• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada tempat budidaya jamur merang milik Bapak Muhajir di desa Suka Indah, Kecamatan Suka Karya Kabupaten Bekasi. Pengumpulan data di lapangan untuk penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu dari bulan Juli sampai dengan September 2007.

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bahan limbah organik yang dapat digunakan sebagai media tumbuh jamur merang dan bibit jamur merang. Bahan-bahan tersebut meliputi :

1. Jerami padi 2. Sekam padi 3. Kotoran ayam 4. Dedak halus 5. Kapur 6. Kapas Peralatan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: alat

pasteurisasi, thermohygrometer, sekop, garpu, sprayer, alat tulis, kamera, termometer, timbangan, keranjang, terpal plastik, dan bak celup sebagai tempat perendaman jerami dan sekam padi

Rumah Jamur

Dalam penelitian ini, rumah jamur (kumbung) yang digunakan memiliki panjang 8 m, lebar 5 m, dan tinggi 9 m. Di dalam kumbung terdapat 16 rak, berukuran 8 x 1 m, dengan jarak antar rak 60 cm (Lampiran 2).

Metode Pelaksanaan

Untuk mengetahui produktifitas media sekam padi dicampur kotoran ayam telah dilakukan pembuatan media dan dengan budidaya jamur merang sesuai dengan cara pembuatan media dari budidaya jamur merang yang menjadi standar atau umum dilakukan baik dengan menggunakan media jerami padi sebagai bahan pokok media. Tingkat produksi dari kedua jenis media yang dipakai tersebut dipakai petunjuk bahwa media sekam padi dicampur kotoran ayam dapat dipakai sebagai pengganti media jerami padi.

Cara kerja pembuatan media jerami padi dan sekam padi dicampur kotoran ayam beserta cara budidaya jamur yang telah dilakukan dijelaskan seperti pada uraian berikut.

Pengomposan Jerami Padi

Untuk membuat media jerami padi dalam penelitian ini dibutuhkan 9000 Kg jerami padi, 20 Kg dedak, dan 20 Kg kapur. Langkah-langkah pembuatan media jerami padi adalah sebagai berikut:

1. Jerami padi direndam hingga merata dalam bak air

2. Jerami padi yang telah direndam, diangkat sambil ditiriskan kemudian disusun

diatas terpal plastik yang telah disiapkan. Jerami padi disusun secara merata dengan ketebalan 30 cm.

3. Kapur ditaburkan diatas jerami hingga merata. Penaburan ini dilakukan pada

setiap 30 cm jerami padi yang telah disusun. Proses ini terus dilakukan sampai kedua bahan tersebut habis tercampur.

4. Bahan-bahan yang telah tercampur kemudian dikomposkan dengan cara disekap

dengan menggunakan terpal plastik. Penyekapan ini dilakukan selama lima hari. Pada hari kelima, jerami yang telah disekap kemudian dibuka dan dilakukan pembalikan. Hal ini dimaksudkan agar kematangan komposan yang dihasilkan sempurna.

5. Jerami yang telah dibalik, kemudian ditaburi dedak pada permukaannya secara

merata, dan kemudian disekap kembali hingga hari kesepuluh. Pengomposan Sekam Padi Dicampur Kotoran Ayam

Untuk membuat media jerami padi dalam penelitian ini dibutuhkan 1500 Kg sekam padi, 1500 Kg kotoran ayam, dicampur dengan 20 Kg kapur. Langkah-langkah pembuatan media sekam padi dicampur kotoran ayam adalah sebagai berikut :

1. Sekam padi direndam terlebih dahulu pada bak air. Khusus untuk sekam padi, bak

air yang digunakan untuk merendam dilapisi karung goni pada bagian bawah dan kedua sisinya. Pelapisan ini dimaksudkan agar pada saat perendaman, sekam padi tidak ikut terbawa iar.

2. Sekam padi yang telah direndam diangkat dan ditiriskan dengan menggunakan

ember yang bagian bawahnya telah dilubangi untuk tempat keluarnya air.

3. Sekam padi disusun secara merata diatas terpal plastik dengan ketebalan 30 cm.

4. Setiap ketebalan 30 cm, sekam padi ditaburi campuran kapur dan kotoran ayam.

Kotoran ayam yang digunakan pada media ini dalam keadaan kering. Apabila kotoran ayam yang digunakan masih dalam keadaan basah, dikhawatirkan masih mengandung mikroorganisme da bisa mengakibatkan kontaminasi pada media.

5. Setelah proses penaburan kapur dan kotoran berakhir, selanjutnya adalah

penyekapan dengan terpal plastik. Penyekapan ini dilakukan selama 17 hari, pada hari kesembilan, terpal penyekap dibuka dan kemudian dilakukan penyiraman media kompos. Penyiraman ini bertujuan agar komposan tidak terlalu kering serta dapat menjaga kelembaban disaat proses dekomposisi.

Pengomposan Kapas

Sebagai casing, dalam penelitian ini, dikomposkan 600 Kg limbah kapas pabrik

textile, 40 Kg kapur, dan 400 Kg dedak. Langkah-langkah pembuatan kompos kapas adalah sebagai berikut :

1. Sebelum dikomposkan, kapas telebih dahulu direndam pada bak celup

untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pada kapas.

2. Setelah bersih, kapas-kapas tersebut diangkat dan ditiriskan selama

beberapa saat lalu dilakukan penyusunan diatas terpal plastik.

3. Susunan kapas dibuat setebal 10 cm. Agar kapas tidak telalu padat dan

menempel, dalam proses penyusunannya kapas tersebut diurai-uraikan terlebih dahulu, sebelum disusun.

4. Setiap ketebalan kapas 10 cm, kapas diberi taburan dedak secara merata pada bagian permukaannya. Proses ini terus dilakukakan hingga campuran kedua bahan habis.

5. Kapas yang telah ditaburi dedak kemudian disekap selama satu

minggu. Tetapi sebelum kapas disekap, bahan yang akan dikomposkan disiram dengan air selama 15 menit. Hal ini untuk membuat kelembaban pada saat pengomposan lebih terjaga. Setelah satu minggu, sekapan kapas dibuka, lalu ditaburi dedak halus hingga merata, dan disekap kembali hingga hari kedelapan.

Pasteurisasi

Tahapannya dimulai dari tangki yang berisi minyak tanah, diberi tekanan udara dengan menggunakan compresor. Tangki minyak yang telah penuh dengan angin kemudian dihubungkan ke kompor dengan menggunakan selang pipa. Kompor tersebut lalu ditaruh dibawah tiga buah drum yang telah berisi air, kemudian dipanaskan hingga mendidih. Uap air yang dihasilkan lewat pemanasan pada drum, dialirkan ke kumbung, melalui pipa besi yang terdapat pada bagian depan drum.

Kedua percobaan ini dipasteurisasi selama 8 jam dengan suhu 70 oC. Setelah

pasteurisasiselesai, kumbung dibiarkan selama satu hari hingga suhunya turun sekitar 30

o

Penanaman Bibit

Penanaman bibit dilakukan sehari setelah pasteurisasi, suhu pada saat penanaman

bibit adalah 300C. Hal ini untuk mencegah tumbuhnya jamur kontaminan. Percobaan ini

menggunakan jenis bibit yang sama, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui jumlah bibit yang tumbuh pada media yang berbeda. Bibit yang digunakan adalah bibit merek YTK, produksi PT. YTK Purwakarta, dengan harga Rp.2000 per bag log. Pada penelitian ini, setiap percobaan menggunakan 120 baglog bibit yang ditanam pada satu kumbung.

Semakin banyak bibit yang ditanam, maka semakin cepat miselium jamur akan tumbuh pada seluruh media, sehingga menekan pertumbuhan kontaminan (pesaing ruang dan makanan). Sebelum ditanam, bibit diseleksi terlebih dahulu. Bibit yang baik adalah bibit yang bebas dari kontaminan. Setelah penyeleksian bibit, kumbung dibuka selama 10 menit, hal ini untuk membuang gas amoniak yang terdapat didalam kumbung. Bibit yang telah diseleksi, ditanam dengan rata pada permukaan media. Tahapan selanjutnya adalah dengan menutup kumbung secara rapat, untuk celah yang terdapat pada pintu ditutup dengan menggunakan lumpur (tanah basah).

Pemeliharaan

Pemeliharaan terdiri dari penyiraman (penyemprotan), pengaturan suhu dan kelembaban udara dalam kumbung, steam pemeliharaan, serta pengendalian hama dan penyakit.

Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada hari keempat setelah penanaman bibit dengan menggunkan sprayer. Waktu penyiraman dilakukan pada pagi hari (pukul 10.00). Air yang digunakan untuk penyiraman adalah air bersih, dan tidak berbau. Penyiraman dilakukan dengan sangat hati-hati, agar tidak menimbulkan kerusakan pada media tanam. Setelah penyiraman selesai jendela kumbung dibuka selama beberapa saat agar sirkulasi udara berjalan dengan baik.

Pengaturan Suhu dan Kelembaban Udara

Dalam penelitian ini, suhu dan kelembaban udara diatur dengan membuka dan

menutup pintu dan jendela kumbung. Hal ini dilakukan agar sirkulasi udara dalam kumbung berjalan dengan baik. Bila suhu media dalam kumbung terlalu panas, maka dilakukan penyiraman pada media tumbuh, tetapi apabila kondisi media tumbuh terlalu lembab, maka dilakukan penyetiman ulang agar kondisi dalam kumbung kembali panas.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit pada penelitian ini dilakukan dengan menutup rapat kumbung, serta tidak mengijinkan sembarang orang masuk kedalam kumbung. Selain itu disetiap sudut-sudut kumbung, dipasang kawat-kawat yang dialiri listrik untuk mencegah tikus dan hewan lain masuk kedalam kumbung.

Panen

Pemanenan jamur merang dilakukan pada saat jamur merang berada pada fase telur atau kancing. Teknik panen yang digunakan adalah teknik tiga jari, sedangkan waktu pemanenan dilakukan pada pagi hari. Hasil panen yang diperoleh pada penelitian ini, dikatagorikan menjadi 2, yaitu jamur merang kualitas Super, dan jamur merang kualitas BS (bekas super). Penyeleksian ini bertujuan agar memudahkan dalam pencatatan data hasil panen. Setelah pengambilan data selesai maka jamur merang tersebut siap untuk dipasarkan.

Pengambilan Data

Data yang diambil adalah hasil panen jamur merang dari media jerami dan media sekam padi dicampur kotoran ayam, selain itu juga dicatat suhu dan kelembaban ruangan kumbung.

Analisis Data

Analisis data yang dilakukan adalah analisis deskriptif dengan membandingkan hasil panen berat basah jamur merang dari masing-masing media tumbuh.

Dokumen terkait