• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam dokumen Rancang Bangun Alat Pengiris Tempe (Halaman 35-44)

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2015 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan dan Alat Penelitian

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tempe, baja profil „L‟, puli (pulley), motor listrik, sabuk V(V-belt), baut dan mur, bearing (bantalan), baja bulat padu (poros), kawat las, plat stainless steel, dan kabel.

Sedangkan alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis, mesin las, mesin bor, mesin gerinda, gergaji besi, palu, tang, kunci pas, kunci L dan kunci ring, kalkulator, stopwatch.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah studi literatur (kepustakaan), melakukan eksperimen dan melakukan pengamatan tentang alat pengiris tempe. Kemudian dilakukan perancangan bentuk dan pembuatan/perangkaian komponen-komponen alat. Setelah itu, dilakukan pengujian alat dan pengamatan parameter.

Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan untuk penelitian yaitu merancang bentuk dan ukuran alat, dan mempersiapkan bahan-bahan dan peralatan-peralatan yang akan digunakan dalam penelitian.

Pelaksanaan Penelitian

Komponen utama alat pengiris tempe

Alat Pengiris yang digunakan dalam penelitian ini memiliki beberapa komponen utama, yaitu:

1. Kerangka alat

Kerangka alat terbuat dari baja profil „L‟ dengan dimensi alat: panjang

70 cm, lebar 50 cm, dan tinggi 100 cm. Kerangka berfungsi menopang dan mendukung konstruksi dari alat dengan kokoh.

2. Pisau

Pisau terbuat dari baja yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran 10 x 5 cm yang terletak pada sebuah rumah pisau. Dengan ketebalan irisan 2-4 mm. Rumah pisau berbentuk lingkaran dengan diameter 20 cm yang berfungsi sebagai tempat melekatnya pisau.

3. Motor listrik

Motor listrik yang akan digunakan mempunyai tenaga 0,25 HP dengan kecepatan putar 1400 rpm. Motor listrik berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi mekanis. Motor listrik juga berfungsi sebagai tenaga penggerak dari pulley, poros dan rumah pisau hingga akhirnya melakukan pengirisan bahan.

4. Sabuk-V

Sabuk-V yang digunakan mempunyai tipe A, yang berfungsi untuk mentransmisikan daya melalui sebuah pulley.

Bantalan yang digunakan bantalan gelinding radial dan bantalan luncur. 6. Pulley

Pulley yang digunakan pada alat ini yaitu pulley jenis alur V dengan diameter 2 inchi pada motor dan 12 inchi pada bagian yang akan digunakan pada rangkaian pemotong.

7. Poros

Bahan poros pemutar yang akan digunakan direncanakan menggunakan bahan baja padu.

Prosedur pembuatan alat pengiris tempe

Adapun prosedur pembuatan alat pengiris tempe adalah:

1. Dirancang terlebih dahulu bentuk atau kerangka alat pengiris tempe kemudian digambar.

2. Dipilih bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat alat pengiris tempe.

3. Diukur bahan-bahan yang akan digunakan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan kemudian dipotong.

4. Dilakukan pengelasan dan pengeboran untuk pemasangan kerangka alat.

5. Dibentuk mata pisau dan rumahnya sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.

6. Dilakukan pemasangan terhadap bahan yang telah sesuai dengan bentuk yang dirancang.

Prosedur penelitian

Adapun prosedur penelitian adalah sebagai berikut:

1. Ditimbang tempe dengan bentuk persegi panjang sebanyak 1 kg. 2. Dinyalakan alat pengiris tempe.

3. Tempe yang akan diiris diletakkan pada penampang tempat untuk pengirisan tempe.

4. Dicatat waktu yang dibutuhkan untuk mengiris tempe.

5. Ditimbang berat kentang yang teriris, dan tidak teriris atau rusak. 6. Dihitung nilai tiap-tiap parameter.

Parameter Penelitian

1. Persentase kerusakan hasil

Pengukuran persentase kerusakan hasil dapat ditentukan dengan membagi berat tempe yang rusak (hancur, hasil irisan tidak sempurna) dengan berat tempe sebelum di iris dikali dengan 100%. Secara sistematis dapat dituliskan dengan rumus:

2. Kapasitas efektif alat atau kea

Pengukuran kapasitas efektif alat dilakukan dengan membagi berat tempe yang terpotong dengan waktu pemotongan. Secar sistematis dituliskan dengan rumus: ( ) 3. Analisis ekonomi

Perhitungan biaya pengirisan tempe dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap.

Biaya Pokok =

+ BTT

]

C ………(6)

dimana:

BT = Total biaya tetap (Rp/tahun) BTT = Total biaya tidak tetap (Rp/jam)

= Total jam kerja per tahun (jam/tahun) C = Kapasitas Alat (jam/kg)

a. Biaya tetap

Biaya tetap terdiri dari:

1. Biaya penyusutan (metode sinking fund)

Dt = (P-S) (A/F, i, n) (F/P, i, t-1) ... (7) dimana:

Dt = biaya penyusutan tiap akhir tahun (Rp/tahun) P = harga beli (Rp)

S = nilai akhir (10% dari P) (Rp) n = perkiraan umur ekonomi (tahun)

t = umur perkiraan mesin/alat pada permulaan tahun berikutnya (Hidayat dkk, 1999).

2. Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan besarnya :

I

=

... (8)

dimana :

i = total persentase bunga modal dan asuransi b. Biaya tidak tetap

Biaya tidak tetap terdiri dari:

1. Biaya perbaikan untuk motor listrik sebagai sumber tenaga penggerak. Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan :

Biaya reparasi =

... (9)

2. Biaya listrik dari pemakaian daya dari motor listrik. Diketahui biaya listrik yaitu Rp. 1352 / KWh

3. Biaya karyawan / operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya (Hidayat dkk, 1999).

c. Break even point

Break even point (analisis titik impas) umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usahan yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing). Dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol. Bila pendapatan dari produksi berada disebelah kiri titik impas maka kegiatan usaha akan menderita kerugian, sebaliknya bila disebelah kanan titik impas akan memperoleh keuntungan.

Analisis titik impas juga digunakan untuk :

1. Hitungan biaya dan pendapatan untuk setiap alternatif kegiatan usaha.

2. Rencana pengembangan pemasaran untuk menetapkan tambahan investasi untuk peralatan produksi.

3. Tingkat produksi dan penjualan yang menghasilkan ekuivalensi (kesamaan) dari dua alternatif usulan investasi

(Waldyono, 2008).

Manfaat perhitungan titik impas (break event point) adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutup biaya operasional dan ada keuntungan.

Untuk mendefinisikan antara titik impas pada keuntungan (P) nol dan titik impas dengan kontribusi keuntungan, keuntungan sebelum pajak (P) perlu diperha tikan, yakni:

S = C

S - C ... (10)

dimana:

S = sales variabel (produksi) (Kg) FC = fix cash (biaya tetap) per tahun (Rp)

P = profit (keuntungan) (Rp) dianggap nol untuk mendapat titik impas. SP = selling per unit (penerimaan dari tiap unit produksi) (Rp)

VC = variabel cash (biaya tidak tetap) per unit produksi (Rp) (Waldiyono, 2008).

d. Net present value

Net Present Value (NPV) adalah metode menghitung nilai bersih (netto) pada waktu sekarang (present). Asumsi present yaitu menjelaskan waktu awal per hitungan bertepatan dengan saat evaluasi dilakukan atau pada periode tahun ke nol (0) dalam perhitungan cash flow investasi.

Cash flow yang benefitsaja perhitungannya disebut dengan present worth of benefit (PWB), sedangkan jika yang diperhitungkan hanya cash out (cost) disebut dengan present worth of cost (PWC).Sementara itu NPV diperoleh dari PWB dikurangi PWC, yakni:

NPV = PWB - PWC ... (11) PWB = present worth of benefit

Untuk mengetahui apakah rencana suatu investasi tersebut layak ekonomis atau tidak, diperlukan suatu ukuran atau kriteria tertentu dalam metode NPV ialah NPV > 0 artinya investasi akan menguntungkan/ layak

NPV < 0 artinya investasi tidak menguntungkan (Giatman, 2006).

e. Internal rate of return

Dengan menggunakan metode internal rate of return (IRR) akan mendapatkan informasi yang berkaitan dengan tingkat kemampuan cash flow dalam mengembalikan investasi yang dijelaskan dalam bentuk % periode waktu. Logika sederhananya menjelaskan seberapa kemampuan cash flow dalam mengembalikan modalnya dan seberapa besar pula kewajiban yang harus dipenuhi (Giatman, 2006).

Internal rate of return adalah suatu tingkatan discount rate, pada discount rate dimana diperolah B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Harga IRR dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

IRR = i2 +

(i2– i1) ... (12) dimana : i1 = Suku bunga bank paling atraktif

i2 = Suku bunga coba-coba NPV1 = NPV awal pada i1 NPV2 = NPV pada i2 (Kastaman, 2006).

Dalam dokumen Rancang Bangun Alat Pengiris Tempe (Halaman 35-44)

Dokumen terkait