• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Kultivar Ganyong Di Provinsi Bengkulu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keanekaragaman Kultivar Ganyong Di Provinsi Bengkulu."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN KULTIVAR GANYONG

DI PROVINSI BENGKULU

EVELYNE RIANDINI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Keanekaragaman Kultivar Ganyong di Provinsi Bengkulu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Evelyne Riandini

(4)

RINGKASAN

EVELYNE RIANDINI. Keanekaragaman Kultivar Ganyong di Provinsi Bengkulu. Dibimbing oleh ALEX HARTANA dan MIEN A. RIFAI.

Ganyong (Canna indica L.) merupakan tanaman pangan berasal dari Amerika Selatan yang tersebar di seluruh kawasan dunia dan banyak dibudidayakan di daerah tropis. Di Asia diketahui empat tipe ganyong Thai-

purple, Chinese-purple, Thai-green dan Japanese-green. Di pulau Jawa

ditemukan dua variasi ganyong merah dan ganyong putih. Ganyong banyak dijumpai pembudidayaannya di Provinsi Bengkulu. Budidaya ganyong di Provinsi Bengkulu memiliki variasi yang belum terdata. Variasi antar kultivar ganyong perlu dikaji sebagai tanaman budi daya mengikuti standar taksonomi kultivar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi keanekaragaman tanaman ganyong di Provinsi Bengkulu dan mengelompokkannya berdasarkan karakter morfologi sehingga membantu dalam pengembangan dan pemuliaan kultivar unggul.

Data morfologi meliputi rimpang, daun, bunga, buah, dan biji diamati dari 57 tanaman contoh tanaman hasil eksplorasi. Sebanyak 57 contoh tanaman ganyong di Provinsi Bengkulu yang diamati berdasarkan 61 karakter morfologi, dikelompokan menggunakan analisis komponen utama (Principal Component

Analysis (PCA)). Pengelompokan 57 contoh tanaman ganyong menghasilkan 7

kelompok berdasarkan komponen utama I dan II yang menentukan 55.80% keragaman. Dengan analisis clustering menggunakan UPGMA (Unweighted Pair

Group Method with Arithmatic Average) dalam program NTSYS. Analisis ini

menghasilkan dua kelompok utama pada nilai koefisien kemiripan 0.21 berdasarkan warna rimpang dan terbagi menjadi tujuh kelompok ganyong dengan nilai koefisien kemiripan 0.45. Penyederhanaan banyaknya karakter morfologi, untuk kebutuhan praktis diperlukan suatu sistem pengelompokan berdasarkan karakter penentu yang bersifat beda (distinctness), seragam (uniformity), dan penciri yang bersifat stabil (stability). Karakter morfologi terpilih berupa 20 karakter morfologi yang mewakili karakter rimpang, daun, dan bunga.

Hasil pengelompokan ganyong di Bengkulu dibandingkan dengan tipe ganyong yang sudah dipublikasi di Asia. Sebanyak lima kelompok ganyong di Bengkulu diindikasikan termasuk ke dalam tipe di Asia. Kelompok I dan III termasuk ke dalam tipe Thaipurple, kelompok II termasuk ke dalam kultivar

Chinesepurple, sedangkan kelompok IV dan V termasuk ke dalam kultivar

Japanesegreen. Hubungan kekerabatan dianalisis secara kladistik menggunakan

program PAUP*. Pengelompokan berdasarkan karakter morfologi dibagi menjadi kelompok tetua (kelompok I, II, III) dan turunan (kelompok IV, V, VI, dan VII).

(5)

SUMMARY

EVELYNE RIANDINI. Diversity of Ganyong in Bengkulu Province. Supervised by ALEX HARTANA and MIEN A. RIFAI.

Canna (Canna indica L.) is a crop native to South America had been spread

throughout the regions of the world and is widely cultivated in the tropics. In Asia known four canna types: Thai–purple, Chinese–purple, Thai–green, and

Japanese–green. In Java there are two types Canna: red and white canna. Canna

cultivated in the province of Bengkulu, found in the yard and in a plantation area. Ganyong variation in Bengkulu have not been recorded. The purpose of this study was to explore the diversity of ganyong plants in Bengkulu and cluster based on morphological characters that could be used to develop in ganyong breeding programme.

Rhizomes, leaves, flowers, fruits, and seeds observed 57 ganyong plants. 61 morphological characters were used to cluster Bengkulu ganyong plants using principal component analysis (PCA), and showed seven plant groups based on components I and II with cumulative variance 55.80%. Furthermore, clustering analysis of those plants using using UPGMA method by NTSYS programme showed a dendrogram of two main groups of those 57 Ganyong plants based on the different color their rhizomes and with 0.21 similarity coefficient. However, at 0.45 similarity coefficient, those two groups clustered to 7 groups such as PCA. The analysis of 61 morphological characters fenetik be done simplification of morphological characters, to the practical needs required a classification system based on the determining character. Determinant character of each variation is found and the criteria of cultivars grouped on the basis of a different (distinctness), (uniformity), and identity which is stable (stability). Been selected morphological characters form 20 characters that represent each character rhizomes, leaves, and flowers.

Ganyong in Bengkulu compared with type in Asia. Group I and III were Thaipurple, group II was Chinesepurple type, while groups IV and V were Japanesegreen type. Cladistic analyzed using PAUP* program. Grouping based on morphological characters are divided into groups of ancestors (I, II, III) and progenies (IV, V, VI, and VII).

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

KEANEKARAGAMAN KULTIVAR GANYONG

DI PROVINSI BENGKULU

EVELYNE RIANDINI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Biologi Tumbuhan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Deby Arifiani

(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2013 Januari 2014, dengan judul Keanekaragaman Ganyong di Provinsi Bengkulu.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Alex Hartana, MSc dan Prof Dr Mien A. Rifai selaku pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan serta semua pihak yang telah membantu dalam penelitian. Di samping itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) dalam program Beasiswa Unggulan tahun 2012 yang telah mendanai penelitian ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada teman- teman mahasiswa Biologi tumbuhan 2012, laboran dan teman-teman di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan IPB. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga Andri Evi (ayah), Yenni Susilawati (ibu), Adella Thiananda S.Ked (adik), dan Eki Susanto M.Si serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Penulis berharap karya ilmiah ini dapat memberikan informasi yang berguna dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Agustus 2015

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

1 PENDAHULUAN 1

2 TINJAUAN PUSTAKA 2

3 BAHAN DAN METODE 6

Waktu dan Tempat Penelitian 6

Bahan Tumbuhan 6

Pengambilan Koleksi di Lapangan 6

Pengamatan Morfologi 6

Analisis Data 6

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Distribusi Ganyong di Bengkulu 8 Pengelompokan Ganyong Berdasarkan Analisis Fenetik 9 Karakter Penciri Ganyong 11 Hubungan Antar kelompok Tanaman Ganyong Berdasarkan Analisis Kladistik 14 Taksonomi Ganyong 16 Kunci Identifikasi Kultivar Ganyong 24 Kultivar Ganyong 24 Pemanfaatan Ganyong oleh Masyarakat 26 5 SIMPULAN DAN SARAN 27

DAFTAR PUSTAKA 28

LAMPIRAN 31

(12)

DAFTAR TABEL

(13)

DAFTAR GAMBAR

1 Morfologi Canna hybrida, (A) Habitat, (B) Rimpang, (D & E) Perbungaan, (F) Buah, (G) Biji

(C) Daun, 2 2 Morfologi Ganyong, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun, (D & E)

Perbungaan, (F) Buah, (G) Biji 4 3 Peta persebaran pembudidayaan tanaman ganyong di

Bengkulu, ( ) lokasi pembudidayaan

Provinsi 8 4 PCA (Principal Component Analysis) dari 57 contoh tanaman ganyong 9 5 Dendogram dari 57 contoh tanaman ganyong menggunakan clustering

UPGMA berdasarkan fenetik 10 6 Dendogram 61 karakter morfologi tanaman ganyong menggunakan

clustering UPGMA 12 7 Dendogram dari 57 contoh tanaman ganyong. dengan 20 karakter

morfologi menggunakan clustering UPGMA 14 8 Phylogram ganyong dan outgroup Canna hybrid ‘Picasso’ 15

9 Kelompok I, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun, (D) Perbungaan, (E) Buah. 17 10 Kelompok II, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun, (D) Perbungaan,

(E) Buah 18 11 Kelompok III, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun, (D) Perbungaan,

(E) Buah 19 12 Kelompok IV, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun, (D) Perbungaan,

(E) Buah 20 13 Kelompok V, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun, (D) Perbungaan,

(E) Buah 21 14 Kelompok VI, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun, (D) Perbungaan,

(E) Buah 22 15 Kelompok VII, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun, (D) Perbungaan,

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Contoh tanaman ganyong yang ditemukan di Provinsi Bengkulu 33 2 Lokasi pengambilan contoh tanaman ganyong di Provinsi Bengkulu 35 3 Karakter morfologi yang diamati. Beberapa karakter diambil dan

dimodifikasikan dari deskriptor Canna A Preliminary Synopsis of

Canna Descriptors” (*) dan penambahan karakter morfologi baru (**). 36

4 Karakter morfologi yang diamati dan dipilih, untuk analisis kelompok menggunakan NTSYS. Beberapa karakter diambil dan dimodifikasi dari deskriptor Canna A Preliminary Synopsis of Canna Descriptors” (*) dan penambahan karakter morfologi baru (**). 39 5 Nilai Eigenvalue dari analisis analisis komponen utama (Principal

(15)

1 PENDAHULUAN

Canna satu-satunya genus dibawah Cannaceae yang berasal dari Amerika

Selatan sudah tersebar di seluruh kawasan dunia dan banyak dibudidayakan di daerah tropis (Flach dan Rumawas 1996). Spesies Canna di kawasan tropis dibudidayakan terutama untuk pati pada bagian rimpang, dan beberapa hibrid dibudidayakan sebagai tanaman hias. Jenis Canna ini yang dimanfaatkan masyarakat yaitu Canna indica L. (= Canna edulis Kerr.) (Maas van de kamer dan Maas 2008). Rimpang diolah menjadi tepung dapat digunakan dalam pembuatan mie yang berkualitas dan dimanfaatkan sebagai sumber bahan pangan industri (Piyachomkwan et al. 2002; Jayakumari dan Stephen 2009).).

Canna indica di Indonesia dikenal dengan nama ganyong, buah tasbeh,

dan ubi pikul. Penyebaran ganyong di Indonesia dapat ditemukan dari Sabang sampai Merauke terutama di Pulau Jawa, Sumatra, dan Bali (DKU 2002). Di pulau Jawa ditemukan dua variasi ganyong merah dan ganyong putih. Ganyong merah ditandai dengan warna batang, daun, dan pelepahnya berwarna merah atau lembayung, sedangkan ganyong putih ditandai dengan batang, daun, dan pelepah hijau serta sisik rimpang kecoklatan. Di Asia diketahui empat tipe ganyong Thai-

purple, Chinese-purple, Thai-green dan Japanese-green (Tonwitowat 1994;

Piyachomkwan et al. 2002).

Ganyong banyak dijumpai pembudidayaannya di Provinsi Bengkulu, ditemukan di pekarangan rumah dan kawasan perkebunan sebagai tanaman tumpang sari (Yulfia 2012). Masyarakat Bengkulu masih memanfaatkan tanaman ganyong secara tradisional dengan cara direbus. Pemerintah Provinsi Bengkulu kerja sama dengan Dinas Pertanian tahun 2012 mengembangkan tanaman ganyong sebagai sumber pangan nonberas. Pengembangan budidaya tanaman ganyong berada di Kabupaten Bengkulu Tengah, sebagai salah satu komoditi unggulan di daerah ini. Masyarakat melalui Usaha Kecil Menengah (UKM) membudidayakan tanaman ganyong dan mengolah rimpang ganyong menjadi beberapa produk.

(16)

2

2 TINJAUAN PUSTAKA

Asal-usul dan Persebaran Ganyong

Cannaceae terdiri hanya marga Canna, ditempatkan pada halaman pertama dari Spesies Plantarum oleh Linnaeus 1753 karena pada bagian bunga memiliki hanya satu benang sari dan satu tangkai putik. Pada 1576 De Lobel memberikan deskripsi pertama dari Canna sebagai Indica florida, tanaman diperoleh dari biji yang berasal dari Indiae Occiduae hal ini menjelaskan asal–usul julukan indica.

Canna indica atau ganyong berdasarkan klasifikasi merupakan marga Canna,

suku Cannaceae, ordo Zingiberales (Maas-van de Kamer dan Maas 2008).

Beberapa jenis Canna yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias atau lebih disebut dengan canna berbunga tergolong dalam Canna flaccida Salibs., Canna liliiflora Warsz. ex Planch., Canna iridiflora Ruiz & Pav., dan Canna glauca L (Maas-van de Kamer & Maas 2008). Jenis Canna ini telah dibudidayakan dengan mengembangkan kultivar bunga besar beserta warna yang beragam. Petani mengenal kultivar Canna berbunga sebagai Canna hybrida (Gambar 1), kultivar ini cenderung memiliki perawakan lebih pendek dan rimpang yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan Canna berimpang (Mishra et al. 2011). Canna

berimpang atau ganyong dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang memiliki karakter bunga berukuran lebih kecil dan rimpang berukuran besar (18—65 cm) (Maas-van de Kamer dan Maas 2008).

Gambar 1 Morfologi Canna hybrida, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun, (D & E) Perbungaan, (F) Buah, (G) Biji

(17)

3

rei herbariae studiosis (orang yang tertarik dalam botani) (Clusius 1601; Maas-

van de Kamer dan Maas 2008).

Tanaman ini tersebar di dunia dan dikenal nama lokal seperti Chisgua di Colrimpanga, Capacho di Venezuela, Imbirg di Brazil, Tous les mois di Hindia Barat, Queensland garut di Australia, Zembu di Filipina, Lotus tuber di Taiwan, dan Sagu di Thailand (Tonwitowat 1994). Budidaya tanaman ganyong telah meluas ke Asia, terutama China, Vietnam, Taiwan, dan Thailand. Di Asia secara umum terutama pati digunakan dalam industri makanan untuk produksi mie (Thitipraphunkul et al. 2003). Di Indonesia, ganyong ditemukan hampir di seluruh kawasan daerah terutama Pulau Sumatera, Jawa, dan Bali (DKU 2002). Sentra pembudidayaan ganyong di Indonesia terutama di Pulau Jawa terletak di Jawa Tengah (Klaten, Wonosobo, Purworejo), Jawa Barat (Majalengka, Sumedang, Ciamis, Cianjur, Garut, Subang, dan Karawang), dan Jawa Timur (Malang dan Pasuruan) (Suhartini dan Hadiatmi 2010).

Budidaya Ganyong

Karakter ganyong yang ada di Indonesia mempunyai kemiripan dengan ganyong di Amerika Selatan (Tatit et al. 1991). Di Amerika Selatan ganyong merah dikenal dengan nama Morados dan ganyong putih dikenal dengan nama

Verdes (DKU 2002). Kebutuhan terutama pati ganyong sebagai sumber makanan

telah menjadikan pembudiayaan tanaman ganyong di Asia menyebar luas.

Di Asia tanaman ganyong yang telah dibudidayakan masyarakat dikenal

Thai-green, Japanese-green, Thai-purple, dan Chinese-purple (Tonwitowat 1994;

Piyachomkwan et al. 2002). Di Indonesia tanaman ganyong di Pulau Jawa dan Maluku dibedakan menjadi ganyong merah dan ganyong putih. Rimpang ganyong merah berwarna merah dengan batang semu merah, sedangkan ganyong putih berimpang putih tetapi batang semu berwarna hijau.

Pemanfaatan Ganyong

Ganyong atau Canna berimpang (Gambar 2) yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang memiliki karakter bunga berukuran lebih kecil dan rimpang berukuran besar (18—65 cm). Ganyong mudah untuk dibudidayakan karena dapat hidup di daerah beriklim tropis dengan curah hujan tinggi dan dapat hidup sepanjang tahun.

(18)

4

Gambar 2 Morfologi Ganyong, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun, (D & E) Perbungaan, (F) Buah, (G) Biji

Produktivitas Ganyong

Perbanyakan ganyong dilakukan dengan menggunakan bagian rimpang yang telah mucul 1–2 tunas sehat. Rimpang dapat ditanam sedalam 515 cm dalam tanah. Rimpang yang telah matang dapat dipanen pada umur 610 bulan setelah penanaman awal. Pemanenan ganyong setelah delapan bulan akan memberikan produktivitas yang tinggi karena rimpang mengalami perbesaran maksimum. Ganyong akan menjadi keras apabila lebih dari 10 bulan tidak dipanen dan menyebabkan kandungan pati berkurang (Flach dan Rumawas 1996).

Curah hujan tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah dibutuhkan dalam penanaman ganyong, sehingga dapat tumbuh baik di musim kemarau atau di daerah kering. Jumlah embun mempengaruhi pertumbuhannya. Embun terlalu banyak menyebabkan kelainan pertumbuhan daun dan merusak perkembangan rimpangnya. Hasil atau produksi per hektar dari tanaman ini sangat tergantung pada perawatan tanaman, jenis tanah, dan faktor produksi lainnya (Margarita et al. 2012). Di Pulau Jawa 1 ha areal pertanaman ganyong menghasilkan 30 ton (Ilmi 2012).

Pembudidayaan Ganyong di Indonesia

Bengkulu salah satu Provinsi di Pulau Sumatera telah mengembangkan tanaman ganyong sebagai tanaman pangan. Masyarakat Bengkulu Membudidayakan tanaman ganyong sebagai tanaman pekarangan rumah, sebagian secara tradisional menanam sebagai tanaman perkebunan untuk keperluan bahan baku industri rumah tangga (Yulfia 2012). Pada tahun 2012 Dinas Pertanian bekerjasama dengan pemerintah Provinsi telah mengembangkan tanaman ganyong di daerah Bengkulu Tengah dalam rangka memproduksi pati rimpang ganyong, sebagai bahan baku bagi masyarakat untuk produksi pangan strategis di Provinsi Bengkulu.

(19)

5

memiliki jumlah kultivar cukup banyak tetapi dari setiap kultivar yang ada belum mempunyai standar klasifikasi tanaman budi daya. Keperluan standardisasi ini dapat memberikan informasi bagi para petani, pemulia, peneliti, dan masyarakat dalam hal ketetapan keseragaman atau kualitas pada setiap kultivar yang dikembangkan (Rifai 2010). Standarisasi kultivar ini telah di atur khusus untuk tanaman budi daya yang dibahas dalam International Code of Nomenclature for

Cultivated Plants (ICNCP) yang mendefinisikan dasar aturan klasifikasi tanaman

budi daya (Brickell et al. 2009; Rivera et al. 2014).

Kegiatan standardisasi kultivar mengacu pada pembeda dari yang lain

(distinctness), seragam dalam kultivarnya (uniformity) dan sifat-sifat penciri yang

(20)

6

3 BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 Januari 2014 di Provinsi Bengkulu, meliputi Kota Bengkulu dan 7 Kabupaten (Bengkulu Tengah, Kepahiang, Rejang Lebong, Lebong, Bengkulu Utara, Bengkulu Selatan, dan Seluma) pada 57 lokasi (Lampiran 1). Pengamatan morfologi tanaman dilapangan dan dilanjutkan di Laboratorium Taksonomi dan Sistematika Tumbuhan IPB Bogor.

Bahan Tumbuhan

Bahan pengamatan morfologi berjumlah 57 contoh tanaman ganyong dan ditambah 1 kultivar Canna hybrida ‘Picasso’. Contoh tanaman ganyong dikumpulkan berasal dari 57 lokasi di Provinsi Bengkulu.

Pengambilan koleksi di lapangan

Pengambilan contoh tanaman ganyong dikumpulkan menggunakan metode eksplorasi (Rugayah et al. 2004) dengan menelusuri lokasi tempat masyarakat membudidayakan ganyong di perkarangan rumah dan perkebunan (Lampiran 2). Setiap contoh tanaman ganyong dari setiap lokasi dikoleksi bagian rimpang, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Contoh tanaman yang dikumpulkan dari lapangan dibuat spesimen herbarium sebanyak dua duplikat dari masing- masing individu (van Steenis 1950; Kartawinata1977).

Pengamatan morfologi

Karakter morfologi tanaman gayong yang diamati meliputi rimpang, batang, daun, bunga, buah, dan biji mengacu pada panduan deskriptor ganyong diantaranya 34 karakter (Jiri dan Bela 2001) dengan beberapa modifikasi menjadi 65 karakter (Lampiran 3). Modifikasi karakter meliputi sisik, akar, ukuran rimpang, bentuk daun (muda, ketiga, dan tua), warna serta pola warna daun (muda, ketiga, dan tua), pola warna bibir mahkota (labellum), pola warna kepala sari

(stigma), warna buah (muda dan matang), produksi duri buah, warna duri (muda

dan tua), dan jumlah biji dalam satu karpel.

Analisis Data

(21)

7

Excel. Matriks data dianalisis dengan menggunakan analisis komponen utama

(Principal Component Analysis (PCA)) untuk menunjukkan sebaran dan

pengelompokan dari setiap contoh tanaman ganyong, selanjutnya matrik data dianalisis untuk melihat kemiripan antar kelompok menggunakan SIMQUAL (of

similarity for qualitative data) dan koefisien kemiripan SM (Simple Matching)

yang dilanjutkan menggunakan SAHN (Sequential Agglomerative Hierarchical

and Nested Clustering) dengan metode UPGMA (Unweighted Pair Group

Method with Arithmatic Average) menghasilkan dendogram 57 contoh tanaman

dengan 61 karakter morfologi. Selanjutnya, dilakukan pengelompokan karakter morfologi untuk menyederhanakan 61 karakter morfologi dengan menggunakan UPGMA sehingga didapatkan dendogram karakter morfologi. Hasil dendogram 61 karakter dipilih berdasarkan kriteria DUSS yaitu karakter pembeda dari yang lain (distinctness), seragam dalam kultivarnya (uniformity), kemudahan (simple), dan sifat-sifat penciri bersifat stabil (stability). Hasil dendogram karakter morfologi pilihan berupa 20 karakter morfologi, kemudian dianalisis kembali menggunakan UPGMA untuk mendapatkan dendogram 57 contoh tanaman dengan 20 karakter morfologi. Semua analisis diuji tersebut menggunakan program NTSYSpc (Numerical Taxonomy and Multivariate Analysis System) versi 2.02 (Rolf 1998) yang menghasilkan dendogram.

(22)

8

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Distribusi Pembudidayaan Ganyong di Bengkulu

Provinsi Bengkulu memiliki total Kabupaten yaitu sembilan Kabupaten, sementara dari hasil eksplorasi dua kabupaten (Kabupaten Muko-Muko dan Kabupaten Kaur) tidak ditemukan lokasi pembudidayaan ganyong. Ditemukan 57 lokasi pembudidayaan dari tujuh Kabupaten dan Kota Bengkulu (Gambar 3).

Gambar 3 Peta persebaran pembudidayaan tanaman ganyong di Provinsi Bengkulu, ( ) lokasi pembudidayaan

Di Provinsi Bengkulu ganyong ditemukan tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi mulai ketinggian 0 hingga 1.250 mdpl. Titik terendah ditemukan di kawasan dekat pesisir pantai, sedangkan titik tertinggi ditemukan pada daerah kaki gunung (Lampiran 1). Sentra penanaman ganyong di Provinsi Bengkulu paling banyak ditemukan di Kabupaten Rejang lebong. Masyarakat banyak melakukan pembudidayaan tanaman ganyong secara tumpang sari yaitu sebagai tanaman sela. Selain itu, ganyong tumbuh dan sengaja ditanam oleh masyarakat di pekarangan rumah. Pengembangan budi daya ganyong dan pengelolaannya telah dilakukan di Kabupaten Bengkulu Tengah tepatnya di Desa Harapan Makmur. Ganyong telah menjadi komoditas unggulan pangan daerah Bengkulu Tengah. Masyarakat setempat telah menanam ganyong dan telah mengolah bahan baku ganyong menjadi produk-produk pangan yang telah dipasarkan. Pemerintah daerah bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu telah mendirikan rumah

masyarakat bernama “Anggrek Putih”.

(23)

9

Sebanyak 57 contoh tanaman ganyong di Provinsi Bengkulu yang diamati, berdasarkan 61 karakter morfologi untuk mengetahui pengelompokan dianalisis menggunakan komponen utama (Principal Component Analysis (PCA)) (Gambar 4). Pengelompokan 57 contoh tanaman ganyong menghasilkan 7 kelompok berdasarkan komponen utama I dan II yang menentukan 55.80% keragaman (Lampiran 5). Analisis PCA ini menunjukkan adanya sebaran data dari masing-masing contoh tanaman ganyong dalam bentuk yang lebih ringkas, sehingga menampilkan variasi antar kelompok (Sebola dan Balkwill 2013) dan memunculkan pembagian plot kelompok dari setiap variasi ganyong.

0.23

Gambar 4 PCA (Principal Component Analysis) dari 57 contoh tanaman ganyong

(24)

10 10

Coefficient

0.21 0.41 0.61 0.80 1.00

terpisah berdasarkan karakter rimpang, warna sisik rimpang, warna akar serabut dan warna daging rimpang.

Kelompok utama A terdiri dari 31 contoh tanaman. Kelompok ini mewakili kelompok ganyong dengan karakter rimpang putih kecokelatan, warna sisik cokelat hingga cokelat kehitaman, warna akar pada permukaan rimpang serabut cokelat muda dan warna daging rimpang putih hingga putih krem sehingga dinamai kelompok utama ini kelompok rimpang putih. Kelompok utama ini memiliki tingkat kemiripan lebih rendah dibanding kelompok utama B. Kelompok utama A terbagi menjadi empat kelompok dengan nilai kemiripan 0.53 yaitu kelompok IV, V, VI dan VII setiap kelompok terpisah berdasarkan karakter daun, bunga berupa braktea, kelopak, mahkota, benang sari tidak berkembang

(steril). Kelompok IV terdiri dari 15 contoh tanaman dan terpisah pada nilai

kemiripan 0.84. Memiliki karakter ukuran rimpang sedikit lebih kecil bekisar antara 1845 cm, bangun daun bulat telur dengan tepi rata. Karakter pembeda

Gambar 5 Dendogram dari 57 contoh tanaman ganyong menggunakan clustering

(25)

11 11 Masing-masing kelompok V, VI, VII terpisah pada karakter bentuk daun, struktur, warna bunga, bentuk, dan warna buah. Kelompok V terpisah pada nilai kemiripan 0.88. Karakter khusus yang memisahkan kelompok V berupa bangun daun bulat telur hingga bulat telur lebar, mahkota merah dan benang sari tidak berkembang (steril) dalam berwarna merah-jingga kekuningan. Kelompok ini terdiri 5 contoh tanaman. Kelompok VI karakter yang membedakan berupa warna braktea hijau keputihan, mahkota berwarna kuning muda hingga kuning-merah muda dan warna benang sari kuning. Kelompok ini memiliki nilai kemiripan 0.92. Kelompok VII terdiri dari 8 contoh tanaman ganyong dan terpisah pada nilai kemiripan 0.84. Kelompok ini memiliki karakter berupa daging rimpang putih kekuningan dengan ukuran rimpang lebih besar dibandingkan kelompok lain antara 20.540.5 cm. Karakter lain berupa ukuran bunga lebih besar berkisar 6.6 x 1.2 cm. Mahkota berwarna kuning muda hingga kuning kehijauan dan benang sari tidak berkembang (steril) berwarna kuning bercak jingga dan ujung robek. Kelompok ini memiliki karakter sangat berbeda dari setiap kelompok yang ditemukan.

Kelompok utama B terbagi menjadi 3 kelompok terdiri dari kelompok I, II, III dengan nilai kemiripan 0.49. Kelompok utama B memiliki karakter rimpang putih kemerahan, warna sisik coklat kemerahan, warna akar serabut pada permukaan rimpang coklat, dan warna daging rimpang merah muda sehingga dinamai kelompok utama rimpang merah. Masing-masing kelompok I, II, III terpisah berdasarkan karakter rimpang, daun, bunga, dan buah. Kelompok I terdiri dari 4 koleksi dengan nilai kemiripan 0.96. Kelompok ini memiliki karakter berupa rimpang berwarna putih kemerahan, daging rimpang merah muda dengan panjang rimpang mencapai 50-65 cm. Bangun daun bulat telur hingga bulat telur lebar dan pinggir daun mengombak. Karakter pembeda lain berupa warna benang sari tidak berkembang (steril) merah-jingga dan memiliki ujung tumpul dan robek. Karakter buah memiliki warna hijau muda kemerahan hingga hijau. Kelompok II terdiri dari 16 contoh tanaman ganyong dan memiliki nilai kemiripan 0.80. Kelompok ini disatukan oleh karakter rimpang kemerahan, daging rimpang merah muda dengan ukuran 4550 cm. Karakter lain berupa bentuk daun berupa bulat pola pigmentasi warna daun merah kehijauan terletak di tulang dan pinggir daun.

Karakter Penciri Ganyong

Pengelompokan yang dihasilkan dari analisis fenetik berupa 61 karakter morfologi (Lampiran 2) dapat dijadikan penentu tingkat kedekatan dalam klasifikasi tanaman ganyong. Untuk kebutuhan praktis diperlukan suatu sistem pengelompokan berdasarkan karakter diagnosis dan tetap didukung dengan karakter lainnya. Pemilihan karakter ini dianalisis menggunankan clustering

(26)

12 12

0.12 0.34 0.56 0.78 1.00

berdasarkan 61 karakter morfologi menghasilkan kisaran kemiripan berada antara 0.121.00.

0.12 0.34 0.56 0.78 1.00 Koefisien kemiripan

Gambar 6 Dendogram 61 karakter morfologi tanaman ganyong menggunakan

clustering UPGMA

(27)

13 13

(simple). Karakter morfologi terpilih berupa 20 karakter morfologi yang mewakili

setiap karakter rimpang, daun, dan bunga (Tabel 1).

Penyederhanaan 20 karakter morfologi juga didasari pengamatan di lapangan berupa karakter penentu dari setiap variasi ditemukan (Tabel 1). Karakter morfologi ini dapat digunakan untuk melihat hubungan antar kelompok dan menghasilkan sistem pengelompokan kultivar tanaman ganyong. Pengelompokan karakter morfologi memudahkan dalam sistem pengelompokan tanaman budi daya. Hasil pengelompokan dijadikan rujukan praktis bagi para pemulia, petani, dan masyarakat.

Hasil analisis pengelompokan clustering UPGMA pada tanaman ganyong berdasarkan kemiripan dari 20 karakter morfologi. Seluruh individu menjadi satu kelompok pada kemiripan morfologi 0.12. Pengelompokan berdasarkan karakter morfologi menunjukkan bahwa 57 contoh tanaman ganyong berada pada kisaran kemiripan 0.121.00 (Gambar 7).

(28)

14 dendogram 20 karakter memperlihatkan bahwa struktur dendogram lebih baik dibandingkan 61 karakter. Dalam hal pengamatan morfologi tanaman ganyong apabila dilakukan pengamatan 61 karakter morfologi maka bagi para pemulia akan tidak efisien, sehingga akan lebih baik menggunakan 20 karakter untuk memudahkan mengamati tanaman ganyong. Dari 20 karakter yang dihasilkan ini dapat dijadikan rujukan untuk para pemulia membudidayakan dan merakit tanaman ganyong dan menghasilkan kultivar atau benih unggul.

IV

Hasil analisis kladistik dengan menggunakan PAUP* 4.0b10 (Swofford 2002), terhadap tujuh kelompok ganyong dan satu outgroup yaitu Canna hybrida

(29)

15 15 evolusi rendah. Nilai CI ini menunjukkan tingkat evolusi dari setiap kelompok yang di analisis. Nilai RI (indeks retensi) adalah 0.894, berarti ciri apomorph tinggi dan homoplasi ciri rendah. Hal ini menunjukkan bahwa phylogram ini dapat dipercaya.

Phylogram diihasilkan (Gambar 8) membagi atas dua kelompok utama.

Kelompok utama I terpisah pada nilai bootstrap 87, yaitu kelompok 1, 2, dan 3. Pembagian klad antara kelompok 3 dan 1 kurang dari 70 sehingga susunan sister

klad dan anggotanya masih dapat berubah. Kelompok utama II terpisah dengan

nilai bootstrap 80 yaitu kelompok 6, 7, 4, dan 5. Nilai bootstrap kelompok ini mencapai lebih dari 70, menunjukkan bahwa susunan masing-masing klad telah mencapai konsistensinya dan peluang terjadinya perubahan susunan adalah rendah. Nilai bootstrap dapat menunjukkan antar klad tersebut merupakan spesies yang sama tetapi diduga berbeda varian. yang terbentuk dari hasil analisis menggunakan maximum parsimony menunjukkan adanya monofiletik pada setiap kelompok (Simpson 2006).

Dalam hasil analisis ini kelompok utama I menjadi nenek moyang untuk kelompok utama II. Kelompok utama I merupakan kelompok rimpang merah, sedangkan kelompok utama II adalah kelompok rimpang putih. Adapun dua kelompok utama ini terpisah berdasarkan karakter penting yaitu rimpang (warna dan daging rimpang), daun (bentuk daun, warna pinggir daun muda dan pola warna daun tua), bunga (warna braktea, sepal, petal, benang sari tidak berkembang (steril), stigma). Pemisahan antar kelompok ini menimbulkan adanya hubungan kekerabatan antar variasi kelompok yang ada. Adanya variasi suatu organisme dan susunan hubungan kekerabatan, muncul akibat perubahan- perubahan terjadi selama evolusi menjadi sebuah sistem klasifikasi yang mencerminkan evolusinya (Kim et al. 2014).

(30)

16 16

Taksonomi Ganyong

Kelompok kultivar ganyong Kelompok I

Kelompok I (Gambar 9) secara morfologi memiliki karakter rimpang merah, rimpang ini dikonsumsi masyarakat, daun bulat telur dan bulat telur lebar, tepi mengombak, berwarna hijau muda hingga hijau kemerahan, tulang, urat, dan pinggir daun berwarna merah, benang sari tidak berkembang (steril) berwarna merah jingga, buah hijau muda kemerahan.

Habitat. Ketinggian 26225 meter dpl.

Persebaran. Perkebunan dan halaman rumah masyarakat. Kota Bengkulu, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Seluma, Kabupaten Bengkulu Selatan. No koleksi : Bk 6, Bt 8, Sl 1, Sl 2, Sl 3, Bs 1 (Lampiran 1).

Rimpang, putih kemerahan, sisik pada permukaan coklat, akar serabut coklat, daging rimpang merah muda, panjang 50–65 cm, diameter 3–10 cm. Daun, bulat telur lebar (6:5), pangkal daun dan ujung daun meruncing, tepi mengombak, daun hijau muda kemerahan, hijau kemerahan, 13–35.6 x 7.7–19 cm, pinggir daun merah, merah tua hingga merah kehijauan, pola pigmentasi warna daun di urat, tulang dan pinggir daun, tulang daun merah, merah tua hingga merah lembayung, pelepah daun merah keunguan, lapisan lilin pada pelepah daun, tangkai daun merah lembayung, terdapat lapisan lilin pada tangkai daun. Bunga, braktea 1, merah muda, bulat telur terbalik, pola pigmentasi warna merata, ujung braktea rompong dan tumpul, daun kelopak 3, merah muda, bulat telur, pola pigmentasi warna merata, ujung runcing, daun mahkota 3, merah-jingga, pola pigmentasi warna merata, ujung bibir mahkota runcing, pola pigmentasi warna merata,benang sari tidak berkembang (steril) 3, merah-jingga, pola pigmentasi warna merata, ujung tumpul dan robek, benang sari tidak berkembang (steril) dalam 1, merah jingga, ujung tumpul, kepala putik 1, kuning kemerahan, pola pigmentasi warna merata, ujung tumpul, benang sari fertil 1, merah bercak jingga, pola pigmentasi warna bercak, ujung tumpul, kepala sari 1, coklat-keputihan, pola pigmentasi warna merata, memanjang, ujung tumpul, serbuk sari kedua, putih, serbuk. Buah,

(31)

17 17

Gambar 9 Kelompok I, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun, (D) Perbungaan, (E) Buah

Kelompok II

Kelompok II (Gambar 10) secara morfologi memiliki karakter rimpang putih kemerahan, rimpang ini dikonsumsi masyarakat, daun bulat telur dan lanset, tepi rata, tulang daun dan pinggir daun berwarna merah lembayung, benang sari tidak berkembang (steril) berwarna merah lembayung, buah merah lembayung.

Habitat. Ketinggian 25 –1123 meter dpl.

Persebaran. Perkebunan dan halaman rumah masyarakat. Kota Bengkulu, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Lebong, Kabupaten Rejang Lebong.

No koleksi : Bk 5, Bt 3, Bt 5, Kp 1, Kp 4, Kp 7, Lb 1, Rl 1, Rl 3, Rl 4, Rl 5, Rl 7, Rl 8, Rl 9, Rl 12, Rl 13 (Lampiran 1).

(32)

18 18

kepala sari 1, putih kecoklatan, pola pigmentasi warna merata, memanjang, bergaris pada bagian tengah, ujung tumpul, serbuk sari kedua, putih kecoklatan, serbuk. Buah, bakal buah merah lembayung, buah dalam satu percabangan 2, buah bulat, buah muda merah lembayung, buah matang hijau muda hingga hijau, permukaan buah duri tumpul, duri muda merah lembayung, duri matang coklat hingga coklat kehitaman, daun buah 3, lapisan dalam daun buah putih,bergetah.

Biji, bulat, biji muda putih hingga putih krem, biji matang hitam.

Gambar 10 Kelompok II, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun, (D) Perbungaan, (E) Buah

Kelompok III

Kelompok III (Gambar 11) secara morfologi memiliki kemiripan dengan kelompok I, tetapi memiliki rimpang berwarna krem kemerahan, rimpang ini dikonsumsi masyarakat, daun bulat telur, tepi rata, tulang daun dan pinggir daun berwarna merah lembayung, benang sari tidak berkembang (steril) berwarna merah.

Habitat. Ketinggian 18–1089 meter dpl.

Distribusi. Perkebunan dan halaman rumah masyarakat. Kota Bengkulu, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Rejang Lebong.

No koleksi : Bk 3, Bk 8, Kp 2, Rl 2 (Lampiran 1).

(33)

19 19 merah hijau, pola pigmantesi warna merata, menjorong, ujung tumpul, daun mahkota 3, merah, pola pigmentasi warna merata, ujung bibir mahkota runcing, pola pigmentasi warna merata, benang sari tidak berkembang (steril) 3, merah, pola warna pigmentasi merata, ujung tumpul dan rompong, benang sari tidak berkembang (steril) dalam 1, merah, ujung tumpul, kepala putik 1, merah, pola pigmentasi warna merata, ujung tumpul, benang sari fertil 1, merah, pola pigmentasi warna merata, ujung tumpul, kepala sari putih kecoklatan, pola pigmentasi warna merata, memanjang, bergaris pada bagian tengah, ujung tumpul, serbuk sari kedua putih, serbuk. Buah, bakal buah hijau kemerahan, buah dalam satu percabangan 2, buah bulat, buah muda hijau kemerahan, buah matang coklat, permukaan buah duri tumpul, duri muda hijau kemerahan, duri matang coklat, daun buah 3, lapisan dalam daun buah putih, bergetah. Biji bulat, biji muda putih hingga putih krem, biji matang hitam.

Gambar 11 Kelompok III, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun, (D) Perbungaan, (E) Buah

Kelompok IV

Kelompok IV (Gambar 12) secara morfologi memiliki karakter rimpang putih kecoklatan, rimpang ini dikonsumsi masyarakat, daun bulat telur, tepi rata, daun berwarna hijau muda, hijau hingga hijau kekuningan, benang sari tidak berkembang (steril) berwarna merah jingga, pola warna bunga bercak, buah hijau muda.

Habitat. Ketinggian 0–543 meter dpl

Distribusi. Perkebunan dan halaman rumah masyarakat. Kota Bengkulu, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Seluma, Kabupaten Bengkulu Selatan.

No koleksi : Bk 1, Bk 2, Bk 4, Bk 9, Bt 1, Bt 6, Kp 3, Bu 1, Bu 2, Bu 6, Bu 7, Sl 4, Sl 5, Sl 6, Bs 2 (Lampiran 1).

(34)

20 20

cm. Daun bulat telur (2:3), pangkal daun dan ujung daun meruncing, tepi daun rata, daun hijau muda, hijau hingga hijau kekuningan, ukuran 4.9–37.6 x 3.6–15 cm, pinggir daun hijau muda-putih, hijau muda, hijau hingga hijau kekuningan, pola pigmentasi warna daun merata seluruh daun, tulang daun hijau muda, hijau hingga hijau kekuningan, pelepah daun hijau muda, memiliki lapisan lilin pada pelepah daun, tangkai daun hijau, tidak memiliki lapisan lilin. Bunga, braktea 1, putih kehijauan, pola pigmentasi warna merata, ujung memotong, daun kelopak 3, hijau kemerahan, pola pigmentasi warna merata, menjorong, ujung runcing, daun mahkota 3, merah muda hingga merah jingga, pola pigmentasi merata, ujung bibir mahkota runcing, pola pigmentasi merata, benang sari tidak berkembang (steril) 3, merah, pola pigmentasi warna merata, ujung tumpul dan rompong, benang sari tidak berkembang (steril) dalam 1, merah jingga, ujung tumpul, kepala putik 1, merah jingga, pola pigmentasi warna bercampur, ujung tumpul, benang sari fertil 1, merah jingga, pola pigmentasi warna bercak, ujung tumpul, kepala putik 1, kuning kecoklatan, pola pigmentasi warna merata, memanjang, bergaris pada bagian tengah, ujung tumpul, serbuk sari kedua, kuning-putih, serbuk. Buah, bakal buah hijau muda, buah dalam satu percabangan 2, buah bulat hinga lonjong, buah muda hijau muda, buah matang coklat kehitaman, permukaan buah duri tumpul, duri muda hijau muda, duri matang hitam, daun buah 3, lapisan dalam daun buah putih, bergetah. Biji bulat, biji muda putih, biji matang hitam.

Gambar 12 Kelompok IV, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun, (D) Perbungaan, (E) Buah

Kelompok V

Kelompok V (Gambar 13) secara morfologi memiliki karakter rimpang putih kecoklatan, rimpang ini dikonsumsi masyarakat, daun bulat telur dan bulat telur lebar, tepi rata, daun berwarna hijau muda, hijau hingga hijau kekuningan, benang sari tidak berkembang (steril) berwarna merah jingga kekuningan, buah hijau muda kemerahan.

(35)

21 21

Distribusi. Perkebunan dan halaman rumah masyarakat. Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Lebong, Kabupaten Bengkulu Utara.

No koleksi : Bt 7, Bt 10, Lb 2, Rl 11, Bu 4 (Lampiran 1).

Rimpang putih kecoklatan, sisik pada permukaan rimpang coklat, akar serabut coklat muda, daging rimpang putih, panjang 25–45, diameter 2–6 cm. Daun bulat telur (2:3) dan bulat telur lebar (6:5), pangkal daun dan ujung daun meruncing, tepi daun utuh, helaian daun berpelah, daun hijau muda, hijau hingga hijau kekuningan, ukuran 5–38.4 x 4.2–15 cm, pinggir daun hijau, hijau kekuningan hingga hijau keputihan, pola pigmentasi warna merata seluruh daun, tulang daun hijau muda, hijau hingga hijau kekuningan, pelepah daun hijau muda, memiliki lapisan lilin pada pelepah daun, tangkai daun hijau, tidak memiliki lapisan lilin.

Bunga, braktea 1, merah, pola pigmentasi warna merata, ujung memotong, daun kelopak 3, merah, pola pigmentasi merata, menjorong, ujung runcing, daun mahkota 3, merah, pola pigmentasi merata, ujung bibir mahkota runcing, pola pigmentasi merata, benang sari tidak berkembang (steril) 3, merah, pola pigmentasi warna merata, ujung tumpul dan rompong, benang sari tidak berkembang (steril) dalam 1, merah jingga kekuningan, ujung tumpul, kepala putik 1, kuning, pola warna merata, ujung tumpul, jumlah benang sari fertil 1, merah jingga kekuningan, pola warna bercak, bentuk ujung tumpul, kepala sari 1, coklat kekuningan, pola pigmentasi warna anther merata, bergaris pada bagian tengah, memanjang, ujung tumpul, serbuk sari kedua, putih, serbuk. Buah, bakal buah hijau muda kemerahan, buah dalam satu percabangan 2, buah bulat hinga lonjong, buah muda hijau muda kemerahan, buah matang coklat kehitaman, permukaan buah duri tumpul, duri muda hijau muda kemerahan, duri matang hitam, daun buah 3, lapisan dalam daun buah putih, bergetah. Biji bulat, biji muda putih, biji matang hitam.

Gambar 13 Kelompok V, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun, (D) Perbungaan, (E) Buah

Kelompok VI

(36)

22 22

dan mengombak, daun berwarna hijau muda, hijau hingga hijau kekuningan, benang sari tidak berkembang (steril) berwarna kuning, buah hijau muda.

Habitat. Ketinggian 19–287 meter dpl.

Distribusi. Perkebunan dan halaman rumah masyarakat. Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Bengkulu Utara.

No koleksi : Bt 2, Bu 3, Bu 5 (Lampiran 1).

Rimpang putih kecoklatan, sisik pada permukaan rimpang coklat, akar serabut coklat muda, daging rimpang putih, panjang 18.8–33.5, diameter 1.6–6 cm. Daun

bulat telur (2:1), pangkal daun dan ujung daun meruncing, permukaan daun licin, tepi daun rata dan mengombak, helaian daun berpelah, hijau muda, hijau hingga hijau kekuningan, ukuran 10.1–34.3 x 3.6–13.1 cm, pinggir daun hijau muda hingga hijau keputihan, pola pigmentasi warna daun merata seluruh daun, tulang daun hijau muda, hijau, hijau keputihan, hingga hijau kekuningan, pelepah daun hijau muda, memiliki lapisan lilin pada pelepah daun, tangkai daun hijau, memiliki lapisan lilin. Bunga, braktea 1, hijau keputihan, pola pigmentasi warna merata, ujung memotong, daun kelopak 3, hijau keputihan, pola pigmentasi warna merata, menjorong, ujung runcing, daun mahkota 3, kuning muda hingga kuning- pink, pola pigmentasi warna merata, ujung bibir mahkota runcing, pola pigmentasi merata, benang sari tidak berkembang (steril) 3, kuning, pola pigmentasi warna merata, ujung rompong, benang sari tidak berkembang (steril) dalam 1, kuning, ujung tumpul, kepala putik 1, kuning, pola pigmentasi warna merata, ujung tumpul, benang sari fertil 1, kuning, pola pigmentasi warna merata, ujung tumpul, kepala sari 1, coklat kehitaman dan hitam, pola pigmentasi warna merata, bergaris pada bagian tengah, memanjang, ujung tumpul, mempunyai serbuk sari kedua, putih, serbuk. Buah, bakal buah hijau muda, jumlah buah dalam satu percabangan 2, buah bulat, buah muda hijau muda, buah matang coklat muda, permukaan buah duri tumpul, duri muda hijau muda, duri matang coklat kehitaman, daun buah 3, lapisan dalam daun buah putih, tidak bergetah.

Biji bulat, biji muda putih krem, biji matang hitam.

(37)

23 23

Kelompok VII

Kelompok VII (Gambar 15) secara morfologi memiliki karakter rimpang putih kecoklatan, rimpang ini dikonsumsi masyarakat, daun bulat telur, tepi rata dan mengombak, daun berwarna hijau muda dan hijau, benang sari tidak berkembang (steril) berwarna kuning jingga, pola warna bunga bercak, buah hijau muda.

Habitat. Ketinggian 18 – 1100 meter dpl.

Distribusi. Perkebunan dan halaman rumah masyarakat. Kota Bengkulu, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Bengkulu Selatan.

No koleksi : Bk 7, Bt 4, Bt 9, Kp 5, Kp 6, Rl 6, Rl 10, Bs 3 (Lampiran 1).

Catatan. Kelompok ini memiliki karakter morfologi terutama dari ukuran lebih besar dibandingkan dengan kelompok lain.

(38)

24 24

Gambar 15 Kelompok VII, (A) Habitat, (B) Rimpang, (C) Daun, (D) Perbungaan, (E) Buah

Kunci Identifikasi Kultivar Ganyong

Berdasarkan pengamatan ganyong di Provinsi Bengkulu, masing-masing kelompok dapat diketahui melalui kunci determinasi berikut. Untuk memudahkan dalam penggunaan dan penerapan sistem klasifikasi, maka disusunlah kunci identifikasi dengan menggunakan karakter diagnostik meliputi karakter rimpang, bangun daun, tepi daun, pigmentasi warna daun, braktea, daun mahkota, daun kelopak, serbuk sari, benang sari steril, dan stamen steril.

1a.Warna rimpang putih kemerahan, bentuk daun bulat telur lebar... (2) b.Warna rimpang putih kecoklatan, bentuk daun bulat telur dan lanset... (4) 2 a. Pola pigmentasi warna daun menumpuk di tulang dan pinggir daun ... (3) b.Pola pigmentasi warna daun menumpuk di urat, tulang dan pinggir daun

... ... (Kelompok I) 3 a.Warna braktea ungu, warna daun mahkota lembayung ... .(Kelompok II)

b.Warna braktea merah kehijauan, warna daun mahkota merah .. (Kelompok III) 4 a. Warna daun mahkota merah muda hingga merah jingga ... (Kelompok IV) b.Warna daun mahkota merah ... (5) 5 a. Warna daun kelopak merah ...(Kelompok V) b. Warna daun kelopak hijau keputihan hingga hijau muda... (6) 6 a.Warna benang sari tidak berkembang (steril) kuning, ujung benang sari tidak berkembang (steril) tumpul ... (Kelompok VI) b. Warna benang sari tidak berkembang (steril) kuning bercak jingga, ujung

benang sari tidak berkembang (steril) robek ... (Kelompok VII)

Kultivar ganyong

(39)

25 25 tersebut tidak dilanjutkan untuk menghasilkan pengelompokan kultivar ganyong dari setiap koleksi yang ditemukan, berupa sistem pengklasifikasian tanaman kultivar.

Di Asia dikenal empat tipe ganyong yaitu Thai—purple, Chinese—purple,

Thai—green dan Japanese—green. Kultivar Thai–purple dan Chinese–purple

yang memiliki karakter rimpang merah, batang semu merah tua, daun hijau atau merah ungu, bunga merah. Perbedaan terletak pada jumlah tunas dan jumlah rimpang per tanaman setelah panen. Thai–purple jumlah tunas per tanaman setelah panen mencapai 43 tunas, jumlah rimpang per tanaman setelah panen 48 rimpang dan 80 bunga dihasilkan. Chinese–purple masing-masing 33 tunas per tanaman panen, 44 rimpang per tanaman panen dan 93 bunga dihasilkan. Tipe

Thai–green dan Japanese–green memiliki warna rimpang putih, batang dan daun

berwarna hijau. Perbedaan dari kedua tipe ini pada warna bunga untuk Thai–green

memiliki warna bunga jingga sedangkan Japanese–green berwarna merah. Tipe

Thai–green mempunyai karakter warna bunga jingga dan kultivar Japanese–green

warna bunga merah (Tonwitowat 1994; Piyachomkwan et al. 2002).

Hasil penelitian ganyong dari 7 kelompok di Provinsi Bengkulu kelompok I, II, III memiliki kemiripan karakter dengan tipe Thai–purple dan Chinese–

purple. Karakter rimpang masing-masing kelompok memiliki kesamaan yaitu

berupa rimpang merah. Karakter lain menjelaskan adanya kemiripan berupa karakter bunga, kedua tipe ini memiliki karakter warna bunga yaitu merah hingga lembayung. Secara khusus dilihat dari karakter warna bunga merah dan jumlah bunga yang dihasilkan Thai–purple yaitu 80 bunga setelah penanaman. Karakter ini mendekati karakter kelompok I dan III dengan karakter warna bunga merah dan menghasilkan bunga setelah penaman sekitar 6580 bunga, sehingga kelompok I dan III mengindikasikan memiliki kemiripan dengan tipe Thai–purple. Untuk tipe Chinese–purple karakter warna bunga lembayung dan bunga yang dihasilkan setelah penanaman yaitu 93 bunga. Karakter ini cocok dengan kelompok II dengan karakter warna lembayung dan bunga yang dihasilkan setelah penanaman yaitu 8595 bunga, jumlah ini lebih banyak dihasilkan dibanding dengan kelompok I dan III. Berdasarkan karakter ini maka kelompok II mengindikasikan masuk dalam tipe Chinese–purple. Kelompok tipe dengan rimpang berwarna putih yaitu Thai–green dan Japanese–green. Berdasarkan hasil penelitian ganyong di Provinsi Bengkulu kelompok rimpang putih dipisah menjadi dua kelompok berdasarkan karakter bunga yaitu karakter bunga merah dan karakter bunga kuning. Kelompok IV dan V memiliki kemiripan karakter dengan tipe Japanese–green berupa karakter rimpang putih kekuningan, daun berwarna hijau, dan warna bunga merah. Kelompok IV dan V mengindikasikan memiliki kemiripan dengan tipe Japanese–green. Tipe Thai–green memiliki perbedaan karakter bunga dengan kelompok VI dan VII. Kelompok VI dan VII memiliki karakter berupa warna bunga kuning sedangkan tipe Thai–green

berwarna jingga. Karakter pembeda lain yaitu bunga yang dihasilkan setelah penanaman, kelompok VI dan VII menghasilkan 9095 bunga sedangkan tipe

Thai–green 86 bunga. Kendati memiliki kemiripan berupa karakter rimpang

dengan tipe Thai–green, kelompok VI dan VII memiliki perbedaan pada karakter bunga sehingga kelompok ini tidak termasuk dalam tipe Thai–green.

(40)

26 26

Setiap kelompok ini diamati berdasarkan sistem taksonomi yaitu karakter morfologi, hanya saja belum cukup dari sistem agronomi lebih lanjut yaitu berupa hasil produksi penanaman ganyong terutama rimpang dari setiap kelompok. Rimpang merupakan karakter agronomi penting dalam menghasilkan produksi tanaman ganyong, maka diperlukan terutama sisi agronomi untuk mengetahui dari 5 kelompok tersebut dapat dikatakan masuk tipe di Asia.

Pemanfaatan Ganyong oleh Masyarakat

Rimpang merupakan salah satu karakter yang utama dari ganyong dalam pembudidayaan khususnya dalam pengembangan kualitas dan kuantitas rimpang. Manfaat rimpang ini dijadikan pati, rimpang dimakan dan diolah menjadi makanan olahan. Tanaman ganyong ditemukan pada umumnya ditanam di halaman, pekarangan warga dan ditemukan juga di perkebunan lokal milik warga. Umumnya di Indonesia tanaman ganyong sering dibudidayakan di halaman rumah. Ganyong dikenal oleh masyarakat sebagai bahan makanan dengan cara dikukus atau direbus. Cara ini digunakan supaya rimpang ganyong lebih tahan dalam penyimpanan (Heyne 1927).

(41)

27

5 SIMPULAN DAN SARAN

Ganyong di Provinsi Bengkulu ditemukan di Kota dan 7 Kabupaten (Bengkulu Tengah, Kepahiang, Rejang Lebong, Lebong, Bengkulu Utara, Bengkulu Selatan, dan Seluma). Jumlah total tanaman yang ditemukan 57 tanaman. Tanaman ganyong di Provinsi Bengkulu memiliki variasi karakter rimpang, daun, bunga dan buah. Variasi karakter ini menghasilkan pembagian kelompok menjadi tujuh kelompok kultivar ganyong. Pembagian kultivar ganyong menurut hasil penelitian keragaman karakter morfologi ganyong di daerah Jawa dan Maluku Tengah, sepadan dengan koleksi yang didapat di Provinsi Bengkulu yaitu golongan rimpang merah dan putih. Berdasarkan tiga tipe ganyong di Asia yaitu Thai–purple, Chinese–purple, dan Japanese–green, lima kelompok yang ditemukan di Provinsi Bengkulu masuk kedalam empat tipe ini. Kelompok I dan III masuk dalam tipe Thai–purple, kelompok II masuk pada tipe

Chinese–purple serta kelompok IV dan V memiliki kemiripan karakter dengan

tipe Japanese–green.

(42)

28

DAFTAR PUSTAKA

Brickell CD, Alexander C, David JC, Hetterscheid WLA, Leslie AC, Malecot V, Xiaobai J, Cubey JJ. 2009. International code of nomenclature for

cultivated plants. Eighth edition. Belgia (BE): International society for

horticultural science (ISHS).

Clusius, C. 1601. Rariorum Plantarum Historia 81– 82 (including textfigure). Antwerpen (BE): Plantijn.

Dunn G, Everitt BS. 1982. An Introduction to Mathematical Taxonomy. Cambridge, London (UK): Cambridge Univ.

[DKU] Direktorat kacang-kacangan dan rimpang-rimpangan. 2002. Pengenalan

budidaya talas, garut, ganyong, gembili, ubi kelapa, iles-iles, suweg/acung.

Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan.

Flach M, Rumawas F. 1996. Plant Resources of South East Asia No. 9. Plants

Yielding Non Seed Carbohydrates. Bogor (ID): Prosea Foundation.

Heyne K. 1927. Indonesische Nuttige Planten. Jilid ke-3. Badan Litbang Departemen Kehutanan Indonesia, penerjemah. Translated to be: Tumbuhan

Berguna Indonesia. Jakarta (ID): Yayasan Sarana Wana Jaya.

Ilmi IMB. 2012. Formulasi mi instan berbahan dasar tepung ganyong dengan penambahan red palm oil (RPO) sebagai pangan sumber karbohidrat dan pro-vitamin A. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Jayakumari TR, Stephen P. 2009. Morphological and natomical features of Queensland arrowroot (Canna edulis Ker.). Indian. J. Root Crops 35: 164- 168.

Jiri U, Bella S. 2001. A Preliminary Synopsis of Canna Descriptors. Proceedings

of 9th International Conference of Horticulture. Lednice, Czech Republic

(CZ) 2: 401- 406.

Kartawinata K. 1977. Beberapa catatan tentang cara-cara pembuatan dan pengawetan herbarium. Frontir 7: 51-59.

Kim SJ, Lee CH, Jongyum K, Ki SK. 2014. Phylogenetic analysis of Korean native Chrysantheum species based on morphological characteristics. J.Sci

Horti 175: 278-289.

Maas-van de Kamer H, Maas PJM. 2008. The Cannaceae of the world. Leiden, Netherlands. J.Blumea. 53: 247-318.

Margarita M, Mahecha M, Delia R, Blácido T, Menegalli FC. 2012. Physical– chemical, thermal, and functional properties of achira (Canna indica L.) flour and starch from different geographical origin. J. Starch. 64: 348-358. Mishra T, Goyal AK, Mondal P, Sen A. 2011. Free radical scavenging activity of

ornamental and edible cultivars of Canna found in Eastern India. J.Plant Science. 5: 41-45.

Piyachomkwan K, Chotineeranat S, Kijkhunasatian C, Tonwitowat R, Prammanee S, Oates, CG, Sriroth K. 2002. Edible Canna (Canna edulis) as a complementary starch source to cassava for the starch industry. Int. J.

Industrial Crops and Product 16: 11–21.

(43)

29

Rivera D, Slkin R, Obón C, Alcaraz F, Verpoorte R, Heinrich M. 2014. What is in a name? The need for accurate scientific nomenclature for plants. J.

Etnopharmacology. 152: 393-402.

Rohlf FJ. 1998. NTSys. Numerical Taxonomy and Multivariate Analysis System.

Version 2.02. New York (US): Exerter Software.

Rugayah, Widjaja EA, Praptiwi, editor. 2004. Pedoman Pengumpulan Data

Keanekaragaman Flora. Bogor (ID): Puslit-LIPI.

Sebola RJ, Balkwill K. 2013. Calibaration, verification and stepwise analysis for numerical phenetics: Olinia (Oliniaceae) as an example. J. Bot South African. 88: 42-55.

Simpson MG. 2006. Plant Systematics. San Diego, California (USA): Elsevier Academic Pr.

Suhartini T, Hadiatmi. 2010. Keragaman karakter tanaman ganyong. J.Buletin

Plasma Nutfah 16: 118-125.

Swofford DL. 2002. PAUP. Phylogenetic Analysis Using Parsimony (*And Other

Methods). Version 4. Sunderland, Massachusetts (USA): Sinauer.

Tatit KB, Sukardi, Sa’dur R. 1991. Ekstraksi dan karakterisasi pati ganyong

(Canna edulis Ker.). J.Teknol Indust Pertan 3(1):21-26.

Thitipraphunkul K, Uttapap D, Piyachomkwan K, Takeda Y. 2003. A comparative study of edible Canna (Canna edulis) starch from different cultivars. Part I. Chemical composition and physicochemical properties. J.

Carbohydr Polym. 53: 317–324.

Tonwitowat R. 1994. Yield and some agronomic characteristics of edible Canna

(Canna edulis Ker) as affected by varieties, planting dates, fertilizer rates and plant densities. [Thesis]. Bangkok (TH). Kasetsart University.

van Steenis CGGJ. 1950. The Technique of Plant Collecting and Preservation in the Tropic. Flora Malesiana. 1: xIv-Ixix.

Widyastuti N, Novita L, Rosmalawati R, Furnawanthi I, Karyanti. 2000. Teknik kultur jaringan sebagai alternatif perbanyakan bibit tanaman kana (Canna

sp.). J. Sains Teknol Indones 2: 32-36.

(44)

32

(45)

33 33

Lampiran 1. Contoh tanaman ganyong yang ditemukan di Provinsi Bengkulu

(46)

34 34

Lampiran 1 (Lanjutan)

Kota / Kabupaten

Lokasi

Pengambilan Tipe Habitat/ ketinggian Nomor Umur contoh tanaman (mdpl) Koleksi (tahun)

Kabupaten Seluma (Sl) Talo 1 Pekarangan/ ±30 Sl 5 ±3 Talo 2 Pekarangan/ ±45 Sl 6 ±1

Kabupaten Bengkulu Selatan (Bs)

(47)

35 35

Lampiran 2. Lokasi pengambilan contoh tanaman ganyong di Provinsi Bengkulu

Pekarangan Kebun

Kebun Kebun

(48)

36 36

Lampiran 3. Karakter morfologi yang diamati. Beberapa karakter diambil dan dimodifikasikan dari deskriptor Canna A Preliminary Synopsis of

Canna Descriptors” (*) dan penambahan karakter morfologi baru (**).

No. Karakter Sifat Karakter (Skor)

A 1

Rimpang

Warna rimpang* Putih kecoklatan (0); Putih kemerahan (1); Krem 2 Warna sisik**

kemerahan (2)

Coklat (0); Coklat kehitaman (1); Coklat kemerahan (2) 3 Warna akar serabut** Coklat (0); Coklat muda (1)

4 Warna daging umbi* Putih (0); Putih krem (1); Merah muda (2) 5 Panjang umbi** >18 cm

6 Diameter umbi* >1,5 cm

B

7

Daun

Bentuk daun muda** Ovate 2:1 (0); ovate 3:2 (1); obovate 2:1 (2) ; widely

8 Bentuk daun ketiga**

ovate 6:5(3); lanceolate (4)

Ovate 2:1 (0); ovate 3:2 (1); obovate 2:1 (2); widely

9 Bentuk daun tua**

ovate 6:5(3); lanceolate (4)

Ovate 2:1 (0); ovate 3:2 (1); obovate 2:1 (2); widely 10 Panjang daun*

Hijau muda (0); Hijau (1); Hijau keputihan (2); Merah (3); Merah kehijauan (4); Merah keunguan (5) Hijau muda (0); Hijau (1); Hijau keputihan (2); Merah 15

bagian bawah**

Warna tulang daun ketiga

(3); Merah kehijauan (4); Merah keunguan (5) Hijau muda (0); Hijau (1); Hijau kekuningan (2); Hijau

16

atas**

Warna tulang daun ketiga

kemerahan (3); Merah kehijauan (4); Merah tua (5); Merah keunguan (6)

Hijau muda (0); Hijau (1); Hijau kekuningan (2); Hijau

17

bawah**

Warna tulang daun tua atas**

kemerahan (3); Merah kehijauan (4); Merah tua (5); Merah keunguan (6)

Hijau muda (0); Hijau (1); Hijau kemerahan (2); Merah 18 Warna tulang daun tua Hijau muda (0); Hijau (1); Hijau-putih (2); Hijau-kuning

27 Warna pinggir daun tua*

muda (3); Merah (4)

(49)

37

Urat dan pinggir daun (0); Pinggir daun (1); Tulang dan 30 Pola warna daun tua**

pinggir daun (2); Merata (3)

Pinggir daun (0); Merata seluruh daun (1) 31 Warna pelepah daun* Hijau muda (0); Hijau (1); Merah keunguan (2) 32 Warna tangkai daun* Hijau (0); Merah (1); Merah keunguan (2) 33

Lanceolate 2:1 (0); Lanceolate 3:1 (1); Ovate (2); Eliptic 39 Warna mahkota (petal)*

kekuningan (2); Kuning (3); Kuning bercak orange (4) Merata (0); Bercak (1)

46 Bentuk benang sari fertil* Retuse (0); Emarginated (1) 47

Warna petaloid filament* Merah (0); Merah-bercak orange (1);

(50)

38 38

Lampiran 3 (Lanjutan)

No. Karakter Sifat Karakter (Skor)

56 Jumlah buah dalam satu tangkai*

1-5 (0); 6-10 (1); 11-16 (2)

57 Bentuk buah* Circular (0); Oblong (1); Elliptical (2); Circular dan oblong (3)

58 Warna buah muda** Hijau muda (0); Hijau muda-kemerahan (1); Hijau kemerahan (2); Merah-Ungu (3)

59 Warna buah matang** Coklat muda (0); Coklat tua (1); Coklat kehitaman (2) 60 Produksi duri** Banyak (0); Sedikit (1)

61 Warna duri muda** Hijau muda (0); Hijau muda-kemerahan (1); Hijau keputihan (2); Hijau-merah (3); Merah (4)

62 Warna duri matang** Coklat tua (0); Coklat kehitaman (1) 63 Warna lapisan dalam karpel

buah*

E Biji

Putih (0); Putih krem (1)

64 Warna biji muda* Putih (0); Putih krem (1) 65 Jumlah biji dalam satu

karpel**

(51)

39 39

Lampiran 4. Karakter morfologi yang diamati dan dipilih, untuk analisis kelompok menggunakan NTSYS. Beberapa karakter diambil dan dimodifikasi dari deskriptor Canna A Preliminary Synopsis of

Warna rimpang* Putih kecoklatan (0); Putih kemerahan (1); Krem 2 Warna sisik**

4 Warna daging umbi* Putih (0); Putih krem (1); Merah muda (2)

B

5

Daun

Bentuk daun muda** Ovate 2:1 (0); ovate 3:2 (1); obovate 2:1 (2) ; widely

6 Bentuk daun ketiga**

ovate 6:5(3); lanceolate (4)

Ovate 2:1 (0); ovate 3:2 (1); obovate 2:1 (2); widely 7 Bentuk daun tua**

ovate 6:5(3); lanceolate (4)

Ovate 2:1 (0); ovate 3:2 (1); obovate 2:1 (2); widely

8 Tepi daun*

Hijau muda (0); Hijau (1); Hijau keputihan (2); Merah (3); Merah kehijauan (4); Merah keunguan (5) Hijau muda (0); Hijau (1); Hijau keputihan (2);

11

bawah**

Warna tulang daun ketiga atas**

Merah (3); Merah kehijauan (4); Merah keunguan (5) Hijau muda (0); Hijau (1); Hijau kekuningan (2);

Hijau (0); Hijau-kekuningan (1); Hijau kemerahan

20 Warna daun tua bawah**

(2); Hijau kemerahan-kuning (3)

(52)

40 keputihan (2); Putih kehijauan (3); Merah (4); Merah muda (5); Merah hijau (6); Ungu (7)

(53)

41 41

Lampiran 4 (Lanjutan)

No. Karakter Sifat Karakter (Skor)

54 Warna buah muda** Hijau muda (0); Hijau muda-kemerahan (1); Hijau kemerahan (2); Merah-Ungu (3)

55 Warna buah matang** Coklat muda(0); Coklat tua(1); Coklat kehitaman(2) 56 Produksi duri** Banyak (0); Sedikit (1)

57 Warna duri muda** Hijau muda (0); Hijau muda-kemerahan (1); Hijau keputihan (2); Hijau-merah (3); Merah (4)

58 Warna duri matang** Coklat tua (0); Coklat kehitaman (1) 59 Warna lapisan dalam karpel

buah*

E Biji

Putih (0); Putih krem (1)

(54)

42 42

Lampiran 5. Nilai Eigenvalue dari analisis komponen utama (Principal

Component Analysis (PCA))

PC Eigenvalue Percent Cumulative PC Eigenvalue Percent Cumulative

(55)

43 43

(56)

44 44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bengkulu tanggal 4 April 1989 dari pasangan Bapak Andri Evi dan Ibu Yenni Susilawati. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bengkulu (2007), kemudian diterima di Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur SNMPTN yaitu pada Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Bengkulu (UNIB) dan lulus tahun 2011.

Pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan di Pascasarjana IPB program studi Biologi Tumbuhan (BOT) dengan sponsor dari Beasiswa Unggulan DIKTI. Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis pernah mengikuti International

Symposium Flora Malesiana pada tanggal 2731 Agustus 2013 dan penyaji di

5th International Conference on Plant Diversity pada tanggal 2021 Agustus

2015.

Gambar

Gambar  1  Morfologi  Canna  hybrida,  (A)  Habitat,  (B)  Rimpang,  (C)  Daun,
Gambar  3  Peta  persebaran  pembudidayaan  tanaman  ganyong  di  Provinsi
Gambar 4 PCA (Principal Component Analysis) dari 57 contoh tanaman ganyong
Gambar 5 Dendogram dari 57 contoh tanaman ganyong menggunakan clustering
+7

Referensi

Dokumen terkait

Remaja dalam status achievement dan foreclosure dicirikan oleh rendahnya tingkat masalah psikososial,sedangkan remaja dalam status searching moratorium melaporkan lebih

2) Hubungkan modul PLC ke komputer menggunakan kabel SR2USB01. 3) Downloadkan diagram ladder yang telah anda buat ke modul PLC Smart Relay Zelio Logic. 4)

Sistem disimulasikan pada kondisi setelah adanya filter aktif seri untuk mengurangi harmonisa, dengan pemodelan sistem dalam tugas akhir dapat diamati pada

ini dibuat sejalan dengan pedoman umum tersebut Dengan adanya pedoman ini diharapkan tiap rumah sakit dapat direncanakan pelayanan laboratorium sesuai dengan keias rumah sakit

Sebagian besar aktivitas fisik anak disabbilitas intelektual tergolong sangat ringan (60,9 %). 2)Ada hubungan antara tingkat kecukupan energi, protein dan lemak

Berdasarkan deskripsi yang telah dipaparkan terlihat bahwa guru menggunakan suatu cara atau strategi dalam menananamkan nilai-nilai karakter religius kepada peserta

Berdasarkan hasil analisis menggunakan analisis faktor terdapat beberapa faktor yang dinyatakan berpengaruh terhadap ketimpangan wilayah di Pulau Timor dan juga factor

5) tidak adanya komitmen pimpinan SKPD dalam mewujudkan tujuan organisasi; 6) adanya mutasi pengelola keuangan; dan 7) adanya perubahan regulasi. Peran Inspektorat