PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PERAN SEBAGAI
PENDIDIK DAN PEMBELA DALAM PEMBERIAN INFORMED
CONSENT DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
SKRIPSI
Oleh
Diana Margaretha Br Karo karo 101101135
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini yang berjudul “Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai Pendidik dan Pembela Dalam Pemberian Informed Consent di RSUP H. Adam Malik Medan”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing skripsi ini, Achmad Fathi S.Kep, Ns, MNS, yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi penelitian sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, saya dengan rasa hormat menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati S.Kp, MNS, Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan USU.
3. Ibu Evi Karota Bukit S.Kp, MNS, Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan USU.
4. Bapak Ikhsannudin S.Kp, MNS, Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan USU.
5. Ibu Diah Arruum, M. Kep penguji I yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian Skripsi ini.
6. Ibu Lufthiani, S. Kep, Ns, M.Kes penguji II yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian Skripsi ini.
7. Bapak/ Ibu dosen Fakultas Keperawatan yang telah memberikan tanggapan dan saran kepada penulis.
8. Direktur utama RSUP H. Adam Malik Medan beserta staff dan pegawai yang telah memberi izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan.
9. Direktur utama RSUD dr. Pirngadi Medan beserta staff dan pegawai yang telah memberi izin kepada peneliti untuk melakukan uji reliabilitas di RSUD dr. Pirngadi Medan.
10. Orang tua penulis Alm. J. Kaban dan A. Ginting Munthe serta kedua saudara laki-laki penulis yang selalu memberikan doa, dukungan, serta semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat saya yang turut membantu kelancaran Skripsi ini.
kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini.
Medan, 09 Desember 2013 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ... i
Halaman Pengesahan ... ii
Prakata ... iii
Daftar Isi ... v
Daftar Tabel ... viii
Daftar Skema ... ix
Abstrak ... x
BAB 1 Pendahuluan 1. Latar Belakang ... 1
2. Rumusan Masalah ... 4
3. Tujuan Penilitian ... 4
4. Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan ... 6
BAB 3 Kerangka Penelitian 1. Kerangka Konseptual ... 20
2. Defenisi Operasional ... 21
BAB 4 Metodologi Penelitian 1. Desain Penelitian ... 23
2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23
3. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24
4. Pertimbangan Etik ... 24
5. Instrumen Penelitian ... 25
6. Validitas dan Reliabilitas ... 27
9. Analisa Data ... 29
BAB 5 Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian ... 30 2. Pembahasan ... 36
BAB 6 Kesimpulan dan Rekomendasi
1. Kesimpulan... 43 2. Rekomendasi ... 44 Daftar Pustaka ...46 Lampiran-lampiran
1. Inform Consent 2. Kuesioner Penelitian 3. Jadwal Tentatif Penelitian 4. Daftar Riwayat Hidup 5. Taksasi Dana
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Definisi Operasional pengetahuan perawat tentang peran sebagai
pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent ... 21 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik 40 orang responden perawat yang bekerja di Ruang Rawat Bedah Rindu B di
RSUP H. Adam Malik Medan ... 31 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase hasil penelitian dari kuesioner pengetahuan
perawat tentang peran sebagai pendidik dalam pemberian informed consent
berdasarkan jawaban responden ... 33 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase responden terkait dengan
pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik ... 34 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase hasil penelitian dari kuesioner pengetahaun
perawat tentang peran sebagai pembela dalam pemberian informed consent
berdasarkan penilaian jawaban responden ... 35 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase responden terkait dengan pengetahuan
DAFTAR SKEMA
Skema Halaman
3.1 Kerangka konsep Pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent di
Judul : Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai Pendidik dan Pembela Dalam Pemberian Informed Consent di RSUP H. Adam Malik Medan
Nama Mahasiswa : Diana Margaretha Br Karo Karo
NIM : 101101135
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2014
ABSTRAK
Peran perawat sebagai pendidik dalam pemberian informed consent dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien. Peran perawat sebagai pembela dalam pemberian
informed consent dilakukan perawat untuk membantu pasien dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan dan dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent di RSUP H. Adam Malik Medan dengan menggunakan desain deskriptif. Sampel yang diteliti sebanyak 40 orang dengan menggunakan teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat di Ruang Rawat RB2A dan RB2B memiliki pengetahuan yang cukup (62,5%) dalam menjalankan perannya sebagai pendidik dan memiliki pengetahuan yang kurang (37,5%) dalam menjalankan perannya sebagai pembela dalam pemberian informed consent. Dari hasil penelitian pengetahuan perawat yang cukup dan pengetahuan yang kurang dapat menjadi dasar bagi penerapan dan pengembangan peran perawat dalam pemberian
informed consent. Disarankan kepada perawat untuk lebih memahami dan mensosialisasikan peran perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian
informed consent.
Judul : Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai Pendidik dan Pembela Dalam Pemberian Informed Consent di RSUP H. Adam Malik Medan
Nama Mahasiswa : Diana Margaretha Br Karo Karo
NIM : 101101135
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2014
ABSTRAK
Peran perawat sebagai pendidik dalam pemberian informed consent dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien. Peran perawat sebagai pembela dalam pemberian
informed consent dilakukan perawat untuk membantu pasien dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan dan dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent di RSUP H. Adam Malik Medan dengan menggunakan desain deskriptif. Sampel yang diteliti sebanyak 40 orang dengan menggunakan teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat di Ruang Rawat RB2A dan RB2B memiliki pengetahuan yang cukup (62,5%) dalam menjalankan perannya sebagai pendidik dan memiliki pengetahuan yang kurang (37,5%) dalam menjalankan perannya sebagai pembela dalam pemberian informed consent. Dari hasil penelitian pengetahuan perawat yang cukup dan pengetahuan yang kurang dapat menjadi dasar bagi penerapan dan pengembangan peran perawat dalam pemberian
informed consent. Disarankan kepada perawat untuk lebih memahami dan mensosialisasikan peran perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian
informed consent.
Title : The Nurse Knowledge about the Role as Educator and Defender in the Giving of Informed Consent in RSUP H. Adam Malik Medan
Student Name : Diana Margaretha Br Karo Karo Student Number : 101101135
Department : Bachelor of Nursing
Year : 2014
ABSTRACT
The role of nurses as educator in the giving of informed consent is conducted by assisting the patients in increasing their health knowledge so the patients experience behavioral changes. The role of nurses as defender in the giving of informed consent is conducted by the nurses to assist the patients in interpreting some information from service providers and can play a role to defend and protect the patients’ rights. The purpose of this research is to identify the nurse knowledge about the Role as Educator and Defender in the Giving of Informed Consent in RSUP H. Adam Malik Medan by using descriptive design. The number of observed samples is 40 persons by applying total sampling technique. The result of the research shows that the nurses in wards of RB2A and RB2B have moderate knowledge (62,5%) in running their role as educator and deficient knowledge (37,5%) in running their role as defender in the giving of Informed Consent. From the research result it is found that the sufficient and deficient knowledge of the nurse can be a basic for the application and development of the nurse role in the giving of Informed Consent. It is suggested to the nurse to comprehend more and socialize the role of the nurse as educator and defender in the giving of Informed Consent.
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perawat memiliki peran dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan hak yang
dimiliki pasien dalam memperoleh perawatan yang baik (Asmadi, 2008). Perawat
memiliki peran sebagai pemberi asuhan, pendidik, pembela, koordinator, konsultan,
kolaborator dan pembaharu. Perawat dalam menjalankan perannya harus memberikan
pelayanan yang baik untuk memulihkan kondisi kesehatan pasien, salah satunya
seperti pada pemberian informed consent (Praptianingsih, 2006).
Informed consent merupakan bagian dari rekam medis yang berbentuk surat
persetujuan tindakan medis. Informed consent ini digunakan sebagai
pedoman/perlindungan hukum yang mengikat karena di dalamnya terdapat segala
catatan tentang tindakan, pelayanan terapi, waktu terapi, tanda tangan dokter yang
merawat, dan tanda tangan pasien yang bersangkutan (Soeparto, 2008).
Perawat menjadi saksi dalam memperoleh informed consent, untuk itu
perawat harus memiliki pemahaman tentang proses yang akan dilakukan, seperti
pertukaran informasi antara klien dengan dokter saat konsultasi, memastikan klien
mengerti secara jelas informasi apa yang telah diterimanya, dan pada waktu klien
Hasil penelitian Salman (2008) di Rumah sakit Pariaman menyatakan bahwa
53,3% perawat tidak melaksanakan peran sebagai pembela dalam pemberian
informed consent pada pasien pra bedah. Sedangkan wawancara penelitian yang
dilakukan Rasmudjito (2008) di Rumah sakit DR. Kariadi Semarang terkait dengan
telaah aspek hukum perdata terhadap kelengkapan informed consent pada pasien
operasi ditemukan bahwa 65% perawat mengatakan jarang dilibatkan dalam
pembuatan informed consent dan sebagian besar 85% tidak pernah memeriksa
kembali rekam medis pasien, khususnya kelengkapan informed consent sebelum
pasien dikirim ke kamar bedah. Selain itu juga 96% perawat tidak mengetahui akibat
yang ditimbulkan dari ketidaklengkapan formulir informed consent tersebut dari
aspek hukum.
Perawat sebagai pendidik dalam pemberian informed consent diharapkan
mampu untuk bertanggung jawab dalam membantu pasien dan keluarga
menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam
memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (informed
consent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Hal ini harus
dilakukan karena Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak
dengan pasien, sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak pasien
(Mubarak & Chayatin, 2005).
Peran perawat sebagai pembela dalam informed consent yaitu dalam
membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasi berbagai informasi dari
diberikan terhadap klien. Perawat juga dapat berperan melindungi hak-hak pasien
yang meliputi hak mendapatkan pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang
penyakitnya dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
Perawat yang tidak menjalankan perannya sebagai pembela dan pendidik
dalam pemberian informed consent dapat merugikan pasien. Hal ini sejalan dengan
kasus yang terjadi berkaitan dengan pelaksanaan operasi yang menjadi tuntutan oleh
pihak keluarga yang dilakukan oleh tenaga kesehatan semakin sering terjadi, seperti
kasus yang terjadi pada seorang anak yang mengalami kelumpuhan setelah dilakukan
lumbal punksi oleh dokter di RS. Hasan Sadikin Bandung. Pelaksanaan tindakan
sebetulnya sudah diminta persetujuan tertulis dari pihak keluarga, tetapi pasien atau
keluarga mungkin belum mengerti terhadap konsekuensi tindakan yang dilakukan.
Pada kasus ini peran perawat sebagai pembela harus dijalankan, sehingga pasien dan
keluarga mengerti dengan baik tindakan yang dilakukan kepada pasien Hardi (2007,
dalam Salman, 2008). Perawat dalam hal ini harus memiliki kesadaran untuk
melakukan perannya sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed
consent, dimana pasien merupakan manusia yang holistik yang tidak boleh
diperlakukan secara semena-mena selama melakukan tindakan (Sumijatun, 2011)
agar pasien tidak dirugikan selama tindakan dan memperoleh pelayanan yang baik
sesuai kebutuhannya.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 28 Desember
2013 di RSUP H. Adam Malik Medan di rindu B, perawat memberikan surat
kembali apakah pasien sudah mengerti tentang tindakan yang akan dilakukan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tergerak untuk meneliti bagaimana
pengetahuan perawat tentang peran perawat sebagai pendidik dan pembela dalam
pemberian informedconsent di RSUP. H. Adam Malik Medan.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah
penelitian “ bagaimana pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dan
pembela dalam pemberian informed consent pada pasien di ruang rawat bedah di
RSUP H. Adam Malik Medan”.
3. Tujuan
3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan
perawat tentang peran sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed
consent.
3.2 Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui peran perawat dalam pelaksanaan peran sebagai pendidik
dalam pemberian informed consent di RSUP. H. Adam Malik.
b) Untuk mengatahui peran perawat dalam pelaksanaan peran sebagai pembela
4.Manfaat Penelitian
4.1Bagi Praktek Keperawatan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi praktik
keperawatan dalam memberikan informasi tentang peran sebagai pembela dan
pendidik dalam pemberian informed consent.
4.2Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bagi institusi
pendidikan keperawatan untuk memberi pembelajaran tentang peran perawat sebagai
pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent.
4.3Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi masukan maupun informasi
tambahan untuk penelitian selanjutnya mengenai pentingnya peran perawat sebagai
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengetahuan
1.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, juga bisa didapat dari informasi
yang disampaikan osleh guru, orang tua, teman, buku, dan surat kabar. Tingkat
pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu : Tahu
(know), memahami (Comprehension), Aplikasi (Aplication), Analisis (Analysis),
Sintesis (Synthesis), Evaluasi (Evaluation) (Notoatmodjo, 2005).
1.2 Cara Memperoleh Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek peneliti atau
responden. Pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat diukur dan disesuaikan dengan
2. Peran Perawat 2.1 Definisi Peran
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran adalah bentuk
dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu. Peran
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil
(Barbara, 2010).
2.2Peran Perawat Kesehatan
Peran perawat sangat dibutuhkan untuk membantu pasien dalam menunjang
kesehatan dan pemulihannya. Peran perawat terdiri dari pemberi asuhan, pendidik,
pembela, kolaborasi, konsultan dan pembaharu. Berikut ini uraian mengenai peran
perawat yaitu, :
1. Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat dilakukan perawat
dengan mempertahankan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan
melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa
direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat
kebutuhan dasar manusia, kemudian dievaluasi tingkat perkembangannya (Potter &
Perry, 2010).
2. Peran perawat sebagai pembela dilakukan perawat dalam membantu pasien dan
atau informasi khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan
dan melindungi hak-hak pasien (Mubarak, 2005).
3. Peran perawat sebagai pendidik dilakukan dengan membantu klien dalam
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan
yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan
pendidikan kesehatan (Mubarak, 2005).
4. Peran perawat sebagai koordinator dilaksanakan dengan mengarahkan,
merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan
sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan pasien (Mubarak, 2005).
5. Peran perawat sebagai kolaborator dilakukan dengan bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau
tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya (Mubarak, 2005).
6. Peran perawat sebagai konsultan adalah sebagai tempat konsultasi terhadap
masalah atau tindakan keperawatan yang tepat diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan pasien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang
diberikan (Mubarak, 2005).
7. Peran perawat sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerja sama, perbaruan yang sistematis dan terarah sesuai dengan
2.3 Peran Perawat sebagai pendidik 2.3.1 Pengertian Pendidik
Peran pendidik ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan
sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan
kesehatan. Menurut Kozier (2010), proses pendidik mempunyai 4 komponen yaitu:
1. Pengkajian
Hal ini sejalan dengan proses keperawatan dalam fase pengkajian seorang
perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar.
Pengkajian tersebut juga mempertimbangkan karakteristik klien yang dapat
mempengaruhi proses belajar misalnya kesiapan untuk belajar, motivasi belajar, serta
tingkat interpretasi dan pemahaman klien. Kebutuhan belajar berubah seiring
perubahan status kesehatan klien, oleh karena itu perawat harus terus mengkaji
kondisi mereka.
2. Perencanaan
Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran.
Melibatkan klien dalam proses perencanaan akan mendukung terciptanya rencana
yang bermakna serta dapat merangsang motivasi klien.
3. Pelaksanaan
Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan perawat
perlu bersikap fleksibel dalam mengimplementasikan setiap rencana karena rencana
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses final dan berkelanjutan ketika klien, perawat
dan individu pendukung menilai apa yang telah dipelajari.
2.4. Peran Perawat Sebagai Pembela 2.4.1 Pengertian Pembela
Pembela adalah proses pembelaan yang dilakukan untuk mendukung atau
memberikan argumentasi bagi kebutuhan orang lain atau bertindak sebagai pembela
pasien dalam praktik keperawatan. Pembela adalah seseorang yang membela perkara
orang lain. Defenisi lain menekankan pembela sebagai pendukung dan pelindung dari
hal-hal yang merugikan pasien, sumber informasi tentang status kesehatan pasien,
penolong dalam mengidentifikasi kebutuhan, pilihan-pilihan, keinginan dan penolong
pasien dalam membuat keputusan yang dibutuhkan dalam pengobatan pasien. Oleh
karena itu pembela merupakan konsep yang penting dalam praktik keperawatan,
peran perawat sebagai pembela disini harus bertanggung jawab untuk melindungi hak
pasien mereka dari adanya penipuan atau penyimpangan (Kozier, 2010).
Nelson (1988, dalam Creasia & Parker, 2001) menjelaskan bahwa konsep pembela
memiliki 3 pengertian, yaitu:
a. Model perlindungan terhadap hak
Model ini menekankan pada perawat untuk melindungi hak klien agar tidak ada
tindakan tenaga kesehatan yang akan merugikan pasien selama dirawat. Hal ini dapat
dimilikinya, memastikan pasien memahami hak yang dimilikinya, melaporkan
pelanggaran terhadap hak pasien dan mencegah pelanggaran hak pasien.
b. Model pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai yang dianut pasien
Model ini menekankan pada perawat untuk menyerahkan segala keputusan
tentang perawatan yang akan dijalankan oleh pasien kepada pasien itu sendiri, sesuai
dengan nilai yang dianut pasien. Perawat tidak diperbolehkan memaksakan
nilai-nilai pribadinya untuk membuat keputusan pada pasien, melainkan hanya membantu
pasien mengeksplorasi keuntungan dan kerugian dari semua alternatif pilihan atau
keputusan.
c. Model penghargaan terhadap orang lain
Model ini menekankan pada perawat untuk menghargai pasien sebagai manusia
yang unik. Perawat harus menyadari bahwa sebagai manusia yang unik, pasien memiliki
kebutuhan yang berbeda-beda satu sama lain. Perawat harus mempunyai semua yang
terbaik bagi pasien sesuai dengan kebutuhannya saat itu.
Definisi umum pembela menekankan pentingnya hak-hak pasien dalam
mengambil keputusan. Dalam hal ini, peran perawat pembela menolong pasien sebagai
makhluk yang memiliki otonomi untuk mengambil keputusan sendiri, yang sesuai
dengan keinginan pasien dan bukan karena pengaruh dari perawat atau tenaga kesehatan
lainnya. Pendidikan dan dukungan kepada pasien diberikan sesuai kebutuhan dan
pilihannya. Perawat diharapkan mampu mengidentifikasi dan mengerti keinginan pasien
dan memastikan bahwa keinginan tersebut merupakan keputusan yang terbaik dari
peran perawat untuk memberikan asuhan keperawatan dan dukungan terhadap pasien,
dengan melindungi hak pasien dan bertindak atas nama pasien.
2.4.2 Nilai-nilai dasar yang harus dimiliki oleh perawat sebagai pembela
Menurut Kozier (2010), untuk menjalankan peran perawat sebagai pembela
pasien, perawat harus memiliki nilai-nilai dasar, yaitu :
1. Pasien adalah makhluk holistik dan otonom yang mempunyai hak untuk
menentukan pilihan dan mengambil keputusan.
2. Pasien berhak untuk mempunyai hubungan perawat-pasien yang didasarkan atas
dasar saling menghargai, percaya, bekerja sama dalam menyelesaikan masalah
yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan kebutuhan perawatan kesehatan
dan saling bebas dalam berpikir dan berperasaan.
3. Perawat bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pasien telah mengetahui
cara memelihara kesehatannya.
Menurut Kozier (2010), selain harus memiliki nilai-nilai dasar di atas perawat
harus memiliki sikap yang baik agar perannya sebagai pembela pasien lebih efektif,
beberapa sikap yang harus dimiliki perawat, adalah :
1. Bersikap asertif berarti mampu memandang masalah pasien dari sudut pandang
yang positif.
2. Mengakui bahwa hak-hak dan kepentingan pasien dan keluarga lebih utama
3. Sadar bahwa konflik dapat terjadi sehingga membutuhkan konsultasi konfrontasi
atau negosiasi antara perawat dan bagian administrasi atau antara perawat dan
dokter.
4. Dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain.
5. Tahu bahwa peran pembela membutuhkan tindakan yang plitis, seperti
melaporkan kebutuhan perawatan kesehatan pasien kepada pemerintah/pejabat
terkait yang memiliki wewenang/otoritas.
2.4.3 Peran perawat sebagai pembela dalam informed consent
Nelson (1988, dalam Creasia & Parker, 2001) menjelaskan bahwa peran perawat
sebagai pembela dalam pemberian informed consent adalah:
1. Sebagai pendukung pasien dalam proses pembuatan keputusan, dengan cara :
memastikan informasi yang diberikan pada pasien dipahami dan berguna bagi pasien
dalam pengambilan keputusan, memberikan berbagai alternatif pilihan disertai
penjelasan keuntungan dan kerugian dari setiap keputusan, dan menerima semua
keputusan pasien.
2. Sebagai mediator (penghubung) antara pasien dan orang-orang disekeliling pasien,
dengan cara : mengatur pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien dengan
tenaga kesehatan lain, mengklarifikasi komunikasi antara pasien, keluarga, dan
tenaga kesehatan lain agar setiap individu memiliki pemahaman yang sama, dan
3. Sebagai orang yang bertindak atas nama pasien dengan cara : memberikan
lingkungan yang sesuai dengan kondisi pasien, melindungi pasien dari tindakan yang
dapat merugikan pasien, dan memenuhi semua kebutuhan pasien selama dalam
perawatan.
3. Persetujuan Tindakan Medik (Informed Consent) 3.1 Pengertian Informed Consent
Dalam terjemahan bahasa Indonesia informed consent adalah persetujuan
tindakan medis. Informed artinya telah diberitahukan, telah disampaikan atau telah
diinformasikan. Consent berasal dari bahasa latin consentio yang artinya persetujuan,
izin, memberi izin (wewenang) kepada seseorang untuk melakukan suatu tindakan
medis. Dengan demikian informed consent adalah suatu izin atau pernyataan setuju
dari pasien yang diberikan secara bebas, sadar dan rasional, setelah mendapatkan
informasi dari dokter dan yang sudah dimengerti pasien (Achadiat, 2006).
Menurut Black (2004) pengertian Informed Consent adalah persetujuan
individu terhadap pelaksanaan suatu tindakan, seperti operasi atau prosedur
diagnostik invasif, berdasarkan pemberitahuan lengkap tentang resiko, manfaat,
alternatif, dan akibat penolakan (Potter & Perry, 2010).
Menurut Achadiat (2006) ada 2 bentuk Persetujuan Tindakan Medik
(informed consent) yaitu:
1. Tersirat atau dianggap telah diberikan (Implied Consent), yaitu bisa dalam keadaan
normal (biasa) atau darurat (emergency). Dalam keadaan normal bentuk informed
umum oleh petugas kesehatan, seperti melakukan penyuntikan dan pengukuran
tekanan darah.
2. Dinyatakan (Expressed Consent), yaitu persetujuan dinyatakan secara lisan atau
tertulis. Persetujuan secara lisan diperlukan pada tindakan medis yang tidak
mengandung resiko tinggi seperti pencabutan kuku, sedangkan persetujuan secara
tertulis mutlak diperlukan pada tindakan medis yang mengandung resiko tinggi
seperti tindakan pembedahan dan operasi perlu surat pernyataan dari
pasien/keluarga.
3.2 Tata laksana Persetujuan Tindakan Medis
Pada umumnya, keharusan adanya Informed Consent secara tertulis yang
ditandatangani oleh pasien sebelum dilakukannya tindakan medik tertentu, dilakukan
di sarana kesehatan yaitu di Rumah Sakit atau klinik, karena informed consent
berhubungan dengan pendokumentasian ke dalam catatan medik (Medical Record).
Hal ini disebabkan, Rumah sakit atau klinik tempat dilakukannya tindakan medik
tersebut, selain harus memenuhi standar pelayanan Rumah sakit juga harus memenuhi
standar pelayanan medik sesuai dengan yang ditentukan dalam keputusan Menteri
Kesehatan No. 436/MENKES/SK/VI/1993 Tentang Berlakunya Standar Pelayanan di
Rumah Sakit. Dengan demikian, rumah sakit turut bertanggung jawab apabila tidak
dipenuhinya persyaratan informed consent (Achadiat, 2006).
Dalam informed consent informasi tentang pembedahan harus disampaikan
yang menyangkut pembedahan/operasi, kasus-kasus yang menggunakan bahan kimia
berbahaya dan kasus-kasus eksperimen, hal ini sangat diperlukan peran perawat
sebagai advokasi untuk memfasilitasi pasien dalam mendapatkan informasi yang jelas
tentang tindakan yang harus dilakukan kepada klien (PERMENKES No. 585/1989
Bab III).
Menginformasikan klien tentang risiko dan alternatif prosedur bedah dan
mendokumentasikan informed consent adalah tanggung jawab dokter bedah.
Menjamin tersedianya persetujuan sebelum pembedahan adalah tanggung jawab
perawat. Perawat juga bertanggung jawab menunda pembedahan jika menurutnya
klien belum memahami rencana intervensi pembedahan, sampai konsultasi dengan
dokter berakhir dan klien memahaminya, serta menjamin bahwa persetujuan tindakan
yang akan dilakukan telah diperoleh oleh klien (Gruendemann, 2005).
3.3 Unsur-Unsur dalam Informed Consent 3.3.1 Informasi
Bagian yang terpenting dalam Informed Consent adalah mengenai informasi
atau penjelasan yang perlu disampaikan kepada pasien/keluarga, yaitu informasi
mengenai apa yang harus disampaikan, kapan disampaikan (when), siapa yang harus
menyampaikan (who) dan informasi yang mana (which) yang perlu disampaikan
(Achadiat, 2007).
Dalam Permenkes No. 585/MENKES/PER/IX/1989 menyatakan bahwa
dokter harus menyampaikan informasi atau penjelasan kepada pasien/keluarga
tindakan operasi atau yang bersifat invasif, baik yang berupa diagnostik maupun
terapeutik.
Menurut Guwandi (1993), informasi yang harus diberikan sebelum operasi
oleh dokter kepada pasien atau keluarga adalah yang berkenaan dengan:
1. Tindakan operasi apa yang hendak dilakuakn
2. Manfaat dilakukan operasi tersebut
3. Resiko pada operasi tersebut
4. Alternatif apa yang ada (kalau ada dan juga kalau mungkin dilakukan)
5. Akibat jika operasi tidak dilakukan
Yang harus memberikan informasi adalah dokter ahli bedah yang akan
melakukan operasi tersebut. Informasi harus diberikan dalam bahasa yang sederhana
yang dapat dimengerti oleh pasien, sehingga pasien mempunyai gambaran yang jelas
untuk memutuskan tindakan yang akan dipilihnya (Guwandi, 1993).
Kewajiban untuk memberikan informasi ini tidak dapat didelegasikan,
misalnya kepada perawat, karena yang bertanggung jawab adalah dokter itu sendiri.
Tugas seorang perawat dalam kaitan informed consent adalah memeriksa, mengecek
sebelum operasi dilakukan, apakah sudah ada formulir informed consent yang
dibubuhi tanda tangan pasien serta perawat juga sebagai saksi bahwa pasien
menandatangani formulir informed consent (Guwandi, 1993).
Inti dari persetujuan adalah persetujuan harus didapat sesudah pasien
mendapat informasi yang adekuat. Berpedoman pada PERMENKES No. 585 Tahun
1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medik maka yang menandatangani perjanjian
adalah pasien sendiri yang sudah dewasa (di atas 21 Tahun/sudah menikah) dan
dalam keadaan sehat mental (PERMENKES No. 585/MENKES/PER/IX/1989).
Untuk pasien di bawah umur 21 tahun, dan pasien penderita gangguan jiwa
yang menandatangani adalah orang tua/wali/keluarga terdekat. Untuk pasien dalam
keadaan tidak sadar, atau pingsan serta tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan
secara medis berada dalam keadaan gawat darurat yang memerlukan tindakan medis
segera, maka tidak diperlukan persetujuan dari siapapun (PERMENKES N0.
585/MENKES/PER/IX/1989).
Tindakan medis yang diambil oleh dokter tanpa persetujuan pasien terlebih
dahulu, meski untuk kepentingan pasien tetap tidak dapat dibenarkan secara Etika
Kedokteran dan Hukum. Namun terhadap ketentuan tersebut terdapat pengecualian,
yaitu dalam keadaan gawat darurat dan terjadinya tindakan segera. Dalam
keadaan-keadaan seperti ini dokter dapat melakukan tindakan medis tanpa mendapat
persetujuan terlebih dahulu (Guwandi, 1993).
3.4 Peraturan Informed Consent
Sesuai dengan surat keputusan PERMENKES No.
585/MENKES/PER/IX/1989, tentang informed consent inti dari peraturan tersebut
adalah: (1) Harus mendapat persetujuan pasien untuk melakukan semua tindakan
adekuat dan informasi yang disampaikan sesuai dengan tingkat pendidikan serta
situasi dan kondisi pasien; (2) Setiap tindakan medis yang mengandung resiko tinggi
harus dengan persetujuan tertulis; (3) Informasi tentang tindakan medis/operasi harus
diberikan oleh dokter yang akan melakukan operasi baik diminta, maupun tidak
diminta, informasi tersebut harus selengkap-lengkapnya; (4) Persetujuan diberikan
oleh pasien dewasa yang telah berumur 21 tahun atau sudah menikah dalam keadaan
sadar dan sehat mental; (5) Pasien di bawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai
orang tua/wali, persetujuan diberikan oleh keluarga; (6) Bagi pasien dewasa yang
menderita gangguan mental, persetujuan diberikan oleh orang tua/wali; (7) Dokter
bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan tentang persetujuan tindakan medis,
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka konseptual
Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka hubungan antara
konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur ketika penelitian dilakukan (Notoatmodjo,
2010). Kerangka konsep dalam penelitian ini, menjelaskan tentang peran perawat
sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent.
Berdasarkan tujuan penelitian dapat digambarkan kerangka konseptual
sebagai berikut:
Skema 3.1 Kerangka konsep pengetahuan perawat dalam perannya sebagai
pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent di Ruang
Rawat Bedah
Pengetahuan Perawat Tentang
Informed Consent
Peran Sebagai: 1. Pendidik 2. Pembela
Kerangka penelitian diatas menjelaskan tentang pengetahuan perawat yang
dihubungkan dengan peran perawat dalam pemberian informed consent. Variabel
yang diteliti oleh peneliti adalah variabel pengetahuan perawat tentang peran perawat
yang meliputi sebagai pendidik dan pembela. Data yang akan dikumpulkan dari
penelitian ini akan dikategorikan menjadi baik, sedang dan buruk. Dari data yang
terkumpul tersebut akan diketahui bagaimana pengetahuan perawat tentang peran
sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent.
2. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai
Pendidik dan Pembela Dalam Pemberian Informed Consent
Pengetahuan
dari penelitian ini
didapat yaitu :
5-6 : baik
3-4 : cukup
0-2 : kurang
pembela sebagai
pembela yaitu
tingkat
pemahaman
perawat di
Ruang RB2A
dan RB2B
RSUP H.
Adam Malik
Medan sebagai
pendukung dan
pelindung dari
hal-hal yang
merugikan
pasien,
Mengidentifika
si kebutuhan
pasien dan
penolong
pasien dalam
keputusan
tentang
tindakan
operasi yang
akan dilakukan
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yang
bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan perawat tentang peran sebagai
pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent.
2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah seluruh objek dengan karakteristik tertentu yang diteliti
(Hidayat, 2011). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perawat
yang bekerja di Ruang Rawat Bedah (RB) RSUP H. Adam Malik Medan.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 28 Desember
2013, jumlah seluruh perawat yang bekerja di Ruang Rawat Bedah sebanyak 40
orang yang terdiri dari Ruang RB2A sebanyak 20 orang, ruang RB2B sebanyak 20
orang.
2.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto,
2002). Sampel harus bersifat representatif (mewakili semua populasi yang ada) dan
pengukuran sampel yang dilakukan pada perawat adalah total sampling, jumlah
sampel yang digunakan merupakan jumlah seluruh populasi yaitu, sebanyak 40
orang.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan. Adapun alasan
pemilihan rumah sakit ini adalah belum pernah dilakukan penelitian tentang
pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian
informed consent, dimana RSUP H. Adam Malik Medan merupakan Rumah Sakit
pendidikan dan penelitian. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan
Maret-April 2014.
4. Pertimbangan Etik Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti tetap bepedoman pada prinsip-prinsip etik
penelitian yaitu: Pertama prinsip manfaat, dimana peneliti lebih dahulu memberikan
penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan prosedur
pelaksanaan penelitian. Jika calon responden bersedia maka responden harus lebih
dahulu menandatangani surat persetujuan menjadi responden (informed consent),
tetapi jika responden menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap
menghormati haknya. Kedua adalah prinsip keadilan yaitu, untuk menjaga
kerahasiaan identitas responden, maka peneliti tidak akan mencantumkan nama
responden dalam lembar kuesioner yang akan diisi oleh responden (Anonimity). Pada
lembar kuesioner hanya di tulis nomor kode tertentu oleh peneliti. Kerahasiaan
5. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh informasi dari responden peneliti menggunakan alat
pengumpulan data dalam bentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan
berpedoman pada tinjauan pustaka. Kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu kuesioner
data demografi dan kuesioner pengetahuan perawat. Kuesioner pengetahuan berisikan
pertanyaan yang terdiri dari dua bagian yaitu kuesioner peran perawat sebagai
pendidik dan kuesioner peran perawat sebagai pembela dalam pemberian informed
consent pada pasien di ruang rawat bedah.
5.1 Kuesioner Data Demografi
Pada bagian awal kuesioner penelitian berisi data demografi responden
meliputi usia, jenis kelamin, lama kerja dan pendidikan.
5.2 Kuesioner Peran Perawat Sebagai Pendidik
Instrumen penelitian tentang pengetahuan perawat tentang peran sebagai
pendidik dalam pemberian informed consent pada pasien rawat bedah, terdiri dari 6
pertanyaan pilihan berganda dengan menggunakan penilaian menggunakan skala
Guttman dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap pilihan. Jika
perawat menjawab dengan benar maka skor = 1, jika tidak maka skor = 0. Total skor
yang diperoleh terendah 0 yang tertinggi 6. Semakin tinggi skor maka semakin baik
pengetahuan perawat.
Berdasarkan data statistik menurut Sudjana (2002), adalah:
Banyak kelas
Dengan P merupakan panjang kelas dengan rentang 0 dan 3 kategori kelas untuk
menilai pengetahuan perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian
informed consent yaitu, pengetahuan baik, pengetahuan cukup, pengetahuan kurang,
maka didapatkan panjang kelas 3, menggunakan P = 3 dengan nilai terendah 0
sebagai batas bawah kelas. Maka pengetahuan dikatakan ordinal sebagai berikut: 0-2
adalah pengetahuan kurang, 3-4 adalah pengetahuan cukup, 5-6 adalah pengetahuan
baik.
5.3 Peran Perawat Sebagai Pembela
Instrumen penelitian tentang pengetahuan perawat tentang peran sebagai
pembela dalam pemberian informed consent pada pasien rawat bedah, terdiri dari 6
pertanyaan pilihan berganda dengan menggunakan penilaian menggunakan skala
Guttman dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item, jika perawat
dapat menjawab dengan benar maka skor = 1, jika tidak maka skor = 0. Total skor
yang diperoleh terendah 0 yang tertinggi 6.
Berdasarkan data statistik menurut Sudjana (2002), adalah:
Panjang kelas = Rentang kelas
Banyak kelas
Dengan P merupakan panjang kelas dengan rentang 0 dan 3 kategori kelas untuk
menilai pengetahuan perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian
informed consent yaitu, pengetahuan baik, pengetahuan cukup, pengetahuan kurang,
sebagai batas bawah kelas. Maka pengetahuan dikatakan ordinal sebagai berikut: 0-2
adalah pengetahuan kurang, 3-4 adalah pengetahuan cukup, 5-6 adalah pengetahuan
baik.
6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 6.1 Uji Validitas
Kuesioner penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan
pustaka, oleh sebab itu penting dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan alat ukur dalam mengukur secara konsisten
sasaran yang diukur. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu
benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Validitas dapat
diuraikan sebagai tindakan ukuran penelitian yang sebenarnya, yang memang
didesain untuk mengukur. Uji validitas penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
uji validitas isi (content validity). Sebuah kuesioner dikatakan valid apabila mampu
mengukur data dari dari variabel secara tepat. Kuesioner untuk pengetahuan perawat
tentang peran sebagai pendidik dan pembela yang digunakan dalam penelitian ini
akan divalidasi oleh dosen Departemen Keperawatan Dasar dengan kualifikasi
magister di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dengan content
validity index (CVI) adalah 1 sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner dalam
penelitian ini sudah valid.
Uji reliabilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui
konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya
dalam ruang lingkup yang sama (Notoatmodjo, 2010).
Uji reliabilitas telah dilakukan pada 20 orang perawat yang bekerja di ruang
rawat bedah RSUD dr. Pirngadi Medan, dimana bukan sampel yang diteliti. Uji
reliabilitas telah dilakukan pada tanggal 17 Februari 2014 sampai dengan 19 Maret
2014. Pada proses penelitian ini kuesioner peran perawat sebagai pendidik dan
pembela dalam pemberian informed consent menggunakan komputerisasi dengan
metode Kuder Richardson- 21(KR-21), dimana koefisiennya harus >0,7 agar
dianggap reliabel maka kuesioner ini layak digunakan (Polit & Hungler 2004). Hasil
uji reliabilitas pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik diperoleh 0,8 dan
hasil uji reliabilitas pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela diperoleh
0,8 sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner ini sudah reliabel. Dengan rumus
sebagai berikut (Arikunto, 2002):
�11 = � �
� −1� �1−
M(� − �)
��� �
Keterangan : r 11 = reliabilitas instrumen
K = banyaknya butir pertanyaan
M = rerata sekor seluruh butir
Vt = varians total
Peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian
melalui bagian pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara,
kemudian mengajukan permohonan izin pelaksana penelitian pada RSUP H. Adam
Malik Medan. Setelah mendapatkan izin maka dilakukan pengumpulan data. Peneliti
mencari perawat yang bekerja diruang rawat bedah sebelumnya, apabila peneliti telah
menemukan calon responden, selanjutnya peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat
dan cara pengisian kuesioner, kemudian responden diminta untuk menandatangani
surat persetujuan (informed consent) ataupun memberikan persetujuan secara lisan.
Selanjutnya peneliti mengambil data dari responden yang bersedia mengisi kuesioner.
Pada saat pengambilan kuesioner peneliti melihat kelengkapan jawaban responden,
jika dalam pertanyaan ada yang belum diisi oleh responden maka peneliti
menjelaskan maksud dari pertanyaan tersebut, sehingga semua pertanyaan terjawab,
dan peneliti mengumpulkan semua kuesioner. Dalam pengisian kuesioner ini,
membutuhkan waktu 10-15 menit untuk masing-masing responden yang bersedia
mengisi langsung dan setelah selesai diisi, kuesioner dikumpulkan kembali oleh
peneliti, lalu di lakukan mentabulasi data dengan teknik komputerisasi.
8. Analisa Data
Data yang telah terkumpul diolah dan ditabulasi dengan langkah – langkah
yaitu: Penyuntingan Data (Editing) dengan memeriksa kembali semua kuesioner yang
telah diisi oleh responden, dengan maksud untuk memeriksa apakah setiap kuesioner
telah diisi sesuai dengan petunjuk, Membuat Kode (Coding) dengan memberikan
mengadakan tabulasi dan analisa data, Memasukkan Data (Data Entry) dengan
mengisi kolom atau kotak lembar kode sesuai jawaban masing-masing pertanyaan,
Tabulasi dengan membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian. Setelah
data terkumpul, maka analisa data akan dilakukan melalui pengolahan data secara
komputerisasi. Dari pengolahan data statistik, data demografi akan disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentasi. Hasil analisa data akan disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk melihat pengetahuan perawat tentang
peran sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent. Analisa data
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan diuraikan dalam dua bagian yaitu hasil penelitian dan
pembahasan hasil penelitian yang telah diperoleh. Pada hasil penelitian akan
diuraikan tentang karakteristik responden, pengetahuan perawat tentang peran sebagai
pendidik dalam pemberian informedconsent dan pengetahuan perawat tentang peran
sebagai pembela dalam pemberian informed consent. Pada pembahasan akan dibahas
tentang hasil penelitian yang mengacu kepada tujuan penelitian.
1. Hasil Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 14 Maret 2014 sampai dengan 14
April 2014 di Ruangan Rawat Bedah (RB) RSUP H. Adam Malik Medan, dengan
jumlah responden 40 orang yang terdiri dari 20 orang perawat yang bekerja di Ruang
RB2A dan 20 orang yang bekerja di RB2B. Adapun hasil penelitian ini akan
diuraikan sebagai berikut:
1.1 Karakteristik Responden
Berdasarkan karakteristik data demografi perawat yang bekerja di Ruang
Rawat Bedah (RB) RSUP H. Adam Malik Medan, didapatkan bahwa responden
dengan kelompok usia terbanyak (37,5%) berada pada rentang 25-33 tahun. Hampir
semua responden (95%) adalah perempuan. Berdasarkan lama kerja, mayoritas
responden (75%) bekerja lebih dari 5 tahun. Berdasarkan karakteristik tingkat
Keperawatan, dan tingkat pendidikan S1 Keperawatan (40%). Hasil penelitian
mengenai karakteristik responden secara singkat dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah
ini:
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Karakteristik Responden (N=40)
Data Demografi Jumlah Persentase (%)
4. Pendidikan
1.2 Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai Pendidik dan Pembela Dalam Pemberian Informed Consent
Pada penelitian ini pengetahuan perawat yang akan dibahas yaitu pengetahuan
perawat tentang peran sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed
consent.
a. Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai pendidik
Hasil penelitian pada pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik
dalam pemberian informed consent diperoleh baik (27,5%), cukup (62,5%) dan
kurang (10%) dapat dilihat pada tabel 5.3.
Hasil pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden
(62,5%) memiliki tingkat pengetahuan cukup dalam menjalankan peran sebagai
pengetahuan yang kurang, dan hanya 11 orang (27,5%) responden memiliki
pengetahuan yang baik.
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik (N=40)
Pengetahuan n %
Baik 11 27,5
Cukup 25 62,5
Kurang 4 10
Berdasarkan jawaban yang diberikan responden diperoleh hasil
penilaian bahwa mayoritas responden menjawab dengan benar 3 pertanyaan
(nomor 2, 5 dan 6), tetapi ada 1 pertanyaan yang dijawab salah oleh mayoritas
responden yaitu pertanyaan nomor 4 (80%). Untuk lebih detailnya dapat dilihat
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase hasil penilaian dari kuesioner pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dalam pemberian informed consent berdasarkan jawaban responden (N=40)
No Pertanyaan
Bernilai Benar Bernilai Salah
n % n %
1 Apakah peran perawat sebagai
pendidik dalam pemberian informed
consent ?
22 55 18 45
2 Apakah yang harus dilakukan perawat
untuk memastikan pasien mengerti
tentang tindakan yang akan dilakukan?
36 90 4 10
3 Apakah tujuan perawat menjelaskan
keuntungan dan kerugian dari tindakan
yang akan dilakukan pada pasien ?
20 50 20 50
4 Apakah yang harus dilakukan perawat
dalam mengkaji kesiapan pasien
terhadap tindakan yang akan
dilakukan ?
5 Peran perawat sebagai penidik dalam
pemberian informed consent adalah
memberikan pendidikan mengenai
tindakan keperawatan yang diberikan
pada pasien, sehingga terjadi
perubahan perilaku pada pasien. Hal
ini dapat dilihat dari perilaku pasien
dalam pemberian informed consent
yaitu:
33 82,5 7 17,5
6 Kapankah perawat berperan sebagai
pendidik dalam pemberian informed
consent ?
b. Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai Pembela Dalam Pemberian
Informed Consent
Hasil penelitian pada pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela
dalam pemberian informed consent diperoleh baik (27,5%), cukup (35%) dan
kurang (37,5%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase responden terkait dengan pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela (N=40)
Pengetahuan N %
Baik 11 27,5
Cukup 14 35
Kurang 15 37,5
Berdasarkan jawaban yang diberikan responden diperoleh hasil penilaian
bahwa mayoritas responden menjawab pertanyaan dengan benar dari 6 pertanyaan,
bahkan ada 4 pertanyaan yang mayoritas responden dapat menjawab dengan benar
yaitu pertanyaan nomor 2, 3, 4 dan 5. Namun, ada 2 pertanyaan yang kurang dari
setengah responden menjawab dengan salah, yaitu pertanyaan nomor 1 (72,5%) dan
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase hasil penilaian dari kuesioner pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela dalam pemberian informed consent berdasarkan penilaian jawaban responden (N=40)
No Pertanyaan
BernilaiBenar BernilaiSalah
n % n %
1 Apakah peran perawat sebagai
pembela dalam pemberian
informed consent ?
11 27,5 29 72,5
2 Apa sajakah informasi yang
diberikan perawat terkait hak
perlindungan pada pasien ?
36 90 4 10
3 Dalam pemberian informed
consent peran perawat sebagai
pembela salah satunya adalah
sebagai pendukung pasien dalam
proses pembuatan keputusan. Hal
ini dapat dilakukan perawat
dengan cara:
39 97,5 1 2,5
consent peran perawat sebagai
pembela salah satunya adalah
sebagai penghubung antara pasien
dan tenaga kesehatan yang lain.
Hal ini dapat dilakukan perawat
dengan cara:
5 Bagaimana peran perawat sebagai
pembela saat pasien mengambil
keputusan tentang perawatan yang
akan dijalaninya ?
32 80 8 20
6 Kapankah perawat berperan
sebagai pembela dalam
pemberianinformedconsent ?
7 17,5 33 82,5
Dari data yang dikumpulkan diperoleh gambaran pengetahuan perawat
tentang peran sebagai pembela dalam pemberian informed consent dengan kategori
perawat yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 15 orang (37,5%),
berpengetahuan cukup sebanyak 14 orang (35%), dan berpengetahaun baik sebanyak
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi dan persentase responden terkait dengan pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela (N=40)
Pengetahuan N %
Baik 11 27,5%
Cukup 14 35%
Kurang 15 37,5%
2. Pembahasan
2.2 Pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dalam pemberian informed consent
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan perawat tentang
peran sebagai pendidik di ruang rawat bedah RB2A dan RB2B dalam pemberian
informed consent di RSUP H. Adam Malik Medan bila dilihat secara keseluruhan
maka didapatkan pengetahuan perawat cukup (62,5%) dan responden dengan tingkat
pengetahuan baik sebesar (27,5%). Notoadmodjo (2010) menyatakan bahwa
pengetahuan dipengaruhi oleh banyak faktor yang diantaranya adalah tingkat
pendidikan dan pengalaman. Berdasarkan hasil penelitian dari data demografi,
ditemukan bahwa tingkat pendidikan responden yang terbanyak (52,5%) adalah
responden tentang peran sebagai pendidik dalam pemberian informed consent dalam
penelitian ini dan mayoritas (75%) responden bekerja lebih dari 5 tahun tidak cukup
untuk berkontribusi membuat pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik
dalam pemberian informed consent pada kategori baik. Hal ini juga didukung dari
adanya dua pertanyaan dimana responden yang menjawab salah lebih dari 30% antara
lain pertanyaan nomor 1 dan 3, bahkan ada 1 pertanyaan yang mayoritas responden
menjawab salah.
Hasil pengetahuan perawat sebagai pendidik dalam pemberian informed
consent tersebut didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahmud yang
menyebutkan pengetahuan perawat sebagai pendidik dalam pemberian informed
consent di RSU Pemangkat Kalimantan Barat dalam kategori cukup. Hal ini mungkin
dipengaruhi oleh faktor tingkat pendidikan perawat dan pengalaman perawat.
Untuk pertanyaan tentang tujuan perawat menjelaskan keuntungan dan
kerugian dari tindakan yang akan dilakukan pada pasien (pertanyaan nomor 3), 50%
responden menjawab salah yaitu sebanyak 20 orang, responden menjawab bahwa
tujuan perawat menjelaskan keuntungan dan kerugian dari tindakan yang akan
dilakukan pada pasien adalah agar pasien tidak menyesal terhadap tindakan yang
dilakukan. Menurut Guwandi (1993) tujuan perawat menjelaskan keuntungan dan
kerugian dari tindakan yang dilakukan adalah supaya pasien terhindar dari tindakan
malpraktik. Kurangnya pengetahuan perawat tentang keuntungan dan kerugian dari
tindakan yang akan dilakukan pada pasien karena berdasarkan pernyataan beberapa
pasien dengan menginformasikan tentang tindakan yang akan dilakukan di RSUP H.
Adam Malik Medan biasanya dilakukan oleh dokter. Meskipun, penjelasan tentang
tindakan yang akan dilakukan biasanya disampaikan oleh dokter, namun perawat juga
harus mengetahui perannya sebagai pendidik yaitu menginformasikan dan
memastikan pasien mengerti tentang tindakan yang akan dilakukan khususnya
tindakan keperawatan. Hal ini juga sesuai dengan PERMENKES No. 585/1989 Bab
III yang menyatakan bahwa hal-hal yang memerlukan pentingnya informed consent
yaitu kasus-kasus yang menyangkut pembedahan/operasi, hal ini sangat diperlukan
peran perawat sebagai pendidik untuk menginformasikan tentang tindakan yang akan
dilakukan pada pasien.
Untuk pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan perawat dalam mengkaji
kesiapan pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan (pertanyaan nomor 4) 80%
responden menjawab salah yaitu sebanyak 32 orang, responden menjawab bahwa
yang harus dilakukan perawat dalam mengkaji kesiapan pasien terhadap tindakan
yang akan dilakukan adalah memastikan pasien mengerti tindakan yang akan
dilakukan. Menurut kozier (2010) proses pendidik dalam keperawatan adalah
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Menurut Guwandi (1993)
tindakan yang dilakukan perawat dalam mengkaji kesiapan pasien terhadap tindakan
yang akan dilakukan adalah memastikan pasien siap dan bersedia untuk dilakukan
tindakan.
Pengetahuan dalam menjalankan perannya khususnya peran sebagai pendidik
di ruang rawat bedah agar memudahkan pasien untuk mengerti tindakan yang akan
dilakukan dan pasien juga tidak merasa dirugikan atas tindakan yang dilakukan
(Guwandi, 1993).
2.3 Pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela dalam pemberian informed consent
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan perawat tentang
peran sebagai pembela di ruang rawat bedah RB2A dan RB2B dalam pemberian
informed consent di RSUP H. Adam Malik Medan bila dilihat secara keseluruhan
maka didapatkan pengetahuan perawat kurang baik (37,5%) dan responden dengan
tingkat pengetahuan baik sebesar (27,5%).
Secara keseluruhan pengetahuan perawat berada di dalam kategori yang
kurang baik, hal ini dapat dilihat dari pengetahuan perawat secara rinci untuk setiap
pertanyaan, ada beberapa pertanyaan dimana responden yang menjawab salah lebih
dari 50% antara lain pertanyaan nomor 1 dan 6.
Hasil pengetahuan perawat sebagai pembela dalam pemberian informed
consent tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Salman yang
menyebutkan pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela dalam pemberian
informed consent dalam kategori baik (53,3%). Hal ini mungkin dipengaruhi oleh
faktor pendidikan dan masa kerja lebih dari 10 tahun.
Untuk pertanyaan tentang peran perawat sebagai pembela dalam pemberian
(72,5%) responden menjawab pembela dari lingkungan sekitar pasien. Menurut
Kozier (2010) peran perawat sebagai pembela dalam pemberian informed consent
adalah sebagai pembela atau yang bertanggung jawab untuk melindungi atau
membela hak-hak pasien dari adanya penipuan atau penyimpangan.
Untuk pertanyaan tentang kapan perawat berperan sebagai pembela dalam
pemberian informed consent (pertanyaan nomor 6) lebih dari 50% yaitu sebanyak 33
orang (82,5%) responden menjawab perawat berperan sebagai pembela dalam
pemberian informed consent sebelum pasien menandatangani informed consent.
Menurut Kozier (2010) peran perawat saat pasien menandatangani lembar informed
consent adalah menjadi saksi pasien, untuk itu perawat perlu pemahaman tentang
proses yang akan dilakukan kepada pasien dan perawat juga harus mengetahui
perannya sebagai pembela setelah pasien menandatangani informed consent dan
ketika tindakan telah dilakukan kepada pasien, sehingga pasien tidak dirugikan atas
tindakan yang telah dilakukan.
Dari pengetahuan yang dimiliki perawat terlihat bahwa pengetahuan perawat
tentang peran sebagai pembela kurang baik sehingga peneliti mengasumsikan bahwa
perawat seharusnya harus lebih memahami lagi peran- peran perawat terkhususnya
peran perawat sebagai pembela atau pelindung pasien dalam pemberian informed
consent sehingga pasien tidak akan merasa dirugikan atas tindakan yang telah
dilakukan dan perawat juga dapat melindungi hak-hak pasien.
Kebijakan instansi juga sangat berpengaruh terhadap peningkatan motivasi
perawat, maka akan sangat membantu dalam meningkatkan kualitas kerja. Dengan
demikian perawat juga dapat memperluas wawasannya dan meningkatkan
pengetahuannya khususnya tentang peran perawat sebagai pembela dalam pemberian
informed consent dengan cara sering mengikuti seminar atau pelatihan tentang
peran-peran perawat dalam pemberian informed consent atau melanjutkan pendidikan ke
BAB 6
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan perawat
tentang peran sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent di
RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini dilakukan terhadap 40 orang responden
yaitu 20 perawat yang bekerja di ruang rawat RB2A dan 20 orang perawat yang
bekerja di ruang rawat RB2B. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total
sampling.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa lebih dari setengah responden
memiliki tingkat pengetahuan tentang peran sebagai pendidik dalam pemberian
informed consent pada kategori cukup.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa lebih dari sepertiga responden
memiliki tingkat pengetahuan tentang peran sebagai pembela dalam pemberian
informed consent pada kategori kurang baik.
2. Rekomendasi
2.1 Praktik keperawatan
Berdasarkan hasil penelitian diharapakan Rumah sakit dapat
perawat dapat menjalankan perannya sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian
informed consent.
2.2 Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini hanya menunjukkan tingkat pengetahuan perawat tentang
peran sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent. Hal ini
dapat dijadikan sebagai sumber data baru bagi penelitian selanjutnya tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi peran perawat dalam upaya pemberian informed consent.
2.4 Pendidikan Keperawatan
Dalam bidang pendidikan keperawatan pemberi materi perkuliahan tentang
informed consent hendaknya lebih menekankan kembali pada pentingnya peran
perawat dalam pemberian informed consent. Sehingga nantinya pendidikan
keperawatan memiliki lulusan tenaga perawat yang terampil dalam menjalankan
DAFTAR PUSTAKA
Achadiat, C. (2006). Dinamika Etika & Hukum Kedokteran dalamTantangan Zaman. Jakarta: EGC.
Arikunto, S. (2002). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Hidayat, A. A. A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.
Hurlock, E.B. (1999). Psikologi Perkembangan suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi V. Erlangga.
Gruendemann, B. J. ( 2005). Buku Ajar Keperawatan Perioperatif. Jakarta: EGC.
Guwandi, J. (1993). Tindakan Medik dan Tanggung jawab Produk Medik.
Fakultas Jakarta: Kedokteran UI.
Kepmenkes No. 585/MENKES/PER/IX/1989. Tentang Persetujuan Tindakan Medik.
_________ No. 436/MENKES/SK/VI/1993. Tentang Berlakunya Standar Pelayanandi Rumah Sakit.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Synder, S.J. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,dan Praktik. Jakarta: EGC.
Mubarak, W. ( 2005). Pengantar Keperawatan Komunitas. Jakarta: Sagung Seto.
Martono, N. (2005). Pendidikan Jarak Jauh Program Sarjana Keperawatan untuk Perawat Indonesia Lulusan Diploma 3 Keperawatan/Akademi Keperawatan yangBekerja di Luar Negeri. Diambil pada tanggal 16 Maret 2014
Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Potter, P.A., & Perry, A. G (2010). Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.
Rustiyanto, E. (2009). Etika Profesi : Perekam Medis & Informasi Kesehatan. Yogyakarta: Graha ilmu.
Sumijatun. ( 2011). Membudayakan Etika dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Soeparto, Pitono . (2008). Etik dan Hukum di Bidang Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press.
Salman. (2008). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Dalam Informed
Consent Dengan Pelaksanaan Peran Advokasi Pada Klien Pra Bedah RSUD Pariaman. Diambil Tanggal 22 Oktober 2013.
LEMBAR PENJELASAN DAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bernama Diana Margaretha Br Karo-Karo / NIM 101101135 adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang mengadakan penelitian dengan judul “Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai Pendidik dan Pembela dalam Pemberian Informed Consent”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran perawat dalam pelaksanaan peran pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent di RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi tentang peran perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian
informed consent. Selain itu, data dan informasi hasil penelitian ini digunakan sebagai sumber data dalam materi perkuliahan dan diskusi yang berhubungan dengan peran perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent.
Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan saudara untuk menjadi responden dalam penelitian ini dan untuk menjawab pertanyaan yang saya berikan dengan jujur. Jika bersedia silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan saudara.
Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Identitas pribadi saudara sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini.
Terima kasih atas kerja sama saudara
Medan, Februari 2014
Responden Peneliti