• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian

Paradigma merupakan keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai, teknik dan sebagainya dimiliki bersama oleh anggota-anggota masyarakat tertentu. Menurut Mulyana, ”Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisnya: Paradigma menunjukan keada mereka apa yang penting dan masuk akal”30

.

Menurut Salim, “Terdapat empat paradigma ilmu pengetahuan, yaitu Positivisme, Post-positivisme (yang kemudian dikenal sebagai Classical Paradigm atau Conventionalism Paradigm), Critical Theory (Realisme) dan Constructivism”31

. Keempatnya dimaksudkan untuk menemukan hakikat realitas atau ilmu pengetahuan yang berkembang.

Positivisme merupakan paradigma yang muncul paling awal dalam dunia ilmu pengetahuan. Keyakinan dasar aliran ini berakar pada paham ontologi realisme yang menyatakan bahwa realitas berada dalam kenyataan dan berjalan sesuai dengan hukum alam (natural laws). Penelitian beruapaya mengungkapkan kebenaran realitas yang ada, dan bagaimana realitas tersebut senyatanya berjalan.

30 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. hal. 9

31 Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, PT. Tiara Wacana, Jakarta, 2006, hal.68

Post-positivisme merupakan semangat dari kemunculan paradigma ini adalah keinginan untuk memperbaiki kelemahan -kelemahan positivisme yang memang hanya mengandalkan kemampuan pengamatan langsung atas objek yang diteliti. Secara ontologis, cara pandang aliran ini bersifat critical realism. Sebagaimana cara pandang kaum realis, aliran ini juga melihat realitas sebagai hal yang memang ada dalam kenyataan sesuai dengan hukum alam, namun menurut aliran ini adalah mustahil bagi manusia (peneliti) untuk melihat realitas secara benar. Oleh karena itu, secara metodologis pendekatan eksperimental melalui observasi dipandang tidak mencukupi, tetapi harus dilengkapi dengan metode triangulas, yaitu penggunaan beragam metode, sumber data, periset dan teori.

Teori Kritis sebenarnya tidak dapat dikatakan sebagai suatu paradigma akan tetapi lebih tepat disebut ideologically oriented inquiry, yaitu suatu wacana atas realitas dengan muatan orientasi ideologi tertentu, yakni meliputi neo-Marxisme, materialisme, feminisme, Freireisme, participatory inquiry, dan paham-paham yang setara. Secara ontologis, cara pandang aliran ini sama dengan pandangan post-positivisme, khususnya dalam menilai objek atau realitas kritis (critical realism), yang tidak dapat dilihat secara benar oleh pengamatan manusia.

Konstruktivisme merupakan antitesis terhadap paham yang menempatkan pentingnya pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atas ilmu pengetahuan. Secara tegas paham ini menyatakan bahwa positivisme dan post-positivisme keliru dalam mengungkap realitas

dunia dan harus ditinggalkan dan digantikan oleh paham yang bersifat konstruktif. Realitas yang diamati oleh seseorang tidak bisa digeneralisasikan kepada semua orang sebagaimana yang biasa dilakukan di kalangan positivis atau post-positivs. Atas dasar filosofis ini, aliran ini menyatakan bahwa hubungan epistimologis antara pengamat dan objek merupakan satu kesatuan, subjektif dan merupakan hasil perpaduan interaksi di antara keduanya. Peneliti menggunakan paradigma konstruktivis karena paradigma ini memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi terbentuk dari kontruksi.

Paradigma ini menekankan empati, dan interaksi dialektis antara peneliti-responden untuk merekontruksi realitas yang diteliti, melalui metode-metode kualitatif seperti observasi dan partisipasi. Sejauh mana temuan data merupakan refleksi otentik dari realitas yang dihayati oleh para pelaku sosisal. Berangkat dari pemikiran ini kita bisa melihat bahwa tugas seorang konstruktivis tidaklah mudah. Mengingat dunia arti di balik sebuah peristiwa perlu dipahami dengan seksama, menyeluruh, diintrepretasikan sampai akhirnya lahir sebuah makna.

Asumsi dasar dalam paradigma ini dibagi tiga, Ontologis merujuk pada hakikat apa yang dikaji, tentang hal ada (existence), epistemologis pada cara mendapatkan pengetahuan yang benar (how you know), sedangkan aksiologis mengacu pada nilai kegunaan (what for). Sehingga penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Ontologi

Paradigma konstruktivis menyatakan bahwa realitas itu ada dalam bentuk konstruksi mental yang bermacam-macam, berdasarkan pengalaman sosial, bersifat lokal dan spesifik, tergantung pada orang yang melakukannya.

b. Epistemologi

Paradigma konstruktivisme bersifat subjektif dan transaksional. Pemahaman tentang suatu realitas atau temuan merupakan suatu produk interaksi antara peneliti dengan yang diteliti. Dalam mengungkap suatu kebenaran, peneliti dan objek penelitiannya berhubungan secara interaktif, sehingga fenomena dan pola-pola keilmuan dapat dirumuskan dengan memperhatikan gejala hubungan yang terjadi di antara keduanya.

c. Aksiologi

Paradigma konstruktivisme menganggap bahwa nilai, etika, dan pilihan moral merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu penelitian. Peneliti di sini bertindak sebagai passionate participant, yaitu fasilitator yang menjembatani keragaman.

Untuk lebih mudah melihat perbedaan dari empat paradigma, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1

Paradigma Penelitian

Positivsme & Post Positivsme

Konstruktivisme (Interpretif)

Teori Kritis

Menempatkan ilmu sosial seperti ilmu alam, yaitu metode

terorganisir untuk mengkombinasikan „deductive logic’ melalui pengamatan empiris, agar mendapatkan konfirmasi tentang hukum kausalitas yang dapat digunakan memprediksi pola umum gejala sosial tertentu.

Memandang ilmu sosial sebagai analisis

sistematis atas „socially meaningful action‟ melalui pengamatan langsung terhadap aktor sosial terhadap aktor sosial dalam setting yang alamiah, agar dapat memahami dan menafsirkan

bagaimana aktor sosial mencipta dan

memelihara dunia sosial.

Mentakrifkan ilmu sosial sebagai proses kritis mengungkap „the real structure‟ di balik ilusi dan kebutuhan palsu yang ditampakkan dunia materi, guna mengembagkan

kesadaran sosial untuk memperbaiki kondisi kehidupan subjek penelitian.

Contoh Teori Contoh Teori Contoh teori

Ekonomi Politik Liberal Teori Modernisasi, teori

Konstruktivisme Ekonomi (Golding

Strukturalisme Ekonomi-Politik

pembangunan negara berkembang.

Interaksionalisme Simbolik (Iowa School) Agenda Setting, Teori Fungsi Media &Murdock). Fenomenologi, Etnometodologi. Interaksi Simbolik (Chicago School). Konstruksionisme (Social Construction of reality Peter L. Berger).

(Schudson). Instrumentalisme Ekonomi Politik (Chomsky,Gramsci, dan Adomo). Teori Tindakan Komunikasi (Jurgen Habermas).

(Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Hal.72)

Menurut Agus Salim dalam bukunya Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, “Paradigma konstruktivisme merupakan hasil interaksi dari kesatuan hubungan epistimologis dari peneliti dan objek yang diteliti”32

. Sehingga dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan paradigma konstruktivisme. Menurut Guba, “Jika (realitas) hanya dapat dilihat melalui jendela teori, maka itu hanya dapat dilihat sama melalui jendela nilai. Banyak pengkonstruksian dimungkinkan”33

. Dengan begitu, peneliti akan terjun langsung kedalam objek penelitian untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan secara lengkap dan deskriptif, Dimana penulis mencoba mendeskripsikan atau menggambarkan kebijakan yang diambil perusahaan dalam menerbitkan Bisnis Indonesia edisi mingguan tersebut.

32 Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, PT. Tiara Wacana, Jakarta, 2006, hal.71

3.2 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dimana prosedur penelitian tidak menghasilkan data statistik tetapi menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari sumber dan hasil yang didapat.

Menurut Sugiyono mengungkapkan bahwa, “Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data sebenarnya, data yang pasti merupakan suatu nilai di balik data yang tampak”34

.

Burhan Bungin juga mengutarakan pendapatnya bahwa, “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat interpretatif yang menggunakan banyak metode dalam menelaah masalah dalam penelitiannya, penggunaan metode ini sering disebut dengan triangulasi”35

.

Dari penjelasan diatas penulis menarik kesimpulan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang meneliti suatu objek secara mendalam dan memanfaatkan metode wawancara terbuka untuk menggali atau mendapatkan informasi dari objek yang diteliti.

Menurut Salim penelitian kualitatif memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. “Data diperoleh secara langsung dari lapangan, dan bukan dari

laboratorium penelitian yang terkontrol;

34 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, 2010, Hal.3

2. Penggalian data dilakukan secara alamiah, melakukan kunjungan pada situasi-situasi alamiah subyek; dan

3. Untuk memperoleh makna baru dalam bentuk kategori-kategori jawaban, periset wajib mengembangkan situasi dialogis sebagai situasi ilmiah”36

.

Pendekatan ini penulis gunakan karena tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan serta menggambarkan bentuk kebijakan yang ada pada suatu media yaitu kebijakan PT. Grafindo Aksara Grafika dalam Menerbitkan Bisnis Indonesia Mingguan.

3.3 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian kasus atau penelitian lapangan dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan dan posisi saat ini serta interaksi linkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya (given). Menurut Lincoln dan Guba dikutip oleh Mulyana, metode penelitian kualitatif memiliki beberapa keuntungan, yaitu:

1. Studi Kasus dapat menyajikan pandangan dari subjek yang diteliti. 2. Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh dan mirip dengan

apa yang terjadi di dunia nyata.

3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukan hubungan antara peneliti dan responden.

36 Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, PT. Tiara Wacana, Jakarta, 2006, hal.4

4. Dapat memberikan uraian yang mendalam bagi penilaian37.

Penelitin kasus merupkan penelitian mengenai unit sosial tertentu, sehingga hasil penelitian itu memberi gambaran luas dan mendalam mengenai objek yang diteliti, dalam hal ini adalah Kebijakan dalam menerbitkan Bisnis Indonesia Weekend.

3.4 Subjek dan Objek Penelitian

Silalahi (2009) mengungkapkan bahwa data merupakan bagian penting dan sentral dalam kegiatan penelitian. Data tersebut berkenaan dengan masalah, sedangkan masalah dipresentasi oleh konsep atau variabel penelitian.

Oleh karena itu jika ingin mendapatkan data, peneliti harus mengobservasi variabel yang merupakan representasi dari masalah yang ada. Masalah penelitian merupakan objek yang dipelajari dalam penelitian.

3.4.1 Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah PT. Grafindo Aksara Grafika sebagai penerbit surat kabar Bisnis Indonesia.

3.4.2 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah Kebijakan redaksi dalam menerbitkan Bisnis Indonesia Minggu atau Bisnis Indonesia Weekend.

37 Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan Ilmu Sosial Lainnya,Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, hal.201

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono, “Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan pembuktian terhada informasi atau keterangan yang diperoleh data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan”38

. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dilapangan difokuskan pada dua macam data yang diperoleh antrara lain:

1. Data Primer

Data primer adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai yang didapat melalui catatan tertulis atau melalui rekaman video atau audiotape, dan pengambilan foto atau film. Data primer merupakan data yang diperoleh dari tangan pertama data ini berasal dari informan dan key informan. Dalam melakukan studi deskriptif ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan wawancara terstruktur dan observasi secara langsung.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh sebagai bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis yang dapat dibagi atas sumber buku, majalah ilmaiah, sumber dan arsip, foto, dokumen pribadi dan berbagai dokumen resmi.

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah wawancara, survey, dan observasi.

a. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang akurat dan memperkuat data, yang dilakukan adalah wawancara bebas (semi structured interview) yaitu wawancara dengan menggunakan interview guide atau pedoman wawancara yang dibuat berupa daftar pertanyaan. Peneliti mewawancarai Wakil Pemimpin Redaksi, Narasumber ahli dan pelanggan Bisnis Indonesia.

Penulis memilih Chamdan Purwoko selaku wakil pemimpin redaksi, karena penulis yakin bahwa pengetahuan dan informasi yang akan didapatkan merupakan data yang kredibel karena Narasumber sudah berada di Bisnis Indonesia kurang lebih selama 20 tahun.

b. Observasi

Observasi merupakan pengamatan yang dilaksanakan secara tidak langsung maupun langsung dengan menggunakan alat-alat bantu yang sudah disiapkan sebelumnya.

c. Dokumenter

Informasi yang disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan dokumenter yang berbentuk surat-surat, catatan harian, cendera mata, laporan, dan sebagainya.

3.6 Keabsahan Data

Menurut Sugiyono (2005) mengutip dari William Wiersma menjelaskan mengenai teknik Triangulasi untuk menambah keabsahan data. “Triangulasi dalam pengujian keabsahan data ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu”39

.

Dari penjelasan tersebut diatas, maka untuk menguji keabsahan data, peneliti menggunakan tekni Triangulasi data yaitu dengan mengecek data dari berbagai sumber yang terpercaya untuk membandingkan data yang kemudian dapat dianalisis dengan teknik yang berbeda.

Ada empat macam triangulasi menurut Moleong (2004), diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Teknik triangulasi membuat penelitian lebih dapat dipercaya. Adapun langkah yang dapat ditempuh untuk membuat data yang dipercaya melalui teknik ini, yaitu:

a) “Membandingkan data hasil pengamatan dengan data wawancara. b) Membandingkan apa yang dikatakan orang depan umum dengan apa

yang dikatakan pribadi.

c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai endapat dan pandangan masyarakat.

e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan”40

.

Triangulasi menjadi sangat penting dalam penelitian kualitatif, triangulasi dapat meningkatkan kedalaman pemahaman peneliti baik mengenai fenomena yang diteliti maupun konteks di mana fenomena itu muncul. Pemahaman yang mendalam atas fenomena yang diteliti merupakan nilai yang harus diperjuangkan oleh setiap peneliti kualitatif.

Triangulasi dilakukan atas dasar sumber data, teknik pegambilan data dan teori yang digunakan penulis. Penulis membandingkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dengan perspektif teori agenda setting, kemudian dilanjutkan dengan membandingkannya dengan teori hierarchy of influence. Triangulasi ini digunakan untuk memperoleh hasil yang sah dalam penelitian Kebijakan PT. Jurnalindo Aksara Grafika dalam menerbitkan Bisnis Indonesia Mingguan.

3.7 Teknik Analisis Data

Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Menurut Nawawi (2003), “Penelitian deskriptif terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta (fact finding)”.

40 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rosdakarya, Bandung, 2004, Hal. 83

Menurut Bogdon dan Biklen dikutip oleh Moleong (2007) dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif mengatakan, “Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesisnya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan pada orang lain”41

. Teknik yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah mengacu pada konsep Milles & Huberman (1994) yang terdapat dalam buku karangan Prof. Dr. Sugiyono yang membahas tiga alur kegiatan, yaitu:

1. “Reduksi data, yaitu proses pemilihan data menggolongkan, mengarahkan, dan membuang yang tidak perlu serta mengorganisasikan dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diversivikasi.

2. Penyajian data, yaitu seluruh data-data dilapangan berupa dokumentasi hasil wawancara dan hasil observasi dianalisa sehingga dapat memunculkan deskripsi tentang peran dan strategi. 3. Penarikan kesimpulan adalah kegiatan penggambaran secara utuh

dari objek yang diteliti berdasarkan pada penggabungan semua data dan informasi”42

.

41 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rosdakarya, Bandung, 2004, Hal. 248

Analisis data yang penulis lakukan adalah saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selelesai pengumpulan data itu dilakukan kepada subjek peneliti. Penulis membaca hasil catatan lapangan, mendengarkan kembali rekaman hasil wawancara untuk mendapatkan pemahaman yang lebih tentang masalah penelitian yang dilakukan oleh penulis yatu, Kebijakan PT. Jurnalindo Aksara Grafika dalam menerbitkan Bisnis Indonesia mingguan.

Pada langkah berikutnya penulis menarik kesimpulan dari data yang telah diperoleh dari proses awal sampai dengan akhirnya, kesimpulan yang diambil berdasarkan data yang telah melalui berbagai proses penelitian dan juga disesuaikan dengan teori yang digunakan oleh penulis.

3.8 Unit analisis

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian adalah informan yaitu narasumber yang di wawancara yang terkait secara langsung dan bertanggung jawab dalam penerbitan Bisnis Indonesia Minggu atau Bisnis Indonesia weekend.

BAB IV

Dokumen terkait