...19

(11)

YL

2. Cara menerapkan metode Role Playing dan Picture and Picture .19

3. Keterampilan Menulis ... 20

a. Pengertian Keterampilan Menulis ... 20

b. Tujuan Menulis ... 22

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Menulis ... 24

d. Tahap-tahap Penulisan ... 25

C. Hasil Penelitian yang Relevan ... 26

D. Kerangka Berpikir ... 28

E. Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

B. Metode dan Desain Penelitian ... 29

C. Populasi ... 30

D. Sampel ... 30

E. Variabel Penelitian ... 31

F. Teknik Pengumpulan Data ... 31

G. Instrumen Penelitian... 32

H. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Kegiatan Penelitian ... 36

1. Pertemuan Pertama ... 36

2. Pertemuan Kedua ... 36

3. Pertemuan Ketiga ... 37

4. Pertemuan Keempat ... 37

5. Tahapan Metode Role Playing dan Picture and Picture dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 38

B. Deskripsi Data ... 42

1. Wawancara ... 42

2. Observasi ... 45

(12)

YLL

3. Tes Uraian (Evaluasi) ... 46

C. Pengujian Persyaratan ... 47

1. Uji Prasyarat Analisis ... 47

2. Uji hipotesis ... 49

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 50

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55

(13)

YLLL

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 ... 26 Tabel 2.2 Kerangka Berpikir ... 28 Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ... 30 Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Test Keterampilan Menulis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 47 Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas Test Keterampilan Menulis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 48 Tabel 4.3 Hasil Uji hopotesis Independent sample t-Tes Keterampilan Menulis .. 49 Tabel 4.4 Hasil belajar Keterampilan Menulis ... 50

(14)

L[

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen ... 59

Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol ... 92

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa ... 124

Lampiran 4 Pedoman Wawancara ... 125

Lampiran 5 Pedoman Observasi ... 126

Lampiran 6 Nilai Evaluasi ... 127

Lampiran 7 Kisi-Kisi Instrumen ... 131

Lampiran 8 Soal Pretest Posttest ... 135

Lampiran 9 Rubrik Penilaian ... 139

Lampiran 10 Hail Belajar Siswa ... 141

Lampiran 11 Permohonan Surat Bimbingan Skripsi ... 173

Lampiran 12 Surat Izin Penelitian ... 174

Lampiran 13 Foto Kegiatan ... 175

Lampiran 14 Lembar Uji Referensi ... 180

Lampiran 15 Biodata Penulis ... 185

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan interaksi dengan yang lainnya. Untuk berinteraksi manusia membutuhkan alat, sarana atau media yaitu bahasa. Salah satu media yang efektif untuk berinteraksi terutama di era digital saat ini adalah bahasa tulis. Bahasa tulis dalam kehidupan modern tidak hanya menjadi kebutuhan di lingkungan akademik akan tetapi sudah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi semua orang, bahkan semenjak munculnya media sosial orang lebih banyak menggunakan bahasa tulis untuk berinteraksi dengan orang lain.

Keterampilan menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa yang bersifat produktif karena keterampilan ini menghasilkan tulisan. Menulis memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks. Di antara kemampuan yang diperlukan adalah berpikir secara teratur, logis, mengungkapkan pikiran atau gagasan secara jelas, menggunakan bahasa yang efektif, dan kemampuan menerapkan kaidah tulis menulis dengan baik.1

Keterampilan menulis seharusnya sudah dimiliki siswa sedari sekolah dasar, karena kemampuan menulis siswa sangat membantu siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang guru berikan. Namun masalahnya siswa masih kesulitan dan menggangap menulis adalah kegiatan yang membosankan, berikut adalah masalah yang membuat siswa memiliki keterampilan menulis yang rendah: kurangnya minat, motivasi dan media pembelajaran yang bervariasi, dalam pembelajaran menulis guru kurang kreatif, siswa mengalami kesulitan dalam menggunakan huruf kapital, tanda baca (koma, titik), pemilihan kosakata, dan penggunaan kata baku hal ini karena siswa sudah kehilangan minat sejak awal, siswa kesulitan dalam menuangkan gagasan ke dalam tulisan atau karangan secara sistematis. hal tersebut menjadi latar belakang permasalahan rendahnya keterampilan menulis siswa,

1Ahmad Rofiudin dan Darmiyati Zuhdi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi (Jakarta: Depdikbud, 1996) h.62

(16)

2

padahal kemampuan menulis yang baik dapat bermanfaat bagi siswa dalam menulis puisi, menulis cerpen bahkan menulis karya ilmiah hasil pengamatan siswa, dan tugas-tugas lain yang diberikan oleh guru.

Meskipun bahasa tulis saat ini sudah menjadi kebutuhan dasar di kegiatan belajar mengajar dan berkomunikasi, akan tetapi ironisanya dalam dunia akademisi, Indonesia masih menduduki peringkat yang sangat rendah dalam hal literasi.

Seperti halnya kemampuan menulis siswa SDN Pesanggrahan 02 yang terbilang masih rendah, hal ini dibuktikan oleh hasil pretest yang dilakukan penulis, jika diambil angka rata-rata siswa kelas 4 SDN Pesanggrahan 02 mendapat nilai sebesar 67. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Program for International Student Assessment (PISA) rilisan Organisation for Economic Co-Operation and Develompent (OECD) tahun 2015 yang menunjukkan tingkat literasi di Indonesia sangat rendah dibanding negara-negara di dunia yakni berada pada ranking 62 dari 70 negara yang disurvei. Sedangkan menurut peringkat literas yang bertajuk 'World's Most Literate Nations' yang diumumkan pada Maret 2016 yakni produk dari Central Connecticut State University (CCSU) menunjukan bahwa Indonesia berada di urutan 60 dari 61 negara yang disurvei. Indonesia masih unggul dari satu negara, yakni Botswana yang berada di kerak peringkat literasi ini. Nomor satu ada Finlandia, disusul Norwegia, Islandia, Denmark, Swedia, Swiss, AS, dan Jerman.2 Hal tersebut di perburuk oleh kenyataan di dalam kelas guru masih jadi Teacher Centre dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, metode ceramah di mana proses belajar didominasi oleh guru membuat siswa menjadi jenuh dan menganggap keterampilan menulis itu sesuatu yang membosankan.

Padahal saat kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa dituntut untuk aktif.

Keaktifan siswa dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh guru di dalam proses pembelajaran. Demikian pula berarti harus diterapkan oleh setiap siswa dalam setiap bentuk kegiatan bentuk kegiatan belajar. Keaktifan

2DetikNews, 2019. https://news.detik.com/berita/d-4371993/benarkah-minat-baca-orang- indonesia-serendah-ini. Diakses pada 17 Agustus 2019.

(17)

3

belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional dan fisik dan jika dibutuhkan.3

Fakta tersebut menjadi PR besar bagi generasi penerus dan pendidik bangsa ini agar dapat mengembangkan tradisi menulis terlebih sekolah masih menggunakan metode konvensional dan berbasis Teacher Centre. Solusi agar tingkat literasi masyarakat di Indonesia meningkat dan bisa diwujudkan, salah satunya melalui metode pembelajaran menarik seperti metode Role Playing dan Picture and Picture, dalam metode Role Playing terdapat skenario, kelompok yang beranggotakan masing-masing 5 orang, siswa yang ditunjuk bertugas untuk memerankan tokoh dalam skenario, siswa lain mengamati, kemudian setelah selesai tampil siswa mengisi lembar tugas dan semua kelompok menyimpulkan mengenai cerita dalam skenario tersebut. Metode ini mengajak siswa belajar memahami isi teks bacaan dan memainkan perannya di depan kelas, siswa menjadi mudah menuliskan alur cerita bahkan mampu membuat karya tulis sendiri. Selanjutnya dalam metode Picture and Picture terdapat gambar yang sesuai dengan skenario dalam Role Playing, gambar tersebut membuat skenario menjadi lebih jelas dan siswa dapat lebih memahaminya. Dengan adanya skenario dan gambar yang diperagakan, menulis jadi suatu kegiatan yang menarik dan menyenangkan, siswa akan menyukai kegiatan manulis dan jika hal tersebut dilakukan secara rutin akan menjadi tradisi menulis. Tradisi menulis juga dapat diartikan sebagai suatu kebiasaan untuk menyatakan gagasan atau pendapat secara tertulis.4

Menurut Arief. S. Sadiman, bahwa dengan menggunakan metode pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sifat pasif anak didik, menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar dan proses pembelajaran berjalan optimal karena dengan adanya media dapat membantu siswa menuangkan gagasanya dalam bentuk tulisan dan dapat memicu kreativitasnya. Salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa yaitu menggunaan media gambar

3Aunurrahman. Belajar dan Pembelajaran. (Bandung : Alfabeta, 2019) h. 122.

4Haryadi dan Zanzami. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia (Jakarta:

Depdikbud, 1997) h. 75.

(18)

4

(picture and picture). Peran media gambar dapat menterjemahkan sesuatu yang abstrak menjadi sesuatu yang nyata.5

Selain metode picture and picture, metode role playing juga dapat mendorong siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. metode role playing atau bermain peran dapat dikatakan sama dengan metode sosiodrama sehingga dalam penggunaanya sering disilihgantikan.6 Menurut Roestiyah N.K menyatakan bahwa dengan metode role playing siswa berperan atau mendramatisasi tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial, sedangkan pada Sosiodrama siswa dapat mendramatisi tingkah laku, gerak-gerik seseorang dalam hubungannya dengan sesama manusia.7

Role playing atau bermain peran merupakan metode pembelajaran yang bertujuan menggambarkan masa lampau, atau dapat pula bercerita tentang berbagai kemungkinan yang terjadi baik kini atau mendatang.8 Metode ini bisa menjadi alternatif untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa, karena dengan metode ini suasana belajar di kelas akan jauh berbeda dengan penggunaan metode ceramah seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Melalui role playing keterpaduan konsep dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat menjadi pengalaman belajar yang bermakna. Pembelajaran yang bermakna yang dilakukan oleh guru dan siswa di kelas diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa. Role playing memperhatikan urut-urutan logis, keterkaitan antar materi pelajaran, dan cakupan keluasan materi pelajaran sehingga memudahkan siswa dalam penguasaan materi. Role playing memberi kebebasan siswa untuk berpikir, berpendapat dan berkreasi secara mandiri.

Dari penjelasan dua metode pembelajaran tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa metode role playing dan metode picture and picture dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih baik. Berbeda dengan metode

5Arief S, Sadiman dkk. Media Pendidikan (Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. 2002) h. 16

6Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Rineka Cipta, 2006) h. 87

7Roestiyah N.K. Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2001) h. 90

8Sumiati & Asra. Metode Pembelajaran (Bandung: CV Wacana Prima. 2009) h. 99

(19)

5

ceramah di mana proses belajar didominasi oleh guru, dua metode ini melibatkan siswa untuk ikut aktif dalam proses belajar sehingga dapat merangsang kreatifitas siswa yang berdampak pada keterampilan menulis.

Dari latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut, dengan judul “Pengaruh Metode Pembelajaran Role Playing dan Picture and Picture Terhadap Keterampilan Menulis Siswa MI/SD Kelas IV” agar peneliti tahu seberapa besar pengaruh metode pembelajaran tersebut terhadap keterampilan menulis siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut: subjek guru dan siswa

1. Salah satu penyebab rendahnya keterampilan menulis adalah kurangnya minat dan motivasi dan media pembelajaran yang bervariasi.

2. Dalam pembelajaran menulis, guru kurang kreatif dalam memilih pembelajaran keterampilan menulis, akibatnya keterampilan menulis siswa rendah.

3. Siswa mengalami kesulitan dalam menggunakan huruf kapital, tanda baca (koma, titik), pemilihan kosakata, dan penggunaan kata baku.

4. Siswa kesulitan dalam menuangkan gagasan ke dalam tulisan atau karangan secara sistematis dan pembelajaran menulis masih berpusat pada guru.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti membatasi pada permasalahan: Rendahnya keterampilan menulis siswa kelas 4 SDN Pesanggrahan 02, untuk mengukur pengaruh penggunaan metode pembelajaran role playing dan picture and picture terhadap keterampilan menulis siswa.

(20)

6

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “ seberapa besar pengaruh metode pembelajaran role playing dan picture and picture terhadap keterampilan menulis siswa kelas 4 SDN pesanggrahan 02 ?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui signifakansi pengaruh metode pembelajaran role playing dan picture and picture terhadap keterampilan menulis siswa kelas 4 SDN Pesanggrahan 02.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini dapat memberikan alternatif pengunaan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa dan diharapkan bisa menjadi acuan dalam pengembangan pendidikan khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

2. Manfaat Praktis a) Bagi Siswa

1) Meningkatkan semangat dan motivasi belajar siswa dengan pembelajaran yang lebih menarik.

2) Meningkatkan kemampuan keterampilan menulis melalui metode yang lebih menyenangkan

b) Bagi Guru

1) Memberikan kemudahan bagi guru dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa.

(21)

7

2) Membantu guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran keterampilan menulis siswa.

c) Bagi Sekolah

1) Dengan mengetahui pengaruh metode pembelajaran role playing dan picture and picture terhadap keterampilan menulis siswa, sekolah akan mendapat referensi baru dalam pengajaran bahasa yang dapat menambah wawasan para peserta didik.

d) Bagi Peneliti

1) Mendapatkan fakta tentang pengaruh metode pembelajaran role playing dan picture and picture terhadap keterampilan menulis siswa.

(22)

7

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGUJAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretis

1. Metode Role Playing

a. Pengertian Metode Role Playing

Menurut Komalasari role playing adalah suatu metode penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan oleh lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.9 Sedangkan Gowen mendefinisikan main peran sebagai sebuah kekuatan yang menjadi dasar perkembangan daya cipta, tahapan, ingatan, kerja sama kelompok, penyerapan kosa kata, konsep hubungan kekeluargaan, pengendalian diri, keterampilan mengambil sudut pandang spasial, afeksi dan kognisi.10

Selain itu, menurut Hamalik bermain peran memungkinkan para siswa mengidentifikasi situasi-situasi dunia nyata dengan ide-ide orang lain.” Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa role playing merupakan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk berimajinasi dengan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya sehingga dapat melatih ingatan, penyerapan kosakata, pengendalian diri dan mengambil sudut pandang saat berhubungan dengan orang lain.11

9Kokom Komalasari. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi (Bandung: Rafika Aditama, 2010) h. 80

10Diana Mutiah. Psikologi Bermain Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012) h. 208

11Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003) h. 214

(23)

8

b. Kelebihan Metode Role Playing

Setiap metode pembelajaran yang telah atau akan dilaksanakan oleh guru memliki kelebihan dan kekurangan. Komalasari menyebutkan kelebihan metode role playing sebagai berikut:12

1) Melibatkan seluruh siswa di mana siswa dapat berpartisipasi dan mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama.

2) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.

3) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.

4) Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.

5) Permainan merupakan pengalaman belajara yang menyenangkan bagi anak

Selain itu Djamarah dan Zain menyebutkan kelebihan lain dari metode role playing adalah:13

1) Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi bahan yang akan diperankan.

2) Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif.

3) Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga.memungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni dari sekolah.

4) Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina sebaik- baiknya.

5) Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya.

12Kokom Komalasari. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi (Bandung: Rafika Aditama, 2010) h. 81

13Syaiful Bahri Djamarah dan Zain Aswan. Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta. 2006) h. 89

(24)

9

6) Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami oleh orang lain.

Berdasarkan kelebihan-kelebihan metode role playing yang telah dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa setelah diterapkan dalam pembelajaran maka akan dapat hasil yang baik terutama dalam aspek keterampilan menulis. Secara tidak sengaja siswa akan berusaha menggunakan kalimat yang dapat dimengerti oleh lawan mainnya.

c. Kekurangan Metode Role Playing

Selain memiliki kelebihan menurut Komalasari metode role playing juga memiliki beberapa kelemahan seperti berikut14:

1) Role playing/bermain peran memerlukan waktu yang relatif banyak.

2) Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid, tidak semua guru memilikinya.

3) Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu.

4) Apabila pelaksanaan role playing dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai.

5) Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.

Sedangkan Djamarah dan Zain menyatakan kelemahan metode role playing adalah:15

14 Kokom Komalasari. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi (Bandung:

Rafika Aditama, 2010) h. 82

15Syaiful Bahri Djamarah dan Zain Aswan. Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta. 2006) h. 89

(25)

10

1) Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain peran, mereka menjadi kurang kreatif.

2) Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukkan.

3) Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi kurang bebas.

4) Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan dan sebagainya.

Setelah diketahui bahwa ada beberapa kelemahan yang dimiliki oleh metode pembelajaran role playing, maka guru seharusnya dapat mengantisipasi agar kelemahan-kelemahan tersebuat dapat diminimalisir.

Dengan memberikan peran sesuai tema pembelajaran yang sedang dipelajari sehingga siswa tidak merasa terbebani dengan skenario dan bisa berkreasi dengan cara berdiskusi.

d. Tujuan Role Playing

Role playing sebagai suatu metode pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna diri di dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. Artinya, melalui bermain peran siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain16.

Menurut Djamarah dan Zain tujuan penggunaan dari metode role playing yaitu:

1) Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain.

2) Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab.

16Syaiful Bahri Djamarah dan Zain Aswan. Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta. 2006) h. 70

(26)

11

3) Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan.

4) Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan metode role playing dapat digunakan untuk melatih siswa dalam menjalani kehidupan bermasyarakat dengan baik.

e. Langkah-langkah Metode Role Playing

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode role playing ada langkah-langkah yang harus dilakukan baik oleh guru maupun peserta didik.

Komalasari menuliskan dalam bukunya bahwa langkah-langkah metode pembelajaran role playing adalah sebagai berikut:17

1) Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.

2) Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum pembelajaran.

3) Guru membentuk kelompok siswa yang beranggotakan 5 orang.

4) Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai 5) Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan

skenario yang sudah dipersiapkan.

6) Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan.

7) Setelah selesai ditampilkan masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas penampilan masing-masing kelompok.

8) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya dan guru memberikan kesimpulan secara umum.

17 Kokom Komalasari. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi (Bandung:

Rafika Aditama, 2010) h. 81

(27)

12

Uno menjelaskan langkah-langkah dalam pelaksanaan metode pembelajaran role playing dengan lebih rinci seperti berikut:18

1) Pemanasan (warming up) 2) Memilih pemain

3) Menata panggung 4) Menyiapkan pengamat 5) Memainkan peran 6) Diskusi dan evaluasi 7) Memainkan peran ulang 8) Diskusi dan evaluasi kedua

9) Berbagi pengalaman dan kesimpulan

Berdasarkan kedua pendapat para ahli mengenai langkah-langkah pembelajaran role playing peneliti memutuskan untuk menggunakan langkah pembelajaran yang dinyatakan oleh Uno karena terjadi pengulangan dalam memainkan peran. Hal ini dapat memberi penguatan agar siswa melakukan permainan peran lebih baik dari penampilan pertamanya.

2. Metode Picture and Picture

a. Pengertian Metode Pembelajaran Picture and Picture

Menurut Suprijono Picture and Picture merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran.

Strategi ini mirip dengan Example Non- Example, di mana gambar yang diberikan pada siswa harus dipasangkan atau diurutkan secara logis.

Gambar-gambar ini menjadi perangkat utama dalam proses pembelajaran”.19

18Hamzah B Uno. Metode Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) h.45

19M. Huda. Metode-metode Pengajaran dan Pembelajaran (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2014) h, 236

(28)

13

Sementara itu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi atau pengertian gambar adalah tiruan barang dibuat dengan coretan pensil pada kertas dan sebagainya. Jika kita perhatikan terdapat banyak kata pada pendefinisian tersebut. Ini menunjukkan betapa luasnya definisi atau pengertian gambar. Pertama menunjukkan bahwa gambar tidak hanya terbatas pada tiruan orang, binatang, tumbuhan. Tapi bisa juga tiruan yang lainnya. Kedua menggambarkan pembuatannya tidak terbatas pada coretan pensil. Bisa saja dengan pointer menggunakan mouse dalam program menggambar di komputer. Ketiga, menunjukan bahwa untuk menggambar tidak hanya terbatas pada kertas. Bisa saja pada dinding, lembaran kayu, atau bisa juga pada canvas imaginer dalam program menggambar di komputer.

Menurut Hamzah gambar adalah bentuk resprentasi visual dari orang, tempat ataupun benda yang diwujudkan diatas kanvas, kertas atau bahan lain, baik dengan cara lukisan, gambar atau foto. Media gambar merupakan segala sesuatu yang diwujudkan secara visual kedalam bentuk dua dimensi sebagai curahan ataupun pikiran yang bentuknya bermacam- macam seperti lukisan, potret, slide, film, strip, opaque projektor.20

Sesuai pendapat di atas, dapat disimpulkan pengertian media gambar adalah segala bentuk alat komunikasi sesuatu yang diwujudkan secara visual kedalam bentuk dua dimensi sebagai curahan ataupun pikiran yang diwujudkan diatas kanvas, kertas atau bahan lain, baik dengan cara lukisan, gambar atau foto yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi ke peserta didik.

Media gambar adalah media yang paling umum dipakai, merupakan bahasan umum yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Melalui media gambar, siswa dapat ditunjukan suatu tempat, orang dan segala

20H. Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo. Teknologi komunikasi &informasi pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) h. 128

(29)

14

sesuatu daerah yang jauh dari jangkauan. Gambar juga dapat memberikan gambaran dari waktu yang telah lalu ke masa yang akan datang.21

Menurut Sri Anitah, manfaat gambar sebagai media pembelajaran adalah sebagai berikut:22

1. Cocok dengan tingkatan umur dan kemampuan siswa.

2. Bersahaja dalam arti tidak terlalu kompleks, karena dengan gambar itu pembelajar mendapat gambaran yang pokok. Apabila gambar kompleks, perhatian siswa terbagi, akibatnya ada sesuatu yang justru penting tetapi tidak tertangkap oleh siswa.

3. Realistis, maksudnya gambar itu seperti benda yang sesungguhnya atau sesuai dengan apa yang digambar, sudah tentu perbandingan ukuran juga harus diperhatikan.

4. Gambar dapat diperlakukan dengan tangan, maksudnya gambar sebagai media pembelajaran harus dapat dipegang, diraba olaeh siswa.

b. Kelebihan Metode Pembelajaran Picture and Picture

Setiap metode pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Begitu juga dengan metode pembelajaran picture and picture. Menurut Oemar Hamalik kelebihan media gambar adalah sebagai berikut:23

1. Media gambar bersifat konkret. Jadi siswa dapat melihat dengan jelas sesuatu yang sedang dipelajari menggunakan media gambar tersebut.

2. Media gambar dapat mengatasi batas ruang dan waktu. Misalnya obyek yang besar dapat ditampilkan dengan ukuran yang lebih kecil dan gambar kejadian masa lalu dapat ditampilkan di kelas.

3. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan indra manusia. Obyek benda yang kecil dapat ditampilkan dengan ukuran yang lebih besar.

21Arief S, Sadiman dkk. Media pendidikan (Jakarta. PT Raja Grafindo Persada, 2006) h. 29

22Sri Anitah. Media Pembelajaran (Surakarta: UNS Press, 2008) h. 9

23Oemar Hamalik. Media Pendidikan (Bandung: Citra Aditya Bakti. 1994) h. 66

(30)

15

4. Gambar mudah didapat dan harganya terjangkau.

5. Mudah digunakan baik untuk kelompok ataupun perorangan.

Sementara itu, menurut Istarani pembelajaran dengan menggunakan metode picture and picture memiliki kelebihan diantaranya:24

1. Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih dahulu,

2. Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukan gambar-gambar mengenai materi yang dipelajari,

3. Dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa, karena siswa diminta guru untuk menganalisis gambar yang ada,

4. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan siswa mengurutkan gambar,

5. Pembelajaran lebih terkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang telah dipersiapkan oleh guru.

c. Kekurangan Metode Pembelajaran Picture and Picture

Adapun kelemahan pembelajaran picture and picture diantaranya adalah:

1. Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkualitas serta sesuai dengan materi pelajaran,

2. Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi yang dimiliki siswa,

3. Baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran,

4. Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-gambar yang diinginkan.

24Jumanta Hamdayama. Metode dan Metode Pembelajaran Kreatif (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2014) h. 231

(31)

16

Berbeda dengan pendapat di atas, menurut Huda bahwa kelebihan strategi pembelajaran picture and picture antara lain:25

1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa, 2. Siswa dilatih berpikir logis dan sistematis,

3. Siswa dibantu belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subyek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir,

4. Motivasi siswa untuk belajar semakin dikembangkan, 5. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.

6. Memakan banyak waktu, 7. Membuat sebagian siswa pasif,

8. Munculnya kekhawatiran akan terjadi kekacauan di kelas,

9. Adanya beberapa siswa tertentu yang terkadang tidak senang jika disuruh bekerja sama dengan yang lain,

10. Kebutuhan akan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai.

Berdasarkan dua pendapat di atas, maka dapat diperoleh informasi secara garis besar bahwa metode pembelajaran picture and picture disatu sisi dapat membuat pembelajaran lebih terarah, siswa lebih mudah menerima materi pelajaran, dan dapat meningkatkan daya pikir siswa dalam berpikir logis dan sistematis. Tanggung jawab serta motivasi siswa juga dapat dikembangkan, dan pembelajaran menjadi lebih berkesan. Namun di sisi lain pembelajaran picture and picture juga membutuhkan alat-alat, waktu, dan dana yang tidak sedikit.

Menemukan gambar yang sesuai dengan materi pembelajaran dan tingkat perkembangan siswa pun cukup sulit. Terlebih lagi bagi guru yang belum terbiasa menggunakan gambar sebagai bahan utama dalam pembelajaran. Sehingga muncul kekhawatiran akan terjadi kekacauan di kelas.

25M. Huda. Metode-metode Pengajaran dan Pembelajaran (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2014) h, 239

(32)

17

d. Tujuan Picture and Picture

Picture and picture sebagai suatu metode pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa memahami materi atau topik yang sedang diajarkan dan memecahkan suatu masalah dengan logis yaitu memasangkan dan mengurutkan gambar secara sistematis. Artinya, melalui gambar siswa belajar menggunakan imajinasi melalui media gambar yang diberikan, menyadari adanya pesan yang terdapat dalam sebuah gambar dalam kehidupan sehari-hari dan.

e. Langkah-langkah Picture and Picture

Dalam proses pembelajaran, media memiliki peran meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran. Kehadiran media tidak saja membantu pengajar dalam menyampaikan materi ajar, tetapi memberikan nilai tambah pada kegiatan pembelajaran. Hal ini berlaku bagi segala jenis media, termasuk didalamnya media gambar. Media gambar yang digunakan oleh guru berupa gambar datar pada lembaran kertas. Gambar pada hakikatnya mengespresikan suatu hal, bentuk ekspresi dalam bentuk fakta dan bukan dalam bentuk bahasa. Pesan yang tersirat dalam suatu gambar tersebut perlu disampaikan dalam bentuk kata ataupun kalimat.

Dalam menerapkan metode pembelajaran picture and picture ini tidak hanya sekedar menerapkan akan tetapi ada langkah-langkah yang harus diperhatikan. Menurut Suprijono langkah–langkah pembelajarannya sebagai berikut:26

1. Penyampaian Kompetensi. Pada tahap ini, guru diharapkan menyampaikan kompetensi dasar mata pelajaran yang bersangkutan.

Dengan demikian, siswa dapat mengukur sampai sejauh mana kompetensi yang harus mereka kuasai. Di samping itu, guru harus menyampaikan indikator-indikator ketercapaian kompetensi tersebut untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mencapainya.

26M. Huda. Metode-metode Pengajaran dan Pembelajaran (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2014) h, 236

(33)

18

2. Presentasi Materi. Pada tahap penyajian materi, guru telah menciptakan momen awal pembelajaran,. Keberhasilan pembelajaran dapat dimulai dari sini. Pada tahap inilah, guru harus berhasil memberikan motovasi pada beberapa siswa yang kemungkinan masih belum siap.

3. Penyajian Gambar. Pada tahap ini, guru menyajikan gambar dan mengajak siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditujukkan. Dengan gambar, pengajar akan lebih hemat energi, dan siswa juga akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam pengembangan selanjutnya, guru dapat memodifikasi gambar atau menggantinya dengan video atau demonstrasi kegiatan tertentu.

4. Pemasangan gambar. Pada tahap ini, guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian untuk memasangkan gambar secara berurutan dan logis. Guru juga bisa melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif sebab siswa cenderung merasa tertekan. Salah satu caranya adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus benar-benar siap untuk menjalankan tugas yang diberikan.

5. Penjajakan. Tahap ini mengharuskan guru untuk menanyakan kedapa siswa tentang alasan/dasar pemikiran dibalik urutan gambar yang disusunnya. Setelah itu, siswa bisa diajak ntuk menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan kompetensi dasar berdasarkan indikator-indikator yang ingin dicapai. Guru juga bisa mengajak sebanyak mungkin siswa untuk membantu sehingga proses diskusi menjadi semakin menarik.

6. Penyajian ompetensi. Berdasarkan komentar data penjelasan atas urutan gambar-gambar, guru bisa memulai menjelaskan lebih lanjut sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Selama proses ini, guru harus memberikan penekanan pada ketercapaian kompetensi tersebut. Di sini, guru bisa mengulangi, menuliskan atau menjelaskan

(34)

19

gambar-gambar tersebut agar siswa mengetahui bahwa sarana tersebut penting dalam pencapaian kompetensi dasar dan indikator- indikator yang telah ditetapkan.

7. Penutup. Diakhir pembelajaran, guru dan siswa saling berefleksi mengenai apa yang telah dicapai dan dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat materi dan kompetensi dalam ingatan siswa.

B. Metode Role Playing dan Picture and Picture

1. Pengertian metode Role Playing dan Picture and Picture

Seperti yang sudah di jelaskan di atas menurut Komalasari role playing adalah suatu metode penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Sedangkan Menurut Suprijono Picture and Picture merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Strategi ini mirip dengan Example Non- Example, di mana gambar yang diberikan pada siswa harus dipasangkan atau diurutkan secara logis. Sehingga metode role playing dan picture and picture dapat digabungkan dalam sebuah pembelajaran perpaduan antara penghayatan serta imajinasi siswa dibantu oleh gambar (picture), dengan begitu siswa diharapkan dapat menulis skenario yang akan diperankan dengan benar, menuangkan imajinasinya dengan baik, dan keterampilan menulis siswa meningkat.

2. Cara menerapkan metode Role Playing dan Picture and Picture

1) Guru membentuk kelompok siswa yang beranggotakan 5 orang.

2) Guru mengajak siswa semua siswa menyusun/menyiapkan gambar dan skenario yang akan ditampilkan

3) Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari kembali skenario dan gambar yang sudah disiapkan.

4) Guru menjelaskan kembali skenario bermain peran.

(35)

20

5) Guru membagikan foto/gambar yang akan digunakan

6) Setelah itu peserta didik bermain peran dan menyajikan gambar 7) Ketika peserta didik yang ditunjuk bermain peran, masing- masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati gambar dan skenario yang sedang diperagakan. Sambil menunggu giliran kelompoknya maju dengan cara diundi.

8) Setelah selesai ditampilkan masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk melakukan penilaian.

9) Guru meminta siswa untuk menyusun gambar atas yang sudah disampakan para tokoh

10) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya dan guru memberikan kesimpulan secara umum.

3. Keterampilan Menulis

a. Pengertian Keterampilan Menulis

Menurut Mc Crimmon keterampilan menulis adalah kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas. Jadi menulis bukan hanya menuangkan pikiran dan perasaan saja, tetapi didalamnya proses pengungkapan ide, ilmu, pengetahuan serta pengalaman yang dialami seseorang yang kemudian dituangkan dalam bahasa tulisan.27

Menurut Doyin dan Wagiran menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dipergunakan dalam komunikasi secara tidak langsung. Keterampilan menulis tidak didapatkan secara alamiah, tetapi harus melalui proses belajar dan berlatih. Berdasarkan sifatnya, menulis juga merupakan keterampilan berbahasa yang produktif dan reseptif.28

27Kundharu Sadhono dan Y. Slamet. Meningkatakan Keterampilan Berbahasa Indonesia.

(Bandung: Karya Putra Darwanti, 2012) h. 140

28Doyin dan Wagiran. Bahasa Indonesia Pengantar Penulisan Karya Ilmiah (Semarang:

UNNES Press, 2009) h. 12

(36)

21

Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca.29

Lebih lanjut Suparno mendefinisikan menulis sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.30 Senada dengan pendapat tersebut, menulis menurut Nurudin adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami.31 Sementara itu Semi mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan.32

Sedangkan menurut Byrne keterampilan menulis merupakan bagaiaman cara menuangkan ide ke dalam bentuk bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara lengkap dan jelas sehingga buah pikiran tersebut berhasil dikomunikasikan kepada pembaca.

Role playing merupakan suatu model pembelajaran yang mengajak siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran, penguasaan bahan pelajaran berdasarkan pada kreatifitas serta ekspresi siswa dalam meluapkan imajinasinya terkait dengan bahan pelajaran yang ia dalami tanpa adanya keterbatasan kata dan gerak, namun tidak keluar dari bahan ajar.33

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis adalah kemampuan melakukan komunikasi tidak langsung berupa pemindahan pikiran atau perasaan dengan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, kosakata dan symbol sehingga tercipta sebuah produk bahasa

29Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. Strategi Pembelajaran Bahasa (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011) h. 248

30Suparno dan Mohamad Yunus. Keterampilan Dasar Menulis (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009) h.13

31Nurudin. Dasar-dasar Penulisan (Malang: UMM Press, 2010) h. 4

32Semi, M. Atar. Dasar-dasar Keterampilan Menulis (Bandung: Angkasa, 2007) h.14

33Ismawati Alidha Nurhasanah, Atep Sujana, and Ali Sudin, Penerapan Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Hubungan Mahluk Hidup Dengan Lingkungannya, vol. 1, no. 1 (2016), p. 613.

(37)

22

(artikel, esai, laporan, resensi, karya sastra, buku, komik, dan cerita) yang dapat dikomunikasikan pada orang lain dengan cepat dan benar. 34

b. Tujuan Menulis

Tulisan pada dasarnya adalah sarana untuk menyampaikan pendapat atau gagasan agar dapat dipahami dan diterima orang lain, dengan demikian tulisan menjadi salah satu sarana berkomunikasi yang cukup efektif dan efesien untuk menjangkau masa yang luas. Adapun tujuan menulis adalah : a. Menginformasikan segala sesuatu, seperti halnya tulisan yang ada dalam media cetak, penulis dapat menginformasikan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sebuah daerah kepada pembacanya yang berada di daerah lain.

b. Membujuk, melalui tulisan seorang penulis juga memiliki harapan kepada pembacanya agar dapat menentukan sikap, apakah setuju atau tidak terhadapa apa yang dikemukakannya. Untuk mendapatkan dukungan akan opini yang ditulisnya, penulis harus mampu membujuk dan meyakinkan pembaca dengan menggunakan gaya bahasa yang persuasif.

c. Mendidik, semakin banyak seseorang membaca maka wawasan dan pengetahuannya semakin bertambah sehingga kecerdasanya pun meningkat, yang pada akhirnya akan menentukan perilakunya.

d. Menghibur, melalui membaca cerpen ataupun novel seseorang dapat terhibur dengan isi cetita yang terkandung didalamnya.35

Setiap jenis tulisan mengandung beberapa tujuan. Maksud atau tujuan penulis adalah responsi atau jawaban yang diharapkan penulis akan diperolehnya dari pembaca. Charlie mengemukakan bahwa penulis memiliki tujuan tertentu dalam penulisannya, yaitu: memberi informasi, mencerahkan jiwa, mengabadikan sejarah, ekspresi diri, mengedepankan

34Kundharu Sadhono dan Y. Slamet. Meningkatakan Keterampilan Berbahasa Indonesia.

(Bandung: Karya Putra Darwanti, 2012) h. 142

35Erlina Syarif, dkk. Pembelajaran Menulis (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2009) h. 6

(38)

23

idealisme, mengemukakan opini dan teori, serta menghibur. Senada dengan pendapat Charlie, Semi merangkumkan tujuan menulis antara lain sebagai berikut :

1. Untuk menceritakan sesuatu. Menceritakan sesuatu kepada orang lain mempunyai maksud agar orang lain atau pembaca tahu tentang apa yang dialami oleh yang bersangkutan.

2. Untuk memberikan petunjuk atau pengarahan. Memberi petunjuk atau pengarahan adalah apabila seseorang mengajari orang lain bagaimana mengerjakan sesuatu dengan tahapan yang benar.

3. Untuk menjelaskan sesuatu. Apabila siswa membaca berbagai buku pelajaran sehari-hari, tentu buku tersebut berisi berbagai penjelasan.

Maka tulisan itu dapat digolongkan ke dalam tulisan yang bertujuan menjelaskan sesuatu.

4. Untuk meyakinkan. Ada kalanya orang menulis untuk meyakinkan orang lain tentang pandangannya mengenai sesuatu karena seringkali seseorang merasa bahwa pandangan dan pendapatnya merupakan hal yang paling benar.

5. Untuk merangkum. Tujuan menulis semacam ini, umumnya dijumpai pada kalangan murid sekolah, baik yang berada di tingkat dasar, menengah, maupun di perguruan tinggi. Dengan menuliskan rangkuman, mereka akan sangat tertolong dan mudah dalam mempelajari isi buku yang panjang dan tebal.36

Berdasarkan tujuan-tujuan menulis di atas, menulis yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk menceritakan sesuatu yang dipikirkan penulis agar dapat memberi informasi kepada pembaca. Informasi yang dimaksud terangkum dalam bentuk sebuah karangan narasi.

36Semi, M. Atar. Dasar-dasar Keterampilan Menulis (Bandung: Angkasa, 2007) h.14

(39)

24

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Menulis

Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi ketidakmampuan orang- orang yang memiliki intelegensi dan sistem sensor rata-rata serta kesempatan belajar yang cukup lama. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi harga diri, pendidikan dan aktivitas sehari-hari sepanjang hidup. Menurut Syaifudin Bahri Djamarah kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, hal tersebut disebabkan oleh adanya ancaman hambatan ataupun gangguan dalam belajar.37 Sementara itu, menurut Abdurahman kesulitan belajar adalah ganguan proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ucapan ataupun tulisan.38

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1. Faktor internal, yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa, faktor internal yang mempengaruhi belajar siswa adalah inteligensi, bakat yang kurang, emosional yang kurang stabil, aktivitas yang kurang, kebiasaan yang kurang baik, kesehatan yang kurang baik dan tidak adanya motivasi.

2. Faktor eksternal, yaitu kondisi lingkungan disekitar siswa, dalam konteks ini lingkungan yang paling dekat dengan keadaan siswa adalah lingkungan sekolah. Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar siswa adalah pribadi guru yang kurang baik, guru tidak berkualitas, hubungan guru dengan anak didik kurang harmonis, guru menuntut standar pelajaran diatas kemampuan anak, tidak mampu mendiagnosis kesulitan belajar, cara mengajar guru kurang baik, alat/media kurang memadai.

3. Faktor pendekatan belajar, yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi, metode yang digunakan untuk memudahkan siswa memahami

37Syaifudin Bahri Djamarah. Psikologi Belajar. (Banjarmasin: Rineka Cipta, 2000) h. 235

38St Y Slamet. Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar (Surakarta: UNS Press, 2007) h.91. lihat juga Syaifudin Bahri Djamarah. Psikologi Belajar (Banjarmasin: Rineka Cipta, 2000) h. 237

(40)

25

konsep pembelajaran. Faktor pendekatan belajar, biasanya disebabkan guru kurang dapat memilih pendekatan ataupun metode yang tepat dalam pebelajaran, hal tersebut mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak tercapai.

d. Tahap-tahap Penulisan

Sebagai sebuah proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa fase yaitu fase prapenulisan (persiapan), penulisan (pengembangan isi karangan), dan pasca penulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan). 39

Masing-masing fase dari ketiga tahap penulisan di atas tidaklah dipandang secara kaku, selalu berurut, dan terpisah-pisah. Ketiganya harus dipahami sebagai komponen yang memang ada dan dilalui oleh seorang penulis dalam proses tulis-menulis. Urutan dan batas antar fase itu sangatlah luwes, bahkan dapat tumpang tindih. Dengan demikian, tergambar secara menyeluruh proses menulis dari awal sampai akhir yakni sebagai berikut:

1. Tahap prapenulisan. Tahap ini merupakan fase persiapan dalam menulis. Pada fase prapenulisan ini terdapat aktivitas memilih topik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan atau informasi yang diperlukan, serta mengorganisasikan ide atau gagasan dalam bentuk kerangka karangan. Pemicu ide untuk menulis ada dimana-mana.

Ide tidak mungkin datang begitu saja tanpa ada usaha-usaha untuk menjemput ide tersebut. Ada beberapa tips menjemput ide seperti yang dikemukakan Yuliarti, yaitu: (1) banyak membaca, (2) menjawab pertanyaan dari orang lain, (3) berdiskusi dengan orang lain, dan (4) peka terhadap lingkungan sekitar.

2. Tahap penulisan. Tahap ini merupakan fase untuk mulai mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat dalam kerangka

39Suparno dan Mohamad Yunus. Keterampilan Dasar Menulis (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009) h.14

(41)

26

karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah dipilih dan dikumpulkan. Kerangka karangan yang telah dibuat dikembangkan menjadi awal karangan, isi karangan dan akhir karangan.

3. Tahap pascapenulisan. Tahap ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan draft karangan yang telah dihasilkan. Kegiatan penyuntingan dan perbaikan karangan dapat dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut:

a. Membaca keseluruhan karangan

b. Menandai hal-hal yang perlu diperbaiki, atau memberikan catatan bila ada hal-hal yang harus diganti, ditambahkan, disempurnakan c. Melakukan perbaikan sesuai dengan temuan saat penyuntingan.40

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa proses menulis terdiri atas tiga tahapan, yakni tahap prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Dari keseluruhan tahapan sudah tergambar kegiatan yang dilakukan dalam rangka membuat sebuah tulisan, yakni menentukan topik, tujuan, mengumpulkan bahan, menyusun dan mengembangkan kerangka karangan menjadi sebuah karangan utuh mulai awal sampai akhir, mengoreksi dan merevisi karangan apabila terdapat kesalahan.

C. Hasil Penelitian Yang Relevan

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Yang Relevan

No Variabel Persamaan Perbedaan Hasil 1

Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Pendekatan Kontekstual Dengan

Keterampilan Menulis

Media Role Playing dan Picture and

adanya peningkatan pada pembelajaran bahasa Indonesia aspek menulis karangan narasi yang

40Yuliarti, Nurheti. Menjadi Penulis Profesional (Yogyakarta: Media Pressindo, 2008) h.

29

(42)

27

Media Gambar Seri Pada Siswa Kelas IVB SDN Wonosari 02 Semarang

Picture.

Objek, populasi, dan tempat

meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan

keterampilan menulis siswa

2

Peningkatan

Keterampilan Menulis Narasi Melalui

Metode Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Ngawonggo 1 Kabupaten Magelang

Keterampilan Menulis

Media Role Playing dan Picture and

Picture.

Objek, populasi, dan tempat

Peningkatan terjadi pada hasil tes keterampilan menulis narasi siswa. Pada pra tindakan siswa

mendapat rata-rata nilai kelas 69,96 dengan

persentase ketuntasan yang rendah yaitu 32%. Setelah dilakukan tindakan, rata-rata nilai kelas meningkat

menjadi 77,88 dengan persentase ketuntasan 76%

3

Pengaruh Penggunaan Metode Role Playing Terhadap Hasil

Belajar Ips Pada Siswa Kelas V SD Negeri Blondo 3 Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang

Penggunaan Metode Role Playing

Media Picture and Picture.

Keterampil an

Menulus.

Objek, populasi, dan tempat

Terdapat perbedaan

signifikan pada hasil belajar IPS pada siswa kelas

eksperimen dan kelas control

(43)

28

D. Kerangka Berfikir

Tabel 2.2 Kerangka Berpikir

E. Hipotesis Penelitian

Teori-teori yang telah dikemukakan di atas, maka sebelum dilakukan penelitian, dirumuskan terlebih dahulu hipotesis sebagai dugaan awal penelitian terhadap kemampuan keterampilan menulis siswa, yaitu: metode pembelajaran role playing dan picture and picture berpengaruh terhadap keterampilan menulis siswa kelas 4 SDN Pesanggrahan 02.

Rendahnya keterampilan menulis

siswa

1. Penggunaan metode pembelajaran keterampilan menulis kurang efektif 2. Siswa kesulitan menuangkan gagasan

kedalam tulisan atau karangan secara sistematis dan pembelajaran menulis masih berpusat pada guru.

Penggunaan Metode pembelajaran role playing dan picture and

picture

Meningkatkan ketrampilan menulis

siswa

Metode pembelajaran role playing dan picture and picture dapat menjadi metode alternatif untuk

meningkatkan keterampilan menulis siswa

(44)

29

BAB III

METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2019 pada siswa kelas 4 SDN Pesanggrahan 02 bintaro tahun ajaran 2019/2020

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Metode eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitianyang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yanglain dalam kondisi yang terkendalikan.

Metode ini dilakukan terhadap kelompok yang homogen, dengan membagi kelompok yang diteliti menjadi dua kelompok pengamatan.Kelompok yang pertama adalah kelompok dengan penerapan metode Role Playing dan Picture and Picture. Kemudian kelompok yang kedua adalah kelompok yang tidak diberi perlakuan metode Role Playing dan Picture and Picture.

Penggunaan metode quasi experiment dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pengaruh penerapan metode Role Playing dan Picture and Picture terhadap Keterampilan Menulis siswa.

Desain penelitian eksperimen yang akan digunakan adalah two group pretest-posttest design, dimana untuk dapat mengetahui variabel dependen dalam penelitian ini, data yang akan diambil berdasarkan pada hasil pretestdan posttest siswa yang akan menjadi objek penelitian.

Menurut Punaji rancangan penelitian two group pretest-posttest design ini meliputi tiga langkah, yaitu: (1) pelaksanaan pretes untukmengukur variable terikat; (2) pelaksanaan perlakuan atau eksperimen; dan (3) pelaksanaan posttes untuk mengukur hasil atau dampak terhadapvariabel terikat.41

41 Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 174.

Gambar

Tabel 2.1   .............................................................................................................
Tabel 3.1  Rancangan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dapat digunakan jika ada aspek yang menyangkut hukum publik seperti perceraian karena suami atau istri menyiksa,

dapat diartikan sebagai nilai baik yang ada didalam suatu masyarakat. Hal ini.. 1 Edi Prasetyo, Kamus Lengkap Bahasa Inggris ,Surabaya:Riyan Jaya,2012, hal 248.. berarti

No Nomor Peserta Nama Asal Sekolah

Di dalamnya terkandung pengertian adanya pengakuan terhadap prinsip supremasihukum dan konstitusi, dianutnya prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan menurut sistem

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya bertanggung jawab menyediakan sarana produksi Perikanan dan sarana Usaha Pergaraman

Hal ini menimbulkan suatu bentuk perilaku konsumen yang berbeda-beda tersebut menjadi suatu hal yang menarik perhatian peneliti guna mengetahui faktor-faktor yang

Berdasarkan hasil penelitian di atas, kemauan membayar pajak dan tingkat pemahaman wajib pajak mempunyai nilai yang signifikan 0,079 dan 0,000, yang artinya nilai ini lebih kecil

paragraph 6.5.8–6.5.14 (dan, jika dapat diterapkan, PSAK 55 Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran paragraf 89– 94 untuk akuntansi lindung nilai atas nilai wajar untuk