Lokasi dan Waktu Penelitian
Kabupaten Pacitan Provinsi Jawa Timur merupakan lokasi penelitian yang dipilih. Pertimbangan pemilihan Pacitan sebagai lokasi penelitian dikarenakan Pacitan adalah salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki jumlah armada penangkapan skala kecil yang besar dan spesifik permasalahan perikanan skala kecil daerah tropis. Pengambilan sampel dilakukan di Kecamatan Pringkuku, Kecamatan Pacitan, dan Kecamatan Kebonagung dengan pertimbangan ketiga kecamatan tersebut merupakan sentra perikanan terbesar di Pacitan. Penelitian dilaksanakan dua kali yaitu bulan Februari 2013 dan bulan April-Mei 2013. Penelitian pertama dilakukan untuk memastikan kesesuaian perumusan permasalahan, tujuan penelitian, indikator kuisioner, sedangkan penelitian kedua dilaksanakan untuk pengumpulan data primer dan observasi mendalam.
Gambar 2.1 Peta lokasi penelitian
Metodologi Penelitian
Metode penelitian pada kajian ini adalah metode survei. Metode pengumpulan data melalui wawancara pribadi, observasi, pengarsipan data dan survei melalui kuesioner. Populasi yang ada dalam penelitian ini adalah nelayan kecil dan pemangku kepentingan lain yang terkait dalam pengelolaan perikanan tangkap skala kecil di Pacitan seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tamperan, petugas tempat pelelangan ikan (TPI). Metode
6
pengambilan data yang digunakan adalah snowball sampling. Teknik snowball sampling memungkinkan sampel diperluas sesuai dengan data yang diperlukan (Sugiyono 2011). Jumlah sampel pada penelitian pertama adalah 15 orang yang kemudian dilanjutkan pada penelitian kedua menjadi 105 orang.
Data diperoleh secara langsung dari sumber data utama publikasi atau laporan statistik perikanan Kab Pacitan, laporan statistik PPP Tamperan, data badan pusat statistik (BPS) setempat, laporan-laporan mengenai kondisi Pacitan dan data yang berkaitan dengan topik penelitian. Jenis dan data yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Jenis dan data yang digunakan Jenis
Data Data yang Digunakan Sumber Data Data
Primer
 Jenis dan dimensi kapal penangkap ikan serta alat penangkap ikan  Daerah operasi penangkapan  Trip penangkapan
 Operasi penangkapan  Persepsi:
- Jenis/ komposisi dan ukuran hasil tangkapan
- Sosialisasi dan penegakan aturan - Keterlibatan dalam pengelolaan
perikanan
1. Nelayan 2. Pengelola TPI
Data Sekunder
 Produksi perikanan laut
 Jumlah kapal penangkap ikan dan alat penangkap ikan
 Bantuan perikanan tangkap  Peraturan perikanan tankap  Curah hujan dan hari hujan
1. Dinas Perikanan dan Kelautan Pacitan 2. Badan Pusat Statistik
Pacitan
Analisis Data
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam tiga analisis, yaitu:
(a) Analisis karakteristik unit penangkapan ikan
Karakteristik unit penangkapan ikan dianalisis secara deskriptif. Hasil analisisdisajikan secara naratif, tabel, dan grafik.
(b) Analisis dinamika pemanfaatan sumber daya ikan
Analisis dilakukan untuk mengambarkan tren produksi, produktivitas alat penangkap ikan, pola musim penangkapan ikan, dan hubungan produksi dengan hari hujan. Analisis meliputi:
 Analisis deskriptif terhadap data produksi penangkapan untuk menggambarkan tren produksi per jenis ikan per tahun yang didaratkan di Pacitan.
 Analisis produktivitas alat penangkap ikan dilakukan melalui pendekatan produksi alat penangkap ikan per unit alat penangkap ikan dalam rentan waktu satu tahun.
 Analisis musim penangkapan dengan menghitung indek musim. Indek musim diduga dengan menggunakan metode rata-rata bergerak (moving average).  Analisis pengaruh musim terhadap produksi dijelaskan dengan regresi linier
terhadap hasil tangkapan bulanan dan jumlah hari hujan bulanan. (c) Analisis pengelolaan perikanan tangkap skala kecil
Analisis dilakukan terhadap tata pengaturan pengelolaan perikanan skala kecil dan menyusun upaya perbaikannya. Sehingga analisis data meliputi:
 Kebijakan dan kelembagaan perikanan tangkap skala kecil dijelaskan secara deskriptif terhadap kapasitas kebijakan/pengelolaan, ketersedian peraturan, tranparansi dan partisipasi serta kebijakan bantuan/subsidi.
 Menyusun rekomendasi pengelolaan perikanan skala kecil dengan menggunakan tabulasi yakni mengelompokkan permasalahan dan memberikan rekomendasi pengelolaan perikanan atas permasalahan yang ada.
3 KARAKTERISTIK UNIT PENANGKAPAN IKAN
Pendahuluan
Kegiatan penangkapan ikan di Indonesia saat ini, 90 persen didominasi oleh perikanan skala kecil (Wiyono 2011). Menurut McConney dan Charles (2008), menyebutkan bahwa nelayan skala kecil beroperasi dekat dengan pantai dan menggunakan kapal penangkap ikan yang relatif kecil dan milik sendiri. Alat penangkap ikan yang digunakan oleh nelayan skala kecil adalah alat penangkap ikan tradisional, seperti jaring kecil, perangkap/bubu, pancing, jubi/tombak, dan metode-metode pengumpul dengan tangan dan beberapa yang telah dimekanisasi (Berkes et al. 2008). McGoodwin (2001) menambahkan bahwa perikanan skala kecil, penggunaan teknologi penangkapannya merupakan hasil adaptasi terhadap perubahan daerah penangkapan dan jenis ikan targetnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa nelayan skala kecil secara terus menerus melakukan upaya penangkapan ikan dengan berbagai cara yang dapat dilakukan, pada lokasi penangkapan yang terbatas dan jumlah yang banyak. Apabila kondisi ini dibiarkan terus menerus, akan timbul tekanan terhadap sumber daya perikanan di perairan pantai.
Pemanfaatan sumber daya ikan di perairan Pacitan masih di sekitar pantai dan menggunakan sarana penangkap ikan tradisional yang beragam bentuk dan jenisnya. Kapal penangkap ikan yang digunakan terdiri dari sebagian besar perahu motor tempel (PMT) yang bervariasi dimensinya dan sebagian kecil perahu tanpa motor (PTM) serta kapal motor (KM). Alat penangkapan ikan yang digunakan terdiri dari kelompok jaring insang, pancing, perangkap, pukat cicin, dan pukat tarik yang dioperasikan dengan teknologi yang sederhana. Terkadang dalam satu unit penangkapan menggunakan lebih dari satu jenis alat penangkap ikan. Keragaman kapal/perahu penangkapan, alat penangkap ikan dan teknik
8
pengoperasian yang bervariasi akan menyulitkan dalam mengelola perikanan khususnya perikanan skala kecil (Tzanatos et al. 2005).
Tingginya keragaman dalam perikanan skala kecil, diduga sebagai penyebab sulitnya dilakukan pengelolaan terhadap perikanan tangkap skala kecil. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian yang bertujuan mengkaji dinamika dan karakteristik pada beberapa unit penangkapan ikan skala kecil sebagai bahan pengelolaan perikanan skala kecil. Bab ini menjelaskan karakteristik unit penangkapan ikan dan pola usaha unit penangkapan ikan skala kecil di Kabupaten Pacitan.
Metode Penelitian
Metode penelitian pada kajian ini adalah metode survei. Metode pengumpulan data melalui wawancara pribadi, observasi, pengarsipan data dan survei dengan menggunakan kuesioner. Populasi yang ada dalam penelitian ini adalah nelayan kecil dan pemangku kepentingan lain yang terkait dalam pengelolaan perikanan tangkap skala kecil di Pacitan seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, PPP Tamperan, petugas tempat pelelangan ikan (TPI). Metode pengambilan data primer yang digunakan adalah snowball sampling. Teknik snowball sampling memungkinkan sampel diperluas sesuai dengan data yang diperlukan (Sugiyono 2011). Jumlah sampel pada penelitian pertama adalah 15 orang yang kemudian dilanjutkan menjadi 105 orang.
Data primer meliputi pangkalan pendaratan ikan, dimensi dan karateristik teknologi penangkapan (kapal dan alat penangkap ikan), karakteristik nelayan dan kondisi daerah penangkapan. Data sekunder berupa laporan dan data yang berkaitan dengan topik penelitian meliputi jumlah pangkalan pendaratan ikan, jumlah dan jenis unit penangkapan ikan, dan jumlah nelayan. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner, alat perekam, alat tulis dan kamera serta alat analisis adalah perangkat lunak microsoft excel.
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menyajikan tabel dan grafik untuk menjelaskan jumlah dan distribusi unit penangkapan ikan serta profil unit penangkapan ikan di Kabupaten Pacitan. Pengelompokkan terhadap unit penangkapan ikan disajikan secara deskriptif dan difokuskan terhadap perahu motor tempel (PMT). Kelompok jenis alat penangkap ikan diperoleh dengan tabulasi data responden terhadap jenis alat penangkap ikan yang digunakan oleh satu unit PMT. Karakteristik kelompok unit penangkapan kemudian disajikan dalam bentuk tabel dengan mengambil variabel yang secara signifikan mempengaruhi usaha penangkapan ikan yaitu karakteristik teknis kapal (panjang totaldan tenaga kuda) serta ukuran kru (Le Pape dan Vigneau 2001). Trip operasi penangkapan di susun dengan menjumlahkan data trip reponden per jenis alat penangkap ikan setiap bulannya. Hasil analisis disajikan secara naratif, gambar, tabel dan grafik.
Hasil
Kabupaten Pacitan terletak pada koordinat 7.550– 8.170 Lintang Selatan dan 110.550 – 111.250 Bujur Timur atau ujung barat daya wilayah di Jawa Timur. Berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia di sebelah Selatan, Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah) di sebelah Barat, Kabupaten Ponorogo di sebelah Utara dan Kabupaten Trenggalek di sebelah Timur. Kondisi geografis yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia membuat Kabupaten Pacitan menjadi salah satu sentra perikanan tangkapdi Selatan Jawa.
Jumlah dan distribusi unit penangkapan ikan
Aktivitas perikanan tangkap menyebar di sepanjang pantai Pacitan. Penyebarannya meliputi 7 kecamatan dengan jumlah Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) mencapai 17 buah PPI. Enam PPI diantaranya telah dilengkapi dengan Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Enam TPI yang dimaksud adalah TPI Watukarung, TPI Tamperan, TPI Teleng, TPI Wawaran, TPI Tawang dan TPI Ngobyok (Sumberejo). PPI Tamperan sejak 2007 ditingkatkan kapasitasnya menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) yang secara tidak langsung menjadi babak baru perikanan tangkap di Kabupaten Pacitan.
Lokasi pendaratan yang menjadi pusat aktivitas perikanan tangkap hampir sebagian besar sulit dicapai dan jauh dari pusat kota. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri dalam pengelolaan perikanan tangkap, sehingga peran serta nelayan dalam pengelolaan menjadi penting. Enam PPI yang telah dilengkapi TPI tersebut merupakan PPI yang lebih mudah untuk dijangkau nelayan dan pedagang, dibandingkan dengan 10 PPI yang lain.
Gambar 3.1 Pangkalan Pendaratan Ikan di Kabupaten Pacitan
Kapal/perahu penangkap ikan di Pacitan berdasarkan mesin yang digunakan dibagi menjadi perahu motor tempel (PMT), perahu tanpa motor (PTM), dan kapal motor (KM). Jumlah PMT mendominasi jumlah kapal penangkap ikan di Kabupaten Pacitan. Jumlah PMT mencapai 1 240 unit atau 84 persen dari seluruh jumlah kapal penangkap ikan pada tahun 2011. Sedangkan jumlah KM dan PTM memiliki jumlah lebih sedikit yaitu KM berjumlah 146 unit (10 persen) dan PTM sebanyak 86 unit (6 persen). Pertumbuhan jumlah armada penangkapan di Kabupaten Pacitan dari tahun 2003 hingga 2011 disajikan pada Gambar 3.2.
10
Gambar 3.2 Pertumbuhan jumlah kapal penangkap ikan di Pacitan tahun 2003-2011
Pertumbuhan jumlah berbagai jenis kapal penangkap ikan mengalami fluktuasi selama 9 tahun terakhir. Perahu motor tempel (PMT) meningkat dari jumlah 788 unit pada tahun 2003, menjadi 1 240 unit pada tahun 2011. Perahu motor tempel mengalami peningkatan sebesar 57.4 persen dalam waktu 9 tahun. Hal ini disebabkan meningkatnya kemampuan nelayan untuk melakukan motorisasi dan adanya program bantuan dari pemerintah yaitu sarana penangkapan ikan, baik berupa kapal/perahu, alat penangkapan maupun alat bantu penangkapan. Dengan adanya bantuan sarana penangkapan ini, nelayan Pacitan terangsang untuk meningkatkan jumlah perahu. Jumlah PMT terbanyak pada tahun 2009 yang mencapai 1 260 unit dan kemudian mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi 1 229, atau berkurang sampai dengan 31 unit. Kemudian pada tahun 2011 jumlah tersebut meningkat menjadi 1 240, atau bertambah sejumlah 11 unit pada tahun tersebut. Responden mengungkapkan bahwa fluktuasi jumlah PMT tersebut akibat semakin sulitnya mendapatkan hasil tangkapan yang cukup, sehingga sebagian nelayan memilih tidak mengoperasikan perahunya.
Jumlah Kapal Motor (KM) mengalami peningkatan cukup tinggi, dari hanya 8 unit pada tahun 2003, menjadi 146 unit pada tahun 2011. Ini berarti jumlah KM pada tahun 2011 meningkat 18.25 kali lipat dibandingkan tahun 2003. Peningkatan KM tidak terlepas dari telah beroperasinya PPP Tamperan dan kondusifnya iklim usaha penangkapan sehingga memancing hadirnya KM untuk bersandar di PPP Tamperan, Pacitan.
Tahun 2003-2005 nelayan di Pacitan tidak tercatat menggunakan perahu tanpa motor (PTM). Mulai tahun 2006 tercatat nelayan menggunakan 31 unit PTM untuk beroperasi. Keberadaan PTM cukup berfluktuatif, sempat turun 61.3 persen pada tahun 2007, atau hanya tersisa 12 unit PTM saja, kemudian jumlahnya meningkat pada tahun 2008 sebesar 103 unit dan kemudian mengalami penurunan sejumlah 17 unit hingga tahun 2011, hingga tersisa sejumlah 86 unit. Fluktuasi ini lebih disebabkan nelayan PTM berpindah untuk mencari aktivitas yang lebih menguntungkan seperti menjadi nelayan ABK pada PMT sehingga
0 200 400 600 800 1000 1200 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Jum lah (U ni t) Tahun
perahu PTM tidak digunakan lagi dan pada saat yang dianggap menguntungkan mereka kembali menggunakan PTM untuk menangkap ikan.
Kapal/perahu penangkap ikan yang digunakan di Pacitan tersebar di sepanjang pantai Kabupaten Pacitan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Pacitan tahun 2012, sebaran paling banyak berada di Kecamatan Pacitan yang mencapai 1 413 unit. Sebaran paling sedikit berada di Kecamatan Donorojo yaitu hanya 125 unit (Gambar 3.3). Kondisi topografi lokasi pendaratan ikan dan akses menuju lokasi pendaratan lebih banyak mempengaruhi sebaran kapal/perahu penangkapan ikan.
Gambar 3.3 Sebaran kapal penangkap ikan di Pacitan tahun 2011
Jenis alat penangkapan ikan yang digunakan oleh armada penangkapan di Kabupaten Pacitan berturut-turut adalah kelompok perangkap, pancing, jaring insang, pukat tarik, pukat cincin, jaring angkat dan lainnya. Tahun 2011 jumlah kelompok perangkap yang sebagain besar adalah krendet mencapai 85 persen dibandingkan kelompok alat penangkap ikan yang lain. Sedangkan kelompok jaring insang yang terdiri dari jaring insang hayut, jaring klitik, jaring insang tetap, dan jaring tiga lapis berjumlah 10 persen. Sisanya terdiri dari kelompok pancing (pancing rawai dan pancing ulur) 3.16 persen, pukat tarik (payang dan dogol) 0.14 persen, pukat cicin 0.04 persen dan lainnya 1.04 persen (Gambar 3.4). Jumlah perangkap yaitu krendet sangat dominan karena harga alat tangkap yang murah, mudah dioperasikan dan hasil tangkapan yang memiliki nilai ekonomis tinggi yaitu udang lobster.
125 681 1413 754 164 470 233 0 500 1000 1500 Donorojo Pringkuku Pacitan Kebonagung Tulakan Ngadirojo Sudimoro Jumlah (unit) K ecam at an
12
Gambar 3.4 Jumlah alat penangkap ikan di Pacitan tahun 2003-2011 Nelayan di Kabupaten Pacitan sebagian besar merupakan nelayan lokal dan sedikit nelayan andon (Gambar 3.5). Tahun 2011 jumlah nelayan lokal adalah 2 814 orang atau sebesar 73 persen dibandingkan nelayan andon yang hanya 27 persen (1 026 orang). Jumlah nelayan lokal pada kurun waktu 2003-2011 mengalami penurunan sebesar 1.79 persen. Penurunan ini akibat dari semakin sulitnya mendapatkan hasil tangkapan yang cukup untuk penghidupan nelayan sehari-hari sehingga nelayan memilih meninggalkan status nelayan dan mencari pekerjaan lain yang lebih menguntungkan. Nelayan yang fleksibel untuk beralih profesi ini umumnya adalah nelayan yang mengoperasikan perahu bukan milik sendiri.
Nelayan andon atau nelayan pendatang adalah nelayan yang berasal dari daerah lain di luar Kabupaten Pacitan. Nelayan andon berasal dari Pekalongan, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur. Pembangunan PPP Tamperan dengan fasilitas pelabuhan yang baru dan lengkap serta pasar yang dinilai menguntungkan telah menjadi daya tarik bagi nelayan andon untuk datang di Pacitan. Keberadaan nelayan andon dimulai pada tahun 2006 dengan jumlah 40 orang. Pada tahun 2011 nelayan andon berjumlah 1026 orang, meningkat 24.65 kali lipat dibandingkan tahun 2006. Peningkatan jumlah nelayan andon ini linier dengan peningkatan jumlah kapal motor di Pacitan.
Gambar 3.5 Jumlah nelayan Kabupaten Pacitan 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Jum lah (U ni t) Tahun Lain-lain Perangkap Pancing Jaring angkat Jaring insang Pukat cincin Pukat tarik 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Juml ah (orang) Tahun Andon Lokal
Profil unit penangkapan ikan Kapal/ perahu penangkap ikan
Kapal motor (KM) terdiri dari kapal pancing tonda dan kapal purse seine. Kapal pancing tonda yang disebut juga dengan nama sekoci, yang sebagian besar dioperasikan oleh nelayan andon. Ukuran kapal pancing tonda ini berkisar antara 5-10 GT dengan spesifikasi teknis pada Tabel 3.1. Waktu operasi penangkapan antara 7-10 hari dalam satu kali trip.
Gambar 3.6 Kapal motor
Kapal motor yang menggumakan alat tangkap purse seine dioperasikan oleh nelayan andon dan sebagian kecil oleh nelayan setempat. Ukuran kapal purse seine lebih besar dibandingkan dengan kapal sekoci, yaitu berkisar antara 25-30 GT dengan spesifikasi teknis pada Tabel 3.1. Kapal sekoci dan kapal purse seine telah dilengkapi alat bantu penangkapan berupa GPS (Global Positioning System), kompas, danalat keselamatan di laut berupa life jacket.
Tabel 3.1 Jenis dan spesifikasi teknis kapal/perahu penangkap ikan No. Jenis Dimensi (meter) Material Penggerak Alat Penangkap
Ikan L B D 1 KM 16-19 6 2-3 kayu/ fibreglass mesin dalam (185-280 PK) pukat cincin/purse seine 2 KM 16-17 3-3.5 1-2 Kayu mesin dalam
(2 x 30 PK) pancing (tonda, layangan, taber, dan ulur) 3 PMT 7-13 0.7-1.5 0.5-1.1 fibreglass mesin tempel (8-15 PK) perangkap, jaring insang, pancing, pukat tarik 4 PTM 3-4 0.6-1 0.3-0.5 Kayu Dayung perangkap, jaring
insang, pancing
Perahu motor tempel (PMT) kebanyakan terbuat dari fibreglass dengan tenaga penggerak mesin motor tempel (Gambar 3.7). Ukuran PMT dan daya mesin yang digunakan lebih bervariasi. Secara rinci spesifikasi teknis kapal/perahu penangkapan ikan disajikan pada Tabel 3.1. Perahu motor tempel dioperasikan oleh 2-4 orang nelayan dan telah dilengkapi alat keselamatan berupa jaket keselamatan (life jacket) serta beberapa perahu yang menggunakan alat
14
navigasi berupa kompas. Alat tangkap yang digunakan pun bervariasi tergantung pada musim penangkapan.
Gambar 3.7 Perahu motor tempel
Perahu tanpa motor (PTM) terbuat dari kayu, dioperasikan 1-2 orang nelayan dengan menggunakan alat penggerak berupa dayung (Gambar 3.8). Perahu ini umumnya digunakan nelayan untuk menangkap ikan yang tidak jauh dari pantai dan kadang kala digunakan untuk memanen rumput laut. Spesifikasi ukuran perahu disajikan pada Tabel 3.1.
Gambar 3.8 Perahu tanpa motor Alat penangkap ikan
Alat penangkap ikan yang digunakan nelayan Pacitan beragam jenis dan spesifikasi teknisnya. Kelompok alat penangkap ikan yang digunakan adalah kelompok jaring lingkar, perangkap, jaring insang, pancing, dan pukat tarik (Tabel 3.2). Jenis alat penangkap ikan yang memiliki banyak variasi jenis adalah kelompok jaring insang dan pancing. Jaring insang sedikitnya memiliki empat jenis alat penangkap ikan, begitu pula dengan pancing.
Kelompok perangkap sangat populer dengan jenis jaring krendet. Jaring krendet digunakan untuk penangkapan udang lobster. Kontruksinya terdiri dari jaring monofilament dengan mesh size 4.5-6 inch yang dipasangkan pada rangka kawat dengan diameter 50-60 cm dan dilengkapi dengan pelampung tanda.
Krendet menggunakan umpan sejenis krustasea yang disebut dengan „krongkeng‟
yang diikatkan pada jaringnya. Harga bahan dan pembuatan satu unit jaring krendet menghabiskan dana sekitar 50 ribu rupiah.
0. 6-1 m 0. 3-0. 5 m 3-4 m
Tabel 3.2 Kelompok, jenis, bahan dan dimensi alat penangkap ikan
No. Kelompok/Jenis Bahan dan Dimensi
1 Kelompok perangkap
- Krendet - Jaring nylonmonofilament - mesh size jaring 4.5-6 inch - diameter rangka kawat 50-60 cm
2 Kelompok Jaring insang
- Jaring insang hanyut
- Jaring nylon monofilament - 4-6 piece (1 piece = 45-50 m) - mesh size jaring 2-6 inch - Jaring insang tetap
- Jaring nylon monofilament - 3-5 piece (1 piece = 40-45 m) - mesh size jaring 2-5 inch - Jaring klitik
- Jaring nylon monofilament - 3-5 piece (1 piece = 40-45 m) - mesh size jaring 4.5 inch - Trammel Net
- 4-6 piece (1 piece = 40-45 m) - mesh size dalam 1.5-1.75 inch - mesh size luar 10.4 inch
3 Kelompok Pancing
- Rawai hayut - nylon monofilament - Nomor pancing 5-7 - Rawai dasar/tetap - nylon monofilament
- Nomor pancing 7-11 - Pancing tonda - nylon monofilament
- Nomor pancing 6-7 - Pancing ulur - nylon monofilament
- Nomor pancing 7-14
4 Kelompok Pukat Tarik
- Payang - Panjang jaring 50-60 m
- mesh size bagian kantong < 0.5 cm - Dogol - Panjang jaring 35-45 m
- mesh size bagian kantong < 1 ich
5 Kelompok Jaring Lingkar
- Pukat cincin/purse seine - panjang jaring 300-400 m
- mesh size bagian kantong > 1 inch Sumber: wawancara nelayan
Jenis jaring insang di Pacitan dalam istilah lokal disebut eder, parel, klitik dan jaring gondrong. Jenis jaring insang meliputi jaring insang hanyut, tetap, klitik, dan jaring tiga lapis/trammel net (Tabel 3.2). Ukuran mata jaring (mesh size) dan jenis benang untuk menangkap ikan berbeda-beda disesuaikan dengan jenis ikan yang akan ditangkap. Jaring insang untuk menangkap ikan lemuru memiliki mesh size 1,5", untuk menangkap ikan layur memiliki mesh size 2”,
16
untuk menangkap ikan tongkol memiliki mesh size 2”,untuk menangkap ikan tenggiri memiliki mesh size 5-6", dan untuk menangkap ikan bawal memiliki mesh size 4,5‟-5”. Khusus untuk jaring insang yang menangkap ikan tongkol
memiliki tinggi jaring 200 mata ke arah vertikal dan dioperasikan dengan cara dihanyutkan.
Kelompok pancing yang digunakan adalah pancing rawai, pancing tonda, dan pancing ulur (Tabel 3.2). Pancing rawai dibedakan menjadi rawai hanyut dan rawai tetap. Rawai hanyut digunakan untuk menangkap ikan layur, cucut, dan manyung serta rawai tetap untuk menangkap ikan manyung, kerapu, kakap, pari, cucut dan lencam. Sedangkan pancing ulur mempunyai target spesies yang lebih bervariasi diantaranya yaitu layur, kakap, kerapu, hiu, pari, dan tenggiri. Pancing menggunakan umpan berupa ikan rucah segar seperti ikan belut laut dan kembung yang telah dipotong-potong.
Kelompok pukat tarik terdiri atas payang, dogol dan pukat pantai. Kontruksi bagian kantong payang berupa waring dengan mesh size kurang dari 0.5 cm dan tujuan penangkapannya adalah udang rebon, teri dan ikan pelagis. Sedangkan dogol kontruksinya hampir sama dengan payang hanya saja panjang bagian sayapnya lebih pendek dan bahannya menggunakan PE multifilamen dengan mesh size kantong < 1 inch. Jumlah tenaga yang dibutuhkan banyak dan jumlah hail tangkapan yang semakin sedikit menyebabkan pukat pantai di Pacitan semakin sedikit atau bahkan sudah jarang dioperasikan.
Kapal sekoci secara khusus mengoperasikan kelompok pancing. Jenis pancing yang digunakan adalah pancing tonda, pancing taber, pancing layangan, pancing batuan dan pancing ulur. Target spesies ikan yang menjadi sasaran penangkapan kapal sekoci adalah cakalang, tongkol, dan tuna. Operasi penangkapan kapal sekoci ini menggunakan alat bantu penangkapan berupa rumpon.
Kelompok jaring lingkar yang hanya terdapat satu jenis yaitu pukat cincin/purse seine dioperasikan oleh kapal motor. Panjang tali ris atas purse seine yang digunakan di Pacitan adalah 300-400 meter dengan mesh size bagian kantong 1 inch (Tabel 3.2). Ikan pelagis kecil merupakan target spesies alat penangkap ikan purse seine ini. Dalam operasi penangkapannya purse seine menggunakan alat bantu penangkapan rumpon.
Nelayan
Nelayan lokal berdomisili tidak jauh dari PPI atau alur sungai tempat menambatkan perahunya. Hasil observasi memperlihatkan bahwa sebagian besar