• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive yang artinya daerah yang dipilih berdasarkan pertimbangan dan alasan tertentu, yaitu Kabupaten Dairi karena Kabupaten Dairi merupakan sentra produksi terbesar kedua di Sumatera Utara setelah Kabupaten Simalungun dengan data sebagai berikut.

Tabel 1 : Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Bawang Merah Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011

No.  Kabupaten  Luas tanam Luas Panen  Produksi  Produktivitas

(Ha) (Ha) (Ton)  (Kw/Ha)

1  Simalungun  418 420 5071  120,74 2  Dairi  295 294 2180  74,15 3  Samosir  223 217 1679  77,38 4  Toba Samosir  155 135 1298  96,16 5  Humbang  Hasundutan  181 148 1123  75,87 6  Karo  98 97 953 98,26 7  Tapanuli Utara  107 52 61 11,77 8  Tapanuli Selatan  8 10 54 53,50

9  Padang Lawas Utara  1 9 23 25,78

10  Mandailing Natal  2 2 7 37,00

Jumlah  1488 1384 12449  89,95 Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara 2012

Kecamatan yang menjadi studi kasus adalah Kecamatan Silahisabungan dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Silahisabungan adalah satu-satunya kecamatan yang mengusahakan bawang merah. Berikut ditampilkan data luas panen, produksi dan produktivitas bawang merah di Kabupaten Dairi.

Tabel 2 : Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Bawang Merah Menurut Kecamatan Tahun 2011 di Kabupaten Dairi

No.  Kecamatan  Luas Panen  Produksi Produktivitas 

(Ha) (Ton) (Kw/Ha) 

1  Sidikalang    2  Berampu    3  Sitinjo    4  Parbuluan    5  Sumbul    6  Silahisabungan  294 2180 74,15  7  Silima Pungga‐ Pungga    8  Lae Parira    9  Siempat Nempu    10  Siempat Nempu  Hulu   

11  Siempat Nempu Hilir  

12  Tigalingga   

13  Gunung Sitember  

14  Pegagan Hilir   

15  Tanah Pinem   

Jumlah  294 2180 74,15 

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Dairi 2012

Desa yang menjadi lokasi penelitian adalah seluruh desa di Kecamatan Silahisabungan, yaitu Desa Silalahi I, Desa Silalahi II, Desa Silalahi III, Desa Paropo dan Desa Paropo I. Berikut ditampilkan data luas panen, produktivitas dan produksi bawang merah di Kecamatan Silahisabungan :

Tabel 3 : Luas Panen, Produktivitas, Produksi Bawang Merah Menurut Desa Tahun 2011 di Kecamatan Silahisabungan

No.  Desa  Luas Panen Produksi Produktivitas 

(Ha) (Ton) (Kw/Ha) 

1  Silalahi I  79,41 585,48 73,97  2  Silalahi II  19,37 141,41 73,25  3  Silalahi III  85,75 640,74 74,96  4  Paropo  77,88 579,67 74,67  5  Paropo I  31,59 232,70 73,90  Jumlah  294,00 2180,00 74,15 

Sumber : Kecamatan Silahisabungan Dalam Angka Tahun 2011, Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi

Metode Penentuan Sampel Petani Produsen

Populasi petani produsen dalam penelitian ini adalah petani yang menanam bawang merah di Desa Silalahi I, Desa Silalahi II, Desa Silalahi III, Desa Paropo dan Desa Paropo I, Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi. Berdasarkan hasil pra survei yang dilakukan peneliti, diperoleh data jumlah petani di 5 desa di Kecamatan Silahisabungan sebagai berikut :

Tabel 4 : Jumlah Petani Bawang Merah di Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi 2012

No.  Desa  Jumlah petani

(KK) 1  Silalahi I 142 2  Silalahi II 51 3  Silalahi III 182 4  Paropo  138 5  Paropo I 73 Jumlah  586

Populasi petani bawang merah di daerah penelitian yang mencakup di 5 desa tersebut adalah sebanyak 586 KK. Untuk mendapatkan besar sampel yang diambil sebagai representasi dari populasi digunakan rumus Slovin sebagai berikut :

Keterangan : n = besar sampel

N = besar populasi e = nilai kritis ( batas ketidaktelitian ) yang diinginkan ( % ) ( Sevilla, dkk., 1993

).

Dengan nilai batas ketidaktelitian sebesar 10 % , maka dengan menggunakan rumus di atas diperoleh sampel sebesar :

8

8 .

n = 85 KK

Sampel yang digunakan dalam penelitian sebesar 85KK dengan distribusinya pada masing-masing desa sebagai berikut :

Tabel 5. Tabel Distribusi Jumlah Petani Sampel di Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

No.  Desa  Jumlah petani Jumlah Petani Sampel 

(KK) (KK)  1  Silalahi I  142 21  2  Silalahi II  51 7  3  Silalahi III  182 26  4  Paropo  138 20  5  Paropo I  73 11  Jumlah  586 85 

Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Simple Random Sampling, artinya pengambilan sampel dari populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut ( Sugiyono, 2010 ).

Pedagang Perantara

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel pedagang yang digunakan adalah penelitian penelusuran (tracer study). To trace artinya mengkuti jejak yang tidak lain adalah menelusuri. Arti kata menelusuri dapat diketahui bahwa kegiatan yang ada dalam penelitian ini adalah mengikuti jejak seseorang yang sudah pergi atau sesuatu yang sudah lewat waktu (Arikunto, 2002). Penelusuran yang dilakukan berdasarkan informasi dari petani, maka diperoleh sampel pedagang pedagang sebagai berikut :

 Sampel pedagang pengumul sebanyak 9 orang

 Sampel pedagang besar sebanyak 2 orang

 Sampel pedagang pengecer sebanyak 15 orang

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari petani dan pedagang dengan wawancara dan bantuan kuesioner. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari lembaga serta instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Dinas Pertanian Sumatera Utara, Bappeda Kabupaten Dairi, Dinas Pertanian Kabupaten Dairi, Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi, Camat Silahisabungan dan Badan Penyuluh Pertanian Kecamatan Silahisabungan yang memberi dukung terhadap pelaksanaan penelitian ini.

Metode Analisis Data

Untuk menjelaskan masalah 1 dan 2, digunakan analisis deskriptif yaitu dengan menguraikan :

1) saluran tata niaga yang dilalui mulai dari produsen ( petani bawang merah ) hingga ke konsumen akhir,

2) fungsi–fungsi tata niaga yang dilakukan oleh pedagang perantara dalam tata niaga bawang merah di daerah penelitian.

Untuk menjelaskan masalah 3, digunakan analisis deskriptif dan untuk menghitung margin tata niaga dan distribusinya pada masing – masing lembaga perantara digunakan rumus sebagai berikut :

Pr

Keterangan : MP = Margin Tata Niaga Pr = Harga di tingkat pengecer

Pf = Harga di tingkat petani / produsen Bi = Biaya tiap lembaga perantara Ki = Keuntungan tiap lembaga perantara

Share biaya ( SBi ) masing – masing lembaga perantara menggunakan model :

Pr %

Keterangan : SBi = Share biaya tiap lembaga perantara Bi = Besar biaya lembaga perantara Pr = Harga di tingkat pengecer

Pf = Harga di tingkat petani / produsen

Share keuntungan ( SKi ) masing – masing lembaga perantara menggunakan model :

Pr %

Keterangan : SKi = Share keuntungan tiap lembaga perantara Ki = Besar keuntungan lembaga perantara Pr = Harga di tingakat pengecer

Pf = Harga di tingkat produsen

Share petani produsen (Sf) masing – masing lembaga perantara menggunakan model :

%

Keterangan : Sf = Share produsen

Pf = Harga di tingakat produsen Pr = Harga di itngkat pengecer

Untuk analisis nisbah margin keuntungan, secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

Keterangan : I = keuntungan masing – masing lembaga tata niaga bti = biaya tata niaga masing – masing lembaga

Untuk menyelesaikan masalah 4), dilakukan analisis efesiensi pola saluran tataniaga dengan menggunakan rumus :

Keterangan : e = efisiensi tata niaga

Z = keuntungan pedagang perantara ( Rp ) Zm = keuntungan petani ( Rp )

C = biaya tata niaga ( Rp ) Cm = biaya produksi ( Rp ) Saluran tata niaga dikatakan efisien jika : e > 1 : efisien

e ≤ 1 : tidak efisien ( Mustafid, 2002 ).

Untuk menyelesaikan masalah 5), dilakukan analisis elastisitas transmisi harga dengan menggunakan rumus :

Keterangan : Etr = Elastisitas Transmisi Harga b = Koefisien regresi

Pf = Harga di tingkat petani Pr = Harga di tingkat pengecer

Kriteria pengukuran yang digunakan pada analisis transmisi harga adalah :

(1) Jika Et = 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen sama dengan laju perubahan harga ditingkat produsen. Hal ini berarti bahwa pasar yang dihadapi oleh seluruh pelaku tataniaga adalah bersaing sempurna, dan sistem tataniaga yang terjadi sudah efisien.

(2) Jika Et < 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen lebih kecil dibanding dengan laju perubahan harga di tingkat produsen. Keadaan ini bermakna bahwa pemasaran yang berlaku belum efisien dan pasar yang dihadapi oleh pelaku tataniaga adalah bersaing tidak sempurna, yaitu terdapat kekuatan monopsoni atau oligopoli.

(3) Jika Et > 1, maka laju perubahan harga di tingkat produsen. Pasar yang dihadapi oleh seluruh pelaku pasar adalah pelaku tidak sempurna, yaitu terdapat kekuatan monopoli dan oligopoli dalam sistem pemasaran tersebut serta sistem pemasaran yang berlaku belum efisien. ( Sudiyono,2004 ).

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Definisi

1) Petani bawang merah adalah petani yang mengusahakan tanaman bawang merah baik secara komersial maupun sebagai sampingan minimal selama 5 tahun terakhir

2) Tata niaga bawang merah adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan penyampaian produksi fisik tanaman bawang merah dari produsen ke konsumen akhir.

3) Lembaga tata niaga adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya.

4) Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli bawang merah dari pedagang pengumpul dan pedagang besar dan menjualnya kepada konsumen 5) Pedagang pengumpul adalah pedagang yang membeli bawang merah dari

petani dan menjualnya ke pedagang besar dan pedagang pengecer

6) Pedagang besar adalah pedagang yang membeli bawang merah dari pedagang pengumpul dan menjualnya ke pedagang pengecer

7) Fungsi tata niaga adalah serangkaian kegiatan fungsional yang dilakukan oleh lembaga–lembaga tata niaga, baik aktivitas proses fisik maupun aktivitas jasa yang ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen akhir.

8) Biaya tata niaga adalah biaya yang dikeluarkan oleh setiap pedagang perantara dalam menyalurkan bawang merah dari produsen hingga ke konsumen akhir. 9) Margin tata niaga adalah perbedaan antara harga yang diterima petani dengan

harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir.

10) Elastisitas transmisi harga adalah persentase perubahan harga di tingkat konsumen akhir dengan persentase perubahan harga di tingkat produsen.

Batasan Operasional

1) Petani yang menjadi sampel adalah petani yang menanam bawang merah sebagai sumber pendapatan utama maupun sebagai sumber pendapatan sampingan

2) Hasil panen bawang merah yang diamati selama proses pendsitribusian adalah hasil panen yang dibeli pedagang pengumpul selama satu minggu. 3) Daerah penelitian adalah Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi 4) Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2014.

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Dokumen terkait