DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA
KELAS VI SEKOLAH DASAR KARITAS NGAGLIK
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Ari Astuti
Nim : 081134110
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DEMOKRATIS
DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA
KELAS VI SEKOLAH DASAR KARITAS NGAGLIK
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Ari Astuti
Nim : 081134110
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini kepersembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus yang setia menemaniku dan menguatkan ku.
Bunda Maria yang setia mendengar keluhan ku.
Bapak dan Ibu yang selalu memberikan dukungan.
Mas Agustinus Suhariyanto yang selalu memberikan motivasi.
Sahabat dan teman yang memberikan dukungan.
v MOTTO
“Apa yang kita lakukan semata-mata hanya untuk menghormati Tuhan”
viii ABSTRAK
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DEMOKRATIS DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VI
SEKOLAH DASAR KARITAS NGAGLIK TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Ari Astuti
Universitas Sanata Dharma 2012
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui bagaimana kondisi pola asuh orang tua demokratis siswa kelas VI Sekolah Dasar Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012, (2) Mengetahuai bagaimana kondisi prestasi siswa kelas VI Sekolah Dasar Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012, (3) Mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antar pola asuh orang tua demokratis dengan prestasi siswa kelas VI Sekolah Dasar Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012, (4) Mengetahui Seberapa besar sumbangan pola asuh orang tua demokratis dengan prestasi siswa kelas VI Sekolah Dasar Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif tingkat korelasi.Subyek penelitian yaitu siswa kelas VI di Sekolah Dasar Karitas Ngaglik pada Tahun Pelajaran 2011/2012, yang berjumlah 40 siswa.Variabel penelitian ada dua yaitu variabel bebas pola asuh orang tua demokratis dan variabel terikat prestasi belajar siswa.Alat pengumpulan data berupa angket dan nilai rapot siswa. Teknik analisis data menggunakan teknik uji signifikansi dengan taraf signifikansi 1% dengan dk = n-2.
Hasil penelitian: (1) Pola asuh orang tua demokratis rendah sebesar 22,5%, pola asuh orang tua demokratis sedang sebesar 17,5% dan Pola asuh orang tua demokratis tinggi sebesar 60%. (2) Prestasi belajar siswa rendah sebesar 30%, Prestasi belajar siswa sedang sebesar 37,5% dan Prestasi belajar siswa tinggi sebesar 32,5%. (3) Pola asuh orang tua demokratis memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa dengan nilai t = 11,833 dan signifikan pada taraf 1%. (4) Pola asuh orang tua demokratis memberi sumbangan 78,68% terhadap prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua demokrtis memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa kelas VI di Sekolah Dasar Karitas Ngaglik, pada Tahun Pelajaran 2011/2012.Orang tua diharapkan menggunakan pola asuh orang tua demokratis, karena pola asuh orang tua demokratis sangat baik digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
ix
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN THE DEMOCRATIC NUTURING PATTERN AND THE ACADEMIC ACHIEVEMENT OF THE SIX GRADE ELEMENTERY SCHOOL STUDENTS OF KARITAS NGAGLIK
IN THE ACADEMIC YEAR 2011/2012
Ari Astuti
Sanata Dharma University 2012
The aims of the research were to identity: (1) how process democratic nurturing pattern of the six grade students of Karitas Ngaglik in the academic year 2011/2012, was (2) how process academic achievement of the six grade students of Karitas Ngaglik in the academic year 2011/2012, was (3) and whether there was any correlation positive and significant between democratic nuturing pattern and the academic achievement of the six grade students of Karitas Ngaglik elementary school in the academic year 2011/2012,(4) the role of the democratic nuturing pattern and the academic achievement of the six grade students of Karitas Ngaglik elementary school in the academic year 2011/2012.
This research was a descriptive research of correlation levels. The research population was 40 six graders of Karitas Ngaglikelementary school in the academic year 2011/2012. The two variables used in this research were the
democratic nurturing pattern serving on the independent variable and the student‟s
academic achievement as the independent variable. The data was colleted using questionnaires and from the students gardes, while the data gathering technique test significant technique with the significant of 1% with dk = n-2.
The results of this research were: (1) parent‟s democratic nurturing pattern could be classified into low (22,5%), medium(17,5%), and high(60%), (2) student academic achievement could be categorized into low (30%), medium (37,5%), and high(32,5%), (3) democratic nurturing had a positive and significant correlation towards the academic achievement with the value t = 11,833 and the significant 1% level, (4) the democratic nurturing contributed 78,68% of the academic achievement. Based on these results it could be concluded that the
parent‟s democratic nurturing pattern had a positive and significant correlation towards the academic achievement of the sex graders of Karitas Ngaglik elementary school in the academic year 2011/2012. Therefore, parents were suggested to apply democratic nurturing pattern because if could increase learning motivation.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan karuniaNya sehingga penulisan dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan sebaik-baiknya.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan
Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma. Skripsi ini diberi judul “Hubungan
Pola Asuh Orang Tua Demokratis dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI
Sekolah Dasar Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012”.
Penyusun skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan nasehat dari berbagai
pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph. D, selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ, S.S., BST, M.A, Ketua Program Studi
PGSD S1 Universitas Sanata Dharma.
3. Drs. Puji Purnomo, M.Si, selaku dosen pembimbing pertama yang telah
memberikan ijin penelitian, membagi ilmunya kepada penulis serta
pesan-pesan yang sangat berarti bagi penulis sehingga penyusunan skripsi ini
dapat terselesaikan.
4. Drs. J. Sumedi selaku dosen pembimbing kedua yang bersedia
memberikan bimbingan, meluangkan waktu guna mengkritisi skripsi
penulis sampai selesai.
5. Eny Winarti,S.Pd., M.Hum., Ph.D, yang telah bersedia menguji skripsi.
6. Bapak dan Ibu Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah
membagikan ilmunya kepada penulis.
7. Karyawan-karyawati Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah
bekerja dengan giat dan membagi senyumnya kepada penulis.
8. Ibu Kepala Sekolah SD Kanisius Sengkan yang telah memberi kesempatan
kepada penulis untuk melakukan uji coba.
9. Guru serta siswa kelas VI SD Kanisius Sengkan yang sudah
xi
10.Bapak Aluysius Riwi Widakdo, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Karitas
Ngaglik yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan
penelitian.
11.Ibu Dra. Agnes Murlina, selaku Kepala Sekolah yang baru SD Karitas
Ngaglik yang membantu saya dalam melengkapi data untuk
menyelesaikan skripsi.
12.Bapak dan Ibu guru Kelas VI SD Karitas Ngaglik yang telah memberikan
kesempatan penulis untuk menggunakan kelas dan meminta data yang
mendukung skripsi.
13.Siswa Kelas VI SD Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012 yang
bersedia meluangkan waktu, untuk mengisi angket penelitian.
14.Orang tua ku Bapak Sumardi dan Ibu Sugiyanti yang selalu memberikan
doa, nasehat, dukungan, serta bantuan berupa materiil sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
15.Agustinus Suhariyanto yang selalu memberikan dukungan, senyuman, doa
serta perhatiannya.
16.Sahabat-sahabat ku, yang memberikan semangat dan dukungan, trimakasi
atas semua yang bagi dengan ku.
17.Teman-teman PGSD S1 angkatan 2008, terima kasih atas kebersamaan
kalian selama ini semoga kita selalu sukses. Serta semua orang yang
membantu menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, oleh sebab itu penulis menerima kritikan maupun saran yang bersifat
membangun dari semua pihak guna kemajuan penulis di masa yang akan datang.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa dan semua
pihak yang membacanya.
Yogyakarta, 30 Agustus 2012
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
3.Keunggulan Pola Asuh Orang Tua Demokratis ... 19
4.Indikator Pola Asuh Orang Tua Demokratis ... 22
B. Prestasi Belajar ... 24
1.Pengertian Prestasi ... 24
xiii
3.Pengertian Prestasi Belajar ... 26
4.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 27
C.Penelitian yang relefan ... 42
D.Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis dengan Prestasi Belajar Siswa ... 45
E. Hipotesis ... 47
BAB III METODE PENELITIAN ... 48
A.Jenis Penelitian ... 48
B. Variabel Penelitian ... 48
C.Definisi Operasional Variabel ... 49
D.Tempat Penelitian ... 49
1. Pola Asuh Orang Tua Demokratis Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Karitas Ngaglik ... 68
2. Prestasi Belajar Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Karitas Ngaglik ... 73
3. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Karitas Ngaglik ... 78
4. Berapa Sumbangan Pola Asuh Orang Tua Demokratis dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Karitas Ngaglik ... 89
xiv
1. Pola Asuh Orang Tua Demokratis ... 90
2. Prestasi Belajar Siswa ... 93
3. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis dengan Prestasi Belajar Siswa ... 96
BAB V PENUTUP ... 104
A. KESIMPULAN ... 104
B. SARAN ... 105
DAFTAR PUSTAKA ... 107
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 50
Tabel 3.2 Indikator Pola Asuh Orang Tua Demokratis ... 52
Tabel 3.3 Indikator dan Sebaran Item Pola Asuh Orang Tua Demokratis sebelum uji coba ... 55
Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Validatas ... 60
Tabel 3.5 Klasifikasi Koefisien Reabilitas Suatu Item ... 61
Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Koefisien Reabilitas ... 63
Tabel 3.7 Pengelompokkan Pola Asuh Orang Tua Demokratis ... 65
Tabel 3.8 Pedoman untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi ... 67
Tabel 4.1 Data Interval Skor Pola Asuh Orang Tua Demokratis ... 68
Tabel 4.2 Pola Asuh Orang Tua Demokratis Siswa Kelas VI SD Karitas Tahun pelajaran 2011/2012 ... 69
Tabel 4.3 Data Interval Nilai Prestasi Belajar Siswa ... 73
Tabel 4.4 Prestasi Belajar Siswa ... 74
Tabel 4.5 Tabel Skor Asuh Orang Tua Demokratis dan Prestasi Belajar ... 80
Tabel 4.6 Subyek Tiap Kelompok ... 83
Tabel 4.7 Proposisi Individu dalam Setiap Kelompok ... 83
Tabel 4.8 Nilai Rata-rata (mean) dari setiap kelompok ... 84
Tabel 4.9 Besar Ordinal ... 84
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema hubungan pola asuh orang demokratis
dengan prestasi belajar siswa ... 45
Gambar 4.1 Diagram presentase pola asuh orang demokratis
siswa kelas VI SD Karitas Ngaglik
Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 72
Gambar 4.2 Diargram prestasi belajar siswa kelas VI SD Karitas Ngaglik
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Angket pola asuh orang tua demokratis (uji coba) ... 111
Lampiran 2 Hasil uji coba angket (skor 4,3,2,1) ... 115
Lampiran 3 Hasil uji coba angket (skor 1 dan 0) ... 119
Lampiran 4 Validitas tiap indikator dan sebaran item pola asuh orang tua demokratis ... 126
Lampiran 5 Revisi item soal angket pola asuh orang tua demokratis ... 128
Lampiran 6 Hasil analisis uji validitas angket pola asuh orang tua demokratis dengan program SPSS ... 131
Lampiran 7 Hasil analisis uji reabilitas angket uji coba pola asuh orang tua demokratis ... 133
Lampiran 8Indikator dan sebaran item pola asuh orang tua demokratis setelah uji coba ... 135
Lampiran 9 Kisi-kisi soal setelah uji coba ... 137
Lampiran 10 Angket pola asuh orang tua demokratis (penelitian) ... 138
Lampiran 11 Daftar nilai rapor kelas VI SD Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 140
Lampiran 12 Hasil angket penelitian (4,3,2,1) ... 142
Lampiran 13 Hasil angket penelitian (1 dan 0) ... 148
Lampiran 14 Hasil analisis uji realibilitas angket penelitian pola asuh orang tua demokratis ... 156
Lampiran 15 Skor pola asuh orang tua demokratis dan prestasi belajar siswa kelas VI SD Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 158
Lampiran 16 Tabel nilai-nilai Product-Moment dari Pearson ... 160
Lampiran 17 Tabel ordinal pada kurva normal ... 161
Lampiran 18 Tabel nilai-nilai dalam distribusi t ... 163
xviii
Lampiran 20 Surat izin uji coba ... 166
Lampiran 21 Surat izin penelitian ... 167
Lampiran 22 Surat keterangan penelitian ... 168
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang yang paling dasar guna
menempuh pendidikan formal. Siswa SD pada umumnya berusia 6–12 tahun,
pada usia ini anak lebih bisa bersosialisasi dibandingkan pada masa
kanak-kanak yang masih bergantung pada orang lain (Piaget dan Inhelder,
2010:131). Anak SD pada umumnya sudah bisa bersosialisasi untuk
mempunyai teman bermain, hal ini dapat terlihat pada saat anak bermain
secara berkelompok.
Pada usia SD anak sudah mempunyai keinginan untuk bersaing
dengan temannya, hal ini dikerenakan pada usia tersebut anak mempunyai
keinginan untuk menjadi yang terbaik dibandingkan dengan teman yang
lainnya. Persaingan dilakukan anak usia SD misalnya dalam hal ini nilai yang
diperoleh di sekolah, dan menang kalah dalam permainan. Persaingan yang
dilakukan masih tergolong sehat, ini dikarenakan dalam diri anak tidak ada
niatan untuk berlaku tidak adil pada temannya.
Penulis pada saat Program pengalaman lapangan (PPL) melakukan
pengamatan dan menemukan beberapa siswa yang memiliki pola asuh yang
berbeda, dengan pengamatan adanya anak yang kurang kasih sayang dan
perhatian, dilihat saat pembelajaran ingin selalu diperhatikan oleh guru, yaitu
anak dengan membuat keributan di kelasdan ada juga disaat di luar dan di
Di sini juga terdapat beberapa anak yang kurang prestasinya, yaitu hampir
dalam setiap mata pelajaran di bawah KKM. Dan ada anak yang tidak naik
kelas sampai dua kali karena di bawah KKM dan kesadaran akan pentinya
belajar kurang.
Kegiatan belajar yang dilakukan oleh anak di rumah tidak luput dari
pantauan anggota keluarga, hal ini dikarenakan pada anak usia SD masih
membutuhkan bimbingan dari anggota keluarga terlebih pada saat anak
mempelajari lima mata pelajaran inti yaitu: Matematika, Bahasa Indonesia,
Pendidikan Kewarganegaran (PKn), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Penulis menemukan beberapa anak SD yang
mengalami kesulitan belajar pada lima mata pelajaran inti, hal ini penulis
temukan pada saat melaksanakan kegiatan bimbingan individu untuk tugas
PPL. Maka dari itu, dibutuhkan peran anggota keluarga guna untuk
meningkatkan prestasi belajar anak khususnya pada lima bidang studi
tersebut.
Anggota keluarga yang dimaksud yaitu, orang tua, kakak, adik, nenek,
kakek, tante, om dan saudara yang lainnya. Peran anggota keluarga sangat
dibutuhkan oleh anak, hal ini dikarenakan dalam belajar dipengaruhi oleh
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor jasmani,
psikologis, dan non intelektual sedangkan faktor eksternal meliputi faktor
sosial dimana keluarga merupakan salah satu faktornya (Ahmadi, 1991:130–
131). Anggota keluarga yang paling dominan dalam memantau anaknya
yang tepat kepada anaknya, karena orang tua mengharapkan anaknya dapat
berhasil di kemudian hari. Pengasuhan yang tepat, dapat membuat
pertumbuhan anak menjadi baik secara rohani maupun jasmani. Pola
pengasuhan yang diterapkan orang tua kepada anak ada beberapa macam,
diantaranya pola asuh otoriter (otoritarian), pola asuh demokratis (otoritatif),
pola asuh mengabaikan, dan pola asuh yang menuruti (Santrock, 2007:167).
Pola asuh otoriter misalnya, pola asuh ini menerapkan batas dan
kendali yang tegas kepada anak. Anak dengan pengasuhan otoriter akan pula
menjadi tegas namun tidak akan peduli dengan penjelasan apapun. Pola asuh
demokratis mendorong anak untuk mandiri dan menerapkan batas yang wajar
pada tindakan mereka, anak dengan pengasuhan ini bisa mandiri, dan
berorientasi pada prestasinya. Pola asuh mengabaikan orang tua tidak terlibat
dalam kegiatan yang dilakukan oleh anak, akibatnya pengendalian dirinya
buruk. Pola asuh yang menuruti, orang tua sangat terlibat dalam kehidupan
anak namun tidak menuntut ataupun mengontrol akibatnya anak menjadi
manja (Santrock, 2007:167).
Orang tua yang menerapkan pola pengasuhan demokratis biasanya
memiliki anak yang peduli terhadap sesama, ceria serta memiliki prestasi
yang baik. Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk mengetahui
lebih lanjut apakah pola asuh orang tua demokratis dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa. Oleh karena itu penulis bermaksud untuk melakukan
Prestasi Belajar Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Karitas Ngaglik Tahun
Pelajaran 2011 / 2012.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yaitu pola asuh yang berbeda,
dengan pengamatan kurangnya kasih sayang dan perhatian dilihat saat
pelajaran dan ada juga beberapa siswa yang prestasinya dibawah KKM,
sehingga masalah yang akan diselidiki oleh penulis yaitu:
1. Bagaimana proses pola asuh orang tua demokratis siswa kelas VI
Sekolah Dasar Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012?
2. Bagaimana proses prestasi siswa kelas VI Sekolah Dasar Karitas
Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012?
3. Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara pola asuh orang
tua demokratisdengan prestasi siswa kelas VI Sekolah Dasar Karitas
Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012?
4. Seberapa besar sumbangan pola asuh orang tua demokratis dengan
prestasi siswa kelas VI Sekolah Dasar Karitas Ngaglik Tahun
C. Batasan Istilah
Batasan istilah pada penelitian ini yaitu pola asuh orang tua
demokratis dan prestasi belajar siswa. Berikut ini merupakan penjelasan dari
pola asuh orang tua demokratis dan prestasi belajar siswa:
a. Pola asuh orang tua demokratis merupakan pola asuh yang dimana
orang tua mendorong anak untuk dapat memilih sikap mandiri namun
orang tua tetap menerapkan batas dan kendali secara wajar pada apa
saja yang akan dilakukan oleh anak. Anak dengan pengasuhan
demokratis merupakan anak yang berorientasi tinggi pada prestasi.
b. Prestasi belajar merupakan hasil usaha kegiatan belajar yang meliputi
penguasaan pengetahuan serta keterampilan yang dipengaruhi oleh
faktor internal maupun eksternal kemudian dinyatakan dalam bentuk
angka maupun simbol dalam rapot yang telah dicapai anak dalam
periode tertentu.
D. Tujuan penelitian
Penelitian ini dilakukan guna mencapai tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui bagaimana proses pola asuh orang tua demokratis siswa
kelas VI Sekolah Dasar Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Mengetahui bagaimana proses prestasi belajar siswa kelas VI Sekolah
3. Mengetahui adakah hubungan positif dan signifikan antara pola asuh
orang tua demokratisdengan prestasi siswa kelas VI Sekolah Dasar
Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012.
4. Mengetahui seberapa besar sumbangan pola asuh orang tua
demokratis dengan prestasi siswa kelas VI Sekolah Dasar Karitas
Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta
pengalaman peneliti tentang pola pengasuhan orang tua demokratis
yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapakan mampu menjadi salah satu bahan
referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pola Asuh Orang Tua1. Pengertian Pola Asuh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:884) pola merupakan
gambaran yang dipakai untuk contoh. Sedangkan asuh, Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2002:72) merupakan membimbing (membantu,
melatih). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh
orang tua merupakan gambaran yang dipakai orang tua untuk
membimbing anaknya.
2. Macam Pola Asuh
Pola asuh orang tua merupakan suatu gaya pengasuhan yang
digunakan orang tua guna mendidik anaknya. Pola asuh orang tua terdiri
dari pola asuh otoriter (authoritarian),pola asuh demokratis
(authoritative), pola asuh yang mengabaikan, dan pola asuh yang
menuruti (Santrock, 2007: 167). Berikut ini akan menjabarkan penjelasan
tentang pola asuh orang tua:
a. Pola Asuh Orang Tua Otoriter (authoritarian)
Pola asuh orang tua otoriter merupakan suatu pola asuh yang
mana orang tua memegang kekuasaan tertinggi atas apa yang
seharusnya dilakukan oleh anak. Orang tua yang menggunakan
polaasuh otoriter ini, biasanya memutuskan segala sesuatu yang
tua menghukum anak karena tindakan yang dilakukan anak, tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan orang tua. Anak tidak
diperkenalkan untukmenyampaikan pendapatnya, sehingga
keterampilan berkomunikasi anak menjadi kurang. Orang tua yang
menerapkan pola asuh seperti ini, akan menciptakan anak yang
pemberontak dan keras kepala (Gunarsa, 2004:279 - 280).
Menurut Budiyanto (1992:136 - 138) pola asuh otoriter sama
halnya dengan pola asuh autocrat. Pola asuh otoriter disini, orang
tua bersikap bahwa anak harus menuruti semua hal yang orang tua
inginkan dengan cara memaksa supaya anak mau melakukannya.
Anak dengan pengasuhan yang seperti ini akan menjadi anak yang
berkecil hati, merasa bahwa mereka tidak mampu mengatasi
permasalahan secara sendiri, memberontak dan menolak saran dari
orang tua.
Menurut Yusuf (2010:51) pola asuh otoriter yaitu pola asuh
dimana orang tua bersikap rendah hati namun dengan kontrol atau
pengawasan yang tinggi. Orang tua yang menggunakan
pengasuhan otoriter suka menghukum anak secara fisik, misalnya
dengan memukuli anak, orang tua bersikap mengomando atau bak
ketua yang sedang mengatur anak buahnya untuk melakukan
sesuatu namun anak tidak diberikan kesempatan untuk
menjadi anak yang mudah tersinggung, penakut, mudah stres,
pemurung dan tidak mempunyai arah masa depan yang jelas.
Pola asuh otoriter menurut Widyarini (2009:11) yaitu pola
asuh yang mana orang tua berusaha untuk mengendalikan
sertamengevaluasi semua prilaku anak berdasarkan standar mutlak
dan nilai-nilai keputuhan yang sudah ditetapkan oleh orang tua.
Orang tua yang menerapkan pola pengasuhan otoriter jarang
mengabulkan keinginan si anak, sehingga anak merasa tertekan dan
tidak bebas mengutarakan apa yang anak inginkan. Orang tua sering
menerapkan hukuman kepada anak, karena anak tidak menjalankan
tugas sesuai apa yang diharapkan orang tua.
Menurut Hartono (2009:28-29) pola asuh otoriter sama
dengan pola asuh orang tua yang “ tidak menyetujui”, dalam pola
asuh ini orang tua memiliki kecenderungan untuk meremehkan
kemampuan anak. Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter
sering menghukum anak, hal ini dilakukan walaupun anak tersebut
tidak melakukan kesalahan.Pola pengasuhan otoriter membuat orang
tua menekankan kepatuhan kepada anak, baik tingkah lakunya
maupun menekankan kepatuhan pada pedoman-pedoman yang sudah
ditentukan oleh orang tua. Anak dengan pola pengasuhan seperti ini
Pola asuh otoriter merupakan suatu pola asuh di mana orang
tua sering menanamkan sikap displin kepada anak, hal ini dimaksud
supaya anak dapat memenuhi apa yang dinginkan oleh orang tua.
Anak yang mendapat pengasuhan otoriter dari orang tuanya, akan
menjadi anak yang canggung dalam bergaul, selalu tegang, bimbang
dan bahkan menjadi labil (Kartono, 1985:22).
Menurut Bidulph (1987:49-50) pola asuh otoriter merupakan
suatu pola asuh di mana orang tua memiliki sifat agresif. Orang tua
yang memiliki sifat agresif ini biasanya selalu marah pada anak
walaupun anak tersebut kedapatan tidak bersalah. Orang tua yang
menerapkan pengasuhan seperti ini akan mendapati anak yang takut
dan terancam atau anak tersebut akan suka melawan perintah orang
tua.
Menurut Baumrid dalam buku Perkembangan Anak
(Santrock, 2007:167) pola asuh otoriter (authoritarian) yaitu pola
asuh di mana orang tua bersikap membatasi, menghukum, serta
menuntut anak supaya anak menuruti apa yang keinginan oleh orang
tua. Orang tua yang menerapkan pola pengasuhan otoriter
menerapkan batas dan kendali pada anak serta meminimalisir adanya
perdebatan secara verbal. Orang tua yang menggunakan pola
pengasuhan otoriter sering memukul anak, serta menuntut anak
menuruti apa yang telah ditentukan oleh orang tuanya. Anak dengan
bahagia, serta memiliki kemampuan berkomunikasi yang kurang
baik.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa pola asuh otoriter yaitu pola asuh yang dimana orang tua
bersikap tegas, disiplin, serta menuntut anak untuk menuruti apa saja
yang diinginkan oleh orang tuanya. Orang tua yang menerapkan
pengasuhan otoriter sering menerapkan hukuman kepada anak dalam
bentuk fisik. Hal ini dilakukan supaya apa yang diharapkan oleh
orang tua dapat dipenuhi oleh anak dan untuk meminimalisir adanya
perdebatan secara verbal.
Anak dengan pengasuhan otoriter akan menjadi anak yang
mudah stres, hal ini terjadi karena luapan emosi yang tidak dapat
anak utarakan atau ungkapkan. Selain itu, anak akan merasa tidak
nyaman bersama dengan orang tuanya. Maka tak jarang anak dengan
pola asuh otoriter merasa tidak nyaman berada di rumah sendiri.
b. Pola Asuh Orang Tua Demokratis(authoritative)
Menurut Baumrind dalam buku Perkembangan Anak
(Santrock, 2007:167) pola asuh orang tua demokratis (authoritative)
yaitu pola asuh yang mana orang tua mendorong anak untuk mandiri
namun dengan menerapkan batas dan kendali secara wajar pada apa
saja yang dilakukan oleh anak. Orang tua yang menerapakan pola
pengasuhan demokratis bersikap hangat dan penyayang. Orang tua
perbuatan positif yang telah dilakukan oleh anak. Orang tua yang
menerapkan pola pengasuhan demokratis ini, mengharapkan supaya
anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan
usianya. Anak dengan pengasuhan demokratis akan menjadi anak
yang ceria, ramah, mandiri, maupun mengatasi stres dengan baik dan
berorientasi pada prestasi.
Pola asuh demokratis menurut Hartono (2009:30-31)
merupakan pola asuh dimana orang tua demokratis merupakan orang
tua pelatih emosi. Orang tua demokratis dalam hal ini merupakan
orang tua yang sabar, berempati dengan semua yang dikatakan
maupun yang dirasakan anak, membantu anak untuk menyelesaikan
permasalahan yang sedang dialami oleh anak serta menawarkan
petunjuk tentang bagaimana cara mengatur emosi. Anak yang
dibesarkan dengan gaya pengasuhan yang seperti ini akan menjadi
anak yang bisa mengatur emosinya sendiri, menyelesaikan
masalahnya sendiri, mempunyai harga diri yang tinggi, mampu
mempunyai kesadaran akan pentingnya belajar, serta mampu bergaul
dengan siapa saja dengan baik.
Menurut Budianto (1992:6-9) pola asuh demokratis yaitu
pola asuh yang mana orang tua memberi kesabaran kepada anak
bahwa dia harus bertanggungjawab atas apa yang dia lakukan kepada
dirinya sendiri dan bukan kepada orang lain. Orang tua demokratis
mengasuh anaknya, namun tidak mempunyai hak untuk
memaksakan kehendaknya sendiri kepada anak.
Anak dengan pengasuhan demokratis sadar betul bahwa dia
diberi kebebasan serta ketertiban, kebebasan dan ketertiban disini
dimaksudkan supaya anak mengerti bahwa apa yang dia lakukan
memiliki konsekuensinya sendiri. Seperti contoh, anak diberi
kebebasan untuk bangun siang namun akibatnya yang berkaitan
dengan ketertiban anak tersebut akan terlambat untuk sampai di
sekolah. Anak dengan pengasuhan demokratis dilatih betul akan
pentingnya bertanggungjawab, hal inilah yang menyebabkan anak
dapat menjadi mandiri.
Menurut Widyarini (2009:11) pola asuh demokratis
merupakan pola asuh yang mana orang tua berusaha mengarahkan
anaknya secara rasional, menghargai komunikasi yang terjadi antara
anak dengan orang tua maupun anak dengan orang lain serta
memberi kesempatan kepada anak untuk mengutarakan apa yang dia
inginkan. Menurut Widyarini (2009:11) “Orang tua tidak mengambil
posisi mutlak, tetapi juga tidak mendasarkan pada kebutuhan anak
semata”, hal ini dapat terlihat bahwa orang tua demokratis tidak
sepenuhnya mengiyakan atas apa yang diinginkan oleh anak, namun
hanya bersifat mendukung atas apa yang akan dilakukan oleh anak,
dan selanjutnya anaklah yang mempunyai peran besar dalam
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pola asuh
demokratis yaitu pola asuh yang dimana orang tua mendorong anak
untuk dapat memiliki sikap mandiri namun orang tua tetap
menerapkan batas dan kendali secara wajar pada apa saja yang akan
dilakukan oleh anak. Anak bebas melakukan apa saja namun dengan
memperhatikan nilai, norma serta peraturan yang berlaku dalam
agama, masyarakat maupun keluarga. Hal-hal yang dilakukan oleh
anak merupakan hal-hal yang setidaknya anak sudah tahu betul
dampak yang akan terjadi pada setiap tindakan yang akan
dilakukannya.
Anak dengan pengasuhan demokratis merupakan anak yang
berorientasi tinggi pada prestasi, jadi dapat dilihat bahwa orang tua
yang menerapkan pola asuh demokratis merupakan orang tua yang
peduli betul akan pendidikan anak. Anak diberi kebebasan untuk
memilih apa yang dia sukai dan orang tua hanya bersifat mendukung
dan selebihnya anaklah yang memiliki peranan penting dalam
mewujudkan keinginannya tersebut. Anak dengan pola pengasuhan
demokratis akan merasa nyaman di rumah, hal ini dikarenakan
suasana rumah yang begitu hangat, penuh akan rasa saling
c. Pola Asuh Orang Tua yang Mengabaikan
Menurut Gunarsa (2004:281) pola asuh orang tua yang
mengabaikan merupakan pola asuh yang mana orang tua tidak
memiliki kepedulian terhadap anak, memberikan izin kepada anak
untuk melakukan apa saja tanpa mengontrol ataupun memberi
batasan-batasan. Anak yang diasuh dengan pola pengasuhan seperti
ini akan menjadi anak yang kurang bisa mengontrol dirinya sendiri,
hal ini dikarenakan kurangnya kepedulian dari orang tua.
Menurut Budianto (1992:135-136) pola asuh orang tua yang
mengabaikan sama halnya dengan pola asuh „permisif‟, dalam pola
asuh ini orang tua selalu menghindari konflik dengan anak hal ini
dikarenakan, orang tua merasa tidak ada hak untuk ikut campur
dengan apapun yang dilakukan oleh anak. Anak dengan pengasuhan
seperti ini akan bebas menggunakan alkohol, obat bius, serta bebas
melakukan apa saja yang dia mau. Anak dengan pengasuhan seperti
ini akan kehilangan harapan serta merasa bahwa hidup mereka tidak
ada artinya bagi keluarga mereka atau orang tua mereka.
Pola asuh orang tua yang mengabaikan menurut Hartono
(2009:27-28) merupakan pola asuh yang mana orang tua tidak
mementingkan perasaan yang sedang dirasakan oleh anak, juga tidak
mau merespon apapun yang dilakukan oleh anak. Hal ini
dikarenakan orang tua merasa tidak nyaman dengan tindakan anak,
mengatur emosi anak sehingga orang tua tidak mempunyai
keinginan untuk menanggapi apapun yang dilakukan oleh anak.
Anak dengan pengasuhan seperti ini akan mengalami kesulitan untuk
mengatur emosi mereka.
Pola asuh orang tua yang mengabaikan merupakan pola asuh
yang dimana orang tua tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak
dengan pola asuh yang seperti ini, akan beranggapan bahw
kehidupan orang tua jauh lebih penting daripada kehidupan dirinya
sendiri. Anak dengan pengasuhan seperti ini akan menjadi anak yang
kurang memiliki keterampilan sosial, kurang bisa mengendalikan
emosinya, tidak bisa mandiri atau bergantung pada bantuan orang
lain, tidak bisa bersikap dewasa, serta memiliki harga diri yang
rendah (Santrock, 2007:167).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa pola asuh orang tua yang mengabaikan merupakan pola asuh
orang tua dimana orang tua tidak memiliki kepedulian atas apa yang
dilakukan oleh anak. Pola asuh ini menekankan bahwa orang tua
merasa tidak ada hak untuk ikut campur dengan apapun yang
dilakukan oleh anak, sehingga anak merasa bahwa kehidupannya
tidak jauh lebih penting daripada kehidupan orang tuanya. Anak
dengan pengasuhan seperti ini akan menjadi anak yang kurang bisa
mengontrol emosinya, bergantung pada orang lain, tidak bisa
d. Pola Asuh Orang Tua yang Menuruti
Menurut Santrock (2007:167-168) pola asuh orang tua yang
menuruti merupakan pola asuh yang mana orang tua terlibat aktif
dalam kehidupan anak namun tidak terlalu menuntut atau
mengontrol setiap tindakan anak. Anak dengan pengasuhan seperti
ini, akan menjadi anak yang kurang bisa mengendalikan diri,
mengharap setiap keinginannya dapat terpenuhi (manja), kurang
memiliki rasa hormat terhadap orang tua, serta mengalami kesulitan
untuk bergaul dengan teman sebaya.
Pola asuh orang tua yang menuruti merupakan pola asuh
yang mana orang tua bersikap berlebih dalam memberikan perhatian
kepada anak. Orang tua memberi perhatian berlebih dikarenakan
orang tua terlampau cemas dengan apa yang hendak dilakukan oleh
anaknya. Perhatian yang berlebih ini membuat anak sangat
bergantung pada orang tuanya serta kehilangan kesempatan untuk
dapat berkembang atau belajar dengan kemampuannya sendiri
(Kartono, 1985:21).
Menurut Yusuf (2010:52) pola asuh orang tua yang menuruti
merupakan pola asuh yang mana orang tua memiliki sikap menerima
tindakan anak dengan sangat baik namun dengan kontrol yang sangat
rendah, selain itu anak diberi kebebasan untuk mengutarakan apa
saja yang dia inginkan. Pola asuh yang seperti ini menyebabkan anak
rendah, kurang memiliki rasa percaya diri, tidak memiliki tujuan
hidup yang jelas dan memiliki prestasi yang rendah.
Menurut Hartono (2009:29-30) pola asuh orang tua yang
menuruti sama halnya dengan pola asuh Laissez-Faire yang mana
orang tua menerima semua perkataan anak, dengan mudah memberi
izin kepada anak, tidak membantu maupun mengajarkan kepada
anak bagaimana caranya memecahkan suatu masalah. Anak dengan
pengasuhan yang seperti ini akan menjadi anak yang tidak bisa
belajar bagaimana cara mengontrol emosi, mengalami kesulitan
untuk berkonsentrasi, dan mengalami kesulitan ketika harus bergaul
dengan orang lain.
Menurut Gunarso (2004:281) pola asuh orang tua yang
menuruti yaitu pola asuh orang tua dimana orang tua menunjukkan
dukungan emosionalnya kepada anak namun mereka kurang
memberi kontrol kepada anak. Orang tua di dalam pola asuh ini
memberikan izin kepada anaknya untuk melakukan apa saja yang
mereka inginkan, akibatnya orang tua cenderung mengalah dengan
keputusan anak. Anak dengan pengasuhan yang seperti ini akan
menjadi anak yang kurang bisa mengontrol dirinya sendiri, egois,
selalu memaksakan keinginannya tanpa memperdulikan perasaan
orang lain maupun orang tuanya serta manja.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola
dimana orang tua menerima semua tindakan maupun perkataan anak
namun dengan kontrol maupun pengawasan yang sangat kurang.
Anak dengan pengasuhan yang seperti ini, akan menjadi anak yang
kurang bisa mengontrol dirinya sendiri termasuk keinginannya
sehingga kadang memaksakan keinginannya tanpa memperdulikan
perasaan orang lain, selain itu anak dengan pengasuhan yang seperti
ini akan mengalami kesulitan ketika harus bersosialisasi dengan
orang lain.
3. Keunggulan Pola Asuh Orang Tua Demokratis
Pola asuh orang tua demokratis merupakan pola asuh yang paling
efektif digunakan untuk membimbing serta mengasuh anak, hal ini di
kerenakan dalam pola asuh demokrasi terdapat hal-hal yang sangat
mononjol dibandingkan dengan pola asuh yang lain. Berikut ini akan
dijabarkan beberapa hal yang merupakan keunggulan dari pola asuh
orang tua demokrasi (Santrock, 2007:168).
a. Menerapkan Keseimbangan yang Baik antara kendali dengan
Otonomi
Pola asuh demokratis menerapkan keseimbangan yang amat baik
antara kendali dengan otonomi, hal ini dapat terlihat ketika orang tua
memberi kesemptan kepada anak untuk belajar mandiri dan orang tua
b. Orang Tua Demokratis Cenderung Melibatkan Anak dalam berbagai
Hal
Melibatkan anak dengan berbagai hal yang dimaksud disini yaitu
bahwa orang tua memberi kesempatan kepada anak untuk berperan
aktif dalam kegiatan yang akan dilakukan di rumah atau dalam
berbagai hal yang berkaitan dengan urusan keluarga, seperti halnya
anak diberi kesempatan untuk mengutarakan pendapatnya tentang
warna cat apa yang sebaiknya digunakan untuk menghiasi ruang
makan. Anak jelas sejak dini dilatih untuk mengutarankan pendpatnya
akan lebih mudah berkomunikasi dengan orang lain.
c. Kehangatan serta Keterlibatan antara Anak dengan Orang Tua
Orang tua demokratis memberikan rasa nyaman kepada anak
mereka, sehingga anak mereka merasa bahwa dekat dengan orang tua
adalah salah satu hal yang menyenangkan, kedekatan inilah yang
membuat anak mau terlibat aktif dalam kegiatan yang dilakukan
bersama anggota keluarga.
d. Anak dengan Pengasuhan Demokratis Berorientasi pada prestasi
Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis sangat peduli
dengan pendidikan anak, hal ini dapat terlihat ketika anak diberi
pengarahan bahwa pendidikan sangat penting untuk kehidupannya
kelak.Anak dengan anak lainnya, hal ini dikarenakan anak belajar
dengan kesadarannya sendiri dan bukan karena bujukan atau aturan
belajar merupakan sesuatu hal yang penting untuk kehidupannya
kelak.
e. Mampu Mengatasi Stres dengan Baik
Anak dengan pengasuhan demokratis dapat mengatasi
permasalahan dengan baik, hal terlihat ketika anak diberi kesempatan
oleh orang tuanya untuk mengutarakan apa yang dirasakan. Anak
dengan pengasuhan demokratis mampu mengatasi stres dengan baik,
karena anak telah dilatih oleh orang tuanya untuk menggungkapkan
apa yang sedang dia rasakan, sehingga apa yang anak sedang rasakan
dapat diungkapkan baik melalui perbuatan positif maupun dengan cara
bercerita.
f. Mandiri
Anak dengan pengasuhan demokrasi lebih mandiri dibanding
dengan anak yang lainnya, hal ini dikarenakan pada anak dengan
pengasuhan demokratis diberi kesempatan untuk melakukan apa saja
secara mandiri ataupun sendiri anak merasa yakin bahwa dia mampu
melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain.
g. Mampu berorientasi dengan Orang Lain
Anak dengan pengasuhan demokrasi diberi kesempatan oleh
orang tuanya untuk berkomunikasi secara baik dengan orang lain, hal
ini dimaksudkan supaya anak mampu dan tanpa canggung
lingkungan baru daripada anak yang pemalu dan takut untuk
berkomunikasi.
4. Indikator Pola Asuh Orang tua Demokratis
Dengan teori di atas peneliti menjabarkan indikator yang
digunakan sebagai kuesioner penelitian yaitu sebagai berikut:
a. Hangat namun tegas
Orang tua memberikan ketegasan dan dukungan agar anak menjadi
termotivasi untuk melakukan kegiatan yang positif.
b. Mengenakan seperangkat standar untuk mengatur anak-anaknya
yang sesuai dengan perkembangan anak
Orang tua memberikan peringatan yang ketegasan kepada anak atau
tidak mempedulikan dengan tingkah laku anak.
c. Menempatkan nilai yang tinggi pada perkembangan dan pengaturan
diri sendiri
Orang tua memberikan kepercayaan atau tidak memberikan
kepercayaan kepada anak.
d. Menanamkan kebiasaan-kebiasaan rasional, berorientasi pada
masalah serta sering melibatkan diri dalam perbincangan dan
penjelasan pada anak-anak seputar persoalan disiplin.
Orang tua memberikan kebiasaan baik atau tidak peduli sama
e. Mendorong timbulnya interaksi saling memberi dan menerima.
Orang tua mendukung atau tidak mendukung dengan keinginan anak
yang dapat membuat anak lebih berkembang.
f. Mendukung, menerima dan bertanggungjawab dalam
mempertimbangkan berbagai alternatif, akan tetapi tidak
mendominasi dari sudut pandang mereka sendiri.
Orang tua berusaha memberikan yang terbaik atau kadang juga
mengabaikan keinginan anak.
g. Menggunakan wewenang akan tetapi dalam penerapannya bersifat
membimbing anak.
Orang tua memberikan pengarahan yang baik dan sifat keterbukaan.
h. Melibatkan atau mengijinkan anak dalam membuat keputusannya
dan mengekspresikan pandangannya sendiri serta menghargai
individualitas anak, sementara orang tua ikut memberikan penjelasan
yang masuk akal (bekerja sama dalam membuat keputusan).
Orang tua bersikap demokratis di dalam masalah yang ada dalam
keluarga.Sehingga anak mampu memecahkan masalahnya sendiri.
i. Menghargai pendapat anak dan mendorongnya untuk
mengungkapkannya.
Orang tua menghargai karya yang diperoleh oleh anak atau kadang
orang tua juga memaksakan kehendak yang membuat anak tidak
j. Memberikan waktu kepada anak untuk berfikir dan merenungkan
setiap kejadian yang mereka hadapi.
Orang tua mengajarkan anak untuk intropeksi diri atau memberikan
tekanana kepada anak.
k. Meyakinkan anak bahwa orang tua menghargai apa yang ingin
dicoba lakukan dan apa yang dihasilkan.
Orang tua memberikan dorongan yang membuat anak dapat
memunjulkan karyanya yang dapat membuat dia berkembang.
l. Mendorong anak untuk secara berangsur-angsur melepaskan diri dari
ketergantungan terhadap peran orang tua.
Orang tua memberikan tanggung jawab kepada anak sehingga
membuat anak menjadi mandiri.
Dengan adanya indikator peneliti lebih mudah membuat
pernyataan-peryataan sesuai dengan setiap indikator tersebut.
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi
Prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian
dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil
usaha.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (Deppennas,
2008:1101) prestasi merupakan suatu hasil yang telah berhasil dicapai
atau diperoleh setelah melakukan sesuatu maupun mengerjakan
berhasil melampaui sesuatu hal yang sebelumnya belum pernah dia
lakukan maupun belum pernah terwujud atau berhasil dilakukan.
2. Pengertian Belajar
Belajar menurut Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2008:24) merupakan suatu usaha yang dilakukan guna mengetahui
sesuatu yang belum pernah mengetahui sesutu yang belum pernah
dikuasai maupun keterampilan dengan kata lain belajar merupakan suatu
proses untuk mencapai maupun memperoleh suatu hal yang sama sekali
belum pernah dicapai.
Menurut Slameto (1995:2) bahwa belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar menurut Hamzah
(2007:23) belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen
dan secara pontensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan
(reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan
tertentu.Menurut Syah (2003:63) belajar adalah kegiatan yang berproses
dan merupakan unsur yang sangat fundanmental dalam
menyelenggarakan setiap jenis dan jenjang pendidkan.
Menurut Nurwanto (1998:85) belajar merupakan suatu perubahan
dalam tingkah laku yang mana perubahan tersebut dapat menyebabkan
tingkah laku seseorang menjadi lebih baik atau bahkan membuat tingkah
seseorang menjadi buruk, tingkah laku yang berubah ini dipengaruhi oleh
hal-hal yang sedang dipelajarioleh seseorang tersebut.
Secara sederhana dari pengertian belajar sebagaimana yang
dikemukakan oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu pemahaman
tentang hakekat dari aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi
dalam diri individu.
3. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Tirtonegoro (1984:24) prestasi belajar adalah penilaian
hasil usaha kegiatan belajar yang ditanyakan dalam bentuk
simbol-simbol, angka, huruf, atau kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang
sudah dicapai oleh setiap peserta didik dalam priode tertentu. Sutratinah
Hadan Nawani (1981:100) mengartikan prestasi belajar sebagai tingkat
keberhasilan dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai
sejumlah mata pelajaran tertentu. Sedangkan, menurut Kamus Bahasa
Indonesia prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya
ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Prestasi belajar menurut Masidjo (1995:38) adalah hasil belajar
yang khas yang dilakukan secara sengaja sebagai hasil suatu pengukuran
dari hasil proses belajar yang merupakan kemampuan aktual yang
diperoleh sewaktu mempelajari suatu bahan pelajaran. Menurut
dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok.
Sedangkan menurut Nurkencana (1986:62) mengemukakan bahwa
prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak
berupa nilai mata pelajaran.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, berikut ini akan
dijabarkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
(Ahmadi, 1991:130-131).
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri
anak.Faktor internal ini meliputi jasmani, psikologis, potensial, serta
faktor kematangan fisik maupun psikis. Berikut ini akan dijabarkan
lebih jauh beberapa faktor internal tersebut:
1) Faktor Jasmani
Faktor jasmani ini meliputi faktor kesehatan dan juga
cacat tubuh (Slameto, 1988:56-57). Seseorang yang memiliki
kondisi tubuh yang sehat, maka seseorang tersebut akan dapat
belajar dengan baik. Ia akan mampu menguasai apa sedang ia
pelajari terganggu oleh kondisi fisik yang kurang baik. Cacat
tubuh juga sangat mempengaruhi prestasi belajar, hal ini dapat
2) Faktor Psikologi
Faktor psikologis ini terdiri dari faktor intelektif dan non
intelektif.Faktor intelektif ini terdiri dari faktor potensial (bakat)
dan faktor kecakapan nyata (prestasi), sedangkan faktor non
intelektif merupakan hal-hal yang berkaitan dengan kepribadian.
Berikut ini akan dijabarkan tentang faktor intelektif dan juga
faktor non intelektif.
a) Faktor Intelektual
(1) Faktor Potensial
Faktor potensial merupakan kecerdasan serta bakat
yang telah dimiliki oleh anak. Bakat sangat
mempengaruhi prestasi belajar hal ini dikarenakan,
apabila anak belajar sesuai dengan bakatnya maka anak
tersebut akan memperoleh hasil belajar yang baik.
Maka dari itu, orang tua perlu mengetahui bakat apa
yang dimiliki oleh anaknya, hal ini dimaksudkan
supaya orang tua dapat membantu anak untuk
mengembangkan bakat yang telah dimiliki (Slameto,
1988:59).
(2) Faktor Kecakapan Nyata
Faktor kecakapan nyata juga dapat mempengaruhi
prestasi belajar anak, hal ini dikarenakan faktor
anak.Anak dapat termotivasi untuk berprestasi lagi
apabila anak tersebut sudah pernah memiliki prestasi.
b) Faktor Non Intelektif
Faktor non intelektif ini terdiri dari beberapa hal
yang berkaitan dengan kepribadian seperti halnya
minat, motivasi, kematangan, kesiapan, perhatian, serta
kebutuhan (Slameto, 1988:58-61).
(1) Minat
Menurut Slameto (1988:59) minat merupakan
kecenderungan yang dimiliki seseorang secara tetap
yang digunakan untuk memperhatikan maupun untuk
mengingat beberapa kegiatan.Minat sangat
mempengaruhi prestasi belajar, hal ini dikarenakan
apabila anak belajar tidak sesuai dengan minatnya
maka anak tersebut tidak dapat belajar secara optimal.
(2) Motivasi
Motivasi sangat mempengaruhi prestasi belajar, hal
ini dikarenakan motivasi sangat dibutuhkan anak dalam
kegiatan belajar. Motivasi yang dapat diberikan kepada
anak supaya anak dapat belajar secara optimal yaitu
dengan memberikan latihan-latihan kepada anak,
dengan adanya latihan-latihan tersebut anak akan
(3) Kematangan
Kematangan merupakan suatu tingkat pertumbuhan
dimana alat-alat tubuh yang dimiliki seseorang sudah
siap untuk memperoleh serta melaksanakan kecakapan
maupun kemampuan yang baru (Slameto,
1988:60).Kematangan yang dimaksud di sini yaitu
misalnya anak dengan tangannya sudah siap untuk
menangkap, kemudian anak dilatih terus-menerus
sehingga anak sudah matang untuk melakukan
beberapa kegiatan berdasarkan dengan latihan-latihan
dan bukan hanya dilakukan dalam sekali. Anak yang
telah memiliki kematangan untuk melakukan sesuatu
maka anak tersebut akan memiliki prestasi belajar yang
baik.
(4) Kesiapan
Kesiapan menurut James Drever dalam Slameto
(1988:61) merupakan “preparedness to respond or
react” yang artinya bahwa seseorang sudah memiliki
kesiapan untuk menanggapi beberapa hal. Kesiapan
juga sangat mempengaruhi prestasi belajar hal ini
dikarenakan apabila anak sudah memiliki kesiapan
dengan belajar maka anak tersebut akan memperoleh
hasil belajar yang maksimal.
(5) Perhatian
Perhatian juga sangat mempengaruhi prestasi
belajar siswa, hal ini dapat terlihat pada anak yang
perhatiannya tidak berpusat pada apa yang sedang dia
pelajari maka anak tersebut tidak akan bisa menguasai
dengan baik hal yang sedang dia pelajari sehingga hasil
belajarnya tidak akan mendapat hasil yang maksimal.
(6) Kebutuhan
Kebutuhan juga sangat mempengaruhi prestasi
belajar, hal ini terlihat apabila anak sudah memiliki
kesadaran bahwa belajar merupakan kebutuhan yang
harus dia penuhi maka anak tersebut akan belajar
dengan baik, namun apabila anak tidak memiliki
kesadaran akan pentingnya belajar maka anak tersebut
tidak akan bisa belajar dengan baik dan akan
memperoleh hasil yang kurang memuaskan.
3) Faktor Kematangan Fisik maupun Psikis
Faktor kematangan fisik maupun psikis ini juga
mempengaruhi prestasi belajar anak, hal ini dikarenakan apabila
maka anak tersebut akan lebih mudah untuk memperoleh
prestasi yang diinginkan.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri
anak, faktor eksternal ini meliputi faktor sosial, budaya,
lingkungan fisik, serta lingkungan spiritual. Berikut ini akan
dijabarkan beberapa hal yang termasuk faktor eksternal :
1) Faktor Sosial
Faktor sosial merupakan faktor dimana anak berinteraksi
dengan orang lain maupun dengan masyarakat sekitar dimana
anak tersebut berada. Berikut ini akan dijabarkan beberapa hal
yang termasuk dalam hal faktor sosial:
a) Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga di sini dilihat dari cara orang
tua mendidik anak, hubungan anak dengan anggota
keluarga, suasana yang ada di rumah, keadaan ekonomi
keluarga, serta pengertian orang tua kepada anak
(Slameto, 1988:62-66).
(1) Cara Orang Tua Mendidik Anak
Cara orang tua mendidik anak sangat
mempengaruhi prestasi belajar anak, hal ini
keras dan menuntut anak untuk terus belajar, maka
anak tersebut akan belajar tidak berdasarkan atas
kemauannya sendiri melainkan karena paksaan dari
orang tua sehingga hasil belajarnya tidak dapat
diperoleh secara maksimal. Namun apabila anak
diberi kesempatan untuk belajar dan bermain dan
ketika anak belajar orang tua mendampingi dengan
baik serta memberi kesadaran kepada anak bahwa
belajar merupakan suatu kebutuhan yang sangat
penting bagi hidupnya, maka anak tersebut akan
dapat belajar secara mandiri dan memperoleh hasil
belajar yang baik.
(2) Hubungan antara Anak dengan Anggota Keluarga
Hubungan antara anak dengan anggota
keluarga juga sangat mempengaruhi prestasi belajar
anak, hal ini dikarenakan apabila di dalam keluarga
tersebut tercipta hubungan yang baik antar anggota
keluarga yang lain maka anak akan merasa nyaman
untuk berada di rumah serta anak akan merasa
nyaman untuk belajar di rumah karena kondisi
anggota keluarga yang sangat bersahabat.
Suasana rumah juga sangat mempengaruhi
prestasi belajar anak, apabila suasana rumah begitu
gaduh dan banyak orang anak akan mengalami
kesulitan ketika harus berkonsentrasi untuk belajar.
Anak dapat belajar dengan baik, apabila anggota
keluarga memiliki kesadaran untuk menciptakan
suasana rumah yang tenang.
(4) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga juga
mempengaruhi prestasi belajar anak, hal ini
dikarenakan apabila anak dengan kebutuhan
ekonomi yang rendah maka anak tersebut akan
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan yang
digunakan untuk menunjang belajarnya, sehingga
anak yang seharusnya memperoleh prestasi belajar
yang baik bisa terhambat karena faktor ekonomi
yang rendah.
(5) Pengertian orang tua
Pengertian orang tua juga dapat
mempengaruhi prestasi belajar anak, orang tua harus
memiliki kesadaran bahwa anak memiliki waktu
untuk belajar, sehingga pada waktu anak belajar
orang tua sebisa mungkin mendampingi anak ketika
anak sedang belajar.Anak dapat belajar dengan baik
apabila orang tua memiliki pengertian lebih kepada
anak.
b) Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah terdiri dari metode mengajar di
kelas, kurikulum yang digunakan oleh sekolah,
hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan
siswa, kedisiplinan sekolah, alat pengajaran, waktu yang
ditetapkan sekolah, standar pelajaran di atas ukuran,
keadaan gedung, metode belajar, serta tugas rumah
(Slameto, 1988:66-72).
(1) Metode mengajar di kelas
Metode mengajar di kelas juga dapat
mempengaruhi prestasi belajar anak, apabila metode
mengajar yang digunakan oleh guru kurang menarik
minat belajar siswa, maka prestasi belajar siswa juga
dapat berdampak kurang baik.Metode yang
digunakan oleh guru harus dapat menarik minat
belajar siswa hal ini dimaksudkan supaya siswa
dapat memperoleh hasil belajar yang baik.
Kurikulum juga berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa, apabila dalam sekolah
tersebut menerapkan kurikulum yang begitu padat
dan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan anak,
maupun tidak sesuai dengan keinginan anak maka
anak akan menjalani semua kegiatan tersebut dengan
keterpaksaan sehingga hasil yang diharapkan kurang
memuaskan.
(3) Hubungan Guru dengan Siswa
Hubungan guru dengan siswa juga
mempengaruhi prestasi belajar, hal ini dikarenakan
apabila guru tidak bisa berinteraksi baik dengan
siswa maka siswa juga tidak bisa berinteraksi baik
dengan guru, sehingga kegiatan belajar akan
terhambat karena tidak ada interaksi yang baik
antara guru dengan siswa. Sebaliknya, apabila guru
akrab dengan siswa dan guru tersebut ketika
menyampaikan materi pelajaran begitu
menyenangkan maka siswa akan dapat menerima
materi pelajaran dengan sangat baik dan
memperoleh hasil yang baik.
(4) Hubungan yang Baik antara Siswa yang Satu dengan
Hubungan yang baik antara siswa yang satu
dengan siswa yang lain juga dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa, apabila antara siswa yang satu
dengan siswa yang lain tidak ada hubungan yang
baik maka suasana belajar tidak dapat berjalan
dengan baik pula. Sebaliknya, apabila terjadi
keakraban antara siswa yang satu dengan yang lain
dan saling mendukung prestasi belajar temannya
maka anak tersebut akan memperoleh hasil belajar
yang baik pula.
(5) Kedisiplinan Sekolah
Kedisiplinan sekolah juga mempengaruhi
prestasi belajar anak, apabila anggota sekolah tidak
dapat menerapkan kedisiplinan di sekolah maka
prestasi belajar anak akan terhambat. Sebaliknya,
apabila di dalam sekolah tersebut diterapkan
kedisiplinan maka anak akan dapat belajar dengan
baik dan memperoleh hasil belajar yang baik pula,
misalnya apabila guru datang tepat waktu dan siswa
juga datang tepat waktu maka kegiatan belajar akan
bejalan dengan baik dan siswa dapat menguasai
materi secara optimal. Namun, apabila guru datang
belajar juga tidak dapat berjalan dengan baik dan
siswa merasa terganggu ketika ada temannya yang
terlambat.
(6) Alat pengajaran
Alat pengajaran juga mempengaruhi prestasi
belajar anak, apabila alat pengajaran yang berada di
kelas dapat terpenuhi dengan baik maka kegiatan
belajar akan dapat berjalan dengan baik pula, namun
apabila di dalam kegiatan belajar alat yang
dibutuhkan tidak ada maka kegiatan belajar menjadi
terhambat sehingga hasil yang diharapkan tidak dapat
optimal.
(7) Waktu sekolah
Waktu sekolah juga mempengaruhi prestasi
anak, apabila waktu yang ditetapkan oleh sekolah
yaitu siang hari, maka siswa akan kesulitan belajar
pada siang hari, hal ini dikarenakan pada siang hari
energy yang ada dalam tubuh sudah berkurang
sehingga anak tidak dapat belajar secara optimal.
Sebaliknya, apabila sekolah menetapkan waktu untuk
secara optimal dan memperoleh hasil belajar yang
baik karena kondisi tubuh masih segar.
(8) Standar Pelajaran
Standar pelajaran di atas ukuran juga dapat
mempengaruhi prestasi belajar anak, apabila seorang
guru menuntut semua siswa harus dapat mencapai
standar pelajaran yang telah ditetapkan guru.Maka
dari itu guru menuntut penguasaan suatu materi sesuai
dengan kemampuan anak, hal ini untuk membantu
siswa yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata
temannya.
(9) Keadaan gedung sekolah
Keadaan gedung sekolah juga
mempengaruhi prestasi belajar anak, apabila kondisi
gedung tidak aman, maka siswa tidak akan dapat
belajar dengan nyaman karena dihantui rasa
was-was, sebaliknya apabila keadaan gedung aman dan
baik siswa akan dapat belajar dengan tenang dan
tanpa dihantui rasa was-was.
(10) Metode belajar
Metode belajar juga dapat mempengaruhi
prestasi belajar anak, anak yang belajar tidak secara
kurang optimal, sebaliknya anak yang belajar secara
teratur dan disertai istirahat yang cukup akan dapat
belajar dengan baik karena anak tersebut dapat
mengalokasikan waktunya dengan baik antara
belajar dengan istirahat.
(11) Tugas rumah
Tugas rumah juga mempengaruhi prestasi
belajar anak, apabila anak terlalu banyak mendapat
tugas rumah, anak akan merasa terbebani serta
merasa letih untuk berfikir sehingga anak tidak
mempunyai waktu untuk mengerjakan tugas yang
lainnya.
c) Lingkungan masyarakat
Menurut Slameto (1988:73-74) lingkungan
masyarakat juga mempengaruhi prestasi belajar anak, hal
ini dapat terlihat apabila anak berada di lingkungan
masyarakat yang terpelajar dan mengutamakan cita-cita
serta pekerjaan yang baik maka anak tersebut akan
terdorong untuk belajar serta mewujudkan cita-citanya
tersebut, sebaliknya apabila anak tinggal di lingkungan
masyarakat yang tidak begitu memperdulikan pendidikan
maka anak tersebut akan malas-malasan ketika belajar.
Lingkungan kelompok yang dimaksud di sisni yaitu
lingkungan dimana anak bergaul dengan
teman-temannya. Apabila anak bergaul dengan teman yang
suka Play Station, suka meninton film kartun dan jarang
belajar maka anak tersebut akan ikut aktif mengikuti
kegiatan yang temannya lakukan, sehingga anak tersebut
akan malas untuk belajar dan akan memilih bermain
daripada belajar, karena permainan yang dia mainkan
lebih menarik daripada belajar. Sedangkan, untuk anak
yang bergaul dengan teman yang suka membaca, rajin
keperpustakaan, suka belajar bersama maka anak
tersebut akan secara aktif terlibat dalam kegiatan dan
akan lebih mementingkan belajar daripada beramain,
selain itu prestasinya akan jauh lebuh baik daripada anak
yang hanya suka bermain.
2) Faktor Budaya
Faktor budaya merupakan keadaan budaya dimana anak
tersebut hidup dan berkembang. Anak dapat mencapai
prestasinya apabila dalam lingkungan tersebut menerapkan akan
pentingnya budaya belajar serta menghargai betul akan
pentingnya belajar.