• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian mengenai peran pelabuhan dalam pengembangan usaha kecil pengolahan ikan dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2011. Penelitian bertempat di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar, Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian 3.2 Metode Penelitian

Metode penelitan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu metode studi kasus. Penilaian dalam mengetahui peran pelabuhan perikanan dalam perkembangan usaha kecil pengolahan ikan diperoleh dengan mengamati kegiatan usaha kecil pengolahan ikan yang ada di dalam kawasan pelabuhan mulai proses praproduksi, produksi dan distribusi/pemasaran yang dilakukan oleh usaha kecil dan menengah pengolahan ikan. Aspek yang diteliti yaitu aspek pelayanan dan ketersediaan fasilitas di PPP Muncar. Metode pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Metode pengumpulan data No Tujuan Cara pengambilan data Data Jenis data Sumber data 1 Mendeskrip- sikan usaha pengolahan ikan di PPP Muncar Wawancara dan pengamatan

Jumlah usaha pengolahan ikan di PPP Muncar Jenis usaha pengolahan ikan di PPP Muncar Daerah distribusi hasil olahan ikan di PPP Muncar Kebutuhan bahan baku perproduksi usaha pengolahan

Asal bahan baku produksi pengolahan ikan Data primer dan sekunder Pengelola usaha kecil pengolahan ikan Pengelola PPP Muncar 2 Mengetahui peran pelabuhan dalam pengembang- an usaha kecil pengolahan ikan Wawancara dan pengamatan

Ketersediaan suplai bahan baku untuk pengolahan Ketersediaan fasilitas dan pelayanan yang digunakan dalam aktivitas

pengolahan ikan Ketersediaan informasi mengenai harga pasar Ketersediaan sarana dan prasarana dalam pendistribusian hasil olahan ikan Data primer dan sekunder Pengelola PPP Muncar Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Banyuwangi 3 Mengetahui kepuasan pengolah ikan terhadap pelayanan PPP Muncar Wawancara dan pengamatan

Ketersediaan bahan baku Kapasitas dan pelayanan fasilitas yang digunakan dalam aktivitas pengolahan ikan Ketersediaan informasi mengenai harga pasar Pelayanan sarana dan prasarana dalam pendistribusian hasil olahan ikan

Program atau kegiatan pihak pelabuhan dalam pengembangan pengolahan Data primer Pengelola usaha kecil pengolahan ikan

Data yang dikumpulkan yaitu berupa data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode purposive sampling.

Purposive sampling merupakan pengambilan sampel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, jumlah atau ukuran sampel tidak dipersoalkan dan unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak-pihak terkait dengan tujuan

penelitian. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas pengolahan dari proses praproduksi, proses produksi dan pasca produksi yaitu dalam kegiatan distribusi.

Pengisian kuisioner dilakukan dengan mewawancarai responden sebanyak 12 responden yang terdiri dari 10 pengolah ikan yang merupakan usaha kecil, pengelola pelabuhan, dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bayuwangi. Pengolah ikan yang diwawancarai yaitu pengolah ikan yang melaksanakan kegiatan usaha pengolahnannya di dalam kawasan pelabuhan. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait dengan bidang perikanan. Data sekuder didapatkan dari pengelola PPP Muncar serta Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Banyuwangi.

3.4 Analisis Data

3.4.1 Deskripsi usaha pengolahan ikan di PPP Muncar

Usaha pengolahan ikan di PPP Muncar dianalisis secara deskriptif. Analisis dimulai dari proses praproduksi, proses produksi dan distribusi dari usaha pengolahan ikan. Data yang dianalisis yaitu jumlah usaha pengolahan ikan, jenis olahan, daerah distribusi hasil olahan ikan, kebutuhan bahan baku, asal bahan baku, pelayanan dan fasilitas pelabuhan yang dipergunakan oleh usaha pengolahan ikan pada kegiatan praproduksi, produksi dan distribusi.

3.4.2 Peran pelabuhan perikanan dalam pengembangan usaha kecil pengolahan ikan

Analisis peran pelabuhan perikanan dalam pengembangan usaha kecil pengolahan dilakukan secara deskriptif. Data yang dianalisis yaitu berkaitan dengan ketersediaan fasilitas dan pelayanan yang diberikan PPP Muncar baik saat poses proses praproduksi, produksi maupun distribusi dan pemasaran dalam pengembangan usaha pengolahan ikan. Aspek yang akan dianalisis tersaji dalam Tabel 3:

Tabel 3 Analisis peran pelabuhan perikanan dalam pengembangan usaha kecil pengolahan

Prapoduksi Produksi Distribusi /

Pemasaran Pelayanaan 1.Ketersediaan suplai bahan baku pengolahan ikan 2.Pemantauan mutu bahan baku pengolahan ikan 3.Penyediaan informasi harga ikan 1. Program atau pembinaan Usaha Kecil pengolah ikan 1.Penyediaan informasi daerah distribusi 2.Penyediaan informasi harga pasar Ketersediaan fasilitas 1.Cold storage 2.Pabrik es atau gudang es 3.TPI 4.Instalasi air bersih 5.Lahan 1. Instalasi air bersih 2. Instalasi listrik 3. Instalasi BBM 4. Pengolahan limbah 1. Ketersediaan kendaraan distribusi 2. Ketersediaan pasar atau tempat untuk menjual hasil olahan ikan

3.4.3 Kepuasan pengolah ikan terhadap peranan pelabuhan

Analisis parameter kepuasan usaha kecil pengolahan ikan dilakukan dengan menggunakan metode Importance-Performance Analysis (IPA). Metode IPA yaitu metode untuk mengukur tingkat kepentingan dan kinerja sehingga didapatkan informasi tentang tingkat kepuasan pengolah ikan terhadap peranan pelabuhan. Kepuasan peranan pelabuhan ini mencakup pelayanan, ketersediaan fasilitas, cara melayani dan pelayanan yang diberikan pihak pelabuhan. Penilaian pengolah terhadap pelabuhan diperoleh dari hasil wawancara dan pengisian kuisioner yang akan dikonversikan kedalam skala 5 tingkat. Untuk penilaian tingkat kepentingan, responden diminta menilai seberapa penting atribut pelayanan menurut penilaian mereka dengan cara memberi penilaian dengan rentang 1-5 (Rangkuti, 2006). Untuk atribut yang dianggap penting dan mempengaruhi kepuasan pengolah terhadap peranan pelabuhan dapat dilihat pada Lampiran 6.

Tabel 4 Tingkat kepentingan pelayanaan penyediaan kebutuhan pengolahan ikan Jawaban Nilai Tidak Penting 1 Kurang Penting 2 Cukup Penting 3 Penting 4 Sangat Penting 5

Tingkat kinerja diukur berdasarkan kinerja aktual dari pelayanan yang diberikan pelabuhan yang dirasakan pengolah ikan. Untuk menentukan nilai tingkat pelaksanaan digunakan skala likert (rentang 1-5) dalam memberi penilaian terhadap jawaban pengolah ikan. Kelima penilaian diberi nilai sebagaimana terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5 Tingkat kinerja pelayanan penyediaan kebutuhan pengolahan ikan

Jawaban Nilai Tidak Puas 1 Kurang Puas 2 Cukup Puas 3 Puas 4 Sangat Puas 5

Untuk mendapatkan gambaran lebih komprehensif mengenai Importance and Performance Analysis, digunakan diagram kertesius. Diagram ini merupakan suatu bangunan yang dibagi atas empat bagian yang dibatasi dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik (X, Y). Ada pun tahapan yang dilakukan adalah:

1) Menghitung jumlah skor kinerja (X) dan jumlah skor kepentingan (Y) pada masing-masing atribut pelayanan.

Tabel 6 Penilaian kinerja dan kepentingan penyediaan kebutuhan produksi pengolahan ikan

No. Atribut Skor Kinerja (X) Skor Kepentingan (Y) 1

2

n ∑ XiYi

2) Mengisi sumbu X pada diagram dengan tingkat kinerja dan sumbu Y dengan skor tingkat kepentingan. Setiap faktor yang mempengaruhi kepuasan pengolah dihitung dengan:

Xi Yi

X = Y = ………..(1) n n

Keterangan :

X : Skor rata-rata tingkat kinerja

Y : Skor rata-rata tingkat kepentingan

Xi : Jumlah skor kinerja (X)

Yi : Jumlah skor kepentingan (Y) n : Jumlah responden

Tabel 7 Penilaian responden terhadap atribut tingkat kinerja dan kepentingan

Responden Atribut Tingkat Kinerja (X) Total

1 2 3 4 5 i (∑) 1 2 3 .. .. .. N ∑ Xi X X

Responden Atribut Tingkat Kepentingan (Y) Total 1 2 3 4 5 i (∑) 1 2 3 .. .. .. N ∑ Yi Y Y

3) Menghitung letak batas dua garis berpotongan dengan rumus

XY

x= y = ……….(2)

i i

Keterangan :

x : Rata-rata dari rata-rata skor tingkat kinerja

y : Rata-rata dari rata-rata skor tingkat kepentingan

X : Jumlah skor rata-rata tingkat kinerja

Y : Jumlah skor rata-rata tingkat kepentingan

i : Bayak atribut yang mempengaruhi kepuasan pengolah

Sehingga dapat dibuat diagram kartesius seperti ditunjukan oleh Gambar 2.

Gambar 2 Diagram karteius tingkat kepentingan dan pelaksanaan atribut-atribut kepuasan pengolah ikan

A B

Prioritas Utama Pertahankan Prestasi

C D

Prioritas Rendah Berlebihan X= x x y Kepentingan (Y) Kinerja (X) Y = y

4) Didapat titik-titik (X,Y) yang menggambarkan letak atribut ke-x pada diagram. Posisi masing-masing atribut pada keempat kuadran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

(1) Kuadran A (Prioritas Utama):

Menunjukan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan pelanggan. Termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap sangat penting, namun manajemen belum melaksanakan sesuai keinginan pelanggan sehingga mengecewakan atau tidak puas.

(2) Kuadran B (Pertahankan Prestasi):

Menunjukan unsur jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan perusahaan, sehingga wajib untuk dipertahankan. Dianggap sangat penting dan sangat memuaskan.

(3) Kuadran C (Prioritas Rendah):

Menunjukkan faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi pelanggan, pelaksanaannya oleh perusahaan biasa-biasa saja. Dianggap kurang penting dan kurang memuaskan.

(4) Kuadran D (Berlebihan):

Menunjukan faktor yang mempengaruhi pelanggan kurang penting, akan tetapi pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi sangat memuaskan.

4. KEADAAN UMUM

4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi

4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah 5.782,5 km² terbagi dalam wilayah administrasi dengan 24 kecamatan, 189 desa dan 28 kelurahan. Kab Banyuwangi terletak diantara

koordinat 7°43’- 8°46’ Lintang Selatan (LS) dan 113°53’ - 114°38’ Bujur Timur (BT) dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Situbondo dan Bondowoso Sebelah Timur : Selat Bali

Sebelah Selatan : Samudera Hindia

Sebelah Barat : Kabupaten Jember dan Bondowoso 2) Topografi dan jenis tanah

Kabupaten Banyuwangi terletak pada ketinggian 0-1.000 m diatas permukaan laut, yang merupakan daratan rendah, sedikit miring arah Barat Laut ke Tenggara. Daratan tinggi terletak di bagian Barat dan Utara dimana terdapat gunung-gunung yang berbatasan dengan Kabupaten Situbondo, Bondowoso dan Jember. Sedangkan bagian timur dan selatan sekitar 75% merupakan daratan rendah persawahan. Jenis tanah yang ada di Kabupaten Banyuwangi merupakan tanah jenis regosol, lathasol, pasolik dan gambut (DKP Banyuwangi, 2010). 3) Iklim

Daerah Kabupaten Banyuwangi memiliki iklim tropis dengan suhu rata- rata 25°-29°C curah hujan antara November - Mei. Setiap tahun dijumpai periode bulan basah, bulan lembab dan bulan kering (theory oldeman) dimana bulan basah dengan curah hujan diatas 200 mm yaitu bulan Januari, Mei, Oktober dengan rata- rata hari hujan berturut-turut 20,24 dan 19 mm. Sedangkan bulan kering adalah bulan Juli, September dan November dengan curah hujan dibawah 100 mm, bulan-bulan yang lain merupakan bulan lembab dengan tingkat curah hujan rata- rata 100-200 mm. Menurut perhitungan Schmidt-Ferguson, tahun 2010 dikategorikan mempunyai iklim sangat basah dikarenakan perbandingan antara

rata-rata banyaknya bulan-bulan kering dan rata-rata banyaknya bulan basah berada di level 0-0,143 (DKP Banyuwangi, 2010).

4) Laut, pesisir dan pantai

Kabupaten Banyuwangi memiliki wilayah laut diantaranya yaitu Selat Bali dan Samudera Hindia. Selat Bali di dominasi ikan permukaan dan hasil terbesar yaitu ikan lemuru (Sardinella lemuru). Samudera Hindia yang terletak di sebelah selatan di domisili ikan dasar, ikan pelagis kecil dan besar. Banyuwangi mempunyai pesisir pantai dengan panjang sekitar 282 km. Beberapa wilayah pesisir merupakan lahan yang potensial bagi budidaya air payau, pembenihan udang windu dan masih terdapat 15 pulau yang belum dimanfaatkan dengan baik (DKP Banyuwangi, 2010).

5) Sungai

Di Kabupaten Banyuwangi terdapat 81 sungai dengan panjang keseluruhan mencapai sekitar 735 km yang berfungsi untuk pertanian dan perikanan. Sungai-sungai tersebut ada yang bermuara di Selat Bali yaitu Sungai Lo, Sungai Setail, Sungai Kalibaru, Sungai Sepanjang serta Sungai Kempit dll. Selain sungai juga terdapat 7 waduk dengan luas mencapai 4,0 ha serta 2 rawa yang luasnya mencapai 1,50 ha (DKP Banyuwangi, 2010).

6) Penduduk

Berdasarkan data statistik dan dinas kependudukan, catatan sipil dan tenaga kerja jumlah penduduk di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2010 sebesar 1.613.474 jiwa. Jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi yang bermata pencaharian sebagai nelayan / perikanan sebesar 30.535 orang atau 1,89% dengan rincian nelayan / perikanan sebesar 22.955 orang atau 1,42%, nelayan perairan umum sbesar 2.150 atau 0,13 % dan petani ikan sebesar 5.430 atau 0,33%.

Kondisi penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan berada di 11 kecamatan yaitu Wongsorejo, Muncar, Pesanggaran, Purwoharjo, Kalipuro, Banyuwangi, Kabat, Siliragung, Rogojampi, Bangurejo dan Tegal Delimo. Pembudidayaan tambak dan pembenihan berada di 8 kecamatan, namun yang masih beroperasi hanya berada di dua kecamatan yaitu Kecamatan Wongsorejo dan Kecamatan Kalipuro. Pembudidaya ikan air tawar terdapat di hampir semua kecamatan (DKP Banyuwangi, 2010).

4.1.2 Keadaan umum perikanan di Kabupaten Banyuwangi

Wilayah perairan di Kabupaten Banyuwangi dibatasi oleh lautan yaitu Selat Bali di sebelah Timur dan Samudera Hindia di sebelah Selatan. Selat Bali dan Samudera Hindia merupakan salah satu daerah perikanan utama di Jawa Timur. Selat Bali yang luasnya 960 mil2 memiliki potensi penangkapan maksimum lestari untuk ikan pelagis dengan hasil tangkapan yang dominan yakni lemuru (Sardinella Lemuru) sebesar 46.400 ton. Muncar memiliki potensi penangkapan maksimum lestari ikan lemuru sebesar 25.256 ton/tahun. Samudera Hindia luasnya sekitar 2.000 mil2 memiliki potensi lestari sebesar 212.500 ton/tahun, yang terdiri ikan demersal sebesar 103.000 ton/tahun dan ikan permukaan sebesar 109.500 ton/tahun. Tingkat pengusahaan sumberdaya perikanan di Selat Bali sudah dilakukan secara intensif sehingga dinyatakan padat tangkap. Sedangkan tingkat pengusahaan di Samudera Hindia masih relatif rendah, sehingga masih memungkinkan untuk ditingkatkan (DKP Banyuwangi, 2010).

Pengembangan usaha penangkapan di perairan pantai yang masih potensial dilaksanakan melalui motorisasi dan modernisasi unit penangkapan. Jenis alat tangkap yang dikembangkan adalah trammel net, gill net, pancing rawai dan mini purse seine dengan menggunakan perahu motor tempel dan kapal motor. Tabel 8 Produksi penangkapan ikan berdasarkan alat tangkap tahun 2010

No Alat Tangkap Produksi Nilai ton Rp (dalam Juta)

1 Purse seine 23.435 100.573 2 Payang 2.240 15.760 3 Gill net 946 6.407 4 Pancing rawai 908 8.985 5 Pancing lainya 1.005 10.694 6 Bagan 257 1.004 7 Lain-lain 470 3.937 Jumlah 29.264 147.362

Sumber : DKP Kab. Banyuwangi, 2010

Produksi hasil tangkapan di Kabupaten Banyuwangi berasal dari beragam daerah diantaranya yaitu dari Kecamatan Muncar, Pesanggrahan, Purwoharjo, Wongsorejo, Kalipuro, Banyuwangi, Kabat, Rogojampi, Tegal Delimo, Siliragung

dan Bangorejo. Nilai produksi untuk masing-masing Kecamatan terlihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Produksi penangkapan ikan di Kabupaten Banyuwangi

No Kecamatan 2009 2010 Produksi (ton) Nilai Rp (juta) Produksi (ton) Nilai Rp (juta) 1 Muncar 48.304 147.948 27.746 137.604 2 Pesanggaran 1.284 5.77 411 2.831 3 Purwoharjo 426 2.237 700 3.833 4 Wongsorejo 672 4.370 160 1.265 5 Kalipuro 532 3.034 66 468 6 Banyuwangi 8,54 55 27 196. 7 Kabat 4,21 25 17 111 8 Rogojampi 126 808 104 779 9 Tegaldlimo 15 93 29 271 10 Siliragung 3,56 19 0 0 11 Bangorejo 2,71 15 0 0 Jumlah 51.371 161.438 29.264 147.362

Sumber : DKP Kab. Banyuwangi, 2010

Pada Tabel 9 di atas tergambar bahwa produk perikanan didominasi oleh Kecamatan Muncar sekitar 94,81% dari semua produksi penangkapan ikan. Hal ini disebabkan karena usaha penangkapan di Muncar merupakan sentra kegiatan perikanan di Kabupaten Banyuwangi, disamping itu kegiatan penangkapan ikan sudah dilaksanakan secara intensif dengan armada dan alat tangkap perikanan yang cukup memadai.

4.2Keadaan Perikanan Tangkap di PPP Muncar 4.2.1 Letak dan kondisi fisik PPP Muncar

Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai (UPPP) Muncar Banyuwangi merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur, yang pada tahun 1984 bernama Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai (UPPP) Muncar. UPPP Muncar berada di Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur.

Kecamatan Muncar terletak di Selat Bali pada posisi 08.10’- 08.50 LS atau

114.15’-115.15’BT yang mempunyai teluk bernama Teluk Pangpang, mempunyai panjang pantai sekitar 13 km dengan pendaratan ikan sepanjang 5,5 km. Jarak

PPP Muncar dengan ibukota kecamatan 2 km, dengan ibukota kabupaten 37 km, dan dengan ibukota propinsi 332 km. Kecamatan Muncar mempunyai penduduk 140.125 jiwa. Masyarakatnya terdiri dari Suku Jawa, Madura, Osing, dan Bugis. Total penduduk di Muncar, hanya sedikit yang memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan sebanyak 11.341 jiwa atau sebesar 8,59% selebihnya penduduk Kecamatan Muncar bekerja di sektor industri, perdagangan, pertanian, dan lain sebagainya (DKP Banyuwangi, 2010).

Luas lahan yang dimiliki oleh PPP Muncar adalah 5,5 ha dengan luas lahan kolam pelabuhan sekitar 2 ha. Kolam pelabuhan yang tersedia hanya mampu menampung sekitar 150-200 kapal, sehingga banyak kapal yang lego jangkar di luar kolam pelabuhan. Kolam pelabuhan yang tersedia nantinya akan diperluas menjadi 10 ha maka diharapkan nantinya kolam pelabuhan akan dapat menampung kapal sekitar 900-1000 unit kapal berbagai ukuran (DKP Banyuwangi, 2010).

Kondisi breakwater yang berada di sisi kiri sepanjang 70 m dan sisi kanan 100 m dalam kondisi baik. Rencana pengembangan PPP Muncar berdampak pada penambahan breakwater sisi kiri menjadi 390 m dan sisi kanan 72 m. Penambahan panjang breakwater ini dapat melindungi nelayan dari hempasan gelombang. Selain itu PPP Muncar memiliki lahan komersial sekitar 16.400 m² dengan rician sebelah selatan sekitar 8.000 m² dan sebelah utara sekitar 84.000 m² (PPP Muncar, 2010).

4.2.2 Produksi hasil tangkapan

Produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Muncar dapat terlihat pada Tabel 10, dimana hasil tangkapan tiap tahunnya didominasi oleh hasil tangkapan ikan lemuru. Hasil tangkapan lemuru untuk periode tahun 2006-2007 tidak terjadi suatu perubahan, akan tetapi pada tahun 2007-2008 terjadi penurunan persentase jumlah sebesar 10%. Pada periode tahun 2007-2008 terjadi peningkatan produksi lemuru kembali sebesar 9%.

Tabel 10 Tabel produksi hasil tangkapan di PPP Muncar Data Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 Total produksi Ikan (ton) 58,81 60,39 35,75 32,78 22,04 Produksi Ikan Lemuru (ton) 51,16 52,53 27,52 28,19 17,63 Sumber: PPP Muncar, 2010

Produksi hasl tangkapan di PPP Muncar dalam kurun waktu lima tahun terakhir terjadi penurunan. Penurunan ini disebabkan salah satunya oleh pencemaran air laut oleh limbah-limbah industri pengolahan. Fluktuasi produksi hasil tangkapan di PPP Muncar secara menyeluruh dapat terlihat pada Gambar 3 dibawah ini:

Gambar 3 Produksi hasil tangkapan di PPP Muncar 2006-2010

Produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Muncar periode tahun 2006-2010 terlihat pada Gambar 3, dimana produksi hasil tangkapan terbanyak pada tahun 2007 dan menurun secara berkelanjutan hingga tahun 2010. Terlihat bahwa pada tahun 2007 produksi hasil tangkapan di PPP Muncar sebesar 60.393 ton, tahun 2008 menurun menjadi 35.756 ton. Hasil tangkapan pada tahun 2008 jumlahnya sedikit namun, harga ikan pada tahun 2008 meningkat. Pada Tabel 10 terlihat bahwa tahun 2007 nilai produksi ikan di PPP Muncar bernilai Rp 87,49 juta dan pada tahun 2008 nilai produksi ikan di PPP Muncar berjumlah Rp112,72 juta. Penurunan pada tahun 2008 terjadi karena kelangkaan terhadap ikan hasil

0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 2006 2007 2008 2009 2010 P roduk si ( ton) Tahun

tangkapan tetapi banyak konsumen yang membutuhkannya, sehingga penawaran tidak sebanding dengan permintaan dan menyebabkan harga ikan naik pada tahun 2008.

4.2.3 Unit penangkapan ikan di PPP Muncar

1) Kapal/perahu penangkap ikan

Kapal atau perahu penangkapan ikan yang beroperasi di PPP Muncar dapat diklasifikasi menjadi tiga jenis, yaitu kapal motor (KM), perahu motor tempel (PMT), dan perahu tanpa motor (PTM). Kapal motor terdiri dari kapal motor kurang dari 5 GT, 5-10 GT, dan 10-30 GT. Jumlah armada penangkapan ikan yang berada di PPP Muncar selama periode tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Tabel 11 dan Gambar 4.

Tabel 11 Armada penangkap ikan di PPP Muncar Armada (unit) Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 a. Kapal Motor 5 GT 566 566 566 566 566 5 GT - 10 GT 319 319 319 319 319 10 GT - 30 GT 189 189 189 189 189

Jumlah kapal motor 1.074 1.074 1.074 1.074 1.074 b. Perahu Motor Tempel 508 1.401 1.401 676 676

c. Perahu Tanpa Motor 1.263 96 96 121 121

Jumlah seluruh 2.845 2.571 2.571 1.871 1.871

Sumber: PPP Muncar, 2010

Jumlah kapal atau perahu penangkapan tersebut didominasi oleh jenis kapal motor dan perahu motor tempel. Perahu motor lebih diminati oleh nelayan Muncar karena dapat menempuh fishing ground yang lebih jauh dan harganya lebih murah dibanding dengan kapal motor. Armada yang paling sedikit jumlahnya yaitu armada perahu tanpa motor. Perahu tanpa motor jumlahnya melimpah pada tahun 2006 dan menurun secara drastis pada tahun 2007 hingga tahun 2010. Hal ini terjadi karena banyak nelayan yang berpindah menggunakan perahu motor tempel pada tahun 2006, terlihat bahwa pada tahun 2007 jumlah pengguna perahu motor tempel meningkat menjadi 1.401 armada. Perahu tanpa

motor merupakan armada yang jumlahnya banyak dimiliki oleh nelayan dari golongan kurang mampu atau berasal dari golongan bawah (Witry, 2011).

Gambar 4 Perkembangan jumlah kapal/perahu penangkapan ikan di PPP Muncar

Perkembangan armada penangkap ikan di PPP Muncar terlihat pada Gambar 4. Terlihat pada tahun 2006-2010 terjadi perubahan yang cukup besar untuk armada perahu tanpa motor. Pada periode tahun 2006-2007 terjadi penurunan armada secara signifikan. Penurunan jumlah untuk armada perahu tanpa motor diiringi dengan penaikkan jumlah armada perahu motor tempel, sedangkan untuk kapal motor jumlahnya merata tidak terjadi fluktuasi di setiap tahunnya (DKP Banyuwangi, 2010).

2) Alat tangkap

Alat tangkap yang berada di PPP Muncar jenisnya beragam, seperti purse seine, payang, gill net, pancing tonda, rawai hanyut, pancing ulur, bagan tancap, sero dan lain-lain. Alat tangkap yang beroperasi di PPP Muncar biasanya menangkap di perairan Selat Bali dengan trip one day fishing. Alat tangkap yang bersandar di PPP Muncar tidak hanya milik nelayan asli Kecamatan Muncar tetapi banyak pula milik nelayan pendatang dari luar daerah seperti Madura dan Bali. Jumlah alat tangkap yang berada di PPP Muncar dapat terlihat pada Tabel 12.

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 2006 2007 2008 2009 2010 Juml ah arm ada (un it ) KM PMT PTM Tahun

Tabel 12 Jumlah alat tangkap di PPP Muncar tahun 2006-2010

Alat Penangkap Ikan Tahun

2006 2007 2008 2009 2010 Purse Seine 166 185 185 203 203 Payang 112 44 44 42 42 Gill Net 276 255 255 679 679 Pancing Tonda 5 5 5 5 5 Rawe Hanyut 181 181 181 121 121 Pancing Ulur 442 395 395 516 516 Bagan Tancap 174 129 129 120 120 Sero 142 142 142 224 224 Lain-lain 1.012 1.948 2.124 2.124 2.124 Sumber: PPP Muncar, 2010 3) Nelayan

Nelayan yang berada di PPP Muncar terdiri atas nelayan asli dan nelayan andon. Nelayan andon merupakan nelayan pendatang yang berasal dari luar wilayah Kecamatan Muncar, nelayan ini biasanya berasal dari daerah Jawa Timur, Madura, dan Bali. Nelayan andon jumlahnya meningkat ketika produksi perikanan di PPP Muncar meningkat. Sedangkan nelayan asli yaitu nelayan yang bertempat tinggal di Kecamatan Muncar dan seluruh waktunya digunakan untuk melakukan penangkapan ikan.

Tabel 13 Jumlah nelayan di PPP Muncar tahun 2006-2010

Data Tahun

2006 2007 2008 2009 2010

Nelayan 11.685 12.762 12.257 13.330 13.360

Sumber: PPP Muncar,2010

Jumlah nelayan yang berada di PPP Muncar periode tahun 2006-2010 terjadi peningkatan dan penurunan di setiap tahunnya. Pertumbuhan jumlah nelayan di PPP Muncar tahun 2006-2010 dapat terlihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Jumlah nelayan di PPP Muncar tahun 2006-2010

Pertumbuhan jumlah nelayan di PPP Muncar terlihat pada Gambar 5 pada periode tahun 2006-2007 jumlah nelayan di PPP Muncar jumlahnya meningkat, tetapi pada periode tahun 2007-2008 jumlah nelayan yang ada menurun. Penurunan jumlah berkisar dari 12.762 orang menjadi 12.257 orang nelayan. Penurunan jumlah nelayan ini bersamaan dengan penurunan jumlah hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Muncar. Penurunan jumlah nelayan ini nampaknya tidak berlangsung lama karena pada periode tahun 2008-2009 nelayan

Dokumen terkait