• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Terplilih

Tahun Bulan Periode Forecast

(Aggregate) Januari 49 509 Februari 50 527 Maret 51 546 April 52 565 Mei 53 585 Juni 54 606 Juli 55 627 Agustus 56 649 September 57 672 Oktober 58 696 November 59 720 Desember 60 745 2015

Tabel rekapitulasi hasil peramalan dengan metode terpilih untuk 12 periode kedepan yang telah di disaggregasi dapat dilihat pada Gambar 29.

Gambar 29. Grafik Peramalan Permintaan

untuk 1 Tahun ke depan

3.5 Analisis

Bagian ini berisi mengenai analisis yang dilakukan terhadap hasil pengolahan data. Adapun analisis dilakukan terhadap hasil pengklasifikasian metode ABC, analisis penggunaan metode peramalan serta analisis terhadap manajemen pegelolaan persediaan barang suku cadang pada Bidang Penyimpanan dan Pengeluaran Barang Suku Cadang

3.5.1. Analisis Manajemen Inventory

Bidang Penyimpanan dan

Pengeluaran Barang Suku Cadang,

Biro Pengelolaan Persediaan,

Departemen Pengadaan PT.

Semen Padang.

Secara umum Departemen Pengadaan bertanggung jawab terhadap ketersediaan, penerimaan, penyimpanan dan pemeliharaan semua barang-barang. Aktivitas di Departemen Pengadaan, meliputi usaha untuk memenuhi kebutuhan atas barang dan jasa berdasarkan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Tujuan yang ingin dicapai departemen ini adalah menyediakan bermacam-macam barang dalam jumlah yang tepat, dalam keadaan yang dapat dipakai, dan tersedia pada waktu yang tepat dengan total biaya yang rendah. Biro Pengelolaan Persediaan merupakan salah satu Biro yang berada di bawah Departemen Pengadaan.

Tugas dari biro Pengelolaan Persediaan adalah menerima barang dan jasa sesuai dengan order pembelian yang terkait dengan kesesuaian dari jumlah, kualitas dan delivery, memeriksa kelengkapan dokumen yaitu order pembelian, packing list dan asuransi, memeriksa kualitas barang dan jasa, menyimpan, mengambil, membersihkan, mengatur letak barang, opname, mencatat transaksi ke kartu, mencatat transaksi intern oracle ke komputer, melengkapi spesification pada kartu, update lokasi pada kartu, memeriksa, menerima barang masuk dan membuat Good Receipt (GR), merencanakan kebutuhan barang, pembuatan PP, evaluasi penawaran, mengendalikan persediaan, membuat laporan informasi pergudangan dan administrasi mengenai barang, menerbitkan laporan penerimaan barang serta mengeluarkan dan menyerahkan barang kepada unit yang membutuhkan berdasarkan bon material.

Biro Pengelolaan Persediaan menggunakan dua sistem pengambilan dan pengelolaan kebijaksanaan, yaitu secara manual dan komputerisasi. Pengelolaan secara manual dilakukan dengan cara mencatat semua transaksi pada gudang pada kartu barang secara manual, sehingga dalam mengontrol persediaan suku cadang/item yang sangat banyak membutuhkan waktu yang cukup lama dikarenakan setiap transaksi atau data item yang masuk harus dicatat pada kartu barang. Deskripsi item, quantity, nomor kode barang dan lokasi penempatan barang atau item juga dicatat pada kartu barang. Sedangkan secara komputerisasi, gudang telah menerapkan sistem SAP. Sistem SAP adalah sebuah sistem manajemen untuk yang digunakan untuk memonitoring aktivitas perusahaan. Sistem SAP adalah bentuk integrasi semua data dan proses pada departemen kepada sistem tunggal, sistem ini sangat berguna untuk memudahkan koordinasi dalam efisiensi perusahaan.

Secara umum manajemen inventory dari barang-barang suku cadang pada Bidang Penyimpanan dan Pengeluaran Barang Suku Cadang, Biro Pengelolaan Persediaan, Departemen Pengadaan PT. Semen Padang sudah berjalan dengan baik, namun pada aplikasinya dilapangan atau digudang masih ditemukanya kendala-kendala yang bersifat teknis dikarenakan sistem pengelolaan persediaan yang berjalan masih menggunakan sistem manual dan belum sepenuhnya menggunakan sistem yang telah komputerisasi. Kendala-kendala yang perlu dicari solusi pemecahannya seperti lamanya

proses pencarian barang dan pengeluaran barang dan pengaturan tata letak barang-barang pada gudang.

Perusahaan perlu mengatasi lamanya waktu dalam proses pencarian barang, hal tersebut karena sistem pada gudang suku cadang yang masih dilakukan secara manual. Petugas diharuskan mencari kartu terlebih dahulu pada lemari berkas kemudian berdasarkan lokasi yang tertulis pada kartu, barang kemudian dicari. Adapun kemungkinan yang dapat terjadi yaitu, barang dapat ditemukan dengan mudah dan barang dapat ditemukan dengan sulit atau bahkan tidak ditemukan sama sekali. Hal tersebut karena letak barang yang telah berubah, sehingga lokasinya tidak sesuai dengan lokasi yang tertera pada kartu atau barang yang dicari memang sudah tidak ada lagi stoknya digudang (barang stock), sehingga barang tersebut tidak akan ditemukan digudang. Selain itu kadang-kadang jumlah barang pada sistem dikomputer dengan jumlah barang dilapangan bisa terjadi ketidaksesuaian dari segi jumlahnya.

Ketidaksesuaian jumlah barang digudang dengan yang ada jumlah barang disistem adalah suatu bentuk kegagalan atau miss dari sistem yang telah dibangun, yang apabila terus dibiarkan akan dapat menyebabkan banyaknya waktu terbuang percuma sehingga dapat menurunkan produktifitas kinerja karyawan. Untuk mengatasi hal tersebut petugas digudang selalu berupaya melakukan pengecekan secara rutin setiap harinya, dengan berbekal informasi yang ada pada kartu barang, stock atau jumlah barang digudang terus dipantau setiap harinya. Namun karena banyaknya barang-barang yang harus dicek dan diawasi, maka sistem ini tidak dapat berjalan secara efektif dan maksimal. Sering user atau pengguna barang datang kegudang untuk mencari barang yang dibutuhkan untuk keperluan pabrik, setelah memastikan bahwa barang yang dibutuhkan ada pada sistem dan jumlahnya sesuai atau cukup dengan yang dibutuhkan, kemudian petugas gudang melakukan proses pencarian didalam gudang. Namun, kadang-kadang terjadi ketidaksesuaian jumlah barang disistem dengan jumlah barang yang ada digudang, seperti disistem jumlah barang cocok atau pas dengan jumlah yang dibutuhkan, tapi setelah barang diperoleh jumlahnya tidak sesuai dengan yang dibutuhkan.

Masalah lainya yang terjadi adalah keberadaan barang yang tidak ditemukan walau sudah menggunakan informasi pada kartu barang dan masalah lainya adalah kartu barang yang tidak ditemukan. Kadang-kadang kartu barang pada saat dibutuhkan tidak dapat ditemukan, padahal user atau pengguna barang datang kegudang untuk mencari barang yang dibutuhkan untuk keperluan pabrik, hal tersebut menyebabkan timbulnya masalah-masalah seperti semakin lamanya proses pencarian atau pengeluaran barang dan timbulnya rasa kecewa oleh user atau pengguna barang.

Informasi tentang keberadaan barang digudang adalah kunci utama untuk mengatasi lamanya waktu proses pencarian dan pengeluaran barang. Sebaiknya perusahaan dalam menentukan lokasi atau posisi barang dengan sistem yang telah terkomputerisasi, contohnya dengan menerapkan sistem barcode/scanner yang terintegrasi dengan sistem database barang-barang suku cadang. Sehingga pada akhirnya dapat memudahkan dalam proses pencarian barang dan lebih menghemat waktu kerja. Setiap barang yang masuk kegudang sedapat mungkin diberikan barcode sehingga pada saat discaning informasi dari barang dapat keluar sehingga memudahkan proses identifikasi barang tersebut. Pada lokasi atau rak-rak penempatan barang sebaiknya diberikan penomoran atau label yang dapat dibaca dengan jelas, sehingga memudahkan dalam proses pencarian barang, selain itu pad rak-rak sebaiknya diletakan alat khusus seperti sensor, alat-lat khusus atau sebagainya. Sehingga secara teknis pada saat barang diletakkan pada suatu lokasi dirak-rak, sensor atau alat-alat khusus tersebut dapat membaca barcode atau kode pada barang, yang secara otomatis informasi tentang barang berupa : lokasi, deskripsi dan jumlah barang tersebut dapat tercatat dan tersimpan kedalam database dikomputer.

Dengan penerapan sistem yang telah terkomputerisasi, yaitu dengan menerapkan sistem barcode/scanner diharapkan setiap informasi secara lengkap mengenai barang-barang suku cadang dapat diperoleh tanpa adanya kesalahan. Jadi, apabila sistem yang telah terkomputerisasi ini dapat diterapkan, secara teknis pada saat user atau pengguna barang untuk keperluan pabrik datang kegudang, tindakan pertama yang dilakukan oleh petugas gudang adalah melakukan pencarian informasi tentang barang yang dibutuhkan pada database. Setelah informasi tentang barang dipastikan berupa : lokasi,

deskripsi dan jumlah barang, kemudian baru petugas gudang bergerak menuju lokasi penempatan barang untuk melakukan proses pengeluaran barang dan jika dibutuhkan, alat-alat untuk material handling dapat digunakan seperti crane, forkclif dan gerobak dorong. Sehingga pada akhirnya dapat memudahkan dalam proses pencarian barang, menghemat waktu kerja, meningkatkan produktifitas karyawan atau petugas gudang, meningkatkan efisiensi dan dapat meningkatkan kenyamanan serta keandalan proses pelayanan terhadap user.

Masalah lain yang perlu diperhatikan pada gudang yaitu pada Bidang Penyimpanan dan Pengeluaran Barang Suku Cadang, Biro Pengelolaan Persediaan, Departemen Pengadaan PT. Semen Padang adalah tentang pengeloaan persediaan atau maintenance barang-barang yang ada dilantai gudang. Perusahaan seharusnya selain menfokuskan pada menyediakan bermacam-macam barang dalam jumlah yang tepat, dalam keadaan yang dapat dipakai, dan tersedia pada waktu yang tepat dengan total biaya yang rendah, perusahaan juga perlu memberikan perhatian lebih terhadap barang-barang persediaan yang ada di Gudang PT Semen Padang yang lebih difokuskan pada maintenance atau perawatan barang-barang tersebut. Barang-barang mekanik contohnya gear, bearing dan lain sebagainya yang lama disimpan pada gudang seharusnya setiap jangka waktu tertentu dilakukan perawatan untuk menghilangkan karat-karat dan debu-debu yang menumpuk, tujuanya agar kualitas dari barang-barang tersebut dapat terjaga, sehingga pada saat dibutuhkan barang-barang tersebut dapat digunakan oleh perusahaan sehingga perusahaan dapat mencapai target yang diiginkan. Selain itu juga dapat mencegah susutnya nilai kegunaan barang dan menjaga barang-barang dari kerusakan. Sebaiknya perusahaan menambahkan beberapa staf ahli atau teknisi yang paham akan bagaimana cara melakukan perawatan terhadap barang-barang yang ada pada gudang suku cadang.

3.5.2. Analisis Metode ABC

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, terdapat 2541 item yang diklasifikasikan ke dalam kategori A, B, dan C. Metode ABC yang digunakan dilakukan berdasarkan pada frekuensi pengeluaran masing-masing komponen selama 1 tahun yakni selama tahun 2014. Adanya pengklasifikasian ini, maka perusahaan dapat mengatur sistem persediaannya lebih baik

lagi. Hal ini dikarenakan, dengan melakukan pengklasifikasian dengan metode ABC, maka dapat diketahui tingkat kekritisan barang suku cadang, yang terdapat di PT Semen Padang yang mana barang-barang yang memiliki tingkat kritis yang paling tinggi adalah barang-barang yang termasuk klasifikasi A. Barang-barang yang termasuk klasifikasi A merupakan barang-barang yang memiliki angka frekuensi yang tinggi atau dengan kata lain, barang-barang tersebut sering dipakai. Sehingga PT Semen Padang dapat lebih mengutamakan untuk mengendalikan barang-barang yang termasuk klasifikasi A dikarenakan tingkat kekritisannya ini.

Berdasarkan pengklasifikasian dengan prinsip ABC, diketahui bahwasanya dari 2541 item barang suku cadang, maka didapat barang-barang kritis yang termasuk klasifikasi A adalah sebanyak 256 item atau sebanyak 10.07 % dari total material tetapi dari sisi frekuensi pengeluaran memiliki nilai 85.93 % dari total frekuensi pengeluaran. Hal ini sesuai dengan prinsip pareto dimana pada suatu sistem, sumber daya yang sedikit tetapi memegang peranan atau tingkat kepentingan yang tinggi. Sedangkan untuk tingkat sedang (klasifikasi B), barang-barang yang termasuk klasifikasi ini adalah sebanyak 254 item dari 2541 total item dan untuk untuk barang-barang yang termasuk klasifikasi C adalah sebanyak 2031 item dari 2541 total item. Hasil ini semakin menguatkan prnsip pareto bahwanya barang-barang yang banyak, memiliki peranan yang tidak terlalu penting.

Barang suku cadang yang termasuk klasifikasi A, memerlukan fokus perhatian manajemen yang utama dan pengendalian persediaan yang ketat, mengingat barang-barang pada klasifikasi ini merupakan barang-barang kritis dan sering dipakai sehingga stok pengaman seringkali tersisa dalam jumlah yang sedikit. Sedangkan untuk klasifikasi B, memerlukan fokus perhatian manajemen dan pengendalian yang tergolong normal, didukung dari frekuensi pengeluaran material pada klasifikasi ini tergolong sedang. Kebalikan dari klasifikasi A, material-material pada klasifikasi C tidak terlalu memerlukan fokus perhatian manajemen dan pengendalian yang rutin. Hal ini didukung dari material-material pada klasifikasi ini memiliki tingkat frekuensi pemakaian yang rendah sehingga stok pengaman di gudang masih cukup.

Selain untuk membedakan fokus perhatian manajemen pada persediaan, pengklasifikasian barang umum dengan menggunakan metode ABC ini juga digunakan

untuk pengendalian sistem pengeluaran barang suku cadang pada gudang PT. Semen Padang. Dengan pengklasifikasian yang telah dilakukan, telah diketahui bahwasanya barang-barang yang tergolong klasifikasi A merupakan kelompok barang fast moving, barang-barang yang tergolong klasifikasi B merupakan kelompok barang medium moving, sedangkan untuk barang-barang yang tergolong klasifikasi C merupakan kelompok barang slow moving. Jadi, dengan mengetahui tiga tingkatan kelompok barang ini, maka pengelompokkan ini dapat dijadikan sebagai patokan dalam sistem peletakan barang pada gudang.

Barang-barang yang termasuk klasifikasi A, disarankan agar diletakkan pada lokasi yang dekat dengan pintu masuk gudang. Hal ini dikarenakan barang klasifikasi A merupakan barang yang sering dipakai. Jadi, akan lebih baik jika barang-barang yang sering dipakai tersebut diletakkan dekat dengan pintu gudang untuk memudahkan karyawan dalam meletakkan barang. Jika barang yang sering dipakai ini diletakkan jauh dari pintu, tentunya akan menyulitkan karyawan karena harus melalui jarak yang jauh untuk meletakkan barang dalam frekuensi waktu yang sering. Selain untuk memudahkan karyawan dalam peletakkan barang, peletakan barang klasifikasi A dekat dengan pintu juga memudahkan karyawan dalam memantau barang-barang ini, baik dari segi jumlah persediaan, maupun dari segi keadaan barang.

Barang-barang yang termasuk klasifikasi B, dapat diletakkan dekat dengan tempat peletakkan barang klasifikasi A, atau dengan kata lain, barang yang menjadi kelas B ini diletakkan tidak terlalu dekat ataupun tidak terlalu jauh dengan pintu gudang. Sedangkan untuk barang yang termasuk klasifikasi C, sangat disarankan untuk diletakkan agak jauh dari pintu gudang. Hal ini dikarenakan barang-barang klasifikasi C ini sangat jarang dimasukkan ataupun dikeluarkan sehingga diletakkan pada jarak yang jauh tidak akan menyulitkan karyawan. Selain itu, barang-barang klasifikasi C ini tidak terlalu membutuhkan fokus perhatian yang lebih.

3.5.3. Analisis Penggunaan Metode

Peramalan

Berdasarkan bentuk grafik sebaran dan scatter diagram barang suku cadang jenis Filter Bag A, B, C, D dan E, maka dapat disimpulkan bahwa metode peramalan yang digunakan untuk pengolahan data adalah metode peramalan jangka pendek yang terdiri dari metode single moving average, exponential dan single exponential smoothing serta satu buah metode peramalan jangka panjang, yaitu metode kuadratis..

Metode single moving average merupakan suatu metode peramalan jangka pendek dimana peramalan dilakukan dengan mengambil rata-rata sekelompok nilai pengamatan yang kemudian rata-rata tersebut digunakan untuk menentukan peramalan pada periode berikutnya. Perhitungan peramalan dengan metode single moving average dilakukan setiap 3 periode, dimana peramalan pada periode keempat diperoleh dengan menghitung rata-rata data peramalan dari tiga periode sebelumnya. Akan tetapi, hasil peramalan dengan menggunakan metode ini akan menjadi kurang tepat jika terdapat data pelonjakan atau penurunan permintaan pada suatu periode, seperti yang terjadi pada periode 14, dimana jumlah permintaannya turun dari 253 menjadi 197, pada periode 23 dimana jumlah permintaannya turun dari 309 menjadi 193.

Metode Single Exponential Smoothing (SES) hampir mirip dengan metode single moving average akan tetapi metode SES ini memiliki pertimbangan nilai α. Perhitungan peramalan pada pengolahan data menggunakan nilai α sebesar 0,8. Metode Exponential merupakan metode peramalan jangka panjang yang terpilih untuk pengolahan data peramalan ini. Perhitungan peramalan dengan menggunakan metode exponential akan selalu menghasilkan data peramalan yang mengalami peningkatan ataupun penurunan pada setiap periodenya. Hal ini disebabkan karena perhitungan peramalannya melibatkan variabel regresi a dan koefisien regresinya adalah nilai b dan periode dari masing-masing data. Pada pengolahan data, diperoleh nilai a sebesar 364,07 sedangkan nilai b sebesar 0,001 dan jika dilakukan perhitungan nilai peramalannya, maka akan diperoleh data peramalan yang mengalami peningkatan pada setiap periodenya. Akan tetapi jika didapatkan nilai b yang bernilai negatif, maka data peramalan yang didapatkan akan mengalami penurunan pada setiap periodenya.

3.5.4. Analisis Perhitungan Galat

Menggunakan Mean Absolute

Percentage Error (MAPE)

Galat merupakan suatu nilai yang menyatakan besarnya persentase kesalahan (error) pada perhitungan peramalan yang telah dilakukan menggunakan beberapa metode peramalan. Karena yang dihitung adalah peramalan/perkiraan jumlah permintaan dalam suatu periode, maka hasil perhitungan tersebut pasti akan memiliki kecenderungan nilai error. Sedangkan MAPE merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menghitung nilai galat tersebut. Jika nilai galat yang didapatkan semakin kecil, maka persentase error-nya juga akan semakin kecil, sedangkan jika nilai galat yang didapatkan semakin besar, maka persentase error-nya juga akan semakin besar.

Berdasarkan perhitungan nilai galat yang telah dilakukan terhadap keempat metode, yaitu metode exponential, single moving average, kuadratis dan single exponential smoothing, maka dapat diambil kesimpulan bahwa metode kuadratis memiliki nilai galat yang paling kecil, yaitu sebesar 0,3269, sedangkan metode single moving average memiliki nilai galat terbesar, yaitu 0,3992 dan nilai galat untuk metode exponential adalah sebesar 0,3553 serta nilai galat untuk metode single exponential smoothing adalah sebesar 0,3785. Artinya, metode kuadratis memiliki persentase kesalahan untuk perhitungan peramalannya adalah sebesar 0,2962 dan memiliki persentase kesalahan yang paling kecil dibandingkan dengan metode lainnya, sehingga untuk perhitungan peramalan permintaan barang suku cadang jenis Filter Bag A, B, C, D dan E yang terpilih adalah metode kuadratis. Sedangkan metode single moving average memiliki persentase kesalahan untuk perhitungan peramalannya adalah sebesar 0,3992 dan memiliki persentase kesalahan yang paling besar dibandingkan dengan metode lainnya.

3.5.5. Analisis Verifikasi dan Validasi

Hasil Peramalan

Verifikasi data hasil peramalan yang dilakukan dengan menggunakan metode kuadratis memiliki tujuan agar pada perhitungan peramalan untuk periode 12 bulan berikutnya data yang diolah tidak terlalu beragam dan masih berdistribusi normal, sehingga perhitungan yang dilakukan lebih akurat dan valid. Data yang diolah bisa

dikatakan berdistribusi normal jika semua data berada diantara batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB). Jika terdapat satu data yang berada di luar batas kontrol, maka data tersebut dibuang dengan tujuan untuk menyeragamkan data.

Setelah dilakukan verifikasi dan validasi data hasil peramalan dengan metode kuadratis, maka terdapat 13 data yang dibuang karena berada di luar batas kontrol dan data yang tersisa setelah dilakukan verifikasi adalah sebanyak 35 data. Variabel yang menjadi data acuan terhadap batas kontrol adalah variabel moving range yang merupakan absolut dari selisih antara data permintaan dengan hasil peramalan pada periode ke-t dikurang dengan selisih antara data permintaan dengan hasil peramalan pada periode ke-(t-1). Proses iterasi yang dilakukan untuk memperoleh data yang sudah tidak beragam dan seluruhnya berada dalam rentang nilai BKA dan BKB adalah sebanyak 6 kali iterasi. Pada iterasi pertama terdapat 6 data yang akan dibuang, yaitu data pada periode ke 15, 16, 18, 19, 41 dan 46. Pada iterasi ke dua terdapat 4 data yang akan dibuang, yaitu data pada periode ke 10, 11, 42 dan 47. Sedangkan pada iterasi ke tiga terdapat 1 data yang akan dibuang, yaitu data pada periode ke 39. Pada iterasi ke empat terdapat 1 data yang akan dibuang, yaitu data pada periode ke 34. Pada iterasi ke lima terdapat 1 data yang akan dibuang, yaitu data pada periode ke 43. Sedangkan pada iterasi ke 6 semua data sudah seragam dan berada dalam rentang nilai BKA dan BKB.

3.5.6. Analisis Peramalan dengan

Menggunakan Metode Terpilih

untuk 12 Periode ke Depan

Setelah dilakukan verifikasi terhadap data hasil peramalan, maka dilakukan perhitungan peramalan baru dengan menggunakan data peramalan yang masih tersisa dan sudah seragam, yaitu sebanyak 35 data. Kemudian, setelah didapatkan data peramalan yang terbaru, dilakukan perhitungan data peramalan untuk 12 periode ke depan, yaitu untuk periode ke 49 sampai 60, dimana berdasarkan data hasil peramalan, peramalan permintaan terendah terdapat pada periode ke-49 sebanyak 509 unit dan peramalan permintaan terus meningkat sampai periode ke-60, yaitu sebanyak 745 unit. Berdasarkan data hasil peramalan untuk 12 periode ke depan yang telah dihitung, maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut sudah sesuai dengan metode peramalan kuadratis, dimana pada metode ini

diasumsikan bahwa permintaan akan tinggi diawal lalu mengalami penurunan di tengah lalu akan meningkat lagi setiap periodenya.

3.6 Penutup

Bagian ini berisi mengenai kesimpulan dan penutup dari laporan kerja praktek ini. Adapun kesimpulan dan saran dari penelitian kerja praktek ini dapat dilihat berikut ini.

3.6.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan klasifikasi ABC, maka dari 2541 total item barang suku cadang, diketahui :

a. Klasifikasi A sebanyak 256 item barang, atau bernilai 10.07% dari total item. Tetapi dari segi frekuensi pengeluaran barang memiliki nilai sebesar 85.93%. b. Klasifikasi B berjumlah 254 item

barang, atau bernilai 10.00 % dari total item. Tetapi dari segi frekuensi pengeluaran barang memiliki nilai sebesar 6.75 %. c. Klasifikasi C berjumlah 2031 item

barang, atau bernilai 79.93 % dari total item. Tetapi dari segi frekuensi pengeluaran barang memiliki nilai sebesar 7.32 % . Masing-masing pengelompokkan barang ini, dapat digunakan untuk menetapkan sistem peletakkan barang di gudang PT Semen Padang. Untuk masing-masing klasifikasi A, B, dan C ini dapat diletakkan mulai dari yang terdekat dengan pintu gudang hingga yang jauh dari pintu gudang sesuai urutan. Selain untuk memudahkan peletakkan pada barang-barang yang kritis, hal ini juga memudahkan dalam mengontrol barang-barang kritis.

Dokumen terkait