• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian

BAB II PEMBAHASAN

2.9 Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian

Pengendalian internal untuk pengujian biasanya sangat terstruktur dan terkendali dengan baik untuk mengelola pengeluaran kas, meminimalkan keluhan dan ketidakpuasan para karyawan, serta meminimalkan kecurangan penggajian.

Karena memroses penggajian serupa pada sebagian besar organisasi, dan program penggajian di komputer harus dimodifikasi setiap tahun terhadap perubahan schedule pemotongan pajak, umumnya perusahaan menggunakan jasa penggajian dari luar untuk memroses penggajian. Biasanya tidak sulit bagi perusahaan untuk menetapkan pengendalian yang baik dalam siklus penggajian dan personalia.

Pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi merupakan bagian paling penting dalam menguji penggajian, namun hal ini tidak bersifat ekstensif. Banyak auditor menghadapi resiko salah saji material yang rendah, walaupun penggajian seringkali menjadi bagian yang signifikan dari total beban. Ada tiga alasan untuk hal ini :

Karyawan kemungkinan besar akan mengajukan keluhan kepada manajemen jika mereka dibayar terlalu rendah.

Semua transaksi penggajian secara tipikal seragam dan tidak rumit.

Transaksi penggajian merupakan subjek audit pemerintah negara bagian dan federal meyangkut pemotongan pajak penghasilan, jaminan sosial, dan pajak pengangguran.

Untuk pengujian transaksi penjualan dan penerimaan kas, pengendalian internal, pengujian pengendalian, dan pengujian substantif atas transaksi bagi setiap tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, kita harus mengenal hal – hal berikut:

Pengendalian internal bervariasi dari perusahaan ke perusahaan; karena itu, auditor harus mengidentifikasi pengendalian, defisiensi yang signifikan, dan kelemahan yang material untuk setiap organisasi.

Pengendalian yang akan digunakan oleh auditor untuk mengurangi penilaian risiko pengendalian harus diuji dengan pengujian pengendalian. Jika klien merupakan perusahaan publik, tingkat pemahaman pengendalian dan luas pengujian pengendalian harus mencukupi untuk menerbitkan opini tentang keefektifan pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan. Pengujian substantif atas transaksi bervariasi tergantung pada resiko pengendalian yang dinilai dan pertimbangan audit lainnya.

Pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi akan digabungkan jika memungkinkan dan dilaksanakan dengan cara senyaman mungkin, dengan menggunakan program audit format kinerja.

Pengendalian kunci bagi siklus penggajian dan personalia untuk menilai risiko pengendalian:

1. Pemisahan tugas yang memadai

Pemisahan tugas merupakan hal yang penting dalam siklus penggajian dan personalia, terutama untuk mencegah pembayaran berlebih dan pembayaran kepada karyawan yang tidak ada atau fiktif. Fungsi penggajian harus tetap independen dari departemen sumber daya manusia, yang mengendalikan aktivitas penggajian kunci, seperti menghapus atau menambahkan karyawan. Pemprosesan penggajian harus terpisah dari penyimpanan cek gaji yang telah ditandatangani.

2. Otorisasi yang tepat

Hanya departemen sumber daya manusia yang boleh mengotorisasi untuk menambah dan menghapus karyawan dari daftar penggajian atau mengubah tingkat upah serta potongan. Jumlah jam kerja setiap karyawan, terutama lembur, harus diotorisasi oleh bagian personalia. Persetujuan dapat dibubuhkan pada semua kartu waktu atau dilakukan atas dasar pengecualian hanya untuk jam lembur saja.

3. Dokumen dan Catatan yang memadai

Dokumen dan catatan yang memadai tergantung pada sifat sistem penggajian. Kartu waktu dan catatan diperlukan untuk karyawan per jam atau paruh-waktu. Untuk karyawan yang dibayar berdasarkan tingkat potongan atau sistem intensif lainnya, diperlukan catatan yang berbeda. Bagi banyak perusahaan, catatan waktu harus memadai untuk mengakumulasi biaya penggajian menurut pekerjaan atau penugasan.

4. Pengendalian Fisik Terhadap Aktiva dan Catatan

Akses ke cek gaji yang belum ditandatangani harus dibatasi. Cek harus ditandatangani oleh karyawan yang bertanggung jawab, dan penggajian harus didistribusikan oleh seseorang yang independen dari fungsi penggajian dan pencatatan waktu. Setiap cek yang tidak diklaim atau dicairkan harus dikembalikan untuk disetor ulang. Jika cek ditandatangani oleh mesin tanda tangan, akses ke mesin tersebut harus dibatasi.

5. Pengecekan yang Independen atas Kinerja

Perhitungan penggajian harus diverifikasi secara independen, termasuk perbandingan total batch dengan laporan ikhtisar. Anggota manajemen atau karyawan lain yang bertanggung jawab harus mereview output penggajian untuk melihat setiap salah saji atau jumlah yang tidak biasa.

6. Penyiapan Formulir Pajak Penggajian

Sebagai bagian dari pemahaman atas pengendalian internal, auditor harus mereview pengisian dari setidaknya salah satu jenis formulir pajak penggajian yang merupakan tanggung jawab klien. Potensi kewajiban berupa pajak yang belum dibayar, denda, dan bunga akan muncul jika klien lalai menyiapkan formulir pajak secara benar.

7. Pengujian atas Karyawan yang Tidak Ada

Mengeluarkan cek gaji kepada individu yang tidak bekerja lagi untuk perusahaan (karyawan yang tidak ada) sering kali diakibatkan oleh masih dibayarnya cek karyawan padahal dia sudah berhenti bekerja. Contoh orang yang melakukan jenis penggelapan ini adalah mandor atau rekan karyawan. Untuk mendeteksi penggelapan, auditor dapat membandingkan nama pada cek yang dibatalkan dengan kartu waktu dan catatan lainnya untuk mengetahui tanda tangan yang diotorisasi. Untuk menguji karyawan yang tidak ada, auditor dapat menelusuri transaksi yang dicatat dalam jurnal penggajian ke departemen sumber daya manusia untuk menentukan apakah karyawan telah benar-benar bekerja selama periode penggajian.

8. Pengujian atas Kecurangan Waktu

Kecurangan waktu terjadi apabila seorang karyawan melaporkan waktu yang lebih banyak dari yang sebenarnya dikerjakan. Karena kurangnya bukti yang tersedia, biasanya sulit bagi auditor untuk mengungkapkan kecurangan waktu. Salah satu prosedurnya adalah merekonsiliasi total jam yang dibayar menurut catatan penggajian dengan catatan jam kerja yang independen. Akan tetapi biasanya jauh lebih mudah bagi klien untuk mencegah jenis penipuan ini dengan pengendalian yang memadai ketimbang bagi auditor untuk mendeteksinya.

Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Transaksi, Pengendalian Kunci, Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi untuk Penggajian

2.10 Metodologi Untuk Merancang Pengujian Atas Rincian Saldo

Auditor akan mengikuti metodologi untuk merancang pengujian atas rincian saldo setelah menyelesaikan penilaian resiko pengendalian dan melaksanakan pengujian pengendalian serta pengujian substantif atas transaksi serta menilai kemungkinan salah saji akun laporan keuangan dalam siklus penggajian dan personalia.

Tahapan metodologi untuk merancang pengujian atas rincian saldo untuk kewajiban penggajian adalah sebagai berikut :

Mengidentifikasi resiko bisnis klien yang mempengaruhi akun kewajiban penggajian.

Resiko bisnis klien yang signifikan yang mempengaruhi penggajian tidak mungkin terjadi pada sebagian besar perusahaan. Akan tetapi, resiko bisnis klien itu mungkin saja terjadi pada kesepakatan kompensasi yang kompleks, yang mencakup bonus dan rencana opsi saham serta kesepakatan kompensasi yang ditangguhkan lainnya.

Menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi dan menilai resiko inheren untuk akun kewajiban penggajian.

Jika sebagian besar transaksi melibatkan kas, ada resiko inheren berupa kecurangan penggajian. Karena itu, auditor sering kali mempertimbangkan pentingnya tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi keterjadian. Hal ini juga berlaku bagi perusahaan manufaktur yang secara signifikan membebankan tenaga kerjanya ke persediaan, yang berpotensi menimbulkan misklasifikasi antara beban penggajian dan persediaan atau di antara kategori persediaan.

Menilai resiko pengendalian untuk siklus penggajian dan personalia.

Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian serta pengujian substantif atas transaksi untuk siklus penggajian dan personalia.

Merancang dan melaksanakan prosedur analitis untuk akun kewajiban penggajian.

Penggunaan prosedur analitis merupakan hal penting dalam siklus penggajian dan personalia seperti pada setiap siklus lainnya.

PROSEDUR ANALITIS

Membandingkan saldo akun beban penggajian dengan tahun – tahun sebelumnya (disesua

Membandingkan beban komisi

sebagai persentase dari penjualan dengan tahun – tahun sebelumnya

Membandingkan beban pajak penggajian sebagai persentase dari gaji dan upah dengan tah

Membandingkan akun pajak penggajian akrual dengan tahun – tahun sebelumnya

Berikut ini ilustrasi atas prosedur analitis untuk akun – akun neraca serta laporan laba rugi dalam siklus penggajian dan personalia :

Merancang pengujian atas rincian saldo akun kewajiban penggajian untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo.

Verifikasi akun kewajiban yang berkaitan dengan penggajian, yang sering kali disebut sebagai beban penggajian akrual (accrued payroll expenses), biasanya bersifat langsung jika pengendalian internal telah beroperasi secara efektif.

Dua tujuan audit yang berkaitan dengan saldo yang utama dalam menguji kewajiban penggajian adalah :

a. Akrual dalam neraca saldo telah dinyatakan pada jumlah yang benar

(Keakuratan).

b. Transaksi dalam siklus penggajian dan personalia telah dicatat pada periode yang benar (Pisah Batas).

Perhatian utama dalam kedua tujuan itu adalah untuk memastikan bahwa tidak ada kurang saji atau akrual yang dihilangkan. Berikut ini adalah beberapa akun kewajiban yang utama dalam siklus penggajian dan personalia :

1. Jumlah Potongan dari Gaji Karyawan

Pajak penggajian yang dipotong tetapi belum dibayar kepada pemerintah dapat diuji dengan membandingkan saldonya dengan jurnal penggajian, formulir pajak penggajian yang dibuat pada periode selanjutnya, dan pengeluaran kas periode selanjutnya. Jika pengendalian internal sudah beroperasi secara efektif, pisah batas dan keakuratan dapat dengan mudah diuji pada saat yang bersamaan dengan prosedur tersebut.

2. Gaji dan Upah Akrual

Gaji dan upah akrual terjadi setiap kali karyawan belum menerima upah yang telah menjadi haknya selama beberapa hari atau jam terakhir hingga periode selanjutnya. Pisah batas dan keakuratan yang benar untuk gaji dan upah akrual tergantung pada kebijakan perusahaan yang harus diikuti secara konsisten dari tahun ke tahun.

Setelah auditor menentukan kebijakan perusahaan untuk mengakrualkan upah dan mengetahui hal tersebut konsisten dengan tahun sebelumnya, prosedur audit yang tepat untuk menguji pisah batas dan keakuratan adalah menghitung ulang akrual klien. Salah saji yang paling mungkin dari setiap signifikansi saldo adalah kelalaian untuk memasukkan jumlah hari yang tepat yang telah dihasilkan tetapi belum dibayar.

3. Komisi Akrual

Konsep yang sama yang digunakan dalam memverifikasi gaji dan upah akrual juga dapat diterapkan pada komisi akrual, meskipun akrual ini umumnya lebih sulit diverifikasi karena perusahaan seringkali memiliki beberapa jenis perjanjian yang berbeda dengan wiraniaga dan karyawan dengan komisi lainnya.

Dalam memverifikasi komisi akrual, hal yang pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan sifat perjanjian komisi dan kemudian menguji perhitungannya berdasarkan perjanjian tersebut. Auditor harus membandingkan metode untuk mengakrualkan komisi dengan tahun – tahun sebelumnya demi tujuan konsistensi.

4. Bonus Akrual

Pada banyak perusahaan, bonus akhir tahun yang belum dibayar kepada para pejabat dan karyawan merupakan pos yang sangat besar sehingga kelalaian untuk mencatatnya akan menimbulkan salah saji yang material. Verifikasi atas akrual yang tercatat biasanya dapat dicapai dengan membandingkannya dengan jumlah yang diotorisasi pada risalah rapat dewan direksi.

5. Pembayaran Cuti Liburan, Cuti Sakit, atau Tunjangan Akrual Lainnya Akrual dari kewajiban – kewajiban tersebut yang relatif konsisten dengan tahun sebelumnya merupakan pertimbangan yang paling penting ketika mengevaluasi kewajaran jumlahnya.

Kebijakan perusahaan untuk mencatat kewajiban harus ditentukan pertama kali, baru kemudian jumlah yang tercatat harus dihitung ulang. Kebijakan perusahaan ini harus sesuai dengan SFAS 43 mengenai absen yang diberi kompensasi.

6. Pajak Penggajian Akrual

Pajak penggajian, seperti FICA dan pajak pengangguran negara bagian serta federal dapat diverifikasi dengan memeriksa jumlah formulir pajak yang disiapkan pada periode selanjutnya untuk menentukan jumlah yang sudah harus dicatat sebagai kewajiban pada tanggal neraca.

7. Pengujian atas Rincian Saldo untuk Akun Beban

Disini pos yang paling penting adalah gaji dan bonus pejabat, gaji kantor, gaji dan komisi penjualan, serta tenaga kerja manufaktur langsung. Auditor hanya perlu melakukan pengujian tambahan yang relatif sedikit terhadap akun – akun laporan laba rugi pada sebagian besar audit selain prosedur analitis, pengujian pengendalian,

pengujian substantif atas transaksi, dan pengujian atas akun kewajiban terkait yang telah dibahas. Pengujian tambahan yang ekstensif hanya akan diperlukan apabila auditor mengungkapkan defisiensi yang signifikan atau kelemahan yang material dalam pengendalian internal, salah saji yang signifikan dalam pengujian kewajiban, atau varians utama yang belum dijelaskan dalam prosedur analitis.

8. Kompensasi Pejabat

Auditor harus memverifikasi apakah total kompensasi pejabat merupakan jumlah yang diotorisasi oleh dewan direksi, karena gaji dan bonusnya harus dimasukkan dalam laporan 10-K SEC dan SPT pajak penghasilan federal. Verifikasi kompensasi pejabat juga dijamin karena beberapa individu mungkin saja mampu membayar dirinya sendiri lebih besar dari jumlah yang diotorisasi. Pengujian audit yang biasa adalah untuk memperoleh gaji setiap pejabat yang diotorisasi dari risalah rapat dewan direksi dan membandingkannya dengan catatan pendapatan yang berhubungan.

9. Komisi

Beban komisi total dapat diverifikasi dengan mengalikan tingkat komisi untuk setiap jenis penjualan dengan jumlah penjualan dalam kategori tersebut. Jika informasi yang diinginkan tidak tersedia, mungkin perlu untuk menguji pembayaran komisi tahunan atau bulanan untuk tenaga penjualan terpilih dan menelusuri total pembayaran komisi.

10. Beban Pajak Penggajian

Beban pajak penggajian untuk tahun berjalan dapat diuji dengan mula mula merekonsiliasi total penggajian di setiap formulir pajak penggajian dengan total penggajian untuk seluruh tahun. Total pajak penggajian kemudian dapat dihitung ulang dengan mengalikan tingkat yang sesuai dengan penggajian yang dikenakan pajak.

Pada sebagian besar audit, perhitungan tersebut memerlukan banyak biaya dan biasanya tidak diperlukan kecuali jika prosedur analitits mengindikasikan bahwa terdapat masalah yang tidak dapat dipecahkan melalui prosedur lainnya.

11. Total Penggajian

Pengujian yang berhubungan erat dengan pengujian pajak penggajian adalah rekonsiliasi total beban penggajian dalam buku besar umum dengan SPT pajak penggajian dan formulir W-2. Tujuan dari pengujian tersebut adalah untuk menentukan apakah transaksi penggajian dibebankan ke akun non penggajian atau sama sekali tidak dicatat dalam jurnal penggajian.

Pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi merupakan cara yang lebih baik dalam mengungkapkan kedua jenis salah saji tersebut dalam sebagian besar audit.

12. Tenaga Kerja Kontrak

Untuk mengurangi biaya penggajian, banyak organisasi melakukan kontrak dengan organisasi luar untuk menyediakan staf. Biaya yang dibayarkan ke organisasi luar diuji dengan membandingkan jumlah dengan kesepakatan kontrak yang ditandatangani antara perusahaan dan perusahaan jasa luar.

13. Tujuan Penyajian dan Pengungkapan

Pengungkapan yang diperlukan untuk transaksi siklus penggajian dan personalia tidaklah mendalam, akan tetapi, beberapa transaksi yang kompleksi seperti opsi saham dan rencana kompensasi pejabat eksekutif lainnya mungkin memerlukan pengungkapan catatan kaki. Auditor dapat menggabungkan prosedur audit yang berhubungan dengan keempat tujuan penyajian dan pengungkapan dengan pengujian atas rincian saldo untuk akun kewajiban dan beban.

TUJUAN AUDIT TERKAIT TRANSAKSI

Pembayaran penggajian yang tercatat adalah untuk pekerjaan yang dilaksanakan oleh karya (keterjadian).

Transaksi penggajian yang adal telah dicatat (kelengkapan)

Transaksi penggajian yang dicatat adalah untuk jumlah waktu yang benar-benar dikerjakan dan pada t pemotongan pajak telah dihitung dengan benar (keakuratan).

Transaksi penggajian telah dimasukkan dengan benar dalam file induk penggajian dan diikht (posting dan pengikhtisaran).

Transaksi penggajian telah diklasifikasikan dengan benar (klasifikasi).

36 Transaksi penggajian telah dicatat pada tanggal yang benar (penetapan waktu).

2.11 Menjelaskan dan Menilai Materialitas, Risiko, dan Strategi Audit Oleh karena biaya gaji dan upah umumnya merupakan biaya operasi terbesar, maka rekening biaya gaji dan upah sangat material bagi laporan laba rugi. Risiko bawaan asersi penilaian atau alokasi mungkin saja tinggi karena adanya kompleksitas perhitungan biaya gaji dan upah misalnya besarnya volume, perhitungan gaji dan upah berdasar satuan jumlah produk yang dihasilkan maupun jumlah jam kerja, serta penentuan jumlah gaji berikut bonus dan kompensasi yang berdasar prestasi karyawan. Saldo utang gaji akhir tahun sering tidak material. Kebanyakan perusahaan memperluas struktur pengendalian internal atas transaksi gaji dan upah. Oleh karena itu, auditor menerapkan pendekatan tingkat risiko kontrol yang ditetapkan lebih rendah untuk sebagian besar asersi.

Kecurangan dalam pembuatan daftar gaji menjadi perhatian auditor. Kecurangan semacam ini timbul dari adanya pegawai fiktif yang dimasukkan dalam daftar gaji, dan kemungkinan kesalahan yang disengaja dalam menyusun klasifikasi daftar gaji. Ini berarti ada karyawan yang dihitung dengan tarif yang lebih tinggi. Disamping adanya kecurangan tersebut, akuntan harus memperhatikan ketelitian perhitungan sejak penhitungan waktu hadir, insentif sampai dengan pembuatan daftar gaji dan pembuatan slip gaji.

Berbagai aspek resiko diatas akan mempengaruhi strategi audit siklus penggajian dan personalia, oleh karena itu hal hal yang harus dipertimbangkan adalah :

a. Resiko audit yang utama timbul dari pemrosesan transaksi penggajian b. Perusahaan pada umumnya memperluas cakupan pengendalian intern

untuk transaksi penggajian

c. Saldo hutang gaji pada akhir tahun kadang kala tidak material. Teknis audit yang disarankan:

1. Verifikasi kecermatan penyajian berbagai saldo, daftar dan buku pembantu 2. Terapkan prosedur analitikal

3. Lakukan inspeksi proses penghitungan daftar gaji dan hutang

4. Hitung kembali dan lakukan pengujian terhadap daftar gaji dan upah 5. Bandingkan penyajian statement dengan GAAP

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Siklus jasa personalia meliputi semua kejadian dan kegiatan yang berkaitan dengan kompensasi eksekutif dan tenaga kerja. Kompensasi tersebut meliputi gaji, upah per jam, dan insentif lembur (upah lembur), komisi, bonus, dan berbagai bentuk tunjangan karyawan.

Tujuan audit siklus jasa personalia meliputi: (1) asersi keberadaan dan keterjadian, (2) asersi kelengkapan, (3) asersi hak dan kewajiban, (4) asersi penilaian dan pengalokasian, dan (5) asersi pelaporan dan pengungkapan.

Risiko bawaan asersi penilaian atau alokasi pada siklus jasa personalia mungkin saja tinggi karena adanya kompleksitas perhitungan biaya gaji dan upah misalnya besarnya volume, perhitungan gaji dan upah berdasar satuan jumlah produk yang dihasilkan maupun jumlah jam kerja, serta penentuan jumlah gaji berikut bonus dan kompensasi yang berdasar prestasi karyawan. Saldo utang gaji akhir tahun sering tidak material.

Pertimbangan struktur pengendalian intern meliputi: (1) lingkungan pengendalian, (2) penaksiran risiko, (3) sistem akuntansi, dan (4) pemantauan.

Penghimpunan dan pendokumentasian pemahaman pada audit siklus jasa personalia meliputi: (1) Review pendahuluan, (2) Dokumentasi sistem, (3) menganalisa alur transaksi, dan (4) indentifikasi pengendalian untuk memperoleh keyakinan.

Dalam menentukan risiko pengendalian, auditor perlu menyadari bahwa salah saji gaji dan upah dapat disebabkan karena kesalahan yang tidak disengaja maupun manipulasi. Auditor perlu memperhatikan adanya risiko overstatement gaji dan upah. Risiko understatement (asersi kelengkapan) dapat dikatakan sangat kecil karena tenaga kerja akan mengklaim apabila gajinya dibayar dalam jumlah lebih kecil dari semestinya.

Prosedur pengujian pengendalian yang dapat diterapkan untuk siklus gaji dan upah dibedakan atas prsedur: pengujian pengendalian biaya gaji dan upah, dan pengujian pengendalian pendistribusian cek gaji.

Pengujian substantif saldo utang gaji dan upah meliputi: prosedur analitis, perhitungan kembali utang gaji dan upah yang dibebankan, verifikasi kompensasi eksekutif, dan menganalisis penyajian dan pengungkapan laporan keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin. A, Randal J. Elder, Mark S.Beasley. 2008. Auditing dan Jasa

Assurance Edisi 12-Jilid 2.Erlangga. Jakarta

h t tp s :/ /a n d inu r ha s a n a h. w ordp r e ss .com/2013/0 5 /18/ a udi t - s iklu s -p e ngg a ji a n- d a n- s onper a li a / (Diakses pada 26 April 2018).

h t tp s :// www .aca d e m ia.edu/3217633 5 / P e ngau d it a n_ S iklu s _ J a s a_ P er s on a lia. d ocx (Diakses pada 26 April 2018).

Dokumen terkait