• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagian V : GERAKAN NASIONAL BELA NEGARA DALAM

D. METODE/STRATEGI PEMBELAJARAN

F. METODE EVALUASI HASIL BELAJAR PER KELOMPOK PESERTA G. PENGUATAN (REINFORCEMENT) PEMBELAJARAN

Penyusun sangat menyadari bahwa modul ini jauh dari sempurna. Dengan segala kekurangan yang ada pada modul ini, kami mohon kesediaan pembaca untuk dapat memberikan masukan yang konstruktif guna penyempurnaan selanjutnya, semoga modul ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Jakarta, Desember 2019

Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia

x

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………

PENGANTAR MODUL PKBN ……… i

DAFTAR ISI ………. viii

DAFTAR GAMBAR ………...………

DAFTAR TABEL ………

A. MATERI / BAHAN AJAR ……….

Bagian I : PEMAHAMAN KORUPSI …..………

1. Latar Belakang ..………

2. Pengertian Korupsi ………..………. 2

3. Sejarah Perkembangan Korupsi ……….………….……

3.1. Korupsi di Era Orde Lama ……….

3.2. Korupsi di Era Orde Baru ……….

3.3. Korupsi di Era Reformasi ………..

Bagian II : ANCAMAN TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA ……….

1. Ragam Ancaman Korupsi ………

2. Faktor Penyebab Korupsi ………..……… 7

3. Dampak dari Tindakan Korupsi ……….

Bagian III : PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI ………

1. Pengertian Pencegahan Korupsi ……….

2. Pencegahan Perilaku Korupsi Sejak Dini ..………... 26

3. Pembangunan Nilai Integritas dalam Pencegahan Korupsi …….…

3.1. Pemahaman Nilai Integritas, Komitmen dan Kredibilitas …..

3.2. Kompetensi Integritas ………..

3.3. Pendidikan Karakter Integritas dan Budaya Antikorupsi ……

4. Strategi Pencegahan Korupsi ……….

4.1. Strategi Pencegahan Korupsi Waktu ………

4.2. Strategi Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa ..

4.3. Strategi Nasional Pencegahan Korupsi ………..

Bagian IV : PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI …….………….……. 35

1. Komitmen Pemberantasan Korupsi ……….………. 3

2. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPk) ……...……… i iii x xii xii 1 1 1 2 4 5 7 10 14 14 16 18 21 21 21 22 22 26 27 30 30 31 34 38 38 39

xi

3. Tindakan Hukum Bagi Pelaku Korupsi ……….

4. Strategi Pemberantasan Korupsi ………..

4.1. Strategi Pemberantasan Korupsi - KPK ……….

4.2. Strategi Pemberantasan Korupsi – BPKP ………

5. Peran-serta Masyarakat dalam Pemberantasan Korupsi …………..

Bagian V : GERAKAN NASIONAL BELA NEGARA DALAM UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI ………

1. Gerakan Katakan “Tidak” pada Korupsi Waktu, Barang Jasa dan Uang ………

2. Gerakan Pemberdayaan Berbagai Media Untuk Melawan Korupsi 3. Gerakan Pakta Integritas Anti Korupsi ……….

4. Gerakan Implementasi Pendidikan Karakter dan Budaya Anti Korupsi ………

5. Gerakan Lapor Kasus Korupsi ……….

B. KELOMPOK PESERTA PKBN ………

C. STANDAR KOMPETENSI ……….……….

1. Pengertian ……….

2. Garis Besar Standar Kompetensi di setiap Tingkat ………..

3. Matriks Standar Kompetensi di setiap Lingkup ……….

D. METODE/STRATEGI PEMBELAJARAN ………

1. Pengertian ………..

2. Garis Besar Metode/Strategi Pembelajaran di setiap Tingkat ………

3. Matriks Metode/Strategi Pembelajaran di setiap Lingkup ………

E. SARANA/MEDIA PEMBELAJARAN ………..

1. Pengertian ………..

2. Garis Besar Sarana/Media Pembelajaran di setiap Tingkat ………..

3. Matriks Sarana/Media Pembelajaran di setiap Lingkup ………..

F. METODE EVALUASI ……….…

1. Pengertian ………..

2. Garis Besar Metode Evaluasi di setiap Tingkat ………

3. Matriks Metode Evaluasi di setiap Lingkup ………..

G. PENGUATAN (Reinforcement) PEMBELAJARAN ……….

DAFTAR PUSTAKA ……… 42 44 44 46 48 51 51 52 54 55 57 58 60 60 63 64 66 66 73 74 76 76 77 78 79 79 81 82 84 89

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Ilustrasi Kurikulum – Paket Modul PKBN ……….….

Gambat 2 : Desain Instruksional - Modul PKBN ………..…..…

Gambar 3 : Desain Instruksional – Modul Pencegahan Korupsi ………..

Gambar 4 : Strategi Pemberantasan Korupsi ………..

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Kelompok Lingkup Pendidikan ………

Tabel 2 : Kategori Kompetensi Ranah Pengetahuan (Cognitive : C) ……….

Tabel 3 : Kategori Kompetensi Ranah Sikap (Affective : A) ………..

Tabel 4 : Kategori Kompetensi Ranah Perilakui ( Psikomotorik : P) ……….

Tabel 5 : Standar Kompetensi – Pencegahan Korupsi ………...

Tabel 6 : Matriks Standar Kompetensi – Pencegahan Korupsi ……….

Tabel 7 : Metode Pembelajaran – Pencegahan Korupsi ………

Tabel 8 : Matriks Metode Pembelajaran – Pencegahan Korupsi ………

Tabel 9 : Matriks Media Pembelajaran – Pencegahan Korupsi ……….….

Tabel 10 : Metode Evaluasi – Pencegahan Korupsi ……….

Tabel 11 : Matriks Metode Evaluasi – Pencegahan Korupsi …………..………..

iv viii xiii 45 58 60 61 62 63 64 73 74 78 81 82

xiii

DESAIN INSTRUKSIONAL - PENCEGAHAN KORUPSI

Gambar 3 : Desain Instruksional – Pencegahan Korupsi

Contoh Gerakan antara lain:

1. Gerakan Katakan “Tidak” pada Korupsi Waktu, Barang, Jasa dan Uang.

2. Gerakan Pemberdayaan Berbagai Media Untuk Melawan Korupsi 3. Gerakan Pakta Integritas Anti

Korupsi

4. Gerakan Implementasi Pendidikan Karakter dan Budaya Antikorupsi 5. Gerakan Lapor Kasus Korupsi

1

Bagian I

PEMAHAMAN KORUPSI

1. Latar Belakang

Korupsi semakin merajalela di negeri ini. Korupsi bukan hanya dalam bentuk uang tetapi juga dalam bentuk barang dan waktu. Pada dasarnya korupsi itu berkaitan dengan etika sikap dan moral perilaku dalam kedisiplinan dan kejujuran. Warga negara yang memiliki sikap disiplin dan memiliki sifat jujur, atau integritas dan komitmen yang tinggi pastilah warga negara tersebut tidak akan melakukan tindak pidana korupsi.

Tindak pidana korupsi merusak kepercayaan yang telah dibangun dalam praktik kehidupan sehari-hari baik di lingkup pendidikan, lingkup masyarakat maupun lingkup pekerjaan. Korupsi sangat sulit untuk diberantas, karena problem korupsi di Indonesia sudah mengakar. Hal ini merupakan bahaya laten yang harus diwaspadai, baik oleh pemerintah maupun oleh seluruh warga negara Indonesia.

Tindak pidana korupsi merupakan salah satu ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan (AGHT) bagi bangsa Indonesia yang sifatnya “sangat serius”, dalam upaya dan kerja keras seluruh warga negara untuk mencapai tujuan nasional seperti yang diamanatkan oleh UUD NRI Tahun 1945, dan mencapai visi Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur.

Tindak pidana korupsi baik berupa uang, barang dan waktu, telah lama menjadi bagian dari kehidupan politik, bisnis dan sosial budaya di Indonesia. Fakta sejarah memperlihatkan bahwa praktik korupsi di tingkat pemerintahan dan birokrasi telah ada sejak sebelum era kemerdekaan, dan bahkan meningkat pada tahun 1968 hingga 1998, kemudian mulai dengan gencar dibenahi pada tahun-tahun berikutnya.

Kondisi ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Semua komponen bangsa harus bekerja sama untuk mencegah dan memberantas tuntas korupsi itu hingga ke akar-akarnya sampai kapan pun, dan dengan tegas mengatakan “tidak” kepada korupsi dalam segala bentuk dan skalanya. Untuk itu kiranya semangat nasionalisme dan patriotisme, komitmen dan integritas yang tinggi dari seluruh komponen masyarakat di setiap tingkat, merupakan prasyarat keberhasilan.

2

2. Pengertian Korupsi

Kata “korupsi” berasal dari bahasa latin “corruptio” atau corruptus, diturunkan dari kata kerja “corrumpere”.1 Korupsi artinya penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara atau perusahaan dan sebagainya untuk keuntungan pribadi atau orang lain, dan penggunaan waktu dinas (bekerja) untuk urusan pribadi. Korup adalah buruk, rusak, busuk. Arti lain korup adalah suka memakai barang atau uang yang dipercayakan kepadanya, dapat disogok (memakai kekuasaannya untuk kepentingan pribadi).2

Berikut ini beberapa pengertian korupsi yang dikutip dari berbagai sumber, untuk memberi gambaran menyeluruh makna dari korupsi :

a. Korupsi adalah perilaku tidak jujur atau illegal, terutama dilakukan orang yang berwenang. Arti lain korupsi adalah tindakan atau efek dari dorongan yang membuat seseorang berubah dari standar perilaku moral menjadi tidak bermoral (sumber: Kamus Oxford dalam Arum Sutrisni Putri) 3

b. Korupsi adalah perbuatan yang dilakukan dengan maksud memberikan keuntungan yang bertentangan dengan tugas dan hak orang lain. Perbuatan seorang pejabat atau seorang pemegang kepercayaan yang secara bertentangan dengan hukum, secara keliru menggunakan kekuasaannya untuk mendapatkan keuntungan untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain, bertentangan dengan tugas dan hak orang lain (sumber: Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary dalam Arum Sutrisni Putri)4

c. Korupsi adalah penyalah-gunaan kekuasaan sebagai pejabat publik untuk mendapat keutungan pribadi. Kapan saja suatu jabatan public disalah-gunakan, fungsi atau tujuan public disingkirkan dan dikompromikan, termasuk didalamnya tindak kolusi dan nepotisme (sumber: Bank Dunia)5

1 Juni Sjafrien Jahya. Say No To Korupsi !!. Jakarta: Visimedia, 2012

2 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Arti Korupsi, diunduh dari: https://kbbi.web.id/korupsi 3 Arum Sutrisni Putri. Korupsi: Pengertian, Penyebab dan Dampaknya. Diunduh dari:

https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/11/185540869/korupsi-pengertian-penyebab-dan-mpaknya?page=all#page5.

4 Ibid

5 World Bank. Brief: Combating Corruption. Diunduh dari: https://www.worldbank.org/en/topic/governance/brief/anti-corruption

3

d. Korupsi adalah pencurian yang melalui penipuan dalam situasi yang mengkhianati kepercayaan. Korupsi merupakan wujud perbuatan immoral dari dorongan untuk mendapatkan sesuatu dengan menggunakan metode penipuan dan pencurian. Di sini nepotisme dan korupsi otogenik merupakan bentuk korupsi juga (sumber: Alatas, dalam Seputar co.id) 6

e. Korupsi adalah perilaku yang menyimpang dari aturan etis formal yang menyangkut tindakan seseorang dalam posisi otoritas publik yang disebabkan oleh motif pertimbangan pribadi, seperti kekayaan, kekuasaan dan status (sumber: Nye, J.S dalam Seputar co.id)7

f. Korupsi adalah tingkah laku yang menggunakan jabatan dan wewenang guna mengeruk keuntungan bagi pribadi dan merugikan kepentingan umum (sumber: Kartini Kartono dalam Seputar co.id)8

g. Korupsi itu ada tiga: pertama, menguasai atau mendapatkan uang dari negara dengan berbagai cara secara tidak sah dan dipakai untuk kepentingan sendiri;

kedua, menyalahgunakan wewenang (abuse of power). Wewenang itu

disalahgunakan untuk memberikan fasilitas dan keuntungan yang lain; ketiga, pungutan liar. Pungli ini interaksi antara dua orang, biasanya pejabat dengan warga setempat, yang maksudnya si-oknum pejabat memberikan suatu fasilitas dan sebagainya, dan oknum warga masyarakat tertentu memberi imbalan atas apa yang dilakukan oleh oknum pejabat yang bersangkutan (sumber: Sudomo dalam Seputar co.id)9

h. Korupsi waktu adalah tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Korupsi waktu dimulai dengan tanda-tanda terlambatnya sese-orang menepati janji, kemudian lebih besar lagi adalah mengingkari janji. Korupsi waktu dapat berdampak pada kerugian moral dan materiil, maka ada

6 Seputar Pengetahuan.co.id. Pengertian Korupsi, diunduh dari https://www.seputar pengetahuan.co.id/2017/07/30-pengertian-korupsi-menurut-para-ahli-bentuk-faktor-penyebab-ciri-ciri-dampak-cara-mengatasi-korupsi.html. Akses Desember 2019

7 Ibid

8 Ibid

4

slogan waktu adalah uang. Waktu adalah hal yang paling dasar dari sebuah tindakan korupsi. Banyak orang yang tidak menyadari akan hal ini.10

i. UU No. 20 Tahun 2001: Korupsi adalah tindakan melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau merugikan negara atau perekonomian negara. Korupsi adalah tindakan seseorang yang menyalah-gunakan kepercayaan dalam suatu masalah atau organisasi untuk mendapatkan keuntungan.11 Tindak pidana korupsi sangat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dan menghambat pembangunan nasional, sehingga harus diberantas dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Dari semua pengertian korupsi di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa korupsi merupakan perilaku yang menyimpang dari aturan serta melanggar moral dan penyalahgunaan jabatan dan wewenang demi keuntungan pribadi maupun kelompok. Atau dari perspektif keadilan dan hukum, korupsi adalah: 12

a. tindakan mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya;

b. mengambil secara tidak jujur perbendaharaan milik publik atau barang yang diambil dari pajak yang dibayarkan masyarakat untuk kepentingan diri sendiri; c. tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi suatu jabatan secara

sengaja untuk memperoleh keuntungan berupa status, kekayaan atau uang untuk perorangan, keluarga dekat, atau kelompok sendiri.

3. Sejarah Perkembangan Korupsi Di Indonesia

Sejarah merupakan sumber pelajaran sikap dan perilaku yang diwariskan oleh para pendahulu kepada generasis berikutnya, baik sikap dan perilaku yang positif maupun yang negatif seperti korupsi. Korupsi merupakan hal yang sering kita jumpai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Korupsi sudah menjadi masalah yang

10 Goto Kusanto. Korupsi Cermin Etika Sikap dan Mental Individu. Dikutip dan disari dari: banyumas kab.go.id/read/

11Kompasiana. Pengertian Korupsi dan Faktor Faktor Penyebabnya, diunduh dari

https://www.kompasiana.com/dzikriramadhan/57f693238823bd2d1a4c749e/pengertian-korupsi-dan-faktor-penyebab-korupsi?page=all. Akses Desember 2019

5

sangat serius tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh negara yang ada di dunia. Korupsi sudah ada sejak manusia mengenal kehidupan bermasyarakat. Tindakan korupsi awalnya dilakukan secara sederhana namun seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, tindakan korupsi juga ikut berkembang dan menjadi masalah yang semakin sulit diberantas.13

Di Indonesia, korupsi sudah ada jauh sebelum proklamasi kemerdekaan RI, bahkan beberapa referensi menyatakan korupsi sudah ada sejak jaman kerajaan-kerajaan nusantara, dimana kedudukan atau jabatan diperjual-belikan secara bebas kepada siapa saja yang mampu membayar.14

Pasca Indonesia merdeka korupsi terjadi hingga dewasa ini sampai menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan indeks korupsi tertinggi di dunia.15 Sejarah perkembangan korupsi di Indonesia ini akan dibahas dalam 3 (tiga) Era yaitu: Era Orde Lama; Era Orde Baru; dan Era Reformasi yang masih berlangsung hingga saat ini. 3.1. Korupsi di Era Orde Lama

Beberapa kasus korupsi yang terungkap di era Orde Lama antara lain : Pada Tanggal 11 April 1960, dalam Koran Pantjawarta terdapat berita tentang 14 pegawai negeri yang terbukti melakukan tindakan korupsi; Pada tahun 1961 juga terungkap kasus korupsi yang melibatkan Yayasan Masjid Istiqlal; Pada tanggal 25 Januari 1964 terdapat berita mengenai kasus korupsi di RSUP Semarang; Pada tanggal 24 Maret 1964 diberitakan kasus korupsi di sebuah perusahaan semen; dan Pada tahun 1962 terungkap kasus korupsi dalam pembangunan “Press House”.16

Di era Orde Lama, tidak banyak kasus korupsi yang diangkat oleh media massa. Kondisi ini bukan karena tindak pidana korupsi yang terjadi di era ini masih sedikit, namun dikarenakan sebagian besar pengumuman hasil-hasil temuan korupsi yang terungkap hanya diserahkan dan dilaporkan pada pihak yang berwenang, yaitu pihak kejaksaan.

13 Hikmatus Syuraida. Perkembangan Pemberantasan Korupsi Di Indonesia Era Orde Lama Hingga Era Reformasi. AVATARA e-Journal Pendidikan Sejarah, Volume 3, No. 2, Juli 2015

14 Retnowati, Y., & Utami, Y. S.. “Relevansi Gerakan Anti Korupsi Untuk Pembangunan,” Jurnal Paradigma, hlm. 18(1).

15 Kami, I. M. (2018). Indeks Persepsi Korupsi 2017, Indonesia Peringkat Ke-96. Retrieved November 26, 2018, from https://news.detik.com/berita/d-3879592/indeks-persepsi-korupsi-2017-indonesia-peringkat-ke-96

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/03/30/cek-data-tren-membaik-indeks-persepsi-korupsi-di-indonesia.

6

Hal ini, menurut K.H. Nasution, karena kasus-kasus korupsi yang terjadi merupakan hal yang memperlihatkan adanya sesuatu yang busuk di dalam tubuh pemerintahan.17

Kasus-kasus korupsi yang terjadi di era Orde Lama kebanyakan terjadi karena kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh atasan terhadap bawahannya sehingga banyak orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan situasi tersebut untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan pada masa itu kondisi Indonesia masih baru merdeka dan sistem pemerintahan yang ada masih kurang stabil.18

Berbagai upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan pada era Orde Lama antara lain:

a. Menetapkan Peraturan Pemberantasan Korupsi No. Prt/PM-06/1957 pada tanggal 9 April 1957, yang dikeluarkan oleh Jendral A.H. Nasution yang pada saat itu menjabat sebagai Penguasa Militer Seluruh Indonesia. Selanjutnya Pemerintah melakukan penggantian peraturan berupa Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 24 Prp Tahun 1960.19

b. Membentuk badan anti korupsi yang pertama bernama Panitya Restooling Aparatur Negara yang disingkat PARAN, merupakan lembaga yang bertugas mengadakan perombakan dalam sususnan dan tata kerja secara perorangan maupun kelompok dari semua badan-badan Pemerintahan dalam bidang legislatif, eksekutif dan lain-lain yang ada di daerah maupun pusat, untuk disesuaikan dengan Manifesto Politik dan USDEK, untuk mewujudkan tujuan negara dalam jangka panjang maupun jangka pendek.20 PARAN diketuai oleh A.H. Nasution, yang dalam melakukan perombakan pada badan-badan Pemerintahan, PARAN melakukan pendataan kekayaan dan harta yang dimiliki para pejabat pemerintah dalam operasi yang disebut “operasi budi”.21 c. Pada tanggal 27 April 1964 Presiden membuat Surat Keputusan Presiden

Nomor 98 Tahun 1964 tentang pembentukan KOTRAR singkatan dari

17 Rosihan Anwar. Sukarno-Tentara-PKI. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006, hal. 285.

18 Hikmatus Syuraida, op.cit, hal. 234

19 Ibid

20 Kebinet Perdana Menteri Republik Indonesia. No. 18998/60. Tanggal 9 September 1960. Perihal: Laporan Panitya Restooling Aparatur Negara.

7

Komando Tertinggi Restooling Alat Revolusi, merupakan badan komando yang dipimpin oleh secara langsung oleh Presiden Soekarno. KOTRAR memiliki tugas memupuk, memelihara sera mengusahakan agar alat-alat revolusi mendapatkan hasil yang efektif serta efisien dalam kegiatan untuk mencapai tujuan dan revolusi Indonesia.22

Pada akhirnya lembaga pemberantasan korupsi yang dibentuk oleh pemerintah era Orde Lama mengalami kebuntuan dan tidak bisa melakukan tugasnya dengan baik dikarenakan kurang maksimalnya kinerja badan pemberantasan korupsi tersebut dan kurangnya dukungan dalam menjalankan tugasnya.

3.2. Korupsi di Era Orde Baru

Beberapa kasus korupsi yang terungkap di era Orde Baru antara lain: Pada tanggal 10 Juli 1967 terjadi kasus korupsi yang melibatkan Kantor Pajak di Magelang; Pada tanggal 12 Januari 1968, surat kabar mengungkap kasus korupsi yang dilakukan oleh Pelaksana Pembangunan Gedung PN Waskita Karya Palembang; Pada tanggal 27 Maret 1968 terungkap berita kasus korupsi yang sangat besar di BNI Unit II Jakarta; Pada tanggal 22 September 1977 terungkap kasus korupsi yang terjadi di Lembaga Minyak dan Gas Bumi (Lemigas); Pada tanggal 26 Oktober 1981, ditemukan kasus korupsi yang terjadi di Jakarta melibatkan 6 karyawan Perum Sentral Giro; dan Pada tanggal 19 November 1981 diberitakan terjadi penyelewengan di Departemen Pertanian.23

Tindakan korupsi yang terjadi di era Orde Baru sebagian besar disebabkan oleh banyaknya pemegang jabatan dalam suatu perusahaan atau instansi pemerintah yang memanfaatkan kekuasaan yang dimilikinya untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Korupsi di era Orde Baru kebanyakan dilakukan karena monopoli kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki jabatan. Dalam kasus-kasus korupsi di era Orde Baru, tidak hanya kekayaan saja yang dicari oleh para koruptor, melainkan juga kekuasaan serta jabatan menjadi hal yang sangat dicari.24

22 Hikmatus Syuraida, op.cit, hal. 235

23 Ibid

8

Berbagai upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan pada era Orde Baru antara lain:25

a. Pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi disingkat TPK, melalui penerbitan Keppres No. 28 tahun 1967, pada tanggal 2 Desember 1967. Tugas dari TPK adalah membantu Pemerintah dalam memberantas perbuatan korupsi secara cepat dengan tindakan represif dan preventif.

b. Pembentukan Komisi IV, serta mengangkat Drs. Moh. Hatta sebagai Presiden sekaligus Penasehat Komisi IV, melalui Keppres No. 12 dan 13 Tahun 1970. Tujuan dibentuknya Komisi IV untuk memperkuat kinerja TPK yang dinilai kurang maksimal. Komisi IV menganalisis permasalahan dalam birokrasi dan dan mengeluarkan rekomendasi untuk mengatasinya, sehingga diharapkan TPK dapat bekerja lebih efektif dan efisien.

Meskipun berhasil menyelamatkan keuangan negara hingga milyaran rupiah, namun lama kelamaan kinerja TPK maupun Komisi IV mengalami penurunan. Hal tersebut terjadi karena bukti-bukti kasus korupsi sulit diperoleh.

c. Semakin banyak penyelewengan yang terjadi, kemudian berkembang dengan adanya “pungli (pungutan liar)” yang terjadi di berbagai daerah mendorong Pemerintah mengadakan Operasi Tertib yang disingkat Opstib, yang dipimpin oleh Laksmana TNI Sudomo, yang bertugas menegakkan dan memelihara kewibawaan aparatur pemerintah dari pusat sampai ke daerah. Selain itu, juga memberantas tindakan penyelewengan termasuk pungutan liar yang terjadi di semua tingkat.

d. Menerbitkan beberapa peraturan berkaitan dengan pemberantasan korupsi yaitu: 26

1) Undang-Undang No. 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Aturan ini menerapkan pidana penjara maksimum seumur hidup serta denda maksimum Rp 30 juta bagi semua delik yang dikategorikan korupsi.

25 Ibid

26 Sejarah Perjuangan Pemberantasan Korupsi Di Indonesia. Diunduh dari :

9

2) Keppres Nomor 52 Tahun 1971, tentang Pelaporan Pajak Para Pejabat dan PNS

3) GBHN Tahun 1973 tentang Pembinaan Aparatur yang Berwibawa dan Bersih dalam Pengelolaan Negara; dan GBHN Tahun 1978 tentang Kebijakan dan Langkah-langkah dalam rangka Penertiban Aparatur Negara dari Masalah Korupsi, Penyalahgunaan Wewenang, Kebocoran dan Pemborosan Kekayaan dan Kuangan Negara, Pungutan-Pungutan Liar serta Berbagai Bentuk Penyelewengan Lainnya yang Menghambat Pelaksanaan Pembangunan.

Namun pelaksanaan GBHN ini bocor karena pengelolaan negara diwarnai banyak kecurangan dan kebocoran anggaran negara di semua sektor dan kurangnya kontrol. Organ-organ negara seperti parlemen yang memiliki fungsi pengawasan dibuat lemah. Anggaran DPR ditentukan oleh pemerintah sehingga fungsi pengawasan tak ada lagi. Lembaga yudikatif pun dibuat serupa oleh penguasa Orde Baru, sehingga tidak ada kekuatan yang tersisa untuk bisa mengadili kasus-kasus korupsi secara independen. Kekuatan masyarakat sipil dimandulkan, penguasa Orde Baru secara perlahan membatasi ruang gerak masyarakat dan melakukan intervensi demi mempertahankan kekuasaannya.

4) Inpres Nomor 9 Tahun 1977, tentang Operasi Penertiban

5) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap. Di era Orde Baru meskipun pemerintah telah melakukan berbagai macam upaya dalam mengatasi korupsi yang terjadi, namun jika dalam hal pelaksanaannya masih belum bisa dilakukan dengan baik, maka upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan pada akhirnya tidak berjalan secara maksimal. Hal ini dikarenakan oleh pengelolaan negara serta sistem pemerintahan era Orde Baru yang harus disesuaikan dengan kepentingan dari penguasa pemerintahan. Pada akhirnya, upaya pemberantasan korupsi hanya dijadikan alat politik untuk mendapatkan dukungan serta simpati dari rakyat.27

10

3.3. Korupsi di Era Reformasi

Berakhirnya era Orde Baru yang ditandai dengan gerakan “people power” di tahun 1998, melahirkan Era Reformasi. Salah satu tekad rakyat Indonesia baik yang berada di pemerintahan maupun di masyarakat pada era reformasi adalah membenahi tatanan pencegahan dan pemberantasan korupsi, yang dinilai sudah sangat parah tidak terkendali di era sebelumnya dan berlangsung ke era berikutnya. Tindak pidana korupsi yang ada di negeri ini, masih banyak yang belum terungkap dan tertangani dengan baik. Setelah berakhirnya era Orde Baru, di awal era Reformasi Indonesia dipimpin oleh Presiden B.J. Habibie. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi korupsi antara lain:28

· Membentuk Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN) melalui Keppres Nomor 127 Tahun 1999. Tugas dan wewenang KPKPN adalah melakukan pemeriksaan terhadap kekayaan yang dimiliki Penyelenggara

Dokumen terkait