• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daerah penelitian ditentukan secara purposive artinya dengan sengaja yaitu di Desa Hutagaol Peatalun, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba samosir dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu daerah produksi padi sawah terbesar di Kecamatan Balige mendapatkan Program Penyuluhan Pertanian SLPHT (Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu).

Table 2. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2010 No Desa/Kelurahan Luas Sawah (ha) Luas dua kali Panen (ha) Jumlah Produksi (ton) Rata-rata Produksi (ton/ha)

01. Aek Bolon Julu 60 90 405 4,5

02. Aek Bolon Jae 70 105 577,5 5,5

03. Siboruan 20 30 153 5,1 04. Hutagaol Peatalun 220 380 2090 5,5 05. Bonan Dolok II 55 95 522,5 5,5 06. Hutanamora 95 165 907,5 5,5 07. Hutadame 100 175 962,5 5,5 08. Bonan Dolok I 55 95 522,5 5,5

09. Bonan Dolok III 65 115 632,5 5,5

10. Sibuntuon 70 105 577,5 5,5

11. Lumban Gorat 70 105 451,5 4,3

12. Sianipar Sihailhail 100 150 765 5,1

13. Silalahi Pagar Batu 146 292 1460 5

14. Hinalang Bagasan 155 232 1044 4,5 15. Sangkar Nihuta 39 72 367,2 5,1 16. Pardede Onan 39 68 346,8 5,1 17. Napitupulu Bagasan 29 55 275 5 18. Balige III 39 58,5 304,2 5,2 19. Balige II 40 78 405,6 5,2 20. Paindoan 74 144 878 6,1 21. Parsuratan 50 100 600 6,0

22. Huta Bulu Mejan 90 150 825 5,5

23. Saribu Raja Janji Maria 60 90 504 5,6

Table 2. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2010, lanjutan

No Desa/Kelurahan Luas Sawah (ha) Luas dua kali Panen (ha) Jumlah Produksi (ton) Rata-rata Produksi (ton/ha) 25. Matio 130 260 1560 6,0 26. Lumban Pea 160 256 1484 5,8 27. Lumban Gaol 100 150 855 5,7

28. Sibola Hotang SAS 109 163 850 5,2

29. Lumban Bulbul 30 54 297 5,5

30. Balige I 50 96 489,6 5,1

31. Lumban Dolok 40 70 364 5,2

32. Longat 80 160 800 5

33. Lumban Silintong 100 150 675 4,5

34. Lumban Pea Timur 88 149 804 5,4

35. Tambunan Sunge 60 108 615 5,7

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir (Kecamatan Balige Dalam Angka 2010)

Metode Penentuan Sampel Penelitian

Penentuan sampel secara sensus, yaitu dimana seluruh sampel digunakan dalam penelitian. Sampel penelitian sebanyak 25 KK, yaitu petani yang mengikuti program penyuluhan pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) tanaman padi sawah di Desa Hutagaol Peatalun.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah metode survey dan observasi langsung, dengan menggunakan daftar pertanyaan dan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari keterangan petani anggota kelompok tani selaku responden dan PPL yang bertugas pada kelompok tani tersebut. Sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait dan beberapa buku-buku pendukung penelitian.

Tabel 3. Metode Pengumpulan Data

Jenis Data Sumber Data

Primer :

Sampel Petani wawancara dengan petani

Sekunder :

Kondisi Geografis dan Kondisi Demografis BPS, Kantor Kepala Desa, Kelompok tani

Data kelompok tani PPL Desa Hutagaol Peatalun Metode Analisis Data

Keberhasilan pelaksanaan program penyuluhan tersebut ditentukan melalui skor dan persentase. Salah satu kriteria untuk mengukur keberhasilan penyuluhan pertanian yaitu ada penerimaan (adopsi) petani terhadap hal hal yang dianjurkan PPL, hal ini dapat dilihat dari reaksi petani yang bersedia menerapkan anjuran yang di berikan PPL.

Tabel 4. Skor Ketercapaian Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) Pada Petani Padi Sawah di Desa Hutagaol Peatalun, Kecamatan Balige Kabupaten Toba No Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian SLPHT

Anjuran Pengukuran Skor

1 Pemahaman dan keterampilan aspek metode PHT - Mendefenisikan

beberapak aspek ; hama, musuh alami, siklus hidup dan penyakit.

- Menunjukkan cara pencegahan yang sangat penting, terutama untuk pengendalian tikus serangga dan penyakit. - Dapat mengambil sampel

di lahan yang terserang tikus, serangga hama dan kerusakan tanaman dengan menggunakan cara sebenarnya dan secara pendugaan.

- Mendemonstrasikan gejala keracunan, menghitung dosis pestisida, pemeliharaan alat penyemprot dan cara penyemprotan.

- Mensimulasi perubahan populasi serangga atau patogen yangdisebabkan varietas yang resisten dan pestisida. 1. Melakukan sesuai dengan anjuran 2. Tidak melakukan sesuai dengan anjuran 2 1 2 Pemilihan Benih

- Memilih benih yang mempunyai ketahanan terhadap penyakit, dan serangga hama.

- Menggunakan satu jenis benih pada satu lahan yang diusahakan atau bibit (varietas) yang seragam.

1. Melakukan pemilhan benih sesuai dengan anjuran 2. Tidak melakukan inovasi pemilhan benih sesuai dengan anjuran 2 1

Lanjutan . . .

3 Penanaman - Bibit ditanam pada kedalaman 3-5 cm - Penanaman bibit 3-4

batang/lubang

- Tanam bibit muda umur 15-20 hari

- Tanam sistem legowo

1. Melakukan inovasi penanaman sesuai dengan anjuran 2. Tidak melakukan inovasi penanaman sesuai dengan anjuran 2 1

4 Pemupukan - Pemakaian pupuk berimbang yaitu : a) Urea = 200 Kg/Ha b) SP36 = 150 Kg/Ha c) KCl = 100 Kg/Ha d) ZA = 75 Kg/Ha Jumlah = 525 Kg/Ha - Pemakaian pupuk tersebut

dapat dicampurkan bersamaan.

- Pemakaian pupuk tersebut harus disesuaikan dengan kondisi perkembangan tanaman dan keadaan fisik tanah.

- Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dan Penggunaan Pupuk Cair (PPC) 1. Melakukan inovasi pemupukan sesuai dengan anjuran 2. Tidak melakukan inovasi pemupukan sesuai dengan anjuran 2 1

Lanjutan . . . 5 Pengendalian Hama dan Penyakit - Pengendalian jasad pengganggu tanaman secara terpadu - Pengendalian berbagai jenis hama dan penyakit yang akan terjadi pada padi sawah adalah lebih mengandalkan cara pencegahan dibanding pengobatan, yaitu dengan cara pemilihan benih yang bersertifikat dengan mutu yang terjamin.

- Menggunakan pestisida dan racun lainnya apabila populasi hama dan penyakit diatas diatas 25%.

- Pengendalian dan

pemberantasan hama dan penyakit menggunakan racun harus sesuai dengan dosis, cara dan waktu yang tepat.

1. Melakukan inovasi Pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan anjuran 2. Tidak melakukan

inovasi

pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan anjuran

2

Lanjutan . . .

6 Panen - Butir gabah menguning mencapai sekitar 80% dan tangkainya sudah menunduk - Pemanenan dapat dilakukan 100-115 sesuai jenis benihnya - Menggunakan sabit pemotong - Perontokan dilakukan dengan power thresser (alat mesin perontok) yang diberi alas berupa terpal untuk meminimalisasi gabah banyak terbuang.

1. Melakukan inovasi panen sesuai dengan anjuran 2. Tidak melakukan inovasi panen sesuai dengan anjuran 2 1

7 Pasca Panen - Dilakukan pengeringan dibawah sinar matahari sekitar 1-3 hari tergantung intensitas cahaya matahari agar gabah tahan lama disimpan.

- Dilakukan penggilingan dengan mesin alat penggiling

- Penyimpanan beras dilakukan setelah

pengemasan dalam karung plastik.

1. Melakukan inovasi pasca panen sesuai dengan anjuran 2. Tidak melakukan inovasi pasca panen sesuai dengan anjuran 2 1

Sumber : BPP Kecamatan Balige

skor dalam mengevaluasi pelaksanaan inovasi program SLPHT adalah : ≤ 7 dapat disimpulkan bahwa program SLPHT tidak berhasil (gagal) 8 - 14 dapat disimpulkan bahwa program SLPHT berhasil.

Untuk menganalisis hipotesis hubungan antara karakteristik sosial ekonomi petani dengan tingkat keberhasilan program penyuluhan pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) didaerah penelitian dianalisis dengan menggunakan metode Korelasi Rank Spearman dengan rumus: Rs = 1 –

dimana range Rs = -1≤0≥1 Keterangan:

Rs = koefisien korelasi Rank Spearman

di = selisih antara peringkat faktor sosial ekonomi dengan keberhasilan penyuluhan

N = jumlah sampel α = tingkat kepercayaan db = derajat bebas

dan diuji dengan uji signifikansi sebagai berikut : Th = Rs

tα = α : db

Dengan kriteria uji sebagai berikut :

Jika t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima dan H1 tidak diterima

Yaitu tidak ada hubungan antara karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, dan produksi) petani dengan keberhasilan penyuluhan.

Jika t hitung > t tabel maka Ho tidak diterima dan H1 diterima

Yaitu ada hubungan antara karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, dan produksi) petani dengan keberhasilan penyuluhan (Sudjana,1992).

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Definisi

1. Evaluasi adalah penilaian terhadap pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian SLPHT (Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu) di daerah penelitian.

2. Evaluasi program adalah evaluasi yang dilakukan mengkaji kembali draft atau usulan program yang sudah direncanakan dan dilaksanakan apakah berhasil atau tidak untuk keberlanjutan program tersebut.

3. Perkembangan penyuluhan pertanian adalah perubahan atau kemajuan penyuluhan pertanian kearah yang lebih baik dari sebelumnya di daerah penelitian.

4. Penilaian petani adalah tanggapan petani terhadap pelaksanaan program penyuluhan pertanian.

5. Petani padi sawah adalah petani di daerah penelitian yang mengusahakan padi sawah sebagai tanaman utama.

6. Karakteristik sosial ekonomi petani yang diteliti adalah umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, produksi dan produktivitas.

7. Umur (X1) adalah lama waktu hidup responden (tahun) dari lahir hingga ketika dilakukan penelitian.

8. Tingkat pendidikan (X2) adalah tingkat jenjang pendidikan yang telah ditempuh oleh responden untuk memperoleh pengajaran dibangku sekolah (pendidikan formal).

9. Lama berusahatani (X3) adalah lamanya (tahun) responden bekerja sebagai petani padi sawah.

10..Luas lahan (X4) adalah luasnya (ha) areal pertanaman padi sawah yang diusahakan oleh responden.

11.Jumlah tanggungan keluarga (X5) adalah jumlah seluruh anggota keluarga yang belum berpenghasilan dan menjadi tanggungjawab responden.

12.Produksi (X6) adalah hasil panen yang diperoleh petani dari usahataninya (ton).

Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Hutagaol Peatalun, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir.

2. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan juli - agustus tahun 2011.

3. Sampel adalah petani padi sawah yang mengikuti program penyuluhan pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) di Desa Hutagaol Peatalun, Kecamatan Balige, kabupaten Toba Samosir.

Dokumen terkait