• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Situ Legok Desa Babakan Kecamatan Legok dengan koordinat 106o 35’13.106” BT dan 6o17’39.-6” LS, dan Telaga Biru Cigaru Desa Cisoka Kecamatan Cisoka dengan koordinat 106 o 25’55.106” BT

dan 6 o16’39.-6” LS Kabupaten Tangerang Propinsi Banten (Gambar 2). Waktu penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Februari 2016 sampai Mei 2016.

Gambar 2 Lokasi Pelaksanaan Penelitian

Alat dan Bahan

Penelitian ini menggunakan peralatan baik dalam bentuk perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software) komputer. Alat-alat tersebut yaitu Kamera Digital, Global Positioning System (GPS), SPSS, Expert Choice 11, Microsoft Office, Corel DRAW X5, perangkat uji kualitas air dan peralatan sampling tanah. Sementara bahan yang digunakan adalah data biofisik situ, sosial dan budaya, dan kuesioner (Tabel 2)

Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari dua pendekatan, yaitu (1) Situ Legok yang berbasis pengembang, dilakukan pengukuran langsung di lapangan (in situ) dan uji laboratorium (2) Telaga Biru Cigaru yang berbasis masyarakat, dilakukan pengamatan dan penilaian berdasarkan tirta budaya situ.

Tahapan pengumpulan dan analisis data terdiri dari (1) analisis karakteristik lingkungan biofisik perairan untuk lokasi Situ Legok dengan melakukan pengukuran langsung di lapangan dan uji laboratorium, sedangkan Telaga Biru Cigaru dilakukan dengan penilaian tirta budaya situ (2) analisis pengelolaan RTB menggunakan penilaian tirta budaya situ dengan wawancara langsung ke masyarakat dan pihak terkait menggunakan kuesioner, dan pengamatan di lapangan (3) menyusun strategi pengelolaan RTB produktif yang

berkelanjutan dengan metode analytical hierarchy process (AHP) melalui

masyarakat setempat, dan pihak swasta yang mengerti dan memahami pengelolaan RTB. Berdasarkan informasi yang dihasilkan akan dirumuskan tindakan-tindakan apa yang dapat dilakukan untuk manajemen RTB produktif yang berkelanjutan.

Tabel 2 Matriks Data, Sumber data, Metode/Analisis, dan Tujuan Penelitian

Data Sumber Metode/Analisis Tujuan

Data Lingkungan Curah Hujan (mm) BMKG Analisis deskriptif Menganalisis Kondisi Lingkungan Biofisik Perairan Kelembaban udara (%) Suhu Udara (°C) Data Kualitas Air

Warna (mg/liter) Uji Laboratorium APHA,2012, 2120-C

Total Padatan Tersuspensi (Pt.Co)

Uji Laboratorium APHA,2012, 2540-D

Suhu (°C) Pengukuran In situ

Kecerahan (cm) Pengukuran In situ

pH Pengukuran In situ

DO (mg/liter) Pengukuran In situ

BOD (mg/liter) Uji Laboratorium APHA,2012, 5210-B

COD (mg/liter) Uji Laboratorium APHA,2012, 5220-D

Total Fosfat (mg/liter) Uji Laboratorium APHA,2012, 4500-P-E

Amonia (mg/liter) Uji Laboratorium APHA,2012, 4500-NH3-F

Nitrat (mg/liter) Uji Laboratorium APHA,2012, 4500-NO3-E

Nitrit (mg/liter) Uji Laboratorium APHA,2012, 4500-NO2-B

Sulfat (mg/liter) Uji Laboratorium APHA,2012, 4500-SO4-E

Kesadahan total (mg/Lr CaCO3)

Uji Laboratorium APHA,2012, 2340-C

Data Tanah

Tekstur (%) Uji Laboratorium Pipet

Bulk Density (g/cc) Uji Laboratorium Gravimetrik

Porositas (%) Uji Laboratorium Perhitungan Ruang Pori Total

Permeabilitas (cm/jam) Uji Laboratorium Lambe

pH Uji Laboratorium

KTK (me/100g) Uji Laboratorium NH4OAC N pH 7.0,titrasi

C-Organik % Uji Laboratorium Walkey and Black

N-Total % Uji Laboratorium Kjeldahl

P-Bray Uji Laboratorium Bray 1, Spektrofotometer

Data Sosial dan Budaya (Responden)

Responden

Stakeholders Analisis deskriptif

Menganalisis Manajemen Situ berdasarkan Standar Tirta Budaya Situ Sejarah Situ (Responden)

Persepsi Stakeholderstentang Pengelolaan situ (Responden) Kuesioner Expert(Responden)

Responden (pakar) Analytical Hierarchy Process

(AHP) Menyusun Strategi Manajemen Situ Ruang Terbuka Biru (RTB) Produktif yang Berkelanjutan

Analisis Karakteristik Lingkungan Biofisik Perairan

Kondisi fisik wilayah situ berdasarkan proses terbentuknya merupakan dasar pendekatan sebagai bahan pertimbangan dalam manajemen situ. Hal ini mengingat bahwa potensi daya dukung lingkungan situ seperti kualitas air, jenis tanah, besaran curah hujan, dan kondisi penutupan vegetasinya berpengaruh terhadap sifat fisik-kimia tanah yang berkaitan erat dengan ancaman yang potensial terhadap kelestarian dan keberadaan situ.

Untuk mengidentifikasi kondisi biofisik lingkungan maka telah dilakukan pengukuran dan pengamatan di lapangan terkait kondisi lingkungan sekitar situ, kualitas air dan tanah serta keanekaragaman hayati.

Data Kualitas Air

Data kualitas air dilakukan dengan pengukuran di lapangan dan pengambilan sampel air. Tipe sampel air pada penelitian ini adalah sampel sesaat (grab sample) dimana sampel yang diambil secara langsung dari badan air yang sedang diteliti. Sampel ini hanya menggambarkan karakteristik air pada saat pengambilan sampel. Menurut Effendi (2003) pengambilan sampel air danau, situ atau waduk dapat dilakukan ditempat masuknya air (inlet), di tengah danau, situ atau waduk, dilokasi penyadapan air untuk pemanfaatan, ataupun ditempat keluarnya air (outlet). Penentuan titik pengambilan sampel ditetapkan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1) Pada danau, situ atau waduk dengan kedalaman kurang dari 10 m, sampel air

diambil dari dua titik, yaitu di permukaan dan dasar danau.

2) Pada danau, situ atau waduk dengan kedalaman antara 10 m – 30 m, sampel

diambil pada tiga titik, yaitu di permukaan, lapisan termoklin, dan di dasar danau.

3) Pada danau, situ atau waduk dengan kedalaman antara 30 m – 100 m, sampel

diambil pada empat titik, yaitu permukaan, lapisan termoklin (metalimnion), di atas lapisan hipolimnion, dan dasar danau.

4) Pada danau, situ atau waduk dengan kedalaman lebih dari 100 m, titik pengambilan sampel diperbanyak sesuai dengan keperluan.

Pengambilan sampel air dilakukan di dua titik pada masing-masing situ. Sampel air diambil pada pagi hari antara pukul 08.00-10.00 WIB pada kolom air yang berada di tengah dan di tepi situ. Hal ini dilakukan karena di lokasi penelitian kedalaman situ kurang dari 10 meter, tidak memiliki saluran masuknya air (inlet) dan saluran keluarnya air (outlet).

Pengukuran parameter suhu air, pH, kecerahan cakram secchi, oksigen terlarut, dan kedalaman situ dilakukan secara in situ, sedangkan parameter lainnya yaitu total padatan tersuspensi, kekeruhan, kesadahan total, total fosfat, amonia, nitrat, nitrit, kebutuhan oksigen biologis, sulfat dan bahan organik (C) dianalisis di laboratorium. Data kualitas perairan situ yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Data kualitas air situ dibandingkan dengan baku mutu air berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Data Sifat Tanah

Pengambilan sampel tanah ditentukan dengan cara acak sederhana. Hal ini dilakukan karena kondisi lokasi pengambilan sampel cenderung homogen. Pengambilan sampel tanah dibagi menjadi 2 yaitu sampel tanah untuk sifat fisik, dan kimia. Pengambilan sampel tanah untuk sifat fisik tanah dilakukan dengan bantuan alat Ring sampler dalam bentuk sampel tanah utuh untuk menghindari rusaknya struktur tanah, sampel diambil pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm untuk menentukan bobot isi tanah dan tekstur tanah. Pengambilan sampel tanah untuk penetapan sifat kimia tanah dilakukan dengan bantuan alat bor tangan (hand auger). Sampel tanah diambil pada kedalaman 0-30 cm dari tiga titik lokasi kemudian dikompositkan (Tabel 3).

Tabel 3 Parameter dan metode analisis sifat tanah

Parameter Metode Analisis

Sifat Fisik

Tekstur Pipet

Bulk Density Gravimetrik

Porositas Perhitungan Ruang Pori Total

Permeabilitas Lambe

Sifat Kimia pH

KTK NH4OAC N pH 7.0, titrasi

C-Organik Walkey and Black

N-Total Kjeldahl

P-Bray Bray 1, Spektrofotometer

Ca, Mg, K,N NH4OAC N pH 7.0, AAS

Keanekaragaman hayati

Metode pengambilan data yang digunakan untuk keanekaragaman hayati di lingkungan perairan adalah metode eksplorasi dengan menggunakan jalur-jalur yang ada seperti jalur setapak di sekitar situ. Pengamatan dilakukan dengan mengumpulkan data spesies pada setiap petak dalam jalur yang dilewati sepanjang

areal pengamatan. Setiap spesies yang dijumpai diidentifikasi dan

didokumentasikan dengan menggunakan kamera digital. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui jenis-jenis keanekaragaman hayati yang berada di lokasi pengamatan, tetapi tidak dapat digunakan untuk menghitung pendugaan populasi (Sutherland 2000).

Inventarisasi keanekaragaman hayati dilakukan dengan

mempertimbangkan keberadaan habitat dan aktivitas hidupan liar yang ada. Oleh karena itu, pengambilan data dilakukan sepanjang waktu (pagi, siang, sore dan malam hari). Data dan informasi tambahan diperlukan untuk melengkapi data hasil pendataan di lapangan. Data tersebut diperoleh dengan mewawancarai masyarakat sekitar dan pengguna situ yang telah memiliki aktivitas dan waktu lebih lama di lokasi situ.

Analisis Pengelolaan Situ Berdasarkan Standar Tirta Budaya Situ

Proses analisis pengelolaan situ dilakukan dengan menggunakan bantuan kuesioner Tirta Budaya Situ (Tabel 4 dan Tabel 5) dan wawancara langsung. Data diambil terkait tentang sosial dan budaya masyarakat sekitar, sejarah situ, pengelolaan, serta pengetahuan dan persepsi masyarakat dan pihak terkait sekitar situ. Sebanyak 30 orang responden dipilih secara sengaja (purposive sampling) berdasarkan adanya keterkaitan, kepentingan, kesediaan dan/atau kepedulian mereka dengan keberadaan situ. Responden penelitian ini terdiri dari:

1. pengelola situ

2. pedagang di sekitar situ

3. warga yang tinggal di sekitar situ termasuk yang biasa beraktivitas di sekitar kawasan situ

4. pihak kelurahan atau desa setempat.

Setelah hasil pengisian kuesioner dan wawancara selesai dilakukan, langkah selanjutnya adalah input data ke software microsoft office excel untuk memperoleh nilai dari masing-masing parameter penilaian. Penilaian dibagi menjadi penilaian kondisi (1) sangat jelek (2) jelek (3) biasa (4) baik dan (5) sangat baik. Selanjutnya data dianalisis secara deskriftif. Analisa data yang dilakukan adalah sebagai berikut: menganalisis bentuk pengelolaan situ, aktivitas masyarakat, interaksi masyarakat dan pemanfaatan situ, kebiasaan atau kearifan lokal yang berkaitan dengan situ dan sejarah situ.

Tabel 4 Kuesioner pengelolaan situ dan interaksi masyarakat Regional/daerah dan

budaya 1 2 3 4 5 Nilai

Sangat Jelek Jelek Biasa Baik Sangat Baik

Apa saja bentuk pemanfaatan Situ/waduk? □ Air untuk Irigasi □ Air untuk masak dan minum □ Air untuk mandi □ Pertanian □Penampung an Air

□ Perikanan □ Berenang □ Rekreasi

(memancing)

□Jogging/olah raga

□ Lainnya

Berapa jumlah pengguna

situ/waduk? (orang/hari) □ ≤ 10 □ 10 - 20 □ 20 - 50 □ 50 - 100. □ Di atas 100

Berapa kali kegiatan lingkungan, acara kemasyarakatan? (dalam 1 tahun)

□ ≤1 kali □ 2 kali □ 3 kali □ 4 kali □ Di atas 5 kali

contoh: kerja bakti, potong rumput, bersihkan sampah, acara sedekah bumi atau sejenisnya, syukuran, pesta, Lainnya ( )

Apakah ada yang mengunakan jenis-jenis keanekaragaman hayati untuk berbagai keperluan misalnya upacara adat, obat-obatan, perumahan, dan lain-lain ?

□ Ya (contoh: )

□ Tidak

Siapa saja yang terlibat dalam pengelolaan/manajemen situ/waduk? □ masyarakat LSM/NGO □Perusahaan/ swasta □ Pemerintah Pusat/daerah □ Akademisi

Tabel 5 Kuesioner sejarah dan pemanfaatan situ

Sejarah 5 4 3 2 1

Nilai Sangat baik Baik Biasa Jelek Sangat jelek

Apakah ada perubahan penggunaan lahan (Sekitar 500 m dari tepi situ)

Untuk sepuluh tahun kebelakang dari sekarang A. Luas area situ

□ meningkat □ tidak berubah □ berkurang

B. Luas area hijau

□ meningkat berubah tidak □ berkurang

C. Luas lahan pertanian

□ meningkat □ tidak berubah □ berkurang

D. Pengembangan lahan untuk

pemukiman

□ tidak ada □ ada

E. Pengembangan lahan untuk Industri

□ tidak ada □ ada

Untuk apa saja kah penggunaan air sejak dahulu sampai sekarang?

□ Irigasi □ masak dan

minum

□ mandi □ Pertanian

Penampungan Air

□ Perikanan □ Berenang □Rekreasi □memancing □ Lainnya

Penggunaan sumur

A. Apakah ada sumur di rumah? □ Ya □ Tidak

B.Digunakan untuk apa saja air sumur tersebut?

□ Memasak □ Minum □ Mandi □ Mencuci □ Menyiram

tanaman

□ Lainnya

C. Apakah sebagian warga menggunakan air sumur untuk keperluan sehari-hari?

□ Ya □ Tidak

Cerita tentang sejarah

□ Apakah anda tahu tahun berapa situ/waduk dibangun? □ Ya ( ) □ Tidak □ Apakah anda mengetahui siapa yang membuat

situ/waduk?

□ Ya ( )

□ Tidak □ Apakah anda tahu untuk apa situ/waduk ini

dibangun?

□ Ya ( ) □ Tidak □ Apakah anda pernah mengumpulkan dokumen dan

informasi tentang sejarah situ/waduk?

□ Ya ( ) □ Tidak □ Apakah anda pernah menyampaikan tentang sejarah

situ/waduk kepada anak-anak (generasi penerus)

□ Ya ( ) □ Tidak

Penyusunan Strategi Manajemen Situ Sebagai RTB Produktif

Penyusunan strategi manajemen situ sebagai RTB produktif menggunakan metode analytical hierarchy process (AHP). Metode AHP adalah suatu teknik terstruktur (hierarki) untuk menganalisis keputusan yang kompleks (Saaty 2008). Penggunaan AHP dimaksudkan untuk membantu pengambil keputusan memilih strategi terbaik dalam rangka manajemen RTB produktif yang berkelanjutan. Proses analisis diawali dengan mengidentifikasi kondisi biofisik lingkungan perairan situ, serta menganalisis kondisi sosial dan budaya, pengetahuan dan persepsi masyarakat sekitar situ.

Permasalahan pada penelitian ini adalah belum adanya pengelolaan situ yang tepat, yang dapat menjaga fungsi ekologis, sosial dan ekonomi sesuai dengan potensi yang dimiliki. Oleh karena itu, analisis AHP diperlukan untuk menentukan strategi yang sesuai. Struktur atau hierarki AHP (Gambar 3) untuk menentukan manajemen RTB produktif yang berkelanjutan terdiri dari beberapa

level, yaitu (1) sasaran yang ingin dicapai (Goal), (2) aktor atau stakeholders yang terkait dengan manajemen situ (Actor), (3) faktor aspek atau sudut pandang tertentu (Factor), (4) pilihan fungsi situ (Objective), dan (5) sub-fungsi situ yang merupakan bentuk pemanfaatan situ (Alternative).

Hasil yang didapatkan dari analisis ini adalah prioritas pemanfaatan situ.

Aktor merupakan stakeholders terkait manajemen situ yang terdiri dari

pemerintah, akademisi, swasta, masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Perbandingan berpasangan dilakukan mulai dari level factor, objective

dan alternative. Faktor dalam struktur AHP merupakan aspek atau sudut pandang tertentu, yaitu ekologi, sosial dan ekonomi. Tujuan yang ingin dicapai atau

objective, berisi pilihan fungsi situ yang dapat diterapkan pada situ di Kabupaten Tangerang. Fungsi tersebut yaitu (1) optimalisasi pemanfaatan, (2) aktivitas sosial, (3) Perlindungan sumberdaya air dan (4) konservasi biodiversiti. Fungsi-fungsi ini kemudian diturunkan kembali menjadi 11 sub-Fungsi-fungsi situ (pemanfaatan) yang menjadi alternatif dalam struktur AHP.

Goal Actor Factor Objective Alternative Gambar 3 Rancangan Struktur AHP

Kuesioner AHP diberikan kepada responden pakar. Responden ditentukan berdasarkan keahlian dan pengetahuan pakar yang menguasai pengelolaan situ atau perairan. Pakar yang dipilih sebagai responden memiliki kriteria antara lain:

1. Memiliki keahlian atau menguasai secara akademik bidang yang diteliti.

2. Memiliki reputasi kedudukan atau jabatan dan sebagai ahli pada bidang yang diteliti.

3. Memiliki pengalaman dalam bidang yang diteliti.

Manajemen Situ Ruang Terbuka Biru Produktif

Akademisi Masyarakat dan LSM Swasta Pemerintah

Ekologi

Ekonomi Sosial dan Budaya

Optimalisasi Pemanfaatan Perlindungan SD Air Konservasi Satwa Irigasi Lahan Pertanian Kearifan Lokal Pemberdayaan Masyarakat Konservasi Tumbuhan Aktivitas Sosial Sarana Pendidikan Konservasi Biodiversiti Rekreasi dan Wisata Air Retensi Air Resapan Air Perikanan Kualitas Air

Berdasarkan kriteria diatas, maka ditentukan tiga responden pakar terpilih (Tabel 6) untuk mengisi kuesioner AHP. Ketiga responden pakar ini mewakili keahlian yang diperlukan dalam pengisian kuesioner AHP tentang manajemen situ.

Tabel 6 Daftar Responden Pakar untuk Pengisian Kuesioner AHP

Bidang Keahlian Asal Institusi Jumlah

Pakar Kualitas Lingkungan Perairan

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor

1 Pakar Ekonomi

(praktisi) PT. Soka Kreasi Sejati

1 Pakar Kebijakan

(pemerintah daerah)

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang

1

Data yang telah dikumpulkan dari hasil pengisian kuesioner AHP oleh

pakar kemudian diolah dengan menggunakan software Expert Choice 11. Prinsip

kerja software Expert Choice 11 adalah menganalisis hasil pengisian AHP dengan

matriks perbandingan berpasangan untuk membentuk hubungan di dalam struktur. Penilaian oleh pakar dilakukan dengan membandingkan antar komponen serta variabel ke dalam skala 1-9. Hasil dari analisis ini yaitu berupa bobot prioritas dari manajemen situ RTB produktif yang berkelanjutan.

Uji konsistensi (Consistency Ratio/CR) harus dilakukan agar tingkat konsistensi preferensi pakar dalam mengisi kuesioner dapat diketahui. Metode pengolahan data dengan software Expert Choice 11 dapat mengetahui tingkat konsistensi tersebut, yaitu dengan menghitung konsistensi rationya. Jika tingkat

inconsistency rationya ≤10%, maka preferensi penilaian pakar termasuk dalam

kategori konsisten (Saaty 2008). Sebaliknya, jika nilainya >10%, maka preferensi pakar tidak konsisten dan penilaian perlu diperbaiki.

Dokumen terkait