• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu Desa Kineppen, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo.Berdasarkan pertimbangan bahwa daerah tersebut sangat representatif dari segi akses dan peluang untuk mendapatkan data yang diinginkan oleh peneliti. Selain itu, kondisi lingkungan di daerah ini cukup mendukung dalam memproduksi jagung.

Tabel 2. Luas dan Produksi Tanaman Jagung Menurut Kecamatan, Kabupaten Karo Tahun 2013

Kecamatan Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) Produksi per Hektar (Kw/Ha) Mardingding 10.554 64.559 61,18 Laubaleng 13.645 85.731 62,76 Tigabinanga 22.442 139.101 61,96 Juhar 6.251 39.086 62,24 Munte 11.519 72.143 62,37 Kutabuluh 6.419 39.728 61,89 Payung 494 3.001 60,51 Tiganderket 2.085 12.629 60,57 Simpang Empat 2.841 17.380 61,18 Naman Teran 358 2.204 61,56 Merdeka 0 6 0 Kabanjahe 533 3.272 61,39 Berastagi 16 99 61,79

Tigapanah 694 4250 61,24

Dolat Rakyat 123 748 60,85

Merek 2333 1425 61,15

Barus Jahe 153 927 60,19

Jumlah 78350 486283 161,98 Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Karo, 2012

Dari data diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Munte merupakan salah kecamatan dengan produksi jagung tertinggi setelah Tiga binanga dan Laubaleng. dan dari 22 desa yang ada di Kecamatan Munte, hanya ada 1 desa yang tidak menjadi penghasil jagung di Kecamatan Munte yaitu desa Merdeka. Data berikut merupakan data yang menunjukkan luas areal dan jumlah produksi tanaman menurut desa di Kecamatan Munte di Kabupaten Karo.

Tabel 3. Luas Areal dan Jumlah Produksi Jagung Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Munte Kabupaten Karo Tahun 2011

Desa/ Kelurahan Jumlah

Produksi(Ton) Sarimunte 1520 Kutambaru 2201 Gunung Saribu 1730 Kabantua 157 Guru Benua 2022 Barung Kersap 135 Biak Nampe 553 Tanjung Beringin 1917 Pertumbungan 4059 Parimbalang 2396

Munte 3766 Gunung Manumpak 1498 Selakkar 119 Sarinembah 5391 Singgamanik 5842 Nageri 1453 Kuta Suah 1048 Kineppen 1063 Buluh Naman 2995 Bandar Meriah 2359 Sukarame 809 Kuta Great 839 Total 44591

Sumber:Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2014

Dari data diatas dapat dilihat di Desa Kineppen merupakan salah satu desa dengan produksi rata-rata terendah. Hal ini menjadi acuan dalam menentukan daerah penelitian sehingga diharapkan di masa mendatang produksinya dapat lebih ditingkatkan lagi.

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani jagung di Desa Kineppen, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo. Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasi. Adapun besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan metode Slovin. Menurut Slovin dalam pengantar metode penelitian (Sevilla, 1993), besarnya sampel dapat diperoleh dengan rumus:

� =1 + �� 2

Dimana :

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi d = Galat penduga (10%)

Jumlah populasi petani jagung di daerah penelitian adalah sebanyak 60 Orang. Maka didapat besar sampel penelitian sebagai berikut :

N n = N (d)2+ 1 60 n = 60 (0,1)2 + 1 = 37 Orang

3.3 Metode Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu berupa kuisioner diperoleh dari hasil wawancara pada petani jagung dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder yaitu berupa data-data pendukung yang diperoleh dari instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, BPS Kabupaten Karo, dan instansi terkait lainnya, juga literatur buku dan media internet.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk menyelesaikan masalah 1, digunakan analisis deskriptif dengan cara menggambarkan dan menjelaskan produksi kedelai di daerah penelitian dan membandingkannya dengan produksi kedelai di daerah lain yang juga merupakan sentra produksi kedelai.

Untuk masalah 2, 3 dan 4, digunakan metode analisis SWOT. Sesuai dengan teori yang telah dikemukakan, alat yang dipakai untuk menyusun faktor-fsktor strategis adalah matrik SWOT. Matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

Sebelum melakukan analisis data seperti diatas maka terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan model matrik faktor strategi internal dan matrik faktor strategi eksternal sebagai berikut :

Rating Kategori Faktor Internal Faktor Eksternal

4 Sangat Baik Kekuatan Peluang

3 Baik Kekuatan Peluang

2 Cukup Baik Kekuatan Peluang

1 Tidak Baik Kekuatan Peluang

-4 Sangat Baik Kelemahan Ancaman

-3 Baik Kelemahan Ancaman

-2 Cukup Baik Kelemahan Ancaman

-1 Tidak Baik Kelemahan Ancaman

Setiap faktor internal kekuatan dan faktor eksternal peluang diberi kategori sangat baik sampai tidak baik dan diberi rating mulai dari 4 untuk kategoti sangat baik sampai 1 untuk tidak baik. Sedangkan setiap faktor internal kelemahan dan faktor eksternal ancaman diberi rating mulai -4 untuk kategori sangat baik hingga -1 untuk kategori tidak baik.

Faktor Strategi

Faktor Strategi

Eksternal/Internal Rating Bobot

Skoring (Rating × Bobot) Kekuatan/Peluang 1. 2. 3. 4.

Total Bobot Kekuatan/Peluang 100 Kelemahan/Ancaman

1. 2. 3. 4.

Total Bobot Kelemahan/Ancaman 100 Selisih

Kekuatan-Peluang/Kelemahan-Ancaman

Berdasarkan tabel di atas, tahapan yang dilakukan dalam menentukan faktor strateginya adalah menentukan faktor-faktor yang menjadi kelemahan-kekuatan serta peluang-ancaman dalam kolom 1, lalu beri bobot masing-masing faktor tersebut yang jumlahnya tidak boleh melebihi total 100 pada kolom 2. Kemudian peringkatkan setiap faktor dari 4 (sangat baik) sampai 1 (tidak baik) dalam kolom

3berdasarkan respon petani terhadao faktor itu. Kamudian yang terakhir, kalikan setiap bobot faktor dengan rating untuk mendapatkan skoring dalam kolom 4. Setelah itu, hasil analisis pada tabel matrik faktor strategi internal dan faktor eksternal dipetakan pada matrik posisi.

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Definisi

1. Petani jagung adalah orang yang melaksanakan dan mengelola usaha tani jagung.

2. Usahatani jagung adalah usahatani yang diusahakan oleh petani untuk memproduksi jagung.

3. Produksi jagung adalah jumlah hasil panen tanaman jagung (kg).

4. Faktor internal adalah faktor dalam usahatani jagung yang mempengaruhi peningkatan produksi jagung dilihat dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki usahatani.

5. Faktor eksternal adalah faktor luar dari usahatani yang mempengaruhi peningkatan produksi dilihat dari peluang dan ancaman yang dihadapi petani.

6. Kekuatan (Strength), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari usahatani dalam melakukan usahatani.

7. Kelemahan (Weakness), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari usahatani dalam melakukan usahatani.

8. Kesempatan (Opportunity), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar usahatani dan memberikan kesempatan berkembang bagi usahatani dimasa depan.

9. Ancaman (Threat), adalah situasi atau kondisi yang merupakan ancaman bagi usahatani yang harus dihadapi namun datang dari luar usahatani dan dapat mengancam eksistensi usahatani di masa depan.

10.Strategi peningkatan produksi jagung adalah hal-hal yang dapat digunakan sebagai langkah untuk meningkatkan produksi jagung.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Kineppen, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo.

2. Sampel penelitian ini adalah para petani yang mengusahakan tanaman jagung di Desa Kineppen, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo.

BAB IV

Dokumen terkait