Subjek penelitian pada penelitian pengembangan ini adalah siswa dan guru matematika SMA Negeri 2 Yogyakarta pada kelas X MIIA 5.
73 2. WaktuBdanBLokasiBPenelitianB
Penelitian ini dilakukan pada tahun ajaran 2014/2015 pada bulan Agustus-Desember 2015 di SMA Negeri 2 Yogyakarta. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang lokasi penelitian dilakukan pengumpulan data sebelum ujicoba dari wawancara tidak terstruktur kepada guru matematika dan siswa SMA Negeri 2 Yogyakarta, serta observasi ketika guru mengajar di kelas. Berikut hasil pengumpulan data tersebut:
1) Berdasarkan wawancara dengan guru dan pengamatan pada data prestasi belajar siswa, siswa SMA Negeri 2 Yogyakarta khususnya yang ada di kelas X MIIA 5 memiliki kemampuan matematika yang beragam. Hal ini terlihat dari data ulangan harian siswa pada Bab Eksponen dan Logaritma pada kelas X MIIA 5 tahun ajaran 2015/2016 yang menunjukkan adanya perbedaan nilai yang signifikan antar siswa. Sebanyak 25 siswa dari 29 siswa yang mengikuti ulangan harian tidak tuntas pada Bab Eksponen dan Logaritma dengan perolehan nilai di bawah 75, sedangkan hanya ada 4 siswa yang memperoleh nilai di atas 75 dan masuk dalam kategori tuntas. Di antara 25 siswa yang tidak tuntas, ada 8 siswa yang bahkan memperoleh nilai di bawah 50. Hasil ini jauh berbeda dari perolehan nilai dari keempat siswa yang tuntas. Empat siswa yang tuntas memperoleh nilai di atas 80. Hal ini menunjukkan terdapat range nilai yang cukup jauh antar siswa serta terdapat
74
perbedaan proporsi yang tinggi antara jumlah kelompok siswa yang tuntas dan tidak tuntas.
2) Berdasarkan pengamatan saat pembelajaran berlangsung serta wawancara terhadap siswa, siswa di kelas X MIIA 5 SMA Negeri 2 Yogyakarta tidak menyukai diskusi kelompok. Ketika guru menginstruksikan untuk diskusi kelompok, siswa cenderung mempercayakan tugas kepada seorang siswa yang dianggap pandai. 3) Berdasarkan hasil tes pemahaman awal siswa yang dilakukan
sebelum pembelajaran, siswa di kelas X MIIA 5 SMA Negeri Yogyakarta memiliki kemampuan dasar yang cukup baik terutama dalam menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) bahkan ada beberapa siswa yang telah mampu menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel. (SPLTV) Hanya saja, sebagian besar siswa masih melakukan kesalahan dalam membuat model matematika terutama dalam memisalkan. Selain itu, siswa secara umum masih kesulitan membedakan konsep Persamaan Linear Dua Variabel (PLDV) dan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) serta masih kesulitan menjelaskan perbedaan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) bersolusi tunggal, banyak, maupun tidak memiliki solusi. Sedangkan untuk topik Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel (SPtLDV), siswa secara umum sudah mampu menggambar grafik garis lurus namun masih
75
kesulitan dalam menentukan daerah penyelesaian suatu Pertidaksamaan Linear Dua Variabel (PtLDV).
4) Berdasarkan pengamatan pada saat pembelajaran berlangsung, siswa kelas X SMA Negeri 2 Yogyakarta memiliki jadwal kegiatan ekstrakulikuler yang padat karena berada pada tahun awal yang berarti tahun pengkaderan organisasi, sehingga beberapa siswa sering ijin untuk mengikuti kegiatan lain di tengah proses pembelajaran.
3. JenisBDataB
Data yang digunakan pada penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:
a. Data kualitatif mengenai proses pengembangan produk berupa data yang diperoleh pada tahap define, design, dan develop yang meliputi data hasil pengumpulan referensi, hasil rancangan perangkat pembelajaran, pembuatan instrumen penilaian, validasi instrumen penilaian dan hasil analisis serta masukan dari ahli materi dan ahli media.
b. Data kuantitatif mengenai kualitas produk yang diharapkan ditinjau dari aspek kevalidan, keefektifan, dan kepraktisan yang diperoleh dari data validasi materi dan media oleh ahli, angket respon guru dan siswa terhadap pembelajaran siswa dengan LKS, serta tes hasil belajar siswa.
76 4. TeknikBPengumpulanBDataB
a. MetodeBWawancaraB
Wawancara dilakukan kepada guru matematika SMA Negeri 2 Yogyakarta yang bertujuan untuk mengumpulkan data tentang karakteristik siswa, karakteristik pembelajaran yang dilakukan di sekolah tersebut sebagai acuan untuk membuat rancangan awal perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan. Selain itu, wawancara juga digunakan untuk mendapatkan masukan untuk perbaikan perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
b. MetodeBObservasiB
Observasi dilakukan selama ujicoba untuk memperoleh data-data pendukung yang bisa digunakan untuk bahan acuan penyusunan serta perbaikan produk dalam pengembangan perangkat pembelajaran.
c. MetodeBAngketB
1) Angket Penilaian RPP oleh Ahli Materi
Angket penilaian RPP ini digunakan untuk mengukur kevalidan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dikembangkan berdasarkan prinsip dan komponen RPP yang termuat dalam Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses. Penilaian kevalidan RPP ini dilakukan oleh 2 ahli, yakni satu ahli pengelolaan materi pembelajaran dan satu ahli media pembelajaran.
Angket penilaian ini disusun atas 5 alternatif jawaban, yaitu: sangat tidak sesuai (1), tidak sesuai (2), cukup (3), sesuai (4), dan
77
sangat sesuai (5). Bentuk instrumen penilaian RPP terdapat pada lampiran (Yudha Prihadi, 2014: 64).
2) Angket Penilaian LKS
a) Angket penilaian LKS oleh ahli materi
Angket penilaian ini diberikan kepada ahli materi untuk mengetahui kevalidan LKS dari aspek kelayakan isi dan kelayakan penyajian yang dikembangkan berdasarkan Permendikbud No. 71 tahun 2013 tentang syarat buku teks atau bahan ajar yang baik dan layak. Pada angket penilaian LKS ini disusun dengan lima alternatif jawaban, yaitu: sangat tidak sesuai (1), tidak sesuai (2), cukup (3), sesuai (4), dan sangat sesuai (5) (Yudha Prihadi, 2014: 65). Bentuk instrumen penilaian LKS oleh ahli materi terdapat pada lampiran.
b) Angket penilaian LKS oleh ahli media
Angket penilaian ini diberikan kepada ahli media untuk mengetahui kevalidan LKS dilihat dari aspek kelayakan bahasa dan aspek grafika yang dikembangkan berdasarkan Permendikbud No. 71 tahun 2013 tentang syarat buku teks atau bahan ajar yang baik dan layak. Pada angket penilaian LKS ini disusun dengan lima alternatif jawaban, yaitu: sangat tidak sesuai (1), tidak sesuai (2), cukup (3), sesuai (4), dan sangat sesuai (5) (Yudha Prihadi, 2014: 66). Bentuk instrumen penilaian LKS oleh ahli materi terdapat pada lampiran.
78 c) Angket Respon Guru
Angket respon guru diberikan kepada guru setelah seluruh proses pembelajaran menggunakan perangkat yang telah dikembangkan selesai dilaksanakan. Angket ini merupakan alat untuk mengetahui respon dan tanggapan guru terhadap kepraktisan perangkat pembelajaran yang telah digunakan dalam pembelajaran yang disusun dengan lima alternatif jawaban, yaitu: sangat tidak sesuai (1), tidak sesuai (2), cukup (3), sesuai (4), dan sangat sesuai (5) (Yudha Prihadi, 2014: 67). Hasil dari respon guru ini digunakan untuk perbaikan LKS yang dikembangkan. Bentuk instrumen angket respon guru ini terdapat pada lampiran.
d) Angket Respon Siswa
Angket respon siswa diberikan kepada siswa setelah seluruh proses pembelajaran menggunakan perangkat yang telah dikembangkan selesai dilaksanakan. Angket ini merupakan alat untuk mengetahui respon dan tanggapan siswa terhadap kepraktisan perangkat pembelajaran yang telah digunakan dalam pembelajaran yang disusun dengan lima alternatif jawaban, yaitu: sangat tidak sesuai (1), tidak sesuai (2), cukup (3), sesuai (4), dan sangat sesuai (5) (Yudha Prihadi, 2014: 67). Hasil dari respon siswa ini digunakan untuk perbaikan LKS yang
79
dikembangkan. Bentuk instrumen angket respon guru ini terdapat pada lampiran.
d. TesB
Tes dilakukan setelah penggunaan LKS selesai atau di akhir pembelajaran. Tes evaluasi hasil belajar ini digunakan untuk mengetahui tingkat keefektifan penggunaan LKS oleh siswa dengan cara mengukur prestasi belajar siswa.
D. TeknikBAnalisisBData
Analisis data digunakan untuk menilai produk perangkat pembelajaran matematika dari sisi kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Perangkat pembelajaran dikatakan memiliki kualifikasi baik jika 1) minimal merupakan perangkat pembelajaran berkategori “valid” berdasarkan analisis kevalidan; 2) minimal merupakan perangkat pembelajaran berkategori “praktis” berdasarkan analisis kepraktisan; serta 3) minimal merupakan perangkat pembelajaran berkategori efektif berdasarkan analisis keefektifan.
1. AnalisisBKevalidanB
Instrumen yang digunakan untuk menganalisis kevalidan adalah angket penilaian perangkat pembelajaran untuk ahli materi dan ahli media pembelajaran. Analisis kevalidan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Melakukan tabulasi data dari validator.
80
̅
dengan ̅ = rata-rata perolehan skor
x = jumlah skor yang diperoleh n = jumlah validator.Kemudian menentukan kriteria dengan panduan sebagai berikut (Eko Putro W, 2009: 238):
Tabel 2. Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif
No. Rentang Skor Kriteria
1 x Mi ,18SBi Sangat Baik 2 Mi 0,6SBi x Mi ,18SBi Baik 3 Mi 0,6SBi x Mi 0,6SBi Cukup 4 Mi 1,8SBi x Mi 0,6SBi Kurang Baik 5 x Mi 1,8SBi Sangat Kurang Baik Keterangan:
i
M = 2
1(total skor maksimal ideal+total skor minimal ideal)
i
SB = 6
1(total skor maksimal ideal-total skor minimal ideal) Total skor maksimal ideal = skor tertinggi (5) × jumlah butir Total skor minimum ideal = skor terendah (1) × jumlah butir c. Berdasarkan perhitungan dalam tabel kriteria kevalidan perangkat
pembelajaran di atas, maka didapat interval kriteria kevalidan perangkat pembelajaran (RPP dan LKS) sebagai berikut:
n x
81
Tabel 3. Interval Kriteria Kevalidan Perangkat Pembelajaran
No. Interval Kriteria
RPP LKS 1 x157,80 x264,60 Sangat Valid 2 125,60 x157,80 214,20x264,60 Valid 3 93,40x125,60 163,80 x214,20 Cukup Valid 4 26,83x93,40 113,40x163,80 Kurang Valid 5 x26,83 x113,40 Sangat Kurang Valid 2. AnalisisBKepraktisanB
Instrumen yang digunakan untuk analisis kepraktisan adalah angket respon guru dan siswa siswa. Analisis kepraktisan dilakukan dengan langkah-langkah yang sama dengan analisis kevalidan dengan interval kriteria kepraktisan perangkat pembelajaran (RPP dan LKS) sebagai berikut:
Tabel 4. Interval Kriteria Kepraktisan Perangkat Pembelajaran
No. Interval Kriteria
RPP LKS 1 x42,00 x117,60 Sangat Praktis 2 34,00x42,00 95,20 x117,60 Praktis 3 26,00 x34,00 72,80x95,20 Cukup Praktis 4 18,00 x26,00 50,40 x72,80 Kurang Praktis 5 x18,00 x50,40 Sangat Kurang Praktis 3. AnalisisBKeefektifanB
Instrumen yang digunakan untuk menganalisis keefektifan penggunaan perangkat pembelajaran ini adalah tes evaluasi hasil belajar. Nilai maksimal pada tes evaluasi hasil belajar ini adalah 100 dengan KKM 75. Analisis keefektifan dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
82
b. Menghitung presentase ketuntasan tes evaluasi hasil belajar kelompok siswa. % 100 ) ( siswa jumlah tuntas yang siswa jumlah x ketuntasan presentase
c. Menentukan kriteria keefektifan perangkat pembelajaran dengan pedoman sebagai berikut.
Tabel 5. Interval Kriteria Keefektifan Perangkat Pembelajaran No. Rentang Skor Kriteria
1 87,50% < ̅ ≤ 100,00% Sangat Efektif 2 75,00% < ̅ ≤ 87,50% Efektif 3 62,50% < ̅ ≤ 75,00% Cukup Efektif 4 50,00% < ̅ ≤ 62,50% Kurang Efektif 5 ̅ ≤ 50,00% Sangat Kurang Efektif
BABBVB
KESIMPULANBDANBSARANB