• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Peningkatan Produksi Kedelai (Studi Kasus : Desa Stabat Lama Barat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Peningkatan Produksi Kedelai (Studi Kasus : Desa Stabat Lama Barat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat)"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 2. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT dalam Peningkatan Produksi Kedelai di Desa Stabat Lama Barat, Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat

4. Sumber Daya Manusia dalam Memproduksi

(3)

Lanjutan Lampiran 4

No. Indikator SWOT Parameter

Faktor Eksternal 1 2 3 4

6. Permintaan Kedelai (O)/(T)

7. Impor Kedelai (O)/(T)

8. Kondisi Cuaca dan Iklim

(O)/(T)

9. Perkembangan Teknologi dan Informasi

(O)/(T)

10. Serangan Hama dan Penyakit

(O)/(T) √ 11. Ketersediaan Kios

Saprodi

(O)/(T) √

Keterangan:

(4)

Lampiran 3. Parameter Penilaian Faktor Strategi Internal Peningkatan Produksi Kedelai

Sampel Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan)

(5)

Lampiran 4. Parameter Penilaian Faktor Strategi Eksternal Peningkatan Produksi Kedelai

Sampel Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman)

(6)

Lampiran 5.Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS)

Faktor-Faktor Strategi Internal Rating Bobot Skor Strength (Kekuatan)

1. Penyediaan Benih Bersertifikat 4 13,33 53,33

2. Kesuburan Lahan 2 6,67 13,33

3. Sumber Daya Manusia dalam 3 10 30 Memproduksi Kedelai

4. Pola Tanam 4 13,33 53,33

5. Modal yang Digunakan Petani 2 6,67 13,33

Weakness (Kelemahan)

1. Teknologi yang Digunakan Petani 2 9,09 18,18

2. Pemanfaatan Potensi Lahan 3 13,63 40,89

3. Penggunaan Sarana Produksi 3 13,63 40,89

4. Sistem Manajemen 2 9,09 18,18

(7)

Lampiran 6. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Faktor- Faktor Strategi Eksternal Peluang Bobot Skor Oppurtunity (Peluang)

1. Industri Pengolahan Kedelai 4 12,5 50

2. Harga Jual Kedelai 4 12,5 50

3. Kebijakan Pemerintah 2 6,25 12,5

4. Kelompok Tani 3 9,375 28,125

5. Permintaan Kedelai 3 9,375 28,125

Threats (Ancaman)

1. Sistem Penyuluhan 2 9,09 18,18

2. Impor Kedelai 3 13,63 40,89

3. Kondisi Iklim dan Cuaca 2 9,09 18,18

4. Perkembangan Teknologi Informasi 2 9,09 18,18 dan Komunikasi

(8)

Lampiran 7.Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal dan

Selisih (Kekuatan – Kelemahan) 40,62

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T. 2005. Kedelai. Budidaya dengan Pemupukan yang Efektif dan

Pengoptimalan Bintil Akar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Amang, Beddu, et al. 1996. Ekonomi Kedelai di Indonesia. Bogor: IPB Press.

Anonimous. 2013. Kedelai Kembali Mengguncang.http://m.metrotvnews.com/. Diakses pada 25 November 2013.

Arsyad, D.M. dan Syam, M. 1998. Kedelai Sumber Pertumbuhan Produksi dan

Teknik Budidaya. Puslitbangtan. Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2012. Sumatera Utara Dalam Angka. BPS. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2012. Kecamatan Wampu Dalam Angka. BPS.Jakarta.

Danarti dan Najati, 1995. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Darsono. 2009. Analisis Dampak Pengenaan Tarif Impor Kedelai Bagi

Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian.

Gardner, dkk. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Hilman, Y. A. et al. 2004. Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Kontribusi

Terhadap Ketahanan Pangan dan Perkembangan Teknologinya. Dalam

Makarim, et al. (penyunting). Inovasi Pertanian Tanaman Pangan. Puslitbangtan. Bogor.

(10)

Kotler, P, 1997. Prinsip-Prinsip Manajemen. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Manwan, I. dan Sumarno. 1991. Kebijakan Penelitian Bagi Pengembangan Produksi

Kedelai. Puslitbang. Bogor.

Rangkuti, F. 2008. Analisa SWOT. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Rondot, Pierre dan Lancon, Frederic. 1991. Increasing Soybean Productivity in

Indonesia. What Comparative Advantage. Priorities for For Soybean

Development in Asia. Dipresentasikan pada Workshop di Bogor oleh

CGPRT Center. Bogor.

Subandi, 2007. Lima Strategi Pengembangan Kedelai. Koran Sinar Tani Edisi 30 Mei – 5 Juni 2007.

Suprapto, H. 2001. Bertanam Kedelai. Jakarta: Penebar Swadaya.

(11)

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelititan ditentukan secara purposive ataupun secara sengaja, yaitu Desa Stabat Lama Barat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat. Hal ini dikarenakan daerah tersebut merupakan salah satu sentra produksi kedelai yang cukup potensial di Kabupaten Langkat.

Tabel3. Luas dan Produksi Tanaman Kacang Kedelai Menurut Kecamatan, Kabupaten Langkat Tahun 2011

Kecamatan Luas Areal (Ha) Produksi (Ton)

Produksi per

Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Langkat, 2012

(12)

Wampu. Data berikut merupakan data yang menunjukkan luas areal dan jumlah produksi tanaman menurut desa di Kecamatan Wampu di Kabupaten Langkat.

Tabel 4. Luas Areal dan Jumlah Produksi Kedelai MenurutDesa/Kelurahan diKecamatan Wampu Kabupaten Langkat Tahun 2011

Desa/ Kelurahan Luas Areal (Ha)

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat, 2012

Dari data diatas dapat dilihat di Desa Stabat Lama Barat merupakan desa dengan produksi rata-rata terendah. Hal ini menjadi acuan dalam menentukan daerah penelitian sehingga diharapkan di masa mendatang produksinya dapat lebih ditingkatkan lagi.

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Populasi penelitian adalah petani yang melakukan usaha tani kedelai di Desa Stabat Lama Barat. Metode penentuan sampel adalah dengan teknik Simple Random

Sampling yaitu dengan memilih sampel dengan pengundian sedemikian rupa

(13)

masyarakat yang homogen secara wilayah administratif serta pekerjaan yang ditekuni dan juga untuk mempermudah dan mempercepat proses penelitian mengingat keterbatasan peneliti. Dengan demikian, penentuan anggota sampel adalah 30 orang.

3.3 Metode Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu berupa kuisioner diperoleh dari hasil wawancara pada petani kedelai dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder yaitu berupa data-data pendukung yang diperoleh dari instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, BPS Kabupaten Langkat, dan instansi terkait lainnya, juga literatur buku dan media internet.

3.4 Metode Analisis Data

1. Untuk menyelesaikan masalah 1 digunakan analisis deskriptif yaitu mengidentifikasi faktor–faktor internal apa saja yang mempengaruhi peningkatan produksi kedelai di daerah penelitian.

2. Untuk menyelesaikan masalah 2 digunakan analisis deskriptif yaitu mengidentifikasi faktor–faktor eksternal apa saja yang mempengaruhi peningkatan produksi kedelai di daerah penelitian.

(14)

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Definisi Operasional

1. Petani kedelai adalah orang yang melaksanakan dan mengelola usaha tani kedelai.

2. Usahatani kedelai adalah usahatani yang diusahakan oleh petani untuk memproduksi kedelai.

3. Produksi kedelai adalah jumlah hasil panen tanaman kedelai (kg).

4. Faktor internal adalah faktor bagian dalam usahatani kedelai yang mempengaruhi peningkatan produksi kedelai dalam indikator kekuatan dan kelemahan yang dimiliki usahatani kedelai.

5. Faktor eksternal adalah faktor bagian luar dari usahatani yang mempengaruhi peningkatan produksi kedelai dalam indikator peluang dan ancaman yang dihadapi petani dalam usahatani kedelai.

6. Kekuatan (Strengh), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari usahatani dalam melakukan usahatani kedelai.

7. Kelemahan (Weakness), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari usahatani dalam melakukan usahatani kedelai.

(15)

9. Ancaman (Theat), adalah situasi atau kondisi yang merupakan ancaman bagi usahatani yang harus dihadapi namun datang dari luar usahatani dan dapat mengancam eksistensi usahatani kedelai di masa depan.

10.Strategi peningkatan produksi kedelai adalah hal-hal yang dapat digunakan sebagai langkah untuk meningkatkan produksi kedelai.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Stabat Lama Barat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat.

2. Sampel penelitian ini adalah para petani yang mengusahakan tanaman kedelai di Desa Stabat Lama Barat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat.

(16)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1Kondisi Geografis

Desa Stabat Lama Barat terletak di Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 652 Ha. Jarak tempuh Desa Stabat Lama Barat ke Kantor Kecamatan Wampu8 Km dengan lama tempuh 20 menit dan ke Ibu kotaKabupaten Langkat20 Km dengan lama tempuh 35menit.

Desa ini merupakan desa dataran rendah dan desa persawahan dengan hamparan cukup luas pada ketinggian 50 m di atas permukaan laut dengan batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Desa Sukajadi, Kecamatan Hinai - Sebelah Selatan : Sungai Wampu, Kecamatan Stabat - Sebelah Timur : Desa Paya Rengas, Kecamatan Hinai

- Sebelah Barat : Desa Jentera Stabat/Stabat Lama, Kecamatan Wampu

4.2Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Stabat Lama Barat adalah 5.830 jiwa dengan 1.564 KK. Jumlah penduduk laki laki 6.758orang dan jumlah perempuan 6.830 orang dengan kepadatan penduduk hanya 864 jiwa per km.

(17)

jenjang Sarjana. Berikut komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Stabat Lama Barat Tahun 2013

Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

TK

Sumber :Monografi Desa Stabat Lama Barat,2013

Pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk paling banyak adalah tamatan SD sebesar 3.899 jiwa (66,9%). Hal ini karena kurangnya sarana pendidikan di daerah tersebut.Sarana pendidikan dengan jenjang yang lebih tinggi letaknya jauh dari tempat tinggal penduduk.

Penduduk Desa Stabat Lama Barat memiliki mata pencaharian yang berbagai macam jenis dan variasi.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel distribusi penduduk menurut mata pencaharian sebagai berikut :

(18)

Tabel 6.Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Stabat Lama Barat Tahun 2013

Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Petani 332 11,22

Sumber :Monografi Desa Stabat Lama Barat, 2013

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk dengan mata pencaharian terbanyak adalah sebagai buruh tani yakni 841 jiwa (28,33%) sedangkan jumlah petani hanya sebesar 332 jiwa (11,22%). Hal ini menunjukkan bahwa penduduk yang bekerja di bidang pertanian lebih banyak yang tidak memiliki lahan pertanian sendiri (buruh tani).

4.3Tata Guna Lahan

(19)

Tabel 7. Penggunaan Lahan di Desa Stabat Lama Barat Tahun 2013 Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan

(Ha)

Persentase (%)

Luas Persawahan 157 24,10

Luas Pemukiman 196 30,05

Luas Perkebunan 186 28,52

Luas Pekuburan 1 0,20

Luas Pekarangan 102 15,62

Perkantoran 0,1 0.01

Lain lain 9,9 1,51

Total 652 100

Sumber :Monografi Desa Stabat Lama Barat Tahun 2013

Berdasarkan Tabel 7dapat diketahui bahwa penggunaan lahan untuk areal persawahan sebesar157 Ha (24,10%) dari seluruh lahan. Jumlah luas ini merupakan yang tertinggi ketiga setelah luas pemukiman dan luas perkebunan. Hal ini karena sudah banyak lahan pertanian yang dijadikan tempat pemukiman penduduk dan sebagian penduduk memilih menanam tanaman perkebunan.

4.4Sarana dan Prasarana

(20)

Tabel8. Sarana dan Prasarana di Desa Stabat Lama Barat Tahun 2013

Fasilitas Sarana &

Prasarana

Jumlah

Pendidikan TK/Paud 1 unit

SD/Sederajat 3 unit

SLTP/Sederajat 1 unit

SLTA/Sederajat -

Lembaga

Pendidikan Agama 3 unit

Kesehatan Puskesmas

Pembantu 1 unit

Posyandu 7 unit

Poliklinik/ Balai

Pengobatan 1 unit

Rumah Bersalin 2 unit

Peribadahan Mesjid 4 unit

Musholla 9 unit

Transportasi Jalan 21 km

Jembatan 6 unit Sumber :Monografi Desa Stabat Lama Barat 2013

(21)

4.5 Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah petani kedelai di Desa Stabat Lama Barat, Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat.Karakteristik petani sampel yang diteliti meliputi Umur, Pendidikan, Lama berusahatani dengan deskripsi sebagai berikut. Tabel 9.Karakteristik Petani Sampel Desa Stabat Lama Barat Kecamatan

Wampu Kabupaten Langkat Tahun 2014

No Uraian Range

1 Umur (Tahun) 30-63 tahun

2 Pendidikan (Tahun) 6-12tahun

3 Lamanya Berusahatani (Tahun) 1-20tahun Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1

Umur

(22)

Tabel 10. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1

Dari Tabel 10 diatas dapat dilihat bahwa umur petani yang terbesar berada di kisaran 50-59 tahun. Hal ini karena petani tersebut merupakan buruh tani di usia muda dan belum memiliki lahan sendiri.

Pendidikan

Pendidikan erat hubungannya dengan pengetahuan terhadap cara cara bertani baik dari segi manfaat ataupun kualitasnya. Pendidikan sampel dilokasi penelitian bervariasi mulai dari tingkat SD (Sekolah Dasar) sampai SMA (Sekolah Menegah Atas). Tingkat pendidikan petani kedelai di Desa Stabat Lama Barat dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 11. Distribusi Sampel Berdasarkan Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Besar Sampel

(Jiwa)

(23)

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan petani di daerah penelitian bervariasi dimana yang terbanyak tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu 66,67 %. Hal ini karena petani sampel di daerah penelitian mengalami kesulitan ekonomi untuk menempuh pendidikan dan kurangnya sarana pendidikan. Untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi, harus ditempuh jarak yang cukup jauh karena letak sarana pendidikannya berada di ibukota kabupaten.

Pengalaman Bertani

Pengalaman bertani merupakan kondisi yang menyangkut lamanya usahatani yang telah dilakukan. Hal ini menentukan kemampuan petani dalam mengelola usahataninya. Semakin lama pengalaman petani yang dimiliki petani maka petani cenderung semakin baik dalam mengelola usahataninya. Berikut ini adalah pengalaman bertani petani kedelai di Desa Stabat Lama Barat :

Tabel 12. Distribusi Sampel Berdasarkan Pengalaman Bertani No Lama Berusahatani Besar Sampel

(Jiwa)

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1

(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Peningkatan Produksi Kedelai

Kekuatan dalam Peningkatan Produksi Kedelai

Adapun kekuatan dalam peningkatan produksi kedelai di daerah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penyediaan Benih Bersertifikat

Untuk memulai usahatani kedelai diperlukan penggunaan benih yang unggul untuk menjamin kualitas mutu hasil panen kelak. Benih yang unggul didapat dari lembaga yang memang berkompeten dalam penyediaan benih sehingga memperoleh sertifikat.

Di daerah penelitian penyediaan benih bersertifikat merupakan kekuatan dalam menjalankan usahatani kedelai. Hal ini dikarenakan petani di daerah penelitian tidak kesulitan mendapatkan benih yang unggul dan bersertifikat dalam menjalankan usahatani mereka. Berdasarkan hasil wawancara dengan para petani, kedelai, penyediaan benih yang bersertifikat di daerah penelitian sudah terpenuhi dengan baik, dimana kelompok tani dan gabungan kelompok tani di daerah tersebut merupakan wadah dalam penyediaan benih kedelai yang bersertifikat. 2. Tingkat Kesuburan Lahan

(25)

menghendaki lahan yang tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah serta terjaga kandungan unsur haranya, baik itu unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani kedelai di daerah penelitian, tingkat kesuburan lahan dan kesesuaiannya memang cocok untuk pertanaman kedelai. Dari dulu kedelai di daerah tersebut sudah dibudidayakan karena memang dianggap sesuai. Maka, kesesuaian lahan dan kesuburannya dijadikan sebagai kekuatan dalam peningkatan produksi kedelai.

3. Sumber Daya Manusia dalam Memproduksi Kedelai

Dalam upaya meningkatkan produksi kedelai, tidak hanya diperlukan tenaga kerja yang mampu untuk melakukan proses produksi, tetapi juga diperlukan kemauan dan pengalaman serta handal dalam melakukan proses tersebut. Penetapan tenaga kerja yang tepat dapat menjamin keberlangsungan proses produksi yang baik sehingga hasil produksi dapat dipertahankan kualitasnya dan diupayakan meningkat kuantitasnya.Penetapan tenaga kerja yang tidak terstruktur (asal-asalan) menyebabkan meningkatnya resiko gagal panen dan penurunan kualitas, hal ini akan berpengaruh pada kelangsungan hidup petani dan usahataninya.

(26)

4. Perbaikan Pola Tanam dan Pemanfaatan Potensi Lahan

Pola tanam yang baik berarti memanfaatkan potensi lahan. Pola tanam yang dimaksudkan adalah pemanfaatan lahan yang bera (kosong) pasca panen padi. Lahan yang seperti ini memungkinkan petani untuk memanfaatkannya menjadi pertanaman kedelai. Sambil menunggu musim penghujan ataupun musim tanam padi periode berikutnya tidak salah jika lahan tersebut diisi dengan tanaman kedelai. Dengan pola tanam tersebut diharapkaan selain menambah pendapatan petani juga dapat meningkatkan produksi kedelai. Oleh karena itu, pola tanam tersebut sangat diperlukan dalam upaya pencapaian swasembada kedelai.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani kedelai di daerah penelitian, hal ini menjadi kekuatan dalam peningkatan produksi bagi petani. Dengan adanya pola tanam tersebutpetani tidak perlu mencari kerja sampingan dan tetap dapat bercocok tanam di lahan miliknya sendiri.

5. Modal yang Digunakan Petani

Setiap usahatani pasti memerlukan modal untuk biaya investasi dan produksi. Modal usaha dapat berasal dari modal sendiri, modal keluarga ataupun pinjaman dari lembaga keuangan/bank.Lembaga keuangan memang sangat dibutuhkan oleh dunia usaha agribisnis, terutama bagi usahatani kecil yang biasanya membutuhkan modal tambahan sebagai modal investasi dan modal produksi.

(27)

Kelemahan dalam Peningkatan Produksi Kedelai

Adapun kelemahan dalam peningkatan produksi kedelai di daerah penelitian adalah : 1. Teknologi yang Digunakan Petani

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan petani di daerah penelitian, petani di daerah penelitian masih menggunakan teknologi yang sederhana. Jumlah petani yang mulai mengadopsi teknologi yang sudah maju sangat kecil. Tingkat pendidikan yang masih rendah menjadi alasan utama para petani belum mampu mengadopsi teknologi yang maju.

Penggunaan teknologi yang masih sederhana dianggap sebagai kelemahan dalam meningkatkan produksi kedelai. Padahal dengan menggunakan teknologi yang maju ataupun sesuai dengan perkembangan teknologi sekarang, produksi kedelai dapat ditingkatkan dan mempermudah pekerjaan petani dalam melakukakn proses produksi kedelai.

2. Pemanfaatan Potensi Alam

(28)

dimanfaatkan maka kebutuhan air di lahan pertanian tersebut akan tetap terjaga dan proses produksi tidak akan terhambat.

3. Penggunaan Sarana Produksi

Penggunaan sarana produksi merupakan kendala usahatani kedelai. Para petani sering kekurangan saran produksi seperti benih, pupuk dan pestisida. Beberapa sarana produksi memang diberikan subsidi oleh pemerintah, namun beberapa petani terlalu berpatokan pada jumlah yang diberikan pemerintah tanpa memahami kebutuhan di lahan yang mereka usahakan. Akibatnya hasil produksi yang dihasilkan masih kurang memuaskan. Petani lain mengeluh karena harus menambah biaya tambahan untuk membeli saran produksi karena lebih mementingkan kebutuhan lahan usahataninya. Hal ini menjadi kelemahan karena peningkatan produksi kedelai menjadi terhambat.

4. Sistem Manajemen dalam Berusahatani

Sistem manajemen dalam berusahatani dimaksudkan agar petani sebagai pengusaha lebih teliti dalam mengetahui kondisi usahataninya dengan mencatat segala yang diperlukan dalam menjalankan proses produksi mulai dari awal penanaman sampai panen. Dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen dalam berusahatani, maka petani dapat dapat mengambil langkah-langkah yang diangggap perlu untuk menjaga keberlangsungan usahataninya sehingga petani dapat mengetahui apakah usahatani yang dijalankan memberikan keuntungan atau tidak.

(29)

melakukan usahatani tanpa melakukan fungsi-fungsi manajemen yang baik mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan hingga ke pengontrolan. Tidak ada catatan yang baik mengenai proses produksi yang dijalankan dalam berusahatani, sehingga sistem manajemen dalam berusahatani dianggap sebagai kelemahan dalam berusahatani.

5. Luas Lahan yang Diusahakan

Dalam upaya meningkatkan produksi kedelai, diperlukan lahan untuk pertanaman kedelai dengan luasan yang cukup. Namun di daerah penelitian, lahan petani untuk menanam kedelai cenderung sempit. Selain karena lahan yang dimiliki memang sempit, masih ada petani yang membagi lahan dengan tanaman lain seperti padi, jagung dan tanaman hortikultura lain. Hal ini menyebabkan lahan yang diusahakan untuk tanaman kedelai masih dibawah satu hektar. Hal ini menyebabkan produksi kedelai di daerah penelitian masih rendah dibandingkan dengan daerah lain.

Peluang dalam Peningkatan Produksi Kedelai 1. Adanya Industri Pengolahan Kedelai

(30)

pemilik industri yang berminat menampung hasil panen mereka, karena mereka menggunakan benih jenis Anjasmoro yang cocok digunakan untuk industri pengolahan tersebut. Hal ini merupakan peluang bagi petani dalam meningkatkan produksi kedelainya, karena kedelai ternyata sudah menjadi bahan baku industri. 2. Harga Jual Kedelai

Harga jual kedelai dinilai sangat menggiurkan dimana petani dapat menjual hasil produksinya pada kisaran harga mulai dari Rp 8.000 – Rp 13.000,- per kilogramnya. Menurut petani di daerah penelitian, harga tersebut bergantung pada kondisi pasar dan kualitas kedelai yang dihasilkan. Biasanya petani tidak menjual hasil panennya ke pasar tradisional melainkan ada agen ataupun distributor yang datang langsung ke lahan pertanian dan mengajukan penawaran atas hasil produksi mereka. Hal ini merupakan peluang bagi petani dalam meningkatkan hasil produksinya karena hasil produksi tersebut sudah dapat terjual dengan harga yang pantas.

3. Peraturan dan Kebijakan Pemerintah

(31)

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani di daerah penelitian, hingga saat ini para petani selalu mengambil hal ini sebagai peluang untuk meningkatkan produksi kedelai karena dengan kebijakan tersebut para perani merasa lebih semangat dalam menjalankan usahataninya.

4. Keikutsertaan Petani dalam Organisasi Kelompok Tani

Organisasi petani yang tergabung dalam Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani di daerah penelitian dijadikan petani sebagai tempat berbagi tentang segala hal yang dialami dalam menjalankan usahataninya. Permasalahan yang dihadapi dimusyawarahkan dan dicari solusinya melalui pertemuan antar sesama anggota kelompok yang diadakan secara berkala oleh pengurus anggota kelompok tani. Kelompok tani didaerah penelitian juga dijadikan sebagai jembatan penghubung antara pemerintah dan petani dalam upaya meningkatkan hasil produksi kedelai. Hal ini menurut petani dianggap sebagai peluang sehingga petani ikut serta dan berperan aktif dalam organisasi ini dengan harapan usahatani kedelai yang dijalankan dapat meningkat hasil produksinya.

5. Permintaan Kedelai

(32)

Ancaman dalam Peningkatan Produksi Kedelai 1. Sistem Penyuluhan

Sistem penyuluhan di daerah penelitian belum terstruktur dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani di daerah penelitian, penyuluhan di daerah penelitian masih terasa kurang. Hal ini karena petugas penyuluh lapangan (PPL) jarang melakukan pendekatan-pendekatan terhadap petani terkait usahatani kedelai yang dijalankannya. Petugas penyuluh masih kurang memiliki program yang dapat membantu petani dalam meningkatkan produksi kedelainya. Menurut para petani, PPL terkesan kaku dan terlalu berpatokan pada instruksi dan program dari pemerintah daerah. PPL hanya terjun ke petani saat ada program dari pemerintah terkait usahatani kedelai namun tidak memahami kondisi petani di lapangan dan memberi solusi atas permasalahan yang dihadapi petani di daerah penelitian.

2. Masuknya Kedelai Impor

(33)

menurut petani, pengusaha industri pengolahan kedelai lebih menyukai impor kedelai daripada berusaha meningkatkan produksi kedelai lokal.

3. Perubahan Iklim dan Cuaca

Beberapa tahun belakangan ini dirasakan petani di daerah penelitian perubahan iklim dan cuaca yang membuat petani bingung untuk memulai pertanaman kedelai. Musim kemarau dan musim hujan tak dapat lagi diketahui petani kapan mulainya. Akibatnya, pertanaman kedelai sering mengalami kegagalan dan pertumbuhannya terganggu. Berdasarkan pengamatan di daerah penelitian, banyak tanaman kedelai yang kekeringan dan kekurangan air. Jika terlihat tanaman kedelai, pertumbuhannya pun terlihat tidak bagus. Menurut petani, di musim hujan pertanaman kedelai pun mengalami gangguan. Kondisi hujan yang sulit diprediksi terkadang menyebabkan lahan menjadi kelebihan air dan membuat akar tanaman kedelai busuk. Hal ini menjadi ancaman bagi petani dalam meningkatkan produksi kedelai di daerah penelitian.

4. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi

(34)

tentu menjadi ancaman karena petani bisa terlambat mengetahui perkembangan informasi yang mereka perlukan untuk meningkatkan produksi usahataninya, terutama mengenai kedelai.

5. Serangan Hama dan Penyakit

Tanaman kedelai memang rentan terhadap penyakit. Perlu perlakuan lebih untuk dapat mencegah dan mengatasi serangan hama dan penyakit pada tanaman ini. Di daerah penelitian, petani memang sudah mampu mengatasi penyakit selama ini dengan bantuan subsidi pestisida dari pemerintah. Namun seiring perubahan iklim dan cuaca, hama dan penyakit lain menjadi masalah baru bagi petani dalam meningkatkan produksi kedelainya. Hal ini menurut petani menjadi acaman karena petani belum menerima informasi dan teknik mengatasinya.

6. Ketersediaan Kios Sarana Produksi (Kios Saprodi)

(35)

5.2 Strategi Peningkatan Produksi Kedelai

Setiap usahatani tentunya mengahdapi masalah-masalah dalam menjalani proses produksi. Namun masalah-masalah dalam menghadapi tujuan tersebut harus dapat menentukan strategi peningkatan produksi yang tepat agar mampu menempatkan diri pada posisi yang menguntungkan. Dalam menetapkan strategi peningkatan produksi yang tepat bagi petani sebagai pelaku usahatani, dilakukan identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang memberikan dampak bagi pelaku usahatani. Melalui faktor internal dapat diketahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki petani untuk meningkatkan kemampuan petani dalam melakukan proses produksi usahatani. Sedangkan melalui faktor-faktor eksternal dapat diketahui usahatani dapat berubah setiap saat dengan cepat yang melahirkan berbagai peluang dan ancaman.

(36)

Tabel 13. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Peningkatan Produksi Kedelai

Faktor-Faktor Parameter

Faktor Internal

1. Kekuatan a. Penyediaan Benih Bersertifikat b. Tingkat Kesuburan Lahan

c. Sumber Daya Manusia dalam Memproduksi Kedelai d. Perbaikan Pola Tanam dan Pemanfaatan Potensi

Lahan

e. Modal yang Digunakan Petani 2. Kelemahan a. Teknologi yang Digunakan Petani

b. Pemanfaatan Potensi Alam c. Penggunaan Saran Produksi

d. Sistem Manajemen dalam Berusahatani e. Luas Lahan yang Diusahakan

Faktor Eksternal

1. Peluang a. Adanya Industri Pengolahan Kedelai b. Harga Jual Kedelai

c. Peraturan dan Kebijakan Pemerintah

d. Keikutsertaan Petani dalam Anggot Kelompok Tani e. Permintaan Kedelai

2. Ancaman a. Sistem Penyuluhan b. Masuknya Kedelai Impor c. Perubahan Iklim ddan Cuaca

d. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi e. Serangan Hama dan Penyakit

f. Ketersediaan Kios Sarana Produksi (Kios Saprodi)

Sumber : Analisis Data Primer

Setelah diketahui faktor-faktor internal dan eksternal dalam peningkatan produksi kedelai di daerah penelitian, tahap selanjutnya adalah tahap pengumpulan data. Model yang digunakan adalah Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) dan Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS).

Hasil identifikasi faktor-faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan,

rating dan pembobotan dipindahkan ke tabel matriks IFAS untuk diberi skoring

(37)

Tabel 14. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS)

Faktor-Faktor Strategi Internal Rating Bobot Skor

Strength (Kekuatan)

1. Penggunaan benih bersertifikat 4 13,33 53,33

2. Tingkat Kesuburan Lahan 2 6,67 13,33

3. Sumber Daya Manusia dalam 3 10 30 Memproduksi Kedelai

4. Perbaikan Pola Tanam dan Pemanfaatan 4 13,33 53,33 Potensi Lahan

5. Modal yang Digunakan Petani 2 6,67 13,33

Weakness (Kelemahan)

1. Teknologi yang Digunakan 2 9,09 18,18 Petani

2. Pemanfaatan Potensi Alam 3 13,63 40,89

3. Penggunaan Sarana Produksi 3 13,63 40,89 4. Sistem Manajemen dalam 2 9,09 18,18

Berusahatani

5. Luas Lahan yang Diusahakan 1 4,56 4,56

Sumber : Analisis Data Primer

(38)

Tabel 15. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Faktor- Faktor Strategi Eksternal Peluang Bobot Skor

Oppurtunity (Peluang)

1. Adanya Industri Pengolahan Kedelai 4 12,5 50

2. Harga Jual Kedelai 4 12,5 50

3. Peraturan dan Kebijakan Pemerintah 2 6,25 12,5 4. Keikutsertaan Petani dalam Anggota 3 9,375 28,125

Kelompok Tani

5. Permintaan Kedelai 3 9,375 28,125

Threats (Ancaman)

1. Sistem Penyuluhan 2 9,09 18,18

2. Masuknya Kedelai Impor 3 13,63 40,89

3. Perubahan Iklim dan Cuaca 2 9,09 18,18 4. Perkembangan Teknologi Informasi 2 9,09 18,18

dan Komunikasi

5. Serangan Hama dan Penyakit 1 4,56 4,56 6. Ketersediaan Kios Sarana Produksi 1 4,56 4,52

Sumber : Analisis Data Primer

(39)

Tabel 16. Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal dan

Selisih (Kekuatan – Kelemahan) 40,62

Faktor Strategis Eksternal

Selisih (Peluang – Ancaman) 64,22

(40)

95,47

Tabel 16menunjukkan bahwa selisih faktor strategis internal (kekuatan – kelemahan) adalah sebesar 40,62 yang artinya pengaruh kekuatan lebih besar dibandingkan pengaruh kelemahan pada peningkatan produksi kedelai daerah penelitian. Sedangkan selisih faktor strategis eksternal (peluang – ancaman) sebesar 64,22 yang artinya pengaruh peluang lebih besar dibandingkan pengaruh ancaman pada peningkatan produksi kedelai di daerah penelitian.

Berdasarkan penggabungan matriks evaluasi faktor internal dan eksternal tersebut, maka dapat diketahui posisi strategi peningkatan produksi kedelai di Desa Stabat Lama Barat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat. Posisi strategis peningkatan produksi dianalisis menggunakan matriks posisi, sehingga akan menghasilkan titik koordinat (x,y). Nilai x diperoleh dari selisih faktor internal (kekuatan – kelemahan) dan nilai y diperoleh dari selisih faktor eksternal (peluang – ancaman). Posisi titik koordinatnya dapat dilihat sebagai berikut :

Y ( + )

Strategi Defensif Strategi Diversifikasi Y ( - )

(41)

Peningkatan produksi kedelai di Desa Stabat Lama Barat, Kecamatam Wampu Kabupaten Langkat berada pada posisi yang menguntungkan. Posisi usahatani tersebut berada di kuadran I, artinya posisi ini menandakan bahwa usahatani tersebut tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang untuk meningkatkan produksi kedelai. Untuk itu, maka strategi yang harus diterapkan dalam kondisi yang demikian adalahmendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy).

Penentuan alternatif dapat dilakukan dengan beberapa alternatif strategi bagi peningkatan produksi kedelai yang sesuai dengan cara membuat matriks SWOT. Matriks SWOT ini dibangun berdasarkan faktor-faktor strategi baik internal (kekuatan-kelemahan) maupun eksternal (peluang-ancaman).

(42)

Tabel 17. Matriks SWOT

4. Perbaikan pola tanam dan pemanfaatan potensi

2. Harga jual kedelai (O2) 3. Peraturan dan kebijakan

(43)

ANCAMAN (T)

1. Meningkatkan kemandirian petani dalam berusahatani kedelai. (S3,S4,S5,T1,T3)

1. Melakukan pengurangan luasan lahan demi

Keempat berbagai kemungkinan strategi di atas tidak digunakan seluruhnya dalam peningkatan produksi kedelai di daerah penelitian melainkan disesuaikan dengan posisi yang telah diketahui dalam matriks posisi SWOT.Di daerah penelitian, posisi usahatani kedelai dalam meningkatkan produksinya berada di kuadran I, sehingga strategi yang tepat digunakan dalam posisi tersebut adalah strategi agresif.

Strategi agresif merupakan strategi yang fokus pada strategi SO

(Strenghts-Oppurtunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Sehingga

strategi-strategi yang tepat digunakan untuk usahatani kedelai dalam meningkatkan produksi di daerah penelitian adalah :

1. Menggunakan benih bersertifikat sesuai dengan peraturan dan kebijakan pemerintah.

(S1,O3)

Penggunaan benih yang bersertifikat dimaksudkan untuk memberi keyakinan dan rasa aman

terhadap hasil panen yang akan diterima. Di daerah penelitian memang masih ada petani

yang menggunakan benih asalan, tentunya akan lebih baik hasil yang diperoleh jika semua

petani menggunakan benih yang bersertifikat. Kebijakan pemerintah yang memberi bantua

(44)

subsidi benih harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Kesempatan untuk memperbaiki

hasil produksi terbuka lebar jika dimulai dari penggunaan benih yang bersertifikat.

2. Memanfaatkan tingkat kesuburan lahan dan melakukan perbaikan pola tanam agar

mampu memenuhi permintaan kedelai . (S2,S4,O1,O2,O5)

Tingginya permintaan kedelai merupakan peluang bagi petani kedelai untuk meningkatkan

produksinya. Kesuburan lahan yang mendukung harus dimanfatkan sebaik-baiknya untuk

memperoleh hasil produksi yang maksimal. Selain itu, pemanfaatan lahan-lahan pertanian

yang bera pasca panen padi juga perlu dilakukan agar lahan tidak terbiarkan kosong begitu

saja. Di daerah penelitian banyak lahan yang masih bera pasca panen padi, hal ini tentunya

jangan dibiarkan terus menerus dan diupayakan agar lahan tersebut tetap produktif. Dengan

demikian, produksi kedelai di daerah penelitian dapat meningkat dan permintaan kedelai

dapat terpenuhi dengan baik.

3. Memanfaatkan kualitas sumber daya manusia dengan menjadi anggota kelompok tani

(S3,O4)

Setiap petani pasti memiliki kelebihan masing-masing dalam berusahatani sesuai dengan

pengetahuan dan pengalamannya. Untuk itu, kelebihan-kelebihan tersebut perlu dipersatukan

dalam wadah kelompok tani sehingga petani mampu berbagi dan bersama-sama

meningkatkan produksi kedelainya. Kelompok tani yang mampu menjadi penghubung petani

dengan pasar dan pemerintah selayaknya diaktifkan pengorganisasiannya agar memberi

(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Faktor internal dalam peningkatan produksi kedelai di daerah penelitian terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Kekuatan dalampeningkatan produksi kedelai di daerah penelitian adalah penggunaan benih bersertifikat, tingkat kesuburan lahan, sumber daya manusia dalam memproduksi kedelai, perbaikan pola tanam dan pemanfaatan potensi lahan serta modal yang digunakan petani. Kelemahan dalam peningkatan produksi kedelai di daerah penelitian adalah teknologi yang digunakan petani, pemanfaatan potensi alam, penggunaan saran produksi, sistem manajemen dalam berusahatani dan luas lahan yang diusahakan.

2. Faktor eksternal dalam peningkatan produksi di daerah penelitian terdiri dari peluang dan ancaman. Peluang dalam peningkatan produksi kedelai di daerah penelitian adalahadanya industri pengolahan kedelai, harga jual kedelai, peraturan dan kebijakan pemerintah, keikutsertaan petani dalam anggota kelompok tani dan permintaan kedelai. Ancaman dalam peningkatan produksi kedelai di daerah penelitian adalah sistem penyuluhan, masuknya kedelai impor, perubahan iklim dan cuaca, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, serangan hama dan penyakit serta ketersediaan kios sarana produksi.

3. Strategi yang diperoleh untuk meningkatkanproduksi kedelai di daerah penelitian adalah strategi agresif atau strategi SO (Strengths – Oppurtunities) yaitu

(46)

1. Menggunakan benih bersertifikat sesuai dengan peraturan dan kebijakan pemerintah.

2. Memanfaatkan tingkat kesuburan lahan dan melakukan perbaikan pola tanam agar mampu memenuhi permintaan kedelai.

3. Memanfaatkan kualitas sumber daya manusia dengan menjadi anggota kelompok tani.

6.2 Saran

1. Kepada petani kedelai

 Petani kedelai selayaknya menggunakan benih bersertifikat sesuai kebijakan pemerintah bukan benih asalan agar dapat meningkatkan produksi kedelainya.

 Petani dapat lebih aktif dalam keanggotaan kelompok tani agar mendapat pendidikan dan transfer ilmu yang lebih dalam berusahatani kedelai.

2. Kepada pemerintah

(47)

3. Kepada peneliti selanjutnya

(48)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Kedelai merupakan tanaman yang umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak dan jenis tanaman semusim. Di Indonesia, kedelai merupakan salah satu tanaman sumber protein yang penting. Protein nabati dalam kedelai merupakan yang efisien dalam arti untuk memperoleh jumlah protein yang cukup hanya diperlukan kedelai dalam jumlah kecil.

Tanaman kedelai merupakan tanaman yang bersifat semusim yaitu tanaman yang hanya ditanam hanya sekali sehingga tidak dapat dipanen secara berulang-ulang. Tanaman kedelai ini kaya akan sumber protein sehingga banyak manfaatnya bagi manusia. Untuk umur kedelai sendiri tergantung pada varietas yang digunakan untuk budidaya. Ada kedelai yang berumur dalam yaitu lebih dari 90 hari dalam 1 kali panen, kedelai yang berumur sedang antara 85-90 hari panen dan ada juga umur kedelai yang berumur rendah yaitu kurang dari 75-85 hari pemanenan.

(49)

Untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produksi maksimal kedelai harus di tanam pada jenis tanah berstruktur lempung berpasir atau liat berpasir dengan kondisi yang subur serta kaya akan bahan organik. Tanah berpasir dapat ditanami kedelai asal air dan hara tanaman untuk pertumbuhannya cukup. Tanah yang mengandung liat tinggi sebaiknya diadakan perbaikan drainase dan aerasi sehingga tanaman ini tidak kekurangan oksigen dan tidak tergenang air saat hujan besar.

Usaha untuk meningkatkan produksi tanaman kedelai meliputi peningkatan taraf hidup petani dan memenuhi kebutuhan pasar sehingga perlu peningkatan produksi kedelai yang memenuhi standard baik kualitas dan kuantitas kedelai yang dihasilkan. Dalam melakukan hal tersebut perlu mengetahui atau memahami karakteristik tanaman kedelai yang akan ditanam seperti morfologi, fisiologi dan agroekologi yang diperlukan oleh tanaman kedelai sehingga dapat meningkatkan produksi kedelai di Indonesia (Adisarwanto, 2005).

2.2 Landasan Teori Produksi

Produksi adalah segala kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan atau menambah guna atas suatu benda, atau segala kegiatan yang ditujukan untuk memuaskan orang lain melalui pertukaran (Amang, et al. 1996).

Menurut Murti Sumarti dan Jhon Soeprihanto dalam Anonimous (2013) memberikan pengertian produksi sebagai berikut :“Produksi adalah semua kegiatan dalam

(50)

Menurut Kartasapoetra (1985), rakyat Indonesia di pelosok-pelosok tanah air dan yang tinggal di kota-kota, dari dahulu hingga sekarang merupakan rakyat yang mampu berproduksi. Namun kenyataannya, hanya sebagian kecil sekali yang mampu mengembangkan produksinya, sedangkan sebagian yang lainnya merupakan usahawan-usahawan perorangan yang sulit mengembangkan usaha produksinya dan tetap hidup dibawah garis kemiskinan. Adapun penyebabnya antara lain :

 Modal yang mereka miliki sangat terbatas,

 Pengetahuan ekonomi mereka terbatas,

 Usaha hanya ditujukan untuk menanggulangi kesulitan hidup keluarga,

 Cara dan teknik pemasaran produksi yang menguntungkan belum dikuasai dengan wajar,

 Kesadaran untuk menyatukan usaha sehingga merupakan suatu usaha yang besar masih kurang.

(51)

pengarahan, dan penyuluhan hendaknya terkandung pengetahuan yang mudah diserap oleh mereka.

Analisis SWOT

Strategi merupakan respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi usahatani yang dilakukan. Strategi dapat menjadi alat untuk menciptakan keunggulan sehingga menciptakan persaingan yang sehat

(Rangkuti, 2008).

Menurut Kotler (1997), mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan suatu usahatani adalah dengan analisis internal yang merupakan proses yang mana perencanaan strategi mengkaji pemasaran, pengembangan, produksi dan operasinya, sumber daya usaha, serta faktor keuangan dan akuntansi untuk menentukan dimana suatu usahatani mempunyai kemampuan yang penting, sehingga dapat memanfaatkan peluang dengan cara yang paling efektif dan menangani ancaman dalam lingkungan.

(52)

merupakan faktor luar yang dapat mempengaruhi masa depan usahatani, sehingga memang perlu untuk dilakukan pencatatan. Dengan demikian setiap pihak yang berkepentingan akan terangsang untuk menyiapkan tindakan, baik peluang maupun ancaman perlu diberikan urutan sedemikian rupa sehingga perhatian khusus dapat diberikan kepada yang lebih penting dan mendesak.

Menurut Subandi (2007), faktor-faktor yang dapat dikendalikan atau dalam teori SWOT lebih dikenal dengan faktor-faktor internal yang dapat dijadikan indikator dalam peningkatan produksi kedelai adalah sebagai berikut :

1. Penyediaan benih bersertifikat

(53)

2. Kesuburan lahan

Untuk mendapatkan produksi kedelai tinggi, tanaman kedelai harus ditanam pada lahan yang sesuai dan terjaga kesuburannya. Proses produksi yang baik tentunya dapat dilakukan dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dimana petani harus dapat menyeimbangkan penggunaan pupuk organik dan pupuk non-organik sehingga kesuburan lahan dapat terjaga. Kesesuaian lahan dan kesuburannya dapat juga ditandai dari jumlah produksi kedelai yang dihasilkan yaitu tidak terlalu jauh berbeda dengan hasil penelitian dari Litbang Kedelai.

3. Teknologi yang digunakan petani

Teknologi yang digunakan petani menentukan keberhasilan produksi kedelai yang diusahakan. Semakin maju teknologi yang digunakan, maka potensi peningkatan produksi kedelai akan semakin tinggi. Untuk itu setiap petani kedelai hendaknya mampu untuk menerapkan teknologi yang dianjurkan oleh pemerintah melalui petugas penyuluh lapangan (PPL). Tingkat pendidikan dan pelatihan yang diikuti petani juga berperan dalam penerapan teknologi yang dianjurkan. Untuk itu diperlukan kerjasama dan pelatihan yang berkelanjutan untuk dapat menerapkan teknologi yang sesuai anjuran pemerintah.

4. Sumber daya manusia dalam memproduksi kedelai

(54)

meningkatkan potensi produksi kedelai dimana proses produksi yang mereka lakukan akan berjalan dengan baik.

5. Pemanfaatan sumber daya alam

Sumber daya alam yang terkelola dengan baik tentunya menuntut kinerja petani itu sendiri dalam memnfaatkannya. Sumber daya alam baik berupa air tanah dan lain sebagainya harus dikelola dengan baik untuk terus tetap dapat digunakan sehingga tidak terputus atau tercemar pengunaannya.

6. Perbaikan pola tanam dan pemanfaatan potensi lahan

Pola tanam yang dimaksudkan adalah pemanfaatan lahan bera setelah panen padi sawah. Lahan seperti ini selain berpotensi meningkatkan produksi kedelai di sentrra produksi juga akan menambah pendapatan petani karena memanfaatkan lahan yang tidak ditanam padi sawah akibat kurangnya pasokan air di musim kemarau. Di Indonesia, lahan seperti ini sangat banyak tersebar dan dibiarkan menganggur tanpa dimanfaatkan sehingga perlu perhatian untuk lebih dimanfaatkan, terutama untuk pertanaman kedelai.

7. Modal yang digunakan petani

Modal juga merupakan kriteria penting dalam pertanaman kedelai. Petani setidaknya mengeluarkan modal dalam proses produksi dalam jumlah yang tidak sedikit mulai dari awal pertanaman hingga panen. Pemenuhannya pun beragam mulai dari yang memang memiliki modal sendiri ataupun yang harus meminjam. 8. Penggunaan sarana produksi

(55)

pendampingan setidaknya dari petugas penyuluh untuk memastikan petani menggunakan sarana produksi dengan baik dan benar.

9. Sistem manajemen dalam berusahatani

Sistem manajemen yang lakukan petani memang tidak perlu secermat dan selengkap seperti di perusahaan pada umumnya. Artinya, setidaknya petani perlu melakukan pencatatan segala kegiatan yang dilakukan berikut pembiayaannya sehingga setelah masa panen, petani dapat membandingkan hasil yang dilakukannya pada musim sebelumnya dengan musim yang baru dipanen sehingga di musim depan dapat mengambil tindakan untuk meningkatkan hasil produksinya.

10. Luas lahan yang diusahakan

Luas lahan yang diusahakan petani dalam pertanaman kedelai kebanyakan tidak seluas seperti pertanaman padi. Petani masih terlalu takut dan tidak berani mengambil resiko kegagalan dalam usahatani kedelai. Untuk itu perlu dilakukan usaha pendekatan dan sosialisasi yang berkelanjutan sehingga petani kedelai terutama di sentra produksi kedelai tetap mengusahakan usahatani kedelainya, atau mungkin menambah luas usahataninya sehingga swasembada kedelai yang dicita-citakan pemerintah dapat tercapai.

(56)

1. Adanya industri pengolahan kedelai

Industri pengolahan kedelai merupakan salah satu wadah dimana petani mendapat kepastian hasil produksinya terkelola. Makin banyak dan berkembangnya industri pengolahan kedelai menyebabkan setiap industrinya memerlukan pasokan bahan baku berupa kedelai yang tidak sedikit. Karenanya, petani sebagai produsen selayaknya membudidayakan kedelai mereka dengan baik karena hasil produksinya akan sangat dinanti oleh pemilik industri kedelai.

2. Hargajual kedelai

Harga jual kedelai yang sangat menggoda selayaknya menambah keinginan petani untuk dapat lebih bersemangat memasok produksi kedelai mereka. Terlebih ditengah pasokan kedelai tanah air yang mulai tergantung pasokan impor tentunya akan mempengaruhi harga jual produksi kedelai lokal. Beberapa tahun terakhir, harga jual kedelai memang berfluktuasi namun sempat menyentuh harga diatas Rp 10.000 per kilogram sehingga harga tersebut dimaksudkan agar petani mampu memproduksi kedelai lebih baik lagi.

3. Sistem penyuluhan

(57)

pertanian sebagai perantara dalam proses alih teknologi maka tugas utama dari pelayanan penyuluhan adalah memfasilitasi proses belajar, menyediakan informasi yang diperlukan petani.

Namun, pada prosesnya, petugas penyuluh di lapangan tentunya hanyalah manusia biasa dimana tentunya tidak dapat sepenuhnya membimbing dan melakukan tugas utamanya. Tidak sedikit petugas penyuluh hanya berlaku pasif dalam memberikan informasi untuk petani. Untuk itu diperlukan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan agar penyuluh dapat lebih aktif dan memberikan informasi dan pendidikan yang diperlukan petani sehingga petani dapat lebih mandiri dan mampu mengelola usahatani kedelai dengan lebih baik lagi.

4. Peraturan dan kebijakan pemerintah

(58)

5. Keikutsertaan petani dalam organisasi kelompok tani

Kelompok tani merupakan wadah dimana petani dapat berbagi pengalaman mengenai usahataninya dengan sesama anggota kelompok tani. Kelompok tani merupakan organisasi petani dimana dapat menjembatani petani dengan pihak lain termasuk pemerintah dan petugas penyuluh lapangan (PPL). Untuk itu setiap petani harus aktif dalam keanggotaan kelompok tani sehingga berbagai permasalahan dalam mengelola usahataninya dapat didiskusikan dan dicari solusinya agar ke depannya dapat lebih baik.

6. Permintaan kedelai

Permintaan kedelai semakin tinggi seiring dengan berkembangnnya industri kedelai dan tingkat konsumsi masyarakat terhadap kedelai. Untuk itu, diharapkan petani sebagai produsen kedelai dapat memahami kondisi yang seperti ini untuk dapat memnfaatkan kesempatan dan dapat mengelola proses produksi dengan baik. Kerjasama antara pemerintah dan petani diperlukan dalam hal ini sehingga pemenuhan permintaan kedelai dapat dipenuhi dengan baik.

7. Masuknya kedelai impor

(59)

kedelai impor memberatkan petani dan menyebabkan petani enggan untuk memproduksi kedelai, tentunya dengan menstabilkan harga kedelai lokal. 8. Perubahaniklim dan cuaca

Kondisi iklim dan cuaca di dalam negeri terus berubah akibat efek pemanasan global. Hal ini tentu tidak dapat terelakkan dan berpengaruh pada kondisi lapangan dalam proses produksi kedelai. Kedelai yang tidak menghendaki lahan yang terlalu kering dan terlau basah tentunya rentan jika kondisi cuaca dan iklim semakin tak menentu. Petani sebagai produsen harus pandai memilih dan menetapkan waktu tanam agar jika tidak ingin mengalami kegagalan hasil panen.

9. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi

Zaman yang semakin canggih dimana proses transfer infomasi yang semakin cepat seiring bertambahcanggihnya alat komunikasi. Hal ini juga tentu dirasakan juga oleh petani. Sebagai petani yang bijak tentunya dapat menggunakan teknologi dan komunikasi tersebut dengan baik. Namun, disisi lain, kurangnya pendidikan menyebabkan tidak semua petani dapat menggunakan teknologi dan memperoleh informasi dengan baik misalnya dalam memperoleh informasi pasar dan harga komoditi kedelai yang diusahakan.

10.Serangan hama dan penyakit

(60)

pestisida dan obat-obatan yang diperlukan sehinga tidak terjadi penggunaan yang tidak sesuai.

11.Ketersediaan kios sarana produksi (kios saprodi)

Kios sarana produksi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan petani terhadap sarana produksi seperti bibit, pupuk, pestisida dan alat-alat pertanian. Namun, tidak semua kios saprodi terletak dekat dengan tempat tinggl petani ataupun lahan pertanian yang diusahakan. Hal ini tentunya perlu menjadi perhatian agar petani dapat lebih mudah mendapatkan sarana produksi yang dibiutuhkannya. Dalam aplikasi kios saprodi, tidak semua bahan-bahan dan barang-barang dapat ditemukan di kios saprodi. Hal ini tentu perlu diperhatikan agar kebutuhan petani dapat terpenuhi dengan baik.

Menurut Rangkuti (2008), analisis SWOT adalah sebuah bentuk analisis situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberikan gambaran). Analisis ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai faktor masukan, yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Analisis ini terbagi atas empat komponen dasar, yaitu:

1. Kekuatan (Strengh), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari usahatani dalam melakukan usahatani kedelai.

2. Kelemahan (Weakness), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari usahatani dalam melakukan usahatani kedelai.

(61)

4. Ancaman (Theat), adalah situasi atau kondisi yang merupakan ancaman bagi usahatani di masa depan yang datang dari luar usahatani dan dapat mengancam eksistensi usahatani di masa depan.

Analisis SWOT merupakanidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi dalam berusahatani. Analisis ini meliputi pemaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan(Weakness) dan Ancaman (Threats). Proses pengembilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan usahatani itu sendiri. Dengan demikian, petani sebagai perencana strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis usahataninya (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.

Proses penyusunan rencana strategis melalui tiga tahap yaitu: 1. Tahap pengumpulan data.

2. Tahap analisis.

3. Tahap pengambilan keputusan.

Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis. Data dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal yang diperoleh dari dalam dan luar usahatani, model yang dapat digunakan dalam tahap ini yaitu:

(62)

Sebelum melakukan analisis, maka dilakukan tahap pengumpulan data yang terdiri atas tiga model yaitu:

a. Matriks Faktor Strategi Internal

Sebelum membuat matriks faktor strategi internal, perlu mengetahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel matriks faktor strategi internal(IFAS), yaitu:

1. Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan).

2. Beri keterangan pada kolom 2 mengenai faktor-faktor internal apakah termasuk dalam indikator kekuatan atau kelemahan.

3. Beri rating masing-masing faktor dalam kolom 3 sesuai besar kecilnya pengaruh yang ada pada faktor strategi internal, mulai dari nilai 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (kurang baik) terhadap kekuatan dan rating terhadap kelemahan bernilai sebaliknya.

4. Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100. Bobot ditentukan secara subjektif berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis usahatani.

5. Kalikan rating dengan bobot untuk memperoleh skor.

6. Jumlahkan skor untuk memperoleh total skor pembobotan usahatani. Nilai total ini menunjukkan bagaimana usahatani tersebut bereaksi terhadap faktor-faktor strategi internalnya.

(63)

untuk dijumlahkan dan kemudian diperbandingkan antara total skor kekuatan dan kelemahan.

b. Matriks Faktor Strategi Eksternal

Sebelum membuat matriks faktor strategi eksternal, perlu diketahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel EFAS, yaitu:

1. Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor eksternalnya (peluang dan ancaman). 2. Beri keterangan pada kolom 2 mengenai faktor-faktor internal apakah termasuk

dalam indikator peluang atau ancaman.

3. Beri ratingdalam masing-masing faktor dalam kolom 3 sesuai besar kecilnya pengaruh yang ada pada faktor strategi eksternal, mulai dari nilai 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), niali 2 (cukup baik) dan nilai 1 (kurang baik) terhadap peluang dan rating terhadap ancaman bernilai sebaliknya.

4. Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100. Bobot ditentukan secara subjektif berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis usahatani.

5. Kalikan rating dengan bobot untuk memperoleh skor.

6. Jumlahkan skor untuk memperoleh total skor pembobotan usahatani. Nilai total ini menunjukkan bagaimana usahatani tersebut bereaksi terhadap faktor-faktor strategi eksternalnya.

(64)

Untuk menentukan bobot masing-masing fakor tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi 50, sehingga menggunakan rumus sebagai berikut:

����� =Rating x Total BobotTotal Rating

c. Matriks Posisi

Hasil analisis pada tabel matriks faktor strategis internal dan faktor strategis eksternal dipetakan pada matriks posisi dengan cara sebagai berikut :

1. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan sumbu vertikal (y) menunjukkan peluang dan ancaman.

2. Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut :

a. Kalau peluang lebih besar dari ancaman, maka nilai y>0 dan sebaliknya kalau ancaman lebih besar dari peluang maka nilainya y<0.

b. Kalau kekuatan lebih besar dari kelemahan, maka nilai x>0 dan sebaliknya kalau kelemahan lebih besar dari kekuatan maka nilainya x<0.

y (+)

(65)

Kuadran 1 : Merupakan situasi yang sangat mengutungkan usahatani tersebut sehingga dapat memanfaatkan peluang dan kekuatan yang ada. Strategi yang harus diterapkan adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented

strategy).

Kuadran 2 : Dengan beberapa ancaman, usahatani masih memiliki kekuatan dari sisi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah penggunaan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi.

Kuadran 3 : Usahatani memiliki kekuatan eksternal, namun masih ada beberapa kendala dari sisi internal. Fokus strategi usahatani pada kondisi ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal usahatani sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran 4 : Adalah situasi yang paling sulit bagi usahatani tersebut dimana mengahadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Dalam kondisi seperti ini, strategi yang diambil adalah defensif ataupun melakukan penciutan dalam usahatani dalam upaya mempertahankan eksistensi.

(66)

Tabel 2.Matrik SWOT

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan

Strategi ini dibuat berdasarkan perencanaan usahatani yaitu untuk memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

- Strategi ST

Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki usahatani untuk mengatasi ancaman.

- Strategi WO

(67)

- Strategi WT

Strategi ini berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman (Rangkuti, 2008).

2.3 Kerangka Pemikiran

Kedelai merupakan salah satu komoditas yang penting dan perlu diperhatikan pembudidayaannya. Dalam hal ini, petani sebagai pelaku usaha tani sudah selayaknya menyadari bahwa kedelai begitu diminati berbagai kalangan masyarakat terlebih karena manfaat dan keunggulannya. Jumlah permintaan kedelai yang terus meningkat setiap tahunnya ternyata tidak diikuti dengan jumlah produksi yang seimbang. Untuk itu, perlu kiranya produksi kedelai di tanah air lebih ditingkatkan.

(68)

Keterangan :

: Menyatakan hubungan

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Faktor Internal Faktor Eksternal Petani Kedelai

Usahatani Kedelai

1. Penyediaan benih bersertifikat 2. Kesuburan lahan

3. Teknologi yang digunakan petani

4. Sumber daya manusia dalam memproduksi kedelai

5. Pemanfaatan sumber daya alam

6. Perbaikan pola tanam dan pemanfaatan potensi lahan 7. Modal yang dimiliki petani 8. Penggunaan sarana produksi 9. Sistem manajemen dalam

berusahatani

10. Luas lahan yang diusahakan

1. Adanya industri pengolahan kedelai

2. Harga jual kedelai 3. Sistem penyuluhan

4. Peraturan dan kebijakan pemerintah

5. Keikutsertaan petani dalam organisasi kelompok tani 6. Permintaan kedelai 7. Masuknya kedelai impor 8. Perubahan iklim dan cuaca 9. Perkembangan teknologi

informasi dan komunikasi 10.Serangan hama dan

penyakit

11.Ketersediaaan kios sarana produksi

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

(69)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai negara agraris, Indonesia menyimpan begitu banyak kekayaan alam yang dapat menghidupi masyarakatnya. Oleh karenanya, masyarakat Indonesia sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Lahan-lahan pertanian Indonesia diupayakan agar lebih bernilai dan mampu menghidupi keseharian para petani. Lahan pertanian yang digunakan di Indonesia mencapai 74,68% dari seluruh total lahan yang tersedia di Indonesia.

Dari sekian banyak komoditas pertanian, kedelai merupakan salah satunya yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Pengembangan komoditas kedelai telah gencar dilakukan karena berkaitan dengan berbagai sektor. Namun demikian, petani masih sering menganggap kedelai sebagai tanaman sampingan setelah padi (Suprapto, 2001).

Saat ini kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna karena bisa digunakan sebagai pangan dan sebagai bahan baku berbagai industri olahan. Alasannya tidaklah sulit mengingat komoditas ini mengandung protein nabati yang cukup tinggi, sumber lemak, vitamin, mineral dan serat. Akibatnya, industri olahan kedelai seperti tahu, tempe, tauco dan kecap semakin berkembang yang menyebabkan kebutuhan kedelai dalam negeri semakin bertambah

(70)

Kebutuhan kedelai dalam negeri yang cukup tinggi ternyata tidak diikuti dengan jumlah produksi. Setiap tahunnya pemerintah melakukan impor kedelai yang belakangan ini sudah mencapai 600 ribu ton per tahun. Hal ini sungguh sangat memprihatinkan ditengah berkembangnya industri olahan kedelai ternyata bahan baku utamanya mengalami defisit dan tidak mampu memenuhi kebutuhan kedelai sehingga harus dicukupi dengan impor kedelai.

Menurut Simatupang, et al. 2005, proyeksi konsumsi kedelai di Indonesia terus mengalami peningkatan. Mulai tahun 2009, total kebutuhan kedelai terus mengalami peningkatan dari 2,35 juta ton hingga 2,71 juta ton pada tahun 2015. Jika sasaran produksi rata-rata nasional 1,5 ton per hektar bissa dicapai, maka kebutuhan areal tanam diperkirakan sebesar 1,81 juta hektar pada tahun 2015.

(71)

Ketergantungan Indonesia terhadap kedelai menyebabkan komoditas tersebut rawan terjadi kelangkaan. Untuk itu, dalam upaya memacu peningkatan produksi kedelai untuk memenuhi permintaan dalam negeri dan substitusi impor yang semakin meningkat, maka perlu dikaji sumber-sumber pertumbuhan produksi di berbagai provinsi di Indonesia. Sumber daya lahan yang tersedia baik yang berada dalam agroekosistem lahan sawah, lahan kering dan rawa pasang surut, masih cukup luas yang dapat dijadikan wilayah pengembangan kedelai. Pada agroekosistem tersebut, intensitas tanam masih rendah dan terdapat lahan tidur yang cukup luas yang belum dimanfaatkan(Amang,et al. 1996).

Lahan pertanian di Indonesia untuk memproduksi kedelai tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Dari total lahan tersebut, sekitar 59% kedelai dijumpai pada lahan sawah irigasi dan tadah hujan. Dilihat dari potensi lahan maka kemungkinan perluasan areal kedelai di lahan sawah irigasi dan tadah hujan serta lahan kering masih cukup besar. Hal ini tentu dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi kedelai. Namun, menurut Rondot dan Lancon (1991), hasil per hektar kedelai di Indonesia tidak terdistribusi secara homogen. Selain itu, setiap populasi tanaman terdapat variasi ekspresi sifat-sifat kuantitatif tanaman karena keragaman genetik dan lingkungan serta interaksi antara kedua faktor tersebut.

(72)

produksidan jumlah impor kedelai semakin tinggi. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Produksi, Permintaan, Jumlah Impor Kedelai Sumatera Utara Tahun 2007 – 2012

Tahun Produksi

(ton)

Permintaan (ton)

Jumlah Impor (ton)

2007 4.345 56.580 58.597

2008 11.647 57.314 65.449

2009 14.206 58.111 71.636

2010 9.439 58.617 83.259

2011 11.426 61.302 106.370

2012 5.420 62.115 110.075

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2012

Dari tabel 1dapat dilihat bahwa produksi kedelai di Sumatera Utara mengalami fluktuasi dan defisit dalam pemenuhan permintaan kedelai. Permintaan kedelai untuk dikonsumsi ataupun untuk diolah kembali meningkat dari tahun ke tahun. Puncaknya pada tahun 2012, produksi kedelai Sumatera Utara hanya 5.420 ton sedangkan permintaan mencapai 62.115 ton. Akibatnya, pemerintah terpaksa harus memenuhi kebutuhan permintaan tersebut dengan melakukan impor. Sebanyak 110.075 ton kedelai harus diimpor untuk memenuhi permintaan dan sisanya untuk alokasi 2013 ataupun mengantisipasi kenaikan permintaan.

(73)

karena itu, perlu kiranya dilakukan penelitian mengenai strategi peningkatan produksi kedelai. Sehingga, di masa depan diharapkan kebutuhan kedelai di tanah air dapat terpenuhi dengan produksi dalam negeri.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Apakah yang menjadi faktor internal dalam peningkatan produksi kedelai di

daerah penelitian?

2. Apakah yang menjadi faktor eksternal dalam peningkatan produksi kedelai di daerah penelitian?

3. Bagaimana strategi untuk meningkatkan produksi kedelai di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dalam peningkatan produksi kedelai di daerah penelitian.

2. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dalam peningkatan produksi kedelai di daerah penelitian.

3. Untuk menentukan strategi peningkatan produksi kedelai di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(74)

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengambil keputusan dan kebijakan strategis untuk komoditas kedelai.

Gambar

Tabel3.   Luas dan Produksi Tanaman Kacang Kedelai Menurut   Kecamatan, Kabupaten Langkat Tahun 2011
Tabel 4. Luas Areal dan Jumlah Produksi Kedelai MenurutDesa/Kelurahan diKecamatan Wampu Kabupaten Langkat Tahun 2011
Tabel 5.Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Stabat  Lama Barat Tahun 2013
Tabel 6.Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Stabat Lama Barat Tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Untuk mengurangi paparan radiasi dipermukaan kolam reaktor, maka reaktor ini dilengkapi dengan (salah satunya) sistem pemurnian air kolam reaktor yang mempunyai tujuan antara lain

[r]

Tujuan penulisan ini adalah untuk membuat suatu modul yang diharapkan dapat memberikan kelebihan-kelebihan yang tidak didapatkan dari media buku dan dalam modul ini juga disertai

[r]

Aplikasi ini juga dapat digunakan bagi siswa/siswi taman kanak-kanak maupun playgroup, juga dapat menjadi salah satu sarana alternatif pendidikan bagi guru maupun pengajar

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen