• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan pola asuh orang tua demokratis dengan prestasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar Karitas Ngaglik tahun pelajaran 2011/2012 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan pola asuh orang tua demokratis dengan prestasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar Karitas Ngaglik tahun pelajaran 2011/2012 - USD Repository"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

KELAS VI SEKOLAH DASAR KARITAS NGAGLIK

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Ari Astuti

Nim : 081134110

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DEMOKRATIS

DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

KELAS VI SEKOLAH DASAR KARITAS NGAGLIK

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Ari Astuti

Nim : 081134110

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini kepersembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus yang setia menemaniku dan menguatkan ku.

Bunda Maria yang setia mendengar keluhan ku.

Bapak dan Ibu yang selalu memberikan dukungan.

Mas Agustinus Suhariyanto yang selalu memberikan motivasi.

Sahabat dan teman yang memberikan dukungan.

(6)

v MOTTO

“Apa yang kita lakukan semata-mata hanya untuk menghormati Tuhan”

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DEMOKRATIS DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VI

SEKOLAH DASAR KARITAS NGAGLIK TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Ari Astuti

Universitas Sanata Dharma 2012

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui bagaimana kondisi pola asuh orang tua demokratis siswa kelas VI Sekolah Dasar Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012, (2) Mengetahuai bagaimana kondisi prestasi siswa kelas VI Sekolah Dasar Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012, (3) Mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antar pola asuh orang tua demokratis dengan prestasi siswa kelas VI Sekolah Dasar Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012, (4) Mengetahui Seberapa besar sumbangan pola asuh orang tua demokratis dengan prestasi siswa kelas VI Sekolah Dasar Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif tingkat korelasi.Subyek penelitian yaitu siswa kelas VI di Sekolah Dasar Karitas Ngaglik pada Tahun Pelajaran 2011/2012, yang berjumlah 40 siswa.Variabel penelitian ada dua yaitu variabel bebas pola asuh orang tua demokratis dan variabel terikat prestasi belajar siswa.Alat pengumpulan data berupa angket dan nilai rapot siswa. Teknik analisis data menggunakan teknik uji signifikansi dengan taraf signifikansi 1% dengan dk = n-2.

Hasil penelitian: (1) Pola asuh orang tua demokratis rendah sebesar 22,5%, pola asuh orang tua demokratis sedang sebesar 17,5% dan Pola asuh orang tua demokratis tinggi sebesar 60%. (2) Prestasi belajar siswa rendah sebesar 30%, Prestasi belajar siswa sedang sebesar 37,5% dan Prestasi belajar siswa tinggi sebesar 32,5%. (3) Pola asuh orang tua demokratis memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa dengan nilai t = 11,833 dan signifikan pada taraf 1%. (4) Pola asuh orang tua demokratis memberi sumbangan 78,68% terhadap prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua demokrtis memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa kelas VI di Sekolah Dasar Karitas Ngaglik, pada Tahun Pelajaran 2011/2012.Orang tua diharapkan menggunakan pola asuh orang tua demokratis, karena pola asuh orang tua demokratis sangat baik digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

(10)

ix

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN THE DEMOCRATIC NUTURING PATTERN AND THE ACADEMIC ACHIEVEMENT OF THE SIX GRADE ELEMENTERY SCHOOL STUDENTS OF KARITAS NGAGLIK

IN THE ACADEMIC YEAR 2011/2012

Ari Astuti

Sanata Dharma University 2012

The aims of the research were to identity: (1) how process democratic nurturing pattern of the six grade students of Karitas Ngaglik in the academic year 2011/2012, was (2) how process academic achievement of the six grade students of Karitas Ngaglik in the academic year 2011/2012, was (3) and whether there was any correlation positive and significant between democratic nuturing pattern and the academic achievement of the six grade students of Karitas Ngaglik elementary school in the academic year 2011/2012,(4) the role of the democratic nuturing pattern and the academic achievement of the six grade students of Karitas Ngaglik elementary school in the academic year 2011/2012.

This research was a descriptive research of correlation levels. The research population was 40 six graders of Karitas Ngaglikelementary school in the academic year 2011/2012. The two variables used in this research were the

democratic nurturing pattern serving on the independent variable and the student‟s

academic achievement as the independent variable. The data was colleted using questionnaires and from the students gardes, while the data gathering technique test significant technique with the significant of 1% with dk = n-2.

The results of this research were: (1) parent‟s democratic nurturing pattern could be classified into low (22,5%), medium(17,5%), and high(60%), (2) student academic achievement could be categorized into low (30%), medium (37,5%), and high(32,5%), (3) democratic nurturing had a positive and significant correlation towards the academic achievement with the value t = 11,833 and the significant 1% level, (4) the democratic nurturing contributed 78,68% of the academic achievement. Based on these results it could be concluded that the

parent‟s democratic nurturing pattern had a positive and significant correlation towards the academic achievement of the sex graders of Karitas Ngaglik elementary school in the academic year 2011/2012. Therefore, parents were suggested to apply democratic nurturing pattern because if could increase learning motivation.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan

rahmat dan karuniaNya sehingga penulisan dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan sebaik-baiknya.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan

Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma. Skripsi ini diberi judul “Hubungan

Pola Asuh Orang Tua Demokratis dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI

Sekolah Dasar Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012”.

Penyusun skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan nasehat dari berbagai

pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph. D, selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ, S.S., BST, M.A, Ketua Program Studi

PGSD S1 Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. Puji Purnomo, M.Si, selaku dosen pembimbing pertama yang telah

memberikan ijin penelitian, membagi ilmunya kepada penulis serta

pesan-pesan yang sangat berarti bagi penulis sehingga penyusunan skripsi ini

dapat terselesaikan.

4. Drs. J. Sumedi selaku dosen pembimbing kedua yang bersedia

memberikan bimbingan, meluangkan waktu guna mengkritisi skripsi

penulis sampai selesai.

5. Eny Winarti,S.Pd., M.Hum., Ph.D, yang telah bersedia menguji skripsi.

6. Bapak dan Ibu Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah

membagikan ilmunya kepada penulis.

7. Karyawan-karyawati Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah

bekerja dengan giat dan membagi senyumnya kepada penulis.

8. Ibu Kepala Sekolah SD Kanisius Sengkan yang telah memberi kesempatan

kepada penulis untuk melakukan uji coba.

9. Guru serta siswa kelas VI SD Kanisius Sengkan yang sudah

(12)

xi

10.Bapak Aluysius Riwi Widakdo, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Karitas

Ngaglik yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan

penelitian.

11.Ibu Dra. Agnes Murlina, selaku Kepala Sekolah yang baru SD Karitas

Ngaglik yang membantu saya dalam melengkapi data untuk

menyelesaikan skripsi.

12.Bapak dan Ibu guru Kelas VI SD Karitas Ngaglik yang telah memberikan

kesempatan penulis untuk menggunakan kelas dan meminta data yang

mendukung skripsi.

13.Siswa Kelas VI SD Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012 yang

bersedia meluangkan waktu, untuk mengisi angket penelitian.

14.Orang tua ku Bapak Sumardi dan Ibu Sugiyanti yang selalu memberikan

doa, nasehat, dukungan, serta bantuan berupa materiil sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan.

15.Agustinus Suhariyanto yang selalu memberikan dukungan, senyuman, doa

serta perhatiannya.

16.Sahabat-sahabat ku, yang memberikan semangat dan dukungan, trimakasi

atas semua yang bagi dengan ku.

17.Teman-teman PGSD S1 angkatan 2008, terima kasih atas kebersamaan

kalian selama ini semoga kita selalu sukses. Serta semua orang yang

membantu menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan

satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna, oleh sebab itu penulis menerima kritikan maupun saran yang bersifat

membangun dari semua pihak guna kemajuan penulis di masa yang akan datang.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa dan semua

pihak yang membacanya.

Yogyakarta, 30 Agustus 2012

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

3.Keunggulan Pola Asuh Orang Tua Demokratis ... 19

4.Indikator Pola Asuh Orang Tua Demokratis ... 22

B. Prestasi Belajar ... 24

1.Pengertian Prestasi ... 24

(14)

xiii

3.Pengertian Prestasi Belajar ... 26

4.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 27

C.Penelitian yang relefan ... 42

D.Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis dengan Prestasi Belajar Siswa ... 45

E. Hipotesis ... 47

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

A.Jenis Penelitian ... 48

B. Variabel Penelitian ... 48

C.Definisi Operasional Variabel ... 49

D.Tempat Penelitian ... 49

1. Pola Asuh Orang Tua Demokratis Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Karitas Ngaglik ... 68

2. Prestasi Belajar Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Karitas Ngaglik ... 73

3. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Karitas Ngaglik ... 78

4. Berapa Sumbangan Pola Asuh Orang Tua Demokratis dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Karitas Ngaglik ... 89

(15)

xiv

1. Pola Asuh Orang Tua Demokratis ... 90

2. Prestasi Belajar Siswa ... 93

3. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis dengan Prestasi Belajar Siswa ... 96

BAB V PENUTUP ... 104

A. KESIMPULAN ... 104

B. SARAN ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 107

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 50

Tabel 3.2 Indikator Pola Asuh Orang Tua Demokratis ... 52

Tabel 3.3 Indikator dan Sebaran Item Pola Asuh Orang Tua Demokratis sebelum uji coba ... 55

Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Validatas ... 60

Tabel 3.5 Klasifikasi Koefisien Reabilitas Suatu Item ... 61

Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Koefisien Reabilitas ... 63

Tabel 3.7 Pengelompokkan Pola Asuh Orang Tua Demokratis ... 65

Tabel 3.8 Pedoman untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi ... 67

Tabel 4.1 Data Interval Skor Pola Asuh Orang Tua Demokratis ... 68

Tabel 4.2 Pola Asuh Orang Tua Demokratis Siswa Kelas VI SD Karitas Tahun pelajaran 2011/2012 ... 69

Tabel 4.3 Data Interval Nilai Prestasi Belajar Siswa ... 73

Tabel 4.4 Prestasi Belajar Siswa ... 74

Tabel 4.5 Tabel Skor Asuh Orang Tua Demokratis dan Prestasi Belajar ... 80

Tabel 4.6 Subyek Tiap Kelompok ... 83

Tabel 4.7 Proposisi Individu dalam Setiap Kelompok ... 83

Tabel 4.8 Nilai Rata-rata (mean) dari setiap kelompok ... 84

Tabel 4.9 Besar Ordinal ... 84

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema hubungan pola asuh orang demokratis

dengan prestasi belajar siswa ... 45

Gambar 4.1 Diagram presentase pola asuh orang demokratis

siswa kelas VI SD Karitas Ngaglik

Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 72

Gambar 4.2 Diargram prestasi belajar siswa kelas VI SD Karitas Ngaglik

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Angket pola asuh orang tua demokratis (uji coba) ... 111

Lampiran 2 Hasil uji coba angket (skor 4,3,2,1) ... 115

Lampiran 3 Hasil uji coba angket (skor 1 dan 0) ... 119

Lampiran 4 Validitas tiap indikator dan sebaran item pola asuh orang tua demokratis ... 126

Lampiran 5 Revisi item soal angket pola asuh orang tua demokratis ... 128

Lampiran 6 Hasil analisis uji validitas angket pola asuh orang tua demokratis dengan program SPSS ... 131

Lampiran 7 Hasil analisis uji reabilitas angket uji coba pola asuh orang tua demokratis ... 133

Lampiran 8Indikator dan sebaran item pola asuh orang tua demokratis setelah uji coba ... 135

Lampiran 9 Kisi-kisi soal setelah uji coba ... 137

Lampiran 10 Angket pola asuh orang tua demokratis (penelitian) ... 138

Lampiran 11 Daftar nilai rapor kelas VI SD Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 140

Lampiran 12 Hasil angket penelitian (4,3,2,1) ... 142

Lampiran 13 Hasil angket penelitian (1 dan 0) ... 148

Lampiran 14 Hasil analisis uji realibilitas angket penelitian pola asuh orang tua demokratis ... 156

Lampiran 15 Skor pola asuh orang tua demokratis dan prestasi belajar siswa kelas VI SD Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 158

Lampiran 16 Tabel nilai-nilai Product-Moment dari Pearson ... 160

Lampiran 17 Tabel ordinal pada kurva normal ... 161

Lampiran 18 Tabel nilai-nilai dalam distribusi t ... 163

(19)

xviii

Lampiran 20 Surat izin uji coba ... 166

Lampiran 21 Surat izin penelitian ... 167

Lampiran 22 Surat keterangan penelitian ... 168

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang yang paling dasar guna

menempuh pendidikan formal. Siswa SD pada umumnya berusia 6–12 tahun,

pada usia ini anak lebih bisa bersosialisasi dibandingkan pada masa

kanak-kanak yang masih bergantung pada orang lain (Piaget dan Inhelder,

2010:131). Anak SD pada umumnya sudah bisa bersosialisasi untuk

mempunyai teman bermain, hal ini dapat terlihat pada saat anak bermain

secara berkelompok.

Pada usia SD anak sudah mempunyai keinginan untuk bersaing

dengan temannya, hal ini dikerenakan pada usia tersebut anak mempunyai

keinginan untuk menjadi yang terbaik dibandingkan dengan teman yang

lainnya. Persaingan dilakukan anak usia SD misalnya dalam hal ini nilai yang

diperoleh di sekolah, dan menang kalah dalam permainan. Persaingan yang

dilakukan masih tergolong sehat, ini dikarenakan dalam diri anak tidak ada

niatan untuk berlaku tidak adil pada temannya.

Penulis pada saat Program pengalaman lapangan (PPL) melakukan

pengamatan dan menemukan beberapa siswa yang memiliki pola asuh yang

berbeda, dengan pengamatan adanya anak yang kurang kasih sayang dan

perhatian, dilihat saat pembelajaran ingin selalu diperhatikan oleh guru, yaitu

anak dengan membuat keributan di kelasdan ada juga disaat di luar dan di

(21)

Di sini juga terdapat beberapa anak yang kurang prestasinya, yaitu hampir

dalam setiap mata pelajaran di bawah KKM. Dan ada anak yang tidak naik

kelas sampai dua kali karena di bawah KKM dan kesadaran akan pentinya

belajar kurang.

Kegiatan belajar yang dilakukan oleh anak di rumah tidak luput dari

pantauan anggota keluarga, hal ini dikarenakan pada anak usia SD masih

membutuhkan bimbingan dari anggota keluarga terlebih pada saat anak

mempelajari lima mata pelajaran inti yaitu: Matematika, Bahasa Indonesia,

Pendidikan Kewarganegaran (PKn), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS). Penulis menemukan beberapa anak SD yang

mengalami kesulitan belajar pada lima mata pelajaran inti, hal ini penulis

temukan pada saat melaksanakan kegiatan bimbingan individu untuk tugas

PPL. Maka dari itu, dibutuhkan peran anggota keluarga guna untuk

meningkatkan prestasi belajar anak khususnya pada lima bidang studi

tersebut.

Anggota keluarga yang dimaksud yaitu, orang tua, kakak, adik, nenek,

kakek, tante, om dan saudara yang lainnya. Peran anggota keluarga sangat

dibutuhkan oleh anak, hal ini dikarenakan dalam belajar dipengaruhi oleh

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor jasmani,

psikologis, dan non intelektual sedangkan faktor eksternal meliputi faktor

sosial dimana keluarga merupakan salah satu faktornya (Ahmadi, 1991:130–

131). Anggota keluarga yang paling dominan dalam memantau anaknya

(22)

yang tepat kepada anaknya, karena orang tua mengharapkan anaknya dapat

berhasil di kemudian hari. Pengasuhan yang tepat, dapat membuat

pertumbuhan anak menjadi baik secara rohani maupun jasmani. Pola

pengasuhan yang diterapkan orang tua kepada anak ada beberapa macam,

diantaranya pola asuh otoriter (otoritarian), pola asuh demokratis (otoritatif),

pola asuh mengabaikan, dan pola asuh yang menuruti (Santrock, 2007:167).

Pola asuh otoriter misalnya, pola asuh ini menerapkan batas dan

kendali yang tegas kepada anak. Anak dengan pengasuhan otoriter akan pula

menjadi tegas namun tidak akan peduli dengan penjelasan apapun. Pola asuh

demokratis mendorong anak untuk mandiri dan menerapkan batas yang wajar

pada tindakan mereka, anak dengan pengasuhan ini bisa mandiri, dan

berorientasi pada prestasinya. Pola asuh mengabaikan orang tua tidak terlibat

dalam kegiatan yang dilakukan oleh anak, akibatnya pengendalian dirinya

buruk. Pola asuh yang menuruti, orang tua sangat terlibat dalam kehidupan

anak namun tidak menuntut ataupun mengontrol akibatnya anak menjadi

manja (Santrock, 2007:167).

Orang tua yang menerapkan pola pengasuhan demokratis biasanya

memiliki anak yang peduli terhadap sesama, ceria serta memiliki prestasi

yang baik. Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk mengetahui

lebih lanjut apakah pola asuh orang tua demokratis dapat mempengaruhi

prestasi belajar siswa. Oleh karena itu penulis bermaksud untuk melakukan

(23)

Prestasi Belajar Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Karitas Ngaglik Tahun

Pelajaran 2011 / 2012.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yaitu pola asuh yang berbeda,

dengan pengamatan kurangnya kasih sayang dan perhatian dilihat saat

pelajaran dan ada juga beberapa siswa yang prestasinya dibawah KKM,

sehingga masalah yang akan diselidiki oleh penulis yaitu:

1. Bagaimana proses pola asuh orang tua demokratis siswa kelas VI

Sekolah Dasar Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012?

2. Bagaimana proses prestasi siswa kelas VI Sekolah Dasar Karitas

Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012?

3. Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara pola asuh orang

tua demokratisdengan prestasi siswa kelas VI Sekolah Dasar Karitas

Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012?

4. Seberapa besar sumbangan pola asuh orang tua demokratis dengan

prestasi siswa kelas VI Sekolah Dasar Karitas Ngaglik Tahun

(24)

C. Batasan Istilah

Batasan istilah pada penelitian ini yaitu pola asuh orang tua

demokratis dan prestasi belajar siswa. Berikut ini merupakan penjelasan dari

pola asuh orang tua demokratis dan prestasi belajar siswa:

a. Pola asuh orang tua demokratis merupakan pola asuh yang dimana

orang tua mendorong anak untuk dapat memilih sikap mandiri namun

orang tua tetap menerapkan batas dan kendali secara wajar pada apa

saja yang akan dilakukan oleh anak. Anak dengan pengasuhan

demokratis merupakan anak yang berorientasi tinggi pada prestasi.

b. Prestasi belajar merupakan hasil usaha kegiatan belajar yang meliputi

penguasaan pengetahuan serta keterampilan yang dipengaruhi oleh

faktor internal maupun eksternal kemudian dinyatakan dalam bentuk

angka maupun simbol dalam rapot yang telah dicapai anak dalam

periode tertentu.

D. Tujuan penelitian

Penelitian ini dilakukan guna mencapai tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui bagaimana proses pola asuh orang tua demokratis siswa

kelas VI Sekolah Dasar Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Mengetahui bagaimana proses prestasi belajar siswa kelas VI Sekolah

(25)

3. Mengetahui adakah hubungan positif dan signifikan antara pola asuh

orang tua demokratisdengan prestasi siswa kelas VI Sekolah Dasar

Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012.

4. Mengetahui seberapa besar sumbangan pola asuh orang tua

demokratis dengan prestasi siswa kelas VI Sekolah Dasar Karitas

Ngaglik Tahun Pelajaran 2011/2012.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta

pengalaman peneliti tentang pola pengasuhan orang tua demokratis

yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapakan mampu menjadi salah satu bahan

referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan

(26)

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pola Asuh Orang Tua

1. Pengertian Pola Asuh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:884) pola merupakan

gambaran yang dipakai untuk contoh. Sedangkan asuh, Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (2002:72) merupakan membimbing (membantu,

melatih). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh

orang tua merupakan gambaran yang dipakai orang tua untuk

membimbing anaknya.

2. Macam Pola Asuh

Pola asuh orang tua merupakan suatu gaya pengasuhan yang

digunakan orang tua guna mendidik anaknya. Pola asuh orang tua terdiri

dari pola asuh otoriter (authoritarian),pola asuh demokratis

(authoritative), pola asuh yang mengabaikan, dan pola asuh yang

menuruti (Santrock, 2007: 167). Berikut ini akan menjabarkan penjelasan

tentang pola asuh orang tua:

a. Pola Asuh Orang Tua Otoriter (authoritarian)

Pola asuh orang tua otoriter merupakan suatu pola asuh yang

mana orang tua memegang kekuasaan tertinggi atas apa yang

seharusnya dilakukan oleh anak. Orang tua yang menggunakan

polaasuh otoriter ini, biasanya memutuskan segala sesuatu yang

(27)

tua menghukum anak karena tindakan yang dilakukan anak, tidak

sesuai dengan apa yang diharapkan orang tua. Anak tidak

diperkenalkan untukmenyampaikan pendapatnya, sehingga

keterampilan berkomunikasi anak menjadi kurang. Orang tua yang

menerapkan pola asuh seperti ini, akan menciptakan anak yang

pemberontak dan keras kepala (Gunarsa, 2004:279 - 280).

Menurut Budiyanto (1992:136 - 138) pola asuh otoriter sama

halnya dengan pola asuh autocrat. Pola asuh otoriter disini, orang

tua bersikap bahwa anak harus menuruti semua hal yang orang tua

inginkan dengan cara memaksa supaya anak mau melakukannya.

Anak dengan pengasuhan yang seperti ini akan menjadi anak yang

berkecil hati, merasa bahwa mereka tidak mampu mengatasi

permasalahan secara sendiri, memberontak dan menolak saran dari

orang tua.

Menurut Yusuf (2010:51) pola asuh otoriter yaitu pola asuh

dimana orang tua bersikap rendah hati namun dengan kontrol atau

pengawasan yang tinggi. Orang tua yang menggunakan

pengasuhan otoriter suka menghukum anak secara fisik, misalnya

dengan memukuli anak, orang tua bersikap mengomando atau bak

ketua yang sedang mengatur anak buahnya untuk melakukan

sesuatu namun anak tidak diberikan kesempatan untuk

(28)

menjadi anak yang mudah tersinggung, penakut, mudah stres,

pemurung dan tidak mempunyai arah masa depan yang jelas.

Pola asuh otoriter menurut Widyarini (2009:11) yaitu pola

asuh yang mana orang tua berusaha untuk mengendalikan

sertamengevaluasi semua prilaku anak berdasarkan standar mutlak

dan nilai-nilai keputuhan yang sudah ditetapkan oleh orang tua.

Orang tua yang menerapkan pola pengasuhan otoriter jarang

mengabulkan keinginan si anak, sehingga anak merasa tertekan dan

tidak bebas mengutarakan apa yang anak inginkan. Orang tua sering

menerapkan hukuman kepada anak, karena anak tidak menjalankan

tugas sesuai apa yang diharapkan orang tua.

Menurut Hartono (2009:28-29) pola asuh otoriter sama

dengan pola asuh orang tua yang “ tidak menyetujui”, dalam pola

asuh ini orang tua memiliki kecenderungan untuk meremehkan

kemampuan anak. Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter

sering menghukum anak, hal ini dilakukan walaupun anak tersebut

tidak melakukan kesalahan.Pola pengasuhan otoriter membuat orang

tua menekankan kepatuhan kepada anak, baik tingkah lakunya

maupun menekankan kepatuhan pada pedoman-pedoman yang sudah

ditentukan oleh orang tua. Anak dengan pola pengasuhan seperti ini

(29)

Pola asuh otoriter merupakan suatu pola asuh di mana orang

tua sering menanamkan sikap displin kepada anak, hal ini dimaksud

supaya anak dapat memenuhi apa yang dinginkan oleh orang tua.

Anak yang mendapat pengasuhan otoriter dari orang tuanya, akan

menjadi anak yang canggung dalam bergaul, selalu tegang, bimbang

dan bahkan menjadi labil (Kartono, 1985:22).

Menurut Bidulph (1987:49-50) pola asuh otoriter merupakan

suatu pola asuh di mana orang tua memiliki sifat agresif. Orang tua

yang memiliki sifat agresif ini biasanya selalu marah pada anak

walaupun anak tersebut kedapatan tidak bersalah. Orang tua yang

menerapkan pengasuhan seperti ini akan mendapati anak yang takut

dan terancam atau anak tersebut akan suka melawan perintah orang

tua.

Menurut Baumrid dalam buku Perkembangan Anak

(Santrock, 2007:167) pola asuh otoriter (authoritarian) yaitu pola

asuh di mana orang tua bersikap membatasi, menghukum, serta

menuntut anak supaya anak menuruti apa yang keinginan oleh orang

tua. Orang tua yang menerapkan pola pengasuhan otoriter

menerapkan batas dan kendali pada anak serta meminimalisir adanya

perdebatan secara verbal. Orang tua yang menggunakan pola

pengasuhan otoriter sering memukul anak, serta menuntut anak

menuruti apa yang telah ditentukan oleh orang tuanya. Anak dengan

(30)

bahagia, serta memiliki kemampuan berkomunikasi yang kurang

baik.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa pola asuh otoriter yaitu pola asuh yang dimana orang tua

bersikap tegas, disiplin, serta menuntut anak untuk menuruti apa saja

yang diinginkan oleh orang tuanya. Orang tua yang menerapkan

pengasuhan otoriter sering menerapkan hukuman kepada anak dalam

bentuk fisik. Hal ini dilakukan supaya apa yang diharapkan oleh

orang tua dapat dipenuhi oleh anak dan untuk meminimalisir adanya

perdebatan secara verbal.

Anak dengan pengasuhan otoriter akan menjadi anak yang

mudah stres, hal ini terjadi karena luapan emosi yang tidak dapat

anak utarakan atau ungkapkan. Selain itu, anak akan merasa tidak

nyaman bersama dengan orang tuanya. Maka tak jarang anak dengan

pola asuh otoriter merasa tidak nyaman berada di rumah sendiri.

b. Pola Asuh Orang Tua Demokratis(authoritative)

Menurut Baumrind dalam buku Perkembangan Anak

(Santrock, 2007:167) pola asuh orang tua demokratis (authoritative)

yaitu pola asuh yang mana orang tua mendorong anak untuk mandiri

namun dengan menerapkan batas dan kendali secara wajar pada apa

saja yang dilakukan oleh anak. Orang tua yang menerapakan pola

pengasuhan demokratis bersikap hangat dan penyayang. Orang tua

(31)

perbuatan positif yang telah dilakukan oleh anak. Orang tua yang

menerapkan pola pengasuhan demokratis ini, mengharapkan supaya

anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan

usianya. Anak dengan pengasuhan demokratis akan menjadi anak

yang ceria, ramah, mandiri, maupun mengatasi stres dengan baik dan

berorientasi pada prestasi.

Pola asuh demokratis menurut Hartono (2009:30-31)

merupakan pola asuh dimana orang tua demokratis merupakan orang

tua pelatih emosi. Orang tua demokratis dalam hal ini merupakan

orang tua yang sabar, berempati dengan semua yang dikatakan

maupun yang dirasakan anak, membantu anak untuk menyelesaikan

permasalahan yang sedang dialami oleh anak serta menawarkan

petunjuk tentang bagaimana cara mengatur emosi. Anak yang

dibesarkan dengan gaya pengasuhan yang seperti ini akan menjadi

anak yang bisa mengatur emosinya sendiri, menyelesaikan

masalahnya sendiri, mempunyai harga diri yang tinggi, mampu

mempunyai kesadaran akan pentingnya belajar, serta mampu bergaul

dengan siapa saja dengan baik.

Menurut Budianto (1992:6-9) pola asuh demokratis yaitu

pola asuh yang mana orang tua memberi kesabaran kepada anak

bahwa dia harus bertanggungjawab atas apa yang dia lakukan kepada

dirinya sendiri dan bukan kepada orang lain. Orang tua demokratis

(32)

mengasuh anaknya, namun tidak mempunyai hak untuk

memaksakan kehendaknya sendiri kepada anak.

Anak dengan pengasuhan demokratis sadar betul bahwa dia

diberi kebebasan serta ketertiban, kebebasan dan ketertiban disini

dimaksudkan supaya anak mengerti bahwa apa yang dia lakukan

memiliki konsekuensinya sendiri. Seperti contoh, anak diberi

kebebasan untuk bangun siang namun akibatnya yang berkaitan

dengan ketertiban anak tersebut akan terlambat untuk sampai di

sekolah. Anak dengan pengasuhan demokratis dilatih betul akan

pentingnya bertanggungjawab, hal inilah yang menyebabkan anak

dapat menjadi mandiri.

Menurut Widyarini (2009:11) pola asuh demokratis

merupakan pola asuh yang mana orang tua berusaha mengarahkan

anaknya secara rasional, menghargai komunikasi yang terjadi antara

anak dengan orang tua maupun anak dengan orang lain serta

memberi kesempatan kepada anak untuk mengutarakan apa yang dia

inginkan. Menurut Widyarini (2009:11) “Orang tua tidak mengambil

posisi mutlak, tetapi juga tidak mendasarkan pada kebutuhan anak

semata”, hal ini dapat terlihat bahwa orang tua demokratis tidak

sepenuhnya mengiyakan atas apa yang diinginkan oleh anak, namun

hanya bersifat mendukung atas apa yang akan dilakukan oleh anak,

dan selanjutnya anaklah yang mempunyai peran besar dalam

(33)

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pola asuh

demokratis yaitu pola asuh yang dimana orang tua mendorong anak

untuk dapat memiliki sikap mandiri namun orang tua tetap

menerapkan batas dan kendali secara wajar pada apa saja yang akan

dilakukan oleh anak. Anak bebas melakukan apa saja namun dengan

memperhatikan nilai, norma serta peraturan yang berlaku dalam

agama, masyarakat maupun keluarga. Hal-hal yang dilakukan oleh

anak merupakan hal-hal yang setidaknya anak sudah tahu betul

dampak yang akan terjadi pada setiap tindakan yang akan

dilakukannya.

Anak dengan pengasuhan demokratis merupakan anak yang

berorientasi tinggi pada prestasi, jadi dapat dilihat bahwa orang tua

yang menerapkan pola asuh demokratis merupakan orang tua yang

peduli betul akan pendidikan anak. Anak diberi kebebasan untuk

memilih apa yang dia sukai dan orang tua hanya bersifat mendukung

dan selebihnya anaklah yang memiliki peranan penting dalam

mewujudkan keinginannya tersebut. Anak dengan pola pengasuhan

demokratis akan merasa nyaman di rumah, hal ini dikarenakan

suasana rumah yang begitu hangat, penuh akan rasa saling

(34)

c. Pola Asuh Orang Tua yang Mengabaikan

Menurut Gunarsa (2004:281) pola asuh orang tua yang

mengabaikan merupakan pola asuh yang mana orang tua tidak

memiliki kepedulian terhadap anak, memberikan izin kepada anak

untuk melakukan apa saja tanpa mengontrol ataupun memberi

batasan-batasan. Anak yang diasuh dengan pola pengasuhan seperti

ini akan menjadi anak yang kurang bisa mengontrol dirinya sendiri,

hal ini dikarenakan kurangnya kepedulian dari orang tua.

Menurut Budianto (1992:135-136) pola asuh orang tua yang

mengabaikan sama halnya dengan pola asuh „permisif‟, dalam pola

asuh ini orang tua selalu menghindari konflik dengan anak hal ini

dikarenakan, orang tua merasa tidak ada hak untuk ikut campur

dengan apapun yang dilakukan oleh anak. Anak dengan pengasuhan

seperti ini akan bebas menggunakan alkohol, obat bius, serta bebas

melakukan apa saja yang dia mau. Anak dengan pengasuhan seperti

ini akan kehilangan harapan serta merasa bahwa hidup mereka tidak

ada artinya bagi keluarga mereka atau orang tua mereka.

Pola asuh orang tua yang mengabaikan menurut Hartono

(2009:27-28) merupakan pola asuh yang mana orang tua tidak

mementingkan perasaan yang sedang dirasakan oleh anak, juga tidak

mau merespon apapun yang dilakukan oleh anak. Hal ini

dikarenakan orang tua merasa tidak nyaman dengan tindakan anak,

(35)

mengatur emosi anak sehingga orang tua tidak mempunyai

keinginan untuk menanggapi apapun yang dilakukan oleh anak.

Anak dengan pengasuhan seperti ini akan mengalami kesulitan untuk

mengatur emosi mereka.

Pola asuh orang tua yang mengabaikan merupakan pola asuh

yang dimana orang tua tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak

dengan pola asuh yang seperti ini, akan beranggapan bahw

kehidupan orang tua jauh lebih penting daripada kehidupan dirinya

sendiri. Anak dengan pengasuhan seperti ini akan menjadi anak yang

kurang memiliki keterampilan sosial, kurang bisa mengendalikan

emosinya, tidak bisa mandiri atau bergantung pada bantuan orang

lain, tidak bisa bersikap dewasa, serta memiliki harga diri yang

rendah (Santrock, 2007:167).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan

bahwa pola asuh orang tua yang mengabaikan merupakan pola asuh

orang tua dimana orang tua tidak memiliki kepedulian atas apa yang

dilakukan oleh anak. Pola asuh ini menekankan bahwa orang tua

merasa tidak ada hak untuk ikut campur dengan apapun yang

dilakukan oleh anak, sehingga anak merasa bahwa kehidupannya

tidak jauh lebih penting daripada kehidupan orang tuanya. Anak

dengan pengasuhan seperti ini akan menjadi anak yang kurang bisa

mengontrol emosinya, bergantung pada orang lain, tidak bisa

(36)

d. Pola Asuh Orang Tua yang Menuruti

Menurut Santrock (2007:167-168) pola asuh orang tua yang

menuruti merupakan pola asuh yang mana orang tua terlibat aktif

dalam kehidupan anak namun tidak terlalu menuntut atau

mengontrol setiap tindakan anak. Anak dengan pengasuhan seperti

ini, akan menjadi anak yang kurang bisa mengendalikan diri,

mengharap setiap keinginannya dapat terpenuhi (manja), kurang

memiliki rasa hormat terhadap orang tua, serta mengalami kesulitan

untuk bergaul dengan teman sebaya.

Pola asuh orang tua yang menuruti merupakan pola asuh

yang mana orang tua bersikap berlebih dalam memberikan perhatian

kepada anak. Orang tua memberi perhatian berlebih dikarenakan

orang tua terlampau cemas dengan apa yang hendak dilakukan oleh

anaknya. Perhatian yang berlebih ini membuat anak sangat

bergantung pada orang tuanya serta kehilangan kesempatan untuk

dapat berkembang atau belajar dengan kemampuannya sendiri

(Kartono, 1985:21).

Menurut Yusuf (2010:52) pola asuh orang tua yang menuruti

merupakan pola asuh yang mana orang tua memiliki sikap menerima

tindakan anak dengan sangat baik namun dengan kontrol yang sangat

rendah, selain itu anak diberi kebebasan untuk mengutarakan apa

saja yang dia inginkan. Pola asuh yang seperti ini menyebabkan anak

(37)

rendah, kurang memiliki rasa percaya diri, tidak memiliki tujuan

hidup yang jelas dan memiliki prestasi yang rendah.

Menurut Hartono (2009:29-30) pola asuh orang tua yang

menuruti sama halnya dengan pola asuh Laissez-Faire yang mana

orang tua menerima semua perkataan anak, dengan mudah memberi

izin kepada anak, tidak membantu maupun mengajarkan kepada

anak bagaimana caranya memecahkan suatu masalah. Anak dengan

pengasuhan yang seperti ini akan menjadi anak yang tidak bisa

belajar bagaimana cara mengontrol emosi, mengalami kesulitan

untuk berkonsentrasi, dan mengalami kesulitan ketika harus bergaul

dengan orang lain.

Menurut Gunarso (2004:281) pola asuh orang tua yang

menuruti yaitu pola asuh orang tua dimana orang tua menunjukkan

dukungan emosionalnya kepada anak namun mereka kurang

memberi kontrol kepada anak. Orang tua di dalam pola asuh ini

memberikan izin kepada anaknya untuk melakukan apa saja yang

mereka inginkan, akibatnya orang tua cenderung mengalah dengan

keputusan anak. Anak dengan pengasuhan yang seperti ini akan

menjadi anak yang kurang bisa mengontrol dirinya sendiri, egois,

selalu memaksakan keinginannya tanpa memperdulikan perasaan

orang lain maupun orang tuanya serta manja.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola

(38)

dimana orang tua menerima semua tindakan maupun perkataan anak

namun dengan kontrol maupun pengawasan yang sangat kurang.

Anak dengan pengasuhan yang seperti ini, akan menjadi anak yang

kurang bisa mengontrol dirinya sendiri termasuk keinginannya

sehingga kadang memaksakan keinginannya tanpa memperdulikan

perasaan orang lain, selain itu anak dengan pengasuhan yang seperti

ini akan mengalami kesulitan ketika harus bersosialisasi dengan

orang lain.

3. Keunggulan Pola Asuh Orang Tua Demokratis

Pola asuh orang tua demokratis merupakan pola asuh yang paling

efektif digunakan untuk membimbing serta mengasuh anak, hal ini di

kerenakan dalam pola asuh demokrasi terdapat hal-hal yang sangat

mononjol dibandingkan dengan pola asuh yang lain. Berikut ini akan

dijabarkan beberapa hal yang merupakan keunggulan dari pola asuh

orang tua demokrasi (Santrock, 2007:168).

a. Menerapkan Keseimbangan yang Baik antara kendali dengan

Otonomi

Pola asuh demokratis menerapkan keseimbangan yang amat baik

antara kendali dengan otonomi, hal ini dapat terlihat ketika orang tua

memberi kesemptan kepada anak untuk belajar mandiri dan orang tua

(39)

b. Orang Tua Demokratis Cenderung Melibatkan Anak dalam berbagai

Hal

Melibatkan anak dengan berbagai hal yang dimaksud disini yaitu

bahwa orang tua memberi kesempatan kepada anak untuk berperan

aktif dalam kegiatan yang akan dilakukan di rumah atau dalam

berbagai hal yang berkaitan dengan urusan keluarga, seperti halnya

anak diberi kesempatan untuk mengutarakan pendapatnya tentang

warna cat apa yang sebaiknya digunakan untuk menghiasi ruang

makan. Anak jelas sejak dini dilatih untuk mengutarankan pendpatnya

akan lebih mudah berkomunikasi dengan orang lain.

c. Kehangatan serta Keterlibatan antara Anak dengan Orang Tua

Orang tua demokratis memberikan rasa nyaman kepada anak

mereka, sehingga anak mereka merasa bahwa dekat dengan orang tua

adalah salah satu hal yang menyenangkan, kedekatan inilah yang

membuat anak mau terlibat aktif dalam kegiatan yang dilakukan

bersama anggota keluarga.

d. Anak dengan Pengasuhan Demokratis Berorientasi pada prestasi

Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis sangat peduli

dengan pendidikan anak, hal ini dapat terlihat ketika anak diberi

pengarahan bahwa pendidikan sangat penting untuk kehidupannya

kelak.Anak dengan anak lainnya, hal ini dikarenakan anak belajar

dengan kesadarannya sendiri dan bukan karena bujukan atau aturan

(40)

belajar merupakan sesuatu hal yang penting untuk kehidupannya

kelak.

e. Mampu Mengatasi Stres dengan Baik

Anak dengan pengasuhan demokratis dapat mengatasi

permasalahan dengan baik, hal terlihat ketika anak diberi kesempatan

oleh orang tuanya untuk mengutarakan apa yang dirasakan. Anak

dengan pengasuhan demokratis mampu mengatasi stres dengan baik,

karena anak telah dilatih oleh orang tuanya untuk menggungkapkan

apa yang sedang dia rasakan, sehingga apa yang anak sedang rasakan

dapat diungkapkan baik melalui perbuatan positif maupun dengan cara

bercerita.

f. Mandiri

Anak dengan pengasuhan demokrasi lebih mandiri dibanding

dengan anak yang lainnya, hal ini dikarenakan pada anak dengan

pengasuhan demokratis diberi kesempatan untuk melakukan apa saja

secara mandiri ataupun sendiri anak merasa yakin bahwa dia mampu

melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain.

g. Mampu berorientasi dengan Orang Lain

Anak dengan pengasuhan demokrasi diberi kesempatan oleh

orang tuanya untuk berkomunikasi secara baik dengan orang lain, hal

ini dimaksudkan supaya anak mampu dan tanpa canggung

(41)

lingkungan baru daripada anak yang pemalu dan takut untuk

berkomunikasi.

4. Indikator Pola Asuh Orang tua Demokratis

Dengan teori di atas peneliti menjabarkan indikator yang

digunakan sebagai kuesioner penelitian yaitu sebagai berikut:

a. Hangat namun tegas

Orang tua memberikan ketegasan dan dukungan agar anak menjadi

termotivasi untuk melakukan kegiatan yang positif.

b. Mengenakan seperangkat standar untuk mengatur anak-anaknya

yang sesuai dengan perkembangan anak

Orang tua memberikan peringatan yang ketegasan kepada anak atau

tidak mempedulikan dengan tingkah laku anak.

c. Menempatkan nilai yang tinggi pada perkembangan dan pengaturan

diri sendiri

Orang tua memberikan kepercayaan atau tidak memberikan

kepercayaan kepada anak.

d. Menanamkan kebiasaan-kebiasaan rasional, berorientasi pada

masalah serta sering melibatkan diri dalam perbincangan dan

penjelasan pada anak-anak seputar persoalan disiplin.

Orang tua memberikan kebiasaan baik atau tidak peduli sama

(42)

e. Mendorong timbulnya interaksi saling memberi dan menerima.

Orang tua mendukung atau tidak mendukung dengan keinginan anak

yang dapat membuat anak lebih berkembang.

f. Mendukung, menerima dan bertanggungjawab dalam

mempertimbangkan berbagai alternatif, akan tetapi tidak

mendominasi dari sudut pandang mereka sendiri.

Orang tua berusaha memberikan yang terbaik atau kadang juga

mengabaikan keinginan anak.

g. Menggunakan wewenang akan tetapi dalam penerapannya bersifat

membimbing anak.

Orang tua memberikan pengarahan yang baik dan sifat keterbukaan.

h. Melibatkan atau mengijinkan anak dalam membuat keputusannya

dan mengekspresikan pandangannya sendiri serta menghargai

individualitas anak, sementara orang tua ikut memberikan penjelasan

yang masuk akal (bekerja sama dalam membuat keputusan).

Orang tua bersikap demokratis di dalam masalah yang ada dalam

keluarga.Sehingga anak mampu memecahkan masalahnya sendiri.

i. Menghargai pendapat anak dan mendorongnya untuk

mengungkapkannya.

Orang tua menghargai karya yang diperoleh oleh anak atau kadang

orang tua juga memaksakan kehendak yang membuat anak tidak

(43)

j. Memberikan waktu kepada anak untuk berfikir dan merenungkan

setiap kejadian yang mereka hadapi.

Orang tua mengajarkan anak untuk intropeksi diri atau memberikan

tekanana kepada anak.

k. Meyakinkan anak bahwa orang tua menghargai apa yang ingin

dicoba lakukan dan apa yang dihasilkan.

Orang tua memberikan dorongan yang membuat anak dapat

memunjulkan karyanya yang dapat membuat dia berkembang.

l. Mendorong anak untuk secara berangsur-angsur melepaskan diri dari

ketergantungan terhadap peran orang tua.

Orang tua memberikan tanggung jawab kepada anak sehingga

membuat anak menjadi mandiri.

Dengan adanya indikator peneliti lebih mudah membuat

pernyataan-peryataan sesuai dengan setiap indikator tersebut.

B. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi

Prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian

dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil

usaha.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (Deppennas,

2008:1101) prestasi merupakan suatu hasil yang telah berhasil dicapai

atau diperoleh setelah melakukan sesuatu maupun mengerjakan

(44)

berhasil melampaui sesuatu hal yang sebelumnya belum pernah dia

lakukan maupun belum pernah terwujud atau berhasil dilakukan.

2. Pengertian Belajar

Belajar menurut Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2008:24) merupakan suatu usaha yang dilakukan guna mengetahui

sesuatu yang belum pernah mengetahui sesutu yang belum pernah

dikuasai maupun keterampilan dengan kata lain belajar merupakan suatu

proses untuk mencapai maupun memperoleh suatu hal yang sama sekali

belum pernah dicapai.

Menurut Slameto (1995:2) bahwa belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar menurut Hamzah

(2007:23) belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen

dan secara pontensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan

(reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan

tertentu.Menurut Syah (2003:63) belajar adalah kegiatan yang berproses

dan merupakan unsur yang sangat fundanmental dalam

menyelenggarakan setiap jenis dan jenjang pendidkan.

Menurut Nurwanto (1998:85) belajar merupakan suatu perubahan

dalam tingkah laku yang mana perubahan tersebut dapat menyebabkan

tingkah laku seseorang menjadi lebih baik atau bahkan membuat tingkah

(45)

seseorang menjadi buruk, tingkah laku yang berubah ini dipengaruhi oleh

hal-hal yang sedang dipelajarioleh seseorang tersebut.

Secara sederhana dari pengertian belajar sebagaimana yang

dikemukakan oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu pemahaman

tentang hakekat dari aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi

dalam diri individu.

3. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Tirtonegoro (1984:24) prestasi belajar adalah penilaian

hasil usaha kegiatan belajar yang ditanyakan dalam bentuk

simbol-simbol, angka, huruf, atau kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang

sudah dicapai oleh setiap peserta didik dalam priode tertentu. Sutratinah

Hadan Nawani (1981:100) mengartikan prestasi belajar sebagai tingkat

keberhasilan dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah yang

dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai

sejumlah mata pelajaran tertentu. Sedangkan, menurut Kamus Bahasa

Indonesia prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau

keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya

ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Prestasi belajar menurut Masidjo (1995:38) adalah hasil belajar

yang khas yang dilakukan secara sengaja sebagai hasil suatu pengukuran

dari hasil proses belajar yang merupakan kemampuan aktual yang

diperoleh sewaktu mempelajari suatu bahan pelajaran. Menurut

(46)

dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok.

Sedangkan menurut Nurkencana (1986:62) mengemukakan bahwa

prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak

berupa nilai mata pelajaran.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, berikut ini akan

dijabarkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar

(Ahmadi, 1991:130-131).

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri

anak.Faktor internal ini meliputi jasmani, psikologis, potensial, serta

faktor kematangan fisik maupun psikis. Berikut ini akan dijabarkan

lebih jauh beberapa faktor internal tersebut:

1) Faktor Jasmani

Faktor jasmani ini meliputi faktor kesehatan dan juga

cacat tubuh (Slameto, 1988:56-57). Seseorang yang memiliki

kondisi tubuh yang sehat, maka seseorang tersebut akan dapat

belajar dengan baik. Ia akan mampu menguasai apa sedang ia

pelajari terganggu oleh kondisi fisik yang kurang baik. Cacat

tubuh juga sangat mempengaruhi prestasi belajar, hal ini dapat

(47)

2) Faktor Psikologi

Faktor psikologis ini terdiri dari faktor intelektif dan non

intelektif.Faktor intelektif ini terdiri dari faktor potensial (bakat)

dan faktor kecakapan nyata (prestasi), sedangkan faktor non

intelektif merupakan hal-hal yang berkaitan dengan kepribadian.

Berikut ini akan dijabarkan tentang faktor intelektif dan juga

faktor non intelektif.

a) Faktor Intelektual

(1) Faktor Potensial

Faktor potensial merupakan kecerdasan serta bakat

yang telah dimiliki oleh anak. Bakat sangat

mempengaruhi prestasi belajar hal ini dikarenakan,

apabila anak belajar sesuai dengan bakatnya maka anak

tersebut akan memperoleh hasil belajar yang baik.

Maka dari itu, orang tua perlu mengetahui bakat apa

yang dimiliki oleh anaknya, hal ini dimaksudkan

supaya orang tua dapat membantu anak untuk

mengembangkan bakat yang telah dimiliki (Slameto,

1988:59).

(2) Faktor Kecakapan Nyata

Faktor kecakapan nyata juga dapat mempengaruhi

prestasi belajar anak, hal ini dikarenakan faktor

(48)

anak.Anak dapat termotivasi untuk berprestasi lagi

apabila anak tersebut sudah pernah memiliki prestasi.

b) Faktor Non Intelektif

Faktor non intelektif ini terdiri dari beberapa hal

yang berkaitan dengan kepribadian seperti halnya

minat, motivasi, kematangan, kesiapan, perhatian, serta

kebutuhan (Slameto, 1988:58-61).

(1) Minat

Menurut Slameto (1988:59) minat merupakan

kecenderungan yang dimiliki seseorang secara tetap

yang digunakan untuk memperhatikan maupun untuk

mengingat beberapa kegiatan.Minat sangat

mempengaruhi prestasi belajar, hal ini dikarenakan

apabila anak belajar tidak sesuai dengan minatnya

maka anak tersebut tidak dapat belajar secara optimal.

(2) Motivasi

Motivasi sangat mempengaruhi prestasi belajar, hal

ini dikarenakan motivasi sangat dibutuhkan anak dalam

kegiatan belajar. Motivasi yang dapat diberikan kepada

anak supaya anak dapat belajar secara optimal yaitu

dengan memberikan latihan-latihan kepada anak,

dengan adanya latihan-latihan tersebut anak akan

(49)

(3) Kematangan

Kematangan merupakan suatu tingkat pertumbuhan

dimana alat-alat tubuh yang dimiliki seseorang sudah

siap untuk memperoleh serta melaksanakan kecakapan

maupun kemampuan yang baru (Slameto,

1988:60).Kematangan yang dimaksud di sini yaitu

misalnya anak dengan tangannya sudah siap untuk

menangkap, kemudian anak dilatih terus-menerus

sehingga anak sudah matang untuk melakukan

beberapa kegiatan berdasarkan dengan latihan-latihan

dan bukan hanya dilakukan dalam sekali. Anak yang

telah memiliki kematangan untuk melakukan sesuatu

maka anak tersebut akan memiliki prestasi belajar yang

baik.

(4) Kesiapan

Kesiapan menurut James Drever dalam Slameto

(1988:61) merupakan “preparedness to respond or

react” yang artinya bahwa seseorang sudah memiliki

kesiapan untuk menanggapi beberapa hal. Kesiapan

juga sangat mempengaruhi prestasi belajar hal ini

dikarenakan apabila anak sudah memiliki kesiapan

(50)

dengan belajar maka anak tersebut akan memperoleh

hasil belajar yang maksimal.

(5) Perhatian

Perhatian juga sangat mempengaruhi prestasi

belajar siswa, hal ini dapat terlihat pada anak yang

perhatiannya tidak berpusat pada apa yang sedang dia

pelajari maka anak tersebut tidak akan bisa menguasai

dengan baik hal yang sedang dia pelajari sehingga hasil

belajarnya tidak akan mendapat hasil yang maksimal.

(6) Kebutuhan

Kebutuhan juga sangat mempengaruhi prestasi

belajar, hal ini terlihat apabila anak sudah memiliki

kesadaran bahwa belajar merupakan kebutuhan yang

harus dia penuhi maka anak tersebut akan belajar

dengan baik, namun apabila anak tidak memiliki

kesadaran akan pentingnya belajar maka anak tersebut

tidak akan bisa belajar dengan baik dan akan

memperoleh hasil yang kurang memuaskan.

3) Faktor Kematangan Fisik maupun Psikis

Faktor kematangan fisik maupun psikis ini juga

mempengaruhi prestasi belajar anak, hal ini dikarenakan apabila

(51)

maka anak tersebut akan lebih mudah untuk memperoleh

prestasi yang diinginkan.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri

anak, faktor eksternal ini meliputi faktor sosial, budaya,

lingkungan fisik, serta lingkungan spiritual. Berikut ini akan

dijabarkan beberapa hal yang termasuk faktor eksternal :

1) Faktor Sosial

Faktor sosial merupakan faktor dimana anak berinteraksi

dengan orang lain maupun dengan masyarakat sekitar dimana

anak tersebut berada. Berikut ini akan dijabarkan beberapa hal

yang termasuk dalam hal faktor sosial:

a) Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga di sini dilihat dari cara orang

tua mendidik anak, hubungan anak dengan anggota

keluarga, suasana yang ada di rumah, keadaan ekonomi

keluarga, serta pengertian orang tua kepada anak

(Slameto, 1988:62-66).

(1) Cara Orang Tua Mendidik Anak

Cara orang tua mendidik anak sangat

mempengaruhi prestasi belajar anak, hal ini

(52)

keras dan menuntut anak untuk terus belajar, maka

anak tersebut akan belajar tidak berdasarkan atas

kemauannya sendiri melainkan karena paksaan dari

orang tua sehingga hasil belajarnya tidak dapat

diperoleh secara maksimal. Namun apabila anak

diberi kesempatan untuk belajar dan bermain dan

ketika anak belajar orang tua mendampingi dengan

baik serta memberi kesadaran kepada anak bahwa

belajar merupakan suatu kebutuhan yang sangat

penting bagi hidupnya, maka anak tersebut akan

dapat belajar secara mandiri dan memperoleh hasil

belajar yang baik.

(2) Hubungan antara Anak dengan Anggota Keluarga

Hubungan antara anak dengan anggota

keluarga juga sangat mempengaruhi prestasi belajar

anak, hal ini dikarenakan apabila di dalam keluarga

tersebut tercipta hubungan yang baik antar anggota

keluarga yang lain maka anak akan merasa nyaman

untuk berada di rumah serta anak akan merasa

nyaman untuk belajar di rumah karena kondisi

anggota keluarga yang sangat bersahabat.

(53)

Suasana rumah juga sangat mempengaruhi

prestasi belajar anak, apabila suasana rumah begitu

gaduh dan banyak orang anak akan mengalami

kesulitan ketika harus berkonsentrasi untuk belajar.

Anak dapat belajar dengan baik, apabila anggota

keluarga memiliki kesadaran untuk menciptakan

suasana rumah yang tenang.

(4) Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi keluarga juga

mempengaruhi prestasi belajar anak, hal ini

dikarenakan apabila anak dengan kebutuhan

ekonomi yang rendah maka anak tersebut akan

kesulitan untuk memenuhi kebutuhan yang

digunakan untuk menunjang belajarnya, sehingga

anak yang seharusnya memperoleh prestasi belajar

yang baik bisa terhambat karena faktor ekonomi

yang rendah.

(5) Pengertian orang tua

Pengertian orang tua juga dapat

mempengaruhi prestasi belajar anak, orang tua harus

memiliki kesadaran bahwa anak memiliki waktu

untuk belajar, sehingga pada waktu anak belajar

(54)

orang tua sebisa mungkin mendampingi anak ketika

anak sedang belajar.Anak dapat belajar dengan baik

apabila orang tua memiliki pengertian lebih kepada

anak.

b) Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah terdiri dari metode mengajar di

kelas, kurikulum yang digunakan oleh sekolah,

hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan

siswa, kedisiplinan sekolah, alat pengajaran, waktu yang

ditetapkan sekolah, standar pelajaran di atas ukuran,

keadaan gedung, metode belajar, serta tugas rumah

(Slameto, 1988:66-72).

(1) Metode mengajar di kelas

Metode mengajar di kelas juga dapat

mempengaruhi prestasi belajar anak, apabila metode

mengajar yang digunakan oleh guru kurang menarik

minat belajar siswa, maka prestasi belajar siswa juga

dapat berdampak kurang baik.Metode yang

digunakan oleh guru harus dapat menarik minat

belajar siswa hal ini dimaksudkan supaya siswa

dapat memperoleh hasil belajar yang baik.

(55)

Kurikulum juga berpengaruh terhadap

prestasi belajar siswa, apabila dalam sekolah

tersebut menerapkan kurikulum yang begitu padat

dan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan anak,

maupun tidak sesuai dengan keinginan anak maka

anak akan menjalani semua kegiatan tersebut dengan

keterpaksaan sehingga hasil yang diharapkan kurang

memuaskan.

(3) Hubungan Guru dengan Siswa

Hubungan guru dengan siswa juga

mempengaruhi prestasi belajar, hal ini dikarenakan

apabila guru tidak bisa berinteraksi baik dengan

siswa maka siswa juga tidak bisa berinteraksi baik

dengan guru, sehingga kegiatan belajar akan

terhambat karena tidak ada interaksi yang baik

antara guru dengan siswa. Sebaliknya, apabila guru

akrab dengan siswa dan guru tersebut ketika

menyampaikan materi pelajaran begitu

menyenangkan maka siswa akan dapat menerima

materi pelajaran dengan sangat baik dan

memperoleh hasil yang baik.

(4) Hubungan yang Baik antara Siswa yang Satu dengan

(56)

Hubungan yang baik antara siswa yang satu

dengan siswa yang lain juga dapat mempengaruhi

prestasi belajar siswa, apabila antara siswa yang satu

dengan siswa yang lain tidak ada hubungan yang

baik maka suasana belajar tidak dapat berjalan

dengan baik pula. Sebaliknya, apabila terjadi

keakraban antara siswa yang satu dengan yang lain

dan saling mendukung prestasi belajar temannya

maka anak tersebut akan memperoleh hasil belajar

yang baik pula.

(5) Kedisiplinan Sekolah

Kedisiplinan sekolah juga mempengaruhi

prestasi belajar anak, apabila anggota sekolah tidak

dapat menerapkan kedisiplinan di sekolah maka

prestasi belajar anak akan terhambat. Sebaliknya,

apabila di dalam sekolah tersebut diterapkan

kedisiplinan maka anak akan dapat belajar dengan

baik dan memperoleh hasil belajar yang baik pula,

misalnya apabila guru datang tepat waktu dan siswa

juga datang tepat waktu maka kegiatan belajar akan

bejalan dengan baik dan siswa dapat menguasai

materi secara optimal. Namun, apabila guru datang

(57)

belajar juga tidak dapat berjalan dengan baik dan

siswa merasa terganggu ketika ada temannya yang

terlambat.

(6) Alat pengajaran

Alat pengajaran juga mempengaruhi prestasi

belajar anak, apabila alat pengajaran yang berada di

kelas dapat terpenuhi dengan baik maka kegiatan

belajar akan dapat berjalan dengan baik pula, namun

apabila di dalam kegiatan belajar alat yang

dibutuhkan tidak ada maka kegiatan belajar menjadi

terhambat sehingga hasil yang diharapkan tidak dapat

optimal.

(7) Waktu sekolah

Waktu sekolah juga mempengaruhi prestasi

anak, apabila waktu yang ditetapkan oleh sekolah

yaitu siang hari, maka siswa akan kesulitan belajar

pada siang hari, hal ini dikarenakan pada siang hari

energy yang ada dalam tubuh sudah berkurang

sehingga anak tidak dapat belajar secara optimal.

Sebaliknya, apabila sekolah menetapkan waktu untuk

(58)

secara optimal dan memperoleh hasil belajar yang

baik karena kondisi tubuh masih segar.

(8) Standar Pelajaran

Standar pelajaran di atas ukuran juga dapat

mempengaruhi prestasi belajar anak, apabila seorang

guru menuntut semua siswa harus dapat mencapai

standar pelajaran yang telah ditetapkan guru.Maka

dari itu guru menuntut penguasaan suatu materi sesuai

dengan kemampuan anak, hal ini untuk membantu

siswa yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata

temannya.

(9) Keadaan gedung sekolah

Keadaan gedung sekolah juga

mempengaruhi prestasi belajar anak, apabila kondisi

gedung tidak aman, maka siswa tidak akan dapat

belajar dengan nyaman karena dihantui rasa

was-was, sebaliknya apabila keadaan gedung aman dan

baik siswa akan dapat belajar dengan tenang dan

tanpa dihantui rasa was-was.

(10) Metode belajar

Metode belajar juga dapat mempengaruhi

prestasi belajar anak, anak yang belajar tidak secara

(59)

kurang optimal, sebaliknya anak yang belajar secara

teratur dan disertai istirahat yang cukup akan dapat

belajar dengan baik karena anak tersebut dapat

mengalokasikan waktunya dengan baik antara

belajar dengan istirahat.

(11) Tugas rumah

Tugas rumah juga mempengaruhi prestasi

belajar anak, apabila anak terlalu banyak mendapat

tugas rumah, anak akan merasa terbebani serta

merasa letih untuk berfikir sehingga anak tidak

mempunyai waktu untuk mengerjakan tugas yang

lainnya.

c) Lingkungan masyarakat

Menurut Slameto (1988:73-74) lingkungan

masyarakat juga mempengaruhi prestasi belajar anak, hal

ini dapat terlihat apabila anak berada di lingkungan

masyarakat yang terpelajar dan mengutamakan cita-cita

serta pekerjaan yang baik maka anak tersebut akan

terdorong untuk belajar serta mewujudkan cita-citanya

tersebut, sebaliknya apabila anak tinggal di lingkungan

masyarakat yang tidak begitu memperdulikan pendidikan

maka anak tersebut akan malas-malasan ketika belajar.

(60)

Lingkungan kelompok yang dimaksud di sisni yaitu

lingkungan dimana anak bergaul dengan

teman-temannya. Apabila anak bergaul dengan teman yang

suka Play Station, suka meninton film kartun dan jarang

belajar maka anak tersebut akan ikut aktif mengikuti

kegiatan yang temannya lakukan, sehingga anak tersebut

akan malas untuk belajar dan akan memilih bermain

daripada belajar, karena permainan yang dia mainkan

lebih menarik daripada belajar. Sedangkan, untuk anak

yang bergaul dengan teman yang suka membaca, rajin

keperpustakaan, suka belajar bersama maka anak

tersebut akan secara aktif terlibat dalam kegiatan dan

akan lebih mementingkan belajar daripada beramain,

selain itu prestasinya akan jauh lebuh baik daripada anak

yang hanya suka bermain.

2) Faktor Budaya

Faktor budaya merupakan keadaan budaya dimana anak

tersebut hidup dan berkembang. Anak dapat mencapai

prestasinya apabila dalam lingkungan tersebut menerapkan akan

pentingnya budaya belajar serta menghargai betul akan

pentingnya belajar.

Gambar

Gambar 4.2 Diargram prestasi belajar siswa kelas VI SD Karitas Ngaglik
Gambar 2.1 Skema Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis dengan
Table 3.1 Jadwal penelitian
Table 3.2 Indikator Pola Asuh Orang Tua Demokratis
+7

Referensi

Dokumen terkait

perbedaan prestasi belajar siswa berdasarkan pola asuh orang tua (pola asuh otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh permisif) pada mata pelajaran akuntansi

Orang tua yang memiliki pola asuh permisif melakukan usaha dalam mengembangkan prestasi belajar anak antara lain dengan pemilihan sekolah, menanyakan aktivitas

Dalam hal proses mendidik dalam keluarga orang tua dalam memberikan pola asuh demokratis yang diterapkan dalam keluarga akan berdampak terhadap prestasi siswa dengan

Apakah tingkat pendidikan orang tua mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar matematika. Apakah pola asuh dan tingkat pendidikan orang tua berpengaruh

oleh Arif Isnani (2010) yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang.. signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar sedangkan prestasi. belajar ada

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa minat belajar mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan prestasi belajar siswa kelas

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui bagaimana pola asuh demokratis yang dilakukan oleh masing-masing orang tua, (2) mengetahui bagaimana prestasi

Interaksi anggota keluargaWidya, Sudarmaitin, Sugeng (2016) bahwa “terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar anak dan pola