• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yang bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent.

2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah seluruh objek dengan karakteristik tertentu yang diteliti (Hidayat, 2011). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perawat yang bekerja di Ruang Rawat Bedah (RB) RSUP H. Adam Malik Medan. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 28 Desember 2013, jumlah seluruh perawat yang bekerja di Ruang Rawat Bedah sebanyak 40 orang yang terdiri dari Ruang RB2A sebanyak 20 orang, ruang RB2B sebanyak 20 orang.

2.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2002). Sampel harus bersifat representatif (mewakili semua populasi yang ada) dan jumlahnya harus cukup banyak (Nursalam, 2003). Pada penelitian ini metode

pengukuran sampel yang dilakukan pada perawat adalah total sampling, jumlah sampel yang digunakan merupakan jumlah seluruh populasi yaitu, sebanyak 40 orang.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan. Adapun alasan pemilihan rumah sakit ini adalah belum pernah dilakukan penelitian tentang pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian

informed consent, dimana RSUP H. Adam Malik Medan merupakan Rumah Sakit pendidikan dan penelitian. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan Maret-April 2014.

4. Pertimbangan Etik Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti tetap bepedoman pada prinsip-prinsip etik penelitian yaitu: Pertama prinsip manfaat, dimana peneliti lebih dahulu memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Jika calon responden bersedia maka responden harus lebih dahulu menandatangani surat persetujuan menjadi responden (informed consent), tetapi jika responden menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya. Kedua adalah prinsip keadilan yaitu, untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, maka peneliti tidak akan mencantumkan nama responden dalam lembar kuesioner yang akan diisi oleh responden (Anonimity). Pada lembar kuesioner hanya di tulis nomor kode tertentu oleh peneliti. Kerahasiaan informasi dari responden dijamin oleh penulis (Confidentiality).

5. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden peneliti menggunakan alat pengumpulan data dalam bentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada tinjauan pustaka. Kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner pengetahuan perawat. Kuesioner pengetahuan berisikan pertanyaan yang terdiri dari dua bagian yaitu kuesioner peran perawat sebagai pendidik dan kuesioner peran perawat sebagai pembela dalam pemberian informed consent pada pasien di ruang rawat bedah.

5.1 Kuesioner Data Demografi

Pada bagian awal kuesioner penelitian berisi data demografi responden meliputi usia, jenis kelamin, lama kerja dan pendidikan.

5.2 Kuesioner Peran Perawat Sebagai Pendidik

Instrumen penelitian tentang pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dalam pemberian informed consent pada pasien rawat bedah, terdiri dari 6 pertanyaan pilihan berganda dengan menggunakan penilaian menggunakan skala Guttman dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap pilihan. Jika perawat menjawab dengan benar maka skor = 1, jika tidak maka skor = 0. Total skor yang diperoleh terendah 0 yang tertinggi 6. Semakin tinggi skor maka semakin baik pengetahuan perawat.

Berdasarkan data statistik menurut Sudjana (2002), adalah: Panjang kelas = Rentang kelas

Banyak kelas

Dengan P merupakan panjang kelas dengan rentang 0 dan 3 kategori kelas untuk menilai pengetahuan perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian

informed consent yaitu, pengetahuan baik, pengetahuan cukup, pengetahuan kurang, maka didapatkan panjang kelas 3, menggunakan P = 3 dengan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas. Maka pengetahuan dikatakan ordinal sebagai berikut: 0-2 adalah pengetahuan kurang, 3-4 adalah pengetahuan cukup, 5-6 adalah pengetahuan baik.

5.3 Peran Perawat Sebagai Pembela

Instrumen penelitian tentang pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela dalam pemberian informed consent pada pasien rawat bedah, terdiri dari 6 pertanyaan pilihan berganda dengan menggunakan penilaian menggunakan skala Guttman dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item, jika perawat dapat menjawab dengan benar maka skor = 1, jika tidak maka skor = 0. Total skor yang diperoleh terendah 0 yang tertinggi 6.

Berdasarkan data statistik menurut Sudjana (2002), adalah: Panjang kelas = Rentang kelas

Banyak kelas

Dengan P merupakan panjang kelas dengan rentang 0 dan 3 kategori kelas untuk menilai pengetahuan perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian

informed consent yaitu, pengetahuan baik, pengetahuan cukup, pengetahuan kurang, maka didapatkan panjang kelas 3, menggunakan P = 3 dengan nilai terendah 0

sebagai batas bawah kelas. Maka pengetahuan dikatakan ordinal sebagai berikut: 0-2 adalah pengetahuan kurang, 3-4 adalah pengetahuan cukup, 5-6 adalah pengetahuan baik.

6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 6.1 Uji Validitas

Kuesioner penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka, oleh sebab itu penting dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui seberapa besar kemampuan alat ukur dalam mengukur secara konsisten sasaran yang diukur. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Validitas dapat diuraikan sebagai tindakan ukuran penelitian yang sebenarnya, yang memang didesain untuk mengukur. Uji validitas penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji validitas isi (content validity). Sebuah kuesioner dikatakan valid apabila mampu mengukur data dari dari variabel secara tepat. Kuesioner untuk pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dan pembela yang digunakan dalam penelitian ini akan divalidasi oleh dosen Departemen Keperawatan Dasar dengan kualifikasi magister di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dengan content validity index (CVI) adalah 1 sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner dalam penelitian ini sudah valid.

Uji reliabilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama (Notoatmodjo, 2010).

Uji reliabilitas telah dilakukan pada 20 orang perawat yang bekerja di ruang rawat bedah RSUD dr. Pirngadi Medan, dimana bukan sampel yang diteliti. Uji reliabilitas telah dilakukan pada tanggal 17 Februari 2014 sampai dengan 19 Maret 2014. Pada proses penelitian ini kuesioner peran perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent menggunakan komputerisasi dengan metode Kuder Richardson- 21(KR-21), dimana koefisiennya harus >0,7 agar dianggap reliabel maka kuesioner ini layak digunakan (Polit & Hungler 2004). Hasil uji reliabilitas pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik diperoleh 0,8 dan hasil uji reliabilitas pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela diperoleh 0,8 sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner ini sudah reliabel. Dengan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2002):

11 = � −

1� �1−M(� − ���� )� Keterangan : r 11 = reliabilitas instrumen

K = banyaknya butir pertanyaan M = rerata sekor seluruh butir Vt = varians total

Peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian melalui bagian pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian mengajukan permohonan izin pelaksana penelitian pada RSUP H. Adam Malik Medan. Setelah mendapatkan izin maka dilakukan pengumpulan data. Peneliti mencari perawat yang bekerja diruang rawat bedah sebelumnya, apabila peneliti telah menemukan calon responden, selanjutnya peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat dan cara pengisian kuesioner, kemudian responden diminta untuk menandatangani surat persetujuan (informed consent) ataupun memberikan persetujuan secara lisan. Selanjutnya peneliti mengambil data dari responden yang bersedia mengisi kuesioner. Pada saat pengambilan kuesioner peneliti melihat kelengkapan jawaban responden, jika dalam pertanyaan ada yang belum diisi oleh responden maka peneliti menjelaskan maksud dari pertanyaan tersebut, sehingga semua pertanyaan terjawab, dan peneliti mengumpulkan semua kuesioner. Dalam pengisian kuesioner ini, membutuhkan waktu 10-15 menit untuk masing-masing responden yang bersedia mengisi langsung dan setelah selesai diisi, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti, lalu di lakukan mentabulasi data dengan teknik komputerisasi.

8. Analisa Data

Data yang telah terkumpul diolah dan ditabulasi dengan langkah – langkah yaitu: Penyuntingan Data (Editing) dengan memeriksa kembali semua kuesioner yang telah diisi oleh responden, dengan maksud untuk memeriksa apakah setiap kuesioner telah diisi sesuai dengan petunjuk, Membuat Kode (Coding) dengan memberikan kode tertentu pada kuesioner yang telah diajukan untuk mempermudah sewaktu

mengadakan tabulasi dan analisa data, Memasukkan Data (Data Entry) dengan mengisi kolom atau kotak lembar kode sesuai jawaban masing-masing pertanyaan, Tabulasi dengan membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian. Setelah data terkumpul, maka analisa data akan dilakukan melalui pengolahan data secara komputerisasi. Dari pengolahan data statistik, data demografi akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentasi. Hasil analisa data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk melihat pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent. Analisa data akan dilakukan dengan menghitung mean dan standar deviasi.

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan diuraikan dalam dua bagian yaitu hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang telah diperoleh. Pada hasil penelitian akan diuraikan tentang karakteristik responden, pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dalam pemberian informedconsent dan pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela dalam pemberian informed consent. Pada pembahasan akan dibahas tentang hasil penelitian yang mengacu kepada tujuan penelitian.

1. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 14 Maret 2014 sampai dengan 14 April 2014 di Ruangan Rawat Bedah (RB) RSUP H. Adam Malik Medan, dengan jumlah responden 40 orang yang terdiri dari 20 orang perawat yang bekerja di Ruang RB2A dan 20 orang yang bekerja di RB2B. Adapun hasil penelitian ini akan diuraikan sebagai berikut:

1.1 Karakteristik Responden

Berdasarkan karakteristik data demografi perawat yang bekerja di Ruang Rawat Bedah (RB) RSUP H. Adam Malik Medan, didapatkan bahwa responden dengan kelompok usia terbanyak (37,5%) berada pada rentang 25-33 tahun. Hampir semua responden (95%) adalah perempuan. Berdasarkan lama kerja, mayoritas responden (75%) bekerja lebih dari 5 tahun. Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan, lebih dari setengah responden (52,5%) memiliki tingkat pendidikan D-III

Keperawatan, dan tingkat pendidikan S1 Keperawatan (40%). Hasil penelitian mengenai karakteristik responden secara singkat dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah ini:

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Karakteristik Responden (N=40)

Data Demografi Jumlah Persentase (%)

1. Usia - 25-33 - 34-42 - 43-51 Total 2. Jenis Kelamin - Laki-Laki - Perempuan Total 3. Lama Kerja - 1-3 - 3-5 - >5 Total 15 14 11 40 2 38 40 3 7 30 37,5 35 27,5 100 5 95 100 7,5 17,5 75

4. Pendidikan - SPK - Diploma - Sarjana Total 40 3 21 16 40 100 7,5 52,5 40 100

1.2 Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai Pendidik dan Pembela Dalam Pemberian Informed Consent

Pada penelitian ini pengetahuan perawat yang akan dibahas yaitu pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent.

a. Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai pendidik

Hasil penelitian pada pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dalam pemberian informed consent diperoleh baik (27,5%), cukup (62,5%) dan kurang (10%) dapat dilihat pada tabel 5.3.

Hasil pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden (62,5%) memiliki tingkat pengetahuan cukup dalam menjalankan peran sebagai pendidik dalam pemberian informed consent, 4 orang (10%) responden memiliki

pengetahuan yang kurang, dan hanya 11 orang (27,5%) responden memiliki pengetahuan yang baik.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik (N=40)

Pengetahuan n %

Baik 11 27,5

Cukup 25 62,5

Kurang 4 10

Berdasarkan jawaban yang diberikan responden diperoleh hasil penilaian bahwa mayoritas responden menjawab dengan benar 3 pertanyaan (nomor 2, 5 dan 6), tetapi ada 1 pertanyaan yang dijawab salah oleh mayoritas responden yaitu pertanyaan nomor 4 (80%). Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase hasil penilaian dari kuesioner pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dalam pemberian informed consent berdasarkan jawaban responden (N=40)

No Pertanyaan

Bernilai Benar Bernilai Salah

n % n %

1 Apakah peran perawat sebagai pendidik dalam pemberian informed consent ?

22 55 18 45

2 Apakah yang harus dilakukan perawat untuk memastikan pasien mengerti tentang tindakan yang akan dilakukan?

36 90 4 10

3 Apakah tujuan perawat menjelaskan keuntungan dan kerugian dari tindakan yang akan dilakukan pada pasien ?

20 50 20 50

4 Apakah yang harus dilakukan perawat dalam mengkaji kesiapan pasien terhadap tindakan yang akan

dilakukan ?

5 Peran perawat sebagai penidik dalam pemberian informed consent adalah memberikan pendidikan mengenai tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien, sehingga terjadi

perubahan perilaku pada pasien. Hal ini dapat dilihat dari perilaku pasien dalam pemberian informed consent

yaitu:

33 82,5 7 17,5

6 Kapankah perawat berperan sebagai pendidik dalam pemberian informed consent ?

b. Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai Pembela Dalam Pemberian

Informed Consent

Hasil penelitian pada pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela dalam pemberian informed consent diperoleh baik (27,5%), cukup (35%) dan kurang (37,5%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase responden terkait dengan pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela (N=40)

Pengetahuan N %

Baik 11 27,5

Cukup 14 35

Kurang 15 37,5

Berdasarkan jawaban yang diberikan responden diperoleh hasil penilaian bahwa mayoritas responden menjawab pertanyaan dengan benar dari 6 pertanyaan, bahkan ada 4 pertanyaan yang mayoritas responden dapat menjawab dengan benar yaitu pertanyaan nomor 2, 3, 4 dan 5. Namun, ada 2 pertanyaan yang kurang dari setengah responden menjawab dengan salah, yaitu pertanyaan nomor 1 (72,5%) dan pertanyaan nomor 6 (82,5%). Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase hasil penilaian dari kuesioner pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela dalam pemberian informed consent berdasarkan penilaian jawaban responden (N=40)

No Pertanyaan

BernilaiBenar BernilaiSalah n % n % 1 Apakah peran perawat sebagai

pembela dalam pemberian

informed consent ?

11 27,5 29 72,5

2 Apa sajakah informasi yang diberikan perawat terkait hak perlindungan pada pasien ?

36 90 4 10

3 Dalam pemberian informed consent peran perawat sebagai pembela salah satunya adalah sebagai pendukung pasien dalam proses pembuatan keputusan. Hal ini dapat dilakukan perawat dengan cara:

39 97,5 1 2,5

consent peran perawat sebagai pembela salah satunya adalah sebagai penghubung antara pasien dan tenaga kesehatan yang lain. Hal ini dapat dilakukan perawat dengan cara:

5 Bagaimana peran perawat sebagai pembela saat pasien mengambil keputusan tentang perawatan yang akan dijalaninya ?

32 80 8 20

6 Kapankah perawat berperan sebagai pembela dalam pemberianinformedconsent ?

7 17,5 33 82,5

Dari data yang dikumpulkan diperoleh gambaran pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela dalam pemberian informed consent dengan kategori perawat yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 15 orang (37,5%), berpengetahuan cukup sebanyak 14 orang (35%), dan berpengetahaun baik sebanyak 11 orang (27,5%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel berikut ini.

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi dan persentase responden terkait dengan pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela (N=40)

Pengetahuan N %

Baik 11 27,5%

Cukup 14 35%

Kurang 15 37,5%

2. Pembahasan

2.2 Pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dalam pemberian informed consent

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik di ruang rawat bedah RB2A dan RB2B dalam pemberian

informed consent di RSUP H. Adam Malik Medan bila dilihat secara keseluruhan maka didapatkan pengetahuan perawat cukup (62,5%) dan responden dengan tingkat pengetahuan baik sebesar (27,5%). Notoadmodjo (2010) menyatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh banyak faktor yang diantaranya adalah tingkat pendidikan dan pengalaman. Berdasarkan hasil penelitian dari data demografi, ditemukan bahwa tingkat pendidikan responden yang terbanyak (52,5%) adalah lulusan Ahli Madya Keperawatan ikut serta mendukung tingkat pengetahuan

responden tentang peran sebagai pendidik dalam pemberian informed consent dalam penelitian ini dan mayoritas (75%) responden bekerja lebih dari 5 tahun tidak cukup untuk berkontribusi membuat pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dalam pemberian informed consent pada kategori baik. Hal ini juga didukung dari adanya dua pertanyaan dimana responden yang menjawab salah lebih dari 30% antara lain pertanyaan nomor 1 dan 3, bahkan ada 1 pertanyaan yang mayoritas responden menjawab salah.

Hasil pengetahuan perawat sebagai pendidik dalam pemberian informed consent tersebut didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahmud yang menyebutkan pengetahuan perawat sebagai pendidik dalam pemberian informed consent di RSU Pemangkat Kalimantan Barat dalam kategori cukup. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh faktor tingkat pendidikan perawat dan pengalaman perawat.

Untuk pertanyaan tentang tujuan perawat menjelaskan keuntungan dan kerugian dari tindakan yang akan dilakukan pada pasien (pertanyaan nomor 3), 50% responden menjawab salah yaitu sebanyak 20 orang, responden menjawab bahwa tujuan perawat menjelaskan keuntungan dan kerugian dari tindakan yang akan dilakukan pada pasien adalah agar pasien tidak menyesal terhadap tindakan yang dilakukan. Menurut Guwandi (1993) tujuan perawat menjelaskan keuntungan dan kerugian dari tindakan yang dilakukan adalah supaya pasien terhindar dari tindakan malpraktik. Kurangnya pengetahuan perawat tentang keuntungan dan kerugian dari tindakan yang akan dilakukan pada pasien karena berdasarkan pernyataan beberapa pasien bahwa perawat tidak terbiasa melakukan perannya sebagai pendidik kepada

pasien dengan menginformasikan tentang tindakan yang akan dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan biasanya dilakukan oleh dokter. Meskipun, penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan biasanya disampaikan oleh dokter, namun perawat juga harus mengetahui perannya sebagai pendidik yaitu menginformasikan dan memastikan pasien mengerti tentang tindakan yang akan dilakukan khususnya tindakan keperawatan. Hal ini juga sesuai dengan PERMENKES No. 585/1989 Bab III yang menyatakan bahwa hal-hal yang memerlukan pentingnya informed consent yaitu kasus-kasus yang menyangkut pembedahan/operasi, hal ini sangat diperlukan peran perawat sebagai pendidik untuk menginformasikan tentang tindakan yang akan dilakukan pada pasien.

Untuk pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan perawat dalam mengkaji kesiapan pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan (pertanyaan nomor 4) 80% responden menjawab salah yaitu sebanyak 32 orang, responden menjawab bahwa yang harus dilakukan perawat dalam mengkaji kesiapan pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan adalah memastikan pasien mengerti tindakan yang akan dilakukan. Menurut kozier (2010) proses pendidik dalam keperawatan adalah pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Menurut Guwandi (1993) tindakan yang dilakukan perawat dalam mengkaji kesiapan pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan adalah memastikan pasien siap dan bersedia untuk dilakukan tindakan.

Pengetahuan dalam menjalankan perannya khususnya peran sebagai pendidik dalam informed consent harus dimiliki oleh perawat khususnya perawat yang bekerja

di ruang rawat bedah agar memudahkan pasien untuk mengerti tindakan yang akan dilakukan dan pasien juga tidak merasa dirugikan atas tindakan yang dilakukan (Guwandi, 1993).

2.3 Pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela dalam pemberian informed consent

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela di ruang rawat bedah RB2A dan RB2B dalam pemberian

informed consent di RSUP H. Adam Malik Medan bila dilihat secara keseluruhan maka didapatkan pengetahuan perawat kurang baik (37,5%) dan responden dengan tingkat pengetahuan baik sebesar (27,5%).

Secara keseluruhan pengetahuan perawat berada di dalam kategori yang kurang baik, hal ini dapat dilihat dari pengetahuan perawat secara rinci untuk setiap pertanyaan, ada beberapa pertanyaan dimana responden yang menjawab salah lebih dari 50% antara lain pertanyaan nomor 1 dan 6.

Hasil pengetahuan perawat sebagai pembela dalam pemberian informed consent tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Salman yang menyebutkan pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela dalam pemberian

informed consent dalam kategori baik (53,3%). Hal ini mungkin dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan masa kerja lebih dari 10 tahun.

Untuk pertanyaan tentang peran perawat sebagai pembela dalam pemberian

(72,5%) responden menjawab pembela dari lingkungan sekitar pasien. Menurut Kozier (2010) peran perawat sebagai pembela dalam pemberian informed consent

adalah sebagai pembela atau yang bertanggung jawab untuk melindungi atau membela hak-hak pasien dari adanya penipuan atau penyimpangan.

Untuk pertanyaan tentang kapan perawat berperan sebagai pembela dalam pemberian informed consent (pertanyaan nomor 6) lebih dari 50% yaitu sebanyak 33 orang (82,5%) responden menjawab perawat berperan sebagai pembela dalam pemberian informed consent sebelum pasien menandatangani informed consent. Menurut Kozier (2010) peran perawat saat pasien menandatangani lembar informed consent adalah menjadi saksi pasien, untuk itu perawat perlu pemahaman tentang proses yang akan dilakukan kepada pasien dan perawat juga harus mengetahui perannya sebagai pembela setelah pasien menandatangani informed consent dan ketika tindakan telah dilakukan kepada pasien, sehingga pasien tidak dirugikan atas tindakan yang telah dilakukan.

Dari pengetahuan yang dimiliki perawat terlihat bahwa pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela kurang baik sehingga peneliti mengasumsikan bahwa perawat seharusnya harus lebih memahami lagi peran- peran perawat terkhususnya peran perawat sebagai pembela atau pelindung pasien dalam pemberian informed consent sehingga pasien tidak akan merasa dirugikan atas tindakan yang telah dilakukan dan perawat juga dapat melindungi hak-hak pasien.

Kebijakan instansi juga sangat berpengaruh terhadap peningkatan motivasi kerja seorang perawat. Jika instansi sering memberikan reinforcement positif kepada

perawat, maka akan sangat membantu dalam meningkatkan kualitas kerja. Dengan demikian perawat juga dapat memperluas wawasannya dan meningkatkan pengetahuannya khususnya tentang peran perawat sebagai pembela dalam pemberian

informed consent dengan cara sering mengikuti seminar atau pelatihan tentang peran-peran perawat dalam pemberian informed consent atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent di RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini dilakukan terhadap 40 orang responden yaitu 20 perawat yang bekerja di ruang rawat RB2A dan 20 orang perawat yang bekerja di ruang rawat RB2B. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa lebih dari setengah responden memiliki tingkat pengetahuan tentang peran sebagai pendidik dalam pemberian

informed consent pada kategori cukup.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa lebih dari sepertiga responden memiliki tingkat pengetahuan tentang peran sebagai pembela dalam pemberian

Dokumen terkait