• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai Pendidik dan Pembela Dalam Pemberian Informed Consent di RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai Pendidik dan Pembela Dalam Pemberian Informed Consent di RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PERAN SEBAGAI

PENDIDIK DAN PEMBELA DALAM PEMBERIAN INFORMED

CONSENT DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Diana Margaretha Br Karo karo 101101135

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini yang berjudul “Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai Pendidik dan Pembela Dalam Pemberian Informed Consent di RSUP H. Adam Malik Medan”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing skripsi ini, Achmad Fathi S.Kep, Ns, MNS, yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi penelitian sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, saya dengan rasa hormat menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati S.Kp, MNS, Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan USU.

3. Ibu Evi Karota Bukit S.Kp, MNS, Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan USU.

4. Bapak Ikhsannudin S.Kp, MNS, Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan USU.

5. Ibu Diah Arruum, M. Kep penguji I yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian Skripsi ini.

6. Ibu Lufthiani, S. Kep, Ns, M.Kes penguji II yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian Skripsi ini.

7. Bapak/ Ibu dosen Fakultas Keperawatan yang telah memberikan tanggapan dan saran kepada penulis.

8. Direktur utama RSUP H. Adam Malik Medan beserta staff dan pegawai yang telah memberi izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan.

9. Direktur utama RSUD dr. Pirngadi Medan beserta staff dan pegawai yang telah memberi izin kepada peneliti untuk melakukan uji reliabilitas di RSUD dr. Pirngadi Medan.

10. Orang tua penulis Alm. J. Kaban dan A. Ginting Munthe serta kedua saudara laki-laki penulis yang selalu memberikan doa, dukungan, serta semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabat saya yang turut membantu kelancaran Skripsi ini.

(4)

kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini.

Medan, 09 Desember 2013 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... viii

Daftar Skema ... ix

Abstrak ... x

BAB 1 Pendahuluan 1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Masalah ... 4

3. Tujuan Penilitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan ... 6

BAB 3 Kerangka Penelitian 1. Kerangka Konseptual ... 20

2. Defenisi Operasional ... 21

BAB 4 Metodologi Penelitian 1. Desain Penelitian ... 23

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

3. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

4. Pertimbangan Etik ... 24

5. Instrumen Penelitian ... 25

6. Validitas dan Reliabilitas ... 27

(6)

9. Analisa Data ... 29

BAB 5 Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Hasil Penelitian ... 30 2. Pembahasan ... 36

BAB 6 Kesimpulan dan Rekomendasi

1. Kesimpulan... 43 2. Rekomendasi ... 44 Daftar Pustaka ...46 Lampiran-lampiran

1. Inform Consent 2. Kuesioner Penelitian 3. Jadwal Tentatif Penelitian 4. Daftar Riwayat Hidup 5. Taksasi Dana

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Definisi Operasional pengetahuan perawat tentang peran sebagai

pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent ... 21 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik 40 orang responden perawat yang bekerja di Ruang Rawat Bedah Rindu B di

RSUP H. Adam Malik Medan ... 31 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase hasil penelitian dari kuesioner pengetahuan

perawat tentang peran sebagai pendidik dalam pemberian informed consent

berdasarkan jawaban responden ... 33 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase responden terkait dengan

pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik ... 34 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase hasil penelitian dari kuesioner pengetahaun

perawat tentang peran sebagai pembela dalam pemberian informed consent

berdasarkan penilaian jawaban responden ... 35 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase responden terkait dengan pengetahuan

(8)

DAFTAR SKEMA

Skema Halaman

3.1 Kerangka konsep Pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent di

(9)

Judul : Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai Pendidik dan Pembela Dalam Pemberian Informed Consent di RSUP H. Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Diana Margaretha Br Karo Karo

NIM : 101101135

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

ABSTRAK

Peran perawat sebagai pendidik dalam pemberian informed consent dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien. Peran perawat sebagai pembela dalam pemberian

informed consent dilakukan perawat untuk membantu pasien dalam

menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan dan dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent di RSUP H. Adam Malik Medan dengan menggunakan desain deskriptif. Sampel yang diteliti sebanyak 40 orang dengan menggunakan teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat di Ruang Rawat RB2A dan RB2B memiliki pengetahuan yang cukup (62,5%) dalam menjalankan perannya sebagai pendidik dan memiliki pengetahuan yang kurang (37,5%) dalam menjalankan perannya sebagai pembela dalam pemberian informed consent. Dari hasil penelitian pengetahuan perawat yang cukup dan pengetahuan yang kurang dapat menjadi dasar bagi penerapan dan pengembangan peran perawat dalam pemberian

informed consent. Disarankan kepada perawat untuk lebih memahami dan mensosialisasikan peran perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian

informed consent.

(10)

Judul : Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai Pendidik dan Pembela Dalam Pemberian Informed Consent di RSUP H. Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Diana Margaretha Br Karo Karo

NIM : 101101135

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

ABSTRAK

Peran perawat sebagai pendidik dalam pemberian informed consent dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien. Peran perawat sebagai pembela dalam pemberian

informed consent dilakukan perawat untuk membantu pasien dalam

menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan dan dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent di RSUP H. Adam Malik Medan dengan menggunakan desain deskriptif. Sampel yang diteliti sebanyak 40 orang dengan menggunakan teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat di Ruang Rawat RB2A dan RB2B memiliki pengetahuan yang cukup (62,5%) dalam menjalankan perannya sebagai pendidik dan memiliki pengetahuan yang kurang (37,5%) dalam menjalankan perannya sebagai pembela dalam pemberian informed consent. Dari hasil penelitian pengetahuan perawat yang cukup dan pengetahuan yang kurang dapat menjadi dasar bagi penerapan dan pengembangan peran perawat dalam pemberian

informed consent. Disarankan kepada perawat untuk lebih memahami dan mensosialisasikan peran perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian

informed consent.

(11)

Title : The Nurse Knowledge about the Role as Educator and Defender in the Giving of Informed Consent in RSUP H. Adam Malik Medan

Student Name : Diana Margaretha Br Karo Karo Student Number : 101101135

Department : Bachelor of Nursing

Year : 2014

ABSTRACT

The role of nurses as educator in the giving of informed consent is conducted by assisting the patients in increasing their health knowledge so the patients experience behavioral changes. The role of nurses as defender in the giving of informed consent is conducted by the nurses to assist the patients in interpreting some information from service providers and can play a role to defend and protect the patients’ rights. The purpose of this research is to identify the nurse knowledge about the Role as Educator and Defender in the Giving of Informed Consent in RSUP H. Adam Malik Medan by using descriptive design. The number of observed samples is 40 persons by applying total sampling technique. The result of the research shows that the nurses in wards of RB2A and RB2B have moderate knowledge (62,5%) in running their role as educator and deficient knowledge (37,5%) in running their role as defender in the giving of Informed Consent. From the research result it is found that the sufficient and deficient knowledge of the nurse can be a basic for the application and development of the nurse role in the giving of Informed Consent. It is suggested to the nurse to comprehend more and socialize the role of the nurse as educator and defender in the giving of Informed Consent.

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perawat memiliki peran dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan hak yang

dimiliki pasien dalam memperoleh perawatan yang baik (Asmadi, 2008). Perawat

memiliki peran sebagai pemberi asuhan, pendidik, pembela, koordinator, konsultan,

kolaborator dan pembaharu. Perawat dalam menjalankan perannya harus memberikan

pelayanan yang baik untuk memulihkan kondisi kesehatan pasien, salah satunya

seperti pada pemberian informed consent (Praptianingsih, 2006).

Informed consent merupakan bagian dari rekam medis yang berbentuk surat

persetujuan tindakan medis. Informed consent ini digunakan sebagai

pedoman/perlindungan hukum yang mengikat karena di dalamnya terdapat segala

catatan tentang tindakan, pelayanan terapi, waktu terapi, tanda tangan dokter yang

merawat, dan tanda tangan pasien yang bersangkutan (Soeparto, 2008).

Perawat menjadi saksi dalam memperoleh informed consent, untuk itu

perawat harus memiliki pemahaman tentang proses yang akan dilakukan, seperti

pertukaran informasi antara klien dengan dokter saat konsultasi, memastikan klien

mengerti secara jelas informasi apa yang telah diterimanya, dan pada waktu klien

(13)

Hasil penelitian Salman (2008) di Rumah sakit Pariaman menyatakan bahwa

53,3% perawat tidak melaksanakan peran sebagai pembela dalam pemberian

informed consent pada pasien pra bedah. Sedangkan wawancara penelitian yang

dilakukan Rasmudjito (2008) di Rumah sakit DR. Kariadi Semarang terkait dengan

telaah aspek hukum perdata terhadap kelengkapan informed consent pada pasien

operasi ditemukan bahwa 65% perawat mengatakan jarang dilibatkan dalam

pembuatan informed consent dan sebagian besar 85% tidak pernah memeriksa

kembali rekam medis pasien, khususnya kelengkapan informed consent sebelum

pasien dikirim ke kamar bedah. Selain itu juga 96% perawat tidak mengetahui akibat

yang ditimbulkan dari ketidaklengkapan formulir informed consent tersebut dari

aspek hukum.

Perawat sebagai pendidik dalam pemberian informed consent diharapkan

mampu untuk bertanggung jawab dalam membantu pasien dan keluarga

menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam

memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (informed

consent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Hal ini harus

dilakukan karena Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak

dengan pasien, sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak pasien

(Mubarak & Chayatin, 2005).

Peran perawat sebagai pembela dalam informed consent yaitu dalam

membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasi berbagai informasi dari

(14)

diberikan terhadap klien. Perawat juga dapat berperan melindungi hak-hak pasien

yang meliputi hak mendapatkan pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang

penyakitnya dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

Perawat yang tidak menjalankan perannya sebagai pembela dan pendidik

dalam pemberian informed consent dapat merugikan pasien. Hal ini sejalan dengan

kasus yang terjadi berkaitan dengan pelaksanaan operasi yang menjadi tuntutan oleh

pihak keluarga yang dilakukan oleh tenaga kesehatan semakin sering terjadi, seperti

kasus yang terjadi pada seorang anak yang mengalami kelumpuhan setelah dilakukan

lumbal punksi oleh dokter di RS. Hasan Sadikin Bandung. Pelaksanaan tindakan

sebetulnya sudah diminta persetujuan tertulis dari pihak keluarga, tetapi pasien atau

keluarga mungkin belum mengerti terhadap konsekuensi tindakan yang dilakukan.

Pada kasus ini peran perawat sebagai pembela harus dijalankan, sehingga pasien dan

keluarga mengerti dengan baik tindakan yang dilakukan kepada pasien Hardi (2007,

dalam Salman, 2008). Perawat dalam hal ini harus memiliki kesadaran untuk

melakukan perannya sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed

consent, dimana pasien merupakan manusia yang holistik yang tidak boleh

diperlakukan secara semena-mena selama melakukan tindakan (Sumijatun, 2011)

agar pasien tidak dirugikan selama tindakan dan memperoleh pelayanan yang baik

sesuai kebutuhannya.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 28 Desember

2013 di RSUP H. Adam Malik Medan di rindu B, perawat memberikan surat

(15)

kembali apakah pasien sudah mengerti tentang tindakan yang akan dilakukan.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tergerak untuk meneliti bagaimana

pengetahuan perawat tentang peran perawat sebagai pendidik dan pembela dalam

pemberian informedconsent di RSUP. H. Adam Malik Medan.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah

penelitian “ bagaimana pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dan

pembela dalam pemberian informed consent pada pasien di ruang rawat bedah di

RSUP H. Adam Malik Medan”.

3. Tujuan

3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan

perawat tentang peran sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed

consent.

3.2 Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui peran perawat dalam pelaksanaan peran sebagai pendidik

dalam pemberian informed consent di RSUP. H. Adam Malik.

b) Untuk mengatahui peran perawat dalam pelaksanaan peran sebagai pembela

(16)

4.Manfaat Penelitian

4.1Bagi Praktek Keperawatan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi praktik

keperawatan dalam memberikan informasi tentang peran sebagai pembela dan

pendidik dalam pemberian informed consent.

4.2Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bagi institusi

pendidikan keperawatan untuk memberi pembelajaran tentang peran perawat sebagai

pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent.

4.3Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi masukan maupun informasi

tambahan untuk penelitian selanjutnya mengenai pentingnya peran perawat sebagai

(17)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

1. Pengetahuan

1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, juga bisa didapat dari informasi

yang disampaikan osleh guru, orang tua, teman, buku, dan surat kabar. Tingkat

pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu : Tahu

(know), memahami (Comprehension), Aplikasi (Aplication), Analisis (Analysis),

Sintesis (Synthesis), Evaluasi (Evaluation) (Notoatmodjo, 2005).

1.2 Cara Memperoleh Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek peneliti atau

responden. Pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat diukur dan disesuaikan dengan

(18)

2. Peran Perawat 2.1 Definisi Peran

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran adalah bentuk

dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu. Peran

dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil

(Barbara, 2010).

2.2Peran Perawat Kesehatan

Peran perawat sangat dibutuhkan untuk membantu pasien dalam menunjang

kesehatan dan pemulihannya. Peran perawat terdiri dari pemberi asuhan, pendidik,

pembela, kolaborasi, konsultan dan pembaharu. Berikut ini uraian mengenai peran

perawat yaitu, :

1. Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat dilakukan perawat

dengan mempertahankan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan

melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses

keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa

direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat

kebutuhan dasar manusia, kemudian dievaluasi tingkat perkembangannya (Potter &

Perry, 2010).

2. Peran perawat sebagai pembela dilakukan perawat dalam membantu pasien dan

(19)

atau informasi khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan

keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan

dan melindungi hak-hak pasien (Mubarak, 2005).

3. Peran perawat sebagai pendidik dilakukan dengan membantu klien dalam

meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan

yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan

pendidikan kesehatan (Mubarak, 2005).

4. Peran perawat sebagai koordinator dilaksanakan dengan mengarahkan,

merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan

sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan

kebutuhan pasien (Mubarak, 2005).

5. Peran perawat sebagai kolaborator dilakukan dengan bekerja melalui tim kesehatan

yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya

mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau

tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya (Mubarak, 2005).

6. Peran perawat sebagai konsultan adalah sebagai tempat konsultasi terhadap

masalah atau tindakan keperawatan yang tepat diberikan. Peran ini dilakukan atas

permintaan pasien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang

diberikan (Mubarak, 2005).

7. Peran perawat sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan

perencanaan, kerja sama, perbaruan yang sistematis dan terarah sesuai dengan

(20)

2.3 Peran Perawat sebagai pendidik 2.3.1 Pengertian Pendidik

Peran pendidik ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan

tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan

sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan

kesehatan. Menurut Kozier (2010), proses pendidik mempunyai 4 komponen yaitu:

1. Pengkajian

Hal ini sejalan dengan proses keperawatan dalam fase pengkajian seorang

perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar.

Pengkajian tersebut juga mempertimbangkan karakteristik klien yang dapat

mempengaruhi proses belajar misalnya kesiapan untuk belajar, motivasi belajar, serta

tingkat interpretasi dan pemahaman klien. Kebutuhan belajar berubah seiring

perubahan status kesehatan klien, oleh karena itu perawat harus terus mengkaji

kondisi mereka.

2. Perencanaan

Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran.

Melibatkan klien dalam proses perencanaan akan mendukung terciptanya rencana

yang bermakna serta dapat merangsang motivasi klien.

3. Pelaksanaan

Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan perawat

perlu bersikap fleksibel dalam mengimplementasikan setiap rencana karena rencana

(21)

4. Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu proses final dan berkelanjutan ketika klien, perawat

dan individu pendukung menilai apa yang telah dipelajari.

2.4. Peran Perawat Sebagai Pembela 2.4.1 Pengertian Pembela

Pembela adalah proses pembelaan yang dilakukan untuk mendukung atau

memberikan argumentasi bagi kebutuhan orang lain atau bertindak sebagai pembela

pasien dalam praktik keperawatan. Pembela adalah seseorang yang membela perkara

orang lain. Defenisi lain menekankan pembela sebagai pendukung dan pelindung dari

hal-hal yang merugikan pasien, sumber informasi tentang status kesehatan pasien,

penolong dalam mengidentifikasi kebutuhan, pilihan-pilihan, keinginan dan penolong

pasien dalam membuat keputusan yang dibutuhkan dalam pengobatan pasien. Oleh

karena itu pembela merupakan konsep yang penting dalam praktik keperawatan,

peran perawat sebagai pembela disini harus bertanggung jawab untuk melindungi hak

pasien mereka dari adanya penipuan atau penyimpangan (Kozier, 2010).

Nelson (1988, dalam Creasia & Parker, 2001) menjelaskan bahwa konsep pembela

memiliki 3 pengertian, yaitu:

a. Model perlindungan terhadap hak

Model ini menekankan pada perawat untuk melindungi hak klien agar tidak ada

tindakan tenaga kesehatan yang akan merugikan pasien selama dirawat. Hal ini dapat

(22)

dimilikinya, memastikan pasien memahami hak yang dimilikinya, melaporkan

pelanggaran terhadap hak pasien dan mencegah pelanggaran hak pasien.

b. Model pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai yang dianut pasien

Model ini menekankan pada perawat untuk menyerahkan segala keputusan

tentang perawatan yang akan dijalankan oleh pasien kepada pasien itu sendiri, sesuai

dengan nilai yang dianut pasien. Perawat tidak diperbolehkan memaksakan

nilai-nilai pribadinya untuk membuat keputusan pada pasien, melainkan hanya membantu

pasien mengeksplorasi keuntungan dan kerugian dari semua alternatif pilihan atau

keputusan.

c. Model penghargaan terhadap orang lain

Model ini menekankan pada perawat untuk menghargai pasien sebagai manusia

yang unik. Perawat harus menyadari bahwa sebagai manusia yang unik, pasien memiliki

kebutuhan yang berbeda-beda satu sama lain. Perawat harus mempunyai semua yang

terbaik bagi pasien sesuai dengan kebutuhannya saat itu.

Definisi umum pembela menekankan pentingnya hak-hak pasien dalam

mengambil keputusan. Dalam hal ini, peran perawat pembela menolong pasien sebagai

makhluk yang memiliki otonomi untuk mengambil keputusan sendiri, yang sesuai

dengan keinginan pasien dan bukan karena pengaruh dari perawat atau tenaga kesehatan

lainnya. Pendidikan dan dukungan kepada pasien diberikan sesuai kebutuhan dan

pilihannya. Perawat diharapkan mampu mengidentifikasi dan mengerti keinginan pasien

dan memastikan bahwa keinginan tersebut merupakan keputusan yang terbaik dari

(23)

peran perawat untuk memberikan asuhan keperawatan dan dukungan terhadap pasien,

dengan melindungi hak pasien dan bertindak atas nama pasien.

2.4.2 Nilai-nilai dasar yang harus dimiliki oleh perawat sebagai pembela

Menurut Kozier (2010), untuk menjalankan peran perawat sebagai pembela

pasien, perawat harus memiliki nilai-nilai dasar, yaitu :

1. Pasien adalah makhluk holistik dan otonom yang mempunyai hak untuk

menentukan pilihan dan mengambil keputusan.

2. Pasien berhak untuk mempunyai hubungan perawat-pasien yang didasarkan atas

dasar saling menghargai, percaya, bekerja sama dalam menyelesaikan masalah

yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan kebutuhan perawatan kesehatan

dan saling bebas dalam berpikir dan berperasaan.

3. Perawat bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pasien telah mengetahui

cara memelihara kesehatannya.

Menurut Kozier (2010), selain harus memiliki nilai-nilai dasar di atas perawat

harus memiliki sikap yang baik agar perannya sebagai pembela pasien lebih efektif,

beberapa sikap yang harus dimiliki perawat, adalah :

1. Bersikap asertif berarti mampu memandang masalah pasien dari sudut pandang

yang positif.

2. Mengakui bahwa hak-hak dan kepentingan pasien dan keluarga lebih utama

(24)

3. Sadar bahwa konflik dapat terjadi sehingga membutuhkan konsultasi konfrontasi

atau negosiasi antara perawat dan bagian administrasi atau antara perawat dan

dokter.

4. Dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain.

5. Tahu bahwa peran pembela membutuhkan tindakan yang plitis, seperti

melaporkan kebutuhan perawatan kesehatan pasien kepada pemerintah/pejabat

terkait yang memiliki wewenang/otoritas.

2.4.3 Peran perawat sebagai pembela dalam informed consent

Nelson (1988, dalam Creasia & Parker, 2001) menjelaskan bahwa peran perawat

sebagai pembela dalam pemberian informed consent adalah:

1. Sebagai pendukung pasien dalam proses pembuatan keputusan, dengan cara :

memastikan informasi yang diberikan pada pasien dipahami dan berguna bagi pasien

dalam pengambilan keputusan, memberikan berbagai alternatif pilihan disertai

penjelasan keuntungan dan kerugian dari setiap keputusan, dan menerima semua

keputusan pasien.

2. Sebagai mediator (penghubung) antara pasien dan orang-orang disekeliling pasien,

dengan cara : mengatur pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien dengan

tenaga kesehatan lain, mengklarifikasi komunikasi antara pasien, keluarga, dan

tenaga kesehatan lain agar setiap individu memiliki pemahaman yang sama, dan

(25)

3. Sebagai orang yang bertindak atas nama pasien dengan cara : memberikan

lingkungan yang sesuai dengan kondisi pasien, melindungi pasien dari tindakan yang

dapat merugikan pasien, dan memenuhi semua kebutuhan pasien selama dalam

perawatan.

3. Persetujuan Tindakan Medik (Informed Consent) 3.1 Pengertian Informed Consent

Dalam terjemahan bahasa Indonesia informed consent adalah persetujuan

tindakan medis. Informed artinya telah diberitahukan, telah disampaikan atau telah

diinformasikan. Consent berasal dari bahasa latin consentio yang artinya persetujuan,

izin, memberi izin (wewenang) kepada seseorang untuk melakukan suatu tindakan

medis. Dengan demikian informed consent adalah suatu izin atau pernyataan setuju

dari pasien yang diberikan secara bebas, sadar dan rasional, setelah mendapatkan

informasi dari dokter dan yang sudah dimengerti pasien (Achadiat, 2006).

Menurut Black (2004) pengertian Informed Consent adalah persetujuan

individu terhadap pelaksanaan suatu tindakan, seperti operasi atau prosedur

diagnostik invasif, berdasarkan pemberitahuan lengkap tentang resiko, manfaat,

alternatif, dan akibat penolakan (Potter & Perry, 2010).

Menurut Achadiat (2006) ada 2 bentuk Persetujuan Tindakan Medik

(informed consent) yaitu:

1. Tersirat atau dianggap telah diberikan (Implied Consent), yaitu bisa dalam keadaan

normal (biasa) atau darurat (emergency). Dalam keadaan normal bentuk informed

(26)

umum oleh petugas kesehatan, seperti melakukan penyuntikan dan pengukuran

tekanan darah.

2. Dinyatakan (Expressed Consent), yaitu persetujuan dinyatakan secara lisan atau

tertulis. Persetujuan secara lisan diperlukan pada tindakan medis yang tidak

mengandung resiko tinggi seperti pencabutan kuku, sedangkan persetujuan secara

tertulis mutlak diperlukan pada tindakan medis yang mengandung resiko tinggi

seperti tindakan pembedahan dan operasi perlu surat pernyataan dari

pasien/keluarga.

3.2 Tata laksana Persetujuan Tindakan Medis

Pada umumnya, keharusan adanya Informed Consent secara tertulis yang

ditandatangani oleh pasien sebelum dilakukannya tindakan medik tertentu, dilakukan

di sarana kesehatan yaitu di Rumah Sakit atau klinik, karena informed consent

berhubungan dengan pendokumentasian ke dalam catatan medik (Medical Record).

Hal ini disebabkan, Rumah sakit atau klinik tempat dilakukannya tindakan medik

tersebut, selain harus memenuhi standar pelayanan Rumah sakit juga harus memenuhi

standar pelayanan medik sesuai dengan yang ditentukan dalam keputusan Menteri

Kesehatan No. 436/MENKES/SK/VI/1993 Tentang Berlakunya Standar Pelayanan di

Rumah Sakit. Dengan demikian, rumah sakit turut bertanggung jawab apabila tidak

dipenuhinya persyaratan informed consent (Achadiat, 2006).

Dalam informed consent informasi tentang pembedahan harus disampaikan

(27)

yang menyangkut pembedahan/operasi, kasus-kasus yang menggunakan bahan kimia

berbahaya dan kasus-kasus eksperimen, hal ini sangat diperlukan peran perawat

sebagai advokasi untuk memfasilitasi pasien dalam mendapatkan informasi yang jelas

tentang tindakan yang harus dilakukan kepada klien (PERMENKES No. 585/1989

Bab III).

Menginformasikan klien tentang risiko dan alternatif prosedur bedah dan

mendokumentasikan informed consent adalah tanggung jawab dokter bedah.

Menjamin tersedianya persetujuan sebelum pembedahan adalah tanggung jawab

perawat. Perawat juga bertanggung jawab menunda pembedahan jika menurutnya

klien belum memahami rencana intervensi pembedahan, sampai konsultasi dengan

dokter berakhir dan klien memahaminya, serta menjamin bahwa persetujuan tindakan

yang akan dilakukan telah diperoleh oleh klien (Gruendemann, 2005).

3.3 Unsur-Unsur dalam Informed Consent 3.3.1 Informasi

Bagian yang terpenting dalam Informed Consent adalah mengenai informasi

atau penjelasan yang perlu disampaikan kepada pasien/keluarga, yaitu informasi

mengenai apa yang harus disampaikan, kapan disampaikan (when), siapa yang harus

menyampaikan (who) dan informasi yang mana (which) yang perlu disampaikan

(Achadiat, 2007).

Dalam Permenkes No. 585/MENKES/PER/IX/1989 menyatakan bahwa

dokter harus menyampaikan informasi atau penjelasan kepada pasien/keluarga

(28)

tindakan operasi atau yang bersifat invasif, baik yang berupa diagnostik maupun

terapeutik.

Menurut Guwandi (1993), informasi yang harus diberikan sebelum operasi

oleh dokter kepada pasien atau keluarga adalah yang berkenaan dengan:

1. Tindakan operasi apa yang hendak dilakuakn

2. Manfaat dilakukan operasi tersebut

3. Resiko pada operasi tersebut

4. Alternatif apa yang ada (kalau ada dan juga kalau mungkin dilakukan)

5. Akibat jika operasi tidak dilakukan

Yang harus memberikan informasi adalah dokter ahli bedah yang akan

melakukan operasi tersebut. Informasi harus diberikan dalam bahasa yang sederhana

yang dapat dimengerti oleh pasien, sehingga pasien mempunyai gambaran yang jelas

untuk memutuskan tindakan yang akan dipilihnya (Guwandi, 1993).

Kewajiban untuk memberikan informasi ini tidak dapat didelegasikan,

misalnya kepada perawat, karena yang bertanggung jawab adalah dokter itu sendiri.

Tugas seorang perawat dalam kaitan informed consent adalah memeriksa, mengecek

sebelum operasi dilakukan, apakah sudah ada formulir informed consent yang

dibubuhi tanda tangan pasien serta perawat juga sebagai saksi bahwa pasien

menandatangani formulir informed consent (Guwandi, 1993).

(29)

Inti dari persetujuan adalah persetujuan harus didapat sesudah pasien

mendapat informasi yang adekuat. Berpedoman pada PERMENKES No. 585 Tahun

1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medik maka yang menandatangani perjanjian

adalah pasien sendiri yang sudah dewasa (di atas 21 Tahun/sudah menikah) dan

dalam keadaan sehat mental (PERMENKES No. 585/MENKES/PER/IX/1989).

Untuk pasien di bawah umur 21 tahun, dan pasien penderita gangguan jiwa

yang menandatangani adalah orang tua/wali/keluarga terdekat. Untuk pasien dalam

keadaan tidak sadar, atau pingsan serta tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan

secara medis berada dalam keadaan gawat darurat yang memerlukan tindakan medis

segera, maka tidak diperlukan persetujuan dari siapapun (PERMENKES N0.

585/MENKES/PER/IX/1989).

Tindakan medis yang diambil oleh dokter tanpa persetujuan pasien terlebih

dahulu, meski untuk kepentingan pasien tetap tidak dapat dibenarkan secara Etika

Kedokteran dan Hukum. Namun terhadap ketentuan tersebut terdapat pengecualian,

yaitu dalam keadaan gawat darurat dan terjadinya tindakan segera. Dalam

keadaan-keadaan seperti ini dokter dapat melakukan tindakan medis tanpa mendapat

persetujuan terlebih dahulu (Guwandi, 1993).

3.4 Peraturan Informed Consent

Sesuai dengan surat keputusan PERMENKES No.

585/MENKES/PER/IX/1989, tentang informed consent inti dari peraturan tersebut

adalah: (1) Harus mendapat persetujuan pasien untuk melakukan semua tindakan

(30)

adekuat dan informasi yang disampaikan sesuai dengan tingkat pendidikan serta

situasi dan kondisi pasien; (2) Setiap tindakan medis yang mengandung resiko tinggi

harus dengan persetujuan tertulis; (3) Informasi tentang tindakan medis/operasi harus

diberikan oleh dokter yang akan melakukan operasi baik diminta, maupun tidak

diminta, informasi tersebut harus selengkap-lengkapnya; (4) Persetujuan diberikan

oleh pasien dewasa yang telah berumur 21 tahun atau sudah menikah dalam keadaan

sadar dan sehat mental; (5) Pasien di bawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai

orang tua/wali, persetujuan diberikan oleh keluarga; (6) Bagi pasien dewasa yang

menderita gangguan mental, persetujuan diberikan oleh orang tua/wali; (7) Dokter

bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan tentang persetujuan tindakan medis,

(31)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka konseptual

Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka hubungan antara

konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur ketika penelitian dilakukan (Notoatmodjo,

2010). Kerangka konsep dalam penelitian ini, menjelaskan tentang peran perawat

sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent.

Berdasarkan tujuan penelitian dapat digambarkan kerangka konseptual

sebagai berikut:

Skema 3.1 Kerangka konsep pengetahuan perawat dalam perannya sebagai

pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent di Ruang

Rawat Bedah

Pengetahuan Perawat Tentang

Informed Consent

Peran Sebagai: 1. Pendidik 2. Pembela

(32)

Kerangka penelitian diatas menjelaskan tentang pengetahuan perawat yang

dihubungkan dengan peran perawat dalam pemberian informed consent. Variabel

yang diteliti oleh peneliti adalah variabel pengetahuan perawat tentang peran perawat

yang meliputi sebagai pendidik dan pembela. Data yang akan dikumpulkan dari

penelitian ini akan dikategorikan menjadi baik, sedang dan buruk. Dari data yang

terkumpul tersebut akan diketahui bagaimana pengetahuan perawat tentang peran

sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent.

2. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai

Pendidik dan Pembela Dalam Pemberian Informed Consent

(33)

Pengetahuan

dari penelitian ini

didapat yaitu :

5-6 : baik

3-4 : cukup

0-2 : kurang

(34)

pembela sebagai

pembela yaitu

tingkat

pemahaman

perawat di

Ruang RB2A

dan RB2B

RSUP H.

Adam Malik

Medan sebagai

pendukung dan

pelindung dari

hal-hal yang

merugikan

pasien,

Mengidentifika

si kebutuhan

pasien dan

penolong

pasien dalam

(35)

keputusan

tentang

tindakan

operasi yang

akan dilakukan

(36)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yang

bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan perawat tentang peran sebagai

pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent.

2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah seluruh objek dengan karakteristik tertentu yang diteliti

(Hidayat, 2011). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perawat

yang bekerja di Ruang Rawat Bedah (RB) RSUP H. Adam Malik Medan.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 28 Desember

2013, jumlah seluruh perawat yang bekerja di Ruang Rawat Bedah sebanyak 40

orang yang terdiri dari Ruang RB2A sebanyak 20 orang, ruang RB2B sebanyak 20

orang.

2.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto,

2002). Sampel harus bersifat representatif (mewakili semua populasi yang ada) dan

(37)

pengukuran sampel yang dilakukan pada perawat adalah total sampling, jumlah

sampel yang digunakan merupakan jumlah seluruh populasi yaitu, sebanyak 40

orang.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan. Adapun alasan

pemilihan rumah sakit ini adalah belum pernah dilakukan penelitian tentang

pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian

informed consent, dimana RSUP H. Adam Malik Medan merupakan Rumah Sakit

pendidikan dan penelitian. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan

Maret-April 2014.

4. Pertimbangan Etik Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti tetap bepedoman pada prinsip-prinsip etik

penelitian yaitu: Pertama prinsip manfaat, dimana peneliti lebih dahulu memberikan

penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan prosedur

pelaksanaan penelitian. Jika calon responden bersedia maka responden harus lebih

dahulu menandatangani surat persetujuan menjadi responden (informed consent),

tetapi jika responden menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap

menghormati haknya. Kedua adalah prinsip keadilan yaitu, untuk menjaga

kerahasiaan identitas responden, maka peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden dalam lembar kuesioner yang akan diisi oleh responden (Anonimity). Pada

lembar kuesioner hanya di tulis nomor kode tertentu oleh peneliti. Kerahasiaan

(38)

5. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden peneliti menggunakan alat

pengumpulan data dalam bentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan

berpedoman pada tinjauan pustaka. Kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu kuesioner

data demografi dan kuesioner pengetahuan perawat. Kuesioner pengetahuan berisikan

pertanyaan yang terdiri dari dua bagian yaitu kuesioner peran perawat sebagai

pendidik dan kuesioner peran perawat sebagai pembela dalam pemberian informed

consent pada pasien di ruang rawat bedah.

5.1 Kuesioner Data Demografi

Pada bagian awal kuesioner penelitian berisi data demografi responden

meliputi usia, jenis kelamin, lama kerja dan pendidikan.

5.2 Kuesioner Peran Perawat Sebagai Pendidik

Instrumen penelitian tentang pengetahuan perawat tentang peran sebagai

pendidik dalam pemberian informed consent pada pasien rawat bedah, terdiri dari 6

pertanyaan pilihan berganda dengan menggunakan penilaian menggunakan skala

Guttman dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap pilihan. Jika

perawat menjawab dengan benar maka skor = 1, jika tidak maka skor = 0. Total skor

yang diperoleh terendah 0 yang tertinggi 6. Semakin tinggi skor maka semakin baik

pengetahuan perawat.

Berdasarkan data statistik menurut Sudjana (2002), adalah:

(39)

Banyak kelas

Dengan P merupakan panjang kelas dengan rentang 0 dan 3 kategori kelas untuk

menilai pengetahuan perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian

informed consent yaitu, pengetahuan baik, pengetahuan cukup, pengetahuan kurang,

maka didapatkan panjang kelas 3, menggunakan P = 3 dengan nilai terendah 0

sebagai batas bawah kelas. Maka pengetahuan dikatakan ordinal sebagai berikut: 0-2

adalah pengetahuan kurang, 3-4 adalah pengetahuan cukup, 5-6 adalah pengetahuan

baik.

5.3 Peran Perawat Sebagai Pembela

Instrumen penelitian tentang pengetahuan perawat tentang peran sebagai

pembela dalam pemberian informed consent pada pasien rawat bedah, terdiri dari 6

pertanyaan pilihan berganda dengan menggunakan penilaian menggunakan skala

Guttman dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item, jika perawat

dapat menjawab dengan benar maka skor = 1, jika tidak maka skor = 0. Total skor

yang diperoleh terendah 0 yang tertinggi 6.

Berdasarkan data statistik menurut Sudjana (2002), adalah:

Panjang kelas = Rentang kelas

Banyak kelas

Dengan P merupakan panjang kelas dengan rentang 0 dan 3 kategori kelas untuk

menilai pengetahuan perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian

informed consent yaitu, pengetahuan baik, pengetahuan cukup, pengetahuan kurang,

(40)

sebagai batas bawah kelas. Maka pengetahuan dikatakan ordinal sebagai berikut: 0-2

adalah pengetahuan kurang, 3-4 adalah pengetahuan cukup, 5-6 adalah pengetahuan

baik.

6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 6.1 Uji Validitas

Kuesioner penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan

pustaka, oleh sebab itu penting dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk

mengetahui seberapa besar kemampuan alat ukur dalam mengukur secara konsisten

sasaran yang diukur. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Validitas dapat

diuraikan sebagai tindakan ukuran penelitian yang sebenarnya, yang memang

didesain untuk mengukur. Uji validitas penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

uji validitas isi (content validity). Sebuah kuesioner dikatakan valid apabila mampu

mengukur data dari dari variabel secara tepat. Kuesioner untuk pengetahuan perawat

tentang peran sebagai pendidik dan pembela yang digunakan dalam penelitian ini

akan divalidasi oleh dosen Departemen Keperawatan Dasar dengan kualifikasi

magister di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dengan content

validity index (CVI) adalah 1 sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner dalam

penelitian ini sudah valid.

(41)

Uji reliabilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui

konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya

dalam ruang lingkup yang sama (Notoatmodjo, 2010).

Uji reliabilitas telah dilakukan pada 20 orang perawat yang bekerja di ruang

rawat bedah RSUD dr. Pirngadi Medan, dimana bukan sampel yang diteliti. Uji

reliabilitas telah dilakukan pada tanggal 17 Februari 2014 sampai dengan 19 Maret

2014. Pada proses penelitian ini kuesioner peran perawat sebagai pendidik dan

pembela dalam pemberian informed consent menggunakan komputerisasi dengan

metode Kuder Richardson- 21(KR-21), dimana koefisiennya harus >0,7 agar

dianggap reliabel maka kuesioner ini layak digunakan (Polit & Hungler 2004). Hasil

uji reliabilitas pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik diperoleh 0,8 dan

hasil uji reliabilitas pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela diperoleh

0,8 sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner ini sudah reliabel. Dengan rumus

sebagai berikut (Arikunto, 2002):

�11 = � �

� −1� �1−

M(� − �)

��� �

Keterangan : r 11 = reliabilitas instrumen

K = banyaknya butir pertanyaan

M = rerata sekor seluruh butir

Vt = varians total

(42)

Peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian

melalui bagian pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara,

kemudian mengajukan permohonan izin pelaksana penelitian pada RSUP H. Adam

Malik Medan. Setelah mendapatkan izin maka dilakukan pengumpulan data. Peneliti

mencari perawat yang bekerja diruang rawat bedah sebelumnya, apabila peneliti telah

menemukan calon responden, selanjutnya peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat

dan cara pengisian kuesioner, kemudian responden diminta untuk menandatangani

surat persetujuan (informed consent) ataupun memberikan persetujuan secara lisan.

Selanjutnya peneliti mengambil data dari responden yang bersedia mengisi kuesioner.

Pada saat pengambilan kuesioner peneliti melihat kelengkapan jawaban responden,

jika dalam pertanyaan ada yang belum diisi oleh responden maka peneliti

menjelaskan maksud dari pertanyaan tersebut, sehingga semua pertanyaan terjawab,

dan peneliti mengumpulkan semua kuesioner. Dalam pengisian kuesioner ini,

membutuhkan waktu 10-15 menit untuk masing-masing responden yang bersedia

mengisi langsung dan setelah selesai diisi, kuesioner dikumpulkan kembali oleh

peneliti, lalu di lakukan mentabulasi data dengan teknik komputerisasi.

8. Analisa Data

Data yang telah terkumpul diolah dan ditabulasi dengan langkah – langkah

yaitu: Penyuntingan Data (Editing) dengan memeriksa kembali semua kuesioner yang

telah diisi oleh responden, dengan maksud untuk memeriksa apakah setiap kuesioner

telah diisi sesuai dengan petunjuk, Membuat Kode (Coding) dengan memberikan

(43)

mengadakan tabulasi dan analisa data, Memasukkan Data (Data Entry) dengan

mengisi kolom atau kotak lembar kode sesuai jawaban masing-masing pertanyaan,

Tabulasi dengan membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian. Setelah

data terkumpul, maka analisa data akan dilakukan melalui pengolahan data secara

komputerisasi. Dari pengolahan data statistik, data demografi akan disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentasi. Hasil analisa data akan disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk melihat pengetahuan perawat tentang

peran sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent. Analisa data

(44)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan diuraikan dalam dua bagian yaitu hasil penelitian dan

pembahasan hasil penelitian yang telah diperoleh. Pada hasil penelitian akan

diuraikan tentang karakteristik responden, pengetahuan perawat tentang peran sebagai

pendidik dalam pemberian informedconsent dan pengetahuan perawat tentang peran

sebagai pembela dalam pemberian informed consent. Pada pembahasan akan dibahas

tentang hasil penelitian yang mengacu kepada tujuan penelitian.

1. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 14 Maret 2014 sampai dengan 14

April 2014 di Ruangan Rawat Bedah (RB) RSUP H. Adam Malik Medan, dengan

jumlah responden 40 orang yang terdiri dari 20 orang perawat yang bekerja di Ruang

RB2A dan 20 orang yang bekerja di RB2B. Adapun hasil penelitian ini akan

diuraikan sebagai berikut:

1.1 Karakteristik Responden

Berdasarkan karakteristik data demografi perawat yang bekerja di Ruang

Rawat Bedah (RB) RSUP H. Adam Malik Medan, didapatkan bahwa responden

dengan kelompok usia terbanyak (37,5%) berada pada rentang 25-33 tahun. Hampir

semua responden (95%) adalah perempuan. Berdasarkan lama kerja, mayoritas

responden (75%) bekerja lebih dari 5 tahun. Berdasarkan karakteristik tingkat

(45)

Keperawatan, dan tingkat pendidikan S1 Keperawatan (40%). Hasil penelitian

mengenai karakteristik responden secara singkat dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah

ini:

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Karakteristik Responden (N=40)

Data Demografi Jumlah Persentase (%)

(46)

4. Pendidikan

1.2 Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai Pendidik dan Pembela Dalam Pemberian Informed Consent

Pada penelitian ini pengetahuan perawat yang akan dibahas yaitu pengetahuan

perawat tentang peran sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed

consent.

a. Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai pendidik

Hasil penelitian pada pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik

dalam pemberian informed consent diperoleh baik (27,5%), cukup (62,5%) dan

kurang (10%) dapat dilihat pada tabel 5.3.

Hasil pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden

(62,5%) memiliki tingkat pengetahuan cukup dalam menjalankan peran sebagai

(47)

pengetahuan yang kurang, dan hanya 11 orang (27,5%) responden memiliki

pengetahuan yang baik.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik (N=40)

Pengetahuan n %

Baik 11 27,5

Cukup 25 62,5

Kurang 4 10

Berdasarkan jawaban yang diberikan responden diperoleh hasil

penilaian bahwa mayoritas responden menjawab dengan benar 3 pertanyaan

(nomor 2, 5 dan 6), tetapi ada 1 pertanyaan yang dijawab salah oleh mayoritas

responden yaitu pertanyaan nomor 4 (80%). Untuk lebih detailnya dapat dilihat

(48)

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase hasil penilaian dari kuesioner pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dalam pemberian informed consent berdasarkan jawaban responden (N=40)

No Pertanyaan

Bernilai Benar Bernilai Salah

n % n %

1 Apakah peran perawat sebagai

pendidik dalam pemberian informed

consent ?

22 55 18 45

2 Apakah yang harus dilakukan perawat

untuk memastikan pasien mengerti

tentang tindakan yang akan dilakukan?

36 90 4 10

3 Apakah tujuan perawat menjelaskan

keuntungan dan kerugian dari tindakan

yang akan dilakukan pada pasien ?

20 50 20 50

4 Apakah yang harus dilakukan perawat

dalam mengkaji kesiapan pasien

terhadap tindakan yang akan

(49)

dilakukan ?

5 Peran perawat sebagai penidik dalam

pemberian informed consent adalah

memberikan pendidikan mengenai

tindakan keperawatan yang diberikan

pada pasien, sehingga terjadi

perubahan perilaku pada pasien. Hal

ini dapat dilihat dari perilaku pasien

dalam pemberian informed consent

yaitu:

33 82,5 7 17,5

6 Kapankah perawat berperan sebagai

pendidik dalam pemberian informed

consent ?

(50)

b. Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai Pembela Dalam Pemberian

Informed Consent

Hasil penelitian pada pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela

dalam pemberian informed consent diperoleh baik (27,5%), cukup (35%) dan

kurang (37,5%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase responden terkait dengan pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela (N=40)

Pengetahuan N %

Baik 11 27,5

Cukup 14 35

Kurang 15 37,5

Berdasarkan jawaban yang diberikan responden diperoleh hasil penilaian

bahwa mayoritas responden menjawab pertanyaan dengan benar dari 6 pertanyaan,

bahkan ada 4 pertanyaan yang mayoritas responden dapat menjawab dengan benar

yaitu pertanyaan nomor 2, 3, 4 dan 5. Namun, ada 2 pertanyaan yang kurang dari

setengah responden menjawab dengan salah, yaitu pertanyaan nomor 1 (72,5%) dan

(51)

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase hasil penilaian dari kuesioner pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela dalam pemberian informed consent berdasarkan penilaian jawaban responden (N=40)

No Pertanyaan

BernilaiBenar BernilaiSalah

n % n %

1 Apakah peran perawat sebagai

pembela dalam pemberian

informed consent ?

11 27,5 29 72,5

2 Apa sajakah informasi yang

diberikan perawat terkait hak

perlindungan pada pasien ?

36 90 4 10

3 Dalam pemberian informed

consent peran perawat sebagai

pembela salah satunya adalah

sebagai pendukung pasien dalam

proses pembuatan keputusan. Hal

ini dapat dilakukan perawat

dengan cara:

39 97,5 1 2,5

(52)

consent peran perawat sebagai

pembela salah satunya adalah

sebagai penghubung antara pasien

dan tenaga kesehatan yang lain.

Hal ini dapat dilakukan perawat

dengan cara:

5 Bagaimana peran perawat sebagai

pembela saat pasien mengambil

keputusan tentang perawatan yang

akan dijalaninya ?

32 80 8 20

6 Kapankah perawat berperan

sebagai pembela dalam

pemberianinformedconsent ?

7 17,5 33 82,5

Dari data yang dikumpulkan diperoleh gambaran pengetahuan perawat

tentang peran sebagai pembela dalam pemberian informed consent dengan kategori

perawat yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 15 orang (37,5%),

berpengetahuan cukup sebanyak 14 orang (35%), dan berpengetahaun baik sebanyak

(53)

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi dan persentase responden terkait dengan pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela (N=40)

Pengetahuan N %

Baik 11 27,5%

Cukup 14 35%

Kurang 15 37,5%

2. Pembahasan

2.2 Pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dalam pemberian informed consent

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan perawat tentang

peran sebagai pendidik di ruang rawat bedah RB2A dan RB2B dalam pemberian

informed consent di RSUP H. Adam Malik Medan bila dilihat secara keseluruhan

maka didapatkan pengetahuan perawat cukup (62,5%) dan responden dengan tingkat

pengetahuan baik sebesar (27,5%). Notoadmodjo (2010) menyatakan bahwa

pengetahuan dipengaruhi oleh banyak faktor yang diantaranya adalah tingkat

pendidikan dan pengalaman. Berdasarkan hasil penelitian dari data demografi,

ditemukan bahwa tingkat pendidikan responden yang terbanyak (52,5%) adalah

(54)

responden tentang peran sebagai pendidik dalam pemberian informed consent dalam

penelitian ini dan mayoritas (75%) responden bekerja lebih dari 5 tahun tidak cukup

untuk berkontribusi membuat pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik

dalam pemberian informed consent pada kategori baik. Hal ini juga didukung dari

adanya dua pertanyaan dimana responden yang menjawab salah lebih dari 30% antara

lain pertanyaan nomor 1 dan 3, bahkan ada 1 pertanyaan yang mayoritas responden

menjawab salah.

Hasil pengetahuan perawat sebagai pendidik dalam pemberian informed

consent tersebut didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahmud yang

menyebutkan pengetahuan perawat sebagai pendidik dalam pemberian informed

consent di RSU Pemangkat Kalimantan Barat dalam kategori cukup. Hal ini mungkin

dipengaruhi oleh faktor tingkat pendidikan perawat dan pengalaman perawat.

Untuk pertanyaan tentang tujuan perawat menjelaskan keuntungan dan

kerugian dari tindakan yang akan dilakukan pada pasien (pertanyaan nomor 3), 50%

responden menjawab salah yaitu sebanyak 20 orang, responden menjawab bahwa

tujuan perawat menjelaskan keuntungan dan kerugian dari tindakan yang akan

dilakukan pada pasien adalah agar pasien tidak menyesal terhadap tindakan yang

dilakukan. Menurut Guwandi (1993) tujuan perawat menjelaskan keuntungan dan

kerugian dari tindakan yang dilakukan adalah supaya pasien terhindar dari tindakan

malpraktik. Kurangnya pengetahuan perawat tentang keuntungan dan kerugian dari

tindakan yang akan dilakukan pada pasien karena berdasarkan pernyataan beberapa

(55)

pasien dengan menginformasikan tentang tindakan yang akan dilakukan di RSUP H.

Adam Malik Medan biasanya dilakukan oleh dokter. Meskipun, penjelasan tentang

tindakan yang akan dilakukan biasanya disampaikan oleh dokter, namun perawat juga

harus mengetahui perannya sebagai pendidik yaitu menginformasikan dan

memastikan pasien mengerti tentang tindakan yang akan dilakukan khususnya

tindakan keperawatan. Hal ini juga sesuai dengan PERMENKES No. 585/1989 Bab

III yang menyatakan bahwa hal-hal yang memerlukan pentingnya informed consent

yaitu kasus-kasus yang menyangkut pembedahan/operasi, hal ini sangat diperlukan

peran perawat sebagai pendidik untuk menginformasikan tentang tindakan yang akan

dilakukan pada pasien.

Untuk pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan perawat dalam mengkaji

kesiapan pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan (pertanyaan nomor 4) 80%

responden menjawab salah yaitu sebanyak 32 orang, responden menjawab bahwa

yang harus dilakukan perawat dalam mengkaji kesiapan pasien terhadap tindakan

yang akan dilakukan adalah memastikan pasien mengerti tindakan yang akan

dilakukan. Menurut kozier (2010) proses pendidik dalam keperawatan adalah

pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Menurut Guwandi (1993)

tindakan yang dilakukan perawat dalam mengkaji kesiapan pasien terhadap tindakan

yang akan dilakukan adalah memastikan pasien siap dan bersedia untuk dilakukan

tindakan.

Pengetahuan dalam menjalankan perannya khususnya peran sebagai pendidik

(56)

di ruang rawat bedah agar memudahkan pasien untuk mengerti tindakan yang akan

dilakukan dan pasien juga tidak merasa dirugikan atas tindakan yang dilakukan

(Guwandi, 1993).

2.3 Pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela dalam pemberian informed consent

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan perawat tentang

peran sebagai pembela di ruang rawat bedah RB2A dan RB2B dalam pemberian

informed consent di RSUP H. Adam Malik Medan bila dilihat secara keseluruhan

maka didapatkan pengetahuan perawat kurang baik (37,5%) dan responden dengan

tingkat pengetahuan baik sebesar (27,5%).

Secara keseluruhan pengetahuan perawat berada di dalam kategori yang

kurang baik, hal ini dapat dilihat dari pengetahuan perawat secara rinci untuk setiap

pertanyaan, ada beberapa pertanyaan dimana responden yang menjawab salah lebih

dari 50% antara lain pertanyaan nomor 1 dan 6.

Hasil pengetahuan perawat sebagai pembela dalam pemberian informed

consent tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Salman yang

menyebutkan pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela dalam pemberian

informed consent dalam kategori baik (53,3%). Hal ini mungkin dipengaruhi oleh

faktor pendidikan dan masa kerja lebih dari 10 tahun.

Untuk pertanyaan tentang peran perawat sebagai pembela dalam pemberian

(57)

(72,5%) responden menjawab pembela dari lingkungan sekitar pasien. Menurut

Kozier (2010) peran perawat sebagai pembela dalam pemberian informed consent

adalah sebagai pembela atau yang bertanggung jawab untuk melindungi atau

membela hak-hak pasien dari adanya penipuan atau penyimpangan.

Untuk pertanyaan tentang kapan perawat berperan sebagai pembela dalam

pemberian informed consent (pertanyaan nomor 6) lebih dari 50% yaitu sebanyak 33

orang (82,5%) responden menjawab perawat berperan sebagai pembela dalam

pemberian informed consent sebelum pasien menandatangani informed consent.

Menurut Kozier (2010) peran perawat saat pasien menandatangani lembar informed

consent adalah menjadi saksi pasien, untuk itu perawat perlu pemahaman tentang

proses yang akan dilakukan kepada pasien dan perawat juga harus mengetahui

perannya sebagai pembela setelah pasien menandatangani informed consent dan

ketika tindakan telah dilakukan kepada pasien, sehingga pasien tidak dirugikan atas

tindakan yang telah dilakukan.

Dari pengetahuan yang dimiliki perawat terlihat bahwa pengetahuan perawat

tentang peran sebagai pembela kurang baik sehingga peneliti mengasumsikan bahwa

perawat seharusnya harus lebih memahami lagi peran- peran perawat terkhususnya

peran perawat sebagai pembela atau pelindung pasien dalam pemberian informed

consent sehingga pasien tidak akan merasa dirugikan atas tindakan yang telah

dilakukan dan perawat juga dapat melindungi hak-hak pasien.

Kebijakan instansi juga sangat berpengaruh terhadap peningkatan motivasi

(58)

perawat, maka akan sangat membantu dalam meningkatkan kualitas kerja. Dengan

demikian perawat juga dapat memperluas wawasannya dan meningkatkan

pengetahuannya khususnya tentang peran perawat sebagai pembela dalam pemberian

informed consent dengan cara sering mengikuti seminar atau pelatihan tentang

peran-peran perawat dalam pemberian informed consent atau melanjutkan pendidikan ke

(59)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan perawat

tentang peran sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent di

RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini dilakukan terhadap 40 orang responden

yaitu 20 perawat yang bekerja di ruang rawat RB2A dan 20 orang perawat yang

bekerja di ruang rawat RB2B. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total

sampling.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa lebih dari setengah responden

memiliki tingkat pengetahuan tentang peran sebagai pendidik dalam pemberian

informed consent pada kategori cukup.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa lebih dari sepertiga responden

memiliki tingkat pengetahuan tentang peran sebagai pembela dalam pemberian

informed consent pada kategori kurang baik.

2. Rekomendasi

2.1 Praktik keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian diharapakan Rumah sakit dapat

(60)

perawat dapat menjalankan perannya sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian

informed consent.

2.2 Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini hanya menunjukkan tingkat pengetahuan perawat tentang

peran sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent. Hal ini

dapat dijadikan sebagai sumber data baru bagi penelitian selanjutnya tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi peran perawat dalam upaya pemberian informed consent.

2.4 Pendidikan Keperawatan

Dalam bidang pendidikan keperawatan pemberi materi perkuliahan tentang

informed consent hendaknya lebih menekankan kembali pada pentingnya peran

perawat dalam pemberian informed consent. Sehingga nantinya pendidikan

keperawatan memiliki lulusan tenaga perawat yang terampil dalam menjalankan

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, C. (2006). Dinamika Etika & Hukum Kedokteran dalamTantangan Zaman. Jakarta: EGC.

Arikunto, S. (2002). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Hidayat, A. A. A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

Hurlock, E.B. (1999). Psikologi Perkembangan suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi V. Erlangga.

Gruendemann, B. J. ( 2005). Buku Ajar Keperawatan Perioperatif. Jakarta: EGC.

Guwandi, J. (1993). Tindakan Medik dan Tanggung jawab Produk Medik.

Fakultas Jakarta: Kedokteran UI.

Kepmenkes No. 585/MENKES/PER/IX/1989. Tentang Persetujuan Tindakan Medik.

_________ No. 436/MENKES/SK/VI/1993. Tentang Berlakunya Standar Pelayanandi Rumah Sakit.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Synder, S.J. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,dan Praktik. Jakarta: EGC.

Mubarak, W. ( 2005). Pengantar Keperawatan Komunitas. Jakarta: Sagung Seto.

Martono, N. (2005). Pendidikan Jarak Jauh Program Sarjana Keperawatan untuk Perawat Indonesia Lulusan Diploma 3 Keperawatan/Akademi Keperawatan yangBekerja di Luar Negeri. Diambil pada tanggal 16 Maret 2014

Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Potter, P.A., & Perry, A. G (2010). Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.

(62)

Rustiyanto, E. (2009). Etika Profesi : Perekam Medis & Informasi Kesehatan. Yogyakarta: Graha ilmu.

Sumijatun. ( 2011). Membudayakan Etika dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Soeparto, Pitono . (2008). Etik dan Hukum di Bidang Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press.

Salman. (2008). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Dalam Informed

Consent Dengan Pelaksanaan Peran Advokasi Pada Klien Pra Bedah RSUD Pariaman. Diambil Tanggal 22 Oktober 2013.

(63)

LEMBAR PENJELASAN DAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Diana Margaretha Br Karo-Karo / NIM 101101135 adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang mengadakan penelitian dengan judul “Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai Pendidik dan Pembela dalam Pemberian Informed Consent”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran perawat dalam pelaksanaan peran pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent di RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi tentang peran perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian

informed consent. Selain itu, data dan informasi hasil penelitian ini digunakan sebagai sumber data dalam materi perkuliahan dan diskusi yang berhubungan dengan peran perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan saudara untuk menjadi responden dalam penelitian ini dan untuk menjawab pertanyaan yang saya berikan dengan jujur. Jika bersedia silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan saudara.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Identitas pribadi saudara sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini.

Terima kasih atas kerja sama saudara

Medan, Februari 2014

Responden Peneliti

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Karakteristik
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase responden terkait dengan
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase hasil penilaian dari kuesioner
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Coefisient Validity Index uji validitas kuesioner pengetahuan perawat tentang perawatan luka dengan metode moist wound healing yang didapat adalah 0,84

Analisis Beban Kerja Perawat Pelaksana untuk Mengevaluasi Jumlah Kebutuhan Tenaga Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji... Tesis,

Kurangnya pengetahuan perawat dalam manajemen nyeri post operasi dapat menyebabkan pasien mengalami nyeri yangtidak terkontrol, ketidaknyamanan fisik yang lama, mobilisasi terhambat,

Kurangnya pengetahuan perawat dalam manajemen nyeri post operasi dapat menyebabkan pasien mengalami nyeri yangtidak terkontrol, ketidaknyamanan fisik yang lama, mobilisasi terhambat,

Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang dengan judul Pelaksanaan Discharge Planning oleh Perawat di Ruang Rawat Inap Anak RSUP H.. Adam

Tabel 2 Distribusi frekuensi dan persentase tingkat pengetahuan perawat tentang pengurangan bahaya fisiologis imobilisasi pada pasien stroke di Ruang RA4 RSUP H. Adam

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan terhadap 62 responden menunjukkan bahwa pengetahuan perawat tentang perawatan paliatif berada dalam kategori baik yaitu sebanyak

Namun demikian, karena dalam sebuah rumah sakit jumlah pasien diabetes disetiap unit cukup banyak, maka semua perawat memiliki peran yang sangat penting dalam