• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

A. KAJIAN PUSTAKA

3. Metode Story telling

a. Pengertian Metode Pembelajaran

Metoda berasal dari dua perkataan yaitu meta yang artinya melalui dan hodos yang artinya jalan atau cara. Jadi metoda artinya suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan.19 Menurut Ahmad Tafsir metode ialah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian

“cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu”. Ungkapan yang “paling tepat dan cepat” itulah yang membedakan method dengan way (yang juga berarti cara) dalam bahasa Inggris.20 Karena metode berarti cara yang paling tepat dan cepat, maka urutan kerja dalam suatu metode selalu merupakan hasil eksperimen.

Sedangkan menurut Winarno Surakhmad mendefinisikan “metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan”.21

Martinis Yamin juga mendefinisikan metode pembelajaran adalah cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.22

Hadi Susanto dalam Ramayulis, mengatakan bahwa

“sesungguhnya cara atau metode mengajar adalah suatu seni dalam hal ini

19 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 99

20 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: remaja Rosdakarya, 1998) hlm. 9.

21 Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Mengajar Belajar, (Bandung: Tarsito, 1990),hlm. 96

22 Martinis Yamin, profesionalisme Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), hlm. 138

seni mengajar”.23 Metode mengajar adalah “jalan yang diikuti untuk memberikan pengertian pada murid-murid tentang segala macam materi dalam berbagai pelajaran”.24 Sedangkan metode mengajar menurut M.

Suparta dan Hery Noer Ali adalah “cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pelajaran kepada pelajar”.25

Jadi metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan interaksi dan komunikasi dengan peserta didik pada saat berlangsungnya suatu pengajaran.

Mengajar merupakan upaya guru dalam menciptakan situasi belajar, maka yang harus dipegang oleh seorang guru adalah bagaimana menciptakan suasana belajar yang bervariasi, karena penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi memungkinkan materi pelajaran dapat lebih mudah diserap oleh siswa.

Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode adalah suatu cara yang tepat dan cepat dalam suatu cara yang efektif dan efisien. Pengajaran yang efektif yatu pengajaran yang dapat dipahami murid secara sempurna. Pengajaran yang tepat ialah pengajaran yang berfungsi pada murid. Pengajaran yang cepat yaitu pengajaran yang tidak memerlukan waktu yang lama. Semua pengajaran ini sangat penting diterapkan guna mencapai tujuan pembelajaran.

23Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), hlm.

107

24Ibid., hlm. 109.

25M. Suparta dan Hery Noer Ali, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Armico, 2003), hlm. 159

Menjadi guru kreatif, profesional dan menyenangkan dituntut untuk memiliki kemampuan memilih metode pembelajaran yang efektif.

Hal ini penting terutama untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Cara guru melakukan suatu kegiatan pembelajaran memerlukan metode yang berbeda dengan metode pembelajaran lain.

Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan metode-metod eyang berpusat pada guru, serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik. Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.26

Dengan demikian titik sentra yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya tujuan pengajaran yang efektif dan efisien, antara guru dan anak didik harus beraktivitas. Anak didik harus memiliki kreatifitas yang tinggi dalam belajar. Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan anak didik di kelas. Salah satunya adalah melakukan pemilihan dan pemenuhan metode tertentu yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategis instruksional, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk

hlm. 107

26 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),

28Slameto, Proses Belajar Mengajar..., hlm. 98

menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Metode pembelajaran merupakan cara untuk menyampaikan, menyajikan, memberi latihan, dan memberi contoh pelajaran kepada siswa,27 dengan demikian metode dapat dikembangkan dari pengalaman, seseorang guru yang berpengalaman dapat menyuguhkan materi kepada siswa dengan menggunakan berbagai metode-metode yang bervariatif, dengan kata lain tidak boleh monoton dalam pembelajaran.

Pemilihan metode mengajar yang tepat terkait dengan efektifitas pengajaran, ketepatan penggunaan metode mengajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, meliputi:

a. Tujuan belajar yang hendak dicapai

Yaitu tingkah laku yang diharapkan dapat dinampakkan siswa setelah proses belajar mengajar.28 Oleh sebab itu guru harus benar- benar selektif dalam menggunakan suatu metode tertentu, sehingga sesuai dengan tujuan belajar yang diinginkan, baik tujuan pembelajaran ditinjau dari aspek afektif, kognitif, ataupun psikomotorik.

27 Martinis Yamin, Profesionalisme Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), hlm. 132

31Ibid., hlm. 166

b. Keadaan peserta didik

Keadaan pelajar berhubungan dengan kemampuan siswa untuk menangkap dan memperkembangkan bahan pengajaran yang diajarkan.29 Dalam hal ini guru setidaknya mengetahui baik fisik dan psikologis peserta didik maupun kuantitas besar kecilnya, jumlah siswa yang mengikuti pelajaran, sehingga penggunaan metode dapat dilakukan secara tepat dan efektif.

c. Bahan/materi pengajaran

Dalam menetapkan metode yang harus diperatikan guru adalah bahan pengajaran, baik isi, sifat maupun cakupannya.30 Pemilihan metode oleh guru harus disesuaikan dengan isi materi pelajaran, sehingga mempermudah siswa untuk menerima, serta memahami materi pelajaran yang disampaikan.

d. Situasi belajar mengajar

Situasi belajar mengajar dalam digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu situasi yang dapat diperhitungkan sebelumnya dan situasi yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya.31 Oleh sebab itu guru harus tanggap dalam menghadapi perubahan situasi dan keadaan yang dapat mempengaruhi jalannya proses pengajaran.

29Ibid., hlm. 99

30 Suparta dan Ali, Metodologi Pengajaran Agama Islam..., hlm. 165

e. Fasilitas

Fasilitas yaitu bahan atau alat Bantu serta fasilitas yang lain yang bersifat fisik maupun nonfisik.32 Dalam hal ini guru sebaiknya memanfaatkan daya kreatifitasnya serta kecakapannya untuk menggunakan fasilitas yang tersedia untuk mengefektifkan metode yang digunakan.

f. Guru

Menurut Ahmad Tafsir guru adalah “orang yang memegang mata pelajaran di sekolah”.33 Setiap guru mempunyai kepribadian keguruan yang berbeda-beda serta memiliki kemampuan yang tidak sama untuk dapat melaksanakan tugas dan peran keguruannya, guru harus menyadari sepenuhnya tentang penguasaannya dalam menggunakan suatu metode yang sesuai dengan kepribadiannya.

Menurut Ahmad Patoni, beberapa metode pembelajaran yang dapat dipergunakan oleh guru di antaranya:

Metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi atau musyawarah atau sarasehan, metode permainan dan simulasi (game and simulation), metode latihan siap, metode demonstrasi dan eksperimen, metode karya wisata atau sosio wisata, metode kerja kelompok, metode sosio drama dan bermain peran, metode sistem pengajar beregu (team teaching), metode pemecahan masalah, metode anugrah, dan lain-lain.34

32Ibid., hlm. 167

33Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), hlm. 75

34Ahmad Patoni, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), hlm.

110

Sedangkan menurut Ramayulis, ada tiga prinsip yang mendasari metode mengajar dalam Islam, yaitu:

1) Sifat-sifat metode dan kepentingan yang berkenaan dengan tujuan utama pendidikan Islam.

2) Berkenaan dengan metode mengajar yang prinsip- prinsipnya terdapat dalam Al-Qur'an atau disimpulkan daripadanya.

3) Membangkitkan motivasi dan adanya kedisiplinan.35

Oleh karena itu, guru harus mampu memilih dan menentukan metode yang sesuai serta membuat variasi-variasi metode pengajaran, karena tidak ada satu metode yang paling baik untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan setiap metode mempunyai kelebihan maupun kekurangan yang harus disesuaikan dengan pencapaian tujuan pembelajaran serta efektifitas pembelajaran.

b. Pengertian Bercerita (Story telling)

Menurut Aliyah, Story telling terdiri dari Story berarti cerita dan telling berarti pencerita. Penggabungan dua kata story telling disebut juga bercerita cerita atau menceritakan cerita. Selain itu, Story telling disebut juga bercerita atau mendongeng seperti yang dikemukan oleh Malan, mendongeng adalah bercerita berdasarkan tradisi lisan. Story telling merupakan usaha yang dilakukan oleh pendogeng dalam menyampaikan isi perasaan, buah pikiran atau sebuah cerita kepada anak serta lisan.

Storytelling atau mendongeng adalah cerita khayali yang dianggap tidak benar-benar terjadi, baik oleh penuturnya maupun oleh

35Ramayulis, Metodologi Pengajaran...,hlm. 110

pendongarnya. Dongeng tidak terikat oleh ketentuan normatif dan factual tentang pelaku, waktu dan tempat. Pelakunya adalah makhluk-makhluk khayali yang memiliki kebijaksanaan atau kekurangan untuk mengantur masalah manusia dengan segala macam cara. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran atau bahkan moral.

Menurut Pellowski dalam Nurcahyanu, mendifinisikan Storytelling sebagai sebuahseni atau seni dari sebuah keterampilan bernarasi dari cerita-cerita dalam bentuks yair atau prosa, yang dipertunjukkan atau dinyanyikan, dengan atau tanpa musik, gambar, ataupun dengan iringan lain yang mungkin dapat dipelajari secara lisan, baik melalui sumber tercentak, ataupun melalui sumber rekaman mekanik.

Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang.Dengan kata lain bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian secara lisan dalam upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa.

Dalam arti umum pendidikan mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi

muda untuk melakukan fungsihidupnya dalam pergaulan bersama sebaik-baiknya”.36

Bercerita merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif.

Artinya, dalam bercerita seseorang melibatkan pikiran, kesiapan mental, keberanian, perkataan yang jelas sehingga dapat dipahami oleh orang lain.

Menurut Burhan Nurgiyantoro, dalam Anggani Sudono ada beberapa bentuk tugas kegiatan berbicara yang dapat dilatih untuk meningkatkan dan mengembangkan keterampilan bercerita pada siswa, yaitu:

1. Bercerita berdasarkan gambar, 2. Wawancara,

3. Bercakap-cakap, 4. Berpidato, 5. Berdiskusi.37

Bercerita merupakan salah satu kebiasaan masyarakat sejak dahulu sampai sekarang. Hampir setiap siswa yang telah menikmati suatucerita akan selalu siap untuk menceritakannya kembali, terutama jika cerita tersebut mengesankan bagi siswa.

Menurut Burhan Nurgiyantoro dalam Sugianto, bercerita merupakan salah satu bentuk tugas kemampuan berbicara yang bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan berbicara yang bersifat pragmatis. Ada

36Elizabet B. Hurlock, PsikologiPerkembangan, Op cit, h.165

37AngganiSudono, PerananAlatEdukatifBagiAnak(Jakarta: UniversitasNegri Jakarta, 2004), h.3

dua unsur penting yang harus dikuasai siswa dalam bercerita yaitu linguistik dan unsur apa yang diceritakan. Ketepatan ucapan, tata bahasa, kosakata, kefasihan dan kelancaran, menggambarkan bahwa siswa memiliki kemampuan berbicara yang baik.38

Tarigan dalam sugianto menyatakan bahwa bercerita merupakan salah satu keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain. Dikatakan demikian karena bercerita termasuk dalam situasi informatif yang ingin membuat pengertian- pengertian atau maknamakna menjadi jelas. Dengan bercerita, seseorang dapat menyampaikan berbagai macam cerita, ungkapan berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat, dibaca dan ungkapan kemauan dan keinginan membagikan pengalaman yang diperolehnya.39

Dengan kata lain, bercerita adalah salah satu keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang laindengan cara menyampaikan berbagai macam ungkapan, berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat, dan dibaca.

c. Keterampilan Bercerita

Keterampilan bercerita yang baik memerlukan pengetahuan, pengalaman serta kemampuan berpikir yang memadai. Selain itu dalam bercerita juga diperlukan penguasaan beberapa keterampilan, yaitu ketepatan tatabahasa sehingga hubungan antar kata dan kalimat menjadi jelas. Ketepatan kata dan kalimat sangat perlu dikuasai dalam bercerita,

38Sugianto,BermaindanpermainanAnak(Jakarta: PT. Rineka, 2005), h.7

39Ibid

sebab dengan menggunakan kata dan kalimat yang tepat dalam bercerita akan memudahkan pendengar memahami isi cerita yang dikemukakan oleh pembicara. Isi cerita yang mudah dipahami akan menunjang dalam penyampaian maksud yang sama antara pembicara dan pendengar, sehingga tujuan penyampaian makna cerita juga dapat tercapai.

Selain itu dalam bercerita diperlukan kelancaran dalam menyampaikan kalimat per kalimat. Kelancaran dalam menyampaikan isi cerita akan menunjang pembicara dalam menyampaikan isi cerita secara runtut dan lancar sehingga penyimak/pendengar yang mendengarkan dapat antusias dan tertarik mendengarkan cerita. Bercerita merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat produktif yang berarti menghasilkan ide, gagasan, dan buah pikiran.

Ide, gagasan, dan pikiran seorang pembicara memiliki hikmah atau dapat dimanfaaatkan oleh penyimak/pendengar, misalnya seorang guru berbicara dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sehingga ilmu tersebut dapat dipraktikkan dan dimanfaatkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mengembangkan keterampilan bercerita seseorang harus mampu memperhatikan tatabahasa yang digunakan termasuk ketepatan kata dan

kalimat. Selain itu perlu diperhatikan kelancaran dalam penyampaian kalimat dalam cerita. musik yang menjadipengalamandarikehidupannya.40 d. Tujuan Bercerita

Utama dari bercerita adalah untuk berkomunikasi atau bertukar informasi dengan orang lain. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seorang yang bercerita harus memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Burhan Nurgiyantoro, yang mengemukakan bahwa tujuan bercerita adalah untuk mengemukakan sesuatu kepada orang lain. Sementara itu, Tarigan mengungkapkan tiga tujuan umum dari kegiatan bercerita yaitu sebagai berikut :

1) Memberitahukan dan melaporkan (to inform), 2) Menjamu dan menghibur (to entertain),

3) Membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade).

Mudini dan Salamat Purba menjelaskan tujuan bercerita, sebagai berikut :

1) Mendorong atau menstimulasi

Maksud dari mendorong atau menstimulasi yaitu apabila pembicara berusaha memberi semangat dan gairah hidup kepada pendengar.

Reaksi yang diharapkan adalah menimbulkan inpirasi atau membangkitkan emosi para pendengar. Misalnya, pidato Ketua Umum Koni di hadapan para atlet yang bertanding di luar negeri

40KamtinidanHusniWardiTanjung, BerceritaBersamaAnak-Anak( Jakarta: PT.

RinekaCipta, 2005), h.9

bertujuan agar para atlet memiliki semangat bertanding yang cukup tinggi dalam rangka membela Negara.

2) Meyakinkan

Maksud dari meyakinkan yaitu apabila pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan, pendapat atau sikap para pendengar. Alat yang paling penting dalam meyakinkan adalah argumentasi. Untuk itu, diperlukan bukti, fakta, dan contoh konkret yang dapat memperkuat argumentasi untuk meyakinkan pendengar.

3) Menggerakkan

Maksud dari menggerakkan apabla pembicara menghendaki adanya tindakan atau perbuatan dari para pendengar. Misalnya, berupa seruan persetujuan atau ketidaksetujuan, pengumpulan dana, penandatanganan suatu resolusi, mengadakan aksi sosial. Dasar dari tindakan atau perbuatan itu adalah keyakinan yang mendalam atau terbakarnya emosi.

4) Menginformasikan

Maksud dari menginformasikan yaitu apabila pembicara ingin memberi informasi tentang sesuatu agar para pendengar dapat mengerti dan memahaminya. Misalnya seorang guru menyampaikan pelajaran di kelas, seorang dokter menyampaikan masalah kebersihan lingkungan, seorang polisi menyampaikan masalah tertib berlalu lintas, dan sebagainya.

5) Menghibur

Maksud dari menghibur yaitu apabila pembicara bermaksud menggembirakan atau menyenangkan para pendengarnya.

Pembicaraan seperti ini biasanya dilakukan dalam suatu resepsi, ulang tahun, pesta, atau pertemuan gembira lainnya. Dari penjelasan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dari kegiataan bercerita adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain dengan cara melaporkan, membujuk, mengajak dan meyakinkan.

e. Jenis-jenis Cerita

Berdasarkan ciri-cirinya, cerita dibagi menjadi 2, yaitu : 1) Cerita Lama

Pada umumnya cerita lama disebut juga dengan cerita rakyat mengisahkan kehidupan klasik yang mencerminkan struktur kehidupan manusia di zaman lama.

Menurut Sisyono dkk, cerita rakyat merupakan salah satu karya sastra yang berwujud cerita yang lahir, hidup, dan berkembang di masyarakat tradisional yang disebarkan secara lisan, mengandung survival, sifatnya abonim, dan disebarkan diantara kolektif khusus dalam jangka waktu yang lumayan lama.

Ciri-ciri Cerita Rakyat a) Bersifat lisan.

b) Isi danbentuknya bersifat statis.

c) Tanpa pengarang (anonim).

d) Milik bersama (bersifat komunal).

e) Mencerminkan aturan-aturan dalam kehidupan.

f) Cerita seputar kerajaan (istana sentris).

Jenis-jenis Cerita Rakyat a) Dongeng

Dongeng adalah bentuk sastra lama yang menceritakan tentang suatu kejadian luarbiasa yang penuh dengan khayalan (fiksi) dan dianggap tidak benar-benar terjadi. Fungsi dongeng yaitu untuk menyampaikan moral (mendidik) dan menghibur.

b) Legenda

Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi oleh yang mempunyai cerita tersebut. Sebab itulah legenda kerap dijadikan sebagai “sejarah” kolektif.

c) Mitos

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata mitos diartikan sebagai cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dulu, mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsa tersebut mengandung arti mendalam yang diungkapkan dengan cara ghaib. Pengertian mitos/mite adalah cerita prosa rakyat yang menceritakan suatu kisah yang berlatarkan masa lalu.

d) Fabel

Pengertian fable adalah sebuah cerita yang menceritakan kehidupan hewan yang berprilaku seperti manusia. Fabel merupakan cerita fiksi atau khayalan belaka alias fantasi.

e) Hikayat

Hikayat adalah sebuah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, silsilah yang sifatnya rekaan, biografis, keagamaan, historis, atau gabungan dari sifat-sifat yang ada.

Dibaca untuk menghibur, menaikkan semangat jiwa dan jiwa.41 2) Cerita Baru

Cerita baru adalah bentuk karangan bebas yang tidak berkaitan dengan sistem sosial dan struktur kehidupan lama. Cerita baru dapat dikembangkan dengan menceritakan kehidupan saat ini dengan keanekaragaman bentuk dan jenisnya. Contoh dari cerita baru adalah novel, cerita pendek, cerita bersambung dan sebagainya. 15 Jenis cerita yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis cerita lama yaitu berupa fabel. Peneliti memilih fabel karena fabel merupakan cerita tentang binatang yang banyak disukai oleh anak-anak. Selain itu, alur cerita dalam fabel mudah dipahami dan dekat dengan kehidupan sehari-hari anak.

41https://satujam.com/pengertian-cerita-rakyat

Menurut Bakar Hamid mengatakan bahwa cerpen seharusnya dilihat dari jumlah atau kuantitas kata yang digunakan yaitu 500 hingga 20.000 kata, terdapat plot, terdapat karakter, dan mengandung kesan tertentu.

Ciri-CiriCerpen

Ada beberapa cirri-ciricerpen yang diantaranyayaitu:

a) Bentuk tulisan yang singkat tentunya lebih pendek dari novel.

b) Isi dari cerita berasal dari kehidupan sehari-hari.

c) Cerpen terdiri kurang dari 10.000 kata.

d) Penggunaan kata-kata yang mudah dipahami oleh pembaca.

e) Mengangkat beberapa peristiwa saja dalam hidup tidak seluruhnya.

f) Kesan dan pesan yang ditinggalkan sangatlah mendalam sehingga sipembac aikut merasakan isi dari cerpen tersebut.

g) Cerpen bersifat fiktif.

h) Cerpenhanya memiliki 1 alur.42 f. Manfaat Bercerita

Ditinjau dari beberapa aspek, menyatakan bahwa manfaat bercerita, adalah sebagai berikut:

1) Membantu pembentukan pribadi dan moral anak 2) Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi

42https://www.gurupendidikan.co.id/11-pengertian-cerpen-menurut-para- ahli-beserta-ciri-cirinya-lengkap

3) Memacu kemampuan verbal anak 4) Merangsang minat menulis anak

5) Membuka cakrawala pengetahuan anak.

Manfaat bercerita adalah dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab dalam bercerita anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru baginya. Dari uraian yang telah dikemukakan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa manfaat bercerita adalah menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi sehingga dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak.

g. Faktor-faktor Penunjang dan Penghambat Bercerita.

Bercerita merupakan kegiatan untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain secara lisan. Dalam menyampaikan pesan atau informasi seorang pembicara harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat menunjang keefektifan bercerita. Adapun faktor yang harus diperhatikan adalah faktor kebahasaan dan nonkebahasaan.

faktor kebahasaan meliputi : 1) ketepatan ucapan,

2) penekanana tekanan nada, sendi dan durasi, 3) pilihan kata,

4) ketepatan penggunaan kalimat,

5) ketepatan sasaran pembicaraan; faktor nonkebahasaan meliputi:

a) sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku, b) pandangan harus diarahkan pada lawan bicara,

c) kesediaan menghargai pendapat orang lain, d) gerak-gerik dan mimik yang tepat,

e) kenyaringan suara, f) relevansi/penalaran, g) penguasaan topik.

Sedangkan, faktor yang menghambatdalam keefektifan keterampilan bercerita yaitu :

(1) faktor fisik, merupakan faktor yang ada dalam partisipan sendiri dan faktor yang berasal dari luar partisipan,

(2) faktor media, terdiri dari faktor linguistik dan faktor nonlinguistik (misalnya tekanan, lagu, irama, ucapan dan isyarat gerak tubuh), (3) faktor psikologis, merupakan kondisi kejiwaan partisipan dalam

keadaan marah, menangis, dan sakit.

h. Langkah-langkah Bercerita

Dalam kegiatan bercerita, perlu adanya suatu rencana untuk menentukan pokok-pokok cerita yang akan dikomunikasikan. Dalam merencanakan suatu pembicaraan atau bercerita harus mengikuti langkah- langkah sebagai berikut:

1) Menentukan topik cerita yang menarik Topik merupakan pokok pikiran atau pokok pembicaraan. Pokok pikiran dalam cerita harus menarik agar pendengar tertarik dan senang dalam mendengarkan cerita.

Contoh topik cerita: pendidikan, sumber daya alam, kejujuran, persahabatan dan sebagainya.

2) Menyusun kerangka cerita dengan mengumpulkan bahan-bahan Kerangka cerita merupakan rencana penulisan yang memuat garis- garis besar dari suatu cerita. Dalam menyusun kerangka cerita, harus mengumpulkan bahan-bahan seperti dari buku, majalah, koran, makalah dan sebagainya, untuk memudahkan dalam merangkai suatu cerita. Contoh kerangka cerita dengan topik persahabatan :

a) Ada 2 orang bersahabat

b) 2 orang sahabat berselisih paham c)Penyelesaian masalah & kembali bersahabat

3) Mengembangkan kerangka cerita Kerangka cerita yang sudah dibuat kemudian dikembangkan sesuai dengan pokok-pokok cerita.

i. Pembelajaran Bercerita (Story Telling)

Pembelajaran adalah proses mempelajari. Pembelajaran ialah pengalaman yang dialami murid dalam proses menguasai kompetensi

Pembelajaran adalah proses mempelajari. Pembelajaran ialah pengalaman yang dialami murid dalam proses menguasai kompetensi

Dokumen terkait