METODE PENELITIAN
3.1 J enis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif analitik.Studi dilakukan pada waktu interaksi berlangsung di tempat kejadian seperti mengamati, mencatat, analisis dokumen, hasil pemotretan dan wawancara.Penelitian kualitatif bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas dan berakhir dengan suatu teori (Nana Syaodih, 2001).Hasil analisis data berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian naratif.Hakikat pemaparan data pada umumnya menjawab pertanyaan – pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu fenomena terjadi.
Menurut (Strauss & Corbin, 2003) Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian penemuan – penemuan yang tidak dapat diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya (pengukuran). Penelitian ini secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan, masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial dan lain – lain.
Penelitian kualitatif merupakan pendekatan investigasi karena berlangsungnya suatu proses pengumpulan data dengan cara bertatap
muka langsung dan berinteraksi dengan orang – orang di tempat penelitian (McMillan & Schumacher, 2003)
Adapun karakteristik penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif menurut Deddy (2010)adalah :
1. Memiliki minat teoritis pada proses interpretasi manusia
2. Memfokuskan perhatian pada studi tindakan manusia dan artefak yang tersituasi secara sosial.
3. Menggunakan manusiasebagai instrumen penelitian utama 4. Penelitian kualitatif adalah deskriptif
5. Mengandalkan terutama bentuk – bentuk naratif
Dengan digunakan metode kualitatif maka data yang didapat akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel untuk mengetahui penyusunan laporan keuangan pada usaha mikro salon tamara serta kesesuaiannya laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP.
3.2 Ketertar ikan Peneliti
Berwirausaha memiliki penghasilan yang lebih menjajanjikan dibandingkan dengan menjadi karyawan.Usaha mikro ini merupakan usaha yang unik karena dimungkinkan dengan jumlah tenaga kerja yang sedikit tetapi dapat memperoleh penghasilan yang mengalahkan pegawai kantoran.Di satu sisi, pelaku usaha mikro dapat membantu masyarakat sekitar dengan membuka lapangan pekerjaan dengan menjadi karyawan
atau mitra kerja atau dapat menjadi dorongan bagi masyarakat sekitar untuk terjun dalam dunia usaha.
Kecilnya minat berwirausaha di kalangan lulusan perguruan tinggi sangat disayangkan.(Syaefuddin, 2003) mengatakan bahwa seharusnya para lulusan melihat kenyataan bahwa lapangan kerja yang ada tidak memungkinkan untuk menyerap seluruh lulusan perguruan tinggi di Indonesia, maka para lulusan perguruan tinggi harus mulai memilih berwirausaha sebagai pilihan karirnya.
Berbicara mengenai menjalankan suatu usaha tentu banyak dimensi yang terlibat di dalam roda usaha tersebut, misalnya dimensi financial, sumber daya manusia, pemasaran dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini kita akan membahas dimensi financial karena dimensi ini sering tidak mendapat perhatian yang serius, dimensi financial hanya memperhatikan bagaimana mendapat untung (laba) yang sebanyak – banyaknya tanpa memperhatikan cara mengolah uang hasil laba tersebut.
Masalah pengelolaan keuangan dari pelaku usaha timbul karena sumber daya manusia yang masih rendah akan pengetahuan tentang ilmu akuntansi. Mereka sering mengabaikan hal pencatatan keuangan dikarenakan kesulitan atau tidak tahu tentang cara melakukan pencatatan keuangan usaha. Oleh karena usaha mikro memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam perekonomian Indonesia, maka peneliti tergerak untuk mencari tahu kesulitan dalam pencatatan keuangan yang dihadapi para pelaku usaha mikro.
3.3 Lokasi Penelitian
Tempat penelitian berlangsung di wilayah Sidoarjo, dengan nama usaha Salon Tamara, tepatnya yang berlokasi di Jl. Kh. Ali Mas’ud, Buduran – Sidoarjo.
3.4 Infor man
Informan yang peneliti gunakan untuk mendapatkan informasi adalah orang yang terlibat langsung dalam usaha salon diantaranya pemilik salon (Ibu Tamara) dan beberapa pelanggan.Peneliti memilih orang – orang tersebut untuk dijadikan sebagai informan dalam penelitian dikarenakan mereka turut andil dalam berkembangnya usaha yang dikelola.Pentingnya informasi perludipahami oleh pemilik salon, dengan mengklasifikasikan, mencatat, mengikhtisarkan dan penafsiran transaksi keuangan yang terjadi di dalam usaha tersebut.
3.5 Sumber Data
Jenis sumber data kualitatif Jonathan (2006) yaitu : 1. Sumber data utama (primer)
Sumber data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber di dalam perusahaan, seperti bukti pembukuan transaksi.
2. Sumber data kedua (sekunder)
Sumber data kedua merupakan data yang diperoleh dari sumber – sumber lain yang terkait dengan penelitian, yang diperoleh dari studi kepustakaan, dengan menggunakan dokumentasi dan literature – literature yang berkaitan dengan permasalahan.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Survey pendahuluan
Dengan mengadakan peninjauan dan penelitian secara umum pada unit usaha tersebut untuk mendapatkan informasi yang diperlukan sehingga masalah menjadi jelas. Dalam pengumpulan data penelitian di survey pendahuluan ini ada dua proses kegiatan yang dilakukan oleh peneliti, yaitu :
a. Proses memasuki lokasi (getting in)
Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik, peneliti terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik kelengkapan administrasi maupun semua persoalan yang berhubungan dengan setting dan subyek penelitian dan mencari relasi awal. Dalam memasuki lokasi penelitian, peneliti menempuh pendekatan formal dan informal serta menjalin dengan informan.
b. Ketika berada di lokasi penelitian (getting alone)
Peneliti melakukan hubungan pribadi dan membangun
kepercayaan pada subyek penelitian (informan).Hal ini dilakukan karena kunci sukses untuk mencapai dan memperoleh akurasi dan komprehensivitas data penelitian.
2. Survey lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan data – data pendukung yang akurat dan relevan, dilakukan dengan :
a. Wawancara, secara informal maupun formal dengan pihak – pihak yang terkait dengan unit usaha tersebut, dengan demikian peneliti sebagai instruen dituntut bagaimana membuat responden lebih terbuka dan leluasa dalam memberikan informasi atau data.
b. Observasi, dilakukan oleh peneliti dengan cara observasi partisipan untuk mengamati kegiatan pencatatan dan pengelolaan dari bisnis salon.
c. Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan dokumen –
dokumen yang terkait dengan penelitian .
d. Studi kepustakaan, berupa pengumpulan data – data dari literature yang relevan dengan permasalahan ini dan digunakan sebagai landasan teori.
e. Penelusuran data online, perkembangan internet yang semakin pesat, menjadikan media online seperti internet sebagai salah satu
media yang sangat bermanfaat bagi penelusuran berbagai informasi.
3.7 Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal dan
sepanjang proses berlangsung. Miles and Huberman (1992),
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara terus – menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Gambar 3 : Komponen – komponen Analisis Data
Masa pengumpulan data
REDUKSIN DATA
Antisipasi Selama Pasca
PENYAJIAN DATA
= Analisis
Selama Pasca
PENARIKAN KESIMPULAN / VERIFIKASI
Selama Pasca
Sumber :Matthew B, Miles dan Huberman, Michael, 1992. " Analisis Data
Kualitatif" .Cetakan Pertama. Penerbit Universitas Indonesia
Aktivitas dalam analisis data : 1. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu di catat secara teliti dan rinci.Reduksi data ini berasal dari data mentah (hasil rekaman, catatan lapangan) sampai reduksi data yang telah di pilah – pilah oleh penulis untuk melihat gambar pola masalah. 2. Data Display (Penyajian Data)
setelah reduksi data, langkah selanjutnya adalah menampilkan data. Dalam hal ini Miles and Huberman (1992) menyatakan yang paling sering di gunakan untuk penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
3. Conclusion Drawing (Penarikan Kesimpulan)
Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi.Rencananya, kesimpulan dibuat dengan melalui tahap – tahap analisis data sehingga mencapai saran dari peneliti yang berasal dari fakta lapangan.
3.8 Keabsahan Data
Dalam setiap penelitian memerlukan standar untuk melihat derajat kepercayaan atas kebenaran dari hasil penelitian. Berikut adalah beberapa teknik pemeriksaan data kualitatif :
Tabel1 : Teknik Pemeriksa Data Kualitatif Moleong
Kriteria Teknik Pemeriksaan Kredibilitas Peneliti
(derajat kepercayaan)
(1) Perpanjangan Pengamatan
(2) Menemukan Siklus Kesamaan Data
(3) Ketekunan Pengamatan (4) Triangulasi Kejujuran Peneliti (5) Pengecekan Melalui Diskusi (6) Kajian Kasus Negatif
(7) Pengecekan Anggota
Kredibilitas Metode
Pengumpulan Data
(8) Triangulasi Metode (9) Triangulasi Sumber Data Kredibilitas Teoretis dan
Referensi
(10) Triangulasi Teori (11) Kecukupan Referensial
Kepastian (12) Uraian Rinci
Keberuntungan (13) Audit Kebergantungan
Sumber :Bungin, Burhan, 2007. " Penelitian Kualitatif" . Edisi Pertama, Cetakan Pertama, hal 255.
Berikut penelitian kualitatif standar tersebut dengan keabsahan data: 1. Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan wawancara lagi dengan sumber data yang pernah di temui maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk report, semakin akrab, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Bila setelah dicek kembali ke lapangan, data sudah benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan dapat di akhiri.
2. Menemukan Siklus Kesamaan Data
Pada saat penelitian berlangsung dapat menghasilkan data baru, tetapi suatu saat akan dapat menemukan informasi yang sama yang pernah didapat. Dengan demikian, harus melakukan langkah akhir yaitu menguji keabsahan data penelitiannya dengan informasi yang baru saja diperoleh.
3. Ketekunan Pengamatan
Pengamatan bukanlah suatu teknik pengumpulan data yang hanya mengandalkan pancaindra, namun juga menggunakan semua pancaindra termasuk adalah pendengaran, perasaan dan insting peneliti.Dengan meningkatkan pengamatan di lapangan, maka derajat keabsahan data telah ditingkatkan pula.
4. Triangulasi Peneliti, Metode, Teori dan Sumber data
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan mengacu pada Denzin (1978), maka pelaksanaan teknis dari langkah pengujian keabsahan ini akan memanfaatkan :
a. Triangulasi Kejujuran Penelitian b. Triangulasi dengan Sumber Data c. Triangulasi dengan Metode d. Triangulasi dengan Teori 5. Pengecekan Melalui Diskusi
Diskusi dengan berbagai kalangan yang memahami masalah penelitian, akan memberi informasi yang berarti kepada peneliti, sekaligus sebagai upaya untuk menguji keabsahan hasil penelitian. Cara ini dilakukan dengan mengekspos hasil sementara dan atau hasil akhir untuk didiskusikan secara analitis.
6. Kajian Kasus Negatif
Kajian kasus negatif dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan dan kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding. Kasus – kasus negative semacam ini dapat digunakan mencegah terjadinya hal yang sama pada penelitian yang akan dan sedang dilkaukan ini dalam rangka meningkatkan kualitas keabsahan data penelitian.
7. Pengecekan Anggota Tim
Konfirmasi langsung dengan kelompok anggota tim yang terlibat langsung pada saat penelitian dengan mengkonfirmasi iktisar hasil wawancara. Selain itu dilakukan pengecekan silang pada kelompok lain sebagai contoh penelitian.
8. Kecukupan Referensi
Keabsahan data hasil penelitian juga dapat dilakukan dengan memperbanyak referensi yang dapat menguji dan mengoreksi hasil penelitian yang dilakukan, baik referensi dari orang lain maupun referensi yang diperoleh selama penelitian seperti gambar video di lapangan, rekaman wawancara, maupun catatan – catatan harian di lapangan.
9. Uraian Rinci
Teknik ini dimaksud adalah suatu upaya untuk memberi penjelasan kepada pembaca dengan menjelaskan hasil penelitian. Suatu temuan yang baik akan dapat diterima orang apabila dijelaskan dengan penjelasan yang terperinci, logis, dan rasional.
10.Auditing
Adalah konsep manajerial yang dilakukan secara ketat dan dimanfaatkan untuk memeriksa ketergantungan dan kepastian data. Hal itu dilakukan baik terhadap proses maupun terhadap hasil atau keluaran.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
Usaha skala mikro di Indonesia merupakan kegiatan usaha non – formal yang sangat signifikan jumlahnya dibandingkan dengan usaha skala kecil, menengah dan besar. Data Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan dari total entitas usaha di Indonesia, 92% atau 51 juta entitas usaha tergolong usaha mikro. Usaha mikro di Indonesia sebagian besar tidak berbadan hukum dan secara umum sulit untuk mengetahui data keuangan.BPS melaporkan bahwa pada tahun 2000 tercatat 15 juta usaha yang tidak berbadan hukum.
Kesulitan dalam mengukur kinerja merupakan salah satu kendala usaha mikro dalam mengevaluasi kinerjanya.Hal ini disebabkan banyak usaha mikro lebih berfokus pada kegiatan operasional sehingga pencatatan dan pelaporan seringkali terabaikan.Dan biasanya pencatatan keuangan dilakukan dengan cara – cara sederhana dan tidak detail (Krisdiartiwi, 2008 dalam Hermon dan Elisabeth, 2012). Pencatatan dilakukan hanya dengan menghitung selisih antara uang masuk dengan uang yang keluar, tanpa melihat pengeluaran uang itu untuk atau dari alokasi kegiatan usaha ataupun non usaha.Padahal indikator dari keberhasilan tidak hanya diukur
dari pendapatan saja, diperlukan pengukuran dan pengelompokkan atas transaksi serta pengikhtisaran transaksi – transaksi tersebut.
Penelitian ini akan membahas mengenai penerapan pencatatan keuangan pada usaha mikro. Penelitian ini disusun dengan mengambil objek penelitian di salah satu lokasi.Usaha mikro yang akan diteliti ini adalah entitas tanpa akuntabilitas publik karena tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum. Informan kunci dalam penelitian ini yaitu sebagai pemilik sekaligus pelaksana usaha mikro salon.Dari informasi yang didapat dari ibu Tamara, peneliti mendapat informan lainnya yaitu dari pengunjung salon.
4.2 Penerapan Pencatatan Keuangan oleh Salon Tamara
4.2.1 Bentuk atau Model Pencatatan Keuangan
Bentuk atau model pencatatan keuangan yang diterapkan oleh pemilik usaha mikro menganut pola paling mudah, artinya pola yang diterapkan dipandang mudah untuk dipahami itulah yang dipakai untuk pengelolaan keuangan.Peneliti melakukan wawancara pertama dengan informan kunci yaitu pemilik sekaligus pelaksana usaha mikro Salon Tamara.Peneliti mengajukan pertanyaan mengenai bukti transaksi / nota yang diberikan saat pemberian jasa. Berikut adalah pemaparannya :
“ Nggak ada, disini kan lingkungan desa ya.. jadi nggak pake nota gitu,
pokoknya kalo ada orang potong ato yang lainnya ya langsung dicatat”
Ibu Tamara (Pemilik Salon Tamara)
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan beberapa pengunjung salon dengan pertanyaan yang sama. Berikut pemaparannya :
“ nggak ada mbak, lagian cuma potong aja jadinggak pakai nota gak apa
- apa”
Ibu Ana (pengunjung Salon Tamara)
“ndak mbak, ya langsung potong terus bayar.. nggak ada nota – nota
gitu”
Saudari Falah (Pengunjung Salon Tamara)
Pemaparan diatas menunjukkan bahwa penerapan pencatatan
keuangan salon Tamara tidak berdasarkan nota atau bukti
transaksi.Kemudian peneliti memberikan pertanyaan selanjutnya mengenai bentuk atau model pencatatan yang digunakan. Berikut adalah pemaparannya :
“ pencatatannyasederhana mbak, sebisa saya. jadi yang saya catat cuma
pemasukan sama pengeluaran uang saja. Kalo pemasukan yg saya catat
kalo ada orang rebonding, potong, facial, beli accessories gitu langsung
saya catat. Kalo catatan pengeluarannya itu ya belanja kebutuhan salon
kayak semir, vitamin, banyak mbak”
Ibu Tamara (Pemilik Salon Tamara)
Dari wawancara dengan Ibu Tamara dan pelanggannya dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk atau model pencatatan yang digunakan oleh Salon Tamara sangat sederhana, hanya pemasukan harian yang dicatat sesaat ada pengunjung dan pengeluaran per bulan, dan hanya pencatatan pengeluaran kas saja yang berdasarkan nota pembelian barang.Dan laporan keuangann yang dilakukan salon Tamara tidak berdasarkan standar akuntansi yang baik, SAK ETAP khususnya
*tidak ada nota atau bukti tr ansaksi sebagai dasar pencatatannya.
Laporan keuangan adalah laporan yang menyangkut asset perusahaan dan perubahannya.Laporan keuangan mempunyai bentuk standar dan aturan, prosedur yang harus dipenuhi dan dibuat oleh bagian akuntansi.Laporan akuntansi utama adalah Neraca, Laporan Rugi laba, Laporan perubahan modal dan laporan arus kas.
4.2.2 Pengetahuan Mengenai Pencatatan Keuangan
Pemilik usaha mikro memiliki latar belakang pendidikan berbeda – beda. Latar belakang pendidikan pemilik salon Tamara yaitu tamatan SMA. Berikut pemaparan ibu Tamara ketika menjawab pertanyaan dari peneliti mengenai hal cara pencatatan keuangan yang selama ini dilakukan:
“caranya ya menurut saya sendiri mbak. Saya cuma pengen tahu
pemasukan harian berapa terus kalo ditotal satu bulan berapa, ”
Ibu Tamara (pemilik salon Tamara)
Dari pemaparan ibu Tamara dapat dilihat bahwa cara pencatatan keuangan yang selama ini dilakukan belum mencerminkan pencatatan keuangan yang memadai dan tidak ada klasifikasi yang tegas. Tetapi pemilik salon Tamara merasa terbantu dengan adanya pencatatan keuangan yang secara global ini, meskipun belum sesuai dengan standar akuntansi.
Meskipun sudah terbantu dengan pencatatan keuangan yang ada, namun pemilik usaha mikro kurang mengerti tentang siklus akuntansi yang sesungguhnya.Hal ini sependapat dengan pernyataan (Martini, 2007) bahwa meskipun SAK ETAP diterbitkan namun masih ada beberapa kelemahan, diantaranya adalah tidak disinggung bagaimana usaha mikro harus menyusun laporan keuangan.
Namun dengan pengalaman yang diperoleh selama menjalankan usahanya bertahun – tahun dan masih bisa bertahan sampai sekarang dalam menjalankan usahanya.Hal tersebut membuktikan bahwa meskipun tidak memiliki pendidikan formal, para pemilik dan pelaksana usaha mikro mampu bertahan dalam situasi ekonomi yang serba sulit seperti saat ini, sehingga jika ada pernyataan yang menyatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik.
Dengan demikian bisa digunakan sebagai bahan kajian yang mendalam khususnya bagi pemerintah yang bertanggung jawab terhadap pertumbuhan ekonomi.
4.3 Kelengkapan pencatatan Keuangan Salon Tamara
Minimnya pengetahuanakuntansi yang dimiliki pemilik salon Tamara, menjadi kendala dalam pelaksanaan pencatatan keuangan.Selain itu tidak adanya pembagian tugas yang jelas antar bidang karena pemilik sekaligus menjadi pengelola usaha.Pemilik mengelola usaha sendiri, sehingga waktu yang dimiliki difokuskan untuk mengembangkan usahanya.
Berikut pemaparan ibu Tamara dari pertanyaan yang diberikan peneliti tentang kelengkapan laporan keuangan salon Tamara :
“enggak ada mbak, pencatatan keuangan saya cuma pengeluaran
dan pemasukan saja, saya aja nggak tau laporan keuangan yang bener itu
kayak gimana. Apalagi neraca yang mbak bilang, saya nggak ngerti
mbak.”
Ibu Tamara (pemilik salon Tamara)
Dengan wawancara yang dilakukan dan dokumen yang ada, dapat diketahui bahwa pencatatan keuangan yang dilakukan pemilik usaha salon Tamara sangat kurang lengkap dan bukan pencatatan keuangan yang baik.Pencatatan keuangan dilakukan hanya berdasarkan pengetahuan pemilik salon saja.Dengan tidak adanya kelengkapan laporan keuangan sudah mencerminkan ketidaksesuaian laporan keuangan salon Tamara dengan SAK ETAP.
4.4 Pencatatan Keuangan sebagai bentuk kontr ol Keuangan Usaha
Pencatatan keuangan sangatlah diperlukan dan sebaiknya semua perusahaan baik kecil maupun besar menggunakan pencatatan akuntansi untuk mengatur keuangan mereka secara berkala, sehingga perusahaan tersebut dapat dikelola dengan baik.
Wawancara ditujukan pada ibu Tamara selaku pemilik dan pengelola usaha, terkait dengan pemisahan uang usaha dengan uang pribadi. Berikut pemaparan ibu Tamara :
“wahh, ya selalu saya jadikan satu mbak. Saya kalau belanja harian ya
pakai uang dari penghasilan salon ini.Y syukur lah mbak semuanya
terpenuhi, termasuk beli barang – barang salon yang habis”
Ibu Tamara (pemilik salon Tamara)
Pertanyaan selanjutnya juga ditujukan kepada ibu Tamara mengenai apakah setiap pembelian barang, melihat pendapatan salon terlebih dahulu. Berikut pemaparannya :
“iya mbak, kan tahu pemasukannya berapa jadi bisa kira – kira untuk
pengeluarannya jadi nggak asal beli. Kalau pemasukannya sedikit ya saya
belinya terbatas”
Ibu Tamara (pemilik salon Tamara)
Berdasarkan hasil wawancara diatas, Ibu Tamara beranggapan bahwa dengan pencatatan keuanganyang dilakukan selama ini cukup membantu untuk mengontrol keuangan walaupun pencatatan keuangannya belum dilakukan dengan baik dan tidak ada pemisahan antara uang usaha dengan uang pribadi.
Ada beberapa asumsi dasar yang mendasari struktur akuntansi, yang salah satunya adalah asumsi kesatuan usaha khusus (Baridwan,
2004).Di dalam konsep ini, perusahaan dipandang sebagai unit usaha yang berdiri sendiri, terpisah dari pemiliknya. Atau dengan kata lainperusahaan dianggap sebagai “unit akuntansi” yang terpisah dari pemiliknya atau dari kesatuan usaha yang lain. Dengan anggapan seperti ini maka transaksi – transaksi perusahaan dipisahkan dari transaksi – transaksi pemilik dan oleh karenanya maka semua pencatatan dan laporan dibuat untuk perusahaan tadi.
Berdasarkan pernyataan diatas sudah jelas bahwa harus ada pemisahan antara harta pribadi dengan harta usaha, hal ini memudahkan dalam hal mengontrol keuangan usaha dan memantau perkembangan usaha.
4.5 Pencatatan Keuangan untuk Usaha Mikro (UMi) J asa
Laporan keuangan pada perusahaan jasa terdiri dari : Perhitungan Laba/Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca dan Laporan Arus Kas. Berikut penjelasan dan contoh bentuk pencatatan keuangan untuk usaha salon / perusahaan jasa :
1. Perhitungan Laba/Rugi
Kemajuan dan pertumbuhan perusahaan diukur dari
kemampuannya menghasilkan laba.Kemampuan ini tentu saja tidak diukur dalam bentuk laba absolute (jumlah laba) yang diperoleh, tetapi
harus diperbandingkan, misalnya dengan jumlah modal yang ditanam, jumlah aktiva yang dipakai dan lain – lain.
Unsur – unsur utama yang terdapat dalam perhitungan laba-rugi adalah pendapatan dan beban.Pendapatan adalah penambahan bruto terhadap modal yang diperoleh dari kegiatan usaha.Beban merupakan pengorbanan ekonomis yang dapat dinilai dengan uang untuk memperoleh pendapatan.Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban.Perhitungan laba-rugi menyajikan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita perusahaan selama satu periode.Perusahaan yang dari tahun ke tahun memperoleh laba yang selalu meningkat menunjukkan adanya pertumbuhan yang baik.
Salon Tamara Perhitungan Laba-Rugi
Bulan Desember 2013 Pendapatan jasa salon
Rp. xxx
Beban-beban usaha : Rp. xxx
Beban Gaji Rp. xxx
Beban perlengkapan Rp. xxx
Beban sewa Rp. xxx
Beban kistrik dan telepon Rp. xxx
Beban bunga Rp. xxx
Beban penyusutan Rp. xxx
Rp. xxx
2. Laporan Perubahan Modal
Dari laporan perubahan ekuitas, berisi catatan terjadinya perubahan modal di perusahaan.
Salon Tamara Laporan Perubahan Modal
Bulan Desember 2013 Modal Ibu Tamara, 1 Desember 2013
Rp. xxx
Laba bersih bulan Desember 2013 Rp. xxx
Pengambilan prive bulan Desember 2013 Rp. xxx