• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan pola asuh orang tua demokratis terhadap prestasi belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Kanisius Demangan Baru tahun pelajaran 2010/2011 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan pola asuh orang tua demokratis terhadap prestasi belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Kanisius Demangan Baru tahun pelajaran 2010/2011 - USD Repository"

Copied!
199
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

KELAS V SEKOLAH DASAR KANISIUS DEMANGAN BARU TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Cicilia Oktarina Wijayanti NIM : 07 1134 016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii SKRIPSI

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR KANISIUS DEMANGAN BARU TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh:

CICILIA OKTARINA WIJAYANTI NIM : 07 1134 016

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Drs. Puji Purnomo, M.Si tanggal 26 Agustus 2011

Pembimbing II

(3)

iii SKRIPSI

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR KANISIUS DEMANGAN BARU TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Cicilia Oktarina Wijayanti NIM : 07 1134 016

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 12 September 2011 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Drs. Puji Purnomo, M. Si. ... Sekretaris : Dra. Haniek Sri Pratini, M. Pd. ... Anggota : Drs. Puji Purnomo, M. Si. ... Anggota : Drs. J. Sumedi ... Anggota : Drs. YB. Adimassana, M. A. ...

Yogyakarta, 12 September 2011

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan

(4)

iv

PERSEMBAHAN

(5)

v MOTTO

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 12 September 2011 Penulis

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Cicilia Oktarina Wijayanti

Nomor Mahasiswa : 071134016

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR KANISIUS DEMANGAN BARU TAHUN PELAJARAN 2010/2011

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal :12 September 2011

Yang menyatakan

(8)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V

SEKOLAH DASAR KANISIUS DEMANGAN BARU TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Cicilia Oktarina Wijayanti Universitas Sanata Dharma

2011

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui bagaimana pola asuh orang tua demokratis di Sekolah Dasar Kanisius Demangan Baru Tahun Pelajaran 2010/2011, (2) Mengetahui bagaimana prestasi belajar siswa kelas V di Sekolah Dasar Kanisius Demangan Baru Tahun Pelajaran 2010/2011, (3) Mengetahui adakah hubungan antara pola asuh orang tua demokratis terhadap prestasi belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Kanisius Demangan Baru Tahun Pelajaran 2010/2011, (4) Mengetahui besar sumbangan pola asuh orang tua demokratis terhadap prestasi belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Kanisius Demangan Baru Tahun Pelajaran 2010/2011.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif tingkat korelasi. Subyek penelitian yaitu siswa kelas V di Sekolah Dasar Kanisius Demangan Baru pada Tahun Pelajaran 2010/2011, yang berjumlah 113 siswa. Variabel penelitian ada dua yaitu variabel bebas pola asuh orang tua demokratis dan variabel terikat prestasi belajar siswa. Alat pengumpulan data berupa angket dan nilai rapor siswa. Teknik analisis data menggunakan teknik korelasi serial dengan taraf signifikansi 1%.

Hasil penelitian : (1) Pola asuh orang tua demokratis rendah sebesar 24%, pola asuh orang tua demokratis sedang sebesar 19%, dan pola asuh orang tua demokratis tinggi sebesar 57%. (2) Prestasi belajar siswa rendah 24%, prestasi belajar siswa sedang 55% dan prestasi belajar siswa tinggi 19%. (3) Pola asuh orang tua demokratis memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa dengan nilai r = 0,797 dan signifikan pada taraf 1%. (4) Pola asuh orang tua demokratis memberi sumbangan 79,7% terhadap prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua demokratis memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa kelas V di Sekolah Dasar Kanisius Demangan Baru, pada Tahun Pelajaran 2010/2011. Orang tua diharapkan menggunakan pola asuh orang tua demokratis, karena pola asuh orang tua demokratis sangat baik digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar anak.

(9)

ix ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN THE DEMOCRATIC NURTURING PATTERN AND THE ACADEMIC ACHIEVEMENT OF THE FIFTH GRADE

ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS OF KANISIUS DEMANGAN BARU IN THE ACADEMIC YEAR 2010/2011

Cicilia Oktarina Wijayanti Sanata Dharma University

2011

The aims of the research were to identity: (1) how democratic nurturing pattern of the fifth grade students of Kanisius Demangan Baru Elementary School in the Academic Year 2010/2011, was (2) how the academic achievement of the fifth grade of Kanisius Demangan Baru Elementary School in the Academic Year 2010/2011, was (3) and whether there was any correlation between democratic nurturing pattern and the academic achievement of the fifth grade of Kanisius Demangan Baru Elementary School in the Academic Year 2010/2011, (4) the role of the democratic nurturing pattern in the academic achievement of the fifth grade of Kanisius Demangan Baru Elementary School in the Academic Year 2010/2011. This research was a descriptive research of correlation levels. The research population was 113 fifth graders of Kanisius Demangan Baru Elementary School in the Academic Year 2010/2011. The two variables used in this research were the

democratic nurturing pattern serving on the independent variable and the student’s

academic achievement as the dependent variable. The data was collected using questionnaires and from the students grades, while the data gathering technique used serial correlation technique with the significant of 1%.

The results of this research were: (1) parent’s democratic nurturing pattern could be classified into low (24%), medium(19%), and high(57%), (2) student academic achievement could be categorized into low(24%), medium(55%), and high(19%), (3) the democratic nurturing had a positive and significant correlation towards the academic achievement with the value r= 0.797 and the significant 1% level, (4) the democratic nurturing contributed 79.9% of the academic

achievement. Based on these results it could be concluded that the parent’s

democratic nurturing pattern had a positive and significant correlation towards the academic achievement of the fifth graders of Kanisius Demangan Baru Elementary School in the Academic Year 2010/2011. Therefore, parents were suggested to apply democratic nurturing pattern because it could increase learning motivation.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma. Skripsi ini diberi judul

“Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Kelas V Sekolah Dasar Kanisius Demangan Baru Tahun Pelajaran 2010/2011”. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan nasehat dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph. D, selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Drs. Puji Purnomo, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar.

3. Drs. Puji Purnomo, M.Si, selaku dosen pembimbing pertama yang telah memberikan ijin penelitian, membagi ilmunya kepada penulis serta pesan-pesan yang sangat berarti bagi penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Drs. J. Sumedi, selaku dosen pembimbing kedua yang bersedia memberikan bimbingan, meluangkan waktu guna mengkritisi skripsi penulis sampai selesai.

5. Drs. YB. Adimassana, M. A, yang telah bersedia menguji skripsi.

6. Bapak dan Ibu Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membagikan ilmunya kepada penulis.

7. Karyawan-karyawati Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah bekerja dengan giat dan membagi senyumnya kepada penulis.

(11)

xi

9. Guru serta siswa Kelas VB SD Kanisius Wirobrajan yang sudah memperkenankan penulis untuk melakukan uji coba.

10. Y. Hariyanta, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Demangan Baru yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 11. Bapak dan Ibu Guru Kelas V SD Kanisius Demangan Baru yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk menggunakan kelas dan meminta data yang mendukung skripsi.

12. Siswa Kelas V SD Kanisius Demangan Baru Tahun Pelajaran 2010/2011 yang bersedia meluangkan waktu, untuk mengisi angket penelitian.

13. Orang tua ku Bapak FX. Wijiyono dan Ibu MM. Murjinem yang selalu memberikan doa, nasehat, dukungan, serta bantuan berupa materiil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

14. Mas Ari, Mbak Esti terima kasih atas dukungan, doa dan ceramahnya.

15. Yohanes Benny Triputro yang selalu memberi dukungan, senyum, doa serta perhatiannya.

16. Sahabat-sahabat ku : Master (07 1134 003), Anna (07 1134 010), Didik (07 1134 013), Beatrice (07 1134 014), Arnis (07 1134 015), Nuning (07 1134 021). Makasih teman-teman atas semua yang kalian bagi dengan ku.

17. Teman-teman PGSD S1 angkatan 2007, terima kasih atas kebersamaan kalian selama ini semoga kita selalu sukses. Serta semua orang yang membantu menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis tulis satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis menerima kritik maupun saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna kemajuan penulis di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa dan semua pihak yang membacanya.

(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Istilah ... 4

(13)

xiii

E. Manfaat Penelitian... 5

BAB II KAJIAN TEORI ... 6

A. Pola Asuh Orang Tua ... 6

1. Pengertian Pola Asuh ... 6

2. Macam Pola Asuh ... 6

3. Keunggulan Pola Asuh Demokratis ... 18

B. Prestasi Belajar ... 21

1. Pengertian Prestasi... 21

2. Pengertian Belajar ... 21

3. Pengertian Prestasi Belajar ... 23

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 23

C. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Demokratis terhadap Prestasi Belajar Siswa ... 37

D. Hipotesis ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Jenis Penelitian ... 40

B. Variabel Penelitian ... 40

C. Definisi Operasional Variabel ... 41

D. Tempat Penelitian... 41

E. Jadwal Penelitian ... 42

F. Subyek Penelitian ... 42

G. Alat Pengumpulan Data ... 43

(14)

xiv

2. Uji Coba Alat Ukur ... 53

3. Teknik Pengumpulan Data ... 59

4. Teknik Analisis Data ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Hasil Penelitian ... 64

1. Pola Asuh Orang Tua Demokratis Siswa Kelas V SD Kanisius Demangan Baru ... 64

2. Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Kanisius Demangan Baru ... 70

3. Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua Demokratis terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Kanisius Demangan Baru ... 77

4. Besar Sumbangan Pola Asuh Orang Tua Demokratis terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Kanisius Demangan Baru ... 87

B. Pembahasan ... 88

1. Pola Asuh Orang Tua Demokratis ... 88

2. Prestasi Belajar Siswa... 91

3. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa ... 93

BAB V PENUTUP ... 100

A. Kesimpulan ... 100

(15)

xv

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Jadwal penelitian ... 42

Tabel 3.2 Rincian subyek penelitian ... 42

Tabel 3.3 Indikator pola asuh orang tua demokratis ... 45

Tabel 3.4 Indikator dan sebaran item pola asuh orang tua demokratis sebelum uji coba ... 50

Tabel 3.5 Rangkuman hasil uji validitas ... 56

Tabel 3.6 Klasifikasi koefisien korelasi reliabilitas suatu tes ... 57

Tabel 3.7 Hasil perhitungan koefisien reliabilitas... 58

Tabel 3.8 Pengelompokan skor angket pola asuh orang tua demokratis ... 61

Tabel 3.9 Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi ... 63

Tabel 4.1 Data interval skor pola asuh orang tua demokratis ... 64

Tabel 4.2 Data skor pola asuh orang tua demokratis siswa kelas V SD Kanisius Demangan Baru Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 65

Tabel 4.3 Data interval nilai prestasi belajar siswa ... 71

Tabel 4.4 Data prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Demangan Baru Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 71

Tabel 4.5 Skor pola asuh orang tua demokratis dan prestasi belajar siswa ... 79

Tabel 4.6 Subyek tiap kelompok ... 82

(17)

xvii

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema hubungan pola asuh orang tua demokratis

terhadap prestasi belajar siswa ... 37 Gambar 4.1 Diagram persentase pola asuh orang tua demokratis

siswa kelas V SD Kanisius Demangan Baru

Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 70 Gambar 4.2 Diagram persentase prestasi belajar siswa kelas V SD

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Angket pola asuh demokratis (uji coba) ... 107 Lampiran 2 Hasil uji coba angket (skor 4,3,2,1) ... 115 Lampiran 3 Hasil uji coba angket (skor 0 dan 1) ... 119 Lampiran 4 Validitas tiap indikator dan sebaran item pola asuh

orang tua demokratis ... 123 Lampiran 5 Revisi item soal angket pola asuh orang tua demokratis ... 126 Lampiran 6 Hasil analisis uji validitas angket pola asuh

orang tua demokratis dengan program SPSS ... 127 Lampiran 7 Hasil analisis uji reliabilitas angket uji coba

pola asuh orang tua demokratis ... 128 Lampiran 8 Indikator dan sebaran item pola asuh orang tua

demokratis setelah uji coba ... 130 Lampiran 9 Kisi-kisi soal setelah uji coba ... 132 Lampiran 10 Angket pola asuh demokratis (penelitian) ... 134 Lampiran 11 Daftar nilai rapor kelas V SD Kanisius Demangan Baru

Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 140 Lampiran 12 Hasil angket penelitian (skor 4,3,2,1) ... 143 Lampiran 13 Hasil angket penelitian (skor 0 dan 1) ... 152 Lampiran 14 Hasil analisis uji reliabilitas angket penelitian

(20)

xx

Lampiran 15 Skor pola asuh orang tua demokratis dan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Demangan Baru

Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 166

Lampiran 16 Tabel nilai-nilai r Product-Moment dari Pearson ... 169

Lampiran 17 Tabel ordinat pada kurva normal ... 170

Lampiran 18 Hubungan antar kelompok pola asuh orang tua demokratis dengan kelompok prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisus Demangan Baru Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 172

Lampiran 19 Surat izin uji coba ... 176

Lampiran 20 Surat izin penelitian ... 177

Lampiran 21 Surat keterangan penelitian ... 178

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang yang paling dasar guna menempuh

pendidikan formal. Siswa SD pada umumnya berusia 6 - 12 tahun, pada usia ini

anak lebih bisa bersosialisasi dibandingkan pada masa kanak-kanak yang masih

bergantung pada orang lain (Piaget dan Inhelder, 2010:131). Anak SD pada

umumnya sudah bisa bersosialisasi untuk mempunyai teman bermain, hal ini

dapat terlihat pada saat anak bermain secara berkelompok.

Pada usia SD anak sudah mempunyai keinginan untuk bersaing dengan

teman bermainnya, hal ini dikarenakan pada usia tersebut anak mempunyai

keinginan untuk menjadi yang terbaik dibandingkan dengan teman yang lainnya.

Persaingan yang dilakukan anak usia SD misalnya dalam hal nilai yang

diperoleh di sekolah, dan menang kalah dalam permainan. Persaingan yang

dilakukan masih tergolong sehat, ini dikarenakan dalam diri anak tidak ada

niatan untuk berlaku tidak adil pada temannya.

Penulis pada saat melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL)

menemukan beberapa siswa yang memiliki keinginan untuk bersaing dengan

temannya, persaingan yang dilakukan dalam hal perebutan prestasi. Seperti yang

terlihat pada saat nilai Ujian Tengah Semester (UTS) matematika dibagikan ada

beberapa siswa yang nampak murung, hal ini dikarenakan nilai yang diperoleh

di bawah temannya. Siswa yang nilainya di bawah temannya berharap nilainya

(22)

Kegiatan belajar yang dilakukan anak di rumah tidak luput dari pantauan

anggota keluarga, hal ini dikarenakan pada anak usia SD masih membutuhkan

bimbingan dari anggota keluarga terlebih pada saat anak mempelajari lima mata

pelajaran inti yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), serta Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS). Penulis menemukan beberapa anak SD yang

mengalami kesulitan belajar pada lima mata pelajaran inti, hal ini penulis

temukan pada saat melaksanakan kegiatan bimbingan individu untuk tugas PPL.

Maka dari itu, dibutuhkan peran anggota keluarga guna meningkatkan prestasi

belajar anak khususnya pada lima bidang studi tersebut.

Anggota keluarga yang dimaksud yaitu, orang tua, kakak, adik, nenek,

kakek, tante, om dan saudara yang lainnya. Peran anggota keluarga sangat

dibutuhkan oleh anak, hal ini dikarenakan dalam belajar dipengaruhi oleh faktor

internal dan eksternal. Faktor internal meliputi faktor jasmani, psikologis, dan

non intelektual sedangkan faktor eksternal meliputi faktor sosial yang dimana

keluarga merupakan salah satu faktornya.(Ahmadi, 1991:130 - 131).

Anggota keluarga yang paling dominan dalam memantau anaknya belajar

yaitu orang tua. Orang tua mamantau serta memberikan pengasuhan yang tepat

kepada anaknya, karena orang tua mengharapkan anaknya dapat berhasil di

kemudian hari. Pengasuhan yang tepat, dapat membuat pertumbuhan anak

menjadi baik secara rohani maupun jasmani. Pola pengasuhan yang diterapkan

orang tua kepada anak ada beberapa macam, diantaranya pola asuh otoriter

(otoritarian), pola asuh demokratis (otoritatif), pola asuh mengabaikan, dan pola

(23)

Pola asuh otoriter misalnya, pola asuh ini menerapkan batas dan kendali

yang tegas kepada anak. Anak dengan pengasuhan otoriter akan pula menjadi

tegas namun tidak akan peduli dengan penjelasan apapun. Pola asuh demokratis

mendorong anak untuk mandiri dan menerapkan batas yang wajar pada tindakan

mereka, Anak dengan pengasuhan ini bisa mandiri, dan berorientasi pada

prestasinya. Pola asuh mengabaikan orang tua tidak terlibat dalam kegiatan yang

dilakukan oleh anak, akibatnya pengendalian dirinya buruk. Pola asuh yang

menuruti, orang tua sangat telibat dalam kehidupan anak namun tidak menuntut

ataupun mengontrol akibatnya anak menjadi manja (Santrock, 2007:167).

Orang tua yang menerapkan pola pengasuhan demokratis biasanya

memiliki anak yang peduli terhadap sesama, ceria, serta memiliki prestasi yang

baik. Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk mengetahui lebih

lanjut apakah pola asuh orang tua demokratis dapat mempengaruhi prestasi

belajar siswa. Oleh karena itu penulis bermaksud untuk melakukan penelitian

tentang : Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis terhadap Prestasi Belajar

Siswa Kelas V Sekolah Dasar Kanisius Demangan Baru Tahun Pelajaran

2010/2011.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang akan diselidiki

oleh penulis yaitu :

1. Bagaimanakah pola asuh orang tua demokratis siswa kelas V Sekolah Dasar

(24)

2. Bagaimanakah prestasi belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Kanisius

Demangan Baru Tahun Ajaran 2010/2011?

3. Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua demokratis terhadap

prestasi belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Kanisius Demangan Baru

Tahun Pelajaran 2010/2011?

4. Seberapa besar sumbangan pola asuh demokratis terhadap prestasi belajar

siswa kelas V Sekolah Dasar Kanisius Demangan Baru Tahun Pelajaran

2010/2011?

C. Batasan Istilah

Batasan istilah pada penelitian ini yaitu pola asuh orang tua demokratis dan

prestasi belajar siswa. Berikut ini merupakan penjelasan dari pola asuh orang tua

demokratis dan prestasi belajar siswa:

a. Pola asuh orang tua demokratis merupakan pola asuh yang dimana orang tua

mendorong anak untuk dapat memiliki sikap mandiri namun orang tua tetap

menerapkan batas dan kendali secara wajar pada apa saja yang akan

dilakukan oleh anak. Anak dengan pengasuhan demokratis merupakan anak

yang berorientasi tinggi pada prestasi

b. Prestasi belajar merupakan hasil usaha kegiatan belajar yang meliputi

penguasaan pengetahuan serta keterampilan yang dipengaruhi oleh faktor

internal maupun eksternal kemudian dinyatakan dalam bentuk angka

(25)

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan guna mencapai tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui bagaimana pola asuh orang tua demokratis siswa kelas V SD

Kanisius Demangan Baru Tahun Pelajaran 2010/2011.

2. Mengetahui bagaimana prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius

Demangan Baru Tahun Pelajaran 2010/2011.

3. Mengetahui adakah hubungan antara pola asuh orang tua demokratis

terhadap prestasi belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Kanisius Demangan

Baru Tahun Pelajaran 2010/2011.

4. Mengetahui seberapa besar sumbangan pola asuh orang tua demokratis

terhadap prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Demangan Baru Tahun

Pelajaran 2010/2011.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta

pengalaman tentang pola pengasuhan orang tua yang dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu bahan

referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan

(26)

6

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pola Asuh Orang tua

1. Pengertian Pola Asuh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1088) pola merupakan

gambaran yang digunakan sebagai contoh. Sedangkan asuh, menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (2008:96) merupakan jaga, bimbing serta pimpin.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua

merupakan gambaran yang digunakan oleh orang tua guna membimbing,

menjaga serta memimpin anaknya. Pengasuhan yang diberikan ini dimaksudkan

supaya anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan

usianya, perkembangan yang diharapkan oleh orang tua yaitu dapat berkembang

baik secara jasmani maupun rohani.

2. Macam Pola Asuh

Pola asuh orang tua merupakan suatu gaya pengasuhan yang digunakan

orang tua guna mendidik anaknya. Pola asuh orang tua terdiri dari pola asuh

otoriter (authoritarian), pola asuh demokratis (authoritative), pola asuh yang

mengabaikan, dan pola asuh yang menuruti (Santrock, 2007:167). Berikut ini

akan dijabarkan penjelasan tentang pola asuh orang tua:

a. Pola Asuh Orang Tua Otoriter (authoritarian)

Pola asuh orang tua otoriter merupakan suatu pola asuh yang mana

(27)

dilakukan oleh anak. Orang tua yang menggunakan pola asuh otoriter ini,

biasanya memutuskan segala sesuatu yang berkaitan dengan anak tanpa

memperdulikan pendapat anak. Orang tua menghukum anak karena

tindakan yang dilakukan anak, tidak sesuai dengan apa yang diharapkan

orang tua. Anak tidak diperkenankan untuk menyampaikan pendapatnya,

sehingga keterampilan berkomunikasi anak menjadi berkurang. Orang tua

yang menerapkan pola asuh seperti ini, akan menciptakan anak yang

pemberontak dan keras kepala (Gunarsa, 2004:279 - 280).

Menurut Budiyanto (1992:136 - 138) pola asuh otoriter sama halnya

dengan pola asuh autokrat. Pola asuh otoriter disini, orang tua bersikap

bahwa anak harus menuruti semua hal yang orang tua inginkan dengan cara

memaksa supaya anak mau melakukannya. Anak dengan pengasuhan yang

seperti ini akan menjadi anak yang berkecil hati, merasa bahwa mereka

tidak mampu mengatasi permasalahan secara sendiri, membe rontak dan

menolak saran dari orang tua.

Menurut Yusuf (2010:51) pola asuh otoriter yaitu pola asuh di mana

orang tua bersikap rendah hati namun dengan kontrol atau pengawasan yang

tinggi. Orang tua yang menggunakan pengasuhan otoriter suka menghukum

anak secara fisik, misalnya dengan memukuli anak, orang tua bersikap

mengomando atau bak ketua yang sedang mengatur anak buahnya untuk

melakukan sesuatu namun anak tidak diberi kesempatan untuk berpendapat.

Anak dengan pengasuhan yang seperti ini akan menjadi anak yang mudah

tersinggung, penakut, mudah stres, pemurung dan tidak mempunyai arah

(28)

Pola asuh otoriter menurut Widyarini (2009:11) yaitu pola asuh yang

mana orang tua berusaha untuk mengendalikan serta mengevaluasi semua

perilaku anak berdasarkan standar mutlak dan nilai-nilai kepatuhan yang

sudah ditetapkan oleh orang tua. Orang tua yang menerapkan pola

pengasuhan otoriter jarang mengabulkan keinginan si anak, sehingga anak

merasa tertekan dan tidak bebas mengutarakan apa yang anak inginkan.

Orang tua sering menerapkan hukuman kepada anak, karena anak tidak

menjalankan tugas sesuai dengan apa yang diharapkan orang tua.

Menurut Hartono (2009:28 - 29) pola asuh otoriter sama dengan pola

asuh orang tua yang “tidak menyetujui”, dalam pola asuh ini orang tua

memiliki kecenderungan untuk meremehkan kemampuan anak. Orang tua

yang menerapkan pola asuh otoriter sering menghukum anak, hal ini

dilakukan walaupun anak tersebut tidak melakukan kesalahan. Pola

pengasuhan otoriter membuat orang tua menekankan kepatuhan kepada

anak, baik tingkah lakunya maupun menekankan kepatuhan pada

pedoman-pedoman yang sudah ditentukan oleh orang tua. Anak dengan pola

pengasuhan seperti ini membuat anak mengalami kesulitan untuk mengatur

emosinya.

Pola asuh otoriter merupakan suatu pola asuh di mana orang tua sering

menanamkan sikap disiplin kepada anak, hal ini dimaksudkan supaya anak

dapat memenuhi apa yang diinginkan oleh orang tua. Anak yang mendapat

pengasuhan otoriter dari orang tuanya, akan menjadi anak yang canggung

dalam bergaul, selalu tegang, bimbang dan bahkan menjadi labil (Kartono,

(29)

Menurut Bidulph (1987:49 - 50) pola asuh otoriter merupakan suatu

pola asuh di mana orang tua memiliki sifat agresif. Orang tua yang memiliki

sifat agresif ini biasanya selalu marah pada anak walaupun anak tersebut

kedapatan tidak bersalah. Orang tua yang menerapkan pengasuhan seperti

ini akan mendapati anak yang takut dan terancam atau anak tersebut akan

suka melawan perintah orang tua.

Menurut Baumrind dalam buku Perkembangan Anak (Santrock,

2007:167) pola asuh otoriter (authoritarian) yaitu pola asuh di mana orang

tua bersikap membatasi, menghukum, serta menuntut anak supaya anak

menuruti apa yang diinginkan oleh orang tua. Orang tua yang menerapkan

pola pengasuhan otoriter menerapkan batas dan kendali pada anak serta

meminimalisir adanya perdebatan secara verbal. Orang tua yang

menggunakan pola pengasuhan otoriter sering memukul anak, serta

menuntut anak menuruti apa yang telah ditentukan oleh orang tuanya. Anak

dengan pengasuhan otoriter akan menjadi anak yang ketakutan, minder,

tidak bahagia, serta memiliki kemampuan berkomunikasi yang kurang baik.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pola

asuh otoriter yaitu pola asuh yang dimana orang tua bersikap tegas, disiplin,

serta menuntut anak untuk menuruti apa saja yang diinginkan oleh orang

tuanya. Orang tua yang menerapkan pengasuhan otoriter sering menerapkan

hukuman kepada anak dalam bentuk fisik. Hal ini dilakukan supaya apa

yang diharapkan oleh orang tua dapat dipenuhi oleh anak dan untuk

(30)

Anak dengan pengasuhan otoriter akan menjadi anak yang mudah stres,

hal ini terjadi karena luapan emosi yang tidak dapat anak utarakan atau

ungkapkan. Selain itu, anak akan merasa tidak nyaman bersama dengan

orang tuanya. Maka tak jarang anak dengan pola asuh otoriter merasa tidak

nyaman berada di rumah sendiri.

b. Pola Asuh Orang Tua Demokratis (authoritative)

Menurut Baumrind dalam buku Perkembangan Anak (Santrock,

2007:167) pola asuh orang tua demokratis (authoritative) yaitu pola asuh

yang mana orang tua mendorong anak untuk mandiri namun dengan

menerapkan batas dan kendali secara wajar pada apa saja yang dilakukan

oleh anak. Orang tua yang menerapkan pola pengasuhan demokratis

bersikap hangat dan penyayang. Orang tua yang demokratis menunjukkan

dukungan dan rasa senangnya atas perbuatan positif yang telah dilakukan

oleh anak. Orang tua yang menerapkan pola pengasuhan demokratis ini,

mengharapkan supaya anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal

sesuai dengan usianya. Anak dengan pengasuhan demokratis akan menjadi

anak yang ceria, ramah, mandiri, mampu mengatasi stres dengan baik, dan

berorientasi pada prestasi.

Pola asuh demokratis menurut Hartono (2009:30 - 31) merupakan pola

asuh di mana orang tua demokratis merupakan orang tua pelatih emosi.

Orang tua demokratis dalam hal ini merupakan orang tua yang sabar,

berempati dengan semua yang dikatakan maupun yang dirasakan anak,

membantu anak untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dialami

(31)

emosi. Anak yang dibesarkan dengan gaya pengasuhan yang seperti ini akan

menjadi anak yang bisa mengatur emosinya sendiri, menyelesaikan

masalahnya sendiri, mempunyai harga diri yang tinggi, mampu mempunyai

kesadaran akan pentingnya belajar, serta mampu bergaul dengan siapa saja

dengan baik.

Menurut Budiyanto (1992:6 - 9) pola asuh demokratis yaitu pola asuh

yang mana orang tua memberi kesadaran kepada anak bahwa dia harus

bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan kepada dirinya sendiri dan

bukan kepada orang lain. Orang tua demokratis memiliki tanggung jawab

serta kewajiban untuk membimbing serta mengasuh anaknya, namun tidak

mempunyai hak untuk memaksakan kehendaknya sendiri kepada anak.

Anak dengan pengasuhan demokratis sadar betul bahwa dia diberi

kebebasan serta ketertiban, kebebasan dan ketertiban disini dimaksudkan

supaya anak mengerti bahwa apa yang dia lakukan memiliki

konsekuensinya sendiri. Seperti contoh, anak diberi kebebasan untuk

bangun siang namun akibatnya yang berkaitan dengan ketertiban anak

tersebut akan terlambat untuk sampai di sekolah. Anak dengan pengasuhan

demokratis dilatih betul akan pentingnya bertanggung jawab, hal inilah yang

menyebabkan anak dapat menjadi mandiri.

Menurut Widyarini (2009:11) pola asuh demokratis merupakan pola

asuh yang mana orang tua berusaha mengarahkan anaknya secara rasional,

menghargai komunikasi yang terjadi antara anak dengan orang tua maupun

anak dengan orang lain serta memberi kesempatan kepada anak untuk

(32)

tua tidak mengambil posisi mutlak, tetapi juga tidak mendasarkan pada

kebutuhan anak semata”, hal ini dapat terlihat bahwa orang tua demokratis

tidak sepenuhnya mengiyakan atas apa yang diinginkan oleh anak, namun

hanya bersifat mendukung atas apa yang akan dilakukan oleh anak, dan

selanjutnya anaklah yang mempunyai peran besar dalam mewujudkan

keinginannya tersebut.

Menurut Yusuf (2010:52) pola asuh demokratis merupakan pola asuh di

mana orang tua memiliki sikap renponsif atas apa yang dibutuhkan oleh

anak, membantu anak supaya anak mampu mengungkapkan pendapat

maupun hal-hal yang ingin anak ketahui, serta memberi penjelasan tentang

akibat dari perbuatan yang baik maupun yang buruk. Anak dengan

pengasuhan demokratis akan menjadi anak yang memiliki sikap setia

kawan, percaya diri, mampu mengendalikan emosi, sopan, mampu

bekerjasama dengan orang lain, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,

mampu menentukan tujuan hidup yang ingin dicapainya, serta berpusat pada

prestasi maupun keberhasilannya.

Menurut Gunarsa (2004:280 - 281) pola asuh demokratis yaitu pola

asuh di mana anak selalu dilibatkan dalam urusan keluarga maupun dalam

urusan anak itu sendiri. Orang tua demokratis menekankan peraturan,

norma-norma serta nilai-nilai namun mereka bersedia untuk mendengarkan,

memberi penjelasan serta bernegosiasi dengan anak. Orang tua demokratis

menyatakan kekecewaan pada anak tidak dengan tindakan fisik melainkan

dengan tindakan verbal, hal ini dilakukan karena hal ini lebih efektif dan

(33)

sesuatu. Anak dengan pengasuhan demokratis akan merasa bahwa suasana

rumah begitu nyaman, penuh dengan kehangatan, serta anak akan memiliiki

sikap untuk menghormati orang lain.

Menurut Bidulph (1987:52 - 59) pola asuh demokratis merupakan pola

asuh yang mana orang tua memiliki sikap tegas kepada anak. Tegas yang

dimaksud disini yaitu terbuka, memiliki tindakan yang mantap, percaya diri

serta tenang. Anak yang hidup dengan pengasuhan demokratis sadar betul

apa yang dikatakan oleh orang tua merupakan sesuatu yang harus mereka

laksanakan, tetapi anak sama sekali tidak merasa bahwa hal tersebut

merupakan tekanan dari orang tua.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pola asuh demokratis

yaitu pola asuh yang dimana orang tua mendorong anak untuk dapat

memiliki sikap mandiri namun orang tua tetap menerapkan batas dan

kendali secara wajar pada apa saja yang akan dilakukan oleh anak. Anak

bebas melakukan apa saja namun dengan memperhatikan nilai, norma serta

peraturan yang berlaku dalam agama, masyarakat maupun keluarga. Hal-hal

yang akan dilakukan oleh anak merupakan hal-hal yang setidaknya anak

sudah tahu betul dampak yang akan terjadi pada setiap tindakan yang akan

dilakukannya.

Anak dengan pengasuhan demokratis merupakan anak yang

berorientasi tinggi pada prestasi, jadi dapat dilihat bahwa orang tua yang

menerapkan pola asuh demokratis merupakan orang tua yang peduli betul

akan pendidikan anak. Anak diberi kebebasan untuk memilih apa yang dia

(34)

memiliki peranan penting dalam mewujudkan keinginannya tersebut. Anak

dengan pola pengasuhan demokratis akan merasa nyaman di rumah, hal ini

dikarenakan suasana rumah yang begitu hangat, penuh akan rasa saling

menghormati serta rasa kebersamaan yang ada di dalamnya.

c. Pola Asuh Orang Tua yang Mengabaikan

Menurut Gunarsa (2004:281) pola asuh orang tua yang mengabaikan

merupakan pola asuh yang mana orang tua tidak memiliki kepedulian

terhadap anak, memberikan izin kepada anak untuk melakukan apa saja

tanpa mengontrol ataupun memberi batasan-batasan. Anak yang diasuh

dengan pola pengasuhan seperti ini akan menjadi anak yang kurang bisa

mengontrol dirinya sendiri, hal ini dikarenakan kurangnya kepedulian dari

orang tua.

Menurut Budiyanto (1992:135 - 136) pola asuh orang tua yang

mengabaikan sama halnya dengan pola asuh „permisif‟, dalam pola asuh ini

orang tua selalu menghindari konflik dengan anak hal ini dikarenakan,

orang tua merasa tidak ada hak untuk ikut campur dengan apapun yang

dilakukan oleh anak. Anak dengan pengasuhan seperti ini akan bebas

menggunakan alkohol, obat bius, serta bebas melakukan apa saja yang dia

mau. Anak dengan pengasuhan seperti ini, akan kehilangan harapan serta

merasa bahwa hidup mereka tidak ada artinya bagi keluarga mereka atau

orang tua mereka.

Pola asuh orang tua yang mengabaikan menurut Hartono (2009:27 - 28)

merupakan pola asuh yang mana orang tua tidak mementingkan perasaan

(35)

dilakukan oleh anak. Hal ini dikarenakan orang tua merasa tidak nyaman

dengan tindakan anak, orang tua merasa takut dengan tindakan anak, orang

tua kewalahan mengatur emosi anak sehingga orang tua tidak mempunyai

keinginan untuk menanggapi apapun yang dilakukan oleh anak. Anak

dengan pengasuhan seperti ini akan mengalami kesulitan untuk mengatur

emosi mereka.

Pola asuh orang tua yang mengabaikan merupakan pola asuh yang di

mana orang tua tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak dengan pola asuh

yang seperti ini, akan beranggapan bahwa kehidupan orang tua jauh lebih

penting daripada kehidupan dirinya sendiri. Anak dengan pengasuhan

seperti ini akan menjadi anak yang kurang memiliki keterampilan sosial,

kurang bisa mengendalikan emosinya, tidak bisa mandiri atau bergantung

pada bantuan orang lain, tidak bisa bersikap dewasa, serta memiliki harga

diri yang rendah (Santrock, 2007:167).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pola

asuh orang tua yang mengabaikan merupakan pola asuh orang tua di mana

orang tua tidak memiliki kepedulian atas apa yang dilakukan oleh anak.

Pola asuh ini menekankan bahwa orang tua merasa tidak ada hak untuk ikut

campur dengan apapun yang dilakukan oleh anak, sehingga anak merasa

bahwa kehidupannya tidak jauh lebih penting daripada kehidupan orang

tuanya. Anak dengan pengasuhan seperti ini akan menjadi anak yang kurang

bisa mengontrol emosinya, bergantung pada orang lain, tidak bisa bersikap

(36)

d. Pola Asuh Orang Tua yang Menuruti

Menurut Santrock (2007:167 - 168) pola asuh orang tua yang menuruti

merupakan pola asuh yang mana orang tua terlibat aktif dalam kehidupan

anak namun tidak terlalu menuntut atau mengontrol setiap tindakan anak.

Anak dengan pengasuhan seperti ini, akan menjadi anak yang kurang bisa

mengendalikan diri, mengharap setiap keinginannya dapat terpenuhi

(manja), kurang memiliki rasa hormat terhadap orang tua, serta mengalami

kesulitan untuk bergaul dengan teman sebaya.

Menurut Widyarini (2009:11) pola asuh orang tua yang mengabaikan

merupakan pola asuh yang mana orang tua berusaha berperilaku menerima

dan bersikap positif pada keinginan serta hal-hal yang dilakukan oleh anak.

Orang tua permisif sedikit memberi tanggungjawab rumah tangga kepada

anak, selain itu anak juga diberi kebebasan untuk melakukan apa saja tanpa

adanya kontrol dari orang tua. Anak dengan pengasuhan yang seperti ini

akan menjadi anak yang manja, kurang memiliki tanggungjawab atas apa

yang dia lakukan, serta memiliki pengendalian diri yang rendah.

Pola asuh orang tua yang menuruti merupakan pola asuh yang mana

orang tua bersikap berlebih dalam memberikan perhatian kepada anak.

Orang tua memberi perhatian berlebih dikarenakan orang tua terlampau

cemas dengan apa yang hendak dilakukan oleh anaknya. Perhatian yang

berlebih ini membuat anak sangat bergantung pada orang tuanya serta

kehilangan kesempatan untuk dapat berkembang atau belajar dengan

(37)

Menurut Yusuf (2010:52) pola asuh orang tua yang menuruti

merupakan pola asuh yang mana orang tua memiliki sikap menerima

tindakan anak dengan sangat baik namun dengan kontrol yang sangat

rendah, selain itu anak diberi kebebasan untuk mengutarakan apa saja yang

dia inginkan. Pola asuh yang seperti ini menyebabkan anak menjadi

bersikap memberontak, memiliki pengendalian diri yang rendah, kurang

memiliki rasa percaya diri, tidak memiliki tujuan hidup yang jelas dan

memiliki prestasi yang rendah.

Menurut Hartono (2009:29 - 30) pola asuh orang tua yang menuruti

sama halnya dengan pola asuh Laissez-Faire yang mana orang tua

menerima semua perkataan anak, dengan mudah memberi izin kepada anak,

tidak membantu maupun mengajarkan kepada anak bagaimana caranya

memecahkan suatu masalah. Anak dengan pengasuhan yang seperti ini akan

menjadi anak yang tidak bisa belajar bagaimana cara mengontrol emosi,

mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, dan mengalami kesulitan ketika

harus bergaul dengan orang lain.

Menurut Gunarsa (2004:281) pola asuh orang tua yang menuruti yaitu

pola asuh orang tua di mana orang tua menunjukkan dukungan

emosionalnya kepada anak namun mereka kurang memberi kontrol kepada

anak. Orang tua di dalam pola asuh ini memberikan izin kepada anaknya

untuk melakukan apa saja yang mereka inginkan, akibatnya orang tua

cenderung mengalah dengan keputusan anak. Anak dengan pengasuhan

(38)

sendiri, egois, selalu memaksakan keinginanya tanpa memperdulikan

perasaan orang lain maupun orang tuanya serta manja.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang

tua yang menuruti merupakan suatu pola asuh yang dimana orang tua

menerima semua tindakan maupun perkataan anak namun dengan kontrol

maupun pengawasan yang sangat kurang. Anak dengan pengasuhan yang

seperti ini, akan menjadi anak yang kurang bisa mengontrol dirinya sendiri

termasuk keinginannya sehingga kadang memaksakan keinginannya tanpa

memperdulikan perasaan orang lain, selain itu anak dengan pengasuhan

yang seperti ini akan mengalami kesulitan ketika harus bersosialisasi dengan

orang lain.

3. Keunggulan Pola Asuh Orang Tua Demokratis

Pola asuh orang tua demokratis merupakan pola asuh yang paling efektif

digunakan untuk membimbing serta mengasuh anak, hal ini dikarenakan dalam

pola asuh demokratis terdapat hal-hal yang sangat menonjol dibanding dengan

pola asuh yang lain. Berikut ini akan dijabarkan beberapa hal yang merupakan

keunggulan dari pola asuh orang tua demokratis (Santrock, 2007:168) :

a. Menerapkan Keseimbangan yang Baik Antara Kendali dengan Otonomi

Pola asuh demokratis menerapkan keseimbangan yang amat baik antara

kendali dengan otonomi, hal ini dapat terlihat ketika orang tua memberi

kesempatan kepada anak untuk belajar mandiri dan orang tua memberi

(39)

b. Orang Tua Demokratis Cenderung Melibatkan Anak dalam Berbagai Hal

Melibatkan anak dalam berbagai hal yang dimaksud disini yaitu bahwa

orang tua memberi kesempatan kepada anak untuk berperan aktif dalam

kegiatan yang akan dilakukan di rumah atau dalam berbagai hal yang

berkaitan dengan urusan keluarga, seperti halnya anak diberi kesempatan

untuk mengutarakan pendapatnya tentang warna cat apa yang sebaiknya

digunakan untuk menghiasi ruang makan. Anak yang sejak dini dilatih

untuk mengutarakan pendapatnya akan lebih mudah berkomunikasi dengan

orang lain.

c. Kehangat serta Keterlibatan antara Anak dengan Orang Tua

Orang tua demokratis memberikan rasa nyaman kepada anak mereka,

sehingga anak mereka merasa bahwa dekat dengan orang tua adalah salah

satu hal yang menyenangkan, kedekatan inilah yang membuat anak mau

terlibat aktif dalam kegiatan yang dilakukan bersama anggota keluarga.

d. Anak dengan Pengasuhan Demokratis Berorientasi pada Prestasi

Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis sangat peduli dengan

pendidikan anak, hal ini dapat terlihat ketika anak diberi pengarahan bahwa

pendidikan sangat penting untuk kehidupannya kelak. Anak dengan

pengasuhan demokratis memiliki prestasi yang lebih baik dibanding dengan

anak lainnya, hal ini dikarenakan anak belajar dengan kesadarannya sendiri

dan bukan karena bujukan atau aturan dari orang lain, selain itu karena anak

memiliki kesadaran bahwa belajar merupakan sesuatu hal yang penting

(40)

e. Mampu Mengatasi Stres dengan Baik

Anak dengan pengasuhan demokratis dapat mengatasi permasalahan

dengan baik, hal terlihat ketika anak diberi kesempatan oleh orang tuanya

untuk mengutarakan apa yang dia rasakan. Anak dengan pengasuhan

demokratis mampu mengatasi stres dengan baik, karena anak telah dilatih

oleh orang tuanya untuk mengungkapkan apa yang sedang dia rasakan,

sehingga apa yang anak sedang rasakan dapat diungkapkan baik melalui

perbuatan positif maupun dengan cara bercerita.

f. Mandiri

Anak dengan pengasuhan demokratis lebih mandiri dibanding dengan

anak yang lainnya, hal ini dikarenakan pada anak dengan pengasuhan

demokratis diberi kesempatan sejak dini untuk melakukan sesuatunya secara

sendiri, sehingga dengan adanya kesempatan untuk melakukan apa saja

secara mandiri ataupun sendiri anak merasa yakin bahwa dia mampu

melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain.

g. Mampu Bersosialisasi dengan Orang Lain

Anak dengan pengasuhan demokratis diberi kesempatan oleh orang

tuanya untuk berkomunikasi secara baik dengan orang lain, hal ini

dimaksudkan supaya anak mampu dan tanpa canggung berkomunikasi

dengan orang lain dan akan lebih mudah masuk dalam lingkungan baru

(41)

B. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (Deppennas, 2008:1101)

prestasi merupakan suatu hasil yang telah berhasil dicapai atau diperoleh setelah

melakukan sesuatu maupun mengerjakan sesuatu. Bisa dikatakan bahwa prestasi

merupakan suatu pencapaian yang berhasil diraih oleh seseorang setelah

seseorang tersebut berhasil melampaui sesuatu hal yang sebelumnya belum

pernah dia lakukan maupun belum pernah terwujud atau berhasil dilakukan.

2. Pengertian Belajar

Belajar menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008:24) merupakan suatu usaha

yang dilakukan guna mengetahui sesuatu yang belum pernah dikuasai maupun

dimengerti guna memperoleh ilmu pengetahuan, kepandaian maupun

keterampilan dengan kata lain belajar merupakan suatu proses untuk mencapai

maupun memperoleh suatu hal yang sama sekali belum pernah dicapai.

Menurut Nurwanto (1996:85) belajar merupakan suatu perubahan dalam

tingkah laku yang mana perubahan tersebut dapat menyebabkan tingkah laku

seseorang menjadi lebih baik atau bahkan membuat tingkah laku seseorang

tersebut menjadi buruk, tingkah laku yang berubah ini dipengaruhi oleh hal apa

yang sedang dipelajari oleh seseorang tersebut. Seseorang dapat menjadi baik

maupun buruk apabila seseorang tersebut belajar tentang hal baik maka tingkah

lakunya akan menjadi baik, sebaliknya apabila seseorang tersebut belajar tentang

(42)

Menurut Guilford dalam buku Psikologi Pendidikan (Mustaqim, 2008:34)

belajar merupakan perubahan tingkah laku yang mana perubahan tingkah laku

tersebut diperoleh dengan adanya rangsangan dari luar. Seseorang dapat

merubah tingkah lakunya hal ini dikarenakan rangsangan yang diperolehnya

membantunya untuk merubah tingkah lakunya, perubahan tingkah laku ini

tergantung pada rangsangan yang diterimanya rangsangan tersebut dapat

merubah perilakunya menjadi lebih baik atau bahkan membuat tingkah laku

menjadi buruk.

Menurut Hamalik (1990:189) belajar merupakan perubahan tingkah laku

yang relatif mantap yang diperoleh karena adanya latihan serta pengalaman.

Tingkah laku seseorang dapat menjadi mantap atau menjadi lebih baik hal itu

disebabkan karena adanya latihan yang dilakukan secara terus-terus menerus

sehingga dengan adanya latihan tersebut seseorang dapat memperoleh

pengalaman yang berbeda-beda yang membuatnya dari hari ke hari menjadi

lebih mantap.

Belajar menurut teori behaviorisme dalam buku Belajar dan Pembelajaran

Prasekolah dan Sekolah Dasar (2008:3) merupakan “perubahan tingkah laku

yang terjadi melalui proses stimulus dan respon yang bersifat mekanisme”.

Perubahan tingkah laku terjadi karena adanya pengaruh dari luar sehingga

seseorang dapat merespon sesuatu sesuai dengan stimulus yang diterimanya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan

perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya rangsangan dari luar berupa

latihan serta pengalaman sehingga membuat tingkah laku seseorang, pemahaman

(43)

3. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1101) prestasi belajar

merupakan suatu penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan melalui mata pelajaran yang kemudian ditunjukkan dengan

adanya nilai ujian maupun nilai yang telah diberikan oleh guru. Menurut

Tirtonegoro (1984:43) prestasi belajar merupakan penilaian hasil usaha kegiatan

belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka maupun huruf pada rapor yang

telah dicapai anak dalam periode tertentu. Menurut Ahmadi (1991:130) prestasi

belajar merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya

baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal)

individu. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

prestasi belajar merupakan hasil usaha kegiatan belajar yang meliputi

penguasaan pengetahuan serta keterampilan yang dipengaruhi oleh faktor

internal maupun eksternal kemudian dinyatakan dalam bentuk angka maupun

simbol dalam rapor yang telah dicapai anak dalam periode tertentu.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, berikut ini akan

dijabarkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar (Ahmadi,

1991:130 - 131):

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri anak.

(44)

kematangan fisik maupun psikis. Berikut ini akan dijabarkan lebih jauh

beberapa faktor internal tersebut:

1) Faktor Jasmani

Faktor jasmani ini meliputi faktor kesehatan dan juga cacat tubuh

(Slameto, 1988:56 - 57). Seseorang yang memiliki kondisi tubuh yang

sehat, maka seseorang tersebut akan dapat belajar dengan baik. Ia akan

mampu menguasai apa sedang ia pelajari tanpa terganggu oleh kondisi

fisik yang kurang baik. Cacat tubuh juga sangat mempengaruhi prestasi

belajar, hal ini dapat terlihat apabila anak memiliki cacat tubuh dan

bersekolah di sekolah dengan anak yang tidak memiliki cacat tubuh,

maka anak yang memiliki cacat tubuh tersebut akan sulit menyamakan

hal-hal yang temannya pelajari. Anak dengan cacat tubuh sebaiknya

disekolahkan di sekolah yang khusus, hal ini dimaksudkan untuk

mengurangi pengaruh kecacatan yang anak tersebut miliki.

2) Faktor Psikologis

Faktor psikologis ini terdiri dari faktor intelektif dan non intelektif.

Faktor intelektif ini terdiri dari faktor potensial (bakat) dan faktor

kecakapan nyata (prestasi), sedangkan faktor non intelektif merupakan

hal-hal yang berkaitan dengan kepribadian. Berikut ini akan dijabarkan

tentang faktor intelektif dan juga faktor non intelektif.

a) Faktor Intelektif

(1) Faktor Potensial

Faktor potensial merupakan kecerdasan serta bakat yang

(45)

belajar hal ini dikarenakan, apabila anak belajar sesuai dengan

bakatnya maka anak tersebut akan memperoleh hasil belajar

yang baik. Maka dari itu, orang tua perlu mengetahui bakat apa

yang dimiliki oleh anaknya, hal ini dimaksudkan supaya orang

tua dapat membantu anak untuk mengembangkan bakat yang

telah dimiliki (Slameto, 1988:59).

(2) Faktor Kecakapan Nyata

Faktor kecakapan nyata juga dapat mempengaruhi prestasi

belajar anak, hal ini dikarenakan faktor kecakapan nyata yaitu

prestasi yang telah dimiliki oleh anak. Anak dapat termotivasi

untuk berprestasi lagi apabila anak tersebut sudah pernah

memiliki prestasi.

b) Faktor Non Intelektif

Faktor non intelektif ini terdiri dari beberapa hal yang berkaitan

dengan kepribadian seperti halnya minat, motivasi, kematangan,

kesiapan, perhatian, serta kebutuhan (Slameto, 1988:58 - 61).

(1) Minat

Menurut Slameto (1988:59) minat merupakan

kecenderungan yang dimiliki seseorang secara tetap yang

digunakan untuk memperhatikan maupun untuk mengingat

beberapa kegiatan. Minat sangat mempengaruhi prestasi belajar,

hal ini dikarenakan apabila anak belajar tidak sesuai dengan

(46)

(2) Motivasi

Motivasi sangat mempengaruhi prestasi belajar, hal ini

dikarenakan motivasi sangat dibutuhkan anak dalam kegiatan

belajar. Motivasi yang dapat diberikan kepada anak supaya anak

dapat belajar secara optimal yaitu dengan memberikan

latihan-latihan kepada anak, dengan adanya latihan-latihan-latihan-latihan tersebut

anak akan termotivasi untuk belajar (Slameto, 1988:60).

(3) Kematangan

Kematangan merupakan suatu tingkat pertumbuhan di mana

alat-alat tubuh yang dimiliki seseorang sudah siap untuk

memperoleh serta melaksanakan kecakapan maupun

kemampuan yang baru (Slameto, 1988:60). Kematangan yang

dimaksud di sini yaitu misalnya anak dengan tangannya sudah

siap untuk menangkap, kemudian anak dilatih terus menerus

sehingga anak sudah matang untuk melakukan beberapa

kegiatan berdasarkan dengan latihan-latihan dan bukan hanya

dilakukan dalam sekali. Anak yang telah memiliki kematangan

untuk melakukan sesuatu maka anak tersebut akan memiliki

prestasi belajar yang baik.

(4) Kesiapan

Kesiapan menurut James Drever dalam Slameto (1988:61)

merupakan “preparedness to respond or react” yang artinya

bahwa seseorang sudah memiliki kesiapan untuk menanggapi

(47)

belajar hal ini dikarenakan apabila anak sudah memiliki

kesiapan untuk menanggapi beberapa hal yang berhubungan

dengan belajar maka anak tersebut akan memperoleh hasil

belajar yang maksimal.

(5) Perhatian

Perhatian juga sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa,

hal ini dapat terlihat pada anak yang perhatiannya tidak berpusat

pada apa yang sedang dia pelajari maka anak tersebut tidak akan

bisa menguasai dengan baik hal yang sedang dia pelajari

sehingga hasil belajarnya tidak akan mendapat hasil yang

maksimal.

(6) Kebutuhan

Kebutuhan juga sangat mempengaruhi pretasi belajar, hal

ini terlihat apabila anak sudah memiliki kesadaran bahwa belajar

merupakan kebutuhan yang harus dia penuhi maka anak tersebut

akan belajar dengan baik, namun apabila anak tidak memiliki

kesadaran akan pentingnya belajar maka anak tersebut tidak

akan bisa belajar dengan baik dan akan memperoleh hasil yang

kurang memuaskan.

3) Faktor Kematangan Fisik maupun Psikis

Faktor kematang fisik maupun psikis ini juga mempengaruhi prestasi

belajar anak, hal ini dikarenakan apabila anak telah memiliki kematangan

baik secara fisik maupun psikis maka anak tersebut akan lebih mudah

(48)

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri anak,

faktor eksternal ini meliputi faktor sosial, budaya, lingkungan fisik, serta

lingkungan spiritual. Berikut ini akan dijabarkan beberapa hal yang

termasuk dalam faktor eksternal:

1) Faktor Sosial

Faktor sosial merupakan faktor dimana anak berinteraksi dengan

orang lain maupun dengan masyarakat sekitar dimana anak tersebut

berada. Berikut ini akan dijabarkan beberapa hal yang termasuk dalam

faktor sosial:

a) Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga disini dilihat dari cara orang tua mendidik

anak, hubungan anak dengan anggota keluarga, suasana yang ada di

rumah, keadaan ekonomi keluarga, serta pengertian orang tua kepada

anak (Slameto, 1988:62 - 66).

(1) Cara Orang Tua Mendidik Anak

Cara orang tua mendidik anak sangat mempengaruhi

prestasi belajar anak, hal ini dikarenakan apabila orang tua

mendidik anak secara keras dan menuntut anak untuk terus

belajar, maka anak tersebut akan belajar tidak berdasarkan atas

kemauannya sendiri melainkan karena paksaan dari orang tua

sehingga hasil belajarnya tidak dapat diperoleh secara maksimal.

Namun apabila anak diberi kesempatan untuk belajar dan

(49)

baik serta memberi kesadaran kepada anak bahwa belajar

merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi hidupnya,

maka anak tersebut akan dapat belajar secara mandiri dan

memperoleh hasil belajar yang baik.

(2) Hubungan antara Anak dengan Anggota Keluarga

Hubungan antara anak dengan anggota keluarga juga sangat

mempengaruhi prestasi belajar anak, hal ini dikarenakan apabila

di dalam keluarga tersebut tercipta hubungan yang baik antar

anggota keluarga yang lain maka anak akan merasa nyaman

untuk berada di rumah serta anak akan merasa nyaman untuk

belajar di rumah karena kondisi anggota keluarga yang sangat

bersahabat.

(3) Suasana Rumah

Suasana rumah juga sangat mempengatuhi prestasi belajar

anak, apabila suasana rumah begitu gaduh dan banyak orang

anak akan mengalami kesulitan ketika harus berkonsentrasi

untuk belajar. Anak dapat belajar dengan baik, apabila anggota

keluarga memiliki kesadaran untuk menciptakan suasana rumah

yang tenang.

(4) Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi keluarga juga mempengaruhi prestasi

belajar anak, hal ini dikarenakan apabila anak dengan kebutuhan

ekonomi yang rendah maka anak tersebut akan kesulitan untuk

(50)

belajarnya, sehingga anak yang seharusnya memperoleh prestasi

belajar yang baik bisa terhambat karena faktor ekonomi yang

rendah.

(5) Pengertian Orang Tua

Pengertian orang tua juga dapat mempengaruhi prestasi

belajar anak, orang tua harus memiliki kesadaran bahwa anak

mempunyai waktu untuk belajar, sehingga pada waktu anak

belajar orang tua tidak boleh mengganggu anak melainkan orang

tua sebisa mungkin mendampingi anak ketika anak sedang

belajar. Anak dapat belajar dengan baik apabila orang tua

memiliki pengertian lebih kepada anak

b) Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah terdiri dari metode mengajar di kelas,

kurikulum yang digunakan oleh sekolah, hubungan guru dengan

siswa, hubungan siswa dengan siswa,kedisiplinan sekolah, alat

pengajaran, waktu yang ditetapkan sekolah, standar pelajaran di atas

ukuran, keadaan gedung, metode belajar, serta tugas rumah

(Slameto, 1988:66 - 72).

(1) Metode Mengajar di Kelas

Metode mengajar di kelas juga dapat mempengaruhi

prestasi belajar anak, apabila metode mengajar yang digunakan

oleh guru kurang menarik minat belajar siswa, maka prestasi

belajar siswa juga dapat berdampak kurang baik. Metode yang

(51)

hal ini dimaksudkan supaya siswa dapat memperoleh hasil

belajar yang baik.

(2) Kurikulum

Kurikulum juga berpengaruh terhadap prestasi belajar

siswa, apabila dalam sekolah tersebut menerapkan kurikulum

yang begitu padat dan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan

anak, maupun tidak sesuai dengan keinginan anak maka anak

akan menjalani semua kegiatan tersebut dengan keterpaksaan

sehingga hasil yang diharapkan kurang memuaskan.

(3) Hubungan Guru dengan Siswa

Hubungan guru dengan siswa juga mempengaruhi prestasi

belajar, hal ini dikarenakan apabila guru tidak bisa berinteraksi

baik dengan siswa maka siswa juga tidak bisa berinteraksi baik

dengan guru, sehingga kegiatan belajar akan terhambat karena

tidak ada interaksi yang baik antara guru dengan siswa.

Sebaliknya, apabila guru akrab dengan siswa dan guru tersebut

ketika menyampaikan materi pelajaran begitu menyenangkan

maka siswa akan dapat menerima materi pelajaran dengan

sangat baik dan memperoleh hasil yang baik.

(4) Hubungan yang Baik antara Siswa yang Satu dengan Siswa

yang Lain

Hubungan yang baik antara siswa yang satu dengan siswa

yang lain juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa,

(52)

hubungan yang baik maka suasana belajar tidak dapat berjalan

dengan baik pula. Sebaliknya apabila terjadi keakraban antara

siswa yang satu dengan lain dan saling mendukung prestasi

belajar temannya maka anak tersebut akan memperoleh hasil

belajar yang baik pula.

(5) Kedisiplinan Sekolah

Kedisiplinan sekolah juga mempengaruhi prestasi belajar

anak, apabila anggota sekolah tidak dapat menerapkan

kedisiplinan di sekolah maka prestasi belajar anak akan

terhambat. Sebaliknya, apabila di dalam sekolah tersebut

diterapkan kedisiplinan maka anak akan dapat belajar dengan

baik dan memperoleh hasil belajar yang baik pula, misalnya

apabila guru datang tepat waktu dan siswa juga datang tepat

waktu maka kegiatan belajar akan berjalan dengan baik dan

siswa dapat menguasai materi secara optimal. Namun, apabila

guru datang terlambat dan siswa juga terlambat maka kegiatan

belajar juga tidak dapat berjalan dengan baik dan siswa merasa

terganggu ketika ada temannya yang terlambat.

(6) Alat Pengajaran

Alat pengajaran juga mempengaruhi prestasi belajar anak,

apabila alat pengajaran yang berada di kelas dapat terpenuhi

dengan baik maka kegiatan belajar akan dapat berjalan dengan

(53)

dibutuhkan tidak ada maka kegiatan belajar menjadi terhambat

sehingga hasil yang diharapkan tidak dapat optimal.

(7) Waktu Sekolah

Waktu sekolah juga mempengaruhi prestasi belajar anak,

apabila waktu yang ditetapkan oleh sekolah yaitu siang hari,

maka siswa akan kesulitan belajar pada siang hari, hal ini

dikarenakan pada siang hari energi yang ada dalam tubuh sudah

berkurang sehingga anak tidak dapat belajar secara optimal.

Sebaliknya, apabila sekolah menetapkan waktu untuk masuk

sekolah pagi hari anak akan dapat belajar secara optimal dan

memperoleh hasil belajar yang baik karena kondisi tubuh masih

segar.

(8) Standar Pelajaran

Standar pelajaran di atas ukuran juga dapat mempengaruhi

prestasi belajar anak, apabila seorang guru menuntut semua

siswa harus dapat mencapai standar pelajaran yang telah

ditetapkan guru, maka siswa yang kemampuannya dibawah

rata-rata temannya akan kesulitan mencapai standar yang telah

ditetapkan oleh guru. Maka dari itu guru menuntut penguasaan

suatu materi sesuai dengan kemampuan anak, hal ini untuk

membantu siswa yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata

(54)

(9) Keadaan Gedung Sekolah

Keadaan gedung sekolah juga mempengaruhi prestasi

belajar anak, apabila kondisi gedung tidak aman, maka siswa

tidak akan dapat belajar dengan nyaman karena dihantui rasa

was-was, sebaliknya apabila keadaan gedung aman dan baik

siswa akan dapat belajar dengan tenang dan tanpa dihantui rasa

was-was.

(10)Metode Belajar

Metode belajar juga dapat mempengaruhi prestasi belajar

anak, anak yang belajar tidak secara teratur akan memperoleh

prestasi belajar yang kurang optimal, sebaliknya anak yang

belajar secara teratur dan disertai istirahat yang cukup akan

dapat belajar dengan baik karena anak tersebut dapat

mengalokasikan waktunya dengan baik antara belajar dengan

istirahat.

(11)Tugas Rumah

Tugas rumah juga mempengaruhi prestasi belajar anak,

apabila anak terlalu banyak mendapat tugas rumah, anak akan

merasa terbebani serta merasa letih untuk berfikir sehingga anak

tidak mempunyai waktu untuk mengerjakan tugas yang lainnya.

c) Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat juga mempengaruhi prestasi belajar

anak, hal ini dapat terlihat apabila anak berada di lingkungan

Gambar

Tabel 4.10 Tabel kerja ..................................................................................
Gambar 4.1 Diagram persentase pola asuh orang tua demokratis
Gambar 2.1 Skema Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis terhadap
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

s/d selesai wita bertempat di Kota Banjarmasin, di selenggarakan pembukaan dokumen penawaran untuk pekerjaan : Pengadaan dan Pemasangan Rambu Rambu Lalu Lintas Jalan..

Unuk terciptanya integrasi nasional, perlu adanya suatu jiwa, suatu ass spiritual, suatu solidaritas yang besar yang terbentuk dari perasaan yang timbul sebagai akibat pengorbanan

Filsafat dimulai dengan ragu-ragu akan sesuatu dan rasa ingin tahu akan sesuatu ( kebenaran/kepastian). Pengertian filsafat secara garis besar adalah ilmu yang mendasari suatu

Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan studi pada program Diploma Tiga (3) Fakultas Teknik Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan

This research uses survey method with quantitative approach. Besides, the research type is 

Kata maudu lompoa ini adalah berasal dari bahasa Makassar yang berarti: Maulid Besar di sini, dimaksudkan adalah perayaan atau peringatan terhadap kehaliran Nabi

menyiapkan bahan penyusunan dan perumusan program kerja dan rencana kegiatan pada lingkup bidang tugasnya sesuai dengan rencana strategis dan kebijakan yang telah