• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. Oleh karena itu dalam bab tiga ini akan diuraikan mengenai berbagai hal yang termasuk dalam metode penelitian.

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 1 Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampungselatan dan waktu pelaksanaannya pada tahun pelajaran 2012/2013.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui penggunaan konseling behavioral dengan strategi self-control dapat digunakan dalam menanggulangi kebiasaan merokok pada siswa atau tidak. Dengan memberikan treatment dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan rencana penelitian yang telah ditentukan, diharapkan dapat

diketahui apakah kebiasaan merokok dapat dikurangi menggunakan pendekatan konseling behavioral strategi self-control atau tidak.

Perilaku yang akan dikurangi dalam penelitian ini adalah kebiasaan merokok siswa. Lamanya waktu observasi yang dilaksanakan terhadap perilaku subjek yaitu sebelum dan sesudah dilakukan konseling. Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui penggunaan konseling behavioral strategi self-control dapat digunakan dalam mengurangi kebiasaan merokok pada siswa atau tidak akan dilakukan dengan menggunakan desain penelitian One-Group Pretest-Posttest Design. Pada desain ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian, perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

O1 = nilai pretest (sebelum diberi treatment)

X = treatment yang digunakan untuk mengubah perilaku O2 = nilai posttest (setelah diberi treatment)

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah enam orang siswa SMA Negeri 1 Natar Tahun pelajaran 2012/2013 yang mempunyai kebiasaan merokok. Dalam menentukan subjek, peneliti melakukan wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling, kemudian peneliti melakukan observasi terhadap siswa yang

telah direkomendasikan oleh guru bimbingan dan konseling melalui pengisian lembar observasi yang diisi oleh peneliti dengan bantuan rekan.

D. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010: 38) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal, yaitu kebiasaan merokok.

E. Definisi Operasional

Kebiasaan merokok adalah suatu perilaku merokok yang bersifat otomatis yang kemunculannya diukur melalui intensitas merokok, waktu merokok, tempat merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari, sehingga sering kali dilakukan tanpa dipikirkan dan disadari

Dari definisi di atas, terdapat indikator-indikator berikut:

1. Intensitas merokok cukup tinggi (seberapa sering dan seberapa banyak rokok yang dihisap dalam sehari).

2. Waktu merokok (pagi, siang, sore, malam).

3. Tempat Merokok (merokok di tempat umum atau pribadi). 4. Fungsi merokok (pengaruh perasaan).

Dalam penelitian ini, untuk mengurangi kebiasaan merokok pada siswa SMA Negeri 1 Natar peneliti akan mengubah antecedents dan consequences. Menurut para ahli pendukung modifikasi ABC, perilaku dapat dikurangi dengan melalui 2 (dua) cara, yaitu berdasarkan apa yang mempengaruhi perilaku sebelum terjadi (ex-ante) dan apa yang mempengaruhi perilaku setelah terjadi (ex-post). Ketika kita mencoba mempengaruhi perilaku sebelum perilaku itu terbentuk berarti kita telah menggunakan antecedents. Sementara itu, ketika kita berusaha mempengaruhi perilaku dengan melakukan sesuatu setelah perilaku itu terbentuk berarti kita menggunakan

consequences. Jadi sebuah antecedents mendorong terbentuknya perilaku

yang selanjutnya akan diikuti oleh sebuah consequences. F. Tahapan Penelitian

Penelitian ini memiliki tahap sebagai berikut: a. Tahap I (Observasi Awal)

Pada observasi awal, peneliti mencari informasi mengenai masalah-masalah yang ada di lingkungan sekolah dengan melakukan wawancara melalui guru Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 1 Natar. Dari hasil observasi awal peneliti menemukan salah satu masalah, yaitu kebiasaan merokok pada siswa yang cukup berat. Melihat masalah tersebut, peneliti tertarik untuk mengurangi tingkat merokok dikalangan siswa yang kemudian peneliti menjadikan permasalahan tersebut menjadi judul penelitian. Pada observasi awal ini, guru bimbingan dan konseling telah

merekomendasikan beberapa siswa yang memiliki kebiasaan merokok berjumlah 6 siswa.

b. Tahap II (Observasi Penelitian/Pretest)

Pada tahap ini, peneliti melakukan pretest melalui lembar observasi terhadap siswa yang telah direkomendasikan guru bimbingan dan konseling. Dari observasi ini, peneliti juga dapat mengetahui seberapa berat kebiasaan siswa merokok sebelum dilakukan treatment. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan bantuan rekan. Setelah data terkumpul, peneliti menganalisis hasil observasi yang telah dilakukan. Setelah mengetahui seberapa tinggi kebiasaan merokok siswa, langkah selanjutnya adalah melakukan treatment. Treatment yang digunakan peneliti adalah pendekatan konseling behavioral dengan teknik self-control.

c. Tahap III (Pemberian Treatment)

Treatment yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan konseling behavioral dengan strategi self-control. Langkah-langkah pelaksanaan konseling adalah sebagai berikut:

1) Peneliti (konselor) membangun hubungan awal yang hangat dengan klien (siswa) seperti, menyambut kedatangan siswa, memulai konseling dengan menggunakan topik netral yang kemudian mengarah pada permasalahan siswa yang berhubungan dengan perilaku siswa yaitu merokok.

2) Konselor mengajak siswa untuk dapat mengungkapkan masalah yang berhubungan dengan perilaku merokok siswa tersebut.

3) Setelah siswa dapat mengungkapkan permasalahannya, konselor menggali informasi yang lebih dalam dari siswa tersebut. Data yang akan digali terkait dengan kejadian pada masa sekarang, pengalaman-pengalaman negatif yang pernah dialami pada masa lalu, perasaan-perasaan sekarang, perasaan-perasaan-perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan pada kejadian di masa lalu, apa yang dipikirkan pada saat sekarang, apa yang dipikirkan pada masa lalu ketika mengalami kejadian yang kurang menyenangkan, dan konsekuensi yang dilakukan setelah kejadian. Dengan demikian, alur yang akan dipakai oleh konselor adalah

A (antecedent ) B (behavior) C (consequence) Dalam penelitian ini, untuk mengurangi kebiasaan merokok dikalangan siswa SMA Negeri 1 Natar peneliti mengubah antecedents

dan consequences. Antecedents merupakan sesuatu yang datang

sebelum perilaku terbentuk yang dapat mendorong siswa untuk melakukan sesuatu atau berkelakuan tertentu. Consequences adalah kejadian-kejadian yang mengikuti perilaku dan mengubah adanya kemungkinan perilaku akan terjadi kembali di masa datang, sedangkan antecedents dan consequences saling berhubungan. Sesuai dengan materi yang telah diuraikan oleh peneliti pada bahasan sebelumnya, dengan mempengaruhi antecedents dan consequences siswa maka kebiasaan merokok siswa dapat ditanggulangi.

4) Setelah diketahui lebih dalam permasalahan yang mempengaruhi perilaku siswa, selanjutnya konselor mengajak siswa untuk

berperilaku baru yang lebih realistik dengan menggali pengalaman-pengalaman positif di masa lalu. Pengalaman positif inilah yang akan dijadikan patokan siswa untuk memiliki kognisi yang baru. Dengan demikian, siswa akan merencanakan tindakan-tindakan konkret yang lebih baik.

5) Langkah selanjutnya adalah, konselor memberikan strategi self-control kepada siswa yang mempunyai kebiasaan merokok, yaitu dengan mengubah antecedent dan consequences. Antecedent yang akan diberikan sesuai dengan alasan siswa tersebut merokok. Sedangkan consequences yang akan diberikan sesuai dengan keinginan siswa tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

consequences positif yang meliputi reinforcement positif dan

reinforcement negatif. Untuk mengetahui jenis reinforcement yang

tepat, peneliti memberikan kuesioner kepada siswa sebelum dimulai konseling (terdapat dilampiran). Sedangkan tahap pemberian antecedent dan consequences dapat dilihat pada tabel 3.1. Prosedur pembentukan tingkah laku menurut Skinner adalah sebagai berikut: a. dilakukan identifikasi mengenai hal yang merupakan reinforcer

bagi tingkah laku yang akan dibentuk,

b. dilakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk tingkah laku yang dimaksud. Komponen-komponen itu lalu disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya tingkah laku yang dimaksud.

c. mempergunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinfocer untuk masing-masing komponen,

d. melakukan pembentukan tingkah laku dengan menggunakan urutan komponen-komponen yang telah tersusun. Jika komponen pertama dilakukan maka reinforcer diberikan, kalau ini sudah terbentuk dlakukannya komponen kedua yang diberi reinforcer, setelah itu dilanjutkan dengan kompenen ketiga, keempat dan kelima.

6) Setelah melalui proses konseling, konselor/siswa meringkas kembali isi pembicaraan mulai dari awal, siswa diminta menegaskan kembali keputusan yang telah diambil selama proses konseling, dan konselor memberikan semangat kepada siswa.

Tujuan yang ingin dicapai dalam treatmen ini adalah untuk mengetahui latar belakang siswa merokok dan siswa dapat mengurangi kebiasaan merokok dengan pengendalikan diri. Untuk mengurangi tingkah laku tersebut, peneliti mengubah antesedent dan consequences. Langkah-langkahnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Program Treatmen Self-Control

No Merokok Alasan Antecedents Behavior Consequences 1. Pengaruh

iklan rokok Hari-1

Hari-2 Hari-3 Hari-4 Memberikan informasi tentang bahaya rokok Menyingkirkan hal-hal yang berhubungan dengan rokok. seperti tidak membawa rokok, dan lain-lain Memberi peringatan kepada siswa jika ketahuan merokok Memberikan latihan self-relaxation 1. Siswa menghentikan kebiasaan merokok dengan secara nyata mencegahnya terjadi atau membuatnya lebih sulit terjadi, yaitu tidak membawa rokok ke sekolah atau tempat bermain. Reinforcement yang diinginkan siswa 2. Merokok karena pengaruh teman sebaya atau karena ikut-ikutan Hari-1 Hari-2 Hari-3 Memberikan informasi tentang bahaya rokok Membatasi lingkungan yang menjadi stimulus di mana rokok diizinkan Tidak bersosialisasi dengan orang lain yang memiliki kebiasaan merokok 1. Siswa mengurangi kebiasaan merokok dengan memulainya dari hal termudah Reinforcement yang diinginkan siswa

d. Tahap IV (Observasi Setelah Treatmen/Posttest)

Pada tahap ini, peneliti melakukan observasi kembali setelah dilaksanakannya treatment. Tujuan dari observasi pada tahap ini adalah untuk mengetahui perubahan perilaku pada siswa yang menjadi subjek penelitian setelah melakukan treatment yang diberikan oleh peneliti. Observasi ini sama dengan observasi sebelum dilaksanakannya treatment, yaitu dilakukan oleh peneliti dengan bantuan rekan. Konselor wajib memantau perkembangan yang sudah terjadi dalam diri siswa seperti, mengamati perilaku siswa selama di sekolah, menggali informasi dari teman-teman, guru kelas, dan wali kelas, mengenai kebiasaan merokok

Hari-4 Memberikan latihan self-relaxation 3. Merokok karena pengaruh perasaan negatif seperti stress, cemas, kesepian, menghilang kan kebosanan, dan sejenisnya. Hari-1 Hari-2 Hari-3 Hari-4 Memberikan informasi tentang bahaya rokok Meminta siswa melakukan momentum perilaku, yaitu melakukan hal termudah lebih dahulu untuk mengurangi kebiasaan merokok Memberi peringatan kepada siswa jika ketahuan merokok Mememberikan latihan self-relaxation 1. Siswa membawa daftar pernyataan dan membaca beberapa dari daftar tersebut di setiap waktu sepanjang hari, menggunakan respon melawan saat tergoda, siap mengatasi situasi dengan amunisi yang tepat, seperti permen mint, permen karet rendah gula, dan sebagainya. Reinforcement yang diinginkan siswa

siswa tersebut, menanyakan perkembangan siswa kepada siswa yang bersangkutan, dan memberi pujian atas perilaku barunya.

e. Tahap V (Analisis Data)

Tahap selanjutnya adalah analisis data dengan menggunakan uji Wilcoxon. Digunakan uji Wilcoxon karena subjek penelitian ≤ 30.

G. Teknik Pengumpulan Data Observasi

Observasi merupakan suatu penelitian yang dijalankan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra (terutama mata) atas kejadian-kejadian yang langsung dapat ditangkap pada waktu kejadian itu berlangsung (Walgito, 2010: 61).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi terstruktur. Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati, kapan, dan di mana tempatnya.

H. Uji Persyaratan Instrumen 1. Uji Validitas Instrumen

Validitas merupakan kepercayaan terhadap instrumen penelitian. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah lembar observasi yang berupa checklist yang merupakan pengembangan dari pedoman observasi berisi rincian dari aspek-aspek yang diobservasi. Dengan demikian validitas dalam instrumen ini merupakan validitas isi, yaitu validitas yang

diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgment (Azwar, 2000: 45). Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah sejauh mana item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur atau sejauh mana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur. Sehingga untuk mendapatkan validitas instrumen peneliti akan melakukan analisis rasional dan uji ahli untuk mengetahui sejauhmana isi lembar observasi mencerminkan ciri kebiasaan merokok pada siswa. Analisis rasional dilakukan oleh peneliti dan rekan, sementara untuk uji ahli dilakukan oleh dengan mengkonsultasikan kepada dosen ahli.

Setelah instrumen dianalisis rasional oleh peneliti dan rekan, dan diujikan kepada dosen ahli yaitu dosen Bimbingan dan Konseling. Hasil penilaian para ahli terhadap indikator dan deskriptor dari kisi-kisi instrumen lembar observasi pada lampiran adalah terdapat 30 pernyataan yang tepat, dan berdasarkan hasil analisis rasional yang dilakukan peneliti dan rekan juga menghasilkan 30 pernyataan yang sesuai untuk digunakan, sehingga dapat dikatakan terdapat 30 item pernyataan yang valid.

2. Uji Relibilitas Instrumen

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Penelitian ini menggunakan metode observasi dan dilakukan oleh 2 orang observer maka dalam menentukan

reliabilitas instrumen observasinya, menggunakan rumus (Arikunto, 2006: 210):

Keterangan:

KK : koefisien kesepakatan

S : sepakat, jumlah kode yang sama untuk objek yang sama N1 : jumlah kode yang dibuat oleh pengamat I

N2 : jumlah kode yang dibuat oleh pengamat II

Untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas menggunakan kriteria reliabilitas (Koestoro dan Basrowi dalam Kurniawan, 2010: 62) sebagai berikut : 0,8 – 1,000 = sangat tinggi 0,6 – 0,799 = tinggi 0,4 – 0,599 = cukup tinggi 0,2 – 0,399 = rendah < 0,200 = sangat rendah

Dari hasil uji coba yang dilakukan, berdasarkan perhitungan reliabilitas instrumen berupa lembar observasi pada lampiran, menunjukkan tingkat reliabilitas 0,65. Apabila dilihat berdasarkan kriteria tinggi rendah reliabilitas oleh Koestoro dan Basrowi, maka instrumen memiliki

reliabilitas yang tinggi. Hal ini berarti lembar observasi tersebut dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data.

I. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka data tersebut diolah untuk dianalisis. Analisis data merupakan bagian yang teramat penting dalam penelitian ilmiah, karena itu dengan analisis, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah.

Subyek dalam penelitian ini terdapat enam orang sehingga distribusinya dianggap tidak normal, hal ini sesuai dengan pendapat (Sudjana, 2002: 455) bahwa subjek penelitian yang kurang dari 25 distribusi datanya dianggap tidak normal. Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data ordinal, maka statistik yang digunakan adalah nonparametrik dengan menggunakan wilcoxon matched pairs test, hal ini sesuai dengan pendapat (Martono, 2010: 6) bahwa statistik yang digunakan untuk data ordinal merupakan stattistik non parametrik yaitu dengan menggunakan wilcoxon matched pairs test. Selain kedua alasan itu, data yang diperoleh peneliti merupakan dua subjek yang berhubungan yaitu peneliti hanya menggunakan satu subjek, namun diberikan perlakuan lebih dari satu kali (Martono, 2010: 144).

Penelitian ini akan menguji pretest dan posttest. Pretest merupakan hasil sebelum anak diberikan strategi self-control dan posttest merupakan hasil setelah anak diberikan strategi self-control. Dengan demikian peneliti dapat

melihat perbedaan nilai antara pretest dan posttest melalui hasil uji Wilcoxon ini.

Adapun rumus uji Wilcoxon ini adalah sebagai berikut (Martono, 2010: 145):

Keterangan:

T = jumlah rank dengan tanda paling kecil n = jumlah data

Dalam pelaksanaan uji Wilcoxon untuk menganalisis kedua data yang berpasangan tersebut, dilakukan dengan menggunakan analisis uji melalui program SPSS (Statistical Package for Social Science) 17. Hasil pengujian ini kemudian disimpulkan untuk membuktikan adanya pengurangan kebiasaan merokok siswa di sekolah dengan menggunakan strategi self-control.

Hasil uji wilcoxon untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 10. Hasil analisis data dengan uji signifikansi 5 % diperoleh nilai p = 0,026 ; p < 0,05. Maka terdapat perbedaan yang signifikan antara kebiasaan merokok siswa sebelum dan sesudah diberikan self-control. Dengan demikian Ha diterima yang artinya kebiasaan merokok dapat dikurangi menggunakan pendekatan konseling behavioral strategi self-control pada siswa SMA Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2012/2013.

Dokumen terkait