B. HASIL PENELITIAN
B.2. Penyelenggaraan Program Pemberian ASI Eksklusif Di Kota Salatiga
Berdasarkan ketentuan Pasal 2 Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu, Peraturan Daerah ini memiliki tujuan untuk menjamin pemenuhan hak Bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 (enam) bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya, memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif
kepada bayinya, meningkatkan peran dan dukungan Keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Dengan demikian guna mewujudkan tujuan dari dibentuknya Peraturan Daerah ini pemerintah daerah memiliki kewajiban melaksanakan program IMD dan ASI Eksklusif. Pemerintah Daerah melalui Dinas Kesehatan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis menurut kepala seksi gizi Dinas Kesehatan Kota Salatiga26 mengungkapkan bahwa dalam rangka mewujudkan hak anak memperoleh ASI Eksklusif di Kota Salatiga Dinas Kesehatan menyelenggarakan kegiatan pelaksanaan program ASI Eksklusif dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dapat membantu dalam pelaksanaan program ASI Eksklusif serta dalam melaksanakan advokasi dan sosialisasi kepada masyarakat Dinas Kesehatan melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dengan melakukan penyuluhan yang diadakan setiap satu bulan sekali guna menekankan kepada masyarakat bahwa ASI itu penting,
Sumber daya manusia yang dimaksudkan meliputi tenaga kesehatan, tenaga kesehatan lainnya, konselor ASI, motivator ASI dan tenaga terlatih lainnya yang dapat membantu pelaksanaan program ASI Eksklusif ini. Tugas Dinas Kesehatan tidak hanya melaksanakan sosialisasi dan advokasi saja karena Dinas Kesehatan juga memberikan pelatihan teknis konseling menyusui dengan melibatkan tenaga kesehatan untuk melakukan teknis
26
Wawancara dengan Kepala seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Salatiga, Narasumber: Ibu Siti Maesaroh, Salatiga, 25 Februari 2016.
konseling yang diwajibkan oleh World Health Organization (WHO) dengan ketentuan waktu 48 jam yang ditempuh selama 5 hari.27 Bentuk pelatihan teknis konseling meliputi menekankan pentingnya menyusui, cara kerja menyusui, cara menilai proses menyusui, cara mengamati proses menyusui, cara membangun rasa percaya diri dan memberi dukungan, meningkatkan produksi ASI, mempertahankan menyusui, dan cara membantu ibu bekerja untuk datpat menyusui.
Tenaga kesehatan yang disediakan pemerintah daerah diantaranya adalah konselor ASI dan motivator ASI. Perbedaan antara konselor ASI dan motivator ASI terlihat dari cara kerja keduanya dimana konselor ASI memiliki tugas yang bersifat individu yaitu dengan cara menerima serta mendengarkan permasalahan seseorang tentang ASI dan memberikan dukungan kepada ibu untuk menyusui, sedangkan motivator ASI memiliki tugas yang bersifat umum yaitu dengan cara bagaimana seorang motivator bisa memotivasi seseorang untuk memberikan ASI pada bayinya.
Adapun kewajiban seorang konselor ASI adalah memberikan dukungan dan support untuk ibu yang menyusui sampai dengan usia 2 tahun, karena menurut World Health Organization (WHO) makanan bayi terbagi kedalam 4 katagori yaitu meliputi :
1. Inisiasi Menyusu Dini
2. Pemberian ASI mulai usia 0-6 bulan
27
Wawancara dengan Ketua Ikatan Konselor ASI Kota Salatiga, Narasumber: Ibu Titik Kristiana Anggraeni, Salatiga, 25 Februari 2016.
3. Makanan Pendamping ASI (MPASI)
4. ASI diberikan sampai dengan 2 tahun/lebih.28
Selain memiliki kewajiban untuk memberikan dukungan dan support untuk ibu menyusui, Konselor ASI juga melakukan sosialisasi akan pentingnya ASI Eksklusif dengan cara yang bersifat formal yaitu melakukan kerjasama dengan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk memberitahukan kepada masyarakat yang belum teredukasi masalah ASI Eksklusif, dan menggunakan cara yang bersifat non formal yaitu dilakukan apabila menemukan ibu menyusui di fasilitas umum dengan cara yang salah supaya diperbaiki cara menyusuinya. Kewajiban pemerintah daerah dalam hal menyediakan tenaga konselor sudah dilakukan dengan menyediakan di fasilitas kesehatan maupun fasilitas umum. menurut ketua konselor ASI Kota Salatiga sudah terdapat 41 orang konselor ASI yang ditempatkan diberbagi instansi pemerintahan, fasilitas pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas, serta perusahaan yang berdiri di kota salatiga. Berikut ini data konselor ASI yang ada di Kota Salatiga.
Tabel 2. Jumlah Konselor ASI
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Jumlah - - - 32 orang 35 orang 44 orang 41 orang Sumber : Data Dinas Kesehatan Kota Salatiga dari Tahun 2010 s/d Tahun 2016
28Wawancara dengan Ketua Ikatan Konselor ASI Kota Salatiga, Narasumber: Ibu Titik Kristiana
Dari data yang diuraikan diatas terlihat bahwa jumlah konselor dari tahun 2013 s/d 2015 mengalami kenaikan, namun pada tahun 2016 terjadi penurunan jumlah konselor. Dengan adanya konselor ASI yang ditempatkan di setiap instansi Kota Salatiga diharapkan mampu membantu pemerintah dalam penyelenggaraan program pemberian ASI Eksklusif yang sedang digalakkan pemerintah, sehinga dapat direalisasikan dengan baik dan tepat sasaran.
Kewajiban pemerintah daerah dalam melakukan pembinaan, monitoring evaluasi, pengawasan pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI Eksklusif, menurut kepala seksi gizi29 Dinas Kesehatan bekerjasama dengan lintas program lain yang ada dalam sturktur organisasi Dinas Kesehatan yaitu dengan bidang Pemberdayaan Kemitraan dan Promosi Kesehatan serta Pelayanan dan Pembinaan Kesehatan untuk membantu dalam pelaksanaan program ASI Eksklusif. Pembinaan yang dilakukan Dinas Kesehatan adalah dengan mengadakan kelas ibu di setiap fasilitas pelayanan kesehatan dan perusahaan yang berdiri di Kota Salatiga. Sasaran yang dituju adalah ibu hamil, karena dalam kelas ibu yang diadakan Dinas Kesehatan melakukaan pembinaan untuk meningkatkan kesadaran ibu menyusui setelah melahirkan dan menekankan kepada ibu bahwa pemberian ASI Eksklusif itu penting bagi awal pertumbuhan anak.
29
Wawancara dengan Kepala seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Salatiga, Narasumber: Ibu Siti Maesaroh, Salatiga, 25 Februari 2016.
Pada dasarnya ibu mempunyai peran yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak, seorang ibu dapat memberikan asupan gizi yang baik pada anak guna pertumbuhan anak sejak dini yaitu dengan pemberian ASI Eksklusif. Dengan demikian pemerintah perlu memperhatikan kesehatan si ibu dan juga memberikan kesempatan bagi ibu untuk menyusui kapanpun dan dimanapun, namun sampai saat ini angka kematian pada ibu masih ditemukan, walaupun jumlahnya tidak banyak tetapi hal ini juga dapat menjadi penghambat dalam pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif, sehingga hal ini perlu mendapat perhatian pemerintah. Berikut ini adalah data angka kematian ibu yang diperoleh penulis di Dinas Kesehatan Kota Salatiga dari Tahun 2010 s/d bulan Maret Tahun 2016 adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Angka Kematian Ibu
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Ibu Mati 0 Kasus 6 Kasus 2 Kasus 7 Kasus 2 Kasus 5 Kasus 0 Kasus Sumber : Data Dinas Kesehatan Kota Salatiga dari Tahun 2010 s/d bulan Maret Tahun 2016.
Berdasarkan data yang telah diuraikan diatas terlihat bahwa kasus kematian ibu sampai dengan tahun 2015 mengalami penurunan. Hal ini dapat menjadi acuan bagi pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan serta memperhatikan kesehatan ibu selanjutnya, karena berdasarkan ketentuan dalam Pasal 126 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu”. Dengan demikian pemerintah daerah Kota Salatiga dituntut untuk dapat bekerja secara optimal agar angka kematian ibu dapat diminimalisir sehingga untuk tahun berikutnya tidak terjadi lagi kasus ibu mati yang dapat menjadi salah satu faktor penghambat pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif dengan berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu secara aman, bermutu, dan terjangkau, juga menjamin ketersediaan tenaga kesehatan, fasilitas serta obat-obatan.
Selain adanya kewajiban pemerintah daerah untuk menjamin kesehatan ibu agar angka kematian ibu untuk tahun berikutnya tidak meningkat, pemerintah daerah juga perlu memperhatikan kesehatan bagi anak. Namun berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis Dinas Kesehatan Kota Salatiga, masih ditemukan angka kematian bayi yang cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dalam data Dinas Kesehatan Kota Salatiga dari Tahun 2010 s/d bulan Maret Tahun 2016 sebagai berikut :
Tabel 4. Angka Kelahiran Bayi dan Angka Kematian Bayi
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Kematian Bayi 29 Kasus 21 Kasus 31 Kasus 40 Kasus 37 Kasus 18 Kasus 10 Kasus Bayi Lahir Hidup 3018 2845 2723 2507 2414 1557 571
Sumber : Data Dinas Kesehatan Kota Salatiga dari Tahun 2010 s/d bulan Maret Tahun 2016.
Dari data yang telah diuraikan diatas, terlihat bahwa angka kelahiran bayi dan angka kematian bayi dari tahun ke tahun mengalami penurunan, hal ini dapat menjadi titik terang bagi pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan kualitas kinerja pemerintah daerah untuk menjamin kesehatan pada anak agar pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif pada anak juga dapat dilaksanakan dengan baik dan optimal.
Dalam hal pelaksanaan monitoring, evaluasi, pelaksanaan dan pencapaian program program ASI Eksklusif ini memiliki tujuan untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan progam pemberian ASI dan juga menilai tingkat keberhasilan daerah dalam mewujudkan hak anak memperoleh ASI, dengan bentuk laporan kegiatan yang dibuat oleh posyandu untuk diberikan kepada Dinas Kesehatan melalui puskesmas yang berisikan macam- macam kegiatan pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif yang dilakukan di masyarakat. Tingkat keberhasilan pelaksanaan program ini dilihat dari cakupan ASI Eksklusif yang ditargetkan oleh Dinas Kesehatan yaitu sebanyak 80%. Namun berdasarkan hasil penelitian yang didapat penulis, cakupan ASI Eksklusif dari tahun ke tahun masih jauh dari target yang diharapkan, yaitu :30
Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2006 : 28,08% Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2007 : 27,35% Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2008 : 28,82% Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2009 : 40,06%
30
Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2010 : 37,44% Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2011 : 47,18% Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2012 : 49,46% Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2013 : 52,99% Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2014 : 57,9%
Berdasarkan cakupan ASI Eksklusif yang telah di uraikan diatas, maka Dinas Kesehatan perlu bekerja keras dengan mengupayakan suatu cara agar target cakupan ASI Eksklusif di Kota Salatiga yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan sempurna, karena tingkat keberhasilan pelaksanaan program ASI Eksklusif di Kota Salatiga juga dipengaruhi oleh cara kerja Dinas Kesehatan dalam mewujudkan hak anak untuk memperoleh ASI Eksklusif. Tidak hanya cakupan ASI Eksklusif yang tidak sesuai target saja yang menjadi penghambat karena berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis Dinas Kesehatan masih menemukan hambatan lain dalam pelaksanaan program ASI Eksklusif ini yaitu Dinas Kesehatan kesulitan untuk memantau secara langsung ibu yang bekerja di luar Kota Salatiga untuk melaksanakan pemberian ASI Eksklsif, dan Dinas Kesehatan masih menemukan tingkat kesadaran ibu untuk mau menyusui yang rendah.
Dalam hal melakukan kerjasama dengan pihak lain juga merupakan sebuah kewajiban bagi pemerintah daerah, bentuk kerjasama yang dimaksudkan dapat berupa penyedian ruang ASI yang dibutuhkan ibu menyusui baik di fasilitas pelayanan kesehatan maupun fasilitas umum. Pihak lain yang dimaksudkan meliputi instansi pemerintah, fasilitas pelayanan
kesehatan dan perusahaan yang berdiri di Kota Salatiga. Pemerintah Daerah melakukan kerjasama dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat (BAPERMAS), SAMSAT, POLRES, RSUD Salatiga, RS Puri Asih, RS Mutiara Bunda, DKT, perusahaan PT Damatex, PT Unsavitalis, dan PT Keefet.
Dalam menyediakan akses terhadap informasi dan edukasi atas penyelenggaraan program pemberian ASI Eksklusif, bidang promosi kesehatan menyediakan brosur yang berisikan informasi yang berkaitan dengan ASI Eksklusif dan disebarkan kepada masyarakat, dapat juga menggunakan media cetak dengan mengiklankan misalnya kegiatan sosialisasi yang akan diadakan Dinas Kesehatan ataupun seminar yang berkaitan dengan ASI Eksklsuif. Menurut Bidan Sri Lestari31 masyarakat dapat berperan aktif dengan cara memberikan dukungan kepada ibu untuk menyusui dan juga dapat saling berbagai informasi terkait dengan pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Selain itu dapat juga menggunakan cara lain yaitu menyampaikan informasi secara langsung atau dapat juga dipraktekkan secara langsung setelah ibu bersalin. Dengan demikian pemerintah daerah tidak dapat mengesampingkan peran masyarakat begitu saja, mengingat peran masyarakat dapat juga menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif ini.
31
Selain peran masyarakat, peran Pos Pelayanan Terpadu (selanjutnya disebut Posyandu) juga menjadi penting mengingat bahwa posyandu memiliki tujuan utama untuk menurunkan angka kematian bayi dan angka kematian ibu melalui upaya pemberdayaan masyarakat, dengan sasaran yang dituju adalah seluruh masyarakat terutama bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui. Posyandu memiliki kegiatan yang terdiri atas kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, imunisasi, perbaikan gizi, pencegahan, dan penanggulangan diare. Dalam kegiatan posyandu masyarakat dapat menjadi pelaksana sekaligus pihak yang memperoleh pelayanan kesehatan sehingga apabila dikaitkan dengan pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif maka kegiatan posyandu yang tepat adalah mengenai perbaikan gizi.
Kegiatan posyandu ini dapat memantau gizi seorang anak apakah mendapat ASI Eksklusif sesuai batas umur yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah tentang pemberian ASI Eksklusif atau tidak, sehingga akan terlihat jelas berdasarkan laporan tentang pemantauan gizi.32
Selanjutnya dalam hal pendanaan, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif dana yang didapatkan untuk melaksanakan program pemberian ASI Eksklusif adalah berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan sumber pendanaan lain yang sah yaitu berupa hasil kerjasama, dana tugas pembantuan
32
Wawancara dengan Ketua Posyandu Sidorejo Kidul, Narasumber: Ibu Haning, Salatiga, 22 maret 2016.
lain dan sebagainya. Namun, menurut ketua kepala seksi gizi bahwa dana yang didapatkan setiap tahunnya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN), APBD 1 Provinsi, dan APBD Kota, tetapi jumlahnya tidak menentu, karena jumlah dana yang didapatkan selalu berbeda antara tahun-tahun berikutnya. Kepala seksi Gizi tidak dapat menjelaskan secara rinci berapa dana yang didapatkan untuk pelaksanaan program ASI Eksklusif di Kota Salatiga, karena jumlah serta rincian pendanaan setiap tahun merupakan rahasia Dinas Kesehatan. Namun, penulis mendapatkan informasi jumlah dana untuk tahun 2015 yang berasal dari APBD Provinsi yaitu sebesar Rp. 31.291.000,00 yang kemudian dana ini dibagi untuk pembentukan motivator ASI sebesar Rp.2.160.000,00.33
Berdasarkan pada hasil penelitian yang diperoleh penulis, maka dengan adanya Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu yang mengatur tentang ASI Eksklusif saja tidaklah cukup, karena pada dasarnya Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu tidak dapat berjalan sendiri sehingga dibutuhkan peran pemerintah didalamnya, dengan demikian dapat dikatakan bahwa Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu dan peran pemerintah harus berjalan secara berdampingan agar dapat mencapai tujuan yang sebagaimana telah diamanatkan didalam ketentuan pasal 3
33Wawancara dengan Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Salatiga, Narasumber : Ibu Siti
Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu. Dengan demikian maka disinlah letak pentingnya Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu dalam penyelenggaran program pemberian ASI Eksklusif guna meningkatkan peran pemerintah untuk melaksanakan secara optimal dan tepat sasaran dan juga untuk meningkatkan kesadaraan masayarakat terkait pemberian ASI Eksklusif khususnya di Kota Salatiga.