TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Status Gizi Mahasiswa
2.1.2. Metode Status Gizi secara Langsung
Metode penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.
1. Antropometri
Antropometri secara umum adalah ukuran tubuh manusia, sedangkan ditinjau dari sudut pandang gizi antropometri adalah berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi seseorang. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan tersebut terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. Pengukuran antropometri sering digunakan sebagai metode penelitian status gizi secara langsung untuk menilai dua masalah utama gizi, yaitu : Kurang energi protein (KEP), khususnya pada anak dan ibu hamil, obesitas pada semua kelompok umur.
Pengukuran antropometri memiliki beberapa kelebihan, yaitu : a) Alat mudah diperoleh
b) Pengukuran mudah dilakukan c) Biaya murah
d) Hasil pengukuran mudah disimpulkan e) Dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah f) Dapat mendeteksi riwayat gizi masa lalu
Disamping itu pengukuran antropometri juga memiliki kelemahan, yaitu : a) Kurang sensitif
b) Faktor luar (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi) tidak dapat dikendalikan
c) Kesalahan pengukuran akan mempengaruhi akurasi kesimpulan
d) Kesalahan-kesalahan antara lain pengukuran, perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan, analisis dan asumsi salah. Ukuran fisik seseorang sangat erat hubungannya dengan status gizi. Atas dasar ini ukuran-ukuran dengan menggunakan metode antropometri diakui sebagai indeks yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi untuk negara. (Almatsier, 2008)
Pengukuran antropometri merupakan cara pengukuran yang sederhana, sehingga pelaksanaannya tidak hanya di rumah sakit atau puskesmas, tetapi dapat dilakukan di posyandu, PKK, atau rumah penduduk. Ukuran antropometri terbagi atas 2 tipe, yaitu ukuran pertumbuhan tubuh dan komposisi tubuh. Ukuran pertumbuhan yang biasa digunakan meliputi: tinggi badan atau panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada, tinggi lutut. Pengukuran komposisi tubuh dapat dilakukan melalui ukuran: berat badan, lingkar lengan atas, dan tebal lemak di bawah kulit. Ukuran pertumbuhan lebih banyak menggambarkan keadaan gizi masa lampau, sedangkan ukuran komposisi tubuh menggambarkan keadaan gizi masa sekarang atau saat pengukuran.
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit. Lingkar Lengan Atas (LILA) merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah.
Pengukuran LILA adalah salah satu cara untuk mengukur komposisi tubuh. Lila dapat digunakan untuk memprediksi perubahan pada status gizi protein. Pengukuran LILA merupakan salah satu cara deteksi dini untuk menentukan wanita usia subur (15-45 tahun) dengan resiko kekurangan energi kronik (KEK). Ambang batas LILA yang dipakai untuk menentukan KEK pada wanita usia subur adalah 23,5 cm. Jika wanita subur denngan LILA kurang dari 23,5 cm memiliki resiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan bayi rendah (BBLR). Katagori berdasarkan LILA, buruk <23,5 dan baik >23,5. Alat yang digunakan merupakan suatu pita pengukur yang terbuat dari fiberglass atau jenis ukuran kertas tertentu berlapis plastik. Cara mengukurnya yaitu :
a) Ukur pertengahan lengan atas sebelah kiri (tangan yang tidak aktif).
Pertengahan ini dihitung jarak dari siku sampai batas lengan kemudian dibagi dua b) Lengan dalam keadaan bergantung bebas, tidak tertutup kain atau pakaian
c) Pita dilingkarkan pada pertengahan lengan tersebut sampai cukup terukur keliling lingkar lengan, tetapi pita jangan terlalu kuat ditarik atau terlalu longgar.
2.1.3. Metode Penilaan Status Gizi secara Tidak Langsung 1. Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Penggunaan metode dengan pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi. Metodenya dapat berupa kuantitatif dan metode kwalitatif. Metode kuantitatif terdiri dari Recall 24 jam, pemeriksaan makanan, penimbangan makanan, metode invetaris dan pencatatan. Dan metode kualitatif terdiri dari : frekuensi makan, dietary histori, metode telepon dan pendaftaran makanan. (Almatsier, 2008)
Menurut Supasriasa (2001), Konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan, melihat jumlah dan zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat meberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakatt, keluarga dan individu. Survey konsumsi makanan dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekuranganzat gizi.
(Hartriyanti dan Triyanti (2007) Metode 24 hour recall memiliki kelebihan dan keterbatasan, yaitu :
a. Kelebihan Metode 24 hour recall
- Mudah dan pencatatan cepat, hanya membutuhkan kurang lebih 20 menit - Murah
- Mendapatkan informasi secara detil tentang jenis bahkan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi
- Beban responden rendah
- Dapat memperkirakan asupan gizi suatu kelompok
- Recall secara beberapa kali dapat digunakan untuk memperkirakan asupan zat gizi tingkat individu. Biasanya 2 atau 3 kali dan dipilih weekday dan
weekend
- Tidak mengubah kebiasaan diet - Berguna untuk pasien di klinik b. Keterbatasan 24 hour recall
- Recall sekali tidak dapat mencerminkan secara representative kebiasaan asupan individu
- Kadang terjadi under/over reporting
- Bergantung pada memori
- Kadang mengabaikan saus atau minuman ringan yang menyebabkan rendahnya asupan energi
Prinsip dari metode recall 24 jam,dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi pada priode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini enumerator meminta agar responden mengingat-ingat secara terperinci apa yang telah
dikonsumsi dalam 1-3 hari terakhir tersebut. Untuk keperluan ini digunakan alat bantu misalnya ukuran-ukuran rumah tangga, model makanan, dan sebagainya untuk menentukan perkiraan-perkiraan konsumsi pangan yang lebih mendekati. Cara ini relatif lebih murah dan cepat, tetapi mengandung subyektifitas yang tinggi dan menimbulkan kesalahan sistematik (Suhardjo, 1989).