viii
ABSTRAK
HUBUNGAN MINAT BELAJAR DENGAN PRESTASI
BELAJAR SISWA KELAS VI SD KARITAS NGAGLIK
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Maria Fransisca Renny DA Universitas Sanata Dharma
2012
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif tingkat korelasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) bagaimana minat belajar siswa, (2) bagaimana prestasi belajar siswa, (3) apakah ada hubungan antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa, dan (4) berapa besar sumbangan minat belajar dengan prestasi belajar siswa. Ada dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Minat belajar sebagai variabel bebas dan prestasi belajar sebagai variabel terikat.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Karitas Ngaglik. Subyek penelitian adalah siswa kelas VI sebanyak 40 siswa. Alat pengumpulan data berupa angket dan dokumentasi. Angket digunakan untuk mengukur minat belajar siswa, sedangkan dokumentasi digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Dokumentasi diperoleh dengan melihat data nilai rapor siswa. Teknik analisis data digunakan adalah teknik korelasi serial.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut : (1) siswa dengan minat belajar rendah sebesar 25%, siswa dengan minat belajar sedang sebesar 22,5%, dan siswa dengan minat belajar tinggi sebesar 52,5%; (2) siswa dengan prestasi belajar rendah sebesar 25%, siswa dengan prestasi belajar sedang sebesar 42,5%, dan siswa dengan prestasi belajar tinggi sebesar 32,5%; minat belajar memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan prestasi belajar siswa, dengan nilai r = 0,778 dan signifikan pada taraf 1%, (4) minat belajar memberikan sumbangan sebesar 77,8% dengan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa minat belajar mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan prestasi belajar siswa kelas VI SD Karitas Ngaglik. Dengan demikian minat juga berpengaruh terhadap prestasi belajar dan memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap prestasi belajar. Minat belajar anak perlu dikembangkan agar prestasi belajar dapat diperoleh dengan hasil yang maksimal.
ix
ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN THE LEARNING MOTIVATION
AND THE LEARNING ACHIEMENT OF THE SIXTH GRADE
STUDENT OF PUBLIC ELEMENTARY SCHOOL KARITAS NGAGLIK, IN THE
ACADEMIC YEAR OF 2011/2012
This research is a descriptive study the degree of correlation. This study aimed to determine: (1) how student interest, (2) how student achievement, (3) whether there is interest in studying the relationship between student achievement, and (4) how much interest in studying the contribution of student achievement. There are two variables in this study are the independent variables and the dependent variable.
The research was conducted in the public Elemantary School Karitas Ngaglik and the subjects of the research were 40 students. Data collection tools such as questionnaires and documentation.Questionnaires used to measure student interest, while the documentation used to determine student achievement. Documentation obtained by looking at the data the students grades. The data analysis technique used is serial correlation techniques.
The results are as follows: (1) students with low learning interest by 25%, students with moderate learning interest of 22,5%, and students with an interest in studying high of 52,5%, (2) students with low academic achievement of 25% , students with medium learning achievement of 42,5% and 32,5% of the students had high learning achievement, achievement with a value of r = 0,778 and significant aat 1% level, (4) student learning motivation give significant contribution of 77,7% to students learning.
Based on research results that have been obtained can be concluded that the interest in learning has a positive and significant relationship with student achievement Karitas Ngaglik sixth grade elementary school. Thus interest also affects the academic achievement and provide a substantial contribution to the achievement. Interest in children's learning should be developed so that achievement can be obtained with maximum results.
i
HUBUNGAN MINAT BELAJAR DENGAN PRESTASI
BELAJAR SISWA KELAS VI SD KARITAS NGAGLIK
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh:
Maria Fransisca Renny DA (081134095)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii KRIPSI
HUBUNGAN MINAT BELAJAR DENGAN PRESTASI
BELAJAR SISWA KELAS VI SD KARITAS NGAGLIK
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh :
Maria Fransisca Renny DA NIM 081134095
Telah disetujui oleh :
Pembimbing I
Drs. Puji Purnomo, M.Si. tanggal 27 September 2012
Pembimbing II
Drs. J. Sumedi tanggal 12 September 2012
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada :
1.
Tuhan
Yesus
yang
selalu
memberikan
rahmat-Nya,
sehingga
saya
dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2.
Bapak dan ibu yang selalu memberikan
doa,
semangat
dan
kasih
sayang
kepadaku.
Kalian
adalah
orang
tua
terbaik bagiku.
3.
Kakakku
yang
selalu
memberikan
dukungan, dan sering marah-marah agar
skripsiku cepat selesai. Kata-katamu
adalah
semangatku
untuk
cepat-cepat
menyelesaikan skripsi ini.
4.
Seluruh
keluargaku
yang
selalu
memberiku semangat agar skripsi ini
cepat selesai.
5.
Teman-temanku ari, dan tri yang telah
memberi aku semangat dan membantu aku
dalam pembuatan skripsi ini. Kalian
memang my best friend.
6.
Teman-temanku yang sangat aku kasihi
dan
yang
selalu
memberiku
semangat
v
MOTTO
Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan. ( Mario Teguh)
viii
ABSTRAK
HUBUNGAN MINAT BELAJAR DENGAN PRESTASI
BELAJAR SISWA KELAS VI SD KARITAS NGAGLIK
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Maria Fransisca Renny DA Universitas Sanata Dharma
2012
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif tingkat korelasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) bagaimana minat belajar siswa, (2) bagaimana prestasi belajar siswa, (3) apakah ada hubungan antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa, dan (4) berapa besar sumbangan minat belajar dengan prestasi belajar siswa. Ada dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Minat belajar sebagai variabel bebas dan prestasi belajar sebagai variabel terikat.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Karitas Ngaglik. Subyek penelitian adalah siswa kelas VI sebanyak 40 siswa. Alat pengumpulan data berupa angket dan dokumentasi. Angket digunakan untuk mengukur minat belajar siswa, sedangkan dokumentasi digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Dokumentasi diperoleh dengan melihat data nilai rapor siswa. Teknik analisis data digunakan adalah teknik korelasi serial.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut : (1) siswa dengan minat belajar rendah sebesar 25%, siswa dengan minat belajar sedang sebesar 22,5%, dan siswa dengan minat belajar tinggi sebesar 52,5%; (2) siswa dengan prestasi belajar rendah sebesar 25%, siswa dengan prestasi belajar sedang sebesar 42,5%, dan siswa dengan prestasi belajar tinggi sebesar 32,5%; minat belajar memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan prestasi belajar siswa, dengan nilai r = 0,778 dan signifikan pada taraf 1%, (4) minat belajar memberikan sumbangan sebesar 77,8% dengan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa minat belajar mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan prestasi belajar siswa kelas VI SD Karitas Ngaglik. Dengan demikian minat juga berpengaruh terhadap prestasi belajar dan memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap prestasi belajar. Minat belajar anak perlu dikembangkan agar prestasi belajar dapat diperoleh dengan hasil yang maksimal.
ix
ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN THE LEARNING MOTIVATION
AND THE LEARNING ACHIEMENT OF THE SIXTH GRADE
STUDENT OF PUBLIC ELEMENTARY SCHOOL KARITAS NGAGLIK, IN THE
ACADEMIC YEAR OF 2011/2012
This research is a descriptive study the degree of correlation. This study aimed to determine: (1) how student interest, (2) how student achievement, (3) whether there is interest in studying the relationship between student achievement, and (4) how much interest in studying the contribution of student achievement. There are two variables in this study are the independent variables and the dependent variable.
The research was conducted in the public Elemantary School Karitas Ngaglik and the subjects of the research were 40 students. Data collection tools such as questionnaires and documentation.Questionnaires used to measure student interest, while the documentation used to determine student achievement. Documentation obtained by looking at the data the students grades. The data analysis technique used is serial correlation techniques.
The results are as follows: (1) students with low learning interest by 25%, students with moderate learning interest of 22,5%, and students with an interest in studying high of 52,5%, (2) students with low academic achievement of 25% , students with medium learning achievement of 42,5% and 32,5% of the students had high learning achievement, achievement with a value of r = 0,778 and significant aat 1% level, (4) student learning motivation give significant contribution of 77,7% to students learning.
Based on research results that have been obtained can be concluded that the interest in learning has a positive and significant relationship with student achievement Karitas Ngaglik sixth grade elementary school. Thus interest also affects the academic achievement and provide a substantial contribution to the achievement. Interest in children's learning should be developed so that achievement can be obtained with maximum results.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Skripsi dengan judul “ Hubungan Minat Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI SD Karitas Ngaglik” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan guru sekolah dasar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.
2. G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku dosen pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Drs. Sumedi. selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, kritik, saran sampai skripsi ini selesai. 5. Catur Rismiati,S.Pd.,M.A.,Ed.D. selaku dosen penguji yang telah
bersedia memberikan waktu untuk mengkritisi skripsi ini.
6. Bapak dan ibu dosen beserta karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan dukungan kepada penulis.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN MOTTO ...v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACK ... ix
KATA PENGANTAR ...x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ...xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Rumusan Masalah ...3
C. Batasan Istilah ...4
D. Tujuan Penelitian ...4
xiii
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...6
A. Minat belajar ...6
B. Prestasi belajar ...25
C. Penelitian yang relevan ...44
D. Hubungan antara minat belajar dengan prestasi belajar ...46
E. Hipotesis ...48
BAB III METODE PENELITIAN...49
A. Jenis Penelitian ...49
B. Variabel Penelitian ...49
C. Definisi Operasional Variabel ...50
D. Tempat Penelitian...50
E. Populasi dan Sampel Penelitian ...51
F. Instrumen Penelitian / Alat Ukur ...51
1. Alat Pengumpul data ...51
2. Uji Coba Instrumen ...56
3. Tempat dan Waktu Penelitian ...65
G. Teknik Pengumpulan Data ...65
H. Teknik Analisis Data ...66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...72
A. Hasil Penelitian ...72
1. Minat Belajar Siswa Kelas VI SD Karitas Ngaglik ...72
2. Prestasi Belajar Siswa Kelas VI SD Karitas Ngaglik ...77
3. Hubungan Minat Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI SD Karitas Ngaglik ...83
B. Pembahasan ...95
BAB V PENUTUP ...98
A. Kesimpulan ...98
xiv
DAFTAR PUSTAKA ...101
LAMPIRAN ...104
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jumlah siswa kelas VI SD Karitas Ngaglik ...51
Tabel 3.2 Indikator Minat Belajar Siswa ...51
Tabel 3.3 Indikator dan Sebaran Item Minat Belajar Siswa ...55
Tabel 3.4 Kisi-kisi minat belajar ...57
Tabel 3.5 Indikator dan sebaran item penelitian ...60
Tabel 3.6 Klasifikasi koefisien korelasi reliabilitas alat ukur ...62
Tabel 3.7 Hasil perhitungan koefisien reliabilitas uji coba ...64
Tabel 3.8 hasil perhitungan koefisien reliabilitas penelitian ...65
Tabel3.9 pengelompokan skor angket minat belajar...67
Tabel 3.10 Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi ...70
Tabel 4.1 klasifikasi skor minat belajar ...73
Tabel 4.2 data skor minat belajar siswa kelas VI SD Karitas Ngaglik ...73
Tabel 4.3 klasifikasi prestasi belajar siswa ...78
Tabel 4.4 data prestasi belajar siswa kelas VI SD Karitas Ngaglik ...79
Tabel 4.5 skor minat belajar siswa dan prestasi belajar siswa ...85
Tabel 4.6 Subyek tiap kelompok ...87
Tabel 4.7 Proporsi individu dalam setiap kelompok ...88
Tabel 4.8 nilai rata-rata (mean) dari setiap kelompok ...89
Tabel 4.9 besar ordinat ...89
xvi
DAFTAR GAMBAR
Diagram 4.1 presentase minat belajar siswa kelas VI SD Karitas Ngaglik ....77
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 angket uji coba ...104
Lampiran 2 tabel hasil uji coba angket (skor 4,3,2,1) ...109
Lampiran 3 tabel hasil uji coba angket (skor 0 dan 1) ...114
Lampiran 4 tabel validitas tiap indikator ...119
Lampiran 5 uji reliabilitas ...122
Lampiran 6 indikator dan sebaran item setelah uji coba ...124
Lampiran 7 kuesioner penelitian ...126
Lampiran 8 tabel hasil angket penelitian (skor 4,3,2,1) ...130
Lampiran 9 tabel hasil penelitian (skor 0 dan 1) ...136
Lampiran 10 hasil analisis uji reliabilitas penelitian ...141
Lampiran 11 data nilai siswa...143
Lampiran 12 tabel ordinal pada kurva normal ...145
Lampiran 13 tabel nilai – nilai dalam distribusi t ...147
Lampiran 14 tabel product moment ...149
Lampiran 15 tabel hubungan antar kelompok minat belajar dengan prestasi belajar ...150
Lampiran 16 surat ijin penelitian ...152
Lampiran 17 surat keterangan penelitian ...153
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting dalam
kehidupan manusia, karena melalui pendidikan akan dapat
menciptakan manusia yang berpotensi, kreatif dan memiliki ide
cemerlang sebagai bekal untuk memperoleh masa depan yang lebih
baik. Pendidikan sekolah dasar sangatlah penting bagi manusia
karena pendidikan dasar merupakan pendidikan yang dapat
membentuk atau mengajarkan pendidikan karakteristik dan moral
anak. Pendidikan modal utama untuk menuju masa depan yang cerah
dan seharusnya pendidikan diberi sarana dan prasarana yang
memadai.
Menurut Winkel (1984:30) minat adalah kecenderungan yang
menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal
tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Menurut
Fuad Hasan (1989:59) minat sebagai hal yang menunjuk pada
adanya intensitas dari seseorang terhadap suatu hal, peristiwa, orang,
atau benda. Menurut Sardiman A. M (1988:76) berpendapat bahwa
minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang
melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan
keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri
2
merupakan rasa ketertarikan atau rasa lebih suka terhadap suatu hal
atau aktivitas, sehingga timbul dorongan untuk melakukan atau
menekuni hal atau aktivitas tertentu.
Gagne dalam buku Ngalim Purwanto, 1987:85 menyatakan
bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan
isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga
perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu
ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. Sedangkan Morgan
dalam buku Ngalim Purwanto, 1987:85 mengemukakan bahwa
belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah
laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Prestasi adalah bukti keberhasilan yang dicapai (Winkel,
1986:102). Setelah melakukan proses belajar, berarti siswa
melakukan perbaikan dalam tingkah laku dan kecakapan-kecakapan
atau memperoleh kecakapan-kecakapan dan tingkah laku yang baru.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
merupakan bukti keberhasilan belajar yang dapat dicapai setiap
siswa dalam proses belajar.
Dalam hal pendidikan guru harus membangkitkan minat
belajar ketika di dalam kelas. Karena minat belajar dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Tetapi keberhasilan siswa
dalam belajar tidak hanya ditentukan oleh faktor pendidik (guru).
3
Menurut Muhibbin (144-155:2008) dalam bukunya yang berjudul
Psikologi Belajar menyatakan bahwa terdapat tiga factor yang
mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor internal, faktor eksternal,
faktor pendekatan belajar.
Faktor internal merupakan factor yang berasal dari dalam diri
siswa itu sendiri. Faktor eksternal merupakan factor yang berasal
dari luar diri siswa. Sedangkan faktor pendekatan belajar merupakan
segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang
keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan, dapat dirumuskan
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana minat belajar siswa kelas VI SD Karitas
Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012?
2. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas VI SD Karitas
Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012?
3. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara
minat dan prestasi belajar siswa kelas VI SD Karitas
Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012?
4. Seberapa besar sumbangan minat belajar terhadap prestasi
belajar siswa kelas VI SD Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran
4 C. Batasan Istilah
1. Minat belajar siswa adalah dorongan dalam diri siswa untuk
merasa tertarik melakukan aktivitas-aktivitas pembelajaran
dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar demi mencapai
suatu tujuan tertentu.
2. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa dalam
menuntut suatu pelajaran yang menunjukkan taraf
kemampuan siswa dalam mengikuti program belajar dalam
waktu tertentu, sesuai kurikulum yang telah ditentukan.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui minat belajar siswa kelas VI SD Karitas
Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa kelas VI SD Karitas
Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang positif dan
signifikan antara minat dan prestasi belajar siswa kelas VI SD
Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012.
4. Untuk mengetahui seberapa besar besar sumbangan minat
belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas VI SD Karitas
5 E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan
bagi guru mengenai pentingnya menumbuhkan minat belajar
siswa di SD Karitas Ngaglik.
2. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak
positif bagi siswa, mengenai pentingnya minat belajar dalam
diri siswa
3. Bagi penulis
Dengan penelitian ini peneliti mendapatkan
pengalaman dalam meningkatkan minat belajar dalam diri
siswa.
4. Bagi rekan-rekan mahasiswa atau siapa saja yang tertarik
pada bidang penelitian ini
Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Minat Belajar
1. Pengertian Minat Belajar
Minat merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa. Ada beberapa definisi
yang dikemukakan oleh para ahli tentang minat. Menurut
Winkel (1984:30) minat adalah kecenderungan yang menetap
dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal
tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.
Menurut Fuad Hasan (1989:59) minat sebagai hal yang
menunjuk pada adanya intensitas dari seseorang terhadap
suatu hal, peristiwa, orang, atau benda.
Menurut Jersild dan Tasch dalam buku Wayan
Nurkancana, 1983:224 menekankan bahwa minat atau
interest menyangkut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara
bebas oleh individu. Sedangkan Doyles Fryer (Wayan
Nurkancana, 1983:224) minat atau interest adalah gejala
psikis yang berkaitan dengan obyek atau aktivitas yang
menstimulir perasaan senang pada individu.
Menurut Hilgart dalam buku Slameto, 1988:58 minat
adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
7
seseorang diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa
senang. Dalam soal belajar, minat itu sangat penting. Secara
sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu.
Menurut Sardiman A. M (1988:76) berpendapat
bahwa minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi
apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi
yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau
kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Definisi lain tentang minat
juga dikemukakan oleh I.L Pasaribu (1983:52) minat adalah
suatu motif yang menyebabkan individu itu berhubungan
secara aktif dengan barang yang menariknya. Minat
merupakan suatu sumber motivasi yang mendorong orang
untuk melakukan apa yang merekan inginkan bila mereka
bebas memilih (Hurlock, 2005:114).
Menurut Reber dalam buku Muhibbin, 2008:151
berpendapat bahwa minat tidak termasuk istilah populer
dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada
faktor-faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian,
keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Minat dapat
mempengaruhi kualitas pencapaian prestasi belajar siswa.
Misalnya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap
8
dari pada siswa lainnya. Dengan pemusatan yang intensif
terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa untuk
belajar lebih giat dan akhirnya memperoleh prestasi belajar
yang diinginkan.
Schiefele dalam buku John W. Santrock, 2009:206
menyatakan bahwa telah dilakukan pembedaan antara minat
individual, yang dianggap sebagai relatif stabil dan minat
situsional, yang diyakini dibangkitkan oleh aspek spesifik
dari sebuah aktivitas tugas. Riset pada minat terutama telah
berfokus pada hubungan antara minat dengan pembelajaran.
Minat dihubungkan terutama dengan tindakan pembelajaran
mendalam, seperti ingatan atas gagasan pokok dan respons
terhadap pertanyaan pemahaman yang lebih sulit,
dibandingkan pembelajaran yang hanya pada permukaan,
seperti respons terhadap pertanyaan yang sederhana dan
ingatan kata-demi-kata atas teks.
Minat adalah syarat mutlak untuk belajar. Perlu
diingat bahwa nilai buruk pada suatu mata pelajaran tertentu
bukan berarti bahwa anak itu bodoh terhadap mata pelajaran
itu. Tapi juga bisa dilihat dari faktor-faktor lain yang
menyebabkan hal tersebut yaitu salah satunya adalah minat
belajar anak tersebut. Jika anak memiliki minat yang kuat,
maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai
9
merupakan bagian dari metode mengajar. Contoh yang
diberikan oleh Sylvia Ashton Warner dalam buku Wuryani,
2006:365, menggambarkan satu sistem untuk mengajar
membaca dengan menggunakan cerita-cerita yang dibuat
oleh siswa sendiri dengan topik-topik yang diminati mereka.
Minat memainkan peran yang penting dalam kehidupan
seseorang.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
minat merupakan rasa ketertarikan atau rasa lebih suka
terhadap suatu hal atau aktivitas, sehingga timbul dorongan
untuk melakukan atau menekuni hal atau aktivitas tertentu.
Perasaan senang juga akan menimbulkan minat, yang
ditunjukkan dengan sikap yang positif dari anak. Seperti
halnya sikap positif terhadap belajar di sekolah. Jika
diperhatikan dari uraian di atas bisa dikatakan bahwa minat
erat hubungannya dengan perasaan individu, obyek, aktivitas,
dan situasi.
Dalam menumbuhkan minat anak pada suatu mata
pelajaran, guru juga mempunyai peranan penting. Guru
dalam kaitan ini seyogyanya berusaha membangkitkan minat
siswa dalam kegiatan belajar di kelas.
Abu Ahmadi (1991:121) mengemukakan definisi
10
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan. Belajar adalah seperangkat proses kognitif yang
mengubah sifat stimulassi lingkungan, melewati pengolahan
informasi, menjadi kapaitas baru (Dimyati, 2006:10). Dengan
demikian dapat diambil kesimpulan mengenai definisi belajar
yaitu kegiatan yang dilakukan oleh tiap orang dengan tujuan
memperoleh kemampuan baru meliputi pengetahuan,
pemahaman, pemecahan masalah, ketrampilan, sikap dan
pola tingkah laku (Wens, 2010:5).
Dari pengertian-pengertian yang telah diuraikan
diatas, maka dapat disimpulkan minat belajar merupakan rasa
ketertarikan atau rasa lebih suka terhadap aktivitas belajar,
sehingga timbul dorongan untuk melakukan atau menekuni
hal atau aktivitas tersebut.
Dalam melakukan aktivitas belajar tersebut, anak
melakukannya tanpa disuruh. Karena anak memiliki minat
yang tinggi untuk melakukan aktivitas belajar tersebut. Minat
merupakan faktor pendorong bagi anak dalam melaksanakan
usahanya. Jadi dapat dilihat bahwa minat sangat penting
dalam pendidikan, sebab minat merupakan sumber dari
usaha. Wrigstone dalam buku Wayan Nurkancana, 1983:225
11
dorongan dari luar, apabila pekerjaan yang dilakukannya
cukup menarik minatnya.
2. Macam-macam minat
Minat adalah suatu sikap subyek terhadap obyek atas
dasar adanya kebutuhan dan kemungkinan terpenuhinya
kemungkinan itu. Secara psikologi minat dapat dibedakan
atas ( Pasaribuan, 1983:52-53) :
a. Minat aktual
Minat aktual adalah minat yang berlaku pada obyek
yang ada pada suatu saat dan ruangan yang konkrit.
Minat aktual ini disebut perhatian yang merupakan
dasar bagi proses belajar.
b. Minat disposisional
Minat didposisional atau arah minat, yang dasarnya
pembawaan (disposisi) dan menjadi ciri sikap hidup
seseorang. Minat bukan sesuatu hal yang sejak lahir
telah tertutup, bukan merupakan suatu keseluruhan
yang tak dapat berubah. Sesuai dengan umur maka
minat pun berubah dalam bentuk dan isi. Oleh karena
itu tiap-tiap tingkatan umur mempunyai minat
masing-masing. Minat dapat dibangkitkan dan
12 3. Metode pengukuran minat
Wayan Nurkancana (1983:227-229) menyebutkan ada
beberapa metode yang dipergunakan untuk mengadakan
pengukuran minat, yaitu sebagai berikut :
a. Observasi
Pengukuran minat dengan metode observasi mempunyai
suatu keuntungan karena dapat mengamati minat anak-anak
dalam kondisi yang wajar. Jadi tidak dibuat-buat. Observasi
dapat dilakukan dalam setiap situasi, baik di dalam kelas
maupun di luar kelas. Pencatatan hail observasi dapat
dilakukan selama observasi berlangsung.
Tetapi guru juga harus menyadari bahwa observasi ini
mempunyai kelemahan. Observasi ini tidak dapat dilakukan
terhadap beberapa situasi atau beberapa anak dalam waktu
yang sama. Apabila kita hendak mengukur minat semua anak
yang kita didik, maka kita akan memerlukan waktu yang
sangat panjang. Jadi seorang guru tidak mungkin akan
berhasil mengukur minat anak-anak hanya dengan
mempergunakan observasi. Biasanya observasi dilakukan
terhadap beberapa orang anak berdasarkan data yang telah
terkumpulkan sebelumnya.
Kelemahan yang lain dari pada observasi adalah bahwa
penafsiran terhadap hasil-hasil observasi sering bersifat
13
panjang antara situasi-situasi tingkah laku yang di observasi,
serta obyektifitas dari pada pencatatan sangat mempengaruhi
validitas dari pada observasi.
a. Interview (wawancara)
Interview baik dipergunakan untuk mengukur minat
anak-anak. Sebab biasanya anak-anak gemar
memperbincangkan hobinya dan aktivitas lain yang
menarik hatinya. Pelaksanaan interview ini biasanya
lebih baik dilakukan dalam situasi yang tidak formal
(informal approach), sehingga percakapan akan dapat
berlangsung dengan lebih jelas. Misalnya dalam
percakapan sehari-hari di luar jam pelajaran, dengan
mengadakan kunjungan rumah dan sebaginya. Guru
dapat memperoleh informasi tentang minat anak-anak
dengan menanyakan kegiatan-kegiatan apa yang
dilakukan oleh anak setelah pulang sekolah, permainan
apa yang disenangi, apa hobinya, perjalanan-perjalanan
atau tamasnya yang berkesan di hatinya, pengalaman apa
yang paling mengesankan, buku-buku apa yang
disenangi, film jenis apa yang digemari, dan sebagainya
(Baron dan Bernard, halaman 165).
b. Kuesioner
Dengan mempergunakan kuesioner guru dapat
14
Dengan demiian apabila dibandingkan dengan interview
dan observasi, kuesioner ini jauh lebih efisien dalam
penggunaan waktu. Isi pertanyaan yang diajukan dalam
kuesioner pada prinsipnya tidak berbeda dengan isi
pertanyaan dalam interview. Jadi dalam kuesioner guru
dapat menanyakan tentang kegiatan yang dilakukan anak
diluar sekolah, permainan yang disenangi, bacaan yang
menarik hatinya, dan sebgainya. Perbedaannya dengan
interview adalah bahwa interview dilakukan secara lisan,
dan guru hanya menghadapi seorang anak. Sedang
kuesioner dilakukan secara tertulis dan guru menghadapi
beberapa orang anak sekaligus.
c. Inventori
Inventori adalah suatu metode untuk mengadakan
pengukuran atau penilaian yang sejenis dengan kuesioner,
yaitu sama-sama merupakan daftar pertanyaan secara
tertulis. Perbedaannya adalah dalam kuesioner responden
menulis jawaban-jawaban yang relatif panjang terhadap
sejumlah pertanyaan, sedangkan pada inventori responden
memberi jawaban dengan memberi lingkaran, tanda cek,
mengisi nomor atau tanda-tanda lain yang berupa
jawaban-jawaban yang singkat terhadap sejumlah pertanyaan yang
15
Wayan Nurkancana (1983:225-226) berpendapat ada
beberapa alasan mengapa seorang guru perlu mengadakan
pengukuran terhadap minat anak-anak, antara lain adalah
sebagai berikut :
Untuk meningkatkan minat anak-anak. Setiap guru
mempunyai kewajiban untuk meningkatkan minat
anak-anak. Minat merupakan omponen yang penting
dalam kehidupan pada umumnya dan dalam
pendidikan dan pengajaran pada khususnya. Guru
yang mengabaikan hal ini tidak akan berhasil di
dalam pekerjaannya mengajar.
Memelihara minat yang baru timbul. Apabila
anak-anak menunjukkan minat yang kecil, maka
merupakan tugas bagi guru untuk memelihara minat
tersebut. Anak yang baru masuk ke suatu sekolah
mungkin belum begitu banyak menaruh minat pada
aktivitas-aktivitas tertentu. Dalam hal ini guru wajib
memperkenalkan kepada anak aktivitas-aktivitas
tersebut. Apabila anak telah menunjukkan minatnya,
maka guru wajib memelihara minat anak yang baru
tumbuh tersebut.
Mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang
tidak baik. Oleh karena sekolah adalah suatu
16
dalam masyarakat, maka sekolah harus
mengembangkan aspek-aspek ideal agar anak-anak
menjadi anggota masyarakat yang baik. Dalam
keadaan tertentu anak-anak sering menaruh minat
terhadap hal-hal yang tidak baik yang terdapat di
luar sekolah di dalam masyarakat yang jauh dari
ideal. Dalam keadaan yang demiian sekolah melalui
guru-guru hendaknya memberantas minat anak-anak
yang tertuju kepada hal-hal yang tidak baik, dan
dengan metode yang positif mengalihkan minat
anak-anak tersebut kepada hal-hal yang baik.
Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan
kepada anak tentang lanjutan studi atau pekerjaan
yang cocok baginya. Walaupun minat bukan
merupakan indikasi yang pasti tentang suses
tidaknya anak dalam pendidikan yang akan datang
atau dalam jabatan, namun interest merupakan
pertimbangan yang cuup berarti kalau dihubungkan
dengan data-data lain.
4. Cara membangkitkan minat siswa
Proses belajar akan berjalan lancar apabila disertai
minat. Minat dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai
17
a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.
b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman
yang lampau.
c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil
yang baik.
d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
5. Faktor-faktor yang mendasari timbulnya minat
Menurut Crow dalam Bernadinus Rizki dengan
skripsinya yang berjudul Perbandingan Antara Minat Siswa
dan Proses Kegiatan Belajar Mengajar pada SD yang
Menerapkan PMRI dan SD yang Tidak Menerapkan PMRI
Dalam Pembelajaran Matematika (2008:25-26), ada tiga
faktor yang mendasari timbulnya minat :
a. Faktor dorongan dari dalam
Merupakan faktor dari dalam yang mendorong
suatu aktivitas. Dapat dijelaskan dengan adanya
dorongan makan, yang menimbulkan minat untuk
mencari makanan, dorongan ingin tahu dan
membangkitkan minat untuk mengadakan
penelitian, dan sebagainya.
b. Faktor motif sosial
Dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat
untuk melaukan suatu aktivitas untuk memenuhi
18
sosial. Misalnya minat untuk belajar IPA muncul
karena keinginan memperoleh penghargaan dari
orang tua.
c. Faktor emosional
Minat erat kaitannya dengan perasaan dan emosi.
Biasanya, kesuksesan dalam suatu kegiatan
memunculkan perasaan senang, dan mendorong
atau menimbulkan minat di dalamnya. Kegagalan
biasanya menyebabkan hilangnya minat.
Ketiga faktor yang menimbulkan minat
tersebut tidak berdiri sendiri tetapi merupakan
suatu perpadua atau kesatuan yang saling
melengkapi. Dari uraian ini, dapat disimpulkan
bahwa minat sebagai faktor psikis yang mendorong
individu mencapai tujuannya, dipengaruhi oleh
berbagai faktor psikis, fisik, serta lingkungan.
6. Ciri-Ciri Siswa Berminat Dalam Belajar
Menurut Slameto (2003:58) siswa yang berminat dalam
belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang sesuatu yang
dipelajari secara terus menerus.
19
Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada
sesuatu yang diminati. Ada rasa ketertarikan pada
sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.
Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya
dari pada yang lainnya.
Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas
dan kegiatan.
7. Membangkitkan Minat Belajar Siswa di Sekolah
Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh
kemudian. Minat terhadap pelajaran mempengaruhi belajar
selanjutnya serta mempengaruhi minat-minat baru. Menurut
ilmuwan pendidikan cara yang paling efektif untuk
membangkitkan minat belajar pada siswa adalah dengan
menggunakan minat-minat siswa yang telah ada dan
membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Hal ini dapat
dicapai dengan jalan memberikan informasi pada siswa
mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang
akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu,
menguraikan kegunaan bagi siswa dimasa yang akan datang.
Minat dapat dibangitkan dengan cara menghubungkan materi
pelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan
perubahan dalam minat pada sekolah. Perubahan ini sebagian
20
bagaimana faktor ini mengurangi minat anak pada sekolah.
Kondisi yang mempengaruhi minat anak pada sekolah
dijelaskan sebagai berikut (Hurlock, 2005:139) :
a. Pengalaman dini sekolah
Anak yang secara fisik dan intelektual telah siap untuk
kelas satu mempunyai sikap yang lebih positif terhadap
sekolah dibandingkan anak yang belum siap untuk
sekolah. Pengalaman dikelompok bermain dan taman
kanak-kanak mempermudah penyesuaian dan
menjadikan pengalaman dini di sekolah lebih
menyenangkan.
b. Pengaruh orang tua
Orang tua mempengaruhi sikap anak terhadap sekolah
secara umum dan juga sikap mereka terhadap
pentingnya pendidikan, belajar, terhadap berbagai mata
pelajaran, dan terhadap guru.
c. Sikap saudara kandung
Saudara kandung yang lebih besar mempunyai
pengaruh yang sama pada sikap anak terhadap sekolah
seperti orang tua. Sebaliknya, sikap saudara kandung
yang lebih muda relatif tidak penting.
d. Sikap teman sebaya
Minat dan sikap terhadap sekolah secara umum dan
21
oleh teman sebaya. Untuk diterima oleh kelompok
teman sebaya, anak belajar bahwa ia harus menerima
minat dan nilai kelompok. Jika teman sekelas
terang-terangan menyatakan ketidaksukaan mereka pada
sekolah, ia harus melakukannya juga atau menanggung resiko dipanggil “kutu buku” atau “anak mas guru”.
e. Penerimaan oleh kelompok teman sebaya
Karena bagian hari-hari sekolah yang disukai berpusat
sekitar kegiatan ekstrakurikuler dengan teman sebaya,
hubungan yang baik dengan guru dan nilai yang bagus
tidak adapat mengimbangi kurangnya penerimaan oleh
teman sebaya.
f. Keberhasilan akademik
Besarnya pengaruh keberhasilan akademik pada sikap
anak terhadap sekolah akan bergantung pada besarnya
nilai keberhasilan akademik dalam kelompok teman
sebaya. Bila keberhasilan ini merupakaan lambang
status, maka ia akan meningkatkan status anak dengan
perstasi akademik baik dalam kelompok teman sebaya.
Kegagalan akademik mengurangi rasa harga diri semua
anak dan menimbulkan rasa tidak senang terhadap
lingkungan tempat kegagalan ini terjadi. Jika kegagalan
22
memperbesar rasa tidak senang anak pada sekolah, dan
mengurangi minatnya pada sekolah.
g. Sikap terhadap pekerjaan
Anak yang dibesarkan oleh orang tua yang berpendapat
bahwa masa kanak-kanak harus bahagia dan bebas,
biasanya mengembangkan sikap negatif terhadap setiap
kegiatan yang menyerupai pekerjaan. Selama sekolah
masih bermain-main saja, mereka menyukainya. Tapi
dengan kenaikan kelas, lebih banyak upaya dituntut
untuk membuat pekerjaan rumah, dan ini menimbulkan
rasa tidak suka akan sekolah.
h. Hubungan guru dan murid
Banyak atau sedikitnya minat anak terhadap sekolah
dipengaruhi sikapnya terhadap guru. Jika anak membawa onsep yang tidak positif terhadap “guru” ke
sekolah, yaitu konsep yang didasarkan atas kata orang
tua atau saudara, gambaran media massa, atau bila
pengalaman pribadi yang tidak menyenangkan dengan
guru, sikap mereka terhadap semua guru cenderung
tidak positif.
i. Suasana emosional sekolah
Suasana emosional sekolah dipengaruhi sikap guru dan
jenis disiplin yang digunakan. Para guru mempunyai
23
disiplin yang demokratis mendorong sikap yang lebih
positif pada murid dibandingkan dengan mereka yang mempunyai “anak mas”, yang merasa bosan dengan
pekerjaan, yang mengajar secara membosankan dan
yang terlalu bersifat otoriter permisif dalam
pengendalian situasi di kelas.
8. Indikator Minat Belajar Siswa
Dengan teori diatas peneliti menjabarkan indicator
yang digunakan dalam kuesioner penelitian adalah sebagai
berikut :
a. Menunjukkan minat terhadap pelajaran
Setiap mengikuti kegiatan pembelajran, siswa-siswi
menunjukkan minat terhadap pelajaran. Misalnya siswa
selalu memperhatikan guru yang sedang menjelaskan,
siswa tidak pernah membolos, siswa selalu menjawab
pertanyaan yang diberikan guru.
b. Selalu mengingat pelajaran dan mempelajari kembali.
Sesudah menerima pembelajaran atau materi yang
diberikan guru, siswa mengingat materi-materi tersebut
dan mempelajarinya bila sudah di rumah.
c. Tekun menghadapi tugas
Siswa selalu mengerjakan tugas – tugas yang diberikan
24
d. Ulet menghadapi kesulitan belajar
Siswa selalu mempunyai usaha dalam menghadapi
kesulitan belajar. Misalnya bertanya kepada guru tentang
materi yang belum jelas.
e. Perasaan hati setelah belajar
Perasaan siswa setelah mengikuti pembelajaran di kelas.
Misalnya senang, sedih.
f. Senang menghadapi kesulitan belajar
Siswa selalu merasa senang bila menghadapi kesulitan
belajar. Bukan menjadi beban dalam menghadapi
kesulitan belajar.
g. Mempunyai antusias yang tinggi dalam belajar di kelas
Siswa mempunyai semangat dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
h. Senang berdiskusi dengan teman dalam mempelajari
mata pelajaran
Siswa selalu berdiskusi atau meyelesaikan masalah
dalam pelajaran dengan teman – temannya.
i. Keinginan kuat untuk maju dan mencapai keberhasilan
Setiap siswa pasti mempunyai keinginan untuk mencapai
cita – citanya. Maka para siswa mengikuti setiap
kegiatan belajar dengan semangat agar cita – citanya
25
j. Orientasi pada masa depan, kegiatan belajar sebagai
jalan menuju kreativitas cita-cita
Kegiatan belajar dapat membuat siswa dalam mencapai
cita – citanya. Misalnya dengan cara mengkuti dengan
tekun setiap kegiatan belajar dan selalu memperhatikan
guru yang sedang menjelaskan.
B. Prestasi Belajar
1) Pengertian Belajar
Manusia selalu dan senantiasa belajar bilamanapun dan di
manapun dia berada, karena belajar merupakan aktivitas
manusia yang sangat vital dan sangat penting bagi kita semua.
Hilgard dan Bower dalam buku Ngalim Purwanto, 1987:85
mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan
tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam
situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat
dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan,
kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya
kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).
Gagne dalam buku Ngalim Purwanto, 1987:85
menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus
bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian
rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia
26
tadi. Sedangkan Morgan dalam buku Ngalim Purwanto,
1987:85 mengemukakan bahwa belajar adalah setiap
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang
terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Hintzman dalam buku Muhibbin, 2008:65 dalam
bukunya The Psichology of Learning dan Memory berpendapat
bahwa “Learning is a change in organism due to experience which can affect the organism’s behavior” (belajar adalah
suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia
atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat
mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut). Menurut
kaum Konstruktivis, belajar merupakan proses aktif pelajar
mengkonstruksi arti entah teks, dialog, pengalaman fisik, dan
lain-lain (Suparno, 1997:61).
Definisi lain tentang belajar juga dikemukakan oleh
Witherington (Ngalim Purwanto, 1987:85) yang menyatakan
bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian
yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru darp pada reaksi
yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau
suatu pengertian. Jika dilihat dari definisi-definisi tentang
pengertian belajar diatas, jelas sekali bahwa belajar sangat
27
Ngalim Purwanto (1987:253) mengemukakan hal-hal
pook dari definisi-definisi tentang belajar adalah sebagai
berikut :
Bahwa belajar itu membawa perubahan
Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah
didapatkannya kecakapan baru
Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang
dapat terjadi melalui latihan atau pengalaman yang mana
perubahan itu harus relatif mantap. Diharapkan perubahan
tingkah laku yang terjadi adalah perubahan tingkah laku yang
baik.Karena ada kemungkinan perubahan tingkah laku tersebut
mengarah kepada perubahan tingkah laku yang lebih buruk.
2) Pengertian Prestasi Belajar
Tujuan dari pendidikan adalah meningkatkan dan
mengembangkan kepribadian individu yang sedang menjalani
proses pendidikan. Kerena manusia mampu untuk belajar maka
ia berkembang, mulai dari saat lahir sampai mencapai umur
tua. Perkembangan kepribadian erat kaitannya dengan
perubahan tingkah laku yang merupakan akibat dari proses
belajar.
Dalam memperoleh prestasi yang baik, kadang siswa
hambatan-28
hambatan yang bersifat eksternal maupun internal.
Faktor-faktor internal antara lain yaitu kondisi fisik, kondisi panca
indra, minat, kecerdasan, kemampuan kognitif. Sedangkan
faktor-faktor eksternal antara lain lingkungan, guru atau
pengajar, sarana dan fasilitas untuk pembelajaran, materi
pelajaran.
Prestasi adalah bukti keberhasilan yang dicapai (Winkel,
1986:102). Setelah melakukan proses belajar, berarti siswa
melakukan perbaikan dalam tingkah laku dan
kecakapan-kecakapan atau memperoleh kecakapan-kecakapan-kecakapan-kecakapan dan tingkah
laku yang baru. Perubahan-perubahan juga akan terjadi dalam
bidang pengetahuan atau pemahaman. Perubahan itu tampak
dalam prestasi belajar yang dihasilkan siswa. Siman (1988:28)
mendefinisikan prestasi belajar yaitu suatu ukuran dari
kemampuan atau kecakapan siswa yang berupa penguasaan
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dicapai dalam
belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar merupakan bukti keberhasilan belajar yang dapat
dicapai setiap siswa dalam proses belajar. Prestasi belajar ini
merupakan wujud dari proses belajar yang dilakukan di
sekolah. Prestasi belajar ditunjukkan dengan nilai yang dapat
diperoleh siswa selama mengikuti proses belajar. Prestasi
29
pengetahuan dan ketrampilan yang diembangkan dalam proses
belajar mengajar.
3) Prinsip-Prinsip Belajar
Terdapat tujuh prinsip belajar yang dikemukakan
Dimyati (2006:42-50) dalam bukunya yang berjudul Belajar
dan Pembelajaran. Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar
yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain
memilii persamaan dan juga perbedaan. Prinsip belajar yang
baik bagi siswa yaitu prinsip belajar yang perlu
meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam
upaya meningkatkan mengajarnya. Ketujuh prinsip belajar
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting
dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran
akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai
dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu
dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan
untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi
untuk mempelajarinya.
Disamping perhatian, motivasi mempunyai
peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi
30
memiliki minat terhadap sesuatu bidang tertentu
cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian
timbul motivasinya untuk memperlajari bidang studi
tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai
yang dianggap penting dalam kehidupannya.
Perubahaan nilai-nilai yang dianut akan mengubah
tingkah laku manusia dan motivasinya. Kerenanya,
bahan-bahan pelajaran yang disajikan hendaknya
disesuaikan dengan minat siswa dan tidak bertentangan
dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
b. Keaktifan
Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan
juga tida bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar
hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami
sendiri. Dalam setiap proses belajar, siswa selalu
menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam
bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita
amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati.
Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar,
menulis, berlatih ketrampilan-ketrampilan, dan
sebagainya. Contoh kegiatan psikis misalnya
menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki
dalam memecahkan masalah yang dihadapi,
31
menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis
yang lain.
c. Keterlibatan langsung/berpengalaman
Dalam mengajar melalui pengalaman langsung
siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi
ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan,
dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Keterlibatan
siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan
fisik mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan
kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan,
dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam
pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat
mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan
keterampilan.
d. Pengulangan
Terdapat tiga teori yang menekankan perlunya
pengulangan yaitu teori Psikologi Daya, Psikologi
Asosiasi, dan Psikologi Conditioning. Teori yang
paling tua barang kali adalah Psikologi Daya. Menurut
teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada
pada manusia yang terdiri atas daya mengamat,
menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan,
berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan
32
berkembang. Seperti halnya pisau yang selalu diasah
akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih
dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan
menjadi sempurna.
Dalam teori Psikologi Asosiasi dikemukakan
bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara
stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap
pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang
timbulnya respons benar. Sedangkan dalam teori
Psikologi Conditioning yang merupakan perkembangan
lebih lanjut dari psiologi asosiasi juga menekankan
pentingnya pengulangan dalam belajar. Pada psikologi
conditioning respons akan timbul bukan karena saja
oleh stimulus, tetapi juga oleh stimulus yang
dikondisikan.
Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya
prinsip pengulangan dalam belajar walaupun dengan
tujuan yang berbeda. Yang pertama pengulangan untuk
melatih daya-daya jiwa sedangkan yang kedua dan
ketiga pengulangan untuk membentuk respons yang
benar dan membentuk kebiasaan-kebiasaan.
e. Tantangan
Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu
33
hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka
timbulah motif untuk mengatasi hambatan yaitu dengan
mempelajari bahan belajar tersebut. Agar pada anak
timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan
dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang.
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar
membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan
belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah
yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk
mempelajarinya.
f. Balikan dan Penguatan
Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila
mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil
yang baik akan merupakan balikan yang menyenangkan
dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya.
Skinner menyebutkan bahwa dorongan belajar itu tidak
hanya oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga
yang tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain
penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat
belajar.
Sebagai contoh penguatan positif yaitu siswa
belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang
baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong
34
penguatan negatif adalah anak yang mendapatkan nilai
yang jelek pada waktu ulangan akan merasa taut tidak
naik kelas, karena taut tidak naik kelas ia terdorong
untuk belajar lebih giat.
g. Perbedaan Individual
Siswa merupakan individual yang unik artinya
tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa
memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan
itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan
sifat-sifatnya. Perbedaan individual ini berpengaruh
pada cara dan hasil belajar siswa. Sistem pendidikan
klasikal yang dilakukan di sekolah mayoritas kurang
memperhatikan masalah perbedaan individual,
umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan
melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan
rata-rata.
4) Tujuan belajar
Tujuan belajar menurut Sardiman (1986:28-30) jika
ditinjau secara umum ada tiga jenis :
a. Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir jenis
interaksi dan cara yang dipergunakan untuk kepentingan
ini pada umumnya dengan model ceramah, pemberian
35
akan menambah pengetahuannya dan sekaligus akan
mencari sendiri untuk mengembangkan cara berpikir
dalam rangka mengembangkan pengetahuannya.
b. Untuk mendapatkan pemahaman konsep dan ketrampilan
Pemahaman konsep atau perumusan konsep juga
memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan tersebut
memang dapat dilatih yaitu dengan banyak melatih
kemampuan interaksi yang mengarah pada pencapaian itu
dengan kaidah-kaidah tertentu dan bukan semata-mata
hanya menghafal atau meniru.
c. Untuk mendapatkan pembentukan sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental perilaku dan
pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati
dalam pendekatannya. Untuk itu dibutuhkan kecakapan
dalam mengarahkan motivasi dalam berpikir dengan
tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai
contoh atau model.
5) Beberapa Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu
proses, yaitu proses belajar sesuatu. Aktivitas belajar
tersebut juga dapat diketahui oleh guru dari perlakuan
siswa terhadap bahan belajar. Proses belajar sesuatu
dialami oleh siswa dan aktivitas belajar sesuatu dapat
36
contoh aktivitas belajar dalam beberapa situasi ( Abu
Ahmadi, 1991:125) :
a. Mendengarkan
b. Memandang
c. Meraba, membau dan mencicipi/mengecap
d. Menulis atau mencatat
e. Membaca
f. Membuat ihktisar atau ringkasan, dan menggaris
bawahi
g. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan
bagan-bagan
h. menyusun paper atau kertas kerja
i. Mengingat
j. Berpikir
k. Latihan atau praktek
6) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku.
Perubahan dapat berhasil baik dan tidaknya juga dipengaruhi
oleh bermacam-macam faktor. Faktor-faktor tersebut dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu sebagai berikut
(Ngalim Purwanto, 1987:106) :
a. Faktor yang ada pada diri organism itu sendiri yang
kita sebut faktor individul. Yang termasuk faktor
37
pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan
faktor pribadi.
b. Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut
faktor sosial. Faktor sosial antara lain adalah faktor
keluarga atau keadaan rumah tangga, guru dan cara
mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam
belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang
tersedia, dan motivasi sosial.
Muhbbin (2008:144-155) berpendapat bahwa terdapat
tiga faktor yang dapat mempengaruhi belajar, yaitu sebagai
berikut :
a. Faktor internal
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri
meliputi dua aspek, yaitu :
1. Aspek fisiologis
Yang dimaksud dalam aspek fisiologis ini adalah
kondisi umum jasmani siswa. Kondisi kebugaran
siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di
kelas sangat berpengaruh. Untuk mempertahankan
kebugaran jasmani siswa sangat dianjurkan memilih
pola istirahat mengkonsumsi makanan dan minuman
yang bergizi.
Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat
38
juga dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam
menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya
yang disajikan di kelas.
2. Aspek psikologis
Aspek psikologis yang mempengaruhi belajar siswa
antara lain sebagai berikut :
a. Inteligensi siswa
Inteligensi sebenarnya bukan persoalan kualitas
otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ
tubuh lainnya. Namun harus diakui juga bahwa
otak memiliki peran lebih menonjol dalam
hubungannya dengan inteligensi manusia
daripada peran organ tubuh lainnya.
Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) siswa
tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan
tingat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna,
semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang
siswa maka semakin besar peluangnnya untuk
meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah
kemampuan inteligensi seorang siswa maka
semakin kecil peluangnya untuk memperoleh
39 b. Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi
afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi
atau merespon dengan cara yang relatif tetap
terhadap objek orang, barang, dan sebagainya,
baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa
yang positif terhadap guru dan materi yang
diajarkan guru merupakan pertanda awal yang
baik bagi proses belajar siswa tersebut.
Sebaliknya. Sikap negatif siswa terhadap guru
dan materi yang diajarkan guru akan
menimbulkan kesulitan belajar. Meskipusn bisa
saja tidak menimbulkan kesulitan belajar tapi
akan berdampak dalam hal lain yaitu prestasi
belajar yang dicapai siswa akan kurang
memuaskan.
c. Bakat siswa
Bakat merupakan kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan
pada masa yang akan datang. Sebetulnya setiap
orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi
untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat
40 d. Minat siswa
Minat belajar dalam diri siswa dapat menjadi
lemah. Lemahnya minat akan melemahkan
kegiatan belajar juga. Dan itu akan berdampak
pada prestasi belajar. Oleh karena itu, minat
belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus
menerus. Agar siswa memiliki minat yang kuat,
dan dapat menciptakan suasana belajar yang
menggembirakan.
e. Motivasi siswa
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan
internal organisme baik manusia ataupun hewan
yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
b. Faktor eksternal
Seperti faktor internal, faktor eksternal siswa juga terdiri
atas dua macam, yaitu:
1. Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru,
para staf administrasi, dan teman-teman sekelas
dapat mempengaruhi semangat belajar seorang
siswa. Dan yang termasuk lingkungan sosial siswa
41
sepermainan di sekitar perkampungan siswa
tersebut. Misalnya di lingkungan masyarakat yang
kurang kondusif untuk belajar anak.
Lingkungan sosial yang lebih banyak
mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua
dan keluarga siswa itu sendiri. Contoh kebiasaan
yang diterapkan orang tua siswa dalam mengelola
keluarga yang keliru, seperti kelalaian orang tua
dalam memonitor kegiatan anak, dapat
menimbulkan dampak lebih buruk lagi.
2. Faktor Lingungan Non Sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan
nonsosial adalah gedung seolah dan letaknya,
rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya,
alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar
yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang
turut menentukan tingkat keberhasilan belajar
siswa.
c. Faktor Pendekatan Belajar
Di samping faktor-faktor internal dan eksternal siswa,
faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap
taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut.
Pendekatan belajar merupakan segala cara atau strategi
42
efisiensi proses mempelajari materi tertentu. Pendekatan
belajar dapat dibagi menjadi tiga macam tingkatan,
yaitu:
1. Pendekatan tinggi
a. Speculatif
Pendekatan speculatif yaitu pendekatan
berdasarkan pemikiran mendalam, yang bukan
saja bertujuan menyerap pengetahuan melainkan
juga mengembangkannya.
b. Achieving
Pendekatan achieving pada umumnya dilandasi
oleh motif ekstrinsik yang berciri khusus yang
disebut ego-enhancement yaitu ambisi pribadi
yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan
dirinya dengan cara meraih indeks prestasi
setinggi-tingginya. Gaya belajar ini lebih serius
daripada yang memakai pendekatan-pendekatan
lainnya.
2. Pendekatan menengah
a. Analytical
Pendekatan analytical strateginya yaitu berpikir
kritis, mempertanyakan, menimbang-nimbang,
beragumen. Tujuannya yaitu pembentukan
43 b. Deep
Siswa yang menggunakan deep biasanya
mempelajari materi kerena memang dia tertarik
dan merasa membutuhkannya (intrinsik). Oleh
karena itu, gaya belajarnya serius dan berusaha
memahami materi secara mendalam serta
memiirkan cara mengaplikasikan.
3. Pendekatan rendah
a. Reproductif
Strat