BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Minat belajar
2. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas VI SD Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012?
3. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara minat dan prestasi belajar siswa kelas VI SD Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012?
4. Seberapa besar sumbangan minat belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas VI SD Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012?
4 C. Batasan Istilah
1. Minat belajar siswa adalah dorongan dalam diri siswa untuk merasa tertarik melakukan aktivitas-aktivitas pembelajaran dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar demi mencapai suatu tujuan tertentu.
2. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa dalam menuntut suatu pelajaran yang menunjukkan taraf kemampuan siswa dalam mengikuti program belajar dalam waktu tertentu, sesuai kurikulum yang telah ditentukan.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui minat belajar siswa kelas VI SD Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa kelas VI SD Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang positif dan signifikan antara minat dan prestasi belajar siswa kelas VI SD Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012.
4. Untuk mengetahui seberapa besar besar sumbangan minat belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas VI SD Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012.
5 E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi guru mengenai pentingnya menumbuhkan minat belajar siswa di SD Karitas Ngaglik.
2. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi siswa, mengenai pentingnya minat belajar dalam diri siswa
3. Bagi penulis
Dengan penelitian ini peneliti mendapatkan pengalaman dalam meningkatkan minat belajar dalam diri siswa.
4. Bagi rekan-rekan mahasiswa atau siapa saja yang tertarik pada bidang penelitian ini
Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi para pembacanya.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Minat Belajar
1. Pengertian Minat Belajar
Minat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang minat. Menurut Winkel (1984:30) minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Menurut Fuad Hasan (1989:59) minat sebagai hal yang menunjuk pada adanya intensitas dari seseorang terhadap suatu hal, peristiwa, orang, atau benda.
Menurut Jersild dan Tasch dalam buku Wayan Nurkancana, 1983:224 menekankan bahwa minat atau interest menyangkut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu. Sedangkan Doyles Fryer (Wayan Nurkancana, 1983:224) minat atau interest adalah gejala psikis yang berkaitan dengan obyek atau aktivitas yang menstimulir perasaan senang pada individu.
Menurut Hilgart dalam buku Slameto, 1988:58 minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati
7
seseorang diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Dalam soal belajar, minat itu sangat penting. Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Menurut Sardiman A. M (1988:76) berpendapat bahwa minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Definisi lain tentang minat juga dikemukakan oleh I.L Pasaribu (1983:52) minat adalah suatu motif yang menyebabkan individu itu berhubungan secara aktif dengan barang yang menariknya. Minat merupakan suatu sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang merekan inginkan bila mereka bebas memilih (Hurlock, 2005:114).
Menurut Reber dalam buku Muhibbin, 2008:151 berpendapat bahwa minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian prestasi belajar siswa. Misalnya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak
8
dari pada siswa lainnya. Dengan pemusatan yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat dan akhirnya memperoleh prestasi belajar yang diinginkan.
Schiefele dalam buku John W. Santrock, 2009:206 menyatakan bahwa telah dilakukan pembedaan antara minat individual, yang dianggap sebagai relatif stabil dan minat situsional, yang diyakini dibangkitkan oleh aspek spesifik dari sebuah aktivitas tugas. Riset pada minat terutama telah berfokus pada hubungan antara minat dengan pembelajaran. Minat dihubungkan terutama dengan tindakan pembelajaran mendalam, seperti ingatan atas gagasan pokok dan respons terhadap pertanyaan pemahaman yang lebih sulit, dibandingkan pembelajaran yang hanya pada permukaan, seperti respons terhadap pertanyaan yang sederhana dan ingatan kata-demi-kata atas teks.
Minat adalah syarat mutlak untuk belajar. Perlu diingat bahwa nilai buruk pada suatu mata pelajaran tertentu bukan berarti bahwa anak itu bodoh terhadap mata pelajaran itu. Tapi juga bisa dilihat dari faktor-faktor lain yang menyebabkan hal tersebut yaitu salah satunya adalah minat belajar anak tersebut. Jika anak memiliki minat yang kuat, maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai hasil-hasil yang semula tidak terduga. Minat siswa dapat
9
merupakan bagian dari metode mengajar. Contoh yang diberikan oleh Sylvia Ashton Warner dalam buku Wuryani, 2006:365, menggambarkan satu sistem untuk mengajar membaca dengan menggunakan cerita-cerita yang dibuat oleh siswa sendiri dengan topik-topik yang diminati mereka. Minat memainkan peran yang penting dalam kehidupan seseorang.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan rasa ketertarikan atau rasa lebih suka terhadap suatu hal atau aktivitas, sehingga timbul dorongan untuk melakukan atau menekuni hal atau aktivitas tertentu. Perasaan senang juga akan menimbulkan minat, yang ditunjukkan dengan sikap yang positif dari anak. Seperti halnya sikap positif terhadap belajar di sekolah. Jika diperhatikan dari uraian di atas bisa dikatakan bahwa minat erat hubungannya dengan perasaan individu, obyek, aktivitas, dan situasi.
Dalam menumbuhkan minat anak pada suatu mata pelajaran, guru juga mempunyai peranan penting. Guru dalam kaitan ini seyogyanya berusaha membangkitkan minat siswa dalam kegiatan belajar di kelas.
Abu Ahmadi (1991:121) mengemukakan definisi belajar yaitu belajar adalah suatu proses usaha yang
10
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulassi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapaitas baru (Dimyati, 2006:10). Dengan demikian dapat diambil kesimpulan mengenai definisi belajar yaitu kegiatan yang dilakukan oleh tiap orang dengan tujuan memperoleh kemampuan baru meliputi pengetahuan, pemahaman, pemecahan masalah, ketrampilan, sikap dan pola tingkah laku (Wens, 2010:5).
Dari pengertian-pengertian yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan minat belajar merupakan rasa ketertarikan atau rasa lebih suka terhadap aktivitas belajar, sehingga timbul dorongan untuk melakukan atau menekuni hal atau aktivitas tersebut.
Dalam melakukan aktivitas belajar tersebut, anak melakukannya tanpa disuruh. Karena anak memiliki minat yang tinggi untuk melakukan aktivitas belajar tersebut. Minat merupakan faktor pendorong bagi anak dalam melaksanakan usahanya. Jadi dapat dilihat bahwa minat sangat penting dalam pendidikan, sebab minat merupakan sumber dari usaha. Wrigstone dalam buku Wayan Nurkancana, 1983:225 menyatakan bahwa anak-anak tidak perlu mendapat
11
dorongan dari luar, apabila pekerjaan yang dilakukannya cukup menarik minatnya.
2. Macam-macam minat
Minat adalah suatu sikap subyek terhadap obyek atas dasar adanya kebutuhan dan kemungkinan terpenuhinya kemungkinan itu. Secara psikologi minat dapat dibedakan atas ( Pasaribuan, 1983:52-53) :
a. Minat aktual
Minat aktual adalah minat yang berlaku pada obyek yang ada pada suatu saat dan ruangan yang konkrit. Minat aktual ini disebut perhatian yang merupakan dasar bagi proses belajar.
b. Minat disposisional
Minat didposisional atau arah minat, yang dasarnya pembawaan (disposisi) dan menjadi ciri sikap hidup seseorang. Minat bukan sesuatu hal yang sejak lahir telah tertutup, bukan merupakan suatu keseluruhan yang tak dapat berubah. Sesuai dengan umur maka minat pun berubah dalam bentuk dan isi. Oleh karena itu tiap-tiap tingkatan umur mempunyai minat masing-masing. Minat dapat dibangkitkan dan dipelihara.
12 3. Metode pengukuran minat
Wayan Nurkancana (1983:227-229) menyebutkan ada beberapa metode yang dipergunakan untuk mengadakan pengukuran minat, yaitu sebagai berikut :
a. Observasi
Pengukuran minat dengan metode observasi mempunyai suatu keuntungan karena dapat mengamati minat anak-anak dalam kondisi yang wajar. Jadi tidak dibuat-buat. Observasi dapat dilakukan dalam setiap situasi, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Pencatatan hail observasi dapat dilakukan selama observasi berlangsung.
Tetapi guru juga harus menyadari bahwa observasi ini mempunyai kelemahan. Observasi ini tidak dapat dilakukan terhadap beberapa situasi atau beberapa anak dalam waktu yang sama. Apabila kita hendak mengukur minat semua anak yang kita didik, maka kita akan memerlukan waktu yang sangat panjang. Jadi seorang guru tidak mungkin akan berhasil mengukur minat anak-anak hanya dengan mempergunakan observasi. Biasanya observasi dilakukan terhadap beberapa orang anak berdasarkan data yang telah terkumpulkan sebelumnya.
Kelemahan yang lain dari pada observasi adalah bahwa penafsiran terhadap hasil-hasil observasi sering bersifat subyektif. Sikap dari pada guru-guru, jarak waktu yang
13
panjang antara situasi-situasi tingkah laku yang di observasi, serta obyektifitas dari pada pencatatan sangat mempengaruhi validitas dari pada observasi.
a. Interview (wawancara)
Interview baik dipergunakan untuk mengukur minat anak-anak. Sebab biasanya anak-anak gemar memperbincangkan hobinya dan aktivitas lain yang menarik hatinya. Pelaksanaan interview ini biasanya lebih baik dilakukan dalam situasi yang tidak formal (informal approach), sehingga percakapan akan dapat berlangsung dengan lebih jelas. Misalnya dalam percakapan sehari-hari di luar jam pelajaran, dengan mengadakan kunjungan rumah dan sebaginya. Guru dapat memperoleh informasi tentang minat anak-anak dengan menanyakan kegiatan-kegiatan apa yang dilakukan oleh anak setelah pulang sekolah, permainan apa yang disenangi, apa hobinya, perjalanan-perjalanan atau tamasnya yang berkesan di hatinya, pengalaman apa yang paling mengesankan, buku-buku apa yang disenangi, film jenis apa yang digemari, dan sebagainya (Baron dan Bernard, halaman 165).
b. Kuesioner
Dengan mempergunakan kuesioner guru dapat melakukan pengukuran terhadap sejumlah anak sekaligus.
14
Dengan demiian apabila dibandingkan dengan interview dan observasi, kuesioner ini jauh lebih efisien dalam penggunaan waktu. Isi pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner pada prinsipnya tidak berbeda dengan isi pertanyaan dalam interview. Jadi dalam kuesioner guru dapat menanyakan tentang kegiatan yang dilakukan anak diluar sekolah, permainan yang disenangi, bacaan yang menarik hatinya, dan sebgainya. Perbedaannya dengan interview adalah bahwa interview dilakukan secara lisan, dan guru hanya menghadapi seorang anak. Sedang kuesioner dilakukan secara tertulis dan guru menghadapi beberapa orang anak sekaligus.
c. Inventori
Inventori adalah suatu metode untuk mengadakan pengukuran atau penilaian yang sejenis dengan kuesioner, yaitu sama-sama merupakan daftar pertanyaan secara tertulis. Perbedaannya adalah dalam kuesioner responden menulis jawaban-jawaban yang relatif panjang terhadap sejumlah pertanyaan, sedangkan pada inventori responden memberi jawaban dengan memberi lingkaran, tanda cek, mengisi nomor atau tanda-tanda lain yang berupa jawaban-jawaban yang singkat terhadap sejumlah pertanyaan yang lengkap.
15
Wayan Nurkancana (1983:225-226) berpendapat ada beberapa alasan mengapa seorang guru perlu mengadakan pengukuran terhadap minat anak-anak, antara lain adalah sebagai berikut :
Untuk meningkatkan minat anak-anak. Setiap guru
mempunyai kewajiban untuk meningkatkan minat anak-anak. Minat merupakan omponen yang penting dalam kehidupan pada umumnya dan dalam pendidikan dan pengajaran pada khususnya. Guru yang mengabaikan hal ini tidak akan berhasil di dalam pekerjaannya mengajar.
Memelihara minat yang baru timbul. Apabila
anak-anak menunjukkan minat yang kecil, maka merupakan tugas bagi guru untuk memelihara minat tersebut. Anak yang baru masuk ke suatu sekolah mungkin belum begitu banyak menaruh minat pada aktivitas-aktivitas tertentu. Dalam hal ini guru wajib memperkenalkan kepada anak aktivitas-aktivitas tersebut. Apabila anak telah menunjukkan minatnya, maka guru wajib memelihara minat anak yang baru tumbuh tersebut.
Mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang
tidak baik. Oleh karena sekolah adalah suatu lembaga yang menyiapkan anak-anak untuk hidup di
16
dalam masyarakat, maka sekolah harus mengembangkan aspek-aspek ideal agar anak-anak menjadi anggota masyarakat yang baik. Dalam keadaan tertentu anak-anak sering menaruh minat terhadap hal-hal yang tidak baik yang terdapat di luar sekolah di dalam masyarakat yang jauh dari ideal. Dalam keadaan yang demiian sekolah melalui guru-guru hendaknya memberantas minat anak-anak yang tertuju kepada hal-hal yang tidak baik, dan dengan metode yang positif mengalihkan minat anak-anak tersebut kepada hal-hal yang baik.
Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan
kepada anak tentang lanjutan studi atau pekerjaan yang cocok baginya. Walaupun minat bukan merupakan indikasi yang pasti tentang suses tidaknya anak dalam pendidikan yang akan datang atau dalam jabatan, namun interest merupakan pertimbangan yang cuup berarti kalau dihubungkan dengan data-data lain.
4. Cara membangkitkan minat siswa
Proses belajar akan berjalan lancar apabila disertai minat. Minat dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut (Sardiman, 1986:93-94) :
17
a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.
b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau.
c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar. 5. Faktor-faktor yang mendasari timbulnya minat
Menurut Crow dalam Bernadinus Rizki dengan skripsinya yang berjudul Perbandingan Antara Minat Siswa dan Proses Kegiatan Belajar Mengajar pada SD yang Menerapkan PMRI dan SD yang Tidak Menerapkan PMRI Dalam Pembelajaran Matematika (2008:25-26), ada tiga faktor yang mendasari timbulnya minat :
a. Faktor dorongan dari dalam
Merupakan faktor dari dalam yang mendorong suatu aktivitas. Dapat dijelaskan dengan adanya dorongan makan, yang menimbulkan minat untuk mencari makanan, dorongan ingin tahu dan membangkitkan minat untuk mengadakan penelitian, dan sebagainya.
b. Faktor motif sosial
Dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk melaukan suatu aktivitas untuk memenuhi kebutuhan diterima dan diakui oleh lingkungan
18
sosial. Misalnya minat untuk belajar IPA muncul karena keinginan memperoleh penghargaan dari orang tua.
c. Faktor emosional
Minat erat kaitannya dengan perasaan dan emosi. Biasanya, kesuksesan dalam suatu kegiatan memunculkan perasaan senang, dan mendorong atau menimbulkan minat di dalamnya. Kegagalan biasanya menyebabkan hilangnya minat.
Ketiga faktor yang menimbulkan minat tersebut tidak berdiri sendiri tetapi merupakan suatu perpadua atau kesatuan yang saling melengkapi. Dari uraian ini, dapat disimpulkan bahwa minat sebagai faktor psikis yang mendorong individu mencapai tujuannya, dipengaruhi oleh berbagai faktor psikis, fisik, serta lingkungan. 6. Ciri-Ciri Siswa Berminat Dalam Belajar
Menurut Slameto (2003:58) siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.
19
Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada
sesuatu yang diminati. Ada rasa ketertarikan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.
Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya
dari pada yang lainnya.
Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas
dan kegiatan.
7. Membangkitkan Minat Belajar Siswa di Sekolah
Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap pelajaran mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi minat-minat baru. Menurut ilmuwan pendidikan cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat belajar pada siswa adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada dan membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Hal ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaan bagi siswa dimasa yang akan datang. Minat dapat dibangitkan dengan cara menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan perubahan dalam minat pada sekolah. Perubahan ini sebagian besar berupa penurunan minat. Apa saja faktor-faktornya dan
20
bagaimana faktor ini mengurangi minat anak pada sekolah. Kondisi yang mempengaruhi minat anak pada sekolah dijelaskan sebagai berikut (Hurlock, 2005:139) :
a. Pengalaman dini sekolah
Anak yang secara fisik dan intelektual telah siap untuk kelas satu mempunyai sikap yang lebih positif terhadap sekolah dibandingkan anak yang belum siap untuk sekolah. Pengalaman dikelompok bermain dan taman kanak-kanak mempermudah penyesuaian dan menjadikan pengalaman dini di sekolah lebih menyenangkan.
b. Pengaruh orang tua
Orang tua mempengaruhi sikap anak terhadap sekolah secara umum dan juga sikap mereka terhadap pentingnya pendidikan, belajar, terhadap berbagai mata pelajaran, dan terhadap guru.
c. Sikap saudara kandung
Saudara kandung yang lebih besar mempunyai pengaruh yang sama pada sikap anak terhadap sekolah seperti orang tua. Sebaliknya, sikap saudara kandung yang lebih muda relatif tidak penting.
d. Sikap teman sebaya
Minat dan sikap terhadap sekolah secara umum dan terhadap berbagai kegiatan sekolah sangat diarahkan
21
oleh teman sebaya. Untuk diterima oleh kelompok teman sebaya, anak belajar bahwa ia harus menerima minat dan nilai kelompok. Jika teman sekelas terang-terangan menyatakan ketidaksukaan mereka pada sekolah, ia harus melakukannya juga atau menanggung resiko dipanggil “kutu buku” atau “anak mas guru”. e. Penerimaan oleh kelompok teman sebaya
Karena bagian hari-hari sekolah yang disukai berpusat sekitar kegiatan ekstrakurikuler dengan teman sebaya, hubungan yang baik dengan guru dan nilai yang bagus tidak adapat mengimbangi kurangnya penerimaan oleh teman sebaya.
f. Keberhasilan akademik
Besarnya pengaruh keberhasilan akademik pada sikap anak terhadap sekolah akan bergantung pada besarnya nilai keberhasilan akademik dalam kelompok teman sebaya. Bila keberhasilan ini merupakaan lambang status, maka ia akan meningkatkan status anak dengan perstasi akademik baik dalam kelompok teman sebaya. Kegagalan akademik mengurangi rasa harga diri semua anak dan menimbulkan rasa tidak senang terhadap lingkungan tempat kegagalan ini terjadi. Jika kegagalan akademik berarti tidak naik kelas, ia lebih lagi
22
memperbesar rasa tidak senang anak pada sekolah, dan mengurangi minatnya pada sekolah.
g. Sikap terhadap pekerjaan
Anak yang dibesarkan oleh orang tua yang berpendapat bahwa masa kanak-kanak harus bahagia dan bebas, biasanya mengembangkan sikap negatif terhadap setiap kegiatan yang menyerupai pekerjaan. Selama sekolah masih bermain-main saja, mereka menyukainya. Tapi dengan kenaikan kelas, lebih banyak upaya dituntut untuk membuat pekerjaan rumah, dan ini menimbulkan rasa tidak suka akan sekolah.
h. Hubungan guru dan murid
Banyak atau sedikitnya minat anak terhadap sekolah dipengaruhi sikapnya terhadap guru. Jika anak membawa onsep yang tidak positif terhadap “guru” ke sekolah, yaitu konsep yang didasarkan atas kata orang tua atau saudara, gambaran media massa, atau bila pengalaman pribadi yang tidak menyenangkan dengan guru, sikap mereka terhadap semua guru cenderung tidak positif.
i. Suasana emosional sekolah
Suasana emosional sekolah dipengaruhi sikap guru dan jenis disiplin yang digunakan. Para guru mempunyai hubungan baik dengan murid dan menggunakan
23
disiplin yang demokratis mendorong sikap yang lebih positif pada murid dibandingkan dengan mereka yang mempunyai “anak mas”, yang merasa bosan dengan pekerjaan, yang mengajar secara membosankan dan yang terlalu bersifat otoriter permisif dalam pengendalian situasi di kelas.
8. Indikator Minat Belajar Siswa
Dengan teori diatas peneliti menjabarkan indicator yang digunakan dalam kuesioner penelitian adalah sebagai berikut :
a. Menunjukkan minat terhadap pelajaran
Setiap mengikuti kegiatan pembelajran, siswa-siswi menunjukkan minat terhadap pelajaran. Misalnya siswa selalu memperhatikan guru yang sedang menjelaskan, siswa tidak pernah membolos, siswa selalu menjawab pertanyaan yang diberikan guru.
b. Selalu mengingat pelajaran dan mempelajari kembali. Sesudah menerima pembelajaran atau materi yang diberikan guru, siswa mengingat materi-materi tersebut dan mempelajarinya bila sudah di rumah.
c. Tekun menghadapi tugas
Siswa selalu mengerjakan tugas – tugas yang diberikan guru.
24
d. Ulet menghadapi kesulitan belajar
Siswa selalu mempunyai usaha dalam menghadapi kesulitan belajar. Misalnya bertanya kepada guru tentang materi yang belum jelas.
e. Perasaan hati setelah belajar
Perasaan siswa setelah mengikuti pembelajaran di kelas. Misalnya senang, sedih.
f. Senang menghadapi kesulitan belajar
Siswa selalu merasa senang bila menghadapi kesulitan belajar. Bukan menjadi beban dalam menghadapi kesulitan belajar.
g. Mempunyai antusias yang tinggi dalam belajar di kelas Siswa mempunyai semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
h. Senang berdiskusi dengan teman dalam mempelajari mata pelajaran
Siswa selalu berdiskusi atau meyelesaikan masalah dalam pelajaran dengan teman – temannya.
i. Keinginan kuat untuk maju dan mencapai keberhasilan Setiap siswa pasti mempunyai keinginan untuk mencapai cita – citanya. Maka para siswa mengikuti setiap kegiatan belajar dengan semangat agar cita – citanya tercapai.
25
j. Orientasi pada masa depan, kegiatan belajar sebagai jalan menuju kreativitas cita-cita
Kegiatan belajar dapat membuat siswa dalam mencapai cita – citanya. Misalnya dengan cara mengkuti dengan