• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DATA DAN METODOLOGI

3.5 Metodologi Simulasi

Metodologi diperlukan sebelum memasuki tahap simulasi dan analisa. Hal ini dikarenakan dalam metodologi meliputi hal-hal yang diperlukan untuk simulasi dan hasil seperti apa yang diharapkan.

Metodologi yang digunakan dalam tugas akhir ini meliputi, Berdasarkan gambar yang ditunjukkan oleh gambar 3.2 maka metodologi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pengumpulan data-data berdasarkan sistem kelistrikan Kalimantan 275 kV. Data-data tersebut meliputi data pembangkitan, data saluran dan data beban. Setelah pengumpulan data tersebut, maka langkah selanjutnya yaitu pembuatan single line diagram menggunakan software DIgSILENT, yang kemudian dilakukan simulasi aliran daya untuk mengetahui sistem dalam kondisi normal atau tidak.

2. Sebelum melakukan simulasi transien, maka menentukan studi kasus yang akan digunakan untuk analisa transien tersebut.

Kemudian dilakukan simulasi transien berdasarkan studi kasus yang telah ditetapkan. Studi kasus transien meliputi generator outage dan short circuit.

3. Dari hasil simulasi transien, maka akan dianalisa dari respon sudut rotor, respon tegangan dan respon frekuensi. Ketiga

respon tersebut juga akan diamati terhadap perubahan waktu yang telah ditentukan, apakah sistem akan kembali stabil atau tidak. Untuk mengetahui sistem tersebut stabil atau tidak, maka mengacu pada standar yang telah ditetapkan.

4. Hasil simulasi dan hasil data yang telah diamati, maka akan ditarik kesimpulan mengenai kondisi kestabilan akibat gangguan transien pada sistem kelistrikan Kalimantan berlevel tegangan 275 kV.

Start

Pengumpulan Data

Pemodelan Sistem Menggunakan Software DIgSILENT Power Factory

Input data Generator, Transformator,Transmisi

dan Beban

Analisis Load Flow Menggunakan Newton-Raphson

Analisis Kestabilan Transien

Stabil;

V= 275kV,ꜛ+5%,ꜜ-5%;

V= 150kV,ꜛ+5%,ꜜ-10%;

F= 50,5 – 49,5;

Sistem Stabil

Stop Ya

Tidak

Gambar 3.2 Flowchart metodologi

---Halaman ini sengaja dikosongkan---

4 BAB IV

HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

4.1 Pemodelan Sistem Kelitrikan Kalimantan

Berdasarkan data-data yang telah ada maka dilakukan pemodelan sistem dalam bentuk Single Line Diagram sistem kelistrikan Kalimantan 275 kV berdasarkan RUPTL 2017-2026 dan Masterplan menggunakan software DIgSILENT. Selanjutnya akan dilakukan studi aliran daya untuk memastikan sistem dalam keadaan normal. Setelah melakukan studi aliran daya, maka akan dilakukan simulasi dan analisis kestabilan transien dengan beberapa kasus yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Analisis kestabilan transien yang akan dilakukan antara lain meliputi generator outage dan short circuit.

4.2 Studi Kasus Kestabilan Transien

Pada simulasi ini akan dilakukan analisis kestabilan transien dengan permasalahan terkait, yitu generator outage dan short circuit.

Adapun beberapa parameter-parameter yang harus diperhatikan dalam analisis kestabilan transien ini meliputi respon sudut rotor, tegangan dan frekuensi pada sistem sebelum gangguan, pada saat gangguan serta setelah sistem mengalami gangguan.

Studi kasus yang akan dilakukan pada simulasi ini adalah sebagai berikut.

1. Generator outage : pada studi kasus ini akan disimulasikan 3 generator yang terlepas dari sistem setiap tahunnya. Generator tersebut diambil pada setiap area yaitu, area Kalimantan Barat, area Kalimantan Selatan-Tengah dan area Kalimantan Timur-Utara saat sedang interkoneksi dengan backbone 275 kV.

2. Short circuit : pada studi kasus ini akan disimulasikan line dan bus pada backbone 275 kV terjadi gangguan.

Tabel 4.1 Studi Kasus Generator outage

Kasus Tahun Keterangan Aksi

Kasus 1 2022 Generator outage Kaltim Peaker

Generator Kaltim Peaker 1 trip

Kasus 2 2022 Generator outage Kalsel FTP 1

& 2

Generator Kalsel FTP 1 &

2 trip Kasus 3 2024

Generator outage Kalsel FTP Generator Kalsel FTP trip

Tabel 4.1 Studi Kasus Generator outage (Lanjutan I)

Kasus Tahun Keterangan

Aksi Kasus 4 2024 Generator outage Kalbar 1 &

1-2

Generator Kalbar 1 & 1-2 trip

Kasus 5 2026

Generator outage Kalbar 2-1 Generator Kalbar 2-1 trip Kasus 6 2026 Generator outage Kaltim 1 &

4-2

Generator Kaltim 1 & 4-2 trip

Tabel 4.2 Studi Kasus Short circuit

Kasus Tahun Keterangan Aksi

Kasus 1 2022

Hubung Singkat saluran

backbone Balikpapan-Samarinda 3 phase fault

Trip satu saluran dari dobel sirkit

CB antara saluran Balikpapan-Samarinda open

Kasus 2 2022

Hubung Singkat bus Ketapang

275 kV 3 phase fault

Trip bus Ketapang

CB terhubung bus Ketapang open

Kasus 3 2024

Hubung singkat saluran backbone

Bontang-Tanjung Redep 3 phase fault

Trip satu saluran dari dobel sirkit

CB antara saluran Bontang-Tanjung Redep open

Kasus 4 2024

Hubung Singkat bus Bontang 275

kV 3 phase fault

Trip bus Bontang

CB terhubung bus Bontang open

Kasus 5 2026

Hubung Singkat saluran

backbone Sei Raya-Ketapang 3 phase fault Trip satu saluran dari dobel sirkit

CB antara saluran Sei Raya-Ketapang open

Kasus 6 2026

Hubung Singkat bus Banjarmasin

275 kV 3 phase fault

Asam-Mantuil 150kV 3 phase fault

Trip satu saluran dari dobel sirkit

CB antara saluran Asam-Mantuil open

Pada gangguan generator outage, bus yang digunakan sebagai parameter kestabilan transien yaitu :

1. Generator terdekat dengan generator gangguan yang memiliki kapasitas besar dan mewakili setiap area.

2. Bus backbone, bus utama sebagai parameter berlevel tegangan 275 kV.

Pada gangguan short circuit, yang digunakan sebagai parameter kestabilan transien yaitu :

1. Seluruh bus bertegangan 275 kV yang berada pada backbone dan juga bus terdekat dengan gangguan saat terjadi gangguan pada saluran 150 kV.

2. Generator mewakili setiap area dan di ambil yang memiliki kapasitas besar.

4.3 Hasil Simulasi Kestabilan Transien

Pada sub-bab ini akan dijelaskan mengenai hasil simulasi pada kestabilan transien untuk setiap kasus yang telah ditentukan pada tabel 4.1 dan tabel 4.2. Hasil yang dianalisis meliputi respon sudut rotor, respon tegangan dan respon frekuensi pada gangguan generator outage dan short circuit pada sistem yang interkoneksi.

4.3.1 Simulasi Kestabilan Transien Generator Outage

4.3.1.1 Kasus 1 Generator Outage pada Generator Kaltim Peaker 2 tahun 2022 (t=2 s)

Pada kasus ini terjadi gangguan generator outage pada generator Kaltim Peaker 2. Generator dengan kapasitas pembangkitan sebesar 100 MW. Simulasi untuk kasus ini, dengan waktu 60 detik dan terjadi outage pada detik ke 2. Hasil dari simulasi kasus ini dapat dilihat pada gambar berikut ini untuk respon sudut rotor, respon tegangan dan respon frekuensi.

Gambar 4.1 Respon Sudut Rotor

0 50 100 150

Pada saat terjadi gangguan generator outage yang terjadi pada generator Kaltim Peaker 2 respon dari sudut rotor yang dialami oleh pembangkit lain berubah. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.1, respon sudut rotor mengalami osilasi relatif kecil. Generator yang dijadikan parameter seperti Kaltim 4, Kalbar 1-2, Riam Kanan dan Teluk BPP tidak merasakan respon yang besar ketika terjadi gangguan generator lepas di area Kaltim-ra dan dapat kembali steady state. Generator tidak merasakan gangguan yang besar dikarenakan sistem masih dapat mengatasi perubahan tersebut. Perubahan respon sudut rotor ini dapat dikarenakan hal-hal seperti pembebanan generator, inersia ataupun damping dari masing-masing generator tersebut. Generator yang memiliki damping dan inersia lebih besar maka akan cenderung lebih steady state. Dapat disimpulkan dari hasil respon sudut rotor diatas maka dapat dikatakan stabil setelah mengalami gangguan.

Gambar 4.2 Respon Tegangan pada Bus backbone

Saat terjadi gangguan generator outage, tegangan pada bus mengalami penurunan seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.2, penurunan terjadi pada detik ke 2. Penurunan tersebut sangat kecil sehingga terlihat mendekati steady state. Perubahan yang relatif kecil tersebut disebabkan generator yang diberikan gangguan berada di area yang memiliki pembangkitan yang besar, sehingga dapat dibackup oleh generator lain ketika salah satu lepas. Dalam kasus ini tegangan pada bus dapat mengalami penurunan karena adanya penurunan nilai daya reaktif dan dapat kembali steady state dikarenakan masih memiliki cadangan daya reaktif lebih besar.

0 10 20 30 40 50 60

Penurunan tegangan masih dalam batas standar PLN yang dibuat acuan tugas akhir ini.

Gambar 4.3 Respon Frekuensi pada Bus backbone

Ketika terjadi gangguan generator outage menyebabkan rpm yang terhubung ke sistem akan mengalami penurunan, hal tersebut mengakibatkan frekuensi sistem akan turun seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.3. Kasus ini dikarenakan berkurangnya daya yang disuplai secara mendadak. Untuk kasus ini bus yang paling mengalami penurunan terjadi pada bus Tanjung Redep dan bus Bontang yaitu turun menjadi sebesar 49.9245 Hz, hal ini dikarenakan kedua bus tersebut terhubung dengan area yang terjadi gangguan.

Namun, pada bus tersebut mengalami steady state pada frekuensi sebesar 49.95 Hz. Frekuensi pada bus dapat kembali steady state dikarenakan sistem memiliki cadangan daya aktif yang dapat disuplai pada bus-bus yang mengalami penurunan. Penurunan frekuensi masih dalam batas aman sesuai standar SEMI F47.

4.3.1.2 Kasus 2 Generator Outage pada Generator Kalsel FTP 1

& 2 tahun 2022 (t=2 s)

Pada kasus ini disimulasikan gangguan dua generator outage yaitu pada generator Kalsel FTP 1 &2. Kedua generator tersebut memiliki kapasitas pembangkitan sama yakni 100 MW. Kasus ini disimulasikan dua generator mengalami gangguan dan terlepas dari sistem dengan tujuan agar dapat mengetahui respon sistem ketika terdapat pembangkitan yang secara mendadak mengurangi suplainya. Gangguan outage ini dioperasikan pada detik ke 2 dari

total simulasi 120 detik. Berikut ditunjukkan respon dari sudut rotor, tegangan dan frekuensi.

Gambar 4.4 Respon Sudut Rotor

Saat terjadi gangguan pada generator Kalsel FTP 1 & 2, generator lain yang dijadikan parameter terhadap respon sudut rotor ini mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.4, generator terdekat dengan gangguan seperti pada generator Riam Kanan mengalami penurunan yaitu dari -45.7122 degree ke -50.6466 degree dan kembali steady state pada -53.069 degree. Untuk generator lain seperti Serawak dan Kalbar 1-2 mengalami kenaikan setelah transien hingga -38.5138 degree dan kembali steady state pada -36.1995 degree. Pada generator Kaltim 4-1 dan Teluk BPP cenderung tidak mengalami perubahan. Hasil grafik sudut rotor diatas mengalami perubahan, hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya pembebanan generator, inersia maupun damping pada generator. Generator yang memiliki inersia maupun damping yang lebih besar akan cendenrung tetap stabil.

Sehingga disimpulkan dari hasil sudut rotor dengan diberikan gangguan generator outage di dua generator, respon dari generator parameter lainnya kembali stabil.

0 50 100 150

Gambar 4.5 Respon Tegangan pada Bus backbone

Ketika salah satu pembangkitan pada sistem mengalami outage, tegangan pada bus akan mengalami fluktuasi yang relatif kecil nilainya, yang ditunjukkan pada gambar 4.5 diatas dimana tegangan mengalami penurunan yang kemudian kembali naik dan steady state. Tegangan yang mengalami penurunan lebih besar ditunjukkan oleh bus pada Cempaka yaitu sebesar 0.97842 p.u dan kembali steady state pada tegangan 0.9976 p.u, karena bus ini berada dekat dengan gangguan, akan tetapi masih dalam aman yang diizinkan. Hal ini diakibatkan karena kurangnya suplai daya reaktif, sehingga terjadi penurunan sesaat tetapi dapat kembali steady state.

Pada kasus penurunan tegangan ini masih dalam batas aman menurut standar.

Gambar 4.6 Respon Frekuensi pada Bus backbone

0 50 100 150

Saat terjadi gangguan, respon frekuensi sistem akan mengalami penurunan, hal ini dikarenakan berkurangnya daya secara mendadak, sehingga menyebabkan respon frekuensi menurun dan terjadi osilasi.

Penurunan frekuensi ini dapat dilihat pada gambar 4.6 diatas, dimana penurunan tersebut masih dalam batas yang diizinkan. Saat gangguan pada detik ke 2 frekuensi yang paling mengalami penurunan yaitu terjadi bus Cempaka dan bus Palangkaraya sebesar 49.96 Hz, dimana kedua bus tersebut berada paling dekat dengan gangguan. Kemudian mengalami kondisi steady satate pada frekuensi sebesar 49.955 Hz. Kembalinya frekuensi diatas ke steady state dikarenakan sistem memiliki cadangan daya aktif yang lebih besar.

4.3.1.3 Kasus 3 Generator Outage pada Generator Kalsel FTP 1 tahun 2024 (t=2 s)

Pada kasus ini disimulasikan gangguan pada generator Kalsel FTP 1 yang berada pada area Kalimantan Selatan-Tengah berupa gangguan generator outage. Generator yang memiliki kapasitas pembangkitan sebesar 100 MW ini akan mengalami outage dari sistem pada detik ke 2 dengan total simulasi gangguan selama 150 detik. Pada gangguan ini akan menganalisa respon dari sudut rotor, respon tegangan dan respon frekuensi yang dijelaskan sebagai berikut.

Gambar 4.7 Respon Sudut Rotor

Pada saat diberikan gangguan berupa generator outage pada

perubahan berupa sudut rotor dari generator yang dipilih sebagai parameter. Seperti yang ditunjukkan gambar 4.7, generator cenderung mengalami kenaikan. Kenaikan tersebut artinya generator mampu mensuplai daya yang yang hilang akibat gangguan.

Perubahan sudut rotor diatas dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti pembebanan, damping dan inersia pada generator. Generator yang memiliki damping dan inersia lebih besar akan cenderung tetap stabil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa respon generator diatas dikatakan stabil, karena dapat kembali steady state setelah mengalami gangguan.

Gambar 4.8 Respon Tegangan pada Bus backbone

Saat terjadi gangguan generator outage, maka pada sistem akan mengalami perubahan salah satunya pada tegangan. Tegangan akan mengalami fluktuasi sesaat terjadi gangguan. Pada gambar 4.8 menunjukkan perubahan tegangan saat gangguan salah satu generator terjadi outage pada sistem. Tegangan yang mengalami penurunan ditunjukkan oleh bus Palangkaraya. Bus tersebut turun hingga mencapai tegangan 0.9995 p.u dan kembali ke steady state pada 1.0079 p.u. Untuk bus lain seperti bus Sei raya, Ketapang, Sampit, Palangkaraya, Banjarmasin, Balikpapan, Samarinda, Bontang dan Tanjung Redep yang berada pada backbone berlevel tegangan 275 kV, maka akan merasakan gangguan yang tidak terlalu besar dan dapat kembali steady state. Penurunan dari respon tegangan diatas masih dalam batas aman dan dapat kembali stabil.

0 50 100 150

Gambar 4.9 Respon Frekuensi pada Bus backbone

Ketika terjadi gangguan outage pada suatu pembangkitan pada sistem, maka generator tersebut akan mengalami penurunan kecepatan putarannya, sehingga akan secara mendadak beban kehilangan suplai dari pembangkitan tersebut. Akibatnya respon frekuensi pada sistem akan mengalami penurunan pada detik terjadi gangguan. Perubahan penurunan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.9, dimana penurunan pada bus backbone tersebut relatif sama sebesar 49.966 Hz kemudian mengalami peningkatan berupa osilasi dan kembali steady state pada frekuensi ke 49.967 Hz.. Dalam hal ini pembangkitan yang mengalami outage, akan membuat sistem kehilangan daya aktif secara mendadak, akan tetapi karena sistem memiliki cadangan daya aktif yang lebih dari pembangkitan lain sehingga respon dari frekuensi tidak mengalami penurunan yang signifikan. Penurunan frekuensi diatas masih dalam batas yang diizinkan berdasarkan standar SEMI F47.

4.3.1.4 Kasus 4 Generator Outage pada Generator Kalbar 1-1 &

1-2 Tahun 2024 (t=2 s)

Pada kasus ini terjadi generator outage pada dua generator yaitu generator Kalbar 1-1 dan 1-2. Kedua generator tersebut memiliki kapasitas yang sama yaitu 100 MW. Generator tersebut dioperasikan outage pada detik ke 2 setelah sistem bekerja dengan total simulasi 150 detik. Pada kasus ini akan dilihat dari respon sudut rotor, respon tegangan dan respon frekuensi berikut ini.

0 50 100 150

Gambar 4.10 Respon Sudut Rotor

Pada saat gangguan terjadi berupa generator outage pada 2 pembangkitan, maka akan terjadi perubahan sudut rotor yang dialami oleh pembangkit yang menjadi parameter. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.10, respon sudut rotor yang dihasilkan akan mengalami penurunan pada generator yang terdekat dengan yang terjadi gangguan. Generator Serawak dan Kalbar 2-2 mengalami penurunan dikarenakan satu area dengan generator yang lepas tersebut. Generator aserawak mengalami penurunan hingga -21.54 degree dan kembali steady state pada -17.85 degree. Sama halnya pada generator Kalbar 2-2 juga terjadi penurunan dari -4.877degree ke -13.29 degree dan kembali steady state pada -10.0652 degree.

Untuk generator Teluk Balikpapan dan Kalsel 1-1 berosilasi dan kembali steady state. Dalam kasus ini ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, seperti pembebanan pada generator, damping maupun inersia. Damping dan inersia yang lebih besar akan membuat generator cenderung stabil dengan adanya gangguan.

Respon sudut rotor diatas dapat dikatakan stabil karena dapat

Gambar 4.11 Respon Tegangan pada Bus backbone

Ketika terjadi gangguan generator outage, tegangan pada bus mengalami penurunan seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.11, penurunan terjadi pada detik ke 2. Penurunan relatif terjadi pada seluruh bus backbone yaitu sebesar 0.005 hingga 0.01p.u dan kembali steady state setelah mengalami osilasi. Dalam kasus ini tegangan pada bus dapat mengalami penurunan karena adanya penurunan nilai daya reaktif dan dapat kembali steady state dikarenakan masih memiliki cadangan daya reaktif lebih besar. Dan sebaliknya jika bus mengalami kenaikan, artinya terdapat suplai daya reaktif yang berlebih pada bus tersebut, akan tetapi akan turun dan steady state. Berdasarkan respon sudut rotor diatas, maka tegangan mengalami fluktuasi dan dapat kembali ke sistem sehingga dikatakan stabil.

Gambar 4.12 Respon Frekuensi pada Bus backbone

0 50 100 150

Ketika terjadi gangguan generator outage menyebabkan rpm yang terhubung ke sistem akan mengalami penurunan, hal tersebut mengakibatkan frekuensi sistem akan turun seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.12. Kasus ini dikarenakan berkurangnya daya yang disuplai secara mendadak. Untuk kasus ini bus mengalami penurunan terjadi pada seluruh bus backbone yaitu turun sebesar 49.952 Hz. Namun, seluruh bus tersebut mengalami steady state pada frekuensi sebesar 49.968 Hz. Penurunan tersebut masih dalam batas aman menurut standar SEMI F47. Frekuensi pada bus dapat kembali steady state dikarenakan sistem memiliki cadangan daya aktif yang dapat disuplai pada bus-bus yang mengalami penurunan.

Sehingga respon frekuensi diatas dapat dikatakan stabil, karena dapat kembali ke sistem setelah mengalami gangguan.

4.3.1.5 Kasus 5 Generator Outage pada Generator Kalbar 2-1 tahun 2026 (t=2 s)

Pada kasus ini terjadi generator outage pada generator Kalbar 2-1 yang memiliki kapasitas pembangkitan sebesar 100 MW.

Generator dioperasikan outage pada detik ke 2 setelah sistem bekerja dengan total simulasi selama 100 detik. Berikut ditunjukkan respon dari hasil simulasi tersebut.

Gambar 4.13 Respon Sudut Rotor

Ketika generator Kalbar 2-1 disimulasikan outage dari sistem maka respon dari generator lain yang menjadi parameter akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut ditunjukkan pada gambar

0 20 40 60 80 100

4.13. Pada generator Kalbar 2-2 yang berada di dekat generator yang mengalami gangguan mengalami penurunan dari –34.174 degree ke -37.41 degree dan steady state pada -37.14 degree. Untuk generator lain seperti Kalsel 1, Riam Kanan dan Kaltim 4 hanya bersiolasi sangat kecil dan steady state. Hasil simulasi sudut rotor diatas mengalami perubahan dikarenakan adanya beberapa faktor seperti pembebanan maupun damping dari masing-masing generator.

Generator dengan memiliki damping dan inersia yang lebih besar akan cenderung tetap stabil. Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan hasil diatas sudut rotor generator dapat kembali stabil.

Gambar 4.14 Respon Tegangan pada Bus backbone

Ketika terjadi gangguan generator outage pada generator Kalbar 2-1, respon tegangan akan mengalami perubahan yang tidak terlalu signifikan seperti yang ditunjukkan oleh gambar 4.14. Respon tegangan yang dihasilkan mengalami penurunan tegangan relatif kecil. Pada bus yang mengalami penurunan dan berosilasi cenderung steady state, hal ini karena bus tersebut mendapat suplai daya reaktif yang menurun. Kenaikan serta penurunan respon tegangan pada bus ini akan kembali steady state setelah mendapat suplai daya reaktif

Gambar 4.15 Respon Frekuensi pada Bus backbone

Pada saat sistem mengalami gangguan generator outage pada salah satu generator yaitu pada Kalbar 2-1 hal ini membuat frekuensi sistem pada bus yang dijadikan parameter akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut terlihat pada gambar 4.15, pada gambar tersebut menjelaskan bahwa perubahan respon frekuensi tidak terlalu signifikan mengalami penurunan. Terlihat bahwa penurunan hanya berkisar 49.984 Hz, kemudian mengalami kenaikan hingga steady state pada frekuensi 49.99 Hz. Penurunan frekuensi ini terjadi akibat sistem mengalami kehilangan daya, tetapi masih dalam batas range yang diizinkan menurut standar SEMI F47. Penurunan daya sesaat ini merupakan respon adanya generator yang outage.

Sehingga dari hasil respon frekuensi diatas, dapat disimpulkan dapat kembali stabil.

4.3.1.6 Kasus 6 Generator Outage pada Generator Kaltim 4-1 &

4-2 tahun 2026 (t=2 s)

Pada kasus ini diberikan gangguan generator outage yang terjadi pada 2 generator, yaitu generator Kaltim 4-1 dan 4-2. Kedua generator tersebut memiliki kapasitas yang sama yaitu 100 MW.

Gangguan tersebut akan disimulasikan dengan total waktu simulasi gangguan 80 detik, dan generator dioperasikan outage pada detik ke 2. Berikut merupakan hasil respon pada saat kedua generator lepas

Gambar 4.16 Respon Sudut Rotor

Ketika sistem diberikan gangguan generator outage, maka ada beberapa respon dari kestabilan akan mengalami perubahan akibat gangguan tersebut, salah satunya sudut rotor. Gambar 4.16 merupakan hasil dari respon sudut rotor saat terjadi gangguan generator outage pada 2 generator, yaitu generator Kaltim 1 dan 4-2. Dari hasil respon sudut rotor ini beberapa generator yang dijadikan parameter ini mengalami osilasi diawal saat gangguan terjadi kemudian kembali steady state. Sebagai contoh pada generator Tabang, generator ini berada dekat dengan generator yang mengalami gangguan, sehingga respon sudut rotornya akan mengalami penurunan dari -7.857 degree ke -19.22 degree, kemudian mengalami osilasi dan terjadi penurunan lagi hingga mencapai steady state pada -15.63 degree, sedangkan untuk generator Kalbar 22 mengalami kenaikan dari 34.174 degree ke 27.666 degree kemudian mengalami osilasi dan steady state pada -29.68 degree. Untuk generator lainnya seperti generator Kalsel 1(2) dalam respon ini cenderung mengalami kenaikan kemudian berosilasi dan kembali steady state dan generator Riam Kanan cenderung stabil. Hasil respon sudut rotor diatas mengalami perubahan ketika terjadi gangguan, hal tersebut dikarenakan adanya faktor pembebanan pada generator, damping maupun inersia. Respon sudut rotor generator cenderung mengalami kenaikan maupun penurunan dikarenakan pembebanan yang diberikan akibat salah satu generator yang cenderung terdekat mengalami outage dan secara mendadak akan mengurangi suplai ke beban. Generator yang

Ketika sistem diberikan gangguan generator outage, maka ada beberapa respon dari kestabilan akan mengalami perubahan akibat gangguan tersebut, salah satunya sudut rotor. Gambar 4.16 merupakan hasil dari respon sudut rotor saat terjadi gangguan generator outage pada 2 generator, yaitu generator Kaltim 1 dan 4-2. Dari hasil respon sudut rotor ini beberapa generator yang dijadikan parameter ini mengalami osilasi diawal saat gangguan terjadi kemudian kembali steady state. Sebagai contoh pada generator Tabang, generator ini berada dekat dengan generator yang mengalami gangguan, sehingga respon sudut rotornya akan mengalami penurunan dari -7.857 degree ke -19.22 degree, kemudian mengalami osilasi dan terjadi penurunan lagi hingga mencapai steady state pada -15.63 degree, sedangkan untuk generator Kalbar 22 mengalami kenaikan dari 34.174 degree ke 27.666 degree kemudian mengalami osilasi dan steady state pada -29.68 degree. Untuk generator lainnya seperti generator Kalsel 1(2) dalam respon ini cenderung mengalami kenaikan kemudian berosilasi dan kembali steady state dan generator Riam Kanan cenderung stabil. Hasil respon sudut rotor diatas mengalami perubahan ketika terjadi gangguan, hal tersebut dikarenakan adanya faktor pembebanan pada generator, damping maupun inersia. Respon sudut rotor generator cenderung mengalami kenaikan maupun penurunan dikarenakan pembebanan yang diberikan akibat salah satu generator yang cenderung terdekat mengalami outage dan secara mendadak akan mengurangi suplai ke beban. Generator yang

Dokumen terkait