• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Peningkatan Produksi Jagung di Desa Kineppen Kecamatan Munthe Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Strategi Peningkatan Produksi Jagung di Desa Kineppen Kecamatan Munthe Kabupaten Karo"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus: Desa Kineppen Kec. Munte Kab. Karo)

SKRIPSI

OLEH: THEODORIC C S

090304091 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG

(Studi Kasus: Desa Kineppen Kec. Munthe Kab. Karo)

SKRIPSI

OLEH: THEODORIC C S

090304091 AGRIBISNIS

Usulan Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melanjutkan Penelitian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Ir. Iskandarini, MM,Ph.D Ir. M. Jufri,

M.siNIP:196405051994032002 NIP:197211081998022001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

Theodoric C.S (090304091) dengan judulStrategi Peningkatan Produksi Jagung di Desa Kineppen Kecamatan Munthe Kabupaten Karo. Penelitian ini dibimbing olehIbu Ir. Iskandarini, MM, Ph.Ddan Bapak Ir.M.Jufri,M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi produksi jagung dan mengetahui bagaimana strategi untuk meningkatkan produksi jagung

di daerah penelitian.

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda dan

analisis swot. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, dan untuk

pengambilan data dilakukan wawancara menggunakan kuesioner terhadap petani jagung

di daerah penelitian. Kuesioner yang digunakan mencakup karakteristik petani dan

pertanyaan mengenai faktor – faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi peningkatan produksi jagung . Penelitian ini

dilakukan pada bulan Oktober tahun 2014 di Desa Kineppen Kecamatan Munthe,

Kabupaten Karo

Hasil penelitian diperoleh : 1) Terdapat faktor internal yang terdiri dari lima kekuatan

dan empat kelemahan sedangkan faktor eksternal yang terdiri dari tiga peluang dan enam

ancaman yang mempengaruhi peningkatan produksi jagung di daerah penelitian. 2)

Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan produksi jagung di daerah penelitian adalah strategi agresif atau strategi SO (Strengths – Opportunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Theodoric C.S lahir di Muara Bungo pada tanggal 19 Juni 1992 anak dari Bapak Ir . Tomi

Sigalingging dan Ibu Lisbet Siagian. Penulis merupakan anak pertama dari tiga

bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1996 masuk Taman Kanak-Kanak YTKA Padang tamat tahun 1997

2 Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar Katholik Tanjung Balai tamat tahun 2003.

2. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tanjung Balai tahun

2006.

3. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Atas Tri Tunggal Tanjung Balai tamat

tahun 2009.

4. Tahun 2009 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Kegiatan yang pernah penulis ikuti adalah sebagai berikut:

1. Menjadi anggota Departemen Kaderisasi pada Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi

Pertanian (IMASEP) Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara periode

2011-2012

2. Mengikuti Organisasi kemahasiswaan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia

(GMKI)

3. Menjadi Ketua Hari Pahlawan 2012

4. Menjadi Pengurus Kepanitiaan Latihan Dasar Kepemimpinan, Porseni dan

lainnya.

(5)

6. Menjadi anggota MPMF Fakultas Pertanian

7. Menjadi Ketua Penerimaan Mahasiswa Baru / OSPEK Tahun 2012

8. Bulan Juli-Agustus 2013, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

di desa Kuala Lama, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai.

9. Bulan Desember 2013 penulis melaksanakan penelitian skripsi di Desa

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

nikmat dan karunia-Nya serta nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “ Strategi Peningkatan Produksi Jagung di Desa Kineppen Kecamatan Munthe Kabupaten Karo “. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Pertanian di

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Iskandarini, MM, Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak

Ir.M.Jufri,M.Sisebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak

membimbing dan memberikan masukan sehingga penulis bisa menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, Msc

selaku sekretaris jurusan Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara.

3. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU

yang selama ini telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.

4. Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

khususnya pegawai Program Studi Agribisnis yang telah membantu seluruh

proses administrasi.

(7)

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada orangtua tercinta

Ir. Tommy Sigalingging dan Ir. Lisbet Siagian yang tidak pernah lelah memberikan

nasihat, cinta dan kasih sayang, serta dukungan baik secara materi maupun nonmateri

yang diberikan selama menjalani masa perkuliahan. Terima kasih juga penulis ucapkan

kepada adik-adik Letizia Charissa,Timothy Lorenzo, serta keluarga besar penulis yang

telah memberi penulis.

Penulis juga berterima kasih kepada sahabat-sahabat Murni Tampubolon, Apriyani Barus,

Michaela Sinambela, Friska Panjaitan, May Salina Ginting, Nia Purba, Triyana Sibarani,

Khalida Utami, Lisda Lubis, Juara Sinaga, Wellman Simamora, Rafael Pandiangan,

Satria ,Boiman, Soli, Julio, Romi Tarigan, Dedy Pinem yang telah memberikan semangat,

kritik, saran, dan setia menemani penulis, serta teman dekat penulis Shela Hasibuan yang

selalu memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas

Pertanian USU, dan juga rekan-rekan 2009 Fakultas Pertanian USU yang telah membantu

menyelesaikan skripsi serta dukungan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk

perbaikan skripsi ini dikemudian hari. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2014

(8)

DAFTAR ISI

1.2 Identifikasi Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 17

3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 18

3.3 Metode Pengambilan Data ... 19

3.4 Metode Analisis Data ... 20

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 22

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1Kondisi Geografis ... 32

4.2 Keadaan Penduduk ... 32

4.3 Tata Guna Lahan ... 33

4.4 Sarana dan Prasarana ... 34

4.5 Karakteristik Sampel ... 35

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Peningkatan Produksi Jagung ... 38

5.2Strategi Peningkatan Produksi Jagung ... 46

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 55

(9)
(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal

1 Produksi Jagung Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

(ton)

Desa/Kelurahan di Kecamatan Munte Kabupaten Karo 2013

18

4 Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa

Kineppen 2013

25

5 Penggunaan Lahan di Desa Kineppen 2013 26

6 Sarana dan Prasarana di Desa Kineppen 26

7 Karakteristik Petani Desa Kineppen, Kecamatan Munte,

Kabupaten Karo 2014

27

8 Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur 28

9 Distribusi Sampel Berdasarkan Pendidikan 28

10 Distribusi Sampel Berdasarkan Pengalaman Bertani 29

11 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Peningkatan

Produksi Jagung

38

12 Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS) 39

13 Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS) 40

14 Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal dan

Eksternal Peningkatan Produksi Jagung

41

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

1 Skema Kerangka Pemikiran Strategi Peningkatan Produksi

Jagung

16

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Lampiran

1 Data Sampel di Desa Kineppen 1

2 Skor Kekuatan Yang Ada di Daerah Penelitian 2

3 Skor Kelemahan Yang Ada di Daerah Penelitian 3

4 Skor Peluang Yang Ada di Daerah Penelitian 4

5

6

Skor Ancaman Yang Ada di Daerah Penelitian

Faktor –Faktor Internal IFAS

5

(13)

ABSTRAK

Theodoric C.S (090304091) dengan judulStrategi Peningkatan Produksi Jagung di Desa Kineppen Kecamatan Munthe Kabupaten Karo. Penelitian ini dibimbing olehIbu Ir. Iskandarini, MM, Ph.Ddan Bapak Ir.M.Jufri,M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi produksi jagung dan mengetahui bagaimana strategi untuk meningkatkan produksi jagung

di daerah penelitian.

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda dan

analisis swot. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, dan untuk

pengambilan data dilakukan wawancara menggunakan kuesioner terhadap petani jagung

di daerah penelitian. Kuesioner yang digunakan mencakup karakteristik petani dan

pertanyaan mengenai faktor – faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi peningkatan produksi jagung . Penelitian ini

dilakukan pada bulan Oktober tahun 2014 di Desa Kineppen Kecamatan Munthe,

Kabupaten Karo

Hasil penelitian diperoleh : 1) Terdapat faktor internal yang terdiri dari lima kekuatan

dan empat kelemahan sedangkan faktor eksternal yang terdiri dari tiga peluang dan enam

ancaman yang mempengaruhi peningkatan produksi jagung di daerah penelitian. 2)

Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan produksi jagung di daerah penelitian adalah strategi agresif atau strategi SO (Strengths – Opportunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia adalah negara tropis dan memiliki kondisi geografis yang mendukung, sehingga memberikan kesempatan pada para petani untuk bisa menanam segala macam tumbuhan. Selain itu iklim di Indonesia juga mendukung untuk bisa bercocok tanam sepanjang tahun. Begitu banyak jenis tanaman pertanian yang ada di Indonesia yang seyogyanya menjadi bahan makan masyarakatnya.

Keadaan ini menjadikan sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang diandalkan di Indonesia. Sektor pertanian juga mampu memberikan pemulihan dalam mengatasi krisis yang terjadi sehingga dikatakan mempunyai potensi besar untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional (Husodo, dkk, 2004)

Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi.Bahkan di beberapa tempat,jagung merupakan bahan pokok makanan utama pengganti beras atau sebagai campuran beras. Kebutuhan jagung di Indonesia saat ini cukup besar yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering per tahun (Khalik, 2010).

(15)

Selain sebagai bahan mmakanan pokok, jagung juga berfungsi sebagai pakan ternak. Ketersediaan bahan baku yang kontiniu dan bermutu tinggi seering kali menjadi kendala utama, industri pakan ternak yang bahan bakunya 50 persen jagung setiap tahun harus mengimpor jagung rata-rata 1,5 juta ton untuk memenuhi kapasitas pabriknya. Dengan kebutuhan pakar sebesar 3,5 juta ton pertahun, seharusnya dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri yang mencapai sekitar 10 juta ton per tahun. Namun hal ini tidak dapat dipenuhi karena ketersediaan jagung yang tidak kontiniu (Subhana, 2010).

Produksi jagung terbesar di Indonesia terdapat di pulau Jawa, yakni Jawa Timur dan Jawa Tengah, masing-masing lima juta ton pertahun. Setelah itu menyusul beberapa daerah di sumatera, antara lain Sumatera Utara dan Lampung,sehingga produksi Indonesia mencapai 16 juta ton per tahun (Tim Karya Mandiri, 2010).

Selain untuk industri pakan ternak dan konsumsi bahan pangan, kebutuhan jagung juga meningkat dengan kebutuhan industri bahan pangan olahan (snack food) dan industry pengolahan jagung modern(corn wet and miling) yang memproduksi corn starch, corn gluten, dan corn meal yang diperkirakan membutuhkan 1.000 jagung perharinya. Produksi jagung di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 17,2 juta ton atau naik sekitar 4,3 persen dibandingkan produksi tahunh 2010 masih mampu memenuhi kebutuhan jagung nasional yang meningkat rata-rata 9,6 persen per tahun. Kecenderungan konsumsi jagung di Indonesia yang makin tinggi menyebabkan jumlah impor yang tinggi (Subhana, 2010).

(16)

jagung di Sumatera Utara. Untuk berbagai kepentingan, Sumatera Utara masih kekurangan jagung. Kebutuhan jagung Sumatera Utara mencapai 2000 ton per hari sementara kebutuhan ini hanya dipenuhi sebesar 700 ton. Akibat kekurangan itu harus dipenuhi dengan cara mengimpor. Agar impor itu bias dikurangi, Sumatera Utara terus mengembangkan produksi jagung (Pemprovsu, 2007).

Kebijakan pemerintah yang menyetujui impor jagung sebanyak 200.000 ton untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sangat disesalkan petani jagung di Sumatera Utara. Hal ini terjadi pengulangan kembali kebijakan beberapa waktu lalau saat panen raya terjadi di Sumatera Utara khususnya di daerah sentra produkai jagung.Harga jagung yang semula sudah membaik di kisaran Rp2500/kg kini merosot jauh ke angka Rp.1700/ kg (Prasaja, 2012).

Harga jagung dewasa ini bukan hanya anjlok dari arga sebelumnya,tetapi sudah dibawah harga referensi daerah HRD. Harga jagung yang ditetapkan provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 2.133/kg, petani mengalami kerugian akibat harga jagung tertekan terus.Banyak petani beralih pada komoditi lain unntuk menghindar kerugian yang lebih besar. Untuk petani sekarang sudah sulit menanam jagung dengan harga bekisar 1.700/kg dimana harga produksi jagung untuk satu kilogramnya sudah mencapai Rp.2.200, idealnya harga jagung di tingkat petani sedikitnya Rp.2500/kg baru petani bias mendapatkan untung (Sihotang, 2012).

(17)

Karo,Simalungun, Deli Serdang, Langkat, dan daerah Tapanuli. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Produksi Jagung Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara (ton) Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata

11. Karo 215026 300291 305136 454178 369848 328896

(18)

Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata

27. Tanjungbalai 125 203 51 120 60 111,8

28. Pematangsiantar 2386 2192 4321 3902 14966 5553,4

29. Tebing Tinggi 80 114 164 235 112 141

30. Medan 1413 1484 1873 1333 997 1420

31. Binjai 2818 3744 5189 3466 3226 3688,6

32. Padangsidempuan 538 477 826 972 1449 852,4

33. Gunungsitoli X x x 166 194 180

Sumatera Utara 804850 1098969 1166548 1377718 1294645

Sumber: Badan Pusat Statistika SUMUT 2014

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa produksi jagung di Sumatera Utara merupakan daerah yang potensial . Jika dilihat dari rata-rata daerah Kab Karo adalah produksi tertinggi dengan 328.896 ton dan Kab Nias Barat adalah daerah produktifitas terendah yaitu 93 ton.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung di daerah penelitian?

2. Bagaimana strategi untuk meningkatkan produksi di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

(19)

2. Untuk mengetahui bagaimana strategi untuk meningkatkan produksi jagung di daerah penelitan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi petani dalam mengembangkan usahataninya. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengambil keputusan

dan kebijakan strategis untuk komoditas jagung.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika (Tim Karya Mandiri, 2010).

Tanaman jagung dikenal di Indonesia sejak 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang portugis dan spanyol. Daerah sentra produsen jagung paling luas adalah provinsi Jawa Timur,Jawa Tengah, Sulawesi Selatan,Nusa Tenggara Timur, Lampung dan Jawa Barat. Areal pertanaman jagung sekarang sudah terdapat di seluruh provinsi di Indonesia (Rukmana, 2008).

Menurut Purwanto dan Hartono (2011) secara umum klasifikasi dan sistematika tanaman jagung sebagai berikut

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledone

Ordo : Graminae

Famili : Graminaceae

Genus : Zea

(21)

Tanaman jagung termasuk jenis tanaman semusim (annual). Susunan tubuh (morfologi) tanaman jagung terdiri atas akar,batang,batang,daun,bunga dan buah.Perakaran tanaman jagung terdiri atas empat macam akar , akar utama,akar cabang, akar lateral,dan akar rambut (Rukmana, 2008).

Batang jagung tidak bercabang, berbentuk silinder, dan terdiri dari beberapa ruas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas yang akan berkembang menjadi tongkol. Tinggi batang jagung tergantung varietas dan tempat penanaman, umumnya bekisar 60-300 cm (Purwono dan Hartono, 2011).

Struktur daun jagung terdiri atas 3 bagian yaitu kelopak daun, lidah daun, dan helaian daun. Jumlah daun tiap tanaman pohon bervariasi antara 8-48 helai. Ukuran daun berbeda-beda, yaitu panjang antara 30cm-150cm dan lebar mencapai 15 cm (Rukmana, 2008).

Bunga jagung termasuk bunga yang tidak sempurna karena bunga jjantan dan betina berada pada bunga yang berbeda. Bunga jantan terdapat di ujung batang.Adapun bunga betina terdapat di ketiak daun ke-6 dan ke-8 dari bunga jantan (Purwono dan Hartono, 2011).

Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai daari dataran rendah sampai ke daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1.000-1.800 mdpl. Daerah dengan ketingian antara 0-600mdpl merupakan ketinggian yang opimum bagi pertumbuhan tanaman jagung (Tim Karya Mandiri, 2010).

(22)

Pada umumnya, biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau berkeolok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji, endosperm, dan embrio (Rukmana, 2008).

Tanah berdebu dan kaya hara dan humus cocok untuk tanaman jagung. Tanaman jagung toleran terhadap reaksi keasaman tanah pada kisaran Ph 5,5-7.0, tingkat keasaman tanah yang paling baik untuk jagung adalah 6,8 (Rukmana, 2008).

Manfaat penggunaan benih unggul jagung bersertifikat adalah menghemat jumlah pemakaian benih persatuan luas areal, pertumbuhan tanaman relatif seragam, tingkat kemasukan merata sehingga dapat mengurangi besarnya kehilangan atau susut hasil, menjamin peningkatan hasil secara optimal, dan meningkatkan pendapatan usahatani (Rukmana, 2008).

Agar hasil panen maksimal, diperlukan teknik pengolahan lahan sebelum ditanami. Pengolahan lahan diawali dengan pembersihan lahan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya, kegiatan dilanjutkan dengan persiapan lahan yang diantaranya pembajakan agar diperoleh tanah yang gembur, untuk tanah yang keras perlu dibajak sedalam 30cm sedangkan tanah yang lunak cukup 15-20cm. Setelah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran sekitar 25-30cm dengan kedalaman 30cm. Pada lahan dengan pH kurang dari 5, harus diberi kapur, jumlah kapur yang diberikan berkisar antara 1-3 ton per-hektar (Purwono dan Hartono, 2011).

(23)

40cm sehingga populasi mencapai 50.000 tanam per ha. Kondisi iklim mempengaruhi pola tanam, lahan kering beriklim basah, tumpang sari adalah pilihan terbaik. Agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, cara tanam jagung mempertimbangkan beberapa hal seperti, kedalaman penempatan benih berkisar 2,5-5cm, bergantung pada kondisi tanah, populasi tanam antara 20.000-200.000 tanaman/ha, cara tanam adalah dengan alur-alur yang dibuat teratur atau jarak tanam yang teratur dalam alur sehingga memungkinkan penyiangan mekanis 2 arah (Tim Karya Mandiri, 2010).

Pemeliharaan tanaman jagung di lapangan meliputi kegiatan pokok seperti, penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam dengan cara mengganti benih yang tidak tumbuh atau tumbuh abnormal. Selain penyulaman ada pengairan yang biasanya dilakukan 1-2 kali seminggu atau tergantung pada keadaan air tanah. Penjarangan tanaman dengan mencabut tanaman yang tumbuh kurang baik, untuk disisakan 1-2 tanaman paling baik perlubang tanam, waktu penjarangan dilakukan 2-3 minggu setelah tanam atau bersama-sama saat penyiangan. Penyiangan dilakukan pada tanaman jagung yang berumur ± 15 hari setelah tanaman atau pertumbuhan tanaman mencapai setinggi lutut (Rukmana, 2008).

Selama pertumbuhan, tanaman jagung membutuhkan ketersediaan unsur hara yang memadai. Untuk memenuhinya dilakukan pemupukan, jenis dan dosis pupuk harus mengacu pada hasil analisis tanah ataupun tanaman di labratorium (Rukmana, 2008).

(24)

masih muda, pucuk daun, pangkal batang, dan akar tanaman. Hampir semua bagian tanaman jagung dapat menjadi sasaran serangan hama. Jadi, mencegah ataupun memberantasnya merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam membudidayakan tanaman jagung (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Hasil panen jagung tidak semua berupa jagung tua/matang fisiologis, tergantung dari tujuan panen. Seperti pada tanaman padi, tingkat kemasakan buah jagungjuga dapat dibedakan dalam empat tingkat: masak susu, masak lunak, masak tua, dan masak kering/masak mati. Ciri jagung yang siap di panen adalah : umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam, jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga, biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas (Tim Karya Tani Mandiri, 2011).

2.2 Landasan Teori

Produksi

(25)

Menurut Sadono Sukirno (2005), fungsi produksi adalah hubungan diantara factor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakannya dinamakan fungsi produksi. Factor-faktor produksi seperti yang telah dijelaskan dapat dibedakan kepada empat golongan yaitu: tenaga kerja, tanah, modal dan keahlian keusahawaan. Didalam teori ekonomi, didalam menganalisis mengenai produksi selalu dimisalkan bahwa tiga factor produksi yang belakangan dinyatakan (tanah, modal dan keahlian keusahawanan) adalah tetap jumlahnya.

Menurut Kartasapoetra (1985), secara kenyataan bahwa rakyat Indonesia di pelosok- pelosok tanah air dan yang tinggal di kota-kota, dari dahulu hingga sekarang merupakan rakyat yang mampu berproduksi, tetapi secara kenyataan pula hanya sebagian kecil sekali yang mampu mengembangkan produksinya, sedangkan sebagian yang lainnya merupakan usahawan-usahawan perorangan yang sulit mengembangkan usaha produksinya (home industry) dan tetap hidup dibawah garis kemiskinan, hal ini dikarenakan :

 Modal yang mereka miliki sangat terbatas,  Pengetahuan ekonomi mereka terbatas,

 Usaha hanya ditujukan untuk menanggulangi kesulitan hidup keluarga,  Cara dan teknik pemasaran produksi yang menguntungkan belum

dikuasai dengan wajar,

 Kesadaran untuk menyatukan usaha sehingga merupakan suatu usaha yang besar masih kurang.

(26)

pengarahan, dan penyuluhan tentang pola kerja yang menguntungkan (efektif), jenis dan kualitas benda yang harus diproduksi, cara dan teknik pengolahan, dan pengelolaan yang berkaitan dengan itu. Karena para petani menginginkan terwujudnya peningkatan produksi, dimana mereka dapat memperoleh peningkatan pendapatan dan peningkatan taraf hidupnya maka segala pembinaan, pengarahan dan penyuluhan dilaksanakan sebagaimana mestinya. Dalam pembinaan, pengarahan, dan penyuluhan terkandung pengetahuan yang mudah diserap oleh mereka (Kartasapoetra, 1985).

Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah instrumen yang digunakan untuk melakukan analisis strategis, analisis SWOT merupakan suatu alat yang efektif dalam membantu menstrukturkan masalah, terutama dengan melakukan analisis atas lingkungan strategis, yang lazim disebut sebagai lingkungan internal dan lingkungan eksternal.

Strategi yang tepat didasarkan pada kemampuan menemukenali diri dan lingkungannya, sehingga strategi benar-benar dapat terwujud dari kekuatan yang dimilikinya dan peluang yang dihadapinya. Analisis yang tepat untuk menyusun strategi adalah analisis SWOT.Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis SWOT adalah memahami seluruh informasi dalam suatu kasus, menganalisis situasi untuk mengetahui isu apa yang sedang terjadi dan memutuskan tindakan apa yang harus segera dilakukan untuk memecahkan masalah (Rangkuti, 2001).

(27)

(ancaman-ancaman).Pengertian-pengertian kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam analsis SWOT adalah sebagai berikut :

- Kekuatan (strengths)

Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan atau keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan dari pasar suatu perusahaan. Kekuatan kawasan pariwisata adalah sumber daya alam, pengelolaan dan keunggulan relatif industri pariwisata dari pasar dan pesaing sejenis.

- Kelemahan (weaknesses)

Kelemahan adalah keterbatasan/kekurangan dalam sumber daya alam, keterampilan dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja efektif suatu perusahaan. Kelemahan kawasan pariwisata adalah keterbatasan/kekurangan dalam sumber daya alam, keterampilan dan kemampuan pengelolaan industri pariwisata.

- Peluang (opportunities)

Peluang adalah situasi/kecenderungan utama yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Peluang kawasan pariwisata adalah situasi/kecenderungan utama yang menguntungkan industri pariwisata dalam lingkungan suatu kawasan pariwisata.

- Ancaman (threats)

(28)

Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Proses pengambilan keputusan harus menganalsis faktor-faktor strategis dalam kondisi saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi, model yang paling popular disebut analisis SWOT.

Langkah Menyusun Analisis SWOT

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Data yang berhubungan erat dengan studi dan objek penelitian. Data yang dikumpulkan dapat berupa data primer maupun sekunder.

Data primer didapat melalui beberapa metode. yaitu:

a. Metode Pengamatan Langsung

Metode ini cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Cara mencatat pengamatan tidak mempunyai standar tertentu yang terpenting adalah fenomena dapat dicatat dan prilaku dapat diketahui dengan jelas.

b. Metode dengan menggunakan Pertanyaan

(29)

Kuesioner adalah sebuah set pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian dimana yang menulis isiannya adalah responden.

- Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara penanya dengan penjawab dengan menggunkan alat yang dinamakan paduan wawancara (interview guide)

2. Analisis

Analisis merupakan suatu proses yang dapat memberi makna pada data dalam memecahkan permasalahan penelitian dengan memperlihatkan hubungan-hubungan antara fenomena yang kemudian dibuat penafsiran-penafsiran terhadap hubungan antara fenomena yang terjadi (Nazir, 1988).

Tahapan analsis dalam SWOT adalah memanfaatkan semua data dan informasi dalam model-model kuantitatif perumusan strategi (Rangkuti, 2001). Analisis SWOT terlebih dahulu dilakukan pencermatan (scanning) yang pada hakekatnya merupakan pendataan dan pengidentifikasian sebagai pra analisis.

Model-model yang digunakan dalam analisis SWOT antara lain sebagai berikut :

- IFAS – EFAS (internal - eksternal strategic factor analysis summary)

- Matrik Space

(30)

Formulasi strategi mencakup berbagai aktivitas analisis, perencanaan, dan pemilihan strategi yang dapat meningkatkan kesempatan bagi perusahaan di dalam berupaya mencapai tujuan perusahaan, yang mana hal ini merupakan keterangan ilmiah dari Kusnaidi pada tahun 1999 (vVhavgoD, 2011).

2.3 Kerangka Pemikiran

Jagung merupakan salah satu komoditas yang penting dan perlu diperhatikan pembudidayaannya. Dalam hal ini, petani sebagai pelaku usaha tani sudah selayaknya menyadari bahwa jagung begitu diminati berbagai kalangan masyarakat terlebih karena manfaat dan keunggulannya. Jumlah permintaan jagung yang terus meningkat setiap tahunnya ternyata tidak diikuti dengan jumlah produksi yang seimbang. Untuk itu, perlu kiranya produksi jagung di tanah air lebih ditingkatkan.

(31)
(32)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu Desa Kineppen, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo.Berdasarkan pertimbangan bahwa daerah tersebut sangat representatif dari segi akses dan peluang untuk mendapatkan data yang diinginkan oleh peneliti. Selain itu, kondisi lingkungan di daerah ini cukup mendukung dalam memproduksi jagung.

Tabel 2. Luas dan Produksi Tanaman Jagung Menurut Kecamatan, Kabupaten Karo Tahun 2013

Kecamatan Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) Produksi per Hektar (Kw/Ha)

Mardingding 10.554 64.559 61,18

Laubaleng 13.645 85.731 62,76

Tiganderket 2.085 12.629 60,57

Simpang Empat 2.841 17.380 61,18

Naman Teran 358 2.204 61,56

Merdeka 0 6 0

Kabanjahe 533 3.272 61,39

(33)

Tigapanah 694 4250 61,24

Dolat Rakyat 123 748 60,85

Merek 2333 1425 61,15

Barus Jahe 153 927 60,19

Jumlah 78350 486283 161,98 Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Karo, 2012

Dari data diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Munte merupakan salah kecamatan dengan produksi jagung tertinggi setelah Tiga binanga dan Laubaleng. dan dari 22 desa yang ada di Kecamatan Munte, hanya ada 1 desa yang tidak menjadi penghasil jagung di Kecamatan Munte yaitu desa Merdeka. Data berikut merupakan data yang menunjukkan luas areal dan jumlah produksi tanaman menurut desa di Kecamatan Munte di Kabupaten Karo.

Tabel 3. Luas Areal dan Jumlah Produksi Jagung Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Munte Kabupaten Karo Tahun 2011

(34)

Munte 3766

Gunung Manumpak 1498

Selakkar 119

Sarinembah 5391

Singgamanik 5842

Nageri 1453

Kuta Suah 1048

Kineppen 1063

Buluh Naman 2995

Bandar Meriah 2359

Sukarame 809

Kuta Great 839

Total 44591

Sumber:Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2014

Dari data diatas dapat dilihat di Desa Kineppen merupakan salah satu desa dengan produksi rata-rata terendah. Hal ini menjadi acuan dalam menentukan daerah penelitian sehingga diharapkan di masa mendatang produksinya dapat lebih ditingkatkan lagi.

3.2 Metode Pengambilan Sampel

(35)

� =1 + ��2

Dimana :

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi d = Galat penduga (10%)

Jumlah populasi petani jagung di daerah penelitian adalah sebanyak 60 Orang. Maka didapat besar sampel penelitian sebagai berikut :

N n =

N (d)2+ 1 60 n =

60 (0,1)2 + 1 = 37 Orang

3.3 Metode Pengambilan Data

(36)

3.4 Metode Analisis Data

Untuk menyelesaikan masalah 1, digunakan analisis deskriptif dengan cara menggambarkan dan menjelaskan produksi kedelai di daerah penelitian dan membandingkannya dengan produksi kedelai di daerah lain yang juga merupakan sentra produksi kedelai.

Untuk masalah 2, 3 dan 4, digunakan metode analisis SWOT. Sesuai dengan teori yang telah dikemukakan, alat yang dipakai untuk menyusun faktor-fsktor strategis adalah matrik SWOT. Matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

Sebelum melakukan analisis data seperti diatas maka terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan model matrik faktor strategi internal dan matrik faktor strategi eksternal sebagai berikut :

Rating Kategori Faktor Internal Faktor Eksternal

4 Sangat Baik Kekuatan Peluang

3 Baik Kekuatan Peluang

2 Cukup Baik Kekuatan Peluang

1 Tidak Baik Kekuatan Peluang

-4 Sangat Baik Kelemahan Ancaman

-3 Baik Kelemahan Ancaman

-2 Cukup Baik Kelemahan Ancaman

-1 Tidak Baik Kelemahan Ancaman

(37)

Setiap faktor internal kekuatan dan faktor eksternal peluang diberi kategori sangat baik sampai tidak baik dan diberi rating mulai dari 4 untuk kategoti sangat baik sampai 1 untuk tidak baik. Sedangkan setiap faktor internal kelemahan dan faktor eksternal ancaman diberi rating mulai -4 untuk kategori sangat baik hingga -1

(38)

3berdasarkan respon petani terhadao faktor itu. Kamudian yang terakhir, kalikan setiap bobot faktor dengan rating untuk mendapatkan skoring dalam kolom 4. Setelah itu, hasil analisis pada tabel matrik faktor strategi internal dan faktor eksternal dipetakan pada matrik posisi.

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Definisi

1. Petani jagung adalah orang yang melaksanakan dan mengelola usaha tani jagung.

2. Usahatani jagung adalah usahatani yang diusahakan oleh petani untuk memproduksi jagung.

3. Produksi jagung adalah jumlah hasil panen tanaman jagung (kg).

4. Faktor internal adalah faktor dalam usahatani jagung yang mempengaruhi peningkatan produksi jagung dilihat dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki usahatani.

5. Faktor eksternal adalah faktor luar dari usahatani yang mempengaruhi peningkatan produksi dilihat dari peluang dan ancaman yang dihadapi petani.

6. Kekuatan (Strength), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari usahatani dalam melakukan usahatani.

(39)

8. Kesempatan (Opportunity), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar usahatani dan memberikan kesempatan berkembang bagi usahatani dimasa depan.

9. Ancaman (Threat), adalah situasi atau kondisi yang merupakan ancaman bagi usahatani yang harus dihadapi namun datang dari luar usahatani dan dapat mengancam eksistensi usahatani di masa depan.

10.Strategi peningkatan produksi jagung adalah hal-hal yang dapat digunakan sebagai langkah untuk meningkatkan produksi jagung.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Kineppen, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo.

2. Sampel penelitian ini adalah para petani yang mengusahakan tanaman jagung di Desa Kineppen, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo.

(40)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1KondisiGeografis

DesaKineppenterletak di KecamatanMunte, KabupatenKaro, Provinsi Sumatera Utara denganluaswilayah652Ha.JaraktempuhDesa Kineppen keIbukotaKecamatan Munte 8 Km dengan lama tempuh20menitdankeIbukotaKabupaten Karo 20 Km dengan waktu tempuh 35menit.

Desainimerupakandesadataranrendahdandesapersawahandenganhamparancukuplu aspadaketinggian50 m di ataspermukaanlautdenganbataswilayahsebagaiberikut :

- Sebelah Utara : DesaCimbang - Sebelah Selatan : DesaBisakNampe - SebelahTimur : Desa Bandar Meriah - Sebelah Barat : Desa Buluh Naman

4.2KeadaanPenduduk

(41)

Tabel 4.DistribusiPendudukMenurut Tingkat Pendidikan di Desa Kineppen 2013

Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) TK banyak adalah tamatan SLTP sebesar526 jiwa (33,7%). Hal ini karena masyarakat di desa tersebut lebih banyak memilih bekerja setelah tamat SLTP karena kesulitan ekonomi dan kurangnya sarana pendidikan di daerah tersebut. Sarana pendidikan yang lebih tinggi letaknya jauh dari tempat tinggal penduduk.Ditinjau dari sudut pendidikan, masyarakat Desa Kineppen telah mengikuti program pendidikan yang dianjurkan pemerintah. Ada penduduk di desa ini mampu menyelesaikan pendidikan hingga SLTA, beberapa diantaranya bahkan mencapai jenjang Sarjana.

4.3TataGunaLahan

Wilayah Desa Kineppen mempunyailuas yang fungsinyadibagimenjadi areal

persawahan, pemukiman,

(42)

Tabel5.PenggunaanLahan di DesaKineppen 2013 Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan

(Ha)

Persentase (%)

Luas Persawahan 10 2,17

Luas Pemukiman 151 32,8

Luas Perkebunan 186 40,4

Luas Pekuburan 1 0,2

Luas Pekarangan 102 22,17

Perkantoran 0,1 0.02

Lain lain 9,9 2,15

Total 460 100

Sumber: Monografi Desa Tahun 2013

BerdasarkanTabel 7dapatdiketahuibahwapenggunaanlahan yang dominanadapada areal perkebunan sebesar186 Ha (40,4%) dari seluruh lahan. Sedangkan luas lahan terkecil digunakan pada areal perkantoran.

4.4SaranadanPrasarana

(43)

Tabel 6.SaranadanPrasarana di Desa Kineppen 2013

Fasilitas Sarana & Prasarana Jumlah

Pendidikan TK/Paud 1 unit

SD/Sederajat 2 unit

SLTP/Sederajat 1 unit

SLTA/Sederajat -

Lembaga Pendidikan Agama 3 unit

Kesehatan Puskesmas Pembantu 1 unit

Posyandu 1 unit

Peribadahan Mesjid 4 unit

Musholla 9 unit

Transportasi Jalan 21 km

Jembatan 6 unit

Sumber :Monografi Desa Kineppen 2013

Berdasarkan Tabel 8. Diatas dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana di daerah penelitian terdiri dari fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadahan dan transportasi. Fasilitas pendidikan yang jumlahnya terbatas menyebabkan tingkat pendidikan yang ditempuh masyarakat di desa penelitian cukup rendah, belum lagi lokasinya yang cukup jauh dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjangkaunya. Kondisi jalan di desa tersebut juga belum rata. Fasilitas kesehatan letaknya terpisah sehingga untuk menjangkaunya tidak terlau sulit.

4.5 Karakteristik Sampel

(44)

Tabel 7. Karakteristik Petani DesaKineppen, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo2013

No Uraian Range

1 Umur (Tahun) 30-63 tahun

2 Pendidikan (Tahun) 6-12 tahun

3 Lamanya Berusahatani (Tahun) 1-20 tahun Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1

Umur

Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan petani dalam melakukan kegiatan usahataninya. Semakin tua umur petani maka kemampuan untuk melakukan kegiatan usahataninya cenderung semakin menurun dan mempengaruhi jumlah produksi usahataninya karena kegiatan usahatani banyak mengandalkan kegiatan fisik. Keadaan umur sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 8. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur No. Kelompok Umur

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1

(45)

muda dan belum memiliki lahan sendiri sehingga menjadi buruh tani unutk mencari modal berusahatani.

Pendidikan

Pendidikan erat hubungannya dengan pengetahuan terhadap cara cara bertani baik dari segi manfaat ataupun kualitasnya. Pendidikan sampel dilokasi penelitian bervariasi mulai dari tingkat SD (Sekolah Dasar) sampai SMA (Sekolah Menegah Atas). Tingkat pendidikan petani jagung di Desa Kineppen dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 9. Distribusi Sampel Berdasarkan Pendidikan No Tingkat Pendidikan Besar Sampel

(Jiwa)

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1

(46)

Pengalaman Bertani

Pengalaman bertani merupakan kondisi yang menyangkut lamanya usahatani yang telah dilakukan. Hal ini menentukan kemampuan petani dalam mengelola usahataninya. Semakin lama pengalaman petani yang dimiliki petani maka petani cenderung semakin baik dalam mengelola usahataninya. Berikut ini adalah pengalaman bertani petani jagung di Desa Kineppen :

Tabel 10. Distribusi Sampel Berdasarkan Pengalaman Bertani No Lama Berusahatani Besar Sampel

(Jiwa)

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

(47)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Peningkatan Produksi Jagung

Kekuatan dalam Peningkatan Produksi Jagung

Adapun kekuatan dalam peningkatan produksi jagung di daerah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Potensi Alam yang mendukung

Dalam usaha tani jagung, diperlukan penyiraman yang baik, hal itu terbantu dengan letak daerah penelitian yang berada di dataran tinggi yang curah hujannya sangat baik,sehingga petani di daerah penelitian tidak memiliki kendala dalam memperoleh ketersediaan air untuk tanaman jagung dan menjadi kekuatan dalam produksi jagung.

2. Kesuburan Lahan yang sesuai

(48)

3. Ketersediaan tenaga kerja dalam Memproduksi Jagung

Didalam usaha tani jagung diperlukan tenaga kerja yang mempunyai kemauan dan pengalaman serta handal dalam melakukan proses tersebut. Penentuan tenaga kerja yang tepat dapat menjamin keberlangsungan proses produksi yang baik sehingga hasil produksi dapat mempertahankan kualitasnya dan diupayakan meningkat kuantitasnya. Penetapan tenaga kerja yang tidak terstruktur (asal-asalan) menyebabkan meningkatnya resiko gagal panen dan penurunan kualitas, hal ini akan berpengaruh pada kelangsungan hidup petani dan usahataninya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jagung di daerah penelitian, sumber daya manusia di daerah penelitian sudah terstuktur dan tidak kekurangan tenaga kerja. Petani mau dan mampu mengerjakan upaya produksi jagung. Dengan demikian, sumber daya manusia dalam memproduksi jagung merupakan kekuatan dalam meningkatkan produksi jagung.

.4. Modal yang Digunakan Petani

Setiap usahatani pasti memerlukan modal untuk biaya investasi dan produksi. Modal usaha dapat berasal dari modal sendiri, modal keluarga ataupun pinjaman dari lembaga keuangan/bank.Lembaga keuangan memang sangat dibutuhkan oleh dunia usaha agribisnis, terutama bagi usahatani kecil yang biasanya membutuhkan modal tambahan sebagai modal investasi dan modal produksi.

(49)

Kelemahan dalam Peningkatan Produksi Jagung

Adapun kelemahan dalam peningkatan produksi jagung di daerah penelitian adalah :

1. Teknologi yang Digunakan Petani Masih Sederhana

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani di daerah penelitian, petani masih menggunakan teknologi yang sederhana. Jumlah petani yang mulai memakai teknologi yang sudah maju sangat kecil. Kurangnya biaya dan kecilnya perhatian pemerintah terhadap petani menjadi alasan utama masih minimya penggunaan tehnologi terhadap usaha tani jagung.

Penggunaan teknologi yang masih sederhana dianggap sebagai kelemahan dalam meningkatkan produksi jagung. Padahal dengan menggunakan teknologi yang maju ataupun sesuai dengan perkembangan teknologi sekarang, produksi jagung dapat ditingkatkan dan mempermudah pekerjaan petani dalam melakukakn proses produksi jagung.

2. Penggunaan Sarana Produksi yang masih kurang

(50)

usahataninya. Hal ini menjadi kelemahan karena peningkatan produksi jagung menjadi terhambat.

3. Pencatatan biaya usaha tani yang belum dilakukan.

Pencatatan biaya usaha tani dalam berusahatani merupakan faktor yang sangat pentingdalam usaha tani jagung, itu dimaksudkan agar petani sebagai pengusaha lebih teliti dalam mengetahui kondisi usahataninya dengan mencatat segala yang diperlukan dalam menjalankan proses produksi mulai dari awal penanaman sampai panen. Dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen dalam berusahatani, maka petani dapat dapat mengambil langkah-langkah yang diangggap perlu untuk menjaga keberlangsungan usahataninya sehingga petani dapat mengetahui apakah usahatani yang dijalankan memberikan keuntungan atau tidak.

Berdasarkan wawancara dengan petani di daerh penelitian, para petani belum melakukan manajemen yang baik dalam usahataninya. Petani cenderung melakukan usahatani tanpa melakukan fungsi-fungsi manajemen yang baik mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan hingga ke pengontrolan. Tidak ada catatan yang baik mengenai proses produksi yang dijalankan dalam berusahatani, sehingga sistem manajemen dalam berusahatani dianggap sebagai kelemahan dalam berusahatani.

4. Penyediaan bibit jagung

(51)

Di daerah penelitian penyediaan benih bersertifikat merupakan kekuatan dalam menjalankan usahatani jagung. Hal ini dikarenakan petani di daerah penelitian tidak kesulitan mendapatkan benih yang unggul dan bersertifikat dalam menjalankan usahatani mereka. Berdasarkan hasil wawancara dengan para petani, jagung, penyediaan benih yang bersertifikat di daerah penelitian sudah terpenuhi dengan baik, dimana kelompok tani dan gabungan kelompok tani di daerah tersebut merupakan wadah dalam penyediaan benih jagung yang bersertifikat.

Peluang dalam Peningkatan Produksi Jagung

1. Adanya Kelompok Tani yang mendukung

Organisasi petani yang tergabung dalam Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani di daerah penelitian dijadikan petani sebagai tempat berbagi tentang segala hal yang dialami dalam menjalankan usahataninya. Permasalahan yang dihadapi dimusyawarahkan dan dicari solusinya melalui pertemuan antar sesama anggota kelompok yang diadakan secara berkala oleh pengurus anggota kelompok tani. Kelompok tani didaerah penelitian juga dijadikan sebagai jembatan penghubung antara pemerintah dan petani dalam upaya meningkatkan hasil produksi petani. Hal ini menurut petani dianggap sebagai peluang sehingga petani ikut serta dan berperan aktif dalam produksinya.

2.Jarak distribusi hasil Produksi.

(52)

3. Permintaan Jagung

Jagung merupakan salah satu produk yang banyak diminati masyarakat selain karena mudah didapat, harganya pun terjangkau. Tingkat konsumsi masyarakat terhadap jagung meningkat dari tahun ke tahun sehingga menyebabkan permintaan jagung pun ikut meningkat, disamping itu juga ada permintaan yang cukup besar dari Industri pembuat pakan yang membuat jumlah permintaan jagung meningkat.

Ancaman dalam Peningkatan Produksi Jagung

1. Penyuluhan Jagung yang Masih Kurang

(53)

2. Masuknya Jagung Impor

Jagung impor dirasakan petani di daerah penelitian sebagai kendala dalam meningkatkan produksi jagung. Pasalnya, petanni kurang percaya diri dan menganggap kualitas produksi jagung lokal tidak dapat bersaing dengan kualitas impor. Petani berpendapat bahwa industri besar lebih memilih menggunakan jagung impor yang pasokannya lebih banyak daripada mengharapkan hasil produksi jagung lokal yang pasokannya tidak jelas. Berdasarkan pengamatan di daerah penelitian banyak petani yang mengurangi luas tanaman jagungnya ataupun beralih menanam padi dan holtikultura lainnya daripada jagung karena menurut petani pemerintah lebih menyukai impor jagung daripada berusaha meningkatkan produksi jagung lokal.

3. Perubahan Iklim dan Cuaca Akibat Pemanasan Global

(54)

4. Kurang Mengakses Informsi Pasar Melalui SINGOSARI

Dewasa ini, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berkembang dengan pesat. Perkembangannya pun sampai ke sektor pertanian seperti teknologi sistem pengolahan dan pemasaran hasil pertanian (SINGOSARI) yang dapat diakses melalui internet dan telepon genggam. Jika petani dapat mengakses teknologi tersebut, maka petani dapat belajar dan mengetahui berbagai informasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan meningkatkan produksi usahataninya. Namun berdasarkan wawancara dengan petani di daerah penelitian, banyak petani tidak dapat mengikuti perkembangan teknologi tersebut. Hal ini tentu menjadi ancaman karena petani bisa terlambat mengetahui perkembangan informasi yang mereka perlukan untuk meningkatkan produksi usahataninya, terutama mengenai jagung.

5. Serangan Hama dan Penyakit

(55)

6. Ketersediaan Kios Sarana Produksi (Kios Saprodi)

Kios sarana produksi (kios saprodi) merupakan tempat dimana petani dapat membeli dan memperoleh segala yang dibutuhkan unutk melakukan proses produksi jagung mulai dari benih, pupuk, pestisida dan alat-alat pertanian. Di daerah penelitian, berdasarkan wawancara dan pengamatan di lapngan, tidak tersedia kios saprodi tersebut. Petani di daerah penelitian harus menempuh jarak puluhan kilometer ke ibukota kabupaten untuk mendapatkan kios yang hampir sama. Hal ini diakui petani sebagai ancaman dimana mereka menjadi kesulitan dan mendapatkan kendala dalam meningkatkan produksi jagungnya.

5.2 Strategi Peningkatan Produksi Jagung

(56)

Tabel 11. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Peningkatan Produksi Jagung

Faktor-Faktor Parameter Faktor Internal

1. Kekuatan a. Potensi Alam yang Mendukung b. Kesuburan Lahan yang Sesuai

c. Ketersediaan tenaga kerja dalam memproduksi jagung d. Modal yang digunakan petani

e. Luas lahan yang diusahakan

2. Kelemahan a. Teknologi yang digunakan Petani masih sederhana b. Penggunaan sarana produksi yang masih kurang c. Tidak adanya pencatatan usaha tani.

d. Penyediaan Bibit Jagung

Faktor Eksternal

1. Peluang a. Adanya Kelompok tani yang mendukung b. Jarak distribusi hasil jagung

c. Permintaan jagung

2. Ancaman a. Sistem Penyuluhan b. Masuknya Jagung Impor c. Perubahan Iklim ddan Cuaca

d. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi e. Serangan Hama dan Penyakit

f. Ketersediaan Kios Sarana Produksi (Kios Saprodi)

(57)

Berdasarkan hasil wawancara dan pengolahan data yang diperoleh dari petani jagung di daerah penelitian, dapat dilihat faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi peningkatan produksi jagung seperti pada tabel 13.

Setelah diketahui faktor-faktor internal dan eksternal dalam peningkatan produksi jagung di daerah penelitian, tahap selanjutnya adalah tahap pengumpulan data. Model yang digunakan adalah Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) dan Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS).

(58)

Tabel 12. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS)

Faktor-Faktor Strategi Internal Rating Bobot Skor Strength (Kekuatan)

1. Potensi Alam yang mendukung 4 11,11 44,44 2. Kesuburan lahan yang sesuai 3 8,33 24,99 3. Ketersediaan tenaga kerja 4 11,11 44,44

4. Modal yang digunakan petani 3 8,33 24,99

5. Luas lahan yang disesuaikan 4 11,11 44,44

Weakness (Kelemahan)

1. Teknologi yang Digunakan 2 10 20 Petani Sedeerhana

2. Penggunaan sarana produksi 3 15 45

3. Pencatatan biaya usaha tani 3 15 45

4. Penyediaan bibit jagung 2 10 20

TOTAL 28 50 313,12

Sumber : Analisis Data Primer

(59)

Tabel 13. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Faktor- Faktor Strategi Eksternal Peluang Bobot Skor

Oppurtunity (Peluang)

1. Adanya Kelompok Tani yang mendukung 4 18,8 75,2 2. Jarak distibusi hasil produksi 3 13,63 40,90

3. Permintaan Jagung 4 18,8 75,2

Threats (Ancaman)

1. Penyuluhan jagung yang masih kurang 1 10 10

2. Masuknya Jagung Impor 3 30 90

3. Perubahan Iklim dan Cuaca 2 20 40

4. Perkembangan Teknologi Informasi 2 20 40

dan Komunikasi

5. Serangan Hama dan Penyakit 1 10 10

6. Ketersediaan Kios Sarana Produksi 1 10 10

TOTAL 21 100 391,3

Sumber : Analisis Data Primer

(60)

Tabel 14. Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal dan Eksternal Peningkatan Produksi Jagung

Faktor-Faktor Strategi Internal Rating Bobot Skor Strength (Kekuatan)

1. Potensi alam yang mendukung 4 11,11 44,44

2. Tingkat Kesuburan Lahan 3 8,33 24,99 3. Sumber Daya Manusia dalam 4 11,11 44,44

Memproduksi Jagung

4. Luas lahan yang disesuaikan 4 11,11 44,44

5. Modal yang Digunakan Petani 3 8,33 24,99

Total Skor Kekuatan 18 50 183,21

Weakness (Kelemahan)

1. Teknologi yang Digunakan Sederhana 2 10 20 2. Sarana produksi yang kurang 3 15 45

3. Tidak adanya pencatatan usaha tani 3 15 45

4. Penyediaan bibit jagung 2 10 20

Total Skor Kelemahan 10 50 130

(61)

Faktor- Faktor Strategi Eksternal Peluang Bobot Skor

Oppurtunity (Peluang)

1. Adanya kelompok tani yang mendukung 4 18,8 75,2 2. Jarak distibusi hasil produksi 3 13,63 40,90

3. Permintaan jagung 4 18,8 75,2

Total Skor Peluang 11 50 191,3

Threats (Ancaman)

1. Sistem Penyuluhan 1 5 5

2. Masuknya Jagung Impor 3 15 45

3. Perubahan Iklim dan Cuaca 2 10 20 4. Perkembangan Teknologi Informasi 2 10 20

dan Komunikasi

5. Serangan Hama dan Penyakit 1 5 5

6. Ketersediaan Kios Sarana Produksi 1 5 5

Total Skor Ancaman 10 50 100

Selisih (Peluang-Ancaman) 91,3

Sumber : Analisis Data Primer

(62)

sebesar 100 yang artinya pengaruh peluang lebih besar dibandingkan pengaruh ancaman pada peningkatan produksi jagung di daerah penelitian.

Berdasarkan penggabungan matriks evaluasi faktor internal dan eksternal tersebut, maka dapat diketahui posisi strategi peningkatan produksi jagung di Desa Kineppen, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo. Posisi strategis peningkatan produksi dianalisis menggunakan matriks posisi, sehingga akan menghasilkan titik koordinat (x,y). Nilai x diperoleh dari selisih faktor internal (kekuatan – kelemahan) dan nilai y diperoleh dari selisih faktor eksternal (peluang – ancaman). Posisi titik koordinatnya dapat dilihat sebagai berikut :

Y (+)

Gambar 3. Matriks Posisi Strategi Peningkatan Produksi Jagung

(63)

Peningkatan produksi jagung di Desa Kineppen, KecamatanMunte Kabupaten Karo berada pada posisi yang menguntungkan. Posisi usahatani tersebut berada di kuadran I, artinya posisi ini menandakan bahwa usahatani tersebut tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang untuk meningkatkan produksi jagung. Untuk itu, maka strategi yang harus diterapkan dalam kondisi yang demikian adalahmendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy).

Penentuan alternatif dapat dilakukan dengan beberapa alternatif strategi bagi peningkatan produksi jagung yang sesuai dengan cara membuat matriks SWOT. Matriks SWOT ini dibangun berdasarkan faktor-faktor strategi baik internal (kekuatan-kelemahan) maupun eksternal (peluang-ancaman).

(64)

Tabel 15. Matriks SWOT

3. Tidak adanya pencatatan usahatani

(W3)

1. Melakukan pelatihan untuk

meningkatkan jumlah produksi

jagung (W1,W3,W4,O3,O4)

2. Memanfaatkan permintaaan dan

harga jual jagung dengan

melakukan intensifikasi pertanian

(W1,W3,W5,O2,O5)

3. Menjalin kerja sama dengan

anggota kelompok tani untuk

membentuk sistem manajemen

usahatani yang lebih baik.

(65)

ANCAMAN (T)

1. Melakukan pengurangan luasan

lahan demi menghindari kegagalan

panen. (W5,T3,T5)

2. Mencari informasi dari penyluh

dan alat komunikasi yang dapat

memberikan harapan untuk

berusahatani menjadi lebih baik.

(W4,T4)

Keempat berbagai kemungkinan strategi di atas tidak digunakan seluruhnya dalam peningkatan produksi jagung di daerah penelitian melainkan disesuaikan dengan posisi yang telah diketahui dalam matriks posisi SWOT. Di daerah penelitian, posisi usahatani jagung dalam meningkatkan produksinya berada di kuadran I, sehingga strategi yang tepat digunakan dalam posisi tersebut adalah strategi agresif.

Strategi agresif merupakan strategi yang fokus pada strategi SO (Strenghts-Oppurtunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Sehingga strategi-strategi yang tepat digunakan untuk usahatani jagung dalam meningkatkan produksi di daerah penelitian adalah :

(66)

Potensi Alam yang mendukung yang dimaksudkan disini adalah di daerah penelitan

terdapat banyak kelompok tani khususnya dalam produksi jagung,sehingga segala

permasalahan produksi baik itu modal, transportasi, sumber tenaga kerja, dan juga

keadaan stabilitas harga jagung menjadi tanggung jawab yang diselesaikan

bersama-sama, sehingga dengan kurangnya perhatian pemerintah kendala tersebut dapat tertutupi

dengan adanya kelompok tani.

2. Tingkat kesuburan lahan yang sesuai. (S2,S4,O1,O2,O5)

Tingginya permintaan jagung merupakan peluang bagi petani jagung untuk meningkatkan

produksinya . Kesuburan lahan yang mendukung harus dimanfatkan sebaik-baiknya

untuk memperoleh hasil produksi yang maksimal. Selain itu, pemanfaatan lahan-lahan

pertanian yang bera pasca panen padi juga perlu dilakukan agar lahan tidak terbiarkan

kosong begitu saja. Di daerah penelitian banyak lahan yang masih bera pasca panen padi,

hal ini tentunya jangan dibiarkan terus menerus dan diupayakan agar lahan tersebut tetap

produktif. Dengan demikian, produksi jagung di daerah penelitian dapat meningkat dan

permintaan jagung dapat terpenuhi dengan baik.

3. Sumberdaya manusia dalam memproduksi (S3,O4)

Setiap petani pasti memiliki kelebihan masing-masing dalam berusahatani sesuai dengan

pengetahuan dan pengalamannya. Untuk itu, kelebihan-kelebihan tersebut perlu

dipersatukan dalam wadah kelompok tani sehingga petani mampu berbagi dan

bersama-sama meningkatkan produksi jagungnya. Kelompok tani yang mampu menjadi

penghubung petani dengan pasar dan pemerintah selayaknya diaktifkan

(67)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Faktor internal dalam peningkatan produksi jagung di daerah penelitian terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Kekuatan dalampeningkatan produksi jagung di daerahpenelitianadalahPotensiAlam yang mendukung, kesuburanlahan yang sesuai,ketersediaantenagakerja yang mendukung dan modal yang digunakan petani Kelemahandalam peningkatan produksi jagung di daerahpenelitianadalahteknologi yang digunakan petani masih sederhana, penggunaan sarana produksi yang masih kurang, pencatatan biaya usaha tani dan kurangnya penyediaan bibit jagung dalam berusahatani.

2. Faktor eksternal dalam peningkatan produksi di daerah penelitian terdiri dari peluang dan ancaman. Peluang dalam peningkatan produksi jagung di daerah penelitian adalahadanya kelompoktani yang mendukung, jarakdistribusihasilproduksidanpermintaanjagung, keikutsertaan petani dalam anggota kelompok tani dan permintaan jagung. Ancaman dalam peningkatan produksi jagung di daerah penelitian adalah sistem penyuluhan, masuknya jagung impor, perubahan iklim dan cuaca, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, serangan hama dan penyakit serta ketersediaan kios sarana produksi.

(68)

yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan kegiatan sebagai berikut :

a. Menggunakanbenihbersertifikatsesuaidenganperaturandankebijaka npemerintah.

b. Memanfaatkantingkatkesuburanlahandanmelakukanperbaikanpolat anam agar mampumemenuhipermintaanjagung.

c. Memanfaatkankualitassumberdayamanusiadenganmenjadianggotak elompoktani.

6.2 Saran

1. Kepada petani jagung

 Seharusnya petani jagung di daerah penelitian menggunakan bibit bersertifikat agar produksi dan kualitas tanaman jagung dapat tercapai lebih baik.

 Petani dapat lebih aktif dalam keanggotaan kelompok tani agar mendapat pendidikan dan transfer ilmu yang lebih dalam berusahatani jagung.

2. Kepadapemerintah

(69)

3. Kepada peneliti selanjutnya

(70)

DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman A. Karim,Bank Islam; AnalisisFiqhdanKeuangan,Raja GrafindoPersada, Jakarta, 2010

Husodo, dkk. 2004. MembangunKemandirianPangan :SuatuKebutuhanBagi Indonesia, Negara BerpendudukBanyakDenganPotensiPangan Yang Besar, PT TemaBaru Jakarta

Khalik, R.S. 2010. Diversifikasikonsumsipangan di Indonesia:

antaraharapandankenyataan. Pusatanalisis social

ekonomidankebijakanpertanian. Bogor

Nazir. 1988.MetodePenelitian.Ghalia Indonesia. Jakarta.

Nini. 2010. Analisis SWOT. http://euforia-arisam.blogspot.com/2010/12/analisis-swot.html

PemerintahPropinsi Sumatera Utara. 2007. ImporJagung. PemerintahPropinsi Sumatera Utara. Medan

Prasaja.2012.PetaniSumutSesalkanPemerintahSetujuImporJagung.www.Kemend ag.go.id

Purwonodan Hartono, R. 2011 BertanamJagungUnggul.PenebarSwadaya. Jakarta

Rangkuti, Freddy. 2001. AnalisisSWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Rukmana,R, 2008. UsahataniJagung. Kanisius, Yogyakarta.

(71)

Subhana,2010.StrategiPengembanganAgribisnisJagung.www.elibrary.mb.ipb.ac.i d

Tim KaryaTaniMandiri, 2010. PedomanBertanamJagung. NuansaAulia, Bandung.

(72)

LAMPIRAN

Lampiran Faktor – Faktor Internal :

- Strength IFAS

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Strength

Potensi Alam yang Mendukung 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 Kesuburan lahan yang sesuai 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3

Ketesediaan tenaga kerja 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4

Modal yang digunakan Petani 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 Luas lahan yang disesuaikan 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3

Strength

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 Total Potensi Alam yang Mendukung 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3.810810811

(73)

Lampiran Faktor – Faktor Internal :

- Weakness

IFAS

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Weakness

Tekhnologi yang digunakan Petani 2 2 2 2 2 3 3 4 3 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Penggunaan Sarana Produksi 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Pencatatan Biaya usaha tani 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 4 4 3 Penyediaan bibit jagung 3 2 2 2 3 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Weakness

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 Total Tekhnologi yang digunakan Petani 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2.189189189

(74)

LAMPIRAN

Lampiran Faktor – Faktor Eksternal :

- Opportunity EFAS

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Opportunity

Adanya kelompok tani 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4

Jarak distribusi hasil produksi 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4

Permintaan jagung 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4

Opportunity

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 Total Adanya kelompok tani 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3.810810811 Jarak distribusi hasil produksi 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3.324324324

Gambar

Tabel Judul
Gambar Judul
Tabel 1. Produksi Jagung Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara (ton)
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Kotler (1997), mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan suatu usahatani adalah dengan analisis internal yang merupakan proses yang mana perencanaan

Menurut Kotler (1997), mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan suatu usahatani adalah dengan analisis internal yang merupakan proses yang mana perencanaan

Berdasarkan hasil perhitungan analisa faktor internal yang terbagi atas kekuatan dan kelemahan serta analisa faktor eksternal yang terbagi atas peluang dan ancaman dapat

Faktor – faktor internal yang menjadi kekuatan adalah (tersedianya lahan dan agroklimat yang sesuai, petani setempat berpengalaman dalam membudidayakan kakao, buah/biji kakao

Berdasarkan hasil wawancara dengan kelompok UMKM di Desa Loru Kabuputen Sigi, maka dapat dilihat faktor-faktor internal kekuatan-kelemahan dalam pengembangan usaha olahan Produk Daun

Matriks Analisis SWOT IFAS EFAS Kekuatan Strength Kelemahan Weaknesses  Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal  Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal Peluang

Faktor internal Kondisi internal yang terdapat pada unit pengolahan teh Masyarakat yang meliputi kekuatan dan kelemahan adalah sebagai berikut: Kekuatan strength Faktor-faktor internal

Melalui pendekatan analisis secara internal dipengaruhi oleh Strengths Kekuatan, Weaknesses Kelemahan, dan dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu Opportunities Peluang, dan Threats