i
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA
KELAS V SEKOLAH DASAR KANISIUS DEMANGAN BARU TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Cicilia Oktarina Wijayanti NIM : 07 1134 016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii SKRIPSI
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR KANISIUS DEMANGAN BARU TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh:
CICILIA OKTARINA WIJAYANTI NIM : 07 1134 016
Telah disetujui oleh:
Pembimbing I
Drs. Puji Purnomo, M.Si tanggal 26 Agustus 2011
Pembimbing II
iii SKRIPSI
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR KANISIUS DEMANGAN BARU TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Cicilia Oktarina Wijayanti NIM : 07 1134 016
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 12 September 2011 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : Drs. Puji Purnomo, M. Si. ... Sekretaris : Dra. Haniek Sri Pratini, M. Pd. ... Anggota : Drs. Puji Purnomo, M. Si. ... Anggota : Drs. J. Sumedi ... Anggota : Drs. YB. Adimassana, M. A. ...
Yogyakarta, 12 September 2011
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Dekan
iv
PERSEMBAHAN
v MOTTO
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 12 September 2011 Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Cicilia Oktarina Wijayanti
Nomor Mahasiswa : 071134016
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR KANISIUS DEMANGAN BARU TAHUN PELAJARAN 2010/2011
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal :12 September 2011
Yang menyatakan
viii ABSTRAK
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V
SEKOLAH DASAR KANISIUS DEMANGAN BARU TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Cicilia Oktarina Wijayanti Universitas Sanata Dharma
2011
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui bagaimana pola asuh orang tua demokratis di Sekolah Dasar Kanisius Demangan Baru Tahun Pelajaran 2010/2011, (2) Mengetahui bagaimana prestasi belajar siswa kelas V di Sekolah Dasar Kanisius Demangan Baru Tahun Pelajaran 2010/2011, (3) Mengetahui adakah hubungan antara pola asuh orang tua demokratis terhadap prestasi belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Kanisius Demangan Baru Tahun Pelajaran 2010/2011, (4) Mengetahui besar sumbangan pola asuh orang tua demokratis terhadap prestasi belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Kanisius Demangan Baru Tahun Pelajaran 2010/2011.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif tingkat korelasi. Subyek penelitian yaitu siswa kelas V di Sekolah Dasar Kanisius Demangan Baru pada Tahun Pelajaran 2010/2011, yang berjumlah 113 siswa. Variabel penelitian ada dua yaitu variabel bebas pola asuh orang tua demokratis dan variabel terikat prestasi belajar siswa. Alat pengumpulan data berupa angket dan nilai rapor siswa. Teknik analisis data menggunakan teknik korelasi serial dengan taraf signifikansi 1%.
Hasil penelitian : (1) Pola asuh orang tua demokratis rendah sebesar 24%, pola asuh orang tua demokratis sedang sebesar 19%, dan pola asuh orang tua demokratis tinggi sebesar 57%. (2) Prestasi belajar siswa rendah 24%, prestasi belajar siswa sedang 55% dan prestasi belajar siswa tinggi 19%. (3) Pola asuh orang tua demokratis memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa dengan nilai r = 0,797 dan signifikan pada taraf 1%. (4) Pola asuh orang tua demokratis memberi sumbangan 79,7% terhadap prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua demokratis memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa kelas V di Sekolah Dasar Kanisius Demangan Baru, pada Tahun Pelajaran 2010/2011. Orang tua diharapkan menggunakan pola asuh orang tua demokratis, karena pola asuh orang tua demokratis sangat baik digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar anak.
ix ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN THE DEMOCRATIC NURTURING PATTERN AND THE ACADEMIC ACHIEVEMENT OF THE FIFTH GRADE
ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS OF KANISIUS DEMANGAN BARU IN THE ACADEMIC YEAR 2010/2011
Cicilia Oktarina Wijayanti Sanata Dharma University
2011
The aims of the research were to identity: (1) how democratic nurturing pattern of the fifth grade students of Kanisius Demangan Baru Elementary School in the Academic Year 2010/2011, was (2) how the academic achievement of the fifth grade of Kanisius Demangan Baru Elementary School in the Academic Year 2010/2011, was (3) and whether there was any correlation between democratic nurturing pattern and the academic achievement of the fifth grade of Kanisius Demangan Baru Elementary School in the Academic Year 2010/2011, (4) the role of the democratic nurturing pattern in the academic achievement of the fifth grade of Kanisius Demangan Baru Elementary School in the Academic Year 2010/2011. This research was a descriptive research of correlation levels. The research population was 113 fifth graders of Kanisius Demangan Baru Elementary School in the Academic Year 2010/2011. The two variables used in this research were the
democratic nurturing pattern serving on the independent variable and the student’s
academic achievement as the dependent variable. The data was collected using questionnaires and from the students grades, while the data gathering technique used serial correlation technique with the significant of 1%.
The results of this research were: (1) parent’s democratic nurturing pattern could be classified into low (24%), medium(19%), and high(57%), (2) student academic achievement could be categorized into low(24%), medium(55%), and high(19%), (3) the democratic nurturing had a positive and significant correlation towards the academic achievement with the value r= 0.797 and the significant 1% level, (4) the democratic nurturing contributed 79.9% of the academic
achievement. Based on these results it could be concluded that the parent’s
democratic nurturing pattern had a positive and significant correlation towards the academic achievement of the fifth graders of Kanisius Demangan Baru Elementary School in the Academic Year 2010/2011. Therefore, parents were suggested to apply democratic nurturing pattern because it could increase learning motivation.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma. Skripsi ini diberi judul
“Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Kelas V Sekolah Dasar Kanisius Demangan Baru Tahun Pelajaran 2010/2011”. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan nasehat dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph. D, selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Drs. Puji Purnomo, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar.
3. Drs. Puji Purnomo, M.Si, selaku dosen pembimbing pertama yang telah memberikan ijin penelitian, membagi ilmunya kepada penulis serta pesan-pesan yang sangat berarti bagi penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Drs. J. Sumedi, selaku dosen pembimbing kedua yang bersedia memberikan bimbingan, meluangkan waktu guna mengkritisi skripsi penulis sampai selesai.
5. Drs. YB. Adimassana, M. A, yang telah bersedia menguji skripsi.
6. Bapak dan Ibu Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membagikan ilmunya kepada penulis.
7. Karyawan-karyawati Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah bekerja dengan giat dan membagi senyumnya kepada penulis.
xi
9. Guru serta siswa Kelas VB SD Kanisius Wirobrajan yang sudah memperkenankan penulis untuk melakukan uji coba.
10. Y. Hariyanta, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Demangan Baru yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 11. Bapak dan Ibu Guru Kelas V SD Kanisius Demangan Baru yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menggunakan kelas dan meminta data yang mendukung skripsi.
12. Siswa Kelas V SD Kanisius Demangan Baru Tahun Pelajaran 2010/2011 yang bersedia meluangkan waktu, untuk mengisi angket penelitian.
13. Orang tua ku Bapak FX. Wijiyono dan Ibu MM. Murjinem yang selalu memberikan doa, nasehat, dukungan, serta bantuan berupa materiil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
14. Mas Ari, Mbak Esti terima kasih atas dukungan, doa dan ceramahnya.
15. Yohanes Benny Triputro yang selalu memberi dukungan, senyum, doa serta perhatiannya.
16. Sahabat-sahabat ku : Master (07 1134 003), Anna (07 1134 010), Didik (07 1134 013), Beatrice (07 1134 014), Arnis (07 1134 015), Nuning (07 1134 021). Makasih teman-teman atas semua yang kalian bagi dengan ku.
17. Teman-teman PGSD S1 angkatan 2007, terima kasih atas kebersamaan kalian selama ini semoga kita selalu sukses. Serta semua orang yang membantu menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis tulis satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis menerima kritik maupun saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna kemajuan penulis di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa dan semua pihak yang membacanya.
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Batasan Istilah ... 4
xiii
E. Manfaat Penelitian... 5
BAB II KAJIAN TEORI ... 6
A. Pola Asuh Orang Tua ... 6
1. Pengertian Pola Asuh ... 6
2. Macam Pola Asuh ... 6
3. Keunggulan Pola Asuh Demokratis ... 18
B. Prestasi Belajar ... 21
1. Pengertian Prestasi... 21
2. Pengertian Belajar ... 21
3. Pengertian Prestasi Belajar ... 23
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 23
C. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Demokratis terhadap Prestasi Belajar Siswa ... 37
D. Hipotesis ... 39
BAB III METODE PENELITIAN ... 40
A. Jenis Penelitian ... 40
B. Variabel Penelitian ... 40
C. Definisi Operasional Variabel ... 41
D. Tempat Penelitian... 41
E. Jadwal Penelitian ... 42
F. Subyek Penelitian ... 42
G. Alat Pengumpulan Data ... 43
xiv
2. Uji Coba Alat Ukur ... 53
3. Teknik Pengumpulan Data ... 59
4. Teknik Analisis Data ... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64
A. Hasil Penelitian ... 64
1. Pola Asuh Orang Tua Demokratis Siswa Kelas V SD Kanisius Demangan Baru ... 64
2. Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Kanisius Demangan Baru ... 70
3. Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua Demokratis terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Kanisius Demangan Baru ... 77
4. Besar Sumbangan Pola Asuh Orang Tua Demokratis terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Kanisius Demangan Baru ... 87
B. Pembahasan ... 88
1. Pola Asuh Orang Tua Demokratis ... 88
2. Prestasi Belajar Siswa... 91
3. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa ... 93
BAB V PENUTUP ... 100
A. Kesimpulan ... 100
xv
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Jadwal penelitian ... 42
Tabel 3.2 Rincian subyek penelitian ... 42
Tabel 3.3 Indikator pola asuh orang tua demokratis ... 45
Tabel 3.4 Indikator dan sebaran item pola asuh orang tua demokratis sebelum uji coba ... 50
Tabel 3.5 Rangkuman hasil uji validitas ... 56
Tabel 3.6 Klasifikasi koefisien korelasi reliabilitas suatu tes ... 57
Tabel 3.7 Hasil perhitungan koefisien reliabilitas... 58
Tabel 3.8 Pengelompokan skor angket pola asuh orang tua demokratis ... 61
Tabel 3.9 Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi ... 63
Tabel 4.1 Data interval skor pola asuh orang tua demokratis ... 64
Tabel 4.2 Data skor pola asuh orang tua demokratis siswa kelas V SD Kanisius Demangan Baru Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 65
Tabel 4.3 Data interval nilai prestasi belajar siswa ... 71
Tabel 4.4 Data prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Demangan Baru Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 71
Tabel 4.5 Skor pola asuh orang tua demokratis dan prestasi belajar siswa ... 79
Tabel 4.6 Subyek tiap kelompok ... 82
xvii
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema hubungan pola asuh orang tua demokratis
terhadap prestasi belajar siswa ... 37 Gambar 4.1 Diagram persentase pola asuh orang tua demokratis
siswa kelas V SD Kanisius Demangan Baru
Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 70 Gambar 4.2 Diagram persentase prestasi belajar siswa kelas V SD
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Angket pola asuh demokratis (uji coba) ... 107 Lampiran 2 Hasil uji coba angket (skor 4,3,2,1) ... 115 Lampiran 3 Hasil uji coba angket (skor 0 dan 1) ... 119 Lampiran 4 Validitas tiap indikator dan sebaran item pola asuh
orang tua demokratis ... 123 Lampiran 5 Revisi item soal angket pola asuh orang tua demokratis ... 126 Lampiran 6 Hasil analisis uji validitas angket pola asuh
orang tua demokratis dengan program SPSS ... 127 Lampiran 7 Hasil analisis uji reliabilitas angket uji coba
pola asuh orang tua demokratis ... 128 Lampiran 8 Indikator dan sebaran item pola asuh orang tua
demokratis setelah uji coba ... 130 Lampiran 9 Kisi-kisi soal setelah uji coba ... 132 Lampiran 10 Angket pola asuh demokratis (penelitian) ... 134 Lampiran 11 Daftar nilai rapor kelas V SD Kanisius Demangan Baru
Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 140 Lampiran 12 Hasil angket penelitian (skor 4,3,2,1) ... 143 Lampiran 13 Hasil angket penelitian (skor 0 dan 1) ... 152 Lampiran 14 Hasil analisis uji reliabilitas angket penelitian
xx
Lampiran 15 Skor pola asuh orang tua demokratis dan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Demangan Baru
Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 166
Lampiran 16 Tabel nilai-nilai r Product-Moment dari Pearson ... 169
Lampiran 17 Tabel ordinat pada kurva normal ... 170
Lampiran 18 Hubungan antar kelompok pola asuh orang tua demokratis dengan kelompok prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisus Demangan Baru Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 172
Lampiran 19 Surat izin uji coba ... 176
Lampiran 20 Surat izin penelitian ... 177
Lampiran 21 Surat keterangan penelitian ... 178
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang yang paling dasar guna menempuh
pendidikan formal. Siswa SD pada umumnya berusia 6 - 12 tahun, pada usia ini
anak lebih bisa bersosialisasi dibandingkan pada masa kanak-kanak yang masih
bergantung pada orang lain (Piaget dan Inhelder, 2010:131). Anak SD pada
umumnya sudah bisa bersosialisasi untuk mempunyai teman bermain, hal ini
dapat terlihat pada saat anak bermain secara berkelompok.
Pada usia SD anak sudah mempunyai keinginan untuk bersaing dengan
teman bermainnya, hal ini dikarenakan pada usia tersebut anak mempunyai
keinginan untuk menjadi yang terbaik dibandingkan dengan teman yang lainnya.
Persaingan yang dilakukan anak usia SD misalnya dalam hal nilai yang
diperoleh di sekolah, dan menang kalah dalam permainan. Persaingan yang
dilakukan masih tergolong sehat, ini dikarenakan dalam diri anak tidak ada
niatan untuk berlaku tidak adil pada temannya.
Penulis pada saat melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL)
menemukan beberapa siswa yang memiliki keinginan untuk bersaing dengan
temannya, persaingan yang dilakukan dalam hal perebutan prestasi. Seperti yang
terlihat pada saat nilai Ujian Tengah Semester (UTS) matematika dibagikan ada
beberapa siswa yang nampak murung, hal ini dikarenakan nilai yang diperoleh
di bawah temannya. Siswa yang nilainya di bawah temannya berharap nilainya
Kegiatan belajar yang dilakukan anak di rumah tidak luput dari pantauan
anggota keluarga, hal ini dikarenakan pada anak usia SD masih membutuhkan
bimbingan dari anggota keluarga terlebih pada saat anak mempelajari lima mata
pelajaran inti yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), serta Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Penulis menemukan beberapa anak SD yang
mengalami kesulitan belajar pada lima mata pelajaran inti, hal ini penulis
temukan pada saat melaksanakan kegiatan bimbingan individu untuk tugas PPL.
Maka dari itu, dibutuhkan peran anggota keluarga guna meningkatkan prestasi
belajar anak khususnya pada lima bidang studi tersebut.
Anggota keluarga yang dimaksud yaitu, orang tua, kakak, adik, nenek,
kakek, tante, om dan saudara yang lainnya. Peran anggota keluarga sangat
dibutuhkan oleh anak, hal ini dikarenakan dalam belajar dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal. Faktor internal meliputi faktor jasmani, psikologis, dan
non intelektual sedangkan faktor eksternal meliputi faktor sosial yang dimana
keluarga merupakan salah satu faktornya.(Ahmadi, 1991:130 - 131).
Anggota keluarga yang paling dominan dalam memantau anaknya belajar
yaitu orang tua. Orang tua mamantau serta memberikan pengasuhan yang tepat
kepada anaknya, karena orang tua mengharapkan anaknya dapat berhasil di
kemudian hari. Pengasuhan yang tepat, dapat membuat pertumbuhan anak
menjadi baik secara rohani maupun jasmani. Pola pengasuhan yang diterapkan
orang tua kepada anak ada beberapa macam, diantaranya pola asuh otoriter
(otoritarian), pola asuh demokratis (otoritatif), pola asuh mengabaikan, dan pola
Pola asuh otoriter misalnya, pola asuh ini menerapkan batas dan kendali
yang tegas kepada anak. Anak dengan pengasuhan otoriter akan pula menjadi
tegas namun tidak akan peduli dengan penjelasan apapun. Pola asuh demokratis
mendorong anak untuk mandiri dan menerapkan batas yang wajar pada tindakan
mereka, Anak dengan pengasuhan ini bisa mandiri, dan berorientasi pada
prestasinya. Pola asuh mengabaikan orang tua tidak terlibat dalam kegiatan yang
dilakukan oleh anak, akibatnya pengendalian dirinya buruk. Pola asuh yang
menuruti, orang tua sangat telibat dalam kehidupan anak namun tidak menuntut
ataupun mengontrol akibatnya anak menjadi manja (Santrock, 2007:167).
Orang tua yang menerapkan pola pengasuhan demokratis biasanya
memiliki anak yang peduli terhadap sesama, ceria, serta memiliki prestasi yang
baik. Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk mengetahui lebih
lanjut apakah pola asuh orang tua demokratis dapat mempengaruhi prestasi
belajar siswa. Oleh karena itu penulis bermaksud untuk melakukan penelitian
tentang : Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis terhadap Prestasi Belajar
Siswa Kelas V Sekolah Dasar Kanisius Demangan Baru Tahun Pelajaran
2010/2011.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang akan diselidiki
oleh penulis yaitu :
1. Bagaimanakah pola asuh orang tua demokratis siswa kelas V Sekolah Dasar
2. Bagaimanakah prestasi belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Kanisius
Demangan Baru Tahun Ajaran 2010/2011?
3. Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua demokratis terhadap
prestasi belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Kanisius Demangan Baru
Tahun Pelajaran 2010/2011?
4. Seberapa besar sumbangan pola asuh demokratis terhadap prestasi belajar
siswa kelas V Sekolah Dasar Kanisius Demangan Baru Tahun Pelajaran
2010/2011?
C. Batasan Istilah
Batasan istilah pada penelitian ini yaitu pola asuh orang tua demokratis dan
prestasi belajar siswa. Berikut ini merupakan penjelasan dari pola asuh orang tua
demokratis dan prestasi belajar siswa:
a. Pola asuh orang tua demokratis merupakan pola asuh yang dimana orang tua
mendorong anak untuk dapat memiliki sikap mandiri namun orang tua tetap
menerapkan batas dan kendali secara wajar pada apa saja yang akan
dilakukan oleh anak. Anak dengan pengasuhan demokratis merupakan anak
yang berorientasi tinggi pada prestasi
b. Prestasi belajar merupakan hasil usaha kegiatan belajar yang meliputi
penguasaan pengetahuan serta keterampilan yang dipengaruhi oleh faktor
internal maupun eksternal kemudian dinyatakan dalam bentuk angka
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan guna mencapai tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui bagaimana pola asuh orang tua demokratis siswa kelas V SD
Kanisius Demangan Baru Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Mengetahui bagaimana prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius
Demangan Baru Tahun Pelajaran 2010/2011.
3. Mengetahui adakah hubungan antara pola asuh orang tua demokratis
terhadap prestasi belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Kanisius Demangan
Baru Tahun Pelajaran 2010/2011.
4. Mengetahui seberapa besar sumbangan pola asuh orang tua demokratis
terhadap prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Demangan Baru Tahun
Pelajaran 2010/2011.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta
pengalaman tentang pola pengasuhan orang tua yang dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu bahan
referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pola Asuh Orang tua
1. Pengertian Pola Asuh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1088) pola merupakan
gambaran yang digunakan sebagai contoh. Sedangkan asuh, menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2008:96) merupakan jaga, bimbing serta pimpin.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua
merupakan gambaran yang digunakan oleh orang tua guna membimbing,
menjaga serta memimpin anaknya. Pengasuhan yang diberikan ini dimaksudkan
supaya anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan
usianya, perkembangan yang diharapkan oleh orang tua yaitu dapat berkembang
baik secara jasmani maupun rohani.
2. Macam Pola Asuh
Pola asuh orang tua merupakan suatu gaya pengasuhan yang digunakan
orang tua guna mendidik anaknya. Pola asuh orang tua terdiri dari pola asuh
otoriter (authoritarian), pola asuh demokratis (authoritative), pola asuh yang
mengabaikan, dan pola asuh yang menuruti (Santrock, 2007:167). Berikut ini
akan dijabarkan penjelasan tentang pola asuh orang tua:
a. Pola Asuh Orang Tua Otoriter (authoritarian)
Pola asuh orang tua otoriter merupakan suatu pola asuh yang mana
dilakukan oleh anak. Orang tua yang menggunakan pola asuh otoriter ini,
biasanya memutuskan segala sesuatu yang berkaitan dengan anak tanpa
memperdulikan pendapat anak. Orang tua menghukum anak karena
tindakan yang dilakukan anak, tidak sesuai dengan apa yang diharapkan
orang tua. Anak tidak diperkenankan untuk menyampaikan pendapatnya,
sehingga keterampilan berkomunikasi anak menjadi berkurang. Orang tua
yang menerapkan pola asuh seperti ini, akan menciptakan anak yang
pemberontak dan keras kepala (Gunarsa, 2004:279 - 280).
Menurut Budiyanto (1992:136 - 138) pola asuh otoriter sama halnya
dengan pola asuh autokrat. Pola asuh otoriter disini, orang tua bersikap
bahwa anak harus menuruti semua hal yang orang tua inginkan dengan cara
memaksa supaya anak mau melakukannya. Anak dengan pengasuhan yang
seperti ini akan menjadi anak yang berkecil hati, merasa bahwa mereka
tidak mampu mengatasi permasalahan secara sendiri, membe rontak dan
menolak saran dari orang tua.
Menurut Yusuf (2010:51) pola asuh otoriter yaitu pola asuh di mana
orang tua bersikap rendah hati namun dengan kontrol atau pengawasan yang
tinggi. Orang tua yang menggunakan pengasuhan otoriter suka menghukum
anak secara fisik, misalnya dengan memukuli anak, orang tua bersikap
mengomando atau bak ketua yang sedang mengatur anak buahnya untuk
melakukan sesuatu namun anak tidak diberi kesempatan untuk berpendapat.
Anak dengan pengasuhan yang seperti ini akan menjadi anak yang mudah
tersinggung, penakut, mudah stres, pemurung dan tidak mempunyai arah
Pola asuh otoriter menurut Widyarini (2009:11) yaitu pola asuh yang
mana orang tua berusaha untuk mengendalikan serta mengevaluasi semua
perilaku anak berdasarkan standar mutlak dan nilai-nilai kepatuhan yang
sudah ditetapkan oleh orang tua. Orang tua yang menerapkan pola
pengasuhan otoriter jarang mengabulkan keinginan si anak, sehingga anak
merasa tertekan dan tidak bebas mengutarakan apa yang anak inginkan.
Orang tua sering menerapkan hukuman kepada anak, karena anak tidak
menjalankan tugas sesuai dengan apa yang diharapkan orang tua.
Menurut Hartono (2009:28 - 29) pola asuh otoriter sama dengan pola
asuh orang tua yang “tidak menyetujui”, dalam pola asuh ini orang tua
memiliki kecenderungan untuk meremehkan kemampuan anak. Orang tua
yang menerapkan pola asuh otoriter sering menghukum anak, hal ini
dilakukan walaupun anak tersebut tidak melakukan kesalahan. Pola
pengasuhan otoriter membuat orang tua menekankan kepatuhan kepada
anak, baik tingkah lakunya maupun menekankan kepatuhan pada
pedoman-pedoman yang sudah ditentukan oleh orang tua. Anak dengan pola
pengasuhan seperti ini membuat anak mengalami kesulitan untuk mengatur
emosinya.
Pola asuh otoriter merupakan suatu pola asuh di mana orang tua sering
menanamkan sikap disiplin kepada anak, hal ini dimaksudkan supaya anak
dapat memenuhi apa yang diinginkan oleh orang tua. Anak yang mendapat
pengasuhan otoriter dari orang tuanya, akan menjadi anak yang canggung
dalam bergaul, selalu tegang, bimbang dan bahkan menjadi labil (Kartono,
Menurut Bidulph (1987:49 - 50) pola asuh otoriter merupakan suatu
pola asuh di mana orang tua memiliki sifat agresif. Orang tua yang memiliki
sifat agresif ini biasanya selalu marah pada anak walaupun anak tersebut
kedapatan tidak bersalah. Orang tua yang menerapkan pengasuhan seperti
ini akan mendapati anak yang takut dan terancam atau anak tersebut akan
suka melawan perintah orang tua.
Menurut Baumrind dalam buku Perkembangan Anak (Santrock,
2007:167) pola asuh otoriter (authoritarian) yaitu pola asuh di mana orang
tua bersikap membatasi, menghukum, serta menuntut anak supaya anak
menuruti apa yang diinginkan oleh orang tua. Orang tua yang menerapkan
pola pengasuhan otoriter menerapkan batas dan kendali pada anak serta
meminimalisir adanya perdebatan secara verbal. Orang tua yang
menggunakan pola pengasuhan otoriter sering memukul anak, serta
menuntut anak menuruti apa yang telah ditentukan oleh orang tuanya. Anak
dengan pengasuhan otoriter akan menjadi anak yang ketakutan, minder,
tidak bahagia, serta memiliki kemampuan berkomunikasi yang kurang baik.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pola
asuh otoriter yaitu pola asuh yang dimana orang tua bersikap tegas, disiplin,
serta menuntut anak untuk menuruti apa saja yang diinginkan oleh orang
tuanya. Orang tua yang menerapkan pengasuhan otoriter sering menerapkan
hukuman kepada anak dalam bentuk fisik. Hal ini dilakukan supaya apa
yang diharapkan oleh orang tua dapat dipenuhi oleh anak dan untuk
Anak dengan pengasuhan otoriter akan menjadi anak yang mudah stres,
hal ini terjadi karena luapan emosi yang tidak dapat anak utarakan atau
ungkapkan. Selain itu, anak akan merasa tidak nyaman bersama dengan
orang tuanya. Maka tak jarang anak dengan pola asuh otoriter merasa tidak
nyaman berada di rumah sendiri.
b. Pola Asuh Orang Tua Demokratis (authoritative)
Menurut Baumrind dalam buku Perkembangan Anak (Santrock,
2007:167) pola asuh orang tua demokratis (authoritative) yaitu pola asuh
yang mana orang tua mendorong anak untuk mandiri namun dengan
menerapkan batas dan kendali secara wajar pada apa saja yang dilakukan
oleh anak. Orang tua yang menerapkan pola pengasuhan demokratis
bersikap hangat dan penyayang. Orang tua yang demokratis menunjukkan
dukungan dan rasa senangnya atas perbuatan positif yang telah dilakukan
oleh anak. Orang tua yang menerapkan pola pengasuhan demokratis ini,
mengharapkan supaya anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
sesuai dengan usianya. Anak dengan pengasuhan demokratis akan menjadi
anak yang ceria, ramah, mandiri, mampu mengatasi stres dengan baik, dan
berorientasi pada prestasi.
Pola asuh demokratis menurut Hartono (2009:30 - 31) merupakan pola
asuh di mana orang tua demokratis merupakan orang tua pelatih emosi.
Orang tua demokratis dalam hal ini merupakan orang tua yang sabar,
berempati dengan semua yang dikatakan maupun yang dirasakan anak,
membantu anak untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dialami
emosi. Anak yang dibesarkan dengan gaya pengasuhan yang seperti ini akan
menjadi anak yang bisa mengatur emosinya sendiri, menyelesaikan
masalahnya sendiri, mempunyai harga diri yang tinggi, mampu mempunyai
kesadaran akan pentingnya belajar, serta mampu bergaul dengan siapa saja
dengan baik.
Menurut Budiyanto (1992:6 - 9) pola asuh demokratis yaitu pola asuh
yang mana orang tua memberi kesadaran kepada anak bahwa dia harus
bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan kepada dirinya sendiri dan
bukan kepada orang lain. Orang tua demokratis memiliki tanggung jawab
serta kewajiban untuk membimbing serta mengasuh anaknya, namun tidak
mempunyai hak untuk memaksakan kehendaknya sendiri kepada anak.
Anak dengan pengasuhan demokratis sadar betul bahwa dia diberi
kebebasan serta ketertiban, kebebasan dan ketertiban disini dimaksudkan
supaya anak mengerti bahwa apa yang dia lakukan memiliki
konsekuensinya sendiri. Seperti contoh, anak diberi kebebasan untuk
bangun siang namun akibatnya yang berkaitan dengan ketertiban anak
tersebut akan terlambat untuk sampai di sekolah. Anak dengan pengasuhan
demokratis dilatih betul akan pentingnya bertanggung jawab, hal inilah yang
menyebabkan anak dapat menjadi mandiri.
Menurut Widyarini (2009:11) pola asuh demokratis merupakan pola
asuh yang mana orang tua berusaha mengarahkan anaknya secara rasional,
menghargai komunikasi yang terjadi antara anak dengan orang tua maupun
anak dengan orang lain serta memberi kesempatan kepada anak untuk
tua tidak mengambil posisi mutlak, tetapi juga tidak mendasarkan pada
kebutuhan anak semata”, hal ini dapat terlihat bahwa orang tua demokratis
tidak sepenuhnya mengiyakan atas apa yang diinginkan oleh anak, namun
hanya bersifat mendukung atas apa yang akan dilakukan oleh anak, dan
selanjutnya anaklah yang mempunyai peran besar dalam mewujudkan
keinginannya tersebut.
Menurut Yusuf (2010:52) pola asuh demokratis merupakan pola asuh di
mana orang tua memiliki sikap renponsif atas apa yang dibutuhkan oleh
anak, membantu anak supaya anak mampu mengungkapkan pendapat
maupun hal-hal yang ingin anak ketahui, serta memberi penjelasan tentang
akibat dari perbuatan yang baik maupun yang buruk. Anak dengan
pengasuhan demokratis akan menjadi anak yang memiliki sikap setia
kawan, percaya diri, mampu mengendalikan emosi, sopan, mampu
bekerjasama dengan orang lain, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
mampu menentukan tujuan hidup yang ingin dicapainya, serta berpusat pada
prestasi maupun keberhasilannya.
Menurut Gunarsa (2004:280 - 281) pola asuh demokratis yaitu pola
asuh di mana anak selalu dilibatkan dalam urusan keluarga maupun dalam
urusan anak itu sendiri. Orang tua demokratis menekankan peraturan,
norma-norma serta nilai-nilai namun mereka bersedia untuk mendengarkan,
memberi penjelasan serta bernegosiasi dengan anak. Orang tua demokratis
menyatakan kekecewaan pada anak tidak dengan tindakan fisik melainkan
dengan tindakan verbal, hal ini dilakukan karena hal ini lebih efektif dan
sesuatu. Anak dengan pengasuhan demokratis akan merasa bahwa suasana
rumah begitu nyaman, penuh dengan kehangatan, serta anak akan memiliiki
sikap untuk menghormati orang lain.
Menurut Bidulph (1987:52 - 59) pola asuh demokratis merupakan pola
asuh yang mana orang tua memiliki sikap tegas kepada anak. Tegas yang
dimaksud disini yaitu terbuka, memiliki tindakan yang mantap, percaya diri
serta tenang. Anak yang hidup dengan pengasuhan demokratis sadar betul
apa yang dikatakan oleh orang tua merupakan sesuatu yang harus mereka
laksanakan, tetapi anak sama sekali tidak merasa bahwa hal tersebut
merupakan tekanan dari orang tua.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pola asuh demokratis
yaitu pola asuh yang dimana orang tua mendorong anak untuk dapat
memiliki sikap mandiri namun orang tua tetap menerapkan batas dan
kendali secara wajar pada apa saja yang akan dilakukan oleh anak. Anak
bebas melakukan apa saja namun dengan memperhatikan nilai, norma serta
peraturan yang berlaku dalam agama, masyarakat maupun keluarga. Hal-hal
yang akan dilakukan oleh anak merupakan hal-hal yang setidaknya anak
sudah tahu betul dampak yang akan terjadi pada setiap tindakan yang akan
dilakukannya.
Anak dengan pengasuhan demokratis merupakan anak yang
berorientasi tinggi pada prestasi, jadi dapat dilihat bahwa orang tua yang
menerapkan pola asuh demokratis merupakan orang tua yang peduli betul
akan pendidikan anak. Anak diberi kebebasan untuk memilih apa yang dia
memiliki peranan penting dalam mewujudkan keinginannya tersebut. Anak
dengan pola pengasuhan demokratis akan merasa nyaman di rumah, hal ini
dikarenakan suasana rumah yang begitu hangat, penuh akan rasa saling
menghormati serta rasa kebersamaan yang ada di dalamnya.
c. Pola Asuh Orang Tua yang Mengabaikan
Menurut Gunarsa (2004:281) pola asuh orang tua yang mengabaikan
merupakan pola asuh yang mana orang tua tidak memiliki kepedulian
terhadap anak, memberikan izin kepada anak untuk melakukan apa saja
tanpa mengontrol ataupun memberi batasan-batasan. Anak yang diasuh
dengan pola pengasuhan seperti ini akan menjadi anak yang kurang bisa
mengontrol dirinya sendiri, hal ini dikarenakan kurangnya kepedulian dari
orang tua.
Menurut Budiyanto (1992:135 - 136) pola asuh orang tua yang
mengabaikan sama halnya dengan pola asuh „permisif‟, dalam pola asuh ini
orang tua selalu menghindari konflik dengan anak hal ini dikarenakan,
orang tua merasa tidak ada hak untuk ikut campur dengan apapun yang
dilakukan oleh anak. Anak dengan pengasuhan seperti ini akan bebas
menggunakan alkohol, obat bius, serta bebas melakukan apa saja yang dia
mau. Anak dengan pengasuhan seperti ini, akan kehilangan harapan serta
merasa bahwa hidup mereka tidak ada artinya bagi keluarga mereka atau
orang tua mereka.
Pola asuh orang tua yang mengabaikan menurut Hartono (2009:27 - 28)
merupakan pola asuh yang mana orang tua tidak mementingkan perasaan
dilakukan oleh anak. Hal ini dikarenakan orang tua merasa tidak nyaman
dengan tindakan anak, orang tua merasa takut dengan tindakan anak, orang
tua kewalahan mengatur emosi anak sehingga orang tua tidak mempunyai
keinginan untuk menanggapi apapun yang dilakukan oleh anak. Anak
dengan pengasuhan seperti ini akan mengalami kesulitan untuk mengatur
emosi mereka.
Pola asuh orang tua yang mengabaikan merupakan pola asuh yang di
mana orang tua tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak dengan pola asuh
yang seperti ini, akan beranggapan bahwa kehidupan orang tua jauh lebih
penting daripada kehidupan dirinya sendiri. Anak dengan pengasuhan
seperti ini akan menjadi anak yang kurang memiliki keterampilan sosial,
kurang bisa mengendalikan emosinya, tidak bisa mandiri atau bergantung
pada bantuan orang lain, tidak bisa bersikap dewasa, serta memiliki harga
diri yang rendah (Santrock, 2007:167).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pola
asuh orang tua yang mengabaikan merupakan pola asuh orang tua di mana
orang tua tidak memiliki kepedulian atas apa yang dilakukan oleh anak.
Pola asuh ini menekankan bahwa orang tua merasa tidak ada hak untuk ikut
campur dengan apapun yang dilakukan oleh anak, sehingga anak merasa
bahwa kehidupannya tidak jauh lebih penting daripada kehidupan orang
tuanya. Anak dengan pengasuhan seperti ini akan menjadi anak yang kurang
bisa mengontrol emosinya, bergantung pada orang lain, tidak bisa bersikap
d. Pola Asuh Orang Tua yang Menuruti
Menurut Santrock (2007:167 - 168) pola asuh orang tua yang menuruti
merupakan pola asuh yang mana orang tua terlibat aktif dalam kehidupan
anak namun tidak terlalu menuntut atau mengontrol setiap tindakan anak.
Anak dengan pengasuhan seperti ini, akan menjadi anak yang kurang bisa
mengendalikan diri, mengharap setiap keinginannya dapat terpenuhi
(manja), kurang memiliki rasa hormat terhadap orang tua, serta mengalami
kesulitan untuk bergaul dengan teman sebaya.
Menurut Widyarini (2009:11) pola asuh orang tua yang mengabaikan
merupakan pola asuh yang mana orang tua berusaha berperilaku menerima
dan bersikap positif pada keinginan serta hal-hal yang dilakukan oleh anak.
Orang tua permisif sedikit memberi tanggungjawab rumah tangga kepada
anak, selain itu anak juga diberi kebebasan untuk melakukan apa saja tanpa
adanya kontrol dari orang tua. Anak dengan pengasuhan yang seperti ini
akan menjadi anak yang manja, kurang memiliki tanggungjawab atas apa
yang dia lakukan, serta memiliki pengendalian diri yang rendah.
Pola asuh orang tua yang menuruti merupakan pola asuh yang mana
orang tua bersikap berlebih dalam memberikan perhatian kepada anak.
Orang tua memberi perhatian berlebih dikarenakan orang tua terlampau
cemas dengan apa yang hendak dilakukan oleh anaknya. Perhatian yang
berlebih ini membuat anak sangat bergantung pada orang tuanya serta
kehilangan kesempatan untuk dapat berkembang atau belajar dengan
Menurut Yusuf (2010:52) pola asuh orang tua yang menuruti
merupakan pola asuh yang mana orang tua memiliki sikap menerima
tindakan anak dengan sangat baik namun dengan kontrol yang sangat
rendah, selain itu anak diberi kebebasan untuk mengutarakan apa saja yang
dia inginkan. Pola asuh yang seperti ini menyebabkan anak menjadi
bersikap memberontak, memiliki pengendalian diri yang rendah, kurang
memiliki rasa percaya diri, tidak memiliki tujuan hidup yang jelas dan
memiliki prestasi yang rendah.
Menurut Hartono (2009:29 - 30) pola asuh orang tua yang menuruti
sama halnya dengan pola asuh Laissez-Faire yang mana orang tua
menerima semua perkataan anak, dengan mudah memberi izin kepada anak,
tidak membantu maupun mengajarkan kepada anak bagaimana caranya
memecahkan suatu masalah. Anak dengan pengasuhan yang seperti ini akan
menjadi anak yang tidak bisa belajar bagaimana cara mengontrol emosi,
mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, dan mengalami kesulitan ketika
harus bergaul dengan orang lain.
Menurut Gunarsa (2004:281) pola asuh orang tua yang menuruti yaitu
pola asuh orang tua di mana orang tua menunjukkan dukungan
emosionalnya kepada anak namun mereka kurang memberi kontrol kepada
anak. Orang tua di dalam pola asuh ini memberikan izin kepada anaknya
untuk melakukan apa saja yang mereka inginkan, akibatnya orang tua
cenderung mengalah dengan keputusan anak. Anak dengan pengasuhan
sendiri, egois, selalu memaksakan keinginanya tanpa memperdulikan
perasaan orang lain maupun orang tuanya serta manja.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang
tua yang menuruti merupakan suatu pola asuh yang dimana orang tua
menerima semua tindakan maupun perkataan anak namun dengan kontrol
maupun pengawasan yang sangat kurang. Anak dengan pengasuhan yang
seperti ini, akan menjadi anak yang kurang bisa mengontrol dirinya sendiri
termasuk keinginannya sehingga kadang memaksakan keinginannya tanpa
memperdulikan perasaan orang lain, selain itu anak dengan pengasuhan
yang seperti ini akan mengalami kesulitan ketika harus bersosialisasi dengan
orang lain.
3. Keunggulan Pola Asuh Orang Tua Demokratis
Pola asuh orang tua demokratis merupakan pola asuh yang paling efektif
digunakan untuk membimbing serta mengasuh anak, hal ini dikarenakan dalam
pola asuh demokratis terdapat hal-hal yang sangat menonjol dibanding dengan
pola asuh yang lain. Berikut ini akan dijabarkan beberapa hal yang merupakan
keunggulan dari pola asuh orang tua demokratis (Santrock, 2007:168) :
a. Menerapkan Keseimbangan yang Baik Antara Kendali dengan Otonomi
Pola asuh demokratis menerapkan keseimbangan yang amat baik antara
kendali dengan otonomi, hal ini dapat terlihat ketika orang tua memberi
kesempatan kepada anak untuk belajar mandiri dan orang tua memberi
b. Orang Tua Demokratis Cenderung Melibatkan Anak dalam Berbagai Hal
Melibatkan anak dalam berbagai hal yang dimaksud disini yaitu bahwa
orang tua memberi kesempatan kepada anak untuk berperan aktif dalam
kegiatan yang akan dilakukan di rumah atau dalam berbagai hal yang
berkaitan dengan urusan keluarga, seperti halnya anak diberi kesempatan
untuk mengutarakan pendapatnya tentang warna cat apa yang sebaiknya
digunakan untuk menghiasi ruang makan. Anak yang sejak dini dilatih
untuk mengutarakan pendapatnya akan lebih mudah berkomunikasi dengan
orang lain.
c. Kehangat serta Keterlibatan antara Anak dengan Orang Tua
Orang tua demokratis memberikan rasa nyaman kepada anak mereka,
sehingga anak mereka merasa bahwa dekat dengan orang tua adalah salah
satu hal yang menyenangkan, kedekatan inilah yang membuat anak mau
terlibat aktif dalam kegiatan yang dilakukan bersama anggota keluarga.
d. Anak dengan Pengasuhan Demokratis Berorientasi pada Prestasi
Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis sangat peduli dengan
pendidikan anak, hal ini dapat terlihat ketika anak diberi pengarahan bahwa
pendidikan sangat penting untuk kehidupannya kelak. Anak dengan
pengasuhan demokratis memiliki prestasi yang lebih baik dibanding dengan
anak lainnya, hal ini dikarenakan anak belajar dengan kesadarannya sendiri
dan bukan karena bujukan atau aturan dari orang lain, selain itu karena anak
memiliki kesadaran bahwa belajar merupakan sesuatu hal yang penting
e. Mampu Mengatasi Stres dengan Baik
Anak dengan pengasuhan demokratis dapat mengatasi permasalahan
dengan baik, hal terlihat ketika anak diberi kesempatan oleh orang tuanya
untuk mengutarakan apa yang dia rasakan. Anak dengan pengasuhan
demokratis mampu mengatasi stres dengan baik, karena anak telah dilatih
oleh orang tuanya untuk mengungkapkan apa yang sedang dia rasakan,
sehingga apa yang anak sedang rasakan dapat diungkapkan baik melalui
perbuatan positif maupun dengan cara bercerita.
f. Mandiri
Anak dengan pengasuhan demokratis lebih mandiri dibanding dengan
anak yang lainnya, hal ini dikarenakan pada anak dengan pengasuhan
demokratis diberi kesempatan sejak dini untuk melakukan sesuatunya secara
sendiri, sehingga dengan adanya kesempatan untuk melakukan apa saja
secara mandiri ataupun sendiri anak merasa yakin bahwa dia mampu
melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain.
g. Mampu Bersosialisasi dengan Orang Lain
Anak dengan pengasuhan demokratis diberi kesempatan oleh orang
tuanya untuk berkomunikasi secara baik dengan orang lain, hal ini
dimaksudkan supaya anak mampu dan tanpa canggung berkomunikasi
dengan orang lain dan akan lebih mudah masuk dalam lingkungan baru
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (Deppennas, 2008:1101)
prestasi merupakan suatu hasil yang telah berhasil dicapai atau diperoleh setelah
melakukan sesuatu maupun mengerjakan sesuatu. Bisa dikatakan bahwa prestasi
merupakan suatu pencapaian yang berhasil diraih oleh seseorang setelah
seseorang tersebut berhasil melampaui sesuatu hal yang sebelumnya belum
pernah dia lakukan maupun belum pernah terwujud atau berhasil dilakukan.
2. Pengertian Belajar
Belajar menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008:24) merupakan suatu usaha
yang dilakukan guna mengetahui sesuatu yang belum pernah dikuasai maupun
dimengerti guna memperoleh ilmu pengetahuan, kepandaian maupun
keterampilan dengan kata lain belajar merupakan suatu proses untuk mencapai
maupun memperoleh suatu hal yang sama sekali belum pernah dicapai.
Menurut Nurwanto (1996:85) belajar merupakan suatu perubahan dalam
tingkah laku yang mana perubahan tersebut dapat menyebabkan tingkah laku
seseorang menjadi lebih baik atau bahkan membuat tingkah laku seseorang
tersebut menjadi buruk, tingkah laku yang berubah ini dipengaruhi oleh hal apa
yang sedang dipelajari oleh seseorang tersebut. Seseorang dapat menjadi baik
maupun buruk apabila seseorang tersebut belajar tentang hal baik maka tingkah
lakunya akan menjadi baik, sebaliknya apabila seseorang tersebut belajar tentang
Menurut Guilford dalam buku Psikologi Pendidikan (Mustaqim, 2008:34)
belajar merupakan perubahan tingkah laku yang mana perubahan tingkah laku
tersebut diperoleh dengan adanya rangsangan dari luar. Seseorang dapat
merubah tingkah lakunya hal ini dikarenakan rangsangan yang diperolehnya
membantunya untuk merubah tingkah lakunya, perubahan tingkah laku ini
tergantung pada rangsangan yang diterimanya rangsangan tersebut dapat
merubah perilakunya menjadi lebih baik atau bahkan membuat tingkah laku
menjadi buruk.
Menurut Hamalik (1990:189) belajar merupakan perubahan tingkah laku
yang relatif mantap yang diperoleh karena adanya latihan serta pengalaman.
Tingkah laku seseorang dapat menjadi mantap atau menjadi lebih baik hal itu
disebabkan karena adanya latihan yang dilakukan secara terus-terus menerus
sehingga dengan adanya latihan tersebut seseorang dapat memperoleh
pengalaman yang berbeda-beda yang membuatnya dari hari ke hari menjadi
lebih mantap.
Belajar menurut teori behaviorisme dalam buku Belajar dan Pembelajaran
Prasekolah dan Sekolah Dasar (2008:3) merupakan “perubahan tingkah laku
yang terjadi melalui proses stimulus dan respon yang bersifat mekanisme”.
Perubahan tingkah laku terjadi karena adanya pengaruh dari luar sehingga
seseorang dapat merespon sesuatu sesuai dengan stimulus yang diterimanya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya rangsangan dari luar berupa
latihan serta pengalaman sehingga membuat tingkah laku seseorang, pemahaman
3. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1101) prestasi belajar
merupakan suatu penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan melalui mata pelajaran yang kemudian ditunjukkan dengan
adanya nilai ujian maupun nilai yang telah diberikan oleh guru. Menurut
Tirtonegoro (1984:43) prestasi belajar merupakan penilaian hasil usaha kegiatan
belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka maupun huruf pada rapor yang
telah dicapai anak dalam periode tertentu. Menurut Ahmadi (1991:130) prestasi
belajar merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya
baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal)
individu. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar merupakan hasil usaha kegiatan belajar yang meliputi
penguasaan pengetahuan serta keterampilan yang dipengaruhi oleh faktor
internal maupun eksternal kemudian dinyatakan dalam bentuk angka maupun
simbol dalam rapor yang telah dicapai anak dalam periode tertentu.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, berikut ini akan
dijabarkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar (Ahmadi,
1991:130 - 131):
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri anak.
kematangan fisik maupun psikis. Berikut ini akan dijabarkan lebih jauh
beberapa faktor internal tersebut:
1) Faktor Jasmani
Faktor jasmani ini meliputi faktor kesehatan dan juga cacat tubuh
(Slameto, 1988:56 - 57). Seseorang yang memiliki kondisi tubuh yang
sehat, maka seseorang tersebut akan dapat belajar dengan baik. Ia akan
mampu menguasai apa sedang ia pelajari tanpa terganggu oleh kondisi
fisik yang kurang baik. Cacat tubuh juga sangat mempengaruhi prestasi
belajar, hal ini dapat terlihat apabila anak memiliki cacat tubuh dan
bersekolah di sekolah dengan anak yang tidak memiliki cacat tubuh,
maka anak yang memiliki cacat tubuh tersebut akan sulit menyamakan
hal-hal yang temannya pelajari. Anak dengan cacat tubuh sebaiknya
disekolahkan di sekolah yang khusus, hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi pengaruh kecacatan yang anak tersebut miliki.
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis ini terdiri dari faktor intelektif dan non intelektif.
Faktor intelektif ini terdiri dari faktor potensial (bakat) dan faktor
kecakapan nyata (prestasi), sedangkan faktor non intelektif merupakan
hal-hal yang berkaitan dengan kepribadian. Berikut ini akan dijabarkan
tentang faktor intelektif dan juga faktor non intelektif.
a) Faktor Intelektif
(1) Faktor Potensial
Faktor potensial merupakan kecerdasan serta bakat yang
belajar hal ini dikarenakan, apabila anak belajar sesuai dengan
bakatnya maka anak tersebut akan memperoleh hasil belajar
yang baik. Maka dari itu, orang tua perlu mengetahui bakat apa
yang dimiliki oleh anaknya, hal ini dimaksudkan supaya orang
tua dapat membantu anak untuk mengembangkan bakat yang
telah dimiliki (Slameto, 1988:59).
(2) Faktor Kecakapan Nyata
Faktor kecakapan nyata juga dapat mempengaruhi prestasi
belajar anak, hal ini dikarenakan faktor kecakapan nyata yaitu
prestasi yang telah dimiliki oleh anak. Anak dapat termotivasi
untuk berprestasi lagi apabila anak tersebut sudah pernah
memiliki prestasi.
b) Faktor Non Intelektif
Faktor non intelektif ini terdiri dari beberapa hal yang berkaitan
dengan kepribadian seperti halnya minat, motivasi, kematangan,
kesiapan, perhatian, serta kebutuhan (Slameto, 1988:58 - 61).
(1) Minat
Menurut Slameto (1988:59) minat merupakan
kecenderungan yang dimiliki seseorang secara tetap yang
digunakan untuk memperhatikan maupun untuk mengingat
beberapa kegiatan. Minat sangat mempengaruhi prestasi belajar,
hal ini dikarenakan apabila anak belajar tidak sesuai dengan
(2) Motivasi
Motivasi sangat mempengaruhi prestasi belajar, hal ini
dikarenakan motivasi sangat dibutuhkan anak dalam kegiatan
belajar. Motivasi yang dapat diberikan kepada anak supaya anak
dapat belajar secara optimal yaitu dengan memberikan
latihan-latihan kepada anak, dengan adanya latihan-latihan-latihan-latihan tersebut
anak akan termotivasi untuk belajar (Slameto, 1988:60).
(3) Kematangan
Kematangan merupakan suatu tingkat pertumbuhan di mana
alat-alat tubuh yang dimiliki seseorang sudah siap untuk
memperoleh serta melaksanakan kecakapan maupun
kemampuan yang baru (Slameto, 1988:60). Kematangan yang
dimaksud di sini yaitu misalnya anak dengan tangannya sudah
siap untuk menangkap, kemudian anak dilatih terus menerus
sehingga anak sudah matang untuk melakukan beberapa
kegiatan berdasarkan dengan latihan-latihan dan bukan hanya
dilakukan dalam sekali. Anak yang telah memiliki kematangan
untuk melakukan sesuatu maka anak tersebut akan memiliki
prestasi belajar yang baik.
(4) Kesiapan
Kesiapan menurut James Drever dalam Slameto (1988:61)
merupakan “preparedness to respond or react” yang artinya
bahwa seseorang sudah memiliki kesiapan untuk menanggapi
belajar hal ini dikarenakan apabila anak sudah memiliki
kesiapan untuk menanggapi beberapa hal yang berhubungan
dengan belajar maka anak tersebut akan memperoleh hasil
belajar yang maksimal.
(5) Perhatian
Perhatian juga sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa,
hal ini dapat terlihat pada anak yang perhatiannya tidak berpusat
pada apa yang sedang dia pelajari maka anak tersebut tidak akan
bisa menguasai dengan baik hal yang sedang dia pelajari
sehingga hasil belajarnya tidak akan mendapat hasil yang
maksimal.
(6) Kebutuhan
Kebutuhan juga sangat mempengaruhi pretasi belajar, hal
ini terlihat apabila anak sudah memiliki kesadaran bahwa belajar
merupakan kebutuhan yang harus dia penuhi maka anak tersebut
akan belajar dengan baik, namun apabila anak tidak memiliki
kesadaran akan pentingnya belajar maka anak tersebut tidak
akan bisa belajar dengan baik dan akan memperoleh hasil yang
kurang memuaskan.
3) Faktor Kematangan Fisik maupun Psikis
Faktor kematang fisik maupun psikis ini juga mempengaruhi prestasi
belajar anak, hal ini dikarenakan apabila anak telah memiliki kematangan
baik secara fisik maupun psikis maka anak tersebut akan lebih mudah
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri anak,
faktor eksternal ini meliputi faktor sosial, budaya, lingkungan fisik, serta
lingkungan spiritual. Berikut ini akan dijabarkan beberapa hal yang
termasuk dalam faktor eksternal:
1) Faktor Sosial
Faktor sosial merupakan faktor dimana anak berinteraksi dengan
orang lain maupun dengan masyarakat sekitar dimana anak tersebut
berada. Berikut ini akan dijabarkan beberapa hal yang termasuk dalam
faktor sosial:
a) Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga disini dilihat dari cara orang tua mendidik
anak, hubungan anak dengan anggota keluarga, suasana yang ada di
rumah, keadaan ekonomi keluarga, serta pengertian orang tua kepada
anak (Slameto, 1988:62 - 66).
(1) Cara Orang Tua Mendidik Anak
Cara orang tua mendidik anak sangat mempengaruhi
prestasi belajar anak, hal ini dikarenakan apabila orang tua
mendidik anak secara keras dan menuntut anak untuk terus
belajar, maka anak tersebut akan belajar tidak berdasarkan atas
kemauannya sendiri melainkan karena paksaan dari orang tua
sehingga hasil belajarnya tidak dapat diperoleh secara maksimal.
Namun apabila anak diberi kesempatan untuk belajar dan
baik serta memberi kesadaran kepada anak bahwa belajar
merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi hidupnya,
maka anak tersebut akan dapat belajar secara mandiri dan
memperoleh hasil belajar yang baik.
(2) Hubungan antara Anak dengan Anggota Keluarga
Hubungan antara anak dengan anggota keluarga juga sangat
mempengaruhi prestasi belajar anak, hal ini dikarenakan apabila
di dalam keluarga tersebut tercipta hubungan yang baik antar
anggota keluarga yang lain maka anak akan merasa nyaman
untuk berada di rumah serta anak akan merasa nyaman untuk
belajar di rumah karena kondisi anggota keluarga yang sangat
bersahabat.
(3) Suasana Rumah
Suasana rumah juga sangat mempengatuhi prestasi belajar
anak, apabila suasana rumah begitu gaduh dan banyak orang
anak akan mengalami kesulitan ketika harus berkonsentrasi
untuk belajar. Anak dapat belajar dengan baik, apabila anggota
keluarga memiliki kesadaran untuk menciptakan suasana rumah
yang tenang.
(4) Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga juga mempengaruhi prestasi
belajar anak, hal ini dikarenakan apabila anak dengan kebutuhan
ekonomi yang rendah maka anak tersebut akan kesulitan untuk
belajarnya, sehingga anak yang seharusnya memperoleh prestasi
belajar yang baik bisa terhambat karena faktor ekonomi yang
rendah.
(5) Pengertian Orang Tua
Pengertian orang tua juga dapat mempengaruhi prestasi
belajar anak, orang tua harus memiliki kesadaran bahwa anak
mempunyai waktu untuk belajar, sehingga pada waktu anak
belajar orang tua tidak boleh mengganggu anak melainkan orang
tua sebisa mungkin mendampingi anak ketika anak sedang
belajar. Anak dapat belajar dengan baik apabila orang tua
memiliki pengertian lebih kepada anak
b) Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah terdiri dari metode mengajar di kelas,
kurikulum yang digunakan oleh sekolah, hubungan guru dengan
siswa, hubungan siswa dengan siswa,kedisiplinan sekolah, alat
pengajaran, waktu yang ditetapkan sekolah, standar pelajaran di atas
ukuran, keadaan gedung, metode belajar, serta tugas rumah
(Slameto, 1988:66 - 72).
(1) Metode Mengajar di Kelas
Metode mengajar di kelas juga dapat mempengaruhi
prestasi belajar anak, apabila metode mengajar yang digunakan
oleh guru kurang menarik minat belajar siswa, maka prestasi
belajar siswa juga dapat berdampak kurang baik. Metode yang
hal ini dimaksudkan supaya siswa dapat memperoleh hasil
belajar yang baik.
(2) Kurikulum
Kurikulum juga berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa, apabila dalam sekolah tersebut menerapkan kurikulum
yang begitu padat dan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan
anak, maupun tidak sesuai dengan keinginan anak maka anak
akan menjalani semua kegiatan tersebut dengan keterpaksaan
sehingga hasil yang diharapkan kurang memuaskan.
(3) Hubungan Guru dengan Siswa
Hubungan guru dengan siswa juga mempengaruhi prestasi
belajar, hal ini dikarenakan apabila guru tidak bisa berinteraksi
baik dengan siswa maka siswa juga tidak bisa berinteraksi baik
dengan guru, sehingga kegiatan belajar akan terhambat karena
tidak ada interaksi yang baik antara guru dengan siswa.
Sebaliknya, apabila guru akrab dengan siswa dan guru tersebut
ketika menyampaikan materi pelajaran begitu menyenangkan
maka siswa akan dapat menerima materi pelajaran dengan
sangat baik dan memperoleh hasil yang baik.
(4) Hubungan yang Baik antara Siswa yang Satu dengan Siswa
yang Lain
Hubungan yang baik antara siswa yang satu dengan siswa
yang lain juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa,
hubungan yang baik maka suasana belajar tidak dapat berjalan
dengan baik pula. Sebaliknya apabila terjadi keakraban antara
siswa yang satu dengan lain dan saling mendukung prestasi
belajar temannya maka anak tersebut akan memperoleh hasil
belajar yang baik pula.
(5) Kedisiplinan Sekolah
Kedisiplinan sekolah juga mempengaruhi prestasi belajar
anak, apabila anggota sekolah tidak dapat menerapkan
kedisiplinan di sekolah maka prestasi belajar anak akan
terhambat. Sebaliknya, apabila di dalam sekolah tersebut
diterapkan kedisiplinan maka anak akan dapat belajar dengan
baik dan memperoleh hasil belajar yang baik pula, misalnya
apabila guru datang tepat waktu dan siswa juga datang tepat
waktu maka kegiatan belajar akan berjalan dengan baik dan
siswa dapat menguasai materi secara optimal. Namun, apabila
guru datang terlambat dan siswa juga terlambat maka kegiatan
belajar juga tidak dapat berjalan dengan baik dan siswa merasa
terganggu ketika ada temannya yang terlambat.
(6) Alat Pengajaran
Alat pengajaran juga mempengaruhi prestasi belajar anak,
apabila alat pengajaran yang berada di kelas dapat terpenuhi
dengan baik maka kegiatan belajar akan dapat berjalan dengan
dibutuhkan tidak ada maka kegiatan belajar menjadi terhambat
sehingga hasil yang diharapkan tidak dapat optimal.
(7) Waktu Sekolah
Waktu sekolah juga mempengaruhi prestasi belajar anak,
apabila waktu yang ditetapkan oleh sekolah yaitu siang hari,
maka siswa akan kesulitan belajar pada siang hari, hal ini
dikarenakan pada siang hari energi yang ada dalam tubuh sudah
berkurang sehingga anak tidak dapat belajar secara optimal.
Sebaliknya, apabila sekolah menetapkan waktu untuk masuk
sekolah pagi hari anak akan dapat belajar secara optimal dan
memperoleh hasil belajar yang baik karena kondisi tubuh masih
segar.
(8) Standar Pelajaran
Standar pelajaran di atas ukuran juga dapat mempengaruhi
prestasi belajar anak, apabila seorang guru menuntut semua
siswa harus dapat mencapai standar pelajaran yang telah
ditetapkan guru, maka siswa yang kemampuannya dibawah
rata-rata temannya akan kesulitan mencapai standar yang telah
ditetapkan oleh guru. Maka dari itu guru menuntut penguasaan
suatu materi sesuai dengan kemampuan anak, hal ini untuk
membantu siswa yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata
(9) Keadaan Gedung Sekolah
Keadaan gedung sekolah juga mempengaruhi prestasi
belajar anak, apabila kondisi gedung tidak aman, maka siswa
tidak akan dapat belajar dengan nyaman karena dihantui rasa
was-was, sebaliknya apabila keadaan gedung aman dan baik
siswa akan dapat belajar dengan tenang dan tanpa dihantui rasa
was-was.
(10)Metode Belajar
Metode belajar juga dapat mempengaruhi prestasi belajar
anak, anak yang belajar tidak secara teratur akan memperoleh
prestasi belajar yang kurang optimal, sebaliknya anak yang
belajar secara teratur dan disertai istirahat yang cukup akan
dapat belajar dengan baik karena anak tersebut dapat
mengalokasikan waktunya dengan baik antara belajar dengan
istirahat.
(11)Tugas Rumah
Tugas rumah juga mempengaruhi prestasi belajar anak,
apabila anak terlalu banyak mendapat tugas rumah, anak akan
merasa terbebani serta merasa letih untuk berfikir sehingga anak
tidak mempunyai waktu untuk mengerjakan tugas yang lainnya.
c) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat juga mempengaruhi prestasi belajar
anak, hal ini dapat terlihat apabila anak berada di lingkungan