• Tidak ada hasil yang ditemukan

Halaman sengaja dikosongkan

4 METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan metode survei. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara pada responden rumahtangga tani peternak sapi penerima kredit dan bantuan modal dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan.

Jenis Data dan Sumber Data

Pengumpulan data dilaksanakan pada Bulan April sampai Juni 2013. Jenis data yang dikumpulkan data cross section dan data time series, dari sumber data primer dan data sekunder. Data primer (cross section setahun) diperoleh dari wawancara langsung dengan responden. Sedangkan data sekunder (time series

tahunan) diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini serta data hasil penelitian yang dipublikasi (Sinaga, 2011a).

Penentuan Lokasi

Sasaran kebijakan kredit dan bantuan modal adalah rumahtangga tani miskin. Provinsi NTT merupakan salah satu provinsi kategori miskin. Kredit dan bantuan modal di Provinsi NTT dominan ditujukan untuk usaha ternak (69%) dan dari jumlah tersebut 32% untuk usaha ternak sapi (Pemda NTT 2011a).

Kabupaten Kupang dan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dipilih sebagai kabupaten lokasi penelitian dengan pertimbangan:

1. Jumlah populasi sapi di NTT Tahun 2011 sebanyak 778 633 ekor, terbanyak berada di Kabupaten TTS (167 834 ekor atau 21%) dan Kabupaten Kupang (151 250 ekor atau 19%).

2. Jumlah rumahtangga di NTT Tahun 2011 sebanyak 1 351 880 rumahtangga, dari jumlah tersebut rumahtangga yang bekerja sebagai petani terbanyak berada di Kabupaten TTS sebanyak 162 187 rumahtangga (11%) dan Kupang sebanyak 107 212 (7.93%).

3. Dalam pengembangan NTT sebagai Provinsi ternak, Pemerintah Provinsi NTT membangun pusat pembibitan sapi Bali di Besipae Kabupaten TTS, pusat pelayanan IB sapi dan pengembangan hijauan makanan ternak (HMT) di Kabupaten Kupang.

4. Kabupaten Kupang dan TTS merupakan kabupaten dengan jumlah kelurahan/desa sasaran terbanyak dalam program Pemda NTT yaitu Anggur Merah pada tahun 2011 yakni dari 287 kelurahan/desa, 32 kelurahan/desa di Kabupaten TTS dan 24 kelurahan/desa di Kabupaten Kupang (BPS Provinsi NTT, 2011; Pemda NTT, 2011a).

Sampel kecamatan dan desa/kelurahan ditentukan secara purposif yakni berdasarkan (1) sentra populasi sapi, dan (2) sebaran sumber-sumber pemberi kredit dan bantuan modal untuk usaha ternak sapi. Desa/Kelurahan terpilih adalah Kelurahan Teunbaun, Kelurahan Buraen, Desa Oesao, Kelurahan Naibonat, dan Desa Sillu di Kabupaten Kupang. Desa Boentuka, Desa Benlutu, dan Kelurahan Oebelo di Kabupaten TTS.

46

Penentuan Sampel Rumahtangga

Populasi rumahtangga peternak sapi adalah rumahtangga tani yang menerima kredit dan atau bantuan modal pertanian dalam dua tahun terakhir untuk usaha ternak sapi pada setiap desa penelitian. Rumahtangga tani penerima kredit dan bantuan modal adalah rumahtangga tani yang tidak memiliki sapi atau memiliki dalam jumlah sedikit. Daftar nama rumahtangga penerima kredit dan bantuan modal dijadikan kerangka contoh (sampling frame). Rumahtangga tani tersebut memiliki karakteristik ekonomi yang sama (homogen) maka dari kerangka contoh ditentukan rumahtangga sampel dengan teknik acak sederhana (simple random). Pada program kredit dan bantuan modal yang jumlah rumahtangganya sedikit dilakukan sensus. Distribusi rumahtangga sampel disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi rumahtangga sampel

Kabupaten Jumlah RT Sampel Zona Agroekosistem

Kupang 128 Lahan Kering: 98

Lahan Basah : 30 Kel. Teunbaun (Kec. Amarasi Barat) 37 Lahan Kering Kelurahan Buraen (Kec. Amarasi Selatan) 25 Lahan Kering

Desa Oesao (Kec. Kupang Timur) 10 Lahan Basah

Kelurahan Naibonat (Kec. Kupang Timur) 20 Lahan Basah

Desa Sillu (Kec. Fatuleu) 36 Lahan Kering

Timor Tengah Selatan (TTS) 50 Lahan Kering : 30

Lahan Basah : 20 Desa Boentuka (Kec. Batu Putih) 10 Lahan Kering Desa Benlutu (Kec. Batu Putih) 20 Lahan Kering Kelurahan Oebelo (Kec. Amanuban

Selatan) 20 Lahan Basah

Total 178 Lahan Kering : 128

Lahan Basah : 50

Spesifikasi Model Ekonomi Rumahtangga Tani

Perilaku ekonomi rumahtangga tani yang berhubungan dengan keputusan produksi dan konsumsi ditentukan oleh banyak faktor, terutama faktor pendapatan. Struktur dan besarnya pendapatan yang diperoleh dari berbagai sumber pendapatan seperti dari kegiatan usahatani dan kegiatan non usahatani. Kredit dan bantuan modal juga diestimasi mempengaruhi keputusan rumahtangga dalam produksi, konsumsi dan investasi. Pengaruh kredit dan bantuan modal diawali dari perilaku rumahtangga tani dalam mengalokasikan kredit dan bantuan modal untuk berbagai kegiatan baik kegiatan produktif, konsumtif maupun investasi.

Kredit yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kredit program dan kredit konvensional. Kredit Program adalah kebijakan kredit yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan tertentu. Kredit Konvensional dibagi atas kredit formal dan kredit informal. Kredit formal adalah kredit yang disalurkan oleh lembaga perbankan dan lembaga keuangan bukan bank, misalnya koperasi atau UKM (Unit Kegiatan Masyarakat). Kredit non formal adalah jenis kredit yang diberikan oleh pelepas uang (rentenir). Kredit ditandai dengan pengembalian dengan bunga pinjaman tertentu. Bantuan modal adalah pemberian bantuan baik oleh pemerintah atau lembaga non pemerintah baik dengan pengembalian maupun tidak dengan

47 pengembalian. Bantuan modal dapat dalam bentuk uang tunai atau sarana produksi (natura). Bantuan modal dalam bentuk natura dinilai dengan harga pasar yang berlaku saat bantuan tersebut diberikan.

Rumahtangga tani yang memperoleh kredit dan bantuan modal akan mengalokasikan penggunaannya ke berbagai kegiatan, baik kegiatan produksi, pengeluaran konsumsi dan investasi. Kegiatan produksi meliputi produksi usaha ternak sapi, produksi usahatani selain sapi, dan produksi usaha non pertanian. Pengeluaran konsumsi meliputi pengeluaran konsumsi pangan dan pengeluaran konsumsi non pangan. Pengeluaran investasi meliputi pengeluaran investasi usaha produktif usaha ternak sapi, usahatani lain, dan usaha non pertanian.

Kegiatan produksi adalah kegiatan rumahtangga tani menggunakan sumberdaya yang dimiliki untuk menghasilkan barang dan jasa tertentu, pada bentuk kegiatan usahatani maupun non usahatani yang dilakukan dalam keluarga dengan menggunakan tenaga kerja keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga. Kegiatan produksi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kegiatan usahaternak sapi, usahatani selain sapi, dan kegiatan non pertanian. Dalam proses produksi, rumahtangga tani menggunakan sejumlah input tertentu termasuk tenaga kerja. Tenaga kerja yang dimaksud adalah tenaga kerja pria dan wanita baik tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga yang diupah. Keperluan analisis adalah kegiatan produksi usaha ternak sapi, usahatani lain, dan usaha non pertanian.

Kegiatan konsumsi adalah kegiatan rumahtangga tani yang memanfaatkan pendapatannya untuk memenuhi dan mempertahankan kehidupan yang layak. Tingkat konsumsi rumahtangga berbeda antar satu rumahtangga dengan rumahtangga lainnya, tergantung faktor pendapatan rumahtangga tersebut. Pengeluaran konsumsi rumahtangga dalam penelitian ini adalah pengeluaran konsumsi pangan dan konsumsi non pangan, disamping konsumsi pangan yang berasal dari usahatani sendiri.

Kegiatan investasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh rumahtangga dengan melakukan investasi diwaktu sekarang untuk dimanfaatkan diwaktu yang akan datang. Pengeluaran investasi berupa pengeluaran investasi untuk usahaternak sapi, usahatani selain sapi, usaha non pertanian, investasi sosial, investasi rumahtangga, investasi pendidikan dan kesehatan. Investasi dalam pengertian ini diperluas sampai pada kegiatan sosial budaya (adat istiadat) dimana masih tinggi pengeluaran masyarakat NTT untuk kegiatan adat istiadat.

Dalam kaitan dengan itu, maka dibangun Model Ekonomi Rumahtangga Tani yang terdiri atas enam blok, yaitu: (1) Blok alokasi kredit dan bantuan modal, (2) Blok produksi sapi, (3) Blok penggunaan input, (4) Blok penawaran dan permintaan tenaga kerja, (5) Blok pendapatan, dan (6) Blok pengeluaran (Lampiran 1, 2, dan 3).

Model Ekonomi Rumahtangga Tani yang dibangun adalah model ekonometrika dalam bentuk sistem persamaan simultan, terdiri atas 38 persamaan, yaitu 28 persamaan perilaku/struktural (behavior equation) dan 10 persamaan identitas (identity equation). Model telah melalui tahapan respesifikasi dan reestimasi model. Untuk melihat dampak penggunaan kredit dan bantuan modal, peningkatan produktivitas, perubahan harga sapi bakalan dan harga jual sapi dewasa, perubahan tingkat upah di usaha ternak sapi, serta upah di usahatani lainnya dilakukan simulasi dengan sembilan skenario.

48

Blok Alokasi dan Pengembalian Kredit dan Bantuan Modal Alokasi Kredit dan Bantuan Modal

Kredit adalah pinjaman rumahtangga yang diperoleh dari pemberi pinjaman baik secara formal (bank dan non bank) maupun non formal dengan syarat dan ketentuan tertentu, memiliki tingkat bunga pinjaman tertentu, dan waktu pengembalian tertentu. Kredit umumnya dibagi atas 2 jenis yakni kredit yang bertujuan untuk produksi disebut kredit produksi, dan kredit untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang disebut kredit konsumsi. Kredit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kredit produksi.

Bantuan modal adalah modal usaha yang diberikan oleh pihak lain (pemerintah dan non pemerintah) kepada rumahtangga tani baik dalam bentuk tunai atau natura dengan maksud untuk meningkatkan kegiatan produksi. Untuk keperluan analisis, maka bantuan modal ini dinilai dalam nilai tertentu yang disesuaikan dengan nilai/harga pada saat bantuan modal diberikan. Bantuan modal memiliki aturan atau kesepakatan tentang bunga, waktu perguliran atau hal-hal lainnya yang lebih ringan dibanding kredit. Aturan dan kesepakatan-kesepakatan itu biasanya dilakukan bersama dalam kelompok.

Kredit dan bantuan modal yang didapat oleh rumahtangga tani dilaokasikan untuk kegiatan produksi, konsumsi dan investasi. Kegiatan produksi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu usaha ternak sapi, usahatani selain sapi, dan usaha non pertanian. Pengeluaran konsumsi yaitu pengeluaran konsumsi pangan dan konsumsi non pangan, serta pengeluaran untuk investasi.

Alokasi untuk Usaha Ternak Sapi

Alokasi kredit dan bantuan modal untuk usaha ternak sapi diduga dipengaruhi jumlah kredit dan bantuan modal yang diterima, nilai bakalan sapi, jumlah tenaga kerja keluarga untuk usaha ternak sapi, serta dummy zona agroekosistem.

AUTS = A0 + A1CRBM + A2NBKL + A3TKKS + A4DUMZ + U1 ... 4.1

Hipotesis: A1, A2, A3, A4 > 0

dimana:

AUTS : jumlah alokasi kredit dan bantuan modal untuk usaha ternak sapi (Rp)

CRBM : jumlah kredit dan bantuan modal yang diterima rumahtangga tani (Rp)

NBKL : nilai bakalan sapi, yaitu harga sapi dikalikan dengan jumlah sapi bakalan (Rp)

TKKS : jumlah curahan tenaga kerja keluarga (pria dan wanita) untuk usaha ternak sapi (HOK)

DUMZ : dummy zona agroekosistem (1 untuk rumahtangga yang berada di zona lahan kering dan 0 untuk zona lahan basah)

U1 : variabel pengganggu ke-1 (dalam penelitian ini Ui = 1-28)

Kredit dan bantuan modal yang diterima rumahtangga tani dialokasikan untuk kegiatan usaha ternak sapi sesuai dengan tujuan adanya kredit dan bantuan

49 modal. Secara teoritis adanya kredit dan bantuan modal akan menambah kemampuan modal rumahtangga tani dalam kegiatan produktif. Diharapkan koefisien A1 bertanda positif.

Kredit dan bantuan modal yang dialokasikan untuk usaha ternak sapi dominan untuk pembelian sapi bakalan. Sehingga secara teoritis nilai sapi bakalan mempengaruhi secara positif rumahtangga tani mengalokasikan kredit dan bantuan modalnya untuk usaha ternak sapi. Diharapkan koefisien A2 bertanda

positif.

Curahan tenaga kerja keluarga untuk usaha ternak sapi menggambarkan potensi dan prioritas alokasi sumberdaya tenaga kerja keluarga untuk usaha ternak sapi. Secara teoritis meningkatnya potensi dan curahan tenaga kerja keluarga untuk usaha ternak sapi akan meningkatkan alokasi kredit dana bantuan modal untuk usaha ternak sapi. Diharapkan koefisien A3 bertanda positif.

Rumahtangga tani yang berada di zona agroekosistem lahan kering mendapatkan kredit dan bantuan modal yang lebih banyak dari rumahtangga tani yang berada di zona lahan basah. Secara teoritis rumahtangga tani yang mendapatkan kredit dan bantuan modal yang lebih banyak akan mengalokasikannya untuk usaha ternak sapi yang lebih banyak dibandingkan rumahtangga tani yang mendapatkan lebih sedikit. Diharapkan koefisien A4

bertanda positif.

Alokasi untuk Usahatani selain Sapi

Alokasi kredit dan bantuan modal untuk usahatani selain sapi diduga dipengaruhi oleh jumlah kredit dan bantuan modal yang diterima, tingkat upah tenaga kerja luar keluarga untuk usahatani lainnya yang berlaku, jumlah angkatan kerja yang dimiliki rumahtangga tani, serta dummy zona agroeksositem.

AUSS = B0 + B1CRBM + B2UPSS + B3AKJA + B4DUMZ + U2 ... 4.2

Hipotesis: B1, B2, B3, B4 > 0

dimana:

AUSS : jumlah alokasi kredit dan bantuan modal untuk usahatani selain sapi (Rp/tahun)

UPSS : Tingkat upah tenaga kerja untuk usahatani selain sapi (Rp/HOK) AKJA : jumlah angkatan kerja yang dimiliki rumahtangga (orang) CRBM, DUMZ, U2 : variabel tersebut telah dijelaskan sebelumnya.

Kredit dan bantuan modal meningkatkan kemampuan permodalan untuk usaha bagi suatu rumahtangga tani. Secara teoritis meningkatnya kredit dan bantuan modal akan meningkatkan peluang rumahtangga mengalokasikan untuk kegiatan produktif termasuk untuk usahatani selain sapi. Diharapkan koefisien B1

bertanda positif.

Dalam mengusahakan usahatani lainnya tersebut, karena keterbatasan tenaga kerja keluarga, maka rumahtangga tani mengupah tenaga kerja dari luar keluarga. Tenaga kerja dari luar dibayar sesuai dengan jenis pekerjaan dan waktu penyelesaian pekerjaan usahatani. Secara teoritis tingkat upah menentukan jumlah permintaan tenaga kerja dari luar keluarga. Kenaikan tingkat upah akan meningkatkan alokasi kredit dan bantuan modal untuk usahatani selain sapi. Dengan demikian diharapkan koefisien B2 bertanda positif.

50

Salah satu potensi sumberdaya rumahtangga tani yaitu angkatatan kerja. Jumlah angkatan kerja yang cukup merupakan potensi tenaga kerja keluarga yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan rumahtangga. Kenaikan jumlah angkatan kerja akan meningkatkan alokasi kredit dan bantuan modal ke usahatani selain sapi. Diharapkan koefisien B3 bertanda positif.

Rumahtangga tani yang mendapatkan kredit dan bantuan modal lebih banyak, karena berada pada zona lahan kering berpeluang mengalokasikan untuk usahatani selain sapi lebih tinggi. Secara teoritis kesempatan mengalokasikan untuk usaha akan lebih banyak dibandingkan rumahtangga yang kurang atau tidak memiliki akses mendapatkan kredit dan bantuan modal yang lebih banyak. Diharapkan koefisien B4 bertanda positif.

Alokasi untuk Usaha Non Pertanian

Alokasi kredit dan bantuan modal untuk usaha non pertanian diduga dipengaruhi oleh jumlah kredit dan bantuan modal yang diterima, biaya usaha non pertanian, jumlah curahan tenaga kerja keluarga untuk usaha non pertanian, jumlah alokasi tenaga kerja keluarga untuk usaha non pertanian, luas lahan garapan, serta dummy zona agroeksositem.

ANON = C0 + C1CRBM + C2BTNN + C3TKKN + C4LHAN +

C5DUMZ + U3 ... 4.3

Hipotesis: C4, C5 < 0 ; C1, C2, C3 > 0

dimana:

ANON : jumlah alokasi kredit dan bantuan modal untuk usaha non pertanian (Rp/tahun)

BTNN : jumlah biaya usaha non pertanian (Rp/tahun)

TKKN : jumlah curahan tenaga kerja keluarga (pria dan wanita) untuk usaha non pertanian (HOK/tahun)

LHAN : luas lahan garapan (lahan kering dan lahan basah) (Ha)

CRBM, LAHAN, DUMZ, U3 : variabel tersebut telah dijelaskan sebelumnya.

Kredit dan bantuan modal juga dialokasikan untuk usaha non pertanian. Secara teoritis, semakin banyak kredit dan bantuan modal yang diterima rumahtangga tani akan meningkatkan peluang dialokasikan untuk usaha non pertanian. Diharapkan koefisien C1 bertanda positif.

Biaya usaha non pertanian mendorong rumahtangga tani untuk menyediakan modal demi kelangsungan usaha tersebut. Secara teoritis, meningkatnya biaya usaha non pertanian akan meningkatkan alokasi kredit dan bantuan modal untuk usaha tersebut. Diharapkan koefisien C2 bertanda positif.

Ketersediaan tenaga kerja keluarga dan curahan tenaga kerja keluarga untuk usaha non pertanian akan mempengaruhi keputusan rumahtangga tani dalam mengalokasikan kredit dan bantuan modal yang dimiliki. Secara teoritis semakin tinggi curahan tenaga kerja keluarga untuk usaha non pertanian akan mendorong rumahtangga tani mengalokasikan kredit dan bantuan modal untuk usaha non pertanian. Diharapkan koefisien C3 bertanda positif.

Luas lahan garapan diduga mempengaruhi secara negatif kegiatan rumahtangga di sektor non pertanian. Secara teoritis meningkatnya luas lahan garapan yang dikelola oleh rumahtangga tani akan menurunkan kegiatan di usaha

51 non pertanian. Penurunan kegiatan non pertanian akan menurunkan alokasi kredit dan bantuan modal untuk usaha non pertanian. Diharapkan koefisien C4 bertanda

negatif.

Rumahtangga yang berada di zona lahan basah diduga memiliki intensitas kegiatan di usahatani lebih tinggi dibanding rumahtangga yang berada di zona lahan kering. Dengan demikian diharapkan koefisien C5 bertanda negatif.

Alokasi untuk Pengeluaran Konsumsi Pangan

Alokasi kredit dan bantuan modal untuk pengeluaran pangan diduga dipengaruhi jumlah kredit dan bantuan modal yang diterima, jumlah pendapatan rumahtangga tani, serta dummy zona agroeksositem.

APGN = D0 + D1CRBM + D2PRTG + D3DUMZ + U4 ... 4.4

Hipotesis: D2 <0 ; D1, D3 >0

dimana:

APGN : jumlah alokasi kredit dan bantuan modal untuk pengeluaran pangan (Rp/tahun)

PRTG : jumlah pendapatan rumahtangga tani (Rp/tahun)

CRBM, DUMZ, U4 : variabel tersebut telah dijelaskan sebelumnya.

Rumahtangga yang mendapatkan kredit dan bantuan modal diduga berperilaku menggunakan kredit dan bantuan modal juga untuk pengeluaran konsumsi pangan. Secara teoritis, meningkatnya kredit dan bantuan modal akan meningkatkan jumlah alokasi untuk pengeluaran konsumsi pangan. Diharapkan koefisien D1 bertanda positif.

Pendapatan rumahtangga tani yang berasal dari kegiatan usahatani dan non usahatani akan digunakan untuk pengeluaran konsumsi dan investasi. Secara teoritis kenaikan pendapatan rumahtangga akan meningkatkan kemampuan rumahtangga untuk membiayai pengeluaran, termasuk pengeluaran konsumsi pangan. Meningkatnya kemampuan memenuhi pengeluaran konsumsi pangan dari pendapatannya akan menurunkan alokasi kredit dan bantuan modal yang diterima untuk pengeluaran pangan. Diharapkan koefisien D2 bertanda negatif.

Rumahtangga yang berada di zona agroekosistem lahan basah secara teoritis memiliki kemampuan memenuhi pangan dari usahataninya sendiri lebih tinggi dibandingkan rumahtangga yang berada di zona lahan kering. Rumahtangga yang berada di zona lahan kering akan menggunakan kredit dan bantuan modal untuk pengeluaran pangan lebih banyak dibandingkan rumahtangga yang berada di zona lahan basah. Dengan demikian diharapkan koefisien D3 bertanda positif.

Alokasi untuk Pengeluaran Konsumsi Non Pangan

Alokasi kredit dan bantuan modal untuk pengeluaran non pangan diduga dipengaruhi oleh jumlah kredit dan bantuan modal yang diterima, jumlah pengeluaran pangan yang dibeli, serta dummy zona agroeksositem.

ANPN = E0 + E1CRBM + E2KPBL + E3DUMZ + U5 ... 4.5

Hipotesis: E2 < 0 ; E1, E3 > 0

52

ANPN : jumlah alokasi kredit dan bantuan modal untuk pengeluaran non pangan (Rp/tahun)

KPBL : jumlah pengeluaran untuk konsumsi pangan yang dibeli (Rp/tahun) CRBM, DUMZ, U5 : variabel tersebut telah dijelaskan sebelumnya.

Kredit dan bantuan modal yang dialokasikan untuk pengeluaran konsumsi diduga juga dialokasikan untuk pengeluaran konsumsi non pangan. Umumnya konsumsi non pangan adalah jenis pengeluaran untuk membeli barang di pasar. Secara teoritis, meningkatnya kredit dan dan bantuan modal akan meningkatkan alokasi untuk pengeluaran konsumsi non pangan. Diharapkan koefisien E1

bertanda positif.

Jumlah pengeluaran konsumsi untuk pangan yang dibeli diduga akan mempengaruhi secara negatif alokasi kredit dan bantuan modal untuk pengeluaran non pangan. Kenaikan jumlah pengeluaran konsumsi pangan yang dibeli, akan menurunkan alokasi kredit dan bantuan modal untuk pengeluaran konsumsi non pangan. Diharapkan koefisien E2 bertanda negatif.

Rumahtangga yang berada di zona lahan kering mendapatkan kredit dan bantuan modal lebih banyak dibandingkan rumahtangga yang berada di zona lahan basah. Dengan demikian diduga rumahtangga tani yang berada di zona lahan kering akan mengalokasikan kredit dan bantuan modal lebih banyak untuk pengeluaran konsumsi non pangan. Diharapkan koefisien E3 bertanda positif.

Alokasi untuk Pengeluaran Investasi

Pengeluaran kredit dan bantuan modal investasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengeluaran yang berasal dari kredit dan bantuan modal untuk investasi jenis usaha produktif, investasi sosial dan rumahtangga, dan investasi pendidikan dan kesehatan. Alokasi untuk investasi diduga dipengaruhi oleh jumlah kredit dan bantuan modal yang diterima, jumlah pengeluaran untuk investasi produktif, jumlah angkatan kerja, serta dummy zona agroekosistem.

AINV = F0 + F1CRBM + F2IPRO + F3AKJA + F4DUMZ + U6 ... 4.6

Hipotesis: F4 < 0 ; F1, F2, F3 > 0

dimana:

AINV : jumlah alokasi kredit dan bantuan modal untuk pengeluaran investasi (Rp/tahun)

IPRO : jumlah pengeluaran untuk investasi produktif (Rp/tahun)

CRBM, AKJA, DUMZ, U6 : variabel tersebut telah dijelaskan sebelumnya.

Kredit dan bantuan modal selain dipakai untuk pengeluaran saat ini, juga dipakai untuk tujuan investasi. Secara teoritis, meningkatnya kredit dan bantuan modal yang diterima rumahtangga akan meningkatkan alokasi untuk pengeluaran investasi. Diharapkan koefisien F1 bertanda positif.

Kenaikan pengeluaran investasi rumahtangga untuk kegiatan produktif akan membutuhkan sejumlah modal tertentu. Kredit dan bantuan modal merupakan salah satu sumber permodalan investasi. Kenaikan pengeluaran investasi diduga akan meningkatkan alokasi kredit dan bantuan modal untuk pengeluaran investasi. Diharapkan koefisien F2 bertanda positif.

53 Jumlah angkatan kerja yang dimiliki rumahtangga tani diduga berpengaruh positif pada keputusan rumahtangga untuk mengalokasi kredit dan bantuan modal untuk investasi. Dengan demikian diharapkan koefisien F3 bertanda positif.

Rumahtangga yang berada di zona lahan basah memiliki potensi mengusahakan pertanian lebih tinggi dibandingkan rumahtangga yang berada di zona lahan kering. Dengan demikian diharapkan koefisien F4 bertanda negatif.

Jumlah Kredit dan Bantuan Modal

Jumlah kredit dan bantuan modal yang diterima rumahtangga tani dialokasikan pada berbagai kegiatan produktif, pengeluaran konsumsi dan investasi:

CRBM = AUTS + AUSS + ANON + APGN + ANPN + AINV ... 4.7 dimana:

CRBM, AUTS, AUSS, ANON, APGN, ANPN, AINV: variabel tersebut telah dijelaskan sebelumnya.

Pengembalian Kredit dan Bantuan Modal

Pengembalian kredit dan bantuan modal selalu memberikan fenomena khas bagi rumahtangga tani. Rumahtangga tani mengalami kesulitan dalam pengembalian kredit dan bantuan modal baik karena faktor eksternal maupun internal rumahtangga tani sendiri. Untuk mengetahui perilaku rumahtangga tani dalam membuat keputusan mengembalikan kredit dan bantuan modal maka dibangun persamaan ini.

Pengembalian kredit dan bantuan modal diduga dipengaruhi oleh tingkat bunga kredit dan bantuan modal, waktu pengembalian kredit dan bantuan modal, pendapatan rumahtangga yang siap dibelanjakan, jumlah pengeluaran rumahtangga, serta dummy zona agroekosistem.

RCBM = G0 + G1SBBM + G2WPKR + G3WPBM + G4PRTD +

G5TPRT + G6DUMZ + U7 ... 4.8

Hipotesis: G1 , G5 < 0 ; G2, G3, G4 , G6 > 0

dimana:

RCBM : jumlah pengembalian kredit dan bantuan modal oleh rumahtangga tani (Rp/tahun)

WPKR : waktu pengembalian kredit (bulan)

WPBM : waktu pengembalian bantuan modal (bulan)

PRTD : pendapatan rumahtangga yang siap dibelanjakan (Rp/tahun) TPRT : jumlah total pengeluaran rumahtangga (Rp/tahun)

SBBM, DUMZ, U7 : variabel tersebut telah dijelaskan sebelumnya.

Tingkat bunga kredit dan bantuan modal selalu berhubungan negatif dengan pengembalian kredit oleh debitur. Secara teoritis, meningkatnya tingkat bunga akan membuat kesulitan peminjam dalam mengembalikan kredit. Dengan demikian diharapkan koefisien G1 bertanda negatif.

Waktu pengembalian kredit dan bantuan modal berpengaruh pada keputusan rumahtangga untuk mengembalikan kredit dan bantuan modal. Secara teoritis,

Dokumen terkait