Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis terhadap penyelenggaraan program pemberian ASI Eksklusif di Kota Salatiga dapat dikatakan bahwa Dinas Kesehatan sebagai pengganti Pemerintah Daerah dan merupakan tim inti dari penyelenggaraan program pemberian ASI Eksklusif memiliki peranan yang sangat besar dalam mewujudkan hak anak memperoleh ASI Eksklusif. Disamping Dinas Kesehatan terdapat pihak-pihak yang juga dapat membantu dalam pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif antara lain yaitu Instansi Pemerintahan lain, Tenaga Kesehatan, Pelaku Usaha dan Masyarakat.
Kewajiban yang perlu dilakukan Dinas Kesehatan terdapat dalam ketentuan Pasal 4 Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu.34 Pemenuhan hak anak untuk memperoleh ASI Eksklusif perlu diupayakan mengingat anak membutuhkan gizi yang baik pada masa awal pertumbuhan dan perkembangannya sehingga Dinas Kesehatan dalam melaksanakan hal ini mengacu pada ketentuan dalam Peraturan Walikota Salatiga Nomor 54 Tahun 2011 tentang Tugas Dinas Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas Pejabat Struktural Pada Dinas Daerah Kota Salatiga. Dalam hal dikaitkan dengan teori peran maka pelaksanaan program
34Lihat ketentuan Pasal 4 Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi
ASI Eksklusif tidak terlepas dari tugas dan fungsi Dinas Kesehatan yang dalam hal ini adalah bagian dari Bidang Pelayanan dan Pembinaan Kesehatan. Berdasarkan ketentuan Pasal 59 ayat (2) huruf d Bagian Pelayanan dan Pembinaan Kesehatan yang diantaranya meliputi seksi gizi memiliki tugas untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi penyelenggaraan monitoring (surveilans) gizi, maka status gizi yang baik pada seorang anak juga dapat dipengaruhi oleh adanya pemberian ASI Eksklusif. Tidak hanya itu saja penjelasan lebih lanjut berdasarkan ketentuan Pasal 60 ayat (2) huruf e seksi kesehatan keluarga dan keluarga berencana memiliki tugas untuk menyelenggarakan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian program kesehatan bayi, balita, anak pra sekolah, dan kesehatan reproduksi.
Dengan adanya uraian mengenai tugas pokok yang perlu dilaksanakan Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan program ASI Eksklusif maka diharapkan penyelenggaraan program ini dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diamanatkan dalam ketentuan Pasal 3 Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Insisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu. Selain itu apabila dikaitkan terhadap teori bekerjanya hukum dimasyarakat maka menurut Robbert B. Seidman untuk melihat bekerjanya hukum dalam masyarakat dapat dilihat dari tiga elemen yaitu meliputi :35
1. Lembaga pembuat peraturan 2. Lembaga pelaksana peraturan 3. Pemangku peran
35
Ketiga elemen ini sangat penting untuk menilai berfungsinya hukum atau bekerjanya hukum di masyarakat. Lebih lanjut penulis akan menjelaskan pentingnya ketiga elemen ini dengan mengkaitkan dalam hal mewujudkan hak anak memperoleh ASI Eksklusif.
Pertama, dalam hal lembaga pembuat peraturan, Pemerintah Daerah Kota Salatiga telah mengeluarkan kebijakan terkait dengan pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif khususnya di Kota Salatiga yang terdapat dalam ketentuan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu. Dimana Peraturan Daerah ini memiliki tujuan untuk menjamin pemenuhan hak Bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 (enam) bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya, memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya, meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif. Selain itu Peraturan Daerah ini juga mengatur bagaimana kewajiban dan tanggungjawab pemerintah daerah dalam pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif di Kota Salatiga.
Tidak hanya isi dari Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu saja yang harus dilakukan karena apabila melihat ketentuan pada Peraturan Walikota Nomor 54 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas Pejabat
Struktural Pada Dinas Daerah Kota Salatiga dapat menjadi gambaran bagi Dinas Kesehatan untuk melaksanakan pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif ini sesuai dengan tugas pokok yang telah diamanatkan dalam Peraturan Walikota tersebut. Dengan demikian pemerintah daerah dan pejabat public lainnya harus bekerja secara optimal agar dapat mencapai tujuan yang telah diuraikan di atas guna keberhasilan dalam mewujudkan hak anak memperoleh ASI Eksklusif.
Kedua dalam hal pelaksana peraturan, bila dikaitkan terhadap pemenuhan hak anak untuk memperoleh ASI Eksklusif khususnya di Kota Salatiga, Pemerintah Daerah serta instansi pemerintahan lain wajib mendukung serta melaksanakan progam pemerintah ini. Dengan demikian pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk melaksanakan program ASI Eksklusif sesuai dengan amanat dalam ketentuan Pasal 4 Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif.36 Upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan dalam penyelenggaraan program pemberian ASI Eksklusif telah dilaksanakan berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 dan juga berdasarkan tugas pokok serta fungsi Dinas Kesehatan yang terdapat dalam ketentuan Peraturan Walikota Salatiga Nomor 54 Tahun 2011 mulai dari melakukan advokasi dan sosialisasi, melakukan pelatihan konseling, membina memonitoring dan evaluasi pencapaian program ASI Eksklusif, melakukan
36Lihat Pasal 4 Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan ASI
kerjasama dengan pihak lain, menyediakan konselor ASI di setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan sebagainya. Namun, adanya uraian mengenai pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif yang diuraikan dalam hasil penelitian tentang cakupan ASI Eksklusif memperlihatkan bahwa cakupan ASI Eksklusif yang ditargetkan Dinas Kesehatan yaitu sebanyak 80% sampai dengan tahun 2014 belum terpenuhi yaitu hanya sebanyak 57,9%, hal ini dapat menjadi penghambat bagi Dinas Kesehatan dalam menyelenggarakan program ASI Eksklusif karena tingkat keberhasilan pelaksanaan dan pencapaian program ASI Eksklusif dilihat dari pemenuhan target cakupan ASI Eksklusif. Selain itu Dinas Kesehatan juga masih kesulitan untuk memantau secara langsung ibu yang bekerja di luar Kota Salatiga untuk melaksanakan pemberian ASI Eksklusif dan Dinas Kesehatan masih menemukan tingkat kesadaran ibu untuk mau menyusui yang rendah karena disebabkan oleh beberapa alasan salah satunya adalah kesibukan ibu bekerja sehingga tidak memiliki waktu untuk menyusui.
Ketiga, dalam hal pemangku peran dapat dikaitkan dengan
keterlibatan masyarakat dan pelaku usaha dengan tujuan untuk meningkatkan peran masyarakat dalam mendukung secara aktif pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif ini dan meningkatkan kepedulian serta perhatian pelaku usaha dalam memberikan dukungan bagi ibu bekerja dalam pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 7 Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi
Menyusu Dini dan Air Susu Ibu menyebutkan bahwa masyarakat berperan aktif mendukung keberhasilan penyelenggaraan IMD dan ASI Eksklusif baik secara perorangan, kelompok, instansi maupun organisasi.
Peran aktif masyarakat dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan untuk ikut memberi rencana atau masukan pemikiran terkait dengan pelaksanaan ASI Eksklusif, dapat juga membantu menyebarkan informasi dengan cara menyampaikan kepada masyarakat lain tentang pentingnya ASI. Tidak hanya peran masyarakat saja yang dibutuhkan, karena apabila melihat pada ketentuan Pasal 18 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu dijelaskan bahwa peran pelaku usaha juga penting dalam pelaksanaan program ASI Eksklusif37 sehingga pelaku usaha perlu mengupayakan terselenggaranya pelaksanaan program ASI Eksklusif ini dengan menyediakan fasilitas ruang ASI yang layak dan sesuai bagi pekerja wanita serta memberikan kesempatan pada saat jam kerja untuk bisa menyusui ataupun memerah ASI. Dengan demikian peran pelaku usaha tidak dapat dikesampingkan begitu saja, mengingat pelaku usaha juga wajib mendukung serta melaksanakan program pemberian ASI Eksklusif guna mewujudkan pemenuhan hak anak untuk memperoleh ASI Eksklusif.
37
Lihat ketentuan Pasal 18 ayat (3) Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu.
Segala upaya yang telah dilakukan Dinas Kesehatan yang telah diuraikan penulis diatas berdasarkan hasil penelitian guna mewujudkan hak anak untuk memperoleh ASI Eksklusif telah dilakukan sesuai dengan apa yang telah diamanatkan dalam ketentuan Pemerintah Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu, dan dilakukan berdasarkan tugas pokok Dinas Kesehatan yang terdapat dalam Peraturan Walikota Nomor 54 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas Pejabat Struktural Pada Dinas Daerah Kota Salatiga. Hanya saja apa yang sudah dilakukan menurut penulis masih kurang optimal.
Dengan demikian berdasarkan hasil analisis yang dilakukan penulis dengan menggunakan teori bekerjanya hukum dimasyarakat diharapkan dapat dijadikan acuan bagi pemerintah daerah serta pejabat public lainnya dalam melaksanakan kebijakan pemerintah terkait dengan pemberian ASI Eksklusif secara optimal dan baik guna terpenuhinya hak anak untuk memperoleh ASI Eksklusif di Kota Salatiga serta diharapkan dengan adanya ketentuan pelaku usaha untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan program ini, dapat menjadi acuan pelaku usaha untuk menyelenggarakan pelaksanaan program ASI Eksklusif tanpa adanya diskriminasikan terhadap apa yang mejadi hak ibu dan anak.