• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif memiliki tujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi, atau fenomena realitas sosial yang menjadi objek penelitian dan menariknya ke permukaan sehingga menjadi suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran mengenai kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu. Penelitian deskriptif kualitatif memiliki sifat mendalam dan mengarah langsung pada sasaran penelitian (Moelong,Lexy J., 2007).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor, pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang meghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang merupakan subjek penelitian dan perilaku yang teramati dengan mengarahkan pada latar dan individu secara menyeluruh. Kemudian, lebih lanjut, Creswell menjelaskan bahwa pendekatan ini bersifat perspektif konstruktif yaitu, mengandung makna dari pengalaman individu, nilai sosial dan bersifat perspektif partisipatori. Denzin dan Lincoln juga menyatakan bahwa penelitian kualitatif bertujuan untuk mencapai pemahaman lebih mendalam mengenai suatu peristiwa atau lebih dikenal sebagai penelitian lapangan (Gunawan, Imam,2013). Selain itu, pengumpulan data yang

dilakukan dalam pendekatan ini menggunakan latar dan metode alamiah sehingga menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur statistik atau cara kuantifikasi lain (Moloeng,Lexy J., 2007).

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada deskripsi yang menggambarkan resiliensi anak jalanan dengan orang tua yang mengalami marital conflict. Untuk mengetahui hal tersebut, peneliti menguraikan menjadi dua bagian, yaitu resiliensi anak jalanan dan kondisi marital conflict orang tua anak jalanan. Hal ini dilakukan untuk melihat dampak yang terjadi pada marital conflict orang tua kepada anak jalanan, dan kemudian, melihat bagaimana resiliensi anak jalanan tersebut dalam menghadapi marital conflict orang tuanya dan lingkungan tempat tinggalnya.

C. Batasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memberikan beberapa batasan, antara lain batasan usia pada anak jalanan yang akan menjadi subjek penelitian. Usia anak jalanan berada pada usia tengah dan akhir, yaitu 6 – 15 tahun.

D. Responden

1. Teknik Pemilihan Responden

Pemilihan subjek dilakukan dengan menggunakan Purposive Sampling Technic. Menurut Patton (2002), kemampuan dari purposive sampling terletak pada penyeleksian kasus-kasus yang menghasilkan sejumlah besar informasi sesuai dengan tujuan penelitian dan meneliti secara mendalam. Selain itu, LeCompte dan Preissle menambahkan bahwa purposive sampling juga dikenal sebagai criterion-based selection. Hal ini dikarenakan dalam memilih orang atau lokasi, perlu terlebih dahulu untuk menentukan kriteria terpilih (selection criterion). Dalam criterion-based selection, peneliti membuat suatu daftar atribut dan kemudian menempatkan sebuah satuan dengan daftar atribut. Dengan demikian, kriteria yang telah dibuat tersebut mencerminkan tujuan penelitian dan menjadi pedoman dalam mengidentifikasi sejumlah besar informasi yang diperoleh (Merriam, Sharan B., 2009).

2. Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini, subjek penelitian adalah anak jalanan. Untuk menentukan anak jalanan yang akan menjadi subjek, peneliti menggunakan beberapa acuan dan referensi yang menunjukkan karakteristik dari anak jalanan. Berikut karakteristik anak jalanan :

a. Masih tinggal di rumah bersama dengan orang tua atau menetap di tempat penampungan atau tinggal di luar rumah dan penampungan,

seperti pinggir jalan, stasiun kereta api, terminal bis, dan bawah jembatan, baik bersama dengan orang tua maupun tanpa orang tua b. Berada pada usia sekolah, yaitu rentang usia 6 hingga 15 tahun

c. Bekerja di jalanan sebagai pengamen, pengemis, penyemir sepatu, pemungut sampah, penjual asongan, penjaga parkir kendaraan, pencuci kendaraan, dan pengangkut barang muatan. Untuk anak perempuan juga ada yang turut bekerja sebagai pekerja seks komersial

d. Bagi anak jalanan yang tinggal di jalanan tanpa orang tua, hidup dalam kelompok

e. Kurang mampu menjaga kesehatan dan kebersihan, baik kesehatan dan kebersihan pada diri sendiri maupun lingkungan tempat tinggal

E. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini melakukan pengumpulan data dengan menggunakan 2 metode, sebagai berikut :

1. Metode wawancara

Menurut Lincoln dan Guba, wawancara merupakan aktivitas mengkonstruksi orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan memperluas informasi dari orang lain melalui percakapan (Moloeng,Lexy J., 2007). Sedangkan, menurut Banister dkk dalam Poerwandari (1998) menjelaskan bahwa wawancara merupakan percakapan dan tanya jawab yang terarah dan bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun, Kerlinger

menyatakan bahwa wawancara adalah bentuk peran antarpribadi saling tatap muka dengan mengajukan pertanyaan dan memperoleh jawaban yang sesuai dengan masalah penelitian (Gunawan, Imam,2013).

Jenis wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara terbuka atau tidak terstruktur. Dalam wawancara ini, pertanyaan yang diajukan lebih fleksibel dan bebas, serta tetap menyesuaikan tujuan wawancara yang telah ditetapkan. Kemudian, Robinson menjelaskan bahwa wawancara tidak terstruktur yang berlandaskan pada tujuan lebih mengutamakan perekaman dan verbatim, serta pedoman wawancara. Hal yang biasa terjadi dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti mengawali dengan pertanyaan umum yang diikuti dengan kata kunci. Selain itu, dalam prosesnya peneliti akan cenderung mengikuti minat dan pemikiran informan. Melalui jenis wawancara ini diharapkan dapat diperoleh informasi yang mendalam dan rinci (Gunawan, Imam,2013).

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara

Aspek Komponen Pertanyaan

Kondisi Keluarga

1. Pekerjaan orang tua Pertanyaan untuk anak :

a. Bapak bekerja sebagai apa? b. Ibu bekerja sebagai apa? Pertanyaan untuk orang tua (jika dimungkinkan) :

b. Ibu bekerja sebagai apa? c. a. Apakah penghasilan

bapak dan ibu dapat mencukupi kebutuhan anak-anak dan keluarga? b. Bagaimana bapak dan ibu mengelola keuangan dalam keluarga?

2. Relasi orang tua dan anak

Pertanyaan untuk anak : Bagaimana hubungan adik dengan bapak dan ibu?

a. Apakah pernah bertengkar dengan bapak dan ibu?

b. Apa yang menjadi penyebab adik bertengkar dengan bapak dan ibu?

Pertanyaan untuk orang tua atau pendamping orang tua (jika dimungkinkan) :

a. Bagaimana hubungan bapak dan ibu dengan anak?

b. Apakah pernah bertengkar dengan anak?

c. Apa yang menjadi penyebab bapak dan ibu bertengkar

dengan anak? Kondisi

Pernikahan Orang tua

1. Relasi antar suami dan istri (orang tua)

Pertanyaan untuk anak :

Bagaimana hubungan antara bapak dan ibu sehari-hari di rumah?

a. Apakah bapak dan ibu pernah bertengkar? Seberapa sering bapak dan ibu bertengkar?

b. Apa yang menjadi penyebab bapak dan ibu bertengkar?

Pertanyaan untuk orang tua atau pendamping orang tua (jika dimungkinkan) :

Bagaimana hubungan antara bapak dan ibu sehari-hari di rumah?

a. Apakah bapak dan ibu sering bertengkar? Seberapa sering bapak dan ibu bertengkar? b. Apa yang menjadi

penyebab bapak dan ibu bertengkar?

2. Kondisi konflik antara suami dan istri (orang tua)

Pertanyaan untuk anak : Apa yang terjadi/dilakukan bapak dan ibu jika bertengkar?

Pertanyaan untuk orang tua atau pendamping orang tua (jika dimungkinkan) :

Apa yang terjadi/dilakukan bapak dan ibu jika bertengkar? Sumber Resiliensi (1) : I Have 1. Orang-orang yang dipercaya dan mencintai (People around me I trust and who love me, no matter what)

Siapa yang dipercaya dan mencintai adik?

2. Orang-orang yang mampu memberikan batasan kepada anak untuk tidak melakukan tindakan yang tidak baik atau berbahaya (People who set limits for me so I know when to stop before there is danger or trouble)

Siapa yang mampu memberikan batasan kepada anak untuk tidak melakukan

tindakan yang

membahayakan?

3. Orang-orang yang menjadi contoh mengenai hal-hal yang baik (People who show me how to do things right by the way they do things)

Siapa yang menjadi contoh mengenai hal-hal yang baik?

4. Orang-orang yang mendorong anak untuk

Siapa yang mendorong adik untuk melakukan sesuatu

melakukan sesuatu untuk diri sendiri (People who want me to learn to do things on my own)

untuk diri sendiri?

5. Orang-orang yang dapat memberikan bantuan kepada anak (People who help me when I am sick, in danger or need to learn)

Siapa yang dapat memberikan bantuan kepada adik?

Sumber Resiliensi (2) : I Am 1. Seseorang yang membuat orang-orang mencintai dan menyukainya (A person people can like and love)

Apakah adik membuat orang-orang menyukai dan mencintai adik?

2. Merasa senang melakukan sesuatu hal baik untuk orang lain (Glad to do nice things for others and show my concern)

Apakah adik merasa senang melakukan sesuatu hal baik untuk orang lain?

3. Menghargai diri sendiri dan orang lain (Respectful of myself and others)

Apakah adik menghargai diri sendiri dan orang lain?

4. Bersedia bertanggung jawab terhadap apa

Apakah adik bertanggung jawab terhadap apa yang adik

yang dilakukan (Willing to be responsible for what I do)

lakukan?

5. Optimis (Sure things will be all right)

Apakah adik adalah orang yang optimis?

Sumber

Resiliensi (3) : I Can

1. Berbicara mengenai hal yang mengganggu kepada orang lain (Talk to others about things that frighten me or bother me)

Apakah adik dapat berbicara mengenai hal yang mengganggu kepada orag lain?

2. Menemukan cara untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi (Find ways to solve problems that I face)

Apa adik dapat menemukan cara untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi?

3. Mampu

mengendalikan diri sendiri saat merasa nyaman melakukan sesuatu yang tidak baik (Control myself when I feel like doing something not right or dangerous)

Apakah adik mampu mengendalikan diri saat merasa nyaman melakukan sesuatu yang tidak baik?

4. Mampu menemukan seseorang yang dapat membantu (Find

Apakah adik mampu menemukan seseorang yang dapat membantu?

someone to help me when I need it)

2. Metode observasi

Observasi merupakan suatu aktivitas yang bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku secara lengkap dan akurat (Shaughnessy, 2007). Menurut Sutrisno Hadi juga menjelaskan bahwa observasi adalah proses yang kompleks dari berbagai proses biologis dan psikologis, yaitu proses pengamatan dan ingatan. Selain itu, observasi ini dilakukan pada penelitian yang berkaitan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala alam, dan responden yang teramati tidak terlalu besar. Jenis observasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan dan observasi non partisipan.

Menurut Bogdan, observasi partisipan adalah suatu metode pengumpulan data dengan melakukan interaksi sosial antara peneliti dan subjek yang terjadi dalam lingkungan subjek dan hasil pengumpulan data dirangkai dalam catatan lapangan secara sistematis. Sedangkan, observasi non partisipan, menurut Buford Junker, merupakan aktivitas pengumpulan data tanpa sepenuhnya berperan serta dan hanya melakukan pengamatan (Moloeng, Lexy J.,2007). Peneliti menggunakan kedua jenis observasi ini dikarenakan dalam proses pengumpulan data, peneliti akan dihadapkan pada suatu kondisi yang mengarahkan peneliti untuk melakukan pengamatan tanpa terlibat

dalam kegiatan yang dilakukan oleh subjek dan suatu kondisi yang akan mendorong peneliti untuk terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh subjek. Selain itu, tujuan dari observasi partisipan adalah agar peneliti dapat memperoleh data secara mendalam dari subjek. Dengan demikian, dapat terlihat bahwa pengumpulan data dengan kedua jenis observasi ini akan saling melengkapi (Basrowi & Suwandi, 2008).

Dalam menentukan pedoman pengamatan dalam penelitian ini, peneliti mengacu pada beberapa aitem yang pernah digunakan dalam International Resilience Project mengenai persepsi resiliensi pada anak oleh Edith H. Grotberg, Ph.D. (Grotberg,1995).

Tabel 3.2 Pedoman Observasi

Aspek Keterangan

Sumber Resiliensi (1) : I Have 1. Orang-orang yang dapat dipercaya

2. Orang-orang yang dapat membantu

Sumber Resiliensi (2) : I Am 1. Adanya keinginan melakukan hal yang baru

2. Adanya perasaan senang atas keberhasilan

3. Adanya kepedulian 4. Adanya kemandirian 5. Adanya sikap responsif Sumber Resiliensi (3) : I Can 1. Fokus pada tugas yang

sedang dikerjakan

2. Mampu membuat

perencanaan

3. Dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar

4. Dapat menjalin relasi

F. Metode Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen, analisis data merupakan proses pencarian dan pengaturan terhadap data-data yang telah dikumpulkan, meliputi hasil wawancara, catatan-catatan dalam pengamatan secara sistematik sehingga diperoleh pemahaman dan hasil tersebut dapat dimungkinkan untuk disajikan (Gunawan, Imam, 2013).

Dalam melakukan penelitian kualitatif, peneliti menggunakan model analisis tematik atau biasa dikenal sebagai analisis tema kultural. Analisis ini berusaha untuk memahami setiap gejala yang khas dengan mengumpulkan sejumlah besar tema, nilai maupun simbol-simbol budaya. Lebih lanjut Rahardjo menjelaskan bahwa analisis ini akan menemukan hubungan pada domain yang dianalisis sehingga membentuk kesatuan dalam bentuk yang kompleks dan menampilkan tema-tema yang dominan dan tema-tema yang kurang dominan.

Penelitian kualitatif memiliki tiga tahapan analisis data, yaitu mempersiapkan dan mengorganisasi data untuk analisis (meliputi mencatat data seperti dalam transkrip), mereduksi data ke dalam bentuk tema melalui

proses pengkodean dan meringkas kode yang telah diperoleh, dan selanjutnya, menunjukkan data dalam bentuk gambar atau tabel (Creswell,John W.,2007). Berikut langkah-langkah dalam melakukan analisis data (Creswell, John W., 2012) :

1. Mengolah dan mempersiapkan data

Memilah dan menyusun data yang berasal dari hasil wawancara dalam bentuk transkrip, catatan data lapangan ke dalam jenis-jenis tertentu sesuai dengan sumber informasi.

2. Membaca keseluruhan data

Membangun general sense atas informasi yang diperoleh dan merefleksikan maknanya secara keseluruhan dengan menemukan gagasan umum yang terkandung dalam setiap hasil tertulis dari subjek, kesan dari kedalaman, dan informasi yang disampaikan.

3. Menganalisis data secara mendetail dengan melakukan coding

Coding merupakan proses mengolah informasi ke dalam segmen tulisan sebelum memaknainya (Rossman &Rallis, 1998). Langkah ini meliputi pengambilan data tulisan yang telah dikumpulkan, melakukan segmentasi terhadap kalimat-kalimat atau paragraf ke dalam kategori. Selanjutnya, memberikan label pada kategori-kategori tersebut menggunakan istilah-istilah tertentu sesuai dengan istilah-istilah yang berasal dari subjek (in vivo). 4. Mendeskripsikan data dengan menggunakan proses coding

Dalam proses deskripsi ini, perlu disampaikan informasi secara mendetail mengeni orang, lokasi, atau peristiwa dalam seting tertentu. Kode dapat

dibuat dalam mendeskripsikan semua informasi, lalu dilakukan analisis. Selanjutnya, membuat beberapa tema atau kategori dengan menggunakan proses coding. Tema-tema yang dihasilkan ini akan menjadi hasil utama dalam penelitian kualitatif dan dapat pula digunakan sebagai judul dalam bagian hasil penelitian. Untuk memperkuat hasil, tema-tema ini dapat didukung dengan kutipan denagn tujuan menampilkan perspektif terbuka untuk dikaji ulang.

5. Menampilkan penyajian kembali deskripsi dan tema dalam bentuk narasi Dalam menyampaikan hasil analisis, pendekatan yang paling sering digunakan adalah pendekatan naratif. Pendekatan ini meliputi pembahasan kronologi peristiwa, tema-tema tertentu yang meliputi subtema, ilustrasi khusus, perspektif dan kutipan, atau mengenai hubungan antartema. Di samping itu, hasil penelitian dapat disajikan dengan menampilkan visual, gambar, atau tabel.

6. Melakukan interpretasi atau memaknai data

Mengutip dari Lincoln dan Guba, ”Pelajaran apa yang dapat diambil dari semua ini?” Kutipan ini mengarahkan peneliti untuk menemukan makna dari suatu gagasan. Pelajaran yang diungkapkan di atas mengacu pada interpretasi pribadi peneliti yang berdasarkan pada kebudayaan, sejarah, dan pengalaman pribadi ke dalam penelitian. Interpretasi juga dapat berupa makna dari perbandingan antara hasil penelitian dengan informasi dari literatur atau teori. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah hasil penelitian menunjukkan kebenaran atau penyangkalan informasi

sebelumnya. Selain itu, interpretasi dapat berupa pertanyaan baru dari data dan analisis yang dapat dijawab selanjutnya.

G. Keabsahan Data 1. Kredibilitas

Kredibilitas dikenal sebagai sebuah istilah yang menggantikan konsep validitas internal pada penelitian kuantitatif. Kredibilitas ini akan menunjukkan tingkat kepercayaan hasil penemuan melalui pembuktian pada data yang diteliti. Pemeriksaan dalam kredibilitas ini mencakup perpanjangan peran serta peneliti dan keajegan dalam melakukan pengamatan.

Dalam perpanjangan peran serta peneliti, peneliti diharapkan untuk berada di lapangan hingga titik jenuh pengumpulan data tercapai. Dengan demikian, peneliti dapat terbuka terhadap pengaruh ganda, yaitu faktor kontekstual dan pengaruh antara peneliti dan subjek yang dapat mempengaruhi fenomena yang diteliti. Selain itu, melalui keberadaan peneliti di lapangan dalam jangka waktu yang lama, digunakan untuk memeriksa distorsi yang dapat merusak data, baik distorsi dari peneliti maupun subjek yang diteliti. Perpanjangan peran serta ini juga bertujuan untuk menciptakan kepercayaan subjek dengan peneliti.

Keajegan dalam pengamatan menitikberatkan pada usaha untuk membatasi adanya pengaruh dan menemukan hal yang dapat diperhitungkan maupun tidak dapat diperhitungkan. Keajegan pengamatan

juga menyediakan kedalaman. Dalam hal ini, peneliti diharapkan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur dalam situasi yang sangat berkaitan dengan persoalan yang ingin diteliti dan selanjutnya fokus pada hal tersebut dan menelaahnya secara rinci (Moelong, Lexy J.,2007).

2. Triangulasi

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan hal lain di luar data yang telah diperoleh untuk melakukan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut.

Menurut Denzim, terdapat 4 macam triangulasi, yaitu : a. Triangulasi sumber

Triangulasi ini mengumpulkan data dari berbagai sumber, melakukan perbandingan, memeriksa kembali derajat kepercayaan pada informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda, seperti membandingkan hal yang diungkapkan secara umum dengan hal yang diungkapkan secara pribadi, membandingkan pengamatan dengan hasil wawancara.

b. Triangulasi teori

Triangulasi ini memanfaatkan dua atau lebih teori untuk digabungkan. Dalam hal ini, dibutuhkan adanya pengumpulan data dan analisis data yang lengkap.

c. Triangulasi metode

Triangulasi ini memeriksa data yang diperoleh dengan menggunakan lebih dari satu metode pengumpulan data.

d. Triangulasi peneliti

Setiap peneliti memiliki sikap dan cara pandang yang berbeda. Dalam triangulasi ini, diperlukan adanya lebih dari satu peneliti saat mengumpulkan dan menginterpretasi data. Untuk melakukan hal tersebut, sebelumnya dilakukan kesepakatan terlebih dahulu untuk menentukan kriteria.

57

BAB IV

Dokumen terkait