• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini membahas mengenai model dan kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian mengenai perancangan Meja dan Kursi SLTP berdasarkan prinsip ergonomi beserta penjelasan singkat setiap tahapannya.

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

3.1. TAHAP IDENTIFIKASI

Pada tahap ini akan di uraikan mengenai studi pendahuluan, paparan ringkas latar belakang, Perumusan masalah, penentuan tujuan dan manfaat, studi pustaka, dan penentuan variable penelitian.

3.1.1 STUDI PENDAHULUAN

Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui bagaimana persepsi responden (siswa SLTP N 6 wonogiri) terhadap kondisi sarana dan prasarana meja

dan kursi yang di gunakan pada waktu proses belajar mengajar di tinjau dari sisi kenyamanan dalam belajar. Metode yang digunakan untuk memperoleh informasi tersebut adalah melalui pengisian kuesioner Nordic Body Map (NBM). Dengan melihat dan menganalisa hasil pengisian kuesioner Nordic Body Map (NBM) maka dapat di ketahui keluhan-keluhan yang di rasakan responden meliputi leher, bahu, tengkuk, punggung, pinggang, siku tangan, pergelangan tangan, tangan , jari jemari tangan, pantat, paha, lutut, pergelangan kaki, dan popliteal. Selain itu, pada studi pendahuluan juga di lakukan observasi langsung untuk mengamati aktivitas belajar pada siswa di kelas yang meliputi saat siswa mendengarkan penjelasan guru, saat siswa menulis dan membaca di tempat duduk. Observasi di lakukan pada kelas 1, 2, 3 masing-masing satu kelas dengan lama observasi selama satu hari. Pada saat melakukan observasi juga di lakukan pengambilan data berupa rekaman video saat siswa duduk. Metode rekaman tersebut bertujuan untuk mengetahui aktivitas duduk siswa dan sebagai pembanding hasil produk saat ini dengan hasil rancangan.

3.1.2. LATAR BELAKANG

latar belakang masalah dari penelitian ini adalah munculnya keluhan pada bagian-bagian tubuh siswa disebabkan ketidaksesuaian antara meja kursi saat belajar saat ini dengan dimensi tubuh siswa sehingga tidak didapatkan fasilitas belajar sekolah yang nyaman. Keluhan tubuh tersebut muncul apabila responden mengikuti proses belajr mengajar di kelas pada posisi statis, yaitu duduk selama lima jam. Ketidaknyamanan tersebut meliputi ketinggian laci meja tidak sesuai dengan ketinggian lutut siswa, kaki belakang meja menganggu keleluasaan kaki siswa, rancangan satu meja untuk dua orang saat menganggu keleluasaan siswa pada saat menulis, ketinggian alas meja tidak memperhatikan dimensi tubuh siswa sehingga saat menulis siswa terlalu membungkuk, lebar alas dan sandaran kursi tidak memperhatikan dimensi tubuh siswa sehingga siswa sering mengeluh pada

bagian pantat dan bahu. Berdasrkan kuisoner Nordic Body Map, ketidaknyamanan

tersebut menimbulkan keluhan sakit pada anggota tubuh antara lain tengkuk 88,89 %, punggung 66,67 %, pinggang 88,89 %, pantat 77,78 %.

3.1.3. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan permasalahan yang telah di sebutkan sebelumnya maka perumusan masalah yang di angkat dalam penelitian ini adal;ah bagaimana merancang meja dan kursi untuk siswa yang ergonomis sesuai dengan dimensi tubuh siswa SLTP N 6 Wonogiri.

3.1.4. PENENTUAN TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah memperbaiki meja dan kursi sesuai dengan dimensi tubuh siswa sehingga memberikan kenyamanan pada proses belajar mengajar. Sedangkan manfaat yang di harapkan dengan adanya rancangan baru dari meja dan kursi belajar, siswa dapat belajar dengan nyaman dan dapat meminimasi keluhan rasa sakit yang dirasakan.

3.1.5. STUDI PUSTAKA

Tahap ini dilakukan untuk mengkaji permasalahan awal berdasarkan studi lapangan yang telah dilakukan dengan referensi buku-buku, jurnal, majalah yang menyangkut hubungannya dengan ilmu ergonomi, antara lain antropometri dan dinamika posisi duduk

3.1.6. PENENTUAN VARIABEL PENELITIAN

Tahap ini digunakan untuk merumuskan variabel-variabel yang di perlukan untuk merancang meja dan kursi. Variabel penelitian ditentukan berdasarkan keluhan ketidaknyamanan siswa SLTP N 6 wonogiri serta aktivitas belajar siswa SLTP N 6 wonogiri di kelas yang diperoleh selama studi pendahuluan.

Berdasarkan kedua hal tersebut, perancangan ulang meja dan kursi di fokuskan pada tinggi meja, lebar meja, panjang meja, ketinggian laci meja, lebar laci meja, panjang laci meja, lebar sandaran kaki meja, panjang sandaran kaki meja, ketinggian alas duduk kursi, lebar alas duduk kursi, panjang alas duduk

kursi, ketinggian sandaran kursi, lebar sandaran kursi, panjang sandaran kursi. Variabel penelitian yang di rumuskan untuk perancangan ulang meja dan kursi untuk siswa SLTP selengkapnya di tampilkan pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Variabel penelitian

Ketidaknyamanan Keluhan (NBM) Perancangan Ulang Variabel Penelitian Ketinggian meja tidak sesuai dengan dimensi tubuh Pinggang 88,89 (%) Tinggi Meja Tinggi Siku Duduk Panjang meja Tidak sesuai dengan jarak antar siku tangan Siku tangan 66,67 (%) Panjang Meja jarak antar siku tangan Lebar meja kurang memperhatikan keleluasaan dalam menulis Tangan 66,67 (%) Lebar Meja jangkuan tangan Ketinggian laci tidak sesuai dengan Ketinggian lutut kaki Paha 55,56 (%) Tinggi Laci lutut

Panjang laci meja tidak sesuai dengan dimensi atribut barang

yang di Taruh Tangan 66,67 (%) panjang laci meja tas & buku

lebar laci meja tidak sesuai dengan dimensi siku tangan tangan Siku tangan 66,67 (%) lebar laci meja

dimesi jari tengah sampai siku tangan

Panjang pijakan kaki meja kurang memperhatikan keleluasaan

kaki kaki 55,56 (%)

panjang pijakan

kaki meja keleluasaan kaki waktu duduk lebar pijakan kaki tidak sesuai dengan dimensi panjang telapak

kaki kaki 55,56 (%)

lebar pijakan kaki

meja ketepatan telapak kaki di pijakan Tinggi alas kursi tidak sesuai dengan popliteal popliteal 55,56 (%) tinggi alas kursi tinggi popliteal

panjang alas kursi tidak sesuai dengan jarak antara pantat dan

popliteal Paha 55,56 (%) panjang alas kursi pantat popliteal lebar alas kusi tidak sesuai dengan dimensi pinggul pantat 77,78 (%) Lebar alas kursi lebar pinggul

tinggi sandaran kursi tidak sesuai dengan tinggi punggung punggung 66,67 (%)

Tinggi sandaran

kursi tinggi sandaran punggung

lebar sandaran kursi tidak sesuai dengan lebar bahu Bahu 66,67 (%)

Lebar sandarn

kursi lebar bahu

3.2. TAHAP PENGUMPULAN DATA

Pada tahap ini akan di uraikan mengenai data-data yang di ambil dari hasil observasi di SLTP N 6 wonogiri .

3.2.1.DATA ANTROPOMETRI SISWA SLTP N 6 WONOGIRI

Data antopometri di peroleh dengan pengukuran 30 siswa SLTP N 6 wonogiri di laboratorium Ergonomi dan perancangan kerja Teknik Industri UNS. 30 siswa tersebut terdiri dari 10 siswa kelas I, 10 siswa kelas II, dan 10 siswa kelas III. Atropometri tubuh yang di ukur berdasarkan variabel penelitian yang telah di rumuskan pada tabel 3.1. Berikut dipaparkan mengenai teknis pengukuran antropometri siswa yaitu posisi siswa duduk tegak pada kursi antropometri :

a.Tinggi popliteal

Ukur jarak vertikal alas kaki sampai bawah paha b.Pantat popliteal

Subyek duduk tegak, ukur jarak horisontal dari bagian terluar pantat sampai lekukan lutut sebelah dalam (popliteal), paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku

c.Lebar pantat

Ukur jarak horisontal samping kanan dan kiri pantat d.Lebar bahu

Ukur jarak horisontal antara kedua lengan atas. Subek duduk tegak dengan lengan merapat ke badan dan lengan bawah di rentangkan ke depan.

e.Tinggi sandaran punggung

Subek duduk tegak, ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai pucuk belikat bawah

f.Tinggi siku duduk

Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung bawah siku kanan. Subyek duduk tegak dengan lengan atas vertikal di sisi badan dan lengan bawah membentuk sudut siku-siku dengan lengan atas.

g.Siku tangan ke ujung jari tengah

Ukur siku tangan sampai ujung jari tengah h.Tinggi popliteal

Ukur jarak vertikal alas kaki sampai bawah paha i.Jangkauan tangan ke depan

Ukur jarak dari bahu hingga jung jari tengah j.Panjang telapak kaki

Ukur panjang sudut ibu jari sampai tumit k.Tebal paha

Subyek duduk tegak, ukur jarak dari permukaan alas duduk sampai ke permukaan atas pangkal paha

3.2.2.DATA DIMENSI AWAL MEJA DAN KURSI SAAT INI DI SLTP N 6 WONOGIRI

Data dimensi awal meja dan kursi saat ini di peroleh dari observasi di SLTP N 6 wonogiri. Proses pengukuran dimensi meja dan kursi siswa dengan menggunakan alat superior tailoring rule terdiri dari satu 1 meja dan 1 kursi. Sepasang produk dianggap sudah mewakili pengukuran karena dimensi produk yang di gunakan saat ini diasumsikan sama antara produk satu dengan yang lain. Dimensi awal produk meja dan kursi saat ini akan di tampilkan pada tabel 4.1 dan 4.2

3.3. TAHAP PENGOLAHAN DATA

Pada tahapan ini akan di uraikan uji-uji yang di gunakan dalam pengolahan data.

3.3.1.UJI KESERAGAMAN DATA

Uji keseragaman data berfungsi untuk memperkecil varian yang ada dengan membuang data ekstrim. Jika ada data yang berada di luar batas kendali atas (BKA) ataupun batas kendali bawah (BKB) maka data tersebut dibuang. Langkah pertama dalam uji keseragaman ini adalah perhitungan mean dan standar deviasi untuk mengetahui batas kendali atas dan bawah. Rumus yang di gunakan dapat di lihat pada persamaan (2.2), (2.3), dan (2.4)

3.3.2.UJI KECUKUPAN DATA

Uji kecukupan data berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah mencukupi untuk diolah. Sebelum dilakukan uji kecukupan data terlebih dahulu menentukan derajat kebebasan s = 0,05 yang menunjukkan penyimpangan maksimum hasil penelitian. Selain itu juga ditentukan tingkat kepercayaan 95% dengan k = 2 yang menunjukkan besarnya keyakinan pengukur akan ketelitian data antropometri, artinya bahwa rata-rata data hasil pengukuran diperbolehkan menyimpang sebesar 5% dari rata-rata sebenarnya (Barnes, 1980). Rumus yang di gunakan dapat di lihat pada persamaan (2.1)

Banyak cara yang dapat digunakan untuk melakukan pengujian normalitas sampel, salah satunya dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov. Terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

H0 : Data berdistribusi secara normal H1 : Data tidak berdistribusi secara normal

Penentuan uji normalitas dengan melihat nilai signifikansinya yang dibandingkan dengan tingkat ketelitian yang digunakan (α). Disini α yang digunakan adalah 0,05. Bila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H0

diterima yang berarti bahwa data berdistribusi secara normal dan bila lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak yang berarti bahwa data tidak berdistribusi secara normal.

3.3.4.PERHITUNGAN PERSENTIL

Pada penentuan dimensi rancangan meja dan kursi belajar dibutuhkan beberapa persamaan berdasarkan pendekatan antropometri, ini berkaitan dengan penentuan penggunaan persentil 5, 50 dan 95 (Panero, 2003).

Perhitungan nilai persentil 5, 50 dan 95 dari setiap jenis data yang diperoleh, dilanjutkan dengan perhitungan untuk penentuan ukuran rancangan dan pembuatan rancangan berdasarkan ukuran hasil rancangan. Menurut Sritomo Wignjosoebroto (1995), untuk menghitung persentil 5, 50 dan 95 menggunakan rumus perhitungan yang terdapat pada tabel 2.1.

a. Persentil 5 = x1.645x b. Persentil 50 = x

c. Persentil 95 = x1.645x

3.4. TAHAP PERANCANGAN

Pada tahap ini akan di uraikan mengenai langkah-langkah yang di gunakan dalam perancangan.

Pada rancangan usulan meja dan kursi untuk SLTP data yang di gunakan berhubungan dengan dimensi pembuatan meja dan kursi sedangkan atribut-atribut meja dan kursi berdasarkan data atropometri siswa dari pengukuran di laboratorium Ergonomi dan perancangan kerja Teknik Industri UNS. Dalam perancangan tersebut dibuat dalam bentuk gambar dan animasi.

3.5. TAHAP ANALISIS

Hasil pengolahan data akan di analisa berdasarkan keterkaitanya dengan tujuan penelitian yaitu dapat menghasilkan rancangan atau desain ulang meja dan kursi belajar yang ergonomis berdasarkan data antropometri siswa.

3.6. TAHAP KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil dari tahap analisis selanjutnya disimpulkan. Pada bagian ini di sertakan juga usulan atau masukan yang mungkin dapat dipergunakan oleh sekolah untuk mendapatkan hasil yang lebih baik serta untuk penelitian selanjutnya.

BAB V

ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL.

Pada bab ini akan dilakukan analisa serta interpretasi terhadap data-data yang diperoleh dari hasil pengolahan data yang didapatkan pada bab sebelumnya.

5.1ANALISIS KURSI SAAT INI

Berdasarkan hasil pengumpulan data serta pengamatan di lapangan, diketahui bahwa dimensi tinggi alas kursi yang digunakan saat ini terlalu tinggi. Jika suatu landasan tempat duduk terlalu rendah dapat menyebabkan kaki condong menjulur ke depan, menjauhkan tubuh dari keadaan stabil dan akan

menjauhkan punggung dari sandaran sehingga penopangan lumbar tidak terjaga dengan tepat. Namun jika suatu landasan tempat duduk terlalu tinggi letaknya, bagian bawah paha akan tertekan, menghambat peredaran darah dan telapak kaki yang tidak dapat menapak dengan baik di atas permukaan lantai akan mengakibatkan melemahnya stabilitas tubuh (Panero dan Zelnik, 2003).

Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa dimensi panjang alas kursi terlalu panjang dan dimensi lebar alas kursi sudah sesuai. Jika sebuah landasan tempat duduk terlalu panjang menyebabkan bagian depan dari permukaan atau ujung dari tempat duduk tersebut akan menekan daerah tepat dibelakang lutut, memotong peredaran darah pada bagian kaki, tekanan pada jaringan-jaringan saraf akan menyebabkan iritasi dan cepat mengalami kelelahan (pegal-pegal). Berdasarkan dimensi awal lebar alas kursi sudah sesuai sehingga tidak perlu di lakukan perancangan ulang.

Hasil pengamatan menunjukan bahwa tinggi sandaran kursi terlalu pendek sehingga tidak mampu untuk menopang seluruh tulang belakang dan beban punggung kearah belakang (lumbar spine) sampai kepala. Untuk lebar sandaran sebaiknya mengacu pada ukuran antropometri yang sudah ada tidak berdasarkan diameter lebar alas kursi karena belum tentu lebar pantat dan punggung semua orang itu sama semua.

5.2ANALISIS PERANCANGAN KURSI

Kursi merupakan fasilitas utama sebagai sarana belajar mengajar di sekolah. Kursi berfungsi sebagai penahan dan penyebar berat badan yang terkonsentrasi pada daerah pantat dan punggung bagian bawah pada saat siswa duduk di kelas.

5.2.1 Analisis Perancangan Tinggi Kursi

Tinggi popliteal merupakan jarak vertikal dari alas kaki sampai bagian bawah paha. Tinggi popliteal diperlukan untuk menentukan dimensi tinggi alas kursi. Tempat duduk yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kaki menggantung berakibat pada tekanan otot lutut sebelah dalam oleh bagian depan alas kursi. Tekanan ini disebabkan oleh berat tubuh sebagian terkonsentrasi pada telapak kaki yang menggantung karena pengaruh gaya gravitasi. Apabila tinggi kursi

terlalu rendah mengakibatkan kaki menekuk ke depan hal ini dapat menyebabkan tekanan pada sendi antara telapak kaki dan tungkai bawah. Hal-hal tersebut di atas merupakan hal-hal yang harus dihindari dalam perancangan kursi karena dapat menimbulkan ketidaksesuaian bagi pengguna rancangan tersebut, oleh karena itu data antropometri tinggi popliteal yang mempertimbangkan jarak antara lantai sampai dengan permukaan alas kursi sangat diperlukan. Ukuran antropometri membentuk dasar untuk tinggi tempat duduk yang jaraknya dari tumit kaki sampai permukaan yang lebih rendah dari paha disamping lutut.

Dari hasil perhitungan diperoleh tinggi alas kursi sebesar 40,02 (40 cm). Nilai ini didasarkan atas penggunaan data antropometri tinggi popliteal dengan persentil 50. Secara antropometri tinggi popliteal merupakan pilihan yang tepat dalam menentukan tinggi sebuah kursi. Perancangan kursi dimaksudkan agar siswa merasa lebih nyaman dalam waktu yang lama, harus dirancang tidak terlalu tinggi maupun terlalu rendah..

5.2.2 Analisis Perancangan Panjang Alas Kursi

Pantat popliteal merupakan jarak horisontal dari bagian terluar pantat sampai lekukan lutut sebelah dalam (popliteal), paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku. Pantat popliteal diperlukan untuk menentukan dimensi panjang alas kursi. Dalam penentuan panjang alas kursi pemilihan persentil dan penentuan variabel antropometri harus benar-benar tepat. Perancangan kursi yang menghasilkan panjang alas kursi yang terlalu panjang dapat menyebabkan tekanan pada otot lutut bagian dalam sehingga terjadi gangguan aliran darah. Gangguan ini menyebabkan kaki kesemutan dan mudah lelah. Jika panjang alas kursi terlalu pendek akan menimbulkan situasi yang buruk pula yaitu kemungkinan terjatuh atau terjungkal dari kursi sehingga pengguna merasa tidak nyaman.

Dari hasil perhitungan data diperoleh dimensi panjang alas kursi sebesar 45 cm. Data ini merupakan persentil 50 dari pantat popliteal di tambah tebal kaki kursi. Adapun pertimbangan untuk menggunakan nilai persentil 50 adalah bagi orang yang memiliki ukuran pantat popliteal lebih rendah dari persentil 50 tidak merasakan kedalaman kursi yang berlebihan dan bagi orang yang memiliki ukuran pantat poplitealnya lebih besar dari persentil 50 juga tidak begitu merasakan

kurang dalamnya alas kursi, sebab dalam posisi duduk jarak pantat ke popliteal tidak terpangku diatas alas duduk.

5.2.3 Analisis Perancangan Lebar Alas Kursi

Dimensi lebar alas kursi megacu pada dimensi lebar alas kursi awal sebesar 40 cm perancangan ini bertujuan untuk memperoleh kelongaran yang cukup bagi yang mempunyai pinggul yang lebih besar karena pada data antropometri lebar pinggul persentil 95 hanya didapat sebesar 35,80 cm. Diharapkan siswa yang mempunyai lebar pinggul lebih besar, sedang dan yang lebar pinggulnya lebih kecil tidak akan mengurangi tingkat kenyamanan pada waktu duduk.

5.2.4Analisis Perancangan Lebar Sandaran Kursi

Untuk lebar sandaran kursi pada perancangan ini didasarkan atas pengukuran data antropometri lebar bahu (lb) dengan persentil 95 dengan nilai sebesar 39,45 (39 cm). Diharapkan orang yang mempunyai lebar bahu lebih kecil dari 39 cm tidak akan mengurangi tingkat kenyamanan duduk seseorang.

5.2.5Analisis Perancangan Tinggi Sandaran Kursi

Untuk Tinggi sandaran kursi pada perancangan ini didasarkan atas pengukuran data antropometri tinggi sandaran punggung dengan presentil 95 sebesar 53,88 (54 cm). Pertimbangan ini mununjukan bahwa siswa yang berpostur tubuh besar akan merasa cukup dengan tinggi sandaran tersebut dan bagi siswa yang berpostur tubuh lebih kecil akan mengalami kelebihan tinggi sandaran juga itu tidak akan mengurangi tingkat kenyamanan duduk seseorang waktu bersandar.

5.3ANALISIS MEJA SAAT INI

Hasil pengamatan secara keseluruhan menunjukan bahwa meja saat ini kurang memberikan keleluasaan melakukan rutinitas belajar mengajar di dalam kelas. Di lihat dari dimensi keseluruhan yang ada saat ini bahwa dimensi panjang alas meja kurang proporsional jika di gunakan untuk dua orang siswa dikarenakan siswa membutuhkan dimensi yang cukup saat melakukan rutinitas belajar, Dimensi ketinggian meja terlalu rendah dan dari sudut kemiringan kurang proporsional pada waktu menulis sehingga membuat posisi duduk siswa sedikit

menyesuaiakan pada ketinggian meja, Dimensi ketinggian laci di nilai kurang memberikan kelonggaran dalam pemempatan jarak antara pijakan kaki dan ketinggian laci sehingga menyebabkan siswa yang berkaki panjang kurang nyaman, kedalaman laci kurang memperhatikan dimensi tangan dari siswa, kaki belakang meja siswa cukup menganggu aktivitas kaki. Sehingga menyebabkan keluhan sakit yang dialami pada bagian tubuh tertentu.

5.4ANALISIS PERANCANGAN MEJA

Meja merupakan salah satu fasilitas utama yang harus disediakan bagi seorang siswa dalam proses belajar mengajar di kelas yaitu berfungsi sebagai alas tempat menulis dan membaca.

5.4.1 Analisis Perancangan Ketinggian Meja

Agar tinggi meja dapat dipakai oleh siswa SLTP kelas 1 sampai dengan kelas 3 maka data yang digunakan adalah data antropometri tinggi popliteal presentil 50 ditambah tinggi siku duduk persentil 50 di tambah tebal paha presentil 95 nilai diperoleh sebesar 75,51 (75 cm) . Diharapkan mereka yang mempunyai dimensi tubuh tinggi dapat menyesuaikan, dan yang mempunyai tubuh lebih kecil juga bisa menggunakan.

5.4.2 Analisis Perancangan Panjang Meja

Untuk memberikan keluasaan dalam menulis dan membaca perancangan panjang alas meja menggunakan data antropometri siku tangan sampai ujung jari di kali 2 presentil 5 dengan nilai sebesar 72 cm di harapkan bagi yang mempunyai tangan panjang dapat menikmati kenyamanan dalam memakai sedangkan yang mempunyai panjang tangan sedang juga dapat memperoleh kenyamanan.

Agar lebar meja lebih nyaman gunakan dari kelas satu sampai kelas tiga di perlukan data-data dimensi jangkuan tangan ke depan presentil 50 dengan nilai sebesar 68,43 (68 cm). Hal ini disesuaikan dengan mereka yang jangkauan tangannya pendek sedangkan yang jangkauannya panjang dan sedang akan tetap merasa nyaman menggunakannya.

5.4.4 Analisis Perancangan Tinggi Laci Meja

Untuk memperoleh kenyamanan dan kelongaran kaki dalam duduk maka di perlukan data-data dimensi tinggi popliteal persentil 50 di tambah tebal paha persentil 95 di peroleh sebesar 54,98 (55 cm). Berdasarkan hasil yang di peroleh di harapakan siswa yang mempunyai dimensi kaki panjang, sedang dan pendek dapat memperoleh kenyamanan juga keleluasaan dalam duduk

5.4.5 Analisis Perancangan Panjang Laci Meja

Untuk memperoleh volume laci dengan tujuan dapat memuat atribut-atribut belajar siswa maka panjang laci meja di perlukan antropometri siku tangan sampai ujung jari di kali 2 presentil 5 dengan nilai sebesar 72 cm di kurangi tebal 2 kali tebal papan di peroleh sebesar 64 cm. Berdasarkan nilai yang di dapat untuk perancangan di harapkan semua atribut bisa siswa masuk dan dapat menggunakan dengan nyaman

5.4.6 Analisis Perancangan Lebar Laci Meja

Agar lebar meja lebih nyaman gunakan dari kelas satu sampai kelas tiga di perlukan data-data dimensi jangkuan tangan ke depan presentil 50 di dapat 68, 43 di kurangi tebal papan depan sebesar 4 cm dengan nilai yang di dapat sebesar 64 cm. Dari hasil yang di peroleh di harapkan semua siswa dapat menggunakan dengan nyaman

Berdasarkan observasi studi kasus menunjukan bahwa dimensi tinggi pijakan kaki sekarang sudah mencukupi dan tidak perlu adanya perancangan ulang adapun nilai yang di gunakan sebesar 16 cm.

5.4.8Analisis Perancangan Panjang Pijakan Kaki

Untuk memperoleh panjang pijakan kaki sesuai dengan antropometri siswa di perlukan data-data 2 kali siku sampai ujung jari persentil 5 sehingga dapat nilai sebesar 72 cm. Dengan nilai tersebut di harapakan semaua siswa dapat

Dokumen terkait